Disusun oleh :
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan dengan kasus BPPV disusun untuk
memenuhi tugas Praktik Klinik Keperawatan I Semester VI (Enam) pada tanggal 05- 10 Juni
2023 oleh mahasiswa Prodi S1 Keperawatan STIKES Karya Husada Kediri.
NIM : 202001021
Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Diagnose
Penyakit “ BPPV ( Benign Paroxysmal positional Vertigo )”
Mengetahui
Mahasiswa
NIM 202001021
CE Ruangan Supervisor
NIM : 202001021
Judul ASKEP : ”Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan
”Ileus”
Pria Wahyu
R.G.,S.Kep.,Ns.,M.
Kep
LAPORAN PENDAHULUAN
Sekitar 50% hingga 70% kasus BPPV terjadi tanpa diketahui penyebabnya dan
disebut sebagai BPPV primer atau idiopatik. Kasus yang tersisa disebut BPPV
sekunder dan sering dikaitkan dengan patologi yang mendasarinya, seperti trauma
kepala, neuronitis vestibular, labirinitis, penyakit Ménière, migrain, iskemia, dan
penyebab iatrogenik. Penyebab paling umum dari BPPV sekunder adalah cedera
kepala, terhitung 7% sampai 17% dari kasus BPPV. Trauma pada kepala dapat
menyebabkan pelepasan banyak otoconia ke dalam endolymph; mungkin itu
sebabnya sebagian besar pasien ini memiliki BPPV bilateral. Labirinitis virus
atau neuronitis vestibular menyumbang hingga 15% dari kasus BPPV.
Penyakit Ménière diperkirakan terkait dengan BPPV pada 0,5% hingga 31%
kasus. Gross dan rekan mengamati bahwa 5,5% kasus penyakit Ménière memiliki
BPPV kanal posterior. Ini bisa menjadi konsekuensi dari cedera yang diinduksi
secara hidropik pada utrikulus atau obstruksi labirin membran.
Migrain juga ditemukan memiliki hubungan yang erat dengan BPPV. Ishiyama
dkk. mengamati peningkatan kejadian migrain pada pasien yang menderita BPPV
dan kekambuhan BPPV yang lebih tinggi setelah berhasil melakukan posisi pada
pasien dengan migrain. Telah dipostulasikan bahwa spasme arteri telinga bagian
dalam mungkin merupakan mekanisme penyebab yang mendasarinya, karena
vasospasme sering terlihat pada migrain.
BPPV sekunder juga dilaporkan setelah operasi telinga bagian dalam. Mekanisme
yang mendasari mungkin terkait dengan kerusakan utrikulus yang menyebabkan
pelepasan otoconia.
1) Dix-Hallpike test
Tes ini tidak boleh dilakukan pada pasien yang memiliki masalah dengan
leher dan punggung. Tujuannya adalah untuk memprovokasi serangan
vertigo dan untuk melihat adanya nistagmus. Cara melakukannya sebagai
berikut :
a) Pertama-tama jelaskan pada penderita mengenai prosedur pemeriksaan,
dan vertigo mungkin akan timbul namun menghilang setelah beberapa
detik.
b) Penderita didudukkan dekat bagian ujung tempat periksa, sehingga
ketika posisi terlentang kepala ekstensi ke belakang 300-400, penderita
diminta tetap membuka mata untuk melihat nistagmus yang muncul
c) Kepala diputar menengok ke kanan 450 (kalau kanalis semisirkularis
posterior yang terlibat). Ini akan menghasilkan kemungkinan bagi otolith
untuk bergerak, kalau ia memang sedang berada di kanalis semisirkularis
posterior.
d) Dengan tangan pemeriksa pada kedua sisi kepala penderita, penderita
direbahkan sampai kepala tergantung pada ujung tempat periksa.
e) Perhatikan munculnya nistagmus dan keluhan vertigo, posisi tersebut
dipertahankan selama 10-15 detik.
f) Komponen cepat nistagmus harusnya “up-bet‟ (ke arah dahi) dan
ipsilateral.
g) Kembalikan ke posisi duduk, nistagmus bisa terlihat dalam arahyang
berlawanan dan penderita mengeluhkan kamar berputar kearah
berlawanan.
h) Berikutnya manuver tersebut diulang dengan kepala menoleh ke sisi kiri
450 dan seterusnya.
C. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Meliputi keluhan utama atau yang berhubungan dengan
gangguan atau penyakit yang dirasakan saat ini atau
perasaan pasien saat ini
DAFTAR PUSTAKA
Abraham A., 2014. Peripheral Vertigo – A Study Of 100 Cases: Our Experience.
Journal of Evolution of Medical and Dental Science. Vol 3(27)
Edward Y., Roza Y., 2014. Diagnosis dan Tatalaksana Benign Paroxysmal Positional
Vertigo. Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. 3(1)
Moreno, Jose Luis Ballve, et al. 2014. Effectiveness of the Epley’s Maneuver
Performed in Primary Care to Treat Posterior Canal Benign Paroxysmal Positional Vertigo:
Study Protocol for a Randomized ontrolled Trial. Trials Journal. 15:179
Parham K., 2014. Benign Paroxysmal Positional Vertigo: An Integrated Perspective.
Advances in Otolaryngology. Article ID 792635, 17 pages, 201
Purnamasari P., 2010. Diagnosis dan Tatalaksana Benign Paroxysmal Positional
Vertigo. Universitas Udayana: Denpasar
Sjahrir, Hasan. 2008. Nyeri Kepala dan Vertigo. Yogyakarta : Pustaka Cendekia Press
Gunawan. (2017). Asuhan Keparawatan Pada Klien Dengan Masalah Kebutuhan
Dasar Rasa Aman Nyaman Akibat Nyeri Karena Vertigo Di Rs Pku Muhammadiyah
Gombong Karya
PPNI, D., 2016. Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia. Edisi 1 Cetakan II ed.
Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia.
PPNI, D., 2016. Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1 Cetakan II ed.
Jakarta: Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, D., 2016. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1 Cetakan II ed.
jakarta: Persatuan Perawat Indonesia.