Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

“ILEUS”

Disusun untuk memenuhi Tugas Praktik Klinik I


Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat

Disusun oleh :

ERLY DWI PUSPITASARI


NIM 202001021

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
2022/2023

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan dengan kasus Ileus disusun untuk memenuhi
tugas Praktik Klinik Keperawatan I Semester VI (Enam) pada tanggal 29-31 Mei 2023 oleh
mahasiswa Prodi S1 Keperawatan STIKES Karya Husada Kediri.

Nama : Erly Dwi Puspitasari

NIM : 202001021

Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Diagnose
Penyakit “Ileus”

Kediri, 03 Juni 2023

Mengetahui

Mahasiswa

Erly Dwi Puspitasari

NIM 202001021

CE Ruangan Supervisor

Hanik Widarminingsih, A.Md. Kep M. Taukhid. S.Kep.,Ns., M. Kep.

LEMBAR PENILAIAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN I


Ruang : IGD Rumah Sakit Umum AMELIA

Tanggal Praktik : 29 Mei – 03 Juni 2023

Nama : Erly Dwi Puspitasari

NIM : 202001021

Periode Praktik : Keperawatan Gawat Darurat

Judul ASKEP : ”Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan
”Ileus”

No. Elemen Nilai Total Nilai TT CE RUANGAN


(0-100) 1a+1b+1c+2+3
5
1. Asuhan Keperawatan
a. Pre Conference
b. Post Conference
c. Laporan Asuhan
Keperawatan
2. Attitude / Sikap
3. Keterampilan Klinis

No. Elemen Nilai Total Nilai TT PEMBIMBING


(0-100) 1+2+3 PENDIDIKAN
3
1. Laporan Pendahuluan (LP)

M. Taukhid. S.Kep.,Ns.,
M. Kep.

LAPORAN PENDAHULUAN

1. KONSEP PENYAKIT ILEUS


A. DEFINISI ILEUS
Ileus merupakan akibat dari penghambatan motilitas usus yang disebabkan
oleh obstruksi lumen usus atau gangguan peristaltik dinding usus, luar usus
yang menekan, kelainan vas

kularisasi pada suatu segmen usus yang menyebabkan nekrosis pada lumen
tersebut (Sjamsuhidajat, 2014). Obstruksi usus halus menempati sekitar 20%
dari seluruh pembedahan darurat, apabila tidak ditangani maka tingkat
kematian mendekati 100%. Bila operasi dilakukan dalam 24-48 jam dapat
menurunkan angka kematian hingga kurang dari 10%. Faktor-faktor yang
menentukan morbiditas meliputi usia pasien, komorbiditas, dan keterlambatan
dalam perawatan. Data yang diperoleh, mortalitas obstruksi usus secara
keseluruhan masih sekitar 5-8% (Behman R, 2018: Mellor K, 2018)

B. KLASIFIKASI ILEUS
Ileus dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Ileus Obstruktif
Ileus obstruktif atau obstruksi mekanis merupakan penyimpatan isi
lumen saluran cerna tidak dapat disalurkan ke distal karena adanya
sumbatan atau hambatan mekanik yang disebabkan kelainan dalam
lumen usus, dinding, dan rongga peritonium (Bernstein, 2017).
Ileus obstruktif adalah suatu keadaan dimana isi lumen saluran cerna
tidak dapat disalurkan ke distal karena adanya sumbatan atau hambatan
mekanik yang disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau
luar usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen
usus yang menyebabkan nekrose segmen usus tersebut (Wahyudi et al.,
2020).
Dapat disimpulkan bahwa ileus obstruktif merupakan penyumbatan
pada usus yang menyebabkan isi usus tidak dapat melewati lumen usus
sebagai akibat adanya sumbatan atau hambatan mekanik usus.

Klasifikasi Ileus Obstruktif :


a) Menurut sifat sumbatannya
a. Obstrusi komplet ditandai oeh tidaknya adanya flaktus atau
tinja dan tidak adanya gas usus setelah titik obstruksi pada
pemeriksaan radiogenik.
b. Obstruksi inkomplet ditandai oleh berkelanjutannya
pengeluaran flaktus atau tinja dan oleh bukti radiogenik
adanya gas setelah titik obstruksi (Bernstein,
2017).
b) Menurut letak sumbatannya
a. Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus
b. Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar (Bernstein, 2017).

c) Menurut stadiumnya
a. Obstruksi sebagian parsial (partial obstruction) : obstruksi
terjadi sebagian sehingga makanan masih bisa sedikit lewat
dapat flatus dan defikasi sedikit
b. Obstruksi sederhana (simple obstruction) : obstruksi /
sumbatan yang tidak disertai terjepitnya pembuluh darah
( tidak disertai gangguan aliran darah )
c. Obstruksi strangulasi (strangulated obstruction) : obstruksi
disertai dengan terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi
iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis atau gangrene.
(Indrayani, 2013)
b. Ileus Paralitik
Ileus paralitik adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang
disebabkan oleh sumbatan mekanik sehingga isi lumen saluran cerna
tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena ada sumbatan/hambatan
yang disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar
usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus
yang menyebabkan nekrose segmen usus tersebut (Sjamsuhidajat,
2003).
Berdasarkan proses terjadinya ileus paralitik dibedakan menjadi ileus
paralitik mekanik dan non mekanik. Ileus paralitik mekanik terjadi
karena penyumbatan fisik langsung yang bisa disebabkan karena adanya
tumor atau hernia sedangkan ileus paralitik non mekanik terjadi karena
penghentian gerakan peristaltic (Manaf , 2010).

C. ETIOLOGI ILEUS
Menurut Indrayani, (2013) penyebab terjadinya ileus obstruksi pada usus halus
menurut antara lain :
a. Hernia inkarserata
Hernia inkarserata timbul karena usus yang masuk ke dalam kantung
hernia terjepit oleh cincin hernia sehingga timbul gejala obstruksi
(penyempitan) dan strangulasi usus (sumbatan menyebabkan
terhentinya aliran darah ke usus).
b. Non Hernia inkarserata, antara lain :
1) Adhesi atau perlengketan usus
Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intra abdominal
sebelumnya atau proses inflamasi intra abdominal. Dapat berupa
perlengketan mungkin dalam bentuk tunggal maupun multiple, bisa
setempat atau luas
2) Askariasis.
Cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum, biasanya
jumlahnya puluhan hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi di
mana-mana di usus halus, tetapi biasanya di ileum terminal yang
merupakan tempat lumen paling sempit.
3) Invaginasi
Disebut juga intususepsi, sering ditemukan pada anak dan agak
jarang pada orang muda dan dewasa. Invaginasi pada anak sering
bersifat idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Invaginasi
umumnya berupa intususepsi ileosekal yang masuk naik ke kolon
ascendens dan mungkin terus sampai ke luar dari rektum. Hal ini
dapat mengakibatkan nekrosis iskemik pada bagian usus yang
masuk dengan komplikasi perforasi dan peritonitis. Diagnosis
invaginasi dapat diduga atas pemeriksaan fisik, dan dipastikan
dengan pemeriksaan Rontgen dengan pemberian enema barium.
4) Volvulus
Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus yang
abnormal dari segmen usus sepanjang aksis longitudinal usus
sendiri, maupun pemuntiran terhadap aksis radiimesenterii sehingga
pasase makanan terganggu. Pada usus halus agak jarang ditemukan
kasusnya. Kebanyakan volvulus didapat di bagian ileum dan mudah
mengalami strangulasi. Gambaran klinisnya berupa gambaran ileus
obstruksi tinggi dengan atau tanpa gejala dan tanda strangulasi.
5) Tumor
Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi usus ,
kecuali jika ia menimbulkan invaginasi. Proses keganasan, terutama
karsinoma ovarium dan karsinoma kolon, dapat menyebabkan
obstruksi usus. Hal ini terutama disebabkan oleh kumpulan
metastasis di peritoneum atau di mesenterium yang menekan usus
6) Batu empedu yang masuk ke ileus
Batu empedu yang masuk ke ileus.
Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul dari
saluran empedu keduodenum atau usus halus yang menyeb abkan
batu empedu masuk ke traktus gastrointestinal. Batu empedu yang
besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada bagian ileum
terminal atau katup ileocaecal yang menyebabkan obstruksi.
Penyebab obstruksi kolon yang paling sering ialah karsinoma,
terutama pada daerah rektosigmoid dan kolon kiri distal

D. MANIFESTASI KLINIS ILEUS


Menurut Price & Wilson, (2016) terdapat lima tanda dan gejala ileus obstruktif
yaitu :
1) Mekanik sederhana-usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi,
muntah, peningkatan bising usus, nyeri tekan abdomen.
2) Mekanik sederhana-usus halus bawah
Kolik (kram) Signifikasi midabdomen distensi, muntah, peningkatan
bising usus, nyeri tekan abdomen
3) Mekanik sederhana-kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir,
kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan
abdomen.
4) Obstruksi mekanik parsial
Dapat terjadi Bersama granulamatosa usus pada penyakit Crohn.
Gejalanya kram nyeri abdomen, distensi ringan
5) Strangulasi.
Gejala berkembang dengan cepat : nyeri hebat, terus menerus dan
terkolalisir distensi sedang, muntah persisten, biasanya bising usus
menurun dan nyeri tekan terkolalisir hebat. Feses atau vomitusmenjadi
gelap atau berdarah atau mengandung darah sama.

E. PATOFISIOLOGIS ILEUS
Ileus mengarah pada akumulasi cairan dan gas pada tekanan intraluminal yang
meningkat, disfungsi mikrosirkulasi dinding usus, dan gangguan penghalang
mukosa, selanjutnya dapat menyebabkan pergeseran cairan peritonitis
transmigrasi dan hipovolemia (Vilz TO, 2017).

Obstruksi usus halus akut menghasilkan gangguan fisiologis dan patologis


sistemik serta lokal. Obstruksi partial atau komplit yang signifikan terkait
dengan peningkatan insiden migrating clustered contractions ( MMC ) dari
proksimal ke lokasi obstruksi. Kontraksi ini berhubungan dengan kram perut.
Obstruksi parsial, MCC mendorong konten intraluminal dan membiarkannya
melewati titik obstruksi ke distal. Obstruksi total yang tidak teratasi
mengakibatkan isi usus tidak dapat melewati distal, dengan akumulasi cairan
intraluminal yang progresif dan distensi usus proksimal kemudian memulai
retrograde giant contractions (RGC) di usus halus sebagai fase pertama
muntah. Dalam migratory motorcomplexes (MMC) ileus adinamik dan
kontraksi dihambat ( kontraksi yang dimulai di lambung dan usus halus
proksimal hampir secara bersamaan dan menyebar secara distal untuk
membersihkan usus). Ketika tekanan intraluminal di usus proksimal
terhadap obstruksi meningkat, aliran vena di dinding usus dan mesenterium
yang berdekatan berkurang, dan berhenti jika tekanan mencapai tekanan
sistolik. Aliran darah ke mukosa berkurang diikuti oleh rupture kapiler dan
infiltrasi hemoragik. Sentuhan mesenterium atau tekanan langsung pada
pembuluh mesenterika menyebabkan oklusi vena dan arteri. Epitel usus sangat
rentan terhadap anoksia sehingga menjadi yang pertama mengalami nekrosis.

Obstruksi usus halus akut menghasilkan penurunan volume dan gangguan


elektrolit. Kehilangan volume lebih lanjut terjadi ketika isi usus tertahan di
bagian usus yang tersumbat, muntah, atau keluar di dinding usus atau rongga
peritoneum. Kehilangan air disertai dengan kehilangan elektrolit tergantung
pada tingkat obstruksi. Dengan meningkatnya tekanan intraluminal,
penyerapan air dan natrium berkurang dan sekresi numina air, natrium, dan
kalium meningkat. Selain itu dapat terjadi edema dinding usus dan kebocoran
protein.

Pathway Ileus Obstruksi


F. PEMERIKSAAN PENUNJANG ILEUS
1) Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium pada umumnya tidak dapat dijadikan pedoman
untuk menegakan diagnosis. Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan
pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, BUN (blood urea nitrogen), ureum
amilase, dan kreatinin. Pada ileus obstruksi, terutama pada pemeriksaan
laboratorium dalam batas normal. Selanjutnya diteruskan adanya
hemokonsentrasi leikositosis dan nilai elektrolit yang abnormal.
Peningkatan serum yang amilase sering didapatkan pada semua jenis
ileus obstruksi, terutama strangulasi. Penurunan dalam kadar serium
natrium, klorida, an kalium merupakan manifestasi lanjut dapat juga
terjadi alkalosis akibat muntah. Pemeriksaan laboratorium pada anak
dengan obstruksi usus seyoganya berfokus pada deteksi penyulit seperti
dehidrasi dan sepsis. (Bernstein, 2017).
2) Radiografik Polos ( Foto abdomen polos )
Pemeriksaan radiografik polos yang diambil dua sampai tiga posisi, hal
yang paling spesifik dari obstruksi usus halus ialah distensi ususu halus
(diameter > 3 cm), adanya air fluid level pada posisi setengah duduk dan
kekeurangan udara di kolon. Negarif palsu dapat ditemukan pada
pemeriksaan radiologi Ketika letak obstruksi berada di proksimal ususu
halus dan Ketika lumen usus dipenuhi oleh cairan saja tidak adanya
udara. Hal ini dapat mengakibatkan tidak adany adanya gambaran air
fluid level atau distensi usus. Pada ileus obstruksi colon pemeriksaan foto
abdomen menunjukan adanya distensi usus pada bagaian proksimal atau
obstruksia (Bernstein, 2017).
3) Foto Thorax
Foto thorx dapat menggambarkan adanya free air sickle yang terletak di
bawah difragma kanan yang menunjukan adanya perforasi usus.
(Bernstein, 2017)
G. PENATALAKSANAAN ILEUS
Perawatan ileus obstruktif, manajemen awal harus selalu mencakup penilaian
jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi pasien. Pemberian cairan intravena
harus segera diberi untuk mengganti defisit volume dan memperbaiki
gangguan elektrolit atau asam-basa. Pasien yang muntah harus menjalani
pemasangan tabung nasogastrik, akan memungkinkan dekompresi usus untuk
meredakan distensi proksimal terhadap obstruksi. Penyisipan tabung
nasogastric juga akan membantu mengontrol emesis dan menurunkan risiko
aspirasi. Obat analgesik dapat dimulai segera setelah pemeriksaan fisik awal.
Pemberian obat analgesik terhadap nyeri sering dikhawatirkan dapat menutupi
manifestasi klinis dan menghambat diagnosis, tetapi dengan pencitraan CT
modern telah menghilangkan kekhawatiran ini. Agen vagolitik seperti
butylscopolamine memiliki efek antiperistaltik dan tidak boleh diberikan
kepada pasien dengan ileus parsial. Jika ada bukti klinis atau laboratorium
infeksi atau sepsis, antibiotik harus diberikan lebih awal, sesuai rekomendasi
dari Surviving Sepsis Campaign (Vilz TO, 2017 ).
Manajemen pada akhirnya tergantung pada etiologi dan keparahan obstruksi.
Pasien yang stabil dengan obstruksi parsial akan sembuh dengan dekompresi
tabung nasogastrik dan tindakan suportif. Hernia yang tidak dapat direduksi
atau strangulasi membutuhkan intervensi bedah darurat. Obstruksi total sering
memerlukan intervensi bedah segera atau darurat karena risiko iskemia yang
meningkat. Keadaan penyakit kronis seperti penyakit Crohn dan keganasan
memerlukan tindakan suportif awal dan periode manajemen non-operatif yang
lebih lama (Smith DA, Nehring SM, 2018).

Pengobatan konservatif dibenarkan selama tidak ada indikasi absolut untuk


pembedahan seperti strangulasi, iskemia, tidak adanya transit konten usus dan
tidak ada bukti klinis abdomen akut. Untuk ileus partial, tingkat keberhasilan
pengobatan adalah 80%, sedangkan kemungkinan reseksi usus akan
dibutuhkan di bawah 5%. Jika ileus obstruksi total (complete) dirawat secara
konservatif, kemungkinan reseksi usus akan dibutuhkan kira-kira 30% (Vilz
TO, 2017). Indikasi untuk operasi, jika faktor risiko berupa nyeri perut selama
4 hari atau lebih, tanda peritoneum, protein C reaktif > 75 mg / L, leukosit >
10 500 μL, > 500 mL cairan bebas, mengurangi peningkatan kontras dinding
usus. Satu poin diberikan untuk setiap kriteria yang dipenuhi. Skor 3 atau lebih
hampir 70% sensitif dan lebih dari 90% spesifik untuk bahaya strangulasi dan
merupakan indikasi untuk operasi darurat (Schwenter F, 2010). Walaupun
ileus usus kecil biasanya disebabkan oleh adhesi dan hamper tiga perempat
kasus dapat diobati secara konservatif, ileus usus besar biasanya disebabkan
oleh kanker dan tiga perempat kasus memerlukan pembedahan segera (Keenan
JE, 2014).

H. KOMPLIKASI ILEUS
Komplikasi yang umumnya terjadi ialah :

1) Peritonitis karena absorbsi toksindalamrongga peritoneum sehingga


terjadi peradangan atau infeksi yang hebat pada intra abdomen

2) Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama pada


organ intra abdomen

3) Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis yang tidak tertangani dengan baik
dan cepat.

4) Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma


(brunner and Suddarth, 2001).
2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses
pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi
dan mengidentifikasi status kesehatan. (Nursalam, 2011).
a. Data Umum
Data umum meliputi Nama, Ruang, No.Register, Umur, Jenis Kelamin,
Agama, Suku Bangsa, Bahasa, Alamat, Pekerjaan, Status, Pendidikan
Terakhir, Golongan Darah, Tanggal MRS, Tanggal Pengkajian,
Diagnosa Medis.
Ileus obstruktif tidak hanya dapat menghasilkan perasaan yang tidak
nyaman, seperti : keram perut, nyeri perut, kembung, mual, dan muntah,
bila tidak diobati dengan benar, ileus obstruktif dapat menyebabkan
sumbatan dan menyebabkan kematian jaringan usus. Kematian jaringan
ini dapat ditunjukkan dengan perforasi usus, infeksi ringan, hingga
kondisi shock.
b. Data Dasar
1) Triage
Penentuan Triage bisa menggunakan Visual Triage Severity Index
(ESI).
a) Pasien dengan Kategori merah (P1) merupakan pasien yang
perlu segera diselamatkan atau memperoleh Live Safing dan
tidak dapat ditunda. biasanya pasien dengan gangguan
pernapasan berat atau gagal napas. ditandai dengan RR>30,
pasien tidak sadar, nadi tidak teraba/teraba lemah,dll.
b) Pasien dengan kategori kuning (P2) merupakan pasien yang
membutuhkan tindakan segera, tetapi tidak mengancam nyawa.
biasanya pasien dengan fraktur, pasien mengalami nyeri namun
masih sadar.
c) Pasien dengan kategori hijau (P3) merupakan pasien yang tidak
harus segera mendapatkan tindakan, tindakan dapat ditunda dan
tidak mengancam jiwa, biasanya pasien luka ringan, mual,
walking wound dll.
2) Keluhan Utama
Keluhan utama yang timbul pada klien dengan ileus obstruktif
adalah tidak bisa flatus, tidak bisa buang air besar (sampai bisa
berhari-hari ), konstipasi, perut kembung, terasa begah, tidak
nyaman, napsu makan menurun, badan terasa lemah.
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
Kaji gejala yang dirasakan pertama kali hingga sampai dirumah
sakit, dimana pada umumnya pasien dengan ileus akan mengalami
tidak bisa buang air besar sampai berhari hari, tidak bisa flatus,
perut kembung terasa begah, terasa tidak nyaman, nyeri pada perut.
Serta kaji apakah ada upaya dalam mengurangi gejala yang
dilakukan dirumah, seperti kompres hangat pada perut.
4) Riwayat Kesehatan Dahulu
Terdapat data yang menyatakan adanya faktor predisposisi
timbulnya penyakit ini, yaitu pasien merupakan pasien post op
mioma uteri sekitar 4 bulan yang lalu. Multple mioma uteri
( intramural dan subserosa ).
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ileus bukan merupakan penyakit degenerative, jadi kecil
kemungkinan ileus diakibatkan karena keturunan keluarga.
Begitupila pasien dengan ileus juga kemungkinan kecil akan
mmenurunkan penyakitnya pada generasi selanjutnya.

c. Pemeriksaaan Primer
Pengkajian Primer pada askep asma bronkial adalah :
1) Airway.
Yang kita dapatkan pada pengkajian airway diantaranya yaitu :
Jalan napas paten, tidak ada suara tambahan seperti ronchi,
wheezing, napas teratur.
2) Breathing.
Yang kita dapatkan pada pengkajian breating diantaranya yaitu :
tidak ada penggunaan otot bantu napas, tidak ada pernapasan
cuping hidung, untuk RR : 20x/menit.
3) Circulation.
Yang kita dapatkan pada pengkajian circulation diantaranya
yaitu : tidak ada tanda tanda hipoksia, akral teraba hangat, CRT
> 2 detik, kulit lembab, turgor kulit normal.
d. Pemeriksaan Sekunder
AMPLE (Allergies, Medication, Peritinent medical history, Last meal,
Event).
1) Alergi
Kaji apakah pasien alergi terhadap beberapa obat pada suatu
kasus dapat muncul kemungkinan pasien alergi terhadap
beberapa antibiotic seperti penisiline dll.
2) Medication
Kemudian kaji apakah sebelum di bawa kerumah sakit pasien
pernah dibawa ke tempat pengobatan lain ataukah terdapat obat
yang sebelumnya diresepkan oleh dokter sebelumnya.
3) Peritinent medical history
Kaji apakah pasien memiliki Riwayat penyakit lain yang
mungkin dapat memperburuk penyakitnya saat ini.
4) Last meal
Kaji juga apakah disaat sebelum dibawa ke rumah sakit pasien
kapan mengonsumsi sesuatu seperti makanan yang dapat
menimbulkan lebih sulit lagi untuk buang air besar seperti
makanan yang rendah serat ( seperti daging, roti), makanan yang
berlemak dan bersantan merupakan makanan yang
memperburuk konstipasi.
5) Event
Serta terakhir kaji mengapa pasien bisa dibawa ke rumah sakit,
apakah karena pasien tidak taat dengan diit yang berkaitan
dengan penyakitnya atau karena factor yang lain seperti
komplikasi dengan penyakit lainnya.
e. Pemeriksaan Penunjang
Dari hasil USG Abdomen didapatkan hasil : Meteorismus
Meteorismus terjadi karena adanya volume udara yang berlebih pada
saluran cerna dan dapat disebabkan oleh aerofagi, sindrom malabsorpsi,
ileus paralitik, ileus obstruktif dan enterokolitis nekrotikans. Ileus
obstruktif terjadi karena adanya sumbatan atau hambatan mekanik yang
disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus atau
kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang menyebabkan
nekrose segmen usus tersebut
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Konstipasi b/d gangguan eliminasi alvi
2) Nyeri Akut b/d peningkatan asam lambung
3) Resiko defisit nutrisi b/d asupan nutrisi inadekuat

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan dibuat berdasarkan pengkajian, diagnosis keperawatan,
pernyataan keluarga, dan perencanaan, dengan merumuskan tujuan,
mengidentifikasi strategi intervensi alternative dan sumber, serta menentukan
prioritas, intervensi tidak bersifat rutin, acak, atau standar, tetapi dirancang
bagi klien tertentu dengan siapa perawat sedang bekerja.

No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi keperawatan


Keperawatan
1. D.0149 Dalam asuhan keperawatan 1 Manajemen Konstipasi ( I.04155 )
Konstipasi b/d x 30 menit makan ekspektasi Observasi
Gangguan eliminasi fekal dengan 1. Periksa tanda gejala
eliminasi alvi kriteria hasil : konstipasi
 Kontrol pengeluaran 2. Periksa pergerakan usus,
feses meningkat karakteristik feses
 Keluhan defekasi ( konsistensi, bentuk,
lama dan sulit volume dan warna).
menurun Terapeutik
 Nyeri abdomen 3. Anjurkan diet tinggi serat
menurun 4. Lakukan massase

 Konsistensi feses evakuasi feses secara

membaik manual

 Frekuesi defekasi 5. Berikan enema atau

membaik irigasi
Edukasi
6. Anjurkan peningkatan
asupan cairan jika tidak
ada kontraindikasi
7. Latih buang air besar
secara teratur
8. Ajarkan cara mengatasi
konstipasi
Kolaborasi
9. Kolaborasi penggunaan
obat pencahar ( Dulcolac
supposituria )
2. D.0077 Nyeri Dalam asuhan keperawatan 1 Manajemen Nyeri ( I.08238 )
akut b/d x 30 menit makan ekspektasi Observasi
Peningkatan dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi lokasi,
asam lambung  Keluhan nyeri karakteristik, durasi,
menurun frekuensi, kualitas,
 Gelisah menurun intensitas nyeri
 Tekanan darah 2. Identifikasi skala nyeri
membaik 3. Monitor keberhasilan

 Fungsi berkemih terapi komplementer yang

membaik sudah diberikan

 Nafsu makan Terapeutik


membaik 4. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
( teknik relaksasi )
5. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
6. Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi
7. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
8. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
9. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
10. Kolaborasi pemberian
analgetik
3. D.0032 Resiko Dalam asuhan keperawatan 1 Managemen Nutrisi ( I.03119 )
defisit nutrisi x 30 menit maka ekspektasi Observasi
b/d asupan status nutrisi dengan kriteria 1. Identifikasi status nutrisi
nutrisi hasil : 2. Identifikasi kebutuhan kalori dan
inadekuat  Verbalisasi untuk jenis nutrien
meningkatkan nutrisi 3. Monitor asupan makan
meningkat 4. Monitor berat badan
 Frekuensi makan Terapeutik
membaik 5. Sajikan makan yang menarik dan
 Nafsu makan suhu yang sesuai
membaik 6. Berikan makanan yang tinggi

 Bising usus membaik serat untuk mencegah parahnya

 Nyeri abdomen konstipasi

berkurang 7. Berikan makanan tinggi kalori


dan tinggi protein
8. Berikan suplemen makanan
Edukasi
9. Edukasi diet yang diprogramkan
Kolaborasi
10. Kolaborasi dengan alhi gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrien yang dibutuhkan

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi Keperawatan Implementasi merupakan suatu proses
pelaksanaan terapi keperawatan yang berbentuk intervensi mandiri atau
kolaborasi melalui pemanfaatan sumber – sumber yang dimiliki klien.
Implementasi di prioritaskan sesuai dengan kemampuan klien dan sumber
yang dimiliki klien. (Friedman, 2010)
Implemetasi keperawatan merupakan kategori serangkaian perilaku perawat
yang berkoordinasi dengan pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan lain
untuk membantu masalah kesehatan pasien yang sesuai dengan perencanaan
dan kriteria hasil yang telah ditentukan dengan cara mengawasi dan mencatat
respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan (Potter &
Perry 1997, dalam Haryanto, 2007).
Komponen implementasi dari proses keperawatan mempunyai lima tahap:
1) Mengkaji ulang klien
2) Menelaah dan memodifikasi rencana asuhan yang sudah ada
3) Mengidentifikasi area bantuan
4) Mengimplementasikan intervensi keperawatan
5) Mengomunikasikan intervensi
Cara melakukan Implementasi :
1) Mengkomunikasikan atau menginformasikan kepada klien tentang
keputusan tentang keputusan tindakan keperawatan yang akan
dilakukan oleh perawat.
2) Menerapkan pengetahuan intelektual, kemampuan hubungan antar
manusia dan kemampuan teknis keperawatan dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan yang telah diberikan oleh perawat.

E. EVALUASI
Evaluasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan merupakan tahap akhir dari
proses keperawatan. Evaluasi merupakan sekumpulan metode dan
keterampilan untuk menentukan apakah program sudah sesuai dengan rencana
dan tuntutan keluarga. (Ayu, 2010).
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya
dalam perencanaan, dengan cara membandingkan hasil tindakan keperawatan
yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya yang
telah ditetapkan dan menilai efektivitas proses keperawatan mulai dari tahap
pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan. (Mubarak, dkk., 2011).
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah
tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk
mengatasi suatu masalah. Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana:
(Suprajitno dalam Wardani, 2013)
S : Ungkapan perasaan/keluhan yang diungkapkan secara subjektif
oleh klien setelah diberikan implementasi keperawatan.
O : Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat
menggunakan pengamatan yang objektif.
A : Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif.
P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis. Tugas
dari evaluator adalah melakukan evaluasi, menginterpretasi data sesuai
dengan kriteria evaluasi, menggunakan penemuan dari evaluasi untuk
membuat keputusan dalam memberikan asuhan keperawatan.
(Nurhayati, 2011)

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, K. F. P., 2020. Karakteristik Ileus Obstruktif Di RSUP Dr.Wahidin


Sudirohusodo Makassar Tahun 2018. Makassar: s.n.
Dwitya Rilianti, R. Z. O., 2017. RADIOGRAFI ABDOMEN 3 POSISI PADA KASUS
NEONATUS DENGAN METEORISMUS. MEDULA, Volume Vol.7 No.2.
Sari, Novita, E. N. (2019). ‘Gambaran Ileus Obstruktif Pada Anak Di Rsud Arifin
Achmad Provinsi Riau Periode Januari 2012 – Desember 2014’, Journal of Medicine, 53(9),
pp. 1689–1699
Fitria, W. E. (2019). ‘Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada Pasien Trauma Tumpul
Abdomen Dengan Tindakan Laparatomi di Ruang OK Rumah Sakit Mardi Waluyo Metro
Tahun 2019’.
Margaretha Novi Indrayani. (2013) ‘Diagnosis dan Tata Laksana Ileus Obstruktif’,
SMF Ilmu Bedah Fakultas kedokteran Universitas Udayana, pp. 68–70
MedLine Plus. (2018). ‘Intestinal obstruction and Ileus’, National Library Of
Medicine, 2(1), pp. 4–7
Pasaribu, N. (2012). ‘Karakteristik Penderita Ileus Obstruktif Yang Dirawat Inap Di
Rsud Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007-2010’, 1, pp. 2–3
Hutahean,S., Febriana, N.,&Apiah, L. (2019).Penerapan Prosedur Teknik Relaksasi
Terhadap Intensitas Nyeri pada Pasien Post Operasi Lapatomi di RSUD Koja Jakarta Utara.
Jurnal Akademi Keperawatan Husada karya Jaya-(JAKHKJ). 5(1)
Serin, A., &Simangunsong, B.(2017).Karakteristik Penderita Ileus Obstruksi Yang
Rawat Inap Di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Periode 2015 - 2016. Jurnal Kedokteran
Metodhist. 10(1)

PPNI, D., 2016. Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia. Edisi 1 Cetakan II ed.
Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia.
PPNI, D., 2016. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1 Cetakan II ed.
jakarta: Persatuan Perawat Indonesia.
PPNI, D., 2016. Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1 Cetakan II ed.
Jakarta: Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai