“ILEUS”
Disusun oleh :
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan dengan kasus Ileus disusun untuk memenuhi
tugas Praktik Klinik Keperawatan I Semester VI (Enam) pada tanggal 29-31 Mei 2023 oleh
mahasiswa Prodi S1 Keperawatan STIKES Karya Husada Kediri.
NIM : 202001021
Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Diagnose
Penyakit “Ileus”
Mengetahui
Mahasiswa
NIM 202001021
CE Ruangan Supervisor
NIM : 202001021
Judul ASKEP : ”Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan
”Ileus”
M. Taukhid. S.Kep.,Ns.,
M. Kep.
LAPORAN PENDAHULUAN
kularisasi pada suatu segmen usus yang menyebabkan nekrosis pada lumen
tersebut (Sjamsuhidajat, 2014). Obstruksi usus halus menempati sekitar 20%
dari seluruh pembedahan darurat, apabila tidak ditangani maka tingkat
kematian mendekati 100%. Bila operasi dilakukan dalam 24-48 jam dapat
menurunkan angka kematian hingga kurang dari 10%. Faktor-faktor yang
menentukan morbiditas meliputi usia pasien, komorbiditas, dan keterlambatan
dalam perawatan. Data yang diperoleh, mortalitas obstruksi usus secara
keseluruhan masih sekitar 5-8% (Behman R, 2018: Mellor K, 2018)
B. KLASIFIKASI ILEUS
Ileus dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Ileus Obstruktif
Ileus obstruktif atau obstruksi mekanis merupakan penyimpatan isi
lumen saluran cerna tidak dapat disalurkan ke distal karena adanya
sumbatan atau hambatan mekanik yang disebabkan kelainan dalam
lumen usus, dinding, dan rongga peritonium (Bernstein, 2017).
Ileus obstruktif adalah suatu keadaan dimana isi lumen saluran cerna
tidak dapat disalurkan ke distal karena adanya sumbatan atau hambatan
mekanik yang disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau
luar usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen
usus yang menyebabkan nekrose segmen usus tersebut (Wahyudi et al.,
2020).
Dapat disimpulkan bahwa ileus obstruktif merupakan penyumbatan
pada usus yang menyebabkan isi usus tidak dapat melewati lumen usus
sebagai akibat adanya sumbatan atau hambatan mekanik usus.
c) Menurut stadiumnya
a. Obstruksi sebagian parsial (partial obstruction) : obstruksi
terjadi sebagian sehingga makanan masih bisa sedikit lewat
dapat flatus dan defikasi sedikit
b. Obstruksi sederhana (simple obstruction) : obstruksi /
sumbatan yang tidak disertai terjepitnya pembuluh darah
( tidak disertai gangguan aliran darah )
c. Obstruksi strangulasi (strangulated obstruction) : obstruksi
disertai dengan terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi
iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis atau gangrene.
(Indrayani, 2013)
b. Ileus Paralitik
Ileus paralitik adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang
disebabkan oleh sumbatan mekanik sehingga isi lumen saluran cerna
tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena ada sumbatan/hambatan
yang disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar
usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus
yang menyebabkan nekrose segmen usus tersebut (Sjamsuhidajat,
2003).
Berdasarkan proses terjadinya ileus paralitik dibedakan menjadi ileus
paralitik mekanik dan non mekanik. Ileus paralitik mekanik terjadi
karena penyumbatan fisik langsung yang bisa disebabkan karena adanya
tumor atau hernia sedangkan ileus paralitik non mekanik terjadi karena
penghentian gerakan peristaltic (Manaf , 2010).
C. ETIOLOGI ILEUS
Menurut Indrayani, (2013) penyebab terjadinya ileus obstruksi pada usus halus
menurut antara lain :
a. Hernia inkarserata
Hernia inkarserata timbul karena usus yang masuk ke dalam kantung
hernia terjepit oleh cincin hernia sehingga timbul gejala obstruksi
(penyempitan) dan strangulasi usus (sumbatan menyebabkan
terhentinya aliran darah ke usus).
b. Non Hernia inkarserata, antara lain :
1) Adhesi atau perlengketan usus
Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intra abdominal
sebelumnya atau proses inflamasi intra abdominal. Dapat berupa
perlengketan mungkin dalam bentuk tunggal maupun multiple, bisa
setempat atau luas
2) Askariasis.
Cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum, biasanya
jumlahnya puluhan hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi di
mana-mana di usus halus, tetapi biasanya di ileum terminal yang
merupakan tempat lumen paling sempit.
3) Invaginasi
Disebut juga intususepsi, sering ditemukan pada anak dan agak
jarang pada orang muda dan dewasa. Invaginasi pada anak sering
bersifat idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Invaginasi
umumnya berupa intususepsi ileosekal yang masuk naik ke kolon
ascendens dan mungkin terus sampai ke luar dari rektum. Hal ini
dapat mengakibatkan nekrosis iskemik pada bagian usus yang
masuk dengan komplikasi perforasi dan peritonitis. Diagnosis
invaginasi dapat diduga atas pemeriksaan fisik, dan dipastikan
dengan pemeriksaan Rontgen dengan pemberian enema barium.
4) Volvulus
Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus yang
abnormal dari segmen usus sepanjang aksis longitudinal usus
sendiri, maupun pemuntiran terhadap aksis radiimesenterii sehingga
pasase makanan terganggu. Pada usus halus agak jarang ditemukan
kasusnya. Kebanyakan volvulus didapat di bagian ileum dan mudah
mengalami strangulasi. Gambaran klinisnya berupa gambaran ileus
obstruksi tinggi dengan atau tanpa gejala dan tanda strangulasi.
5) Tumor
Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi usus ,
kecuali jika ia menimbulkan invaginasi. Proses keganasan, terutama
karsinoma ovarium dan karsinoma kolon, dapat menyebabkan
obstruksi usus. Hal ini terutama disebabkan oleh kumpulan
metastasis di peritoneum atau di mesenterium yang menekan usus
6) Batu empedu yang masuk ke ileus
Batu empedu yang masuk ke ileus.
Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul dari
saluran empedu keduodenum atau usus halus yang menyeb abkan
batu empedu masuk ke traktus gastrointestinal. Batu empedu yang
besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada bagian ileum
terminal atau katup ileocaecal yang menyebabkan obstruksi.
Penyebab obstruksi kolon yang paling sering ialah karsinoma,
terutama pada daerah rektosigmoid dan kolon kiri distal
E. PATOFISIOLOGIS ILEUS
Ileus mengarah pada akumulasi cairan dan gas pada tekanan intraluminal yang
meningkat, disfungsi mikrosirkulasi dinding usus, dan gangguan penghalang
mukosa, selanjutnya dapat menyebabkan pergeseran cairan peritonitis
transmigrasi dan hipovolemia (Vilz TO, 2017).
H. KOMPLIKASI ILEUS
Komplikasi yang umumnya terjadi ialah :
3) Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis yang tidak tertangani dengan baik
dan cepat.
c. Pemeriksaaan Primer
Pengkajian Primer pada askep asma bronkial adalah :
1) Airway.
Yang kita dapatkan pada pengkajian airway diantaranya yaitu :
Jalan napas paten, tidak ada suara tambahan seperti ronchi,
wheezing, napas teratur.
2) Breathing.
Yang kita dapatkan pada pengkajian breating diantaranya yaitu :
tidak ada penggunaan otot bantu napas, tidak ada pernapasan
cuping hidung, untuk RR : 20x/menit.
3) Circulation.
Yang kita dapatkan pada pengkajian circulation diantaranya
yaitu : tidak ada tanda tanda hipoksia, akral teraba hangat, CRT
> 2 detik, kulit lembab, turgor kulit normal.
d. Pemeriksaan Sekunder
AMPLE (Allergies, Medication, Peritinent medical history, Last meal,
Event).
1) Alergi
Kaji apakah pasien alergi terhadap beberapa obat pada suatu
kasus dapat muncul kemungkinan pasien alergi terhadap
beberapa antibiotic seperti penisiline dll.
2) Medication
Kemudian kaji apakah sebelum di bawa kerumah sakit pasien
pernah dibawa ke tempat pengobatan lain ataukah terdapat obat
yang sebelumnya diresepkan oleh dokter sebelumnya.
3) Peritinent medical history
Kaji apakah pasien memiliki Riwayat penyakit lain yang
mungkin dapat memperburuk penyakitnya saat ini.
4) Last meal
Kaji juga apakah disaat sebelum dibawa ke rumah sakit pasien
kapan mengonsumsi sesuatu seperti makanan yang dapat
menimbulkan lebih sulit lagi untuk buang air besar seperti
makanan yang rendah serat ( seperti daging, roti), makanan yang
berlemak dan bersantan merupakan makanan yang
memperburuk konstipasi.
5) Event
Serta terakhir kaji mengapa pasien bisa dibawa ke rumah sakit,
apakah karena pasien tidak taat dengan diit yang berkaitan
dengan penyakitnya atau karena factor yang lain seperti
komplikasi dengan penyakit lainnya.
e. Pemeriksaan Penunjang
Dari hasil USG Abdomen didapatkan hasil : Meteorismus
Meteorismus terjadi karena adanya volume udara yang berlebih pada
saluran cerna dan dapat disebabkan oleh aerofagi, sindrom malabsorpsi,
ileus paralitik, ileus obstruktif dan enterokolitis nekrotikans. Ileus
obstruktif terjadi karena adanya sumbatan atau hambatan mekanik yang
disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus atau
kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang menyebabkan
nekrose segmen usus tersebut
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Konstipasi b/d gangguan eliminasi alvi
2) Nyeri Akut b/d peningkatan asam lambung
3) Resiko defisit nutrisi b/d asupan nutrisi inadekuat
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan dibuat berdasarkan pengkajian, diagnosis keperawatan,
pernyataan keluarga, dan perencanaan, dengan merumuskan tujuan,
mengidentifikasi strategi intervensi alternative dan sumber, serta menentukan
prioritas, intervensi tidak bersifat rutin, acak, atau standar, tetapi dirancang
bagi klien tertentu dengan siapa perawat sedang bekerja.
membaik manual
membaik irigasi
Edukasi
6. Anjurkan peningkatan
asupan cairan jika tidak
ada kontraindikasi
7. Latih buang air besar
secara teratur
8. Ajarkan cara mengatasi
konstipasi
Kolaborasi
9. Kolaborasi penggunaan
obat pencahar ( Dulcolac
supposituria )
2. D.0077 Nyeri Dalam asuhan keperawatan 1 Manajemen Nyeri ( I.08238 )
akut b/d x 30 menit makan ekspektasi Observasi
Peningkatan dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi lokasi,
asam lambung Keluhan nyeri karakteristik, durasi,
menurun frekuensi, kualitas,
Gelisah menurun intensitas nyeri
Tekanan darah 2. Identifikasi skala nyeri
membaik 3. Monitor keberhasilan
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi Keperawatan Implementasi merupakan suatu proses
pelaksanaan terapi keperawatan yang berbentuk intervensi mandiri atau
kolaborasi melalui pemanfaatan sumber – sumber yang dimiliki klien.
Implementasi di prioritaskan sesuai dengan kemampuan klien dan sumber
yang dimiliki klien. (Friedman, 2010)
Implemetasi keperawatan merupakan kategori serangkaian perilaku perawat
yang berkoordinasi dengan pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan lain
untuk membantu masalah kesehatan pasien yang sesuai dengan perencanaan
dan kriteria hasil yang telah ditentukan dengan cara mengawasi dan mencatat
respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan (Potter &
Perry 1997, dalam Haryanto, 2007).
Komponen implementasi dari proses keperawatan mempunyai lima tahap:
1) Mengkaji ulang klien
2) Menelaah dan memodifikasi rencana asuhan yang sudah ada
3) Mengidentifikasi area bantuan
4) Mengimplementasikan intervensi keperawatan
5) Mengomunikasikan intervensi
Cara melakukan Implementasi :
1) Mengkomunikasikan atau menginformasikan kepada klien tentang
keputusan tentang keputusan tindakan keperawatan yang akan
dilakukan oleh perawat.
2) Menerapkan pengetahuan intelektual, kemampuan hubungan antar
manusia dan kemampuan teknis keperawatan dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan yang telah diberikan oleh perawat.
E. EVALUASI
Evaluasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan merupakan tahap akhir dari
proses keperawatan. Evaluasi merupakan sekumpulan metode dan
keterampilan untuk menentukan apakah program sudah sesuai dengan rencana
dan tuntutan keluarga. (Ayu, 2010).
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya
dalam perencanaan, dengan cara membandingkan hasil tindakan keperawatan
yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya yang
telah ditetapkan dan menilai efektivitas proses keperawatan mulai dari tahap
pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan. (Mubarak, dkk., 2011).
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah
tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk
mengatasi suatu masalah. Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana:
(Suprajitno dalam Wardani, 2013)
S : Ungkapan perasaan/keluhan yang diungkapkan secara subjektif
oleh klien setelah diberikan implementasi keperawatan.
O : Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat
menggunakan pengamatan yang objektif.
A : Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif.
P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis. Tugas
dari evaluator adalah melakukan evaluasi, menginterpretasi data sesuai
dengan kriteria evaluasi, menggunakan penemuan dari evaluasi untuk
membuat keputusan dalam memberikan asuhan keperawatan.
(Nurhayati, 2011)
DAFTAR PUSTAKA
PPNI, D., 2016. Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia. Edisi 1 Cetakan II ed.
Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia.
PPNI, D., 2016. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1 Cetakan II ed.
jakarta: Persatuan Perawat Indonesia.
PPNI, D., 2016. Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1 Cetakan II ed.
Jakarta: Persatuan Perawat Nasional Indonesia.