Anda di halaman 1dari 24

LEMBAR PENGESAHAN

Referat dengan judul :

Benign Paroxymal Positional Vertigo (BPPV)

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu
Kesehatan THT RSUD Koja Jakarta Utara periode 06 November 2023 – 09 Desember 2023

Disusun oleh:

Irene Andrea Handaka


112022006

Telah diterima dan disetujui oleh dr. Irma Suryati Sp.THT-KL

Selaku dokter pembimbing Departemen Ilmu Kesehatan THT Rumah Sakit Umum Daerah
Koja Jakarta Utara

Jakarta, 15 November 2023

dr. Irma Suryati Sp.THT-KL

1
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA
WACANA
LEMBAR PENILAIAN

Nama Irene Andrea Handaka


NIM 112022006
Tanggal
Judul Benign Paroxymal Positional Vertigo (BPPV)

Skor
Aspek yang dinilai 1 2 3 4 5
Pengumpulan data
Analisa masalah
Penguasaan teori
Referensi
Pengambilan keputusan klinis
Cara penyajian
Bentuk laporan
Total
Nilai %= (Total/35)x100%
Keterangan : 1 = sangat kurang (20%), 2 = kurang (40%), 3 = sedang (60%), 4 = baik
(80%), dan 5 =sangat baik (100%)

Komentar penilai

Nama Penilai Paraf/Stempel

dr. Irma Suryati Sp.THT-KL

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

karunia dan kuasa-Nya sehingga referat yang berjudul “ Benign Paroxymal Positional

Vertigo (BPPV) ” dapat terselesaikan. Diharapkan agar referat ini dapat memberikan

manfaat yang sebesar-besarnya kepada semua orang yang membacanya. Penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pembimbing, yaitu dr. Irma

Suryati, Sp.THT-KL yang telah memberikan saran, dukungan, dan nasehat sampai referat

ini berhasil diselesaikan. Selain itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun referat ini. Penulis menyadari adanya

kekurangan dalam penyusunan referat ini. Oleh karena itu, kritik dan saran senantiasa

terbuka demi perbaikan karya penulis.

Jakarta, 15 November 2023

Irene Andrea Handaka

3
PENDAHULUAN

Salah satu penyebab paling umum dari vertigo adalah Benign paroxysmal
positional vertigo (BPPV). BPPV diketahui adalah gangguan yang paling umum terjadi
dari system vestibular telinga bagian dalam yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan.
Diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat masih terus disempurnakan. Benign Paroxysmal
Positional Vertigo merupakan gangguan vestibular dimana 17%-20% pasien mengeluh
vertigo. Gangguan vestibular dikarakteristikan dengan serangan vertigo yang disebabkan
oleh perubahan posisi kepala dan berhubungan dengan karakteristik nistagmus paroksimal.
Penyakit ini merupakan penyakit degeneratif idiopatik yang sering ditemukan,
kebanyakan diderita oleh wanita dibandingkan pria dengan perbandingan 2 :1
BPPV merupakan suatu kondisi terjadinya gangguan dari sistem perifer vestibular,
ketika pasien merasakan sensasi pusing berputar dan berpindah yang berhubungan dengan
nistagmus ketika posisi kepala berubah terhadap gaya gravitasi dan disertai gejala mual,
muntah dan keringat dingin. Serangan biasa dipicu ketika pasien merubah posisi kepala ke
sisi yang terkena kemudian berguling ke sisi berlawanan ataupun duduk dengan cepat.
BPPV disebabkan ketika material berupa kalsium karbonat dari makula dalam dinding
utrikulus masuk kedalam salah satu kanalis semisirkularis yang akan merespon ke saraf.
Berdasarkan teori dapat mengenai ketiga kanalis semisirkularis, walaupun terkenanya
kanal superior (anterior) sangat jarang. Bentuk yang paling sering adalah bentuk kanal
posterior, diikuti bentuk lateral. Diagnosis BPPV ditegakkan berdasarkan anamnesis gejala
klinis yang terjadi serta dikonfirmasi oleh berbagai manuver diagnosis.

Secara umum penatalaksanaan BPPV adalah untuk meningkatkan kualitas hidup


serta mengurangi resiko jatuh yang dapat terjadi pada pasien. Penatalaksanaan BPPV
secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu penatalaksanaan non-farmakologi yang
termasuk berbagai manuver didalamnya dan penatalaksanaan farmakologis
Penatalaksanaan dengan menuver secara baik dan benar menurut beberapa penelitian
dapat mengurangi angka morbiditas.

4
Defenisi

Benign Paroxysmal Potitional Vertigo (BPPV) adalah penyakit organ vestibuler


perifer yang paling umum dan di tandai dengan sensasi berputar yang terjadi secara tiba-
tiba yang di sertai dengan nystagmus yang khas. Gejala dipicu oleh perubahan posisi
kepala sehubungan dengan gravitasi, yang dapat berkisar pada pusing ringan sampai berat
dan menyebabkan mulal atau muntah dan menggangu fungsi sehari-hari. Benign
paroxysmal potitional vertigo (BPPV) merupakan suatu gangguan keseimbangan perifer
yang sering dijumpai. BPPV didefinisikan sebagai sensasi gerakan abnormal yang
ditimbulkan ketika pasien merubah posisi kepala ke sisi yang terkena kemudian berguling
ke sisi berlawanan ataupun duduk dengan cepat. Serangan dari BPPV biasanya tidak
diketahui penyebabnya atau idiopatik, tetapi dapat berhubungan dengan trauma kepala,
posisi terlentang terlalu lama atau gangguan dari dalam telinga. BPPV sering digambarkan
sebagai selflimiting karena gejala dapat mereda atau dapat hilang dalam waktu enam bulan
dari onset.1
Dalam kasus BPPV, terjadi pembentukan sinyal yang menyimpang dari kanalis
semisirkularis sehingga menciptakan ilusi gerakan yang menyebabakan munculnya
vertigo.

Epidemiologi.

Angka prevalensi vertigo pada dewasa usia 18-79 tahun mencapai 7.4% dengan
angka insidensi tahunan sebesar 1.4%.2,3 Proporsi antara wanita lebih besar dibandingkan
dengan laki-laki yaitu 2 : 1. BPPV lebih sering melibatkan telinga kanan, faktor yang
mungkin terkait adalah kebiasaan tidur ke sisi kanan pada populasi umum. Penyebab
vertigo didominasi oleh penyebab perifer yakni hingga mencapai 80%. Penyebab yang
paling banyak dari kelompok ini adalah Benign Paroxysmal Postural Vertigo (BPPV), di
mana 20% sisanya adalah penyebab dari sentral. 4 Belum terdapat data epidemiologi
mengenai vertigo di Indonesia.

5
Etiologi

Sekitar 50%, penyebab BPPV adalah idiopatik, selain idiopatik, penyebab


terbanyak adalah trauma kepala (17%) diikuti dengan neuritis vestibularis (15%),
migraine, implantasi gigi dan operasi telinga, dapat juga sebagai akibat dari posisi tidur
yang lama pada pasien post operasi atau bed rest total lama.5

Anatomi dan Fisiologi Organ Verstibuler

Vestibulum memonitor pergerakan dan posisi kepala dengan mendeteksi akselerasi


linier dan angular. Bagian vestibular dari labirin terdiri dari tiga kanal semisirkular, yakni
kanal anterior, posterior, dan horisontal. Ketiga kanal semisirkularis ini mendeteksi
akselerasi angular. Setiap kanal semisirkular terisi oleh endolimfe dan pada bagian
dasarnya terdapat penggelembungan yang disebut sebagai ampula. Ampula mengandung
kupula, suatu masa gelatin yang memiliki densitas yang sama dengan endolimfe, serta
melekat pada sel rambut.6
Kupula adalah sensor gerak untuk kanal semisirkular dan ini teraktivasi oleh
defleksi yang disebabkan oleh aliran endolimfe. Pergerakan kupula oleh karena endolimfe
dapat menyebabkan respon, baik berupa rangsangan atau hambatan, tergantung pada arah
dari gerakan dan kanal semisirkular yang terkena. Kupula membentuk barier yang
impermeabel yang melintasi lumen dari ampula, sehingga partikel dalam kanal
semisirkular hanya dapat masuk atau keluar kanal melalui ujung yang tidak mengandung
ampula.
Labirin juga terdiri dari dua struktur otolit, yakni utrikulus dan sakulus yang
mendeteksi akselerasi linear, termasuk deteksi terhadap gravitasi. Organ reseptornya
adalah makula. Makula utrikulus terletak pada dasar utrikulus kira-kira di bidang kanalis
semisirkularis horisontal. Makula sakulus terletak pada dinding medial sakulus dan
terutama terletak di bidang vertikal. Pada setiap makula terdapat sel rambut yang
mengandung endapan kalsium yang disebut otolith (otokonia). Makula pada utrikulus
diperkirakan sebagai sumber dari partikel kalsium yang menjadi penyebab BPPV. 7

6
Gambar 1. Labirin Telinga Dalam

Gambar 2. Sistem Vestibular

Gerakan atau perubahan kepala dan tubuh akan menimbulkan perpindahan aliran
endolimfa di labirin dan selanjutnya silia sel rambut akan menekuk. Tekukan silia
menyebabkan permeabilitas membran sel berubah, sehingga ion kalsium akan masuk ke

7
dalam sel yang menyebabkan terjadinya proses depolarisasi dan akan merangsang
pengelepasan neurotransmitter eksitator yang selanjutnya akan meneruskan impuls
sensoris melalui saraf aferen ke pusat keseimbangan di otak. Sewaktu berkas silia
terdorong ke arah berlawanan, maka terjadi hiperpolarisasi. Ampulofugal berarti
pergerakan yang menjauhi ampula, sedangkan ampulapetal berarti gerakan mendekati
ampula, Pada kanal semisirkular posterior dan superior, defleksi utrikulofugal dari kupula
bersifat merangsang ( stimulatory) dan defleksi utrikulopetal bersifat menghambat
(inhibitory) Pada kanal semisirkular lateral, terjadi yang sebaliknya.
Organ Vestibuler berfungsi sebagai transduser yang mengubah energi mekanik
akibat rangsangan otolit dan gerakan endolimfa di dalam kanalis semisirkularis menjadi
energi biolistrik, sehingga dapat memberi informasi mengenai perubahan posisi tubuh
akibat percepatan linier atau percepatan sudut, dengan demikian dapat memberi informasi
mengenai semua gerak tubuh yang sedang berlangsung. Sistem vestibuler berhubungan
dengan sistem tubuh yang lain, sehingga kelainannya dapat menimbulkan gejala pada
sistem tubuh yang bersangkutan. 6,7

Patofisiologi BPPV

Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) disebabkan ketika otolith yang


terdiri dari kalsium karbonat yang berasal dari makula pada utrikulus yang lepas dan
bergerak dalam lumen dari salah satu kanal semisirkular. Kalsium karbonat dua kali lebih
padat dibandingkan endolimfe, sehingga bergerak sebagai respon terhadap gravitasi dan
pergerakan akseleratif lain. Ketika kristal kalsium karbonat bergerak dalam kanal
semisirkular (kanalitiasis), mereka menyebabkan pergerakan endolimfe yang menstimulasi
ampula pada kanal yang terkena, sehingga menyebabkan vertigo.8

8
Gambar 3. Labirin telinga Tengah

Arah dari nistagmus ditentukan oleh eksitasi saraf ampula pada kanal yang
terkena oleh sambungan langsung dengan otot ekstraokuler. Setiap kanal yang terkena
kanalitiasis memiliki karakteristik nistagmus tersendiri. Kanalitiasis mengacu pada
partikel kalsium yang bergerak bebas dalam kanal semisirkular. Sedangkan kupulolitiasis
mengacu pada kondisi yang lebih jarang dimana partikel kalsium melekat pada kupula itu
sendiri. Konsep calcium jam” pernah diusulkan untuk menunjukkan partikel kalsium yang
kadang dapat bergerak, tetapi kadng terjebak dalam kanal.9

Gambar 4. Gambaran kupula

Alasan terlepasnya kristal kalsium dari makula belum dipahami dengan pasti.
Debris kalsium dapat pecah karena trauma atau infeksi virus, tapi pada banyak keadaan
dapat terjadi tanpa trauma atau penyakit yang diketahui. Mungkin ada kaitannya dengan
perubahan protein dan matriks gelatin dari membran otolith yang berkaitan dengan usia.
Pasien dengan BPPV diketahui lebih banyak terkena osteopenia dan osteoporosis daripada

9
kelompok kontrol, dan mereka dengan BPPV berulang cenderung memiliki skor densitas
tulang yang terendah. Pengamatan ini menunjukkan bahwa lepasnya otokonia dapat sejalan
dengan demineralisasi tulang pada umumnya. Tetap perlu ditentukan apakah terapi
osteopenia atau osteoporosis berdampak pada kecenderungan terjadinya BPPV berulang.

BPPV

BPPV Canal Posterior

Benign Paroxysmal Positional Vertigo yang paling sering terjadi adalah tipe kanal
posterior. Ini tercatat pada 85 sampai 90% dari kasus dari BPPV, karena itu, jika tidak
diklasifikasikan, BPPV umumnya mengacu pada BPPV bentuk kanal posterior. Penyebab
paling sering terjadinya BPPV kanal posterior adalah kanalitiasis. Hal ini dikarenakan
debris endolimfe yang terapung bebas cenderung jatuh ke kanal posterior disebabkan
karena kanal ini adalah bagian vestibulum yang berada pada posisi yang paling bawah saat
kepala pada posisi berdiri ataupun berbaring. Kanalit tersebut bergerak ke bagian yang
paling rendah pada saat orientasi dari kanalis semisirkularis berubah karena posisi dan
gravitasi.10

BPPV Canal Lateral

BPPV tipe kanal lateral adalah tipe BPPV yang paling banyak kedua. BPPV tipe
kanal lateral sembuh jauh lebih cepat dibandingkan dengan BPPV tipe kanal posterior.
kanal lateral memiliki barier kupula yang terletak di ujung atas. Karena itu, debris bebas
yang terapung di kanal lateral akan cenderung untuk mengapung kembali ke utrikulus
sebagai akibat dari pergerakan kepala. Kupulolitiasis memiliki peranan yang lebih besar
pada BPPV tipe kanal lateral dibandingkan tipe kanal posterior. Karena partikel melekat
pada kupula, vertigo sering kali berat dan menetap saat kepala berada dalam posisi
provokatif. Ketika kepala pasien dimiringkan ke arah sisi yang terkena, kupula akan
mengalami defleksi ampulofugal (inhibitory) yang menyebabkan nistagmus apogeotrofik.
Ketika kepala dimiringkan ke arah yang berlawanan akan menimbulkan defleksi
ampulopetal (stimulatory), menghasilkan nistagmus apogeotrofik yang lebih kuat.10

10
Gambar 5. Telinga Dalam, Rumah Siput

Manifestasi Klinis

- Spinning dizzness (sensai berputar)

- Durasinya biasnya singkat

- Di induksi saat perubahan posisi

- Dapat disertai rasa mulai bahkan sampai muntah

- Gangguan Visual, terkait serangan nigtasmus - Nigrasmus torsional.

11
Tabel 1. Perbedaan antara Vertigo Posisi Perifer dan Sentral

Diagnosis BPPV

Anamnesis

Pasien biasanya mengeluh vertigo dengan onset akut kurang dari 10-20 detik akibat
perubahan posisi kepala. Posisi yang memicu adalah berbalik di tempat tidur pada posisi
lateral, bangun dari tempat tidur, melihat ke atas dan belakang, dan membungkuk. Vertigo
bisa diikuti dengan mual.11
Hal yang perlu ditanyakan untuk mendiagnosis BPPV adalah:
1) Bagaimana bentuk vertigonya, melayang, goyang, berputar, tujuh keliling, rasa naik
perahu dan sebagainya.
2) Keadaan yang memprovokasi, perubahan posisi kepala, kelelahan, ketegangan.
3) Waktu, tiba-tiba, perlahan-lahan, hilang timbul, paroksismal, kronik progresif atau
membaik.
4) Apakah terdapat gangguan pendengaran
5) Riwayat penyakit dan pengobatan
12
Pemeriksaan Fisik

Pasien memiliki pendengaran yang normal, tidak muncul nystagmus spontan, pada
evaluasi neurologis didaptkan normal. 12,13

a. Dix-Hallpike Test

Tes ini tidak boleh dilakukan pada pasien yang memiliki masalah dengan leher dan
punggung. Tujuannya adalah untuk memprovokasi serangan vertigo dan untuk
melihat adanya nistagmus. Cara melakukannya sebagai berikut :
1. Penderita didudukkan dekat bagian ujung tempat periksa, sehingga ketika
posisi terlentang kepala ekstensi ke belakang 30 0-400, penderita diminta tetap
membuka mata untuk melihat nistagmus yang muncul.
2. Kepala diputar menengok ke kanan 450 (kalau kanalis semisirkularis posterior
yang terlibat). Ini akan menghasilkan kemungkinan bagi otolith untuk bergerak,
kalau ia memang sedang berada di kanalis semisirkularis posterior. Dilakukan
selama 30 detik.
3. Dengan tangan pemeriksa pada kedua sisi kepala penderita, penderita
direbahkan sampai kepala tergantung pada ujung tempat periksa.
4. Perhatikan munculnya nistagmus dan keluhan vertigo, posisi tersebut
dipertahankan selama 10-15 detik.
5. Komponen cepat nistagmus harusnya “up-bet‟ (ke arah dahi) dan ipsilateral.

6. Kembalikan ke posisi duduk, nistagmus bisa terlihat dalam arah yang


berlawanan dan penderita mengeluhkan kamar berputar kearah berlawanan.
7. Berikutnya manuver tersebut diulang dengan kepala menoleh ke sisi kiri 45 0
dan seterusnya.

13
Gambar 6 dan 7. Dix-Hallpike Test

Pada orang normal nistagmus dapat timbul pada saat gerakan provokasi ke
belakang, namun saat gerakan selesai dilakukan tidak tampak lagi nistagmus. Pada
pasien BPPV setelah provokasi ditemukan nistagmus yang timbulnya lambat, 40
detik, kemudian nistagmus menghilang kurang dari satu menit bila sebabnya
kanalitiasis, pada kupulolitiasis nistagmus dapat terjadi lebih dari satu menit,
biasanya serangan vertigo berat dan timbul bersamaan dengan nistagmus.

b. Head Roll Test/Supine Roll Test

Jika pasien memiliki riwayat yang sesuai dengan BPPV dan hasil tes Dix-
Hallpike negatif, dokter harus melakukan supine roll test untuk memeriksa ada
tidaknya BPPV kanal lateral.
BPPV kanal lateral atau disebut juga BPPV kanal horisontal adalah BPPV
terbanyak kedua. Dokter harus menginformasikan pada pasien bahwa manuver ini
bersifat provokatif dan dapat menyebabkan pasien mengalami pusing yang berat
selama beberapa saat.

14
1. Pasien berada pada posisi supine atau berbaring telentang pada posisi
netral.

2. Rotasi kepala pada posisi 900 dengan cepat pada satu sisi.

3. Amati apakah muncul nystagmus

4. Kembalikan kepala pada posisi normal

5. Setelah nisyagmus meredah kepala di putar ke sisi yang berlawanan 900


kemudian lihat ada tidaknya nystagmus.

Gambar 8. Head Roll Test/Supine Roll Test

Dokter harus menginformasikan pada pasien bahwa manuver ini bersifat


provokatif dan dapat menyebabkan pasien mengalami pusing yang berat selama
beberapa saat. Tes ini dilakukan dengan memposisikan pasien dalam posisi supinasi
atau berbaring terlentang dengan kepala pada posisi netral diikuti dengan rotasi
kepala 90 derajat dengan cepat ke satu sisi dan dokter mengamati mata pasien
untuk memeriksa ada tidaknya nistagmus.3 Setelah nistagmus mereda (atau jika
tidak ada nistagmus), kepala kembali menghadap ke atas dalam posisi supinasi.
Setelah nistagmus lain mereda, kepala kemudian diputar/ dimiringkan 90 derajat ke
sisi yang berlawanan, dan mata pasien diamati lagi untuk memeriksa ada tidaknya
nistagmus.

c. Test Kalori.

Tes kalori ini dianjurkan oleh Dix dan Hallpike. Pada cara ini dipakai 2 macam air,
dingin dan panas. Suhu air dingin adalah 300C, sedangkan suhu air panas adalah
440C. Volume air yang dialirkan ke dalam liang telinga masing-masing 250 ml,
15
dalam waktu 40 detik. Setelah air dialirkan, dicatat lama nistagmus yang timbul.
Setelah telinga kiri diperiksa dengan air dingin, diperiksa telinga kanan dengan air
dingin juga. Kemudian telinga kiri dialirkan air panas, lalu telinga dalam. Pada
tiap-tiap selesai pemeriksaan (telinga kiri atau kanan atau air dingin atau air panas)
pasien diistirahatkan selama 5 menit (untuk menghilangkan pusingnya).

Respon abnormal
Pada orang normal nistahmus dapat timbul pada saat gerakan provokasi ke
belakang, namun saat gerakan selesai dilakukan tidak tampak lagi nystagmus. Pada pasien
BPPV setelah provokasi terdapat nystagmus ± 40 detik, kemudian nystagmus menghilang
kurang dari 1 menit bila penyebabnya adalah kanalitiasis, sedangkan lebih dari 1 menit
adalah kupulolitiasis.
1. Fase cepat ke atas, berputar ke kanan menunjukkan BPPV pada kanalis posterior
kanan.
2. Fase cepat ke atas, berputar ke kiri menunjukkan BPPV pada kanalis posterior kiri.
3. Fase cepat ke bawah, berputar ke kanan menunjukkan BPPV pada kanalis anterior
bawah.
4. Fase cepat ke bawah, berputar ke kiri menunjukkan BPPV pada kanalis anterior
kiri.

Bila gejala vertigo muncul dengan hebat, namun tidak terdapat nystagmus maka
perlu dilakukan tes Roll untuk menilai nigtagmus horizontal.

Diagnosis Banding BPPV

- Ménière disease

- Inner ear concussion

- Alcohol intoxication

- Labyrinthitis or vestibular neuronitis

- Vascular loop syndrome

- positional nystagmus of central origin

- Acoustic neuroma and meningioma

16
- Vertebral artery insufficiency
- - Orthostatic hypotension

Tatalaksana BPPV11,14

a. Non Farmkologi

Benign Paroxysmal Positional Vertigo adalah suatu penyakit yang dapat sembuh
secara spontan dalam beberapa bulan. Namun telah banyak penelitian yang
membuktikan dengan pemberian terapi dengan manuver reposisi partikel Partikel
Repositioning Maneuver (PMR) dapat secara efektif menghilangkan vertigo pada
BPPV, meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi risiko jatuh pada pasien,
Keefektifan dari manuver-manuver yang ada bervariasi mulai dari 70%-100%.

- Epley Maneuver

Manuver Epley adalah yang paling sering digunakan pada kanal vertikal.

1. Pasien diminta untuk menolehkan kepala ke sisi yang sakit sebesar 45 0 2. lalu
pasien berbaring dengan kepala tergantung dan dipertahankan 1-2 menit.
3. Lalu kepala ditolehkan 900 ke sisi sebaliknya.

4. posisi supinasi berubah menjadi lateral dekubitus dan dipertahan 30-60 detik

5. pundaknya dan kembali ke posisi duduk secara perlahan.

Gambar 9. Epley Maneuver

17
- Manuver Semont

Manuver ini diindikasikan untuk pengobatan cupulolithiasis kanan posterior. Jika


kanal posterior terkena.
1. pasien diminta duduk tegak, lalu kepala dimiringkan 450 ke sisi yang sehat

2. lalu secara cepat bergerak ke posisi berbaring dan dipertahankan 20 selama 1-3
menit
3. Setelah itu pasien pindah ke posisi berbaring di sisi yang berlawanan tanpa
kembali ke posisi duduk lagi.

Gambar 10. Manuver Semont

- Lempert Manuever

Manuver ini dapat digunakan pada pengobatan BPPV tipe kanal lateral.

1. Pasien berguling 3600, , yang dimulai dari posisi supinasi

2. Pasien menolehkan kepala 900 ke sisi yang sehat diikuti dengan membalikkan
tubuh ke posisi lateral dekubitus
3. Kepala menoleh ke bawah dan tubuh mengikuti ke posisi ventral decubitus

18
4. Pasien kemudian menoleh lagi 90 0 dan tubuh kembali ke posisi lateral
decubitus.

5. Lalu kembali ke posisi supinasi. Masing-masing gerakan dipertahankan selama


15 detik.

Gambar 11. Lempert Manuever

- Brandt-Daroff Exercise

Manuver ini dikembangkan sebagai latihan untuk di rumah dan dapat dilakukan
sendiri oleh pasien sebagai terapi tambahan pada pasien yang tetap simptomatik
setelah manuver Epley atau Semont.

Gambar 12. Brandt-Daroff Exercise

19
1. Pasien melakukan gerakan-gerakan posisi duduk dengan kepala menoleh 45 0 2.
lalu badan dibaringkan ke sisi yang berlawanan, dipertahankan selama 30 detik.
3. Selanjutnya pasien kembali ke posisi duduk 30 detik.

4. Pasien menolehkan kepalanya 450 ke sisi yang lain, lalu badan dibaringkan ke
sisi yang berlawanan selama 30 detik.

b. Tatalaksana Farmakologi

Penatalaksanaan dengan farmakologi untuk BPPV tidak secara rutin dilakukan.


Beberapa pengobatan hanya diberikan untuk jangka pendek untuk gejala-gejala
vertigo, mual dan muntah yang berat yang dapat terjadi pada pasien BPPV, seperti
setelah melakukan terapi PRM. Pengobatan untuk vertigo yang disebut juga
pengobatan suppresant vestibular yang digunakan adalah golongan benzodiazepine
(diazepam, clonazepam) dan antihistamine (meclizine, dipenhidramin).
Benzodiazepines dapat mengurangi sensasi berputar namun dapat mengganggu
kompensasi sentral pada kondisi vestibular perifer. Antihistamine mempunyai efek
supresif pada pusat muntah sehingga dapat mengurangi mual dan muntah karena
motion sickness. Harus diperhatikan bahwa benzodiazepine dan antihistamine
dapat mengganggu kompensasi sentral pada kerusakan vestibular sehingga
penggunaannya diminimalkan.

c. Tatalaksana Operatif

Operasi dapat dilakukan pada pasien BPPV yang telah menjadi kronik dan sangat
sering mendapat serangan BPPV yang hebat, bahkan setelah melakukan manuver-
manuver yang telah disebutkan di atas. Dari literatur dikatakan indikasi untuk
melakukan operasi adalah pada intractable BPPV, yang biasanya mempunyai klinis
penyakit neurologi vestibular, tidak seperti BPPV biasa.
Terdapat dua pilihan intervensi dengan teknik operasi yang dapat dipilih, yaitu
singular neurectomy (transeksi saraf ampula posterior) dan oklusi kanal posterior
semisirkular. Namun lebih dipilih teknik dengan oklusi karena teknik neurectomi
mempunyai risiko kehilangan pendengaran yang tinggi

20
Komplikasi

Meskipun BPPV menyebabkan rasa tidak nyaman, jarang sekali menyebabkan


komplikasi pada penderitanya. Dalam kasus yang jarang terjadi, BPPV persisten yang berat
dapat menyebabkan muntah, penderita mungkin beresiko mengalami dehidrasi.

Prognosis

Sepertiga pasien mengalami remisi dalam waktu tiga minggu, mayoritas pasien
sembuh dalam waktu 6 bulan, tingkkat kekambuan BBPV bervariasi, menurut literatur
tingkat kekambuhan mencapai 18%, studi lain melaporkan 15% kekambuhan setiap
tahunnya dan 50% dalam waktu 40 bulan pasca perawatan. Dibawah 1% BPPV
membutuhkan Tindakan operasi.

21
KESIMPULAN

Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) merupakan bentuk dari vertigo


posisional. Definisi vertigo posisional adalah sensasi berputar yang disebabkan oleh
perubahan posisi kepala. Sedangkan BPPV didefinisikan sebagai gangguan yang terjadi di
telinga dalam dengan gejala vertigo posisional yang terjadi secara berulang-ulang dengan
tipikal nistagmus paroksimal. Proporsi antara wanita lebih besar dibandingkan dengan pria
yaitu 2: 1. Penyebab vertigo didominasi oleh penyebab perifer yakni hingga mencapai
80%. Penyebab yang paling banyak dari kelompok ini adalah Benign Paroxysmal Postural
Vertigo (BPPV), di mana 20% sisanya adalah penyebab dari sentral. 4 Belum terdapat data
epidemiologi mengenai vertigo di Indonesia.
Benign Paroxysmal Positional Vertigo adalah suatu penyakit yang dapat sembuh
secara spontan dalam beberapa bulan. Namun telah banyak penelitian yang membuktikan
dengan pemberian terapi dengan manuver reposisi partikel/ Particle Repositioning
Maneuver (PRM) dapat secara efektif menghilangkan vertigo pada BPPV, meningkatkan
kualitas hidup, dan mengurangi risiko jatuh pada pasien. Keefektifan dari manuver-
manuver yang ada bervariasi mulai dari 70%-100%. Studi observasional jangka panjang
menunjukkan tingkat kekambuhan 18% di atas 10 tahun, sedangkan penelitian lain
menunjukkan tingkat kekambuhan tahunan 15%, dengan tingkat kekambuhan 50% pada
40 bulan setelah pengobatan. Beberapa efek samping dari melakukan manuver seperti
mual, muntah, vertigo, dan nistagmus dapat terjadi, hal ini terjadi karena adanya debris
otolitith yang tersumbat saat berpindah ke segmen yang lebih sempit.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Jeong SH, Kim JS, Shin JW, Kim S, Lee H, Lee AY, Kim JM,etal.: Decreased serum
vitamin D inidiopathic benign paroxysmal positional vertigo. J Neurol 2013; 260:832–8
2. Stanton M, Freeman AM. Vertigo. StatPearls. 2018.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482356/
3. Neuhauser HK. The epidemiology of dizziness and vertigo. Hanb Clin Neuro. 2016.
4. Baumgartner B, Taylor RS. Peripheral Vertigo. StatPearls. 2021.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430797/
5. WebMD. Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) Overview.2020.
6. Foris LA, Dulebohn SC. Central vertigo. 2018.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441861/

7. Kao WTK, Parnes LS, Chole RA. Otoconia and otolithic membrane fragments within
the posterior semicircular canal in benign paroxysmal positional vertigo. Laryngoscope
2016;90:709–714.
8. Walther LE. Current diagnostic procedures for diagnosing vertigo and dizziness. GMS
Curr Top Otorhinolaryngol Head Neck Surg, 2017;16:Doc02
9. Mayo Clinic. Benign paroxysmal positional vertigo (BPPV).2020
10. Neto ACL, Bittar R, Gattas GS, et al. Pathophysiology and Diagnosis of
Vertebrobasilar Insufficiency: A Review of the Literature. Int Arch Otorhinolaryngol.
2017.
11. Muncie HL, Sirmans SM, James E. Dizziness: approach to evaluation and
management. Am Fam Physician, 2017;95(3):154-162
12. Halker RB, Barrs DM, Wellik KE, Wingerchuk DM, Demaerschalk BM.
Establishing a diagnosis of benign paroxysmal positional vertigo through the dix-
hallpike and sidelying maneuvers: a critically appraised topic. Neurologist
2008;14(3):201–204
13. Bhattacharyya N, Gubbels SP, Schwartz SR, Edlow JA, El-Kashlan H, Fife T,
Holmberg JM, Mahoney K, Hollingsworth DB, Roberts R, Seidman MD, Steiner RW,

23
Do BT, Voelker CC, Waguespack RW, Corrigan MD. Clinical Practice Guideline:
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (Update). Otolaryngol Head Neck Surg. 2017
14. Zatonski T, Temporale H, Holanowska J, et al. Current views on treatment of
vertigo and dizziness. J Med Diagn Meth. 2014.

24

Anda mungkin juga menyukai