Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

INFEKSI POST PARTUM

“Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Memenuhi Penugasan Program Studi Profesi
Ners Stase Keperawatan Maternitas”

OLEH :

SETIA INAYA PRAFANDARI, S.Tr.Kep

NIM 22.300.0340

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

UNIVERSITAS CAHAYA BANGSA

TAHUN 2023
`LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS
DI RUANG MAWAR CEMPAKA RSUD DR DORIS SYLVANUS PALANGKA
RAYA
“Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Memenuhi Penugasan Program Studi
Profesi Ners Stase Maternitas”

OLEH :

SETIA INAYA PRAFANDARI S.TR.Kep


NIM 22.300.0340

Palangka Raya, 10 Februari 2023

Mengetahui,

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

(Adytia Suparna, S.Kep.,Ns) (Tri Sulistyaningsih, S,ST)


KONSEP DASAR INFEKSI POST PARTUM

A. Definisi Post Partum


Definisi post partum menurut yang dikemukakan para ahli adalah : 1) Periode
postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali pada
keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga baru
(Mitayani, 2009). 2) Masa nifas adalah masa setelah plasenta lair dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, dimana masa
nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Siti Saleha, 2009). 3) Masa nifas
(peurperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kandung kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil) berlangsung
kurang lebih 6 minggu, dimana pada periode post partum ini merupakan masa
penyesuaian ibu terhadap peran baru (Maryunani, 2015).
B. Definisi Infeksi Post Partum

Infeksi Post partum merupakan morbiditas dan mortalitas bagi ibu pasca
bersalin. (Saifuddin, 2006). Infeksi post partum ialah infeksi yang terjadi pada
traktus genitalia setelah persalinan (Rayburn dan Carey, 2001). Secara umum suhu
38oC atau lebih yang terjadi antara hari ke 2-10 post partum dan diukur per-oral
sedikitnya 4 kali sehari disebut sebagai morbiditas puerperalis. Kenaikan suhu
tubuh yang terjadi didalam masa post partum, dianggap sebagai infeksi post partum
jika tidak ditemukan sebab-sebab ekstragenital. Infeksi post partum dapat
disebabkan oleh beberapa faktor predisposisi seperti hygiene, kelelahan, proses
persalinan bermasalah (partus lama/macet), persalinan traumatik, kurang baiknya
proses pencegahan infeksi, manipulasi yang berlebihan dan dapat berlanjut ke
infeksi dalam masa post partum (Saifuddin dkk., 2002).

C. Etiologi

Penyebab infeksi puerperalis ini melibatkan mikroorganisme anaerob dan


aerob patogen yang merupakan flora normal serviks dan jalan lahir atau mungkin
juga dari luar. Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50% adalah Streptococcus
anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir.
Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi puerperalis antara lain :

a. Streptococcus haematilicus aerobic Masuknya secara eksogen dan


menyebabkan infeksi berat yang ditularkan dari penderita lain, alat-alat
yang tidak steril, tangan penolong dan sebagainya.
b. Staphylococcus aurelis Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak
ditemukan sebagai penyebab infeksi di rumah sakit.
c. Escherichia coli Sering berasal dari kandung kemih dan rektum
menyebabkan infeksi terbatas.
d. Clostridium welchii Kuman anaerobik yang sangat berbahaya, sering
ditemukan pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari
luar rumah sakit.
D. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala yang timbul pada infeksi post partum antara lain demam,
nyeri di daerah infeksi, terdapat tanda kemerahan pada daerah yang terinfeksi,
fungsi organ terganggu. Gambaran klinis infeksi post partum adalah sebagai
berikut:

a. Infeksi lokal Warna kulit berubah, timbul nanah, bengkak pada luka, lokea
bercampur nanah, mobilitas terbatas, suhu tubuh meningkat.
b. Infeksi umum Sakit dan lemah, suhu badan meningkat, tekanan darah
menurun, nadi meningkat, pernafasan meningkat dan sesak, penurunan
kesadaran hingga koma, gangguan involusi uteri, lokea berbau, bernanah
dan kotor.
E. Patofisiologi

Setelah kala III, daerah bekas insersio plasenta merupakan sebuah luka
dengan diameter kira-kira 4 cm. Permukaannya tidak rata, terdapat benjolan-
benjolan karena banyak vena yang ditutupi trombus. Daerah ini merupakan tempat
yang baik untuk tumbuhnya kuman-kuman dan masuknya jenis-jenis yang patogen
dalam tubuh wanita. Serviks sering mengalami perlukaan pada persalinan,
demikian juga vulva, vagina dan perineum yang semuanya merupakan tempat
masuknya kuman-kuman patogen. Proses radang dapat terbatas pada luka-luka
tersebut atau menyebar di luar luka asalnya. Adapun infeksi dapat terjadi sebagai
berikut :

a. Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada


pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam
vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain ialah bahwa sarung tangan atau
alat-alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas
dari kuman-kuman.
b. Droplet infeksi. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri
yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau petugas kesehatan
lainnya yang berada di ruang tersebut. Oleh karena itu, hidung dan mulut
petugas yang bekerja di kamar bersalin harus ditutup dengan masker dan
penderita infeksi saluran pernapasan dilarang memasuki kamar bersalin.
c. Dalam rumah sakit terlalu banyak kuman-kuman patogen, berasal dari
penderita-penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa
dibawa oleh aliran udara kemana-mana, antara lain ke handuk, kain-kain
yang tidak steril, dan alat-alat yang digunakan untuk merawat wanita
dalam persalinan atau pada waktu post partum.
d. Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting,
apabila mengakibatkan pecahnya ketuban.
e. Infeksi intrapartum sudah dapat memperlihatkan gejala-gejala pada waktu
berlangsungnya persalinan. Infeksi intra partum biasanya berlangsung
pada waktu partus lama, apalagi jika ketuban sudah lama pecah dan
beberapa kali dilakukan pemeriksaan dalam. Gejala-gejalanya antara lain,
kenaikan suhu tubuh biasanya disertai dengan leukositosis dan takikardi,
denyut jantung janin dapat meningkat pula. Air ketuban biasanya menjadi
keruh dan berbau. Pada infeksi intra partum kuman-kuman memasuki
dinding uterus pada waktu persalinan, dan dengan melewati amnion dapat
menimbulkan infeksi pula pada janin.
F. Jenis-Jenis Infeksi Post partum
a. Infeksi Uterus
a) Endometritis
Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari
rahim). Infeksi ini dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks
atau infeksi tersendiri dan terdapat benda asing dalam rahim Endometritis
adalah infeksi yang berhubungan dengan kelahiran anak, jarang terjadi
pada wanita yang mendapatkan perawatan medis yang baik dan telah
mengalami persalinan melalui vagina yang tidak berkomplikasi.
Infeksi paska persalinan yang paling sering terjadi adalah
endometritis yaitu infeksi pada endometrium atau pelapis rahim yang
menjadi peka setelah lepasnya plasenta, lebih sering terjadi pada proses
kelahiran caesar, setelah proses persalinan yang terlalu lama atau pecahnya
membran yang terlalu dini. Infeksi ini juga sering terjadi bila ada plasenta
yang tertinggal di dalam rahim, mungkin pula terjadi infeksi dari luka pada
leher rahim, vagina atau vulva (Anonym, 2008).
Tanda dan gejalanya akan berbeda bergantung dari asal infeksi, yaitu
sedikit demam, nyeri yang samar-samar pada perut bagian bawah dan
kadang-kadang keluar nanah dari vagina dengan berbau khas yang tidak
enak, menunjukkan adanya infeksi pada endometrium. Infeksi karena luka
biasanya terdapat nyeri tekan pada daerah luka, kadang berbau busuk,
pengeluaran kental, nyeri pada perut, susah buang air kecil. Kadang-
kadang tidak terdapat tanda yang jelas kecuali peningkatan suhu tubuh.
Maka dari itu setiap perubahan suhu tubuh paska persalinan harus segera
dilakukan pemeriksaan (Anonym, 2008).
Infeksi endometrium dalam bentuk akut dengan gejala klinis yaitu
nyeri abdomen bagian bawah, mengeluarkan keputihan, kadang-kadang
terdapat perdarahan, dapat terjadi penyebaran seperti meometritis (infeksi
otot rahim), parametritis (infeksi sekitar rahim), salpingitis (infeksi saluran
tuba), ooforitis (infeksi indung telur), dapat terjadi sepsis (infeksi
menyebar), pembentukan pernanahan sehingga terjadi abses pada tuba
atau indung telur (Anonym, 2008).
Terjadinya infeksi endometrium pada saat persalinan, dimana bekas
implantasi plasenta masih terbuka, terutama pada persalinan terlantar dan
persalinan dengan tindakan terjadinya keguguran, saat pemasangan alat
rahim yang kurang legeartis. Kadang-kadang lokea tertahan oleh darah,
sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban. Keadaan ini dinamakan lokeametra
dan dapat menyebabkan kenaikan suhu tubuh. Uterus pada endometritis
akan terlihat membesar, serta nyeri pada perabaan dan teraba lembek
(Anonym, 2008).
Pada endometritis yang tidak meluas, penderita merasa kurang sehat
dan nyeri perut pada hari-hari pertama. Mulai hari ke-3 suhu tubuh
meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan
nadi menurun dan kurang lebih dalam satu minggu keadaan sudah kembali
normal. Lokea pada endometritis biasanya bertambah dan kadang-kadang
berbau. Hal ini tidak boleh dianggap infeksinya berat. Malahan infeksi
berat kadang-kadang disertai oleh lokea yang sedikit dan tidak berbau.
Untuk mengatasinya biasanya dilakukan pemberian antibiotik dengan
sesegera mungkin agar hasilnya efektif. Dapat pula dilakukan biakkan
untuk menentukan jenis bakteri, sehingga dapat diberikan antibiotik yang
tepat (Anonym, 2008).
b) Miometritis (infeksi otot rahim)
Miometritis adalah radang miometrium. Miometrium adalah tunika
muskularis uterus. Gejalanya berupa demam, nyeri tekan pada uterus,
perdarahan pada vagina dan nyeri perut bagian bawah, lokea berbau.
c) Parametritis (infeksi daerah di sekitar rahim)
Parametritis atau disebut juga sellulitis pelvika adalah radang yang
terjadi pada parametrium yang disebabkan oleh invasi kuman. Penjalaran
kuman sampai ke parametrium terjadi pada infeksi yang lebih berat.
Infeksi menyebar ke parametrium lewat pembuluh limfe atau melalui
jaringan di antara kedua lembar ligamentum latum. Parametrium dapat
juga terjadi melalui salfingo-ooforitis. Parametritis umumnya merupakan
komplikasi yang berbahaya dan merupakan sepertiga dari sebab kematian
karena kasus infeksi (Sarwono, 2007).
Penyebab parametritis yaitu kuman–kuman memasuki endometrium
(biasanya pada luka insersio plasenta) dalam waktu singkat dan menyebar
ke seluruh endometrium. Pada infeksi setempat, radang terbatas pada
endometrium. Jaringan desidua bersama bekuan darah menjadi nekrosis
dan mengeluarkan getah berbau yang terdiri atas keping-keping nekrotis
dan cairan. Pada infeksi yang lebih berat batas endometrium dapat
dilampaui dan terjadilah penjalaran (Anonym, 2008).
b. Syok bacteremia
Infeksi kritis, terutama yang disebabkan oleh bakteri yang melepaskan
endotoksin, bisa mempresipitasi syok bakteremia (septik). Ibu hamil, terutama
mereka yang menderita diabetes mellitus atau ibu yang memakai obat
imunosupresan, berada pada tingkat resiko tinggi, demikian juga mereka yang
menderita endometritis selama periode post partum.
Temuan laboratorium menunjukkan bukti-bukti infeksi. Biakan darah
menunjukkan bakteremia, biasanya konsisten dengan hasil enterik gram
negatif. Pemeriksaan tambahan dapat menunjukkan hemokonsentrasi, asidosis,
dan koagulopati. Perubahan EKG menunjukkan adanya perubahan yang
mengindikasikan insufisiensi miokard, bukti-bukti hipoksia jantung, paru-
paru, ginjal dan neurologis bisa ditemukan.
Demam yang tinggi dan menggigil adalah bukti patofisiologi sepsis yang
serius. Ibu yang cemas dapat bersikap apatis. Suhu tubuh sering kali sedikit
menurun menjadi subnormal, kulit teraba dingin dan lembab, warna kulit
menjadi pucat dan denyut nadi menjadi cepat, hipotensi berat dan sianosis
peripheral bisa terjadi, begitu juga oliguria.
Penatalaksanaan terpusat pada antimikrobial, demikian juga dukungan
oksigen untuk menghilangkan hipoksia jaringan dan dukungan sirkulasi untuk
mencegah kolaps vaskular. Fungsi jantung, usaha pernafasan, dan fungsi ginjal
dipantau dengan ketat. Pengobatan yang cepat terhadap syok bakteremia
membuat prognosis menjadi baik. Morbiditas dan mortalitas maternal
diturunkan dengan mengendalikan distrees pernafasan, hipotensi (Bobak,
Lowdermilk & Jensen, 2004).
c. Peritonitis
Peritonitis post partum bisa terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi
dapat juga ditemukan bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis
pelviks. Kemungkinan bahwa abses pada sellulitis pelviks mengeluarkan nanah
ke rongga peritoneum dan menyebabkan peritonitis. Peritonitis yang bukan
peritonitis umum, terbatas pada daerah pelvis. Gejala-gejalanya antara lain
penderita mengalami demam, nyeri pada perut bagian bawah, tetapi keadaan
umum tetap baik, namun gejala-gejalanya tidak seberapa berat seperti pada
peritonitis umum.
Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat patogen dan
merupakan penyakit berat. Tanda dan gejalanya antara lain, suhu tubuh
meningkat menjadi tinggi, nadi cepat dan terlihat kecil, perut kembung dan
nyeri. Muka penderita yang mula-mula kemerah-merahan menjadi pucat, mata
cekung, kulit di daerah wajah teraba dingin. Mortalitas peritonitis umum tinggi.
d. Infeksi Saluran Kemih
Infeksi saluran kemih (ISK) terjadi pada sekitar 10% wanita hamil,
kebanyakan terjadi pada masa prenatal. Mereka yang sebelumnya mengalami
ISK memiliki kecenderungan mengidap ISK lagi sewaktu hamil. Servisitis,
vaginitis, obstruksi ureter yang flaksid, refluks vesikoureteral, dan trauma lahir
mempredisposisi wanita hamil untuk menderita ISK, biasanya dari escherichia
coli. Wanita dengan PMS kronis, trutama gonore dan klamidia juga memiliki
resiko ISK. Bakteriuria asimptomatik terjadi pada sekitas 5% sampai 15%
wanita hamil. Jika tidak diobati akan terjadi pielonefritis kira-kira 30% pada
wanita hamil. Kelahiran dan persalinan prematur juga dapat lebih sering
terjadi.
Biakan dan tes sensitivitas urine harus dilakukan di awal kehamilan, lebih
bagus pada kunjungan pertama, spesimen diambil dari urin yang diperoleh
dengan cara bersih. Jika didiagnosis adanya infeksi, pengobatan akan
dilakukan dengan memberikan antibiotik yang sesuai selama dua sampai tiga
minggu, disertai peningkatan asupan air dan obat antispasmodik traktus
urinarius.
e. Septikemia dan piemia

Infeksi nifas yang penyebarannya melalui pembuluh darah adalah


septikemia, piemia dan tromboflebitis. Infeksi ini merupakan infeksi umum
yang disebabkan oleh kuman patogen Streptococcus Hemolitikus Golongan A.
Infeksi ini sangat berbahaya dan merupakan 50% dari semua kematian karena
infeksi nifas Pada septikemia kuman-kuman yang ada di uterus, langsung
masuk ke peredaran darah dan menyebabkan infeksi. Adanya septikemia dapat
dibuktikan dengan jalan pembiakan kuman-kuman dari darah.

Pada piemia terdapat dahulu tromboflebitis pada vena-vena di uterus serta


sinus-sinus pada bekas tempat plasenta. Tromboflebitis ini menjalar ke vena
uteri, vena hipogastrika, dan vena ovary (tromboflebitis pelvika). Dari tempat-
tempat trombus itu embolus kecil yang mengandung kuman-kuman dilepaskan.
Tiap kali dilepaskan, embolus masuk ke peredaran darah umum dan dibawa
oleh aliran darah ketempat-tempat lain, antaranya ke paru-paru, ginjal, otak,
jantung, dan sebagainya mengakibatkan terjadinya abses-abses di tempat-
tempat tersebut. Keadaan ini dinamakan piemia. Kedua-duanya merupakan
infeksi berat namun gejala-gejala septikemia lebih mendadak dari piemia.

Pada septikemia, dari permulaan penderita sudah sakit dan lemah. Sampai
tiga hari post partum suhu tubuh meningkat dengan cepat, biasanya disertai
rasa menggigil. Suhu tubuh berkisar antara 39 – 40°C, keadaan umum cepat
memburuk, nadi menjadi cepat (140 – 160X/menit atau lebih). Penderita
meninggal dalam enam sampai tujuh hari post partum. Jika ia hidup terus,
gejala-gejala menjadi seperti piemia.

Pada piemia, penderita post partum sudah merasa sakit, nyeri perut, dan
suhu agak meningkat. Akan tetapi gejala-gejala infeksi umum dengan suhu
tinggi serta menggigil terjadi setelah kuman-kuman dengan embolus memasuki
peredaran darah. Suatu ciri khusus pada piemia ialah berulang-ulang suhu
meningkat dengan cepat disertai menggigil, kemudian diikuti oleh turunnya
suhu. Ini terjadi pada saat dilepaskannya embolus dari tromboflebitis pelvika.
Lambat laun timbul gejala abses pada paru-paru, pneumonia dan pleuritis.
Embolus dapat pula 25 menyebabkan abses-abses di beberapa tempat lain
(Saifuddin, Abdul Bari, 2006).

f. Komplikasi
1. Peritonitis (peradangan selaput rongga perut)
2. Tromboflebitis pelvika (bekuan darah di dalam vena panggul), dengan
resiko terjadinya emboli pulmoner.
3. Syok toksik akibat tingginya kadar racun yang dihasilkan oleh bakteri
di dalam darah. Syok toksik bisa menyebabkan kerusakan ginjal yang
berat dan bahkan menyebabkan kematian.
G. Pencegahan dan Pengobatan
Pencegahan infeksi selama post partum antara lain:
1. Perawatan luka post partum dengan teknik aseptik.
2. Semua alat dan kain yang berhubungan dengan daerah genital harus steril.
3. Penderita dengan infeksi post partum sebaiknya diisolasi dalam ruangan
khusus, tidak bercampur dengan ibu post-partum yang sehat.
4. Membatasi tamu yang berkunjung.
5. Mobilisasi dini.
Pengobatan infeksi pada masa post partum antara lain :
1. Segera dilakukan kultur dari sekret vagina dan servik, luka operasi dan
darah, serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang tepat.
2. Memberikan dosis yang cukup dan adekuat.
3. Memberikan antibiotika spektrum luas sambil menunggu hasil
laboratorium.
4. Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh seperti infus, transfusi darah,
makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan tubuh serta perawatan
lainnya sesuai komplikasi yang ada.
H. Pathway
ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI POST PARTUM

A. Pengkajian

Pengkajian menurut Margaretha (2017) antara lain:

a. Identitas pasien Biodata pasien terdiri dari nama, umur, agama,


pendidikan, suku/bangsa, pekerjaan dan alamat.
b. Riwayat kesehatan Riwayat kesehatan terdiri dari tempat pemeriksaan
kehamilan, frekuensi, imunisasi, keluhan selama kehamilan, pendidikan
kesehatan yang diperoleh.
c. Riwayat persalinan Riwayat persalinan terdiri dari tempat persalinan,
penolong persalinan, jalannya persalinan.
d. Pemeriksaan fisik
1) Vital sign
Dalam vital sign yang perlu di cek yaitu: suhu, nadi, pernapasan, dan
juga tekanan darah. Suhu tubuh diukur setiap 4 sampai 8 jam selama
beberapa hari pascapartum karena demam biasanya merupakan gejala
awal infeksi. Suhu tubuh 38⁰C mungkin disebabkan oleh dehidrasi pada
24 jam pertama setelah persalinan atau karena awitan laktasi dalam 2
sampai 4 hari. Demam yang menetap atau berulang diatas 24 jam
pertama dapat menandakan adanya infeksi.
Bradikardi merupakan perubahan fisiologis normal selama 6 sampai
10 hari pascapartum dengan frekuensi nadi 40 sampai 70 kali/ menit.
Frekuensi diatas 100 kali/ menit dapat menunjukan adanyya infeksi,
hemoragi, nyeri, atau kecemasan, nadi yang cepat dan dangkal yang
dihubungkan dengan hipotensi, menunjukan hemoragi, syok atau
emboli.
Tekanan darah umumnya dalam batasan normal selama kehamilan.
Wanita pascapartum dapat mengalami hipotensi ortostatik karena
dieresis dan diaphoresis, yang menyebabkan pergeseran volume cairan
kardiovasukuler, hipotensi menetap atau berat dapat merupakan tanda
syok atau emboli. Peningkatan tekanan darah menunjukan hipertensi
akibat kehamilan, yang dapat muncul pertama kali pada masa
pascapartum. Kejang eklamsia dilaporkan terjadi sampai lebih dari 10
hari pascapartum.
2) Kepala dan wajah
Inspeksi kebersihan dan kerontokan rambut (normal rambut bersih,
tidak terdapat lesi pada kulit kepala dan rambut tidak rontok), cloasma
gravidarum, keadaan sclera (normalnya sclera berwarna putih),
konjungtiva (normalnya konjungtiva berwarna merah muda, kalau
pucat berarti anemis), kebersihan gigi dan mulut (normalnya mulut dan
gigi bersih, tidak berbau, bibir merah), caries. Palpasi palpebra, odem
pada mata dan wajah; palpasi pembesaran getah bening (normalnya
tidak ada pembengkakan), JVP, kelenjar tiroid.
3) Dada
Inspeksi irama nafas, dengarkan bunyi nafas dan bunyi jantung,
hitung frekuensi. Payudara: pengkajian payudara pada ibu postpartum
meliputi inspeksi ukuran, bentuk, warna, dan kesimetrisan dan palpasi
konsisten dan apakah ada nyeri tekan guna menentukan status laktasi.
Normalnya puting susu menonjol, areola berwarna kecoklatan, tidak
ada nyeri tekan, tidak ada bekas luka, payudara simetris dan tidak ada
benjolan atau masa pada saat di palpasi.
4) Abdomen
Menginspeksi adanya striae atau tidak, adanya luka/insisi, adanya
linea atau tidak. Involusi uteri: kemajuan involusi yaitu proses uterus
kembali ke ukuran dan kondisinya sebelum kehamilan, di ukur dengan
mengkaji tinggi dan konsistensi fundus uterus, masase dan peremasan
fundus dan karakter serta jumlah lokia 4 sampai 8 jam. TFU pada hari
pertama setinggi pusat, pada hari kedua 1 jari dibawah pusat, pada hari
ketiga 2 jari dibawah pusat, pada hari keempat 2 jari diatas simpisis,
pada hari ketujuh 1 jari diatas simpisis, pada hari kesepuluh setinggi
simpisis. Konsistensi fundus harus keras dengan bentuk bundar mulus.
Fundus yang lembek atau kendor menunjukan atonia atau subinvolusi.
Kandung kemih harus kosong agar pengukuran fundus akurat, kandung
kemih yang penuh menggeser uterus dan meningkatkan tinggi fundus.
5) Vulva dan Vagina
Melihat apakah vulva bersih atau tidak, adanya tandatanda infeksi.
Lochea: karakter dan jumlah lochea secara tidak langsung
menggambarkan kemajuan penyembuhan normal, jumlah lochea
perlahan-lahan berkurang dengan perubahan warna yang khas yang
menunjukan penurunan komponen darah dalam aliran lochea. Jumlah
lokia sangat sedikit noda darah berkurang 2,5-5 cm= 10 ml, sedang
noda darah berukuran ≤ 10cm= 10,25 ml.
6) Perineum
Pengkajian daerah perineum dan perineal dengan sering untuk
mengidentifikasi karakteristik normal atau deviasi dari normal seperti
hematoma, memar, edema, kemerahan, dan nyeri tekan. Jika ada jahitan
luka, kaji keutuhan, hematoma, perdarahan dan tanda-tanda infeksi
(kemerahan, bengkak dan nyeri tekan). Daerah anus dikaji apakah ada
hemoroid dan fisura. Wanita dengan persalinan spontan per vagina
tanpa laserasi sering mengalami nyeri perineum yang lebih ringan.
Hemoroid tampak seperti tonjolan buah anggur pada anus dan
merupakan sumber yang paling sering menimbulkan nyeri perineal.
Hemoroid disebabkan oleh tekanan otot-otot dasar panggul oleh bagian
terendah janin selama kehamilan akhir dan persalinan akibat mengejan
selama fase ekspulsi.
7) Payudara dan tungkai
Pengkajian payudara meliputi bentuk, ukuran, warna, dan
kesimetrisan serta palpasi konsistensi dan deteksi apakah ada nyeri
tekan guna persiapan menyusui. Hari pertama dan kedua pasca
melahirkan akan ditemukan sekresi kolostrum yang banyak. Pengkajian
pada tungkai dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya
tromboflebitis. Payudara dan tungkai dikaji tiap satu jam sampai
dengan 8 jam setelah persalinan, kemudian dikaji tiap empat jam
sampai dengan 24 jam setelah persalinan.
8) Eliminasi
Pengkajian eliminasi meliputi pengkajian bising usus, inspeksi dan
palpasi adanya distensi abdomen. Ibu postpartum dianjurkan untuk
berkemih sesegera mungkin untuk menghindari distensi kandung
kemih. Eliminasi dikaji setiap 9 jam, kaji juga defekasi setiap harinya.
9) Pengkajian Psikososial
Pengkajian psikososial ini difokuskan pada interaksi dan adaptasi
ibu, bayi baru lahir dan keluarga. Perawat melihat status emosianal dan
respon ibu terhadap pengalaman kelahiran, interaksi dengan bayi baru
lahir, menyusui bayi baru lahir, penyesuaian terhadap peran baru,
hubungan baru dalam keluarga, dan peningkatan pemahaman dalam
perawatan diri.
B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang sering muncul menurut Standar Diagnosa


Keperawatan Indonesia (2016) yaitu:

a. Ketidaknyamanan Pasca Partum

Definisi: Perasaan tidak nyaman yang berhubungan dengan kondisi setelah


melahirkan

Penyebab: 1) Trauma perineum selama persalinan dan kelahiran 2) Involusi uterus,


proses pengembalian ukuran rahim ke ukuran semula 3) Pembengkakan payudara
dimana alveoli mulai terisi ASI 4) Kekurangan dukungan dari keluarga dan tenaga
kesehatan 5) Ketidaktepatan posisi duduk 6) Faktor budaya

Gejala dan tanda mayor

Subyektif : Mengeluh tidak nyaman

Objektif : Tampak meringis, terdapat kontraksi uterus, luka episiotomi, payudara


bengkak. Gejala dan tanda minor
Subyektif : (Tidak tersedia)

Objektif : Tekanan darah meningkat, frekuensi nadi meningkat, berkeringat


berlebihan, menangis/ merintih, haemoroid. Kondisi klinis terkait: Kondisi pasca
persalinan

b. Menyusui tidak efektif

Definisi: Kondisi dimana ibu dan bayi mengalami ketidakpuasan atau kesukaran
pada proses menyusui

Penyebab Fisiologis:

1) Ketidakadekuatan suplai ASI 2) Hambatan pada neonates 3) Anomaly payudara


ibu 4) Ketidakadekuatan refleks oksitosin 5) Ketidakadekuatan refleks menghisap
bayi 6) Payudara bengkak 7) Riwayat operasi payudara 8) Kelahiran kembar

Situasional:

1) Tidak rawat gabung 2) Kurang terpapar informasi tentang pentingnya menyusui


dan/ atau metode menyusui 3) Kurangnya dukungan keluarga 4) Faktor budaya

Gejala tanda mayor

Subyektif : Kelelahan maternal, kecemasan maternal

Objektif : Bayi tidak mampu melekat pada payudara ibu, ASI tidak menetes/
memancar, BAK bayi kurang dari 8 kali dalam 24 jam, nyeri dan/ atau lecet terus
menerus setelah minggu kedua

Gejala tanda minor

Subyektif : -

Objektif : Intake bayi tidak adekuat, bayi menghisap tidak terus menerus, bayi
menangis saat disusui, bayi rewel dan menangis terus dalam jam- jam pertama
setelah menyusui, menolak untuk menghisap.

Kondisi klinis terkait:


1) Abses payudara 2) Mastitis 3) Carpal tunnel syndrome

Keterangan: Carpal tunnel syndrome merupakan salah satu masalah dalam


menyusui dimana tangan ibu terasa nyeri dan tidak nyaman. Ibu mengalami
kesulitan dalam memposisikan bayinya untuk menyusui.

Gangguan Pola Tidur

Definisi: Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal

Penyebab: Proses pasca partum

Gejala tanda mayor

Subyektif : Mengeluh sulit tidur, mengeluh sering terjaga, mengeluh tidak puas
tidur, mengeluh pola tidur berubah, mengeluh istirahat tidak cukup

Objektif : -

Gejala tanda minor

Subyektif : Mengeluh kemampuan beraktifitas menurun

Objektif : -

Kondisi klinis terkait: 1) Nyeri/ kolik 2) Hipertiroidisme 3) Kecemasan 4) Penyakit


paru obstruktif kronis 5) Kehamilan 6) Periode pasca partum 7) Kondisi pasca
operasi

Defisit pengetahuan

Definisi: Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik
tertentu.

Penyebab: Kurang terpapar informasi

Gejala tanda mayor

Subyektif : Menanyakan masalah yang dihadapi


Objektif : Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran, menunjukkan persepsi yang
keliru terhadap masalah Gejala tanda minor

Subyektif :-

Objektif : Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat, menunjukkan perilaku


berlebihan

Kondisi klinis terkait: 1) Kondisi klinis yang baru dihadapi klien 2) Penyakit akut
3) Penyakit kronis

Keterangan

Diagnosis ini dispesifikkan berdasarkan topik tertentu, yaitu:

1) Gaya hidup sehat

2) Keamanan diri

3) Keamanan fisik anak

4) Kehamilan dan persalinan

5) Kesehatan maternal pasca persalinan

6) Kesehatan maternal prekonsepsi

7) Kemampuan psikomotorik

8) Konservasi energi

9) Latihan toiletting

10) Manajemen arthritis rheumatoid

11) Manajemen asma

12) Manajemen berat badan

13) Manajemen demensia

14) Manajemen depresi


15) Manajemen disritmia

16) Manajemen gagal jantung

17) Manajemen gangguan lipid

18) Manajemen gangguan makan

19) Manajemen hipertensi

20) Manajemen kanker

21) Manajemen nyeri

22) Manajemen osteoporosis

23) Manajemen penyait akut

24) Manajemen penyakit arteri perifer

25) Manajemen penyakit ginjal

26) Manajemen penyakit jantung

27) Manajemen penyakit kronis

28) Manajemen penyakit paru obstruktif kronis

29) Manajemen pneumonia

30) Manajemen proses penyakit

31) Manajemen sclerosis multiple

32) Manajemen stroke

33) Manajemen waktu

34) Manajemen penyakit jantung coroner

35) Medikasi 36) Mekanika tubuh

37) Menyusui
38) Menyusui dengan botol

39) Nutrisi bayi/ anak

40) Pencegahan jatuh

41) Pencegahan kanker

42) Pencegahan konsepsi

43) Pencegahan stroke

44) Pencegahan trombus

45) Pengontrolan penggunaan zat

46) Peningkatan fertilitas

47) Peran menjadi orang tua

48) Perawatan bayi

49) Perawatan kaki

50) Perawatan ostomy

51) Perilaku sehat

52) Program aktifitas

53) Program diet

54) Program latihan

55) Prosedur tindakan

56) Seks aman

57) Seksualitas

58) Stimulasi bayi dan anak


C. Perencanaan Keperawatan

Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk terapi yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada

pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai peningkatan, pencegahan, dan pemulihan kesehatan individu, keluarga,

dan komunitas.

Tabel 2. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan keperawatan Intervensi keperawatan Rasional


keperawatan
Nyeri akut (SDKI, Setelah Observasi a. Identifikasi karakteristik nyeri
2016) dilakukan a. Identifikasi lokasi, dan faktor yang berhubungan
tindakan karakteristik, merupakan suatu hal yang
keperawatan durasi, frekuensi, amat penting untuk memilih
selama 3 kali kualitas, intensitas intervensi yang cocok dan
pertemuan nyeri untuk mengevaluasi
diharapkan b. Identifikasi skala keefektifan dari terapi yang
tingkat nyeri nyeri diberikan.
menurun Terapeutik b. Untuk mengetahui kualitas
dengan kriteria a. Berikan teknik nyeri yang dirasakan klien
hasil: nonfarmakologis c. Untuk mengalihkan nyeri
a. Kemampuan untuk mengurangi yang dirasakan klien
menuntaskan rasa nyeri d. Memberikan penjelasan akan
aktivitas Edukasi menambah pengetahuan klien
membaik a. Jelaskan strategi tentang strategi meredakan
meredakan nyeri nyeri
b. Keluhan nyeri b. Ajarkan teknik e. Memberikan penjelasan akan
menurun nonfarmakologis membuat klien dapat
c. Meringis untuk mengurangi mengalihkan nyeri yang
menurun rasa nyeri dirasakannya
d. Gelisah Kolaborasi f. Untuk mengurangi nyeri
menurun a. Kolaborasi
e. Kesulitan tidur pemberian
menurun analgetik, jika
f. Frekuensi nadi perlu
membaik (SIKI, 2016)
g. Nafsu makan
membaik
(SLKI, 2016)
Menyusui tidak Setelah Observasi a. Memahami kemampuan pasien
efektif (SDKI, dilakukan a. Identifikasi dalam menerima informasi.
2016) tindakan kesiapan dan b. Memahami keinginan pasien
keperawatan kemampuan dalam menyusui
selama 3 kali menerima c. Media memudahkan dalam
penyampaian materi pendidikan
pertemuan informasi
kesehatan
diharapkan b. Identifikasi tujuan d. Agar jadwal pendidikan
status atau keinginan kesehatan sesuai dengan
menyusui menyusui keinginan pasien
membaik Terapeutik e. Mengetahui pemahaman pasien
dengan kriteria a. Sediakan materi tentang materi yang telah
hasil: dan media disampaikan
a. Pelekatan bayi pendidikan f. Agar pasien percaya diri dalam
pada payudara kesehatan menyusui
ibu meningkat
b. Miksi bayi b. Jadwalkan g. Memberikan penjelasan akan
lebih dari 8 pendidikan menambah pengetahuan klien
kali/ 24 jam kesehatan sesuai tentang strategi meredakan
meningkat kesepakatan nyeri
c. Berat badan c. Berikan h. Agar ibu mengerti manfaat
bayi kesempatan untuk menyusui bagi ibu dan bayi
meningkat bertanya i. Agar ibu mengerti posisi
d. Tetesan/ d. Dukung ibu menyusui dan perlekatan
pancaran ASI meningkatkan dengan benar
meningkat kepercayaan diri j. Agar ibu mengerti cara
e. Suplai ASI dalam menyusui perawatan payudara
adekuat postpartum.
meningkat
f. Lecet pada Edukasi
puting susu a. Berikan konseling
menurun menyusui
g. Bayi rewel b. Jelaskan manfaat
menurun menyusui bagi ibu
(SLKI, 2016) dan bayi
c. Ajarkan 4 (empat)
posisi menyusui
dan perlekatan
dengan benar
d. Ajarkan perawatan
payudara
postpartum
(SIKI, 2016)
Gangguan pola Setelah Observasi a. Mengkaji perlunya dan
tidur (SDKI, 2016) dilakukan a. Identifikasi pola mengidentifikasi intervensi
tindakan aktifitas dan tidur yang tepat
keperawatan b. Identifiksi faktor b. Mengetahui faktor
selama 3 kali pengganggu tidur pengganggu tidur dapat
pertemuan Terapeutik mengidentifikasi intervensi
diharapkan a. Tetapkan jadwal yang tepat
pola tidur tidur rutin c. Agar memiliki jam tidur yang
membaik b. Lakukan prosedur tetap
dengan kriteria untuk d. Agar pasien nyaman dalam
hasil: meningkatkan tidur
a. Keluhan sulit kenyamanan e. Memberikan penjelasan agar
tidur Edukasi pasien menepati kebiasaan
meningkat a. Anjurkan menepati waktu tidur
b. Keluhan tidak kebiasaan waktu
puas tidur tidur
meningkat (SIKI, 2016)
c. Keluhan
istirahat tidak
cukup
meningkat
(SLKI, 2016)
Resiko infeksi Setelah Observasi a. Mengetahui tindakan yang
(SDKI, 2016) dilakukan a. Monitor tanda dan akan dilakukan
tindakan gejala infeksi lokal b. Cuci tangan dapat mencegah
keperawatan dan sistemik resiko infeksi
selama 3 kali Terapeutik
pertemuan
diharapkan a. Cuci tangan c. Memberikan penjelasan
tingkat infeksi sebelum dan membuat pasien mengetahui
menurun sesudah kontak tanda dan gejala infeksi
dengan kriteria dengan pasien dan d. Memberikan penjelasan
hasil: lingkungan pasien membuat pasien mengetahui
a. Kebersihan Edukasi cara cuci tangan dengan benar
tangan a. Jelaskan tanda dan e. Memberikan penjelasan
meningkat gejala infeksi membuat pasien mengetahui
b. Kebersihan b. Ajarkan cara kondisi luka
badan mencuci tangan f. Mencegah terjadinya infeksi
meningkat dengan benar
c. Nyeri menurun c. Ajarkan cara
(SLKI, 2016) memeriksa kondisi
luka atau luka
operasi
Kolaborasi
a. Kolaborasi
pemberian
imunisasi, jika
perlu
(SDKI, 2016)
Defisit Setelah Observasi a. Memahami kemampuan
pengetahuan dilakukan a. Identifikasi pasien dalam menerima
(SDKI, tindakan kesiapan dan informasi
2016) keperawatan kemampuan b. Media memudahakan dalam
selama 3 kali menerima penyampaian materi pendidikan
pertemuan informasi kesehatan
diharapkan
tingkat c. Agar jadwal pendidikan
pengetahuan kesehatan sesuai dengan
membaik Terapeutik keinginan pasien
dengan kriteria a. Sediakan materi d. Mengetahui pemahaman pasien
hasil: dan media tentang materi yang telah
pendidikan disampaikan
a. Perilaku sesuai
anjuran kesehatan e. Memberikan penjelasan
b. Jadwalkan membuat pasien mengerti
meningkat
b. Kemampuan pendidikan bagaimana perilaku hidup
kesehatan sesuai bersih dan sehat
menjelaskan
pengetahuan kesepakatan f. Memberikan penjelasan
c. Berikan membuat pasien mengerti
tentang suatu
topik kesempatan untuk bagaimana meningkatkan
bertanya perilaku hidup bersih dan
meningkat
c. Perilaku sesuai Edukasi sehat
dengan a. Ajarkan perilaku
pengetahuan hidup bersih dan
meningkat sehat
d. Pertanyaan b. Ajarkan strategi
tentang yang dapat
masalah yang digunakan untuk
dihadapi meningkatakan
menurun perilaku hidup
e. Perilaku bersih dan sehat
membaik (SIKI, 2016)
(SLKI, 2016)
D. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh

perawat dan pasien. Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan

perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan

(Setiadi, 2012).

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan

intervensi keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah

diberikan. Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan

untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana

keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana

keperawatan (Manurung, 2011).


DAFTAR PUSTAKA

Achadi, E.L. 2019. Kematian Maternan dan Neonata di Indonesia. Diakses dari
www.kemkes.go.id, diakses tanggal 18 Desember 2020.
Agustina, P.S, Putra, N.S dan Yeni, N. 2013. Efektivitas Ambulasi Dini Pada
Percepatan Pola Buang Air Besar Pada Ibu Nifas Di Ruang Sakura Rsud
Dr.Soedomo Trenggalek. Diakses dari
https://media.neliti.com/media/publications/236504-efektivitas-
ambulasidini-pada-percepata-8ecbb5f4.pdf, diakses tanggal 12 April 2021.
Andriana, A dan Armi. 2019. Hubungan Kualitas Tidur Dengan Mengkonsumsi
Minuman Berkafein Pada Perawat Yang Bekerja Shift Malam Di Rumah
Sakit Sentra Medika Cibinong Tahun 2018. Diakses dari
http://ecampus.imds.ac.id/xmlui/handle/123456789/462, diakses tanggal 13
April 2021.
Ardhiyanti,Y. 2017. Hubungan Konsumsi Buah Pepaya dengan Kejadian
Konstipasi pada Ibu Hamil di Puskesmas Rumbai Pesisir Pekanbaru.
Diakses dari https://e-
journal.upp.ac.id/index.php?journal=index&page=install, diakses tanggal
12 April 2021.
Cahyaningsih, A.W. 2016. Pengaruh Terapi Relaksasi Nafas Dalam Terhadap
Kualitas Tidur Lansia Di UPT Wredha Budi Dharma Ponggalan Giwangan
Umbulharjo Yogyakarta. Diakses dari
http://digilib.unisayogya.ac.id/2032/1/naskah%20publikasi%20ardiani%20
wahyu%20cahyaningsih%20201210201007.pdf, diakses tanggal 13 April
2021.
Diani, A. 2020. Pentingnya Perawatan Selama Masa Nifas. Diakses dari
kenalpengetahuan.fk.ugm.ac.id, tanggal 13 Desember 2020.
Digilib.unimus.ac.id. 2017. Masa Nifas. Diakses dari
http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/131/jtptunimus-gdl-sumiatinim-
6550- 3-babii.pdf, diakses tanggal 18 Desember 2020.
Djami, M.E.U. 2018. Konsep dasar nifas, laktasi, dan menyusui. diakses dari
akbidbinahusada.ac.id, diakses tanggal 12 Desember 2020.
Handayani, R.P. 2016. Asuhan Kebidanan Berkesinambungan pada Ny.T Umur 28
Tahun dengan Partus Lama di Puskesmas Wilayah Kota Yogyakarta.
Diakses dari http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1815/3/BAB%20I.pdf,
diakses tanggal 11 Desember 2020.
Herlina. 2018. Hubungan Teknik Vulva Hygiene Dengan Penyembuhan Luka
Perinium Pada Ibu Post Partum. Jurnal kebidanan. Vol 4 (No 1). 5-10.

Anda mungkin juga menyukai