Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu
Kesehatan THT RSUD Koja Jakarta Utara periode 06 November 2023 – 09 Desember 2023
Disusun oleh:
Selaku dokter pembimbing Departemen Ilmu Kesehatan THT Rumah Sakit Umum Daerah
Koja Jakarta Utara
1
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA
WACANA
LEMBAR PENILAIAN
Skor
Aspek yang dinilai 1 2 3 4 5
Pengumpulan data
Analisa masalah
Penguasaan teori
Referensi
Pengambilan keputusan klinis
Cara penyajian
Bentuk laporan
Total
Nilai %= (Total/35)x100%
Keterangan : 1 = sangat kurang (20%), 2 = kurang (40%), 3 = sedang (60%), 4 = baik
(80%), dan 5 =sangat baik (100%)
Komentar penilai
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
karunia dan kuasa-Nya sehingga referat yang berjudul “ Benign Paroxymal Positional
Vertigo (BPPV) ” dapat terselesaikan. Diharapkan agar referat ini dapat memberikan
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pembimbing, yaitu dr. Irma
Suryati, Sp.THT-KL yang telah memberikan saran, dukungan, dan nasehat sampai referat
ini berhasil diselesaikan. Selain itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun referat ini. Penulis menyadari adanya
kekurangan dalam penyusunan referat ini. Oleh karena itu, kritik dan saran senantiasa
3
PENDAHULUAN
Salah satu penyebab paling umum dari vertigo adalah Benign paroxysmal
positional vertigo (BPPV). BPPV diketahui adalah gangguan yang paling umum terjadi
dari system vestibular telinga bagian dalam yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan.
Diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat masih terus disempurnakan. Benign Paroxysmal
Positional Vertigo merupakan gangguan vestibular dimana 17%-20% pasien mengeluh
vertigo. Gangguan vestibular dikarakteristikan dengan serangan vertigo yang disebabkan
oleh perubahan posisi kepala dan berhubungan dengan karakteristik nistagmus paroksimal.
Penyakit ini merupakan penyakit degeneratif idiopatik yang sering ditemukan,
kebanyakan diderita oleh wanita dibandingkan pria dengan perbandingan 2 :1
BPPV merupakan suatu kondisi terjadinya gangguan dari sistem perifer vestibular,
ketika pasien merasakan sensasi pusing berputar dan berpindah yang berhubungan dengan
nistagmus ketika posisi kepala berubah terhadap gaya gravitasi dan disertai gejala mual,
muntah dan keringat dingin. Serangan biasa dipicu ketika pasien merubah posisi kepala ke
sisi yang terkena kemudian berguling ke sisi berlawanan ataupun duduk dengan cepat.
BPPV disebabkan ketika material berupa kalsium karbonat dari makula dalam dinding
utrikulus masuk kedalam salah satu kanalis semisirkularis yang akan merespon ke saraf.
Berdasarkan teori dapat mengenai ketiga kanalis semisirkularis, walaupun terkenanya
kanal superior (anterior) sangat jarang. Bentuk yang paling sering adalah bentuk kanal
posterior, diikuti bentuk lateral. Diagnosis BPPV ditegakkan berdasarkan anamnesis gejala
klinis yang terjadi serta dikonfirmasi oleh berbagai manuver diagnosis.
4
Defenisi
Epidemiologi.
Angka prevalensi vertigo pada dewasa usia 18-79 tahun mencapai 7.4% dengan
angka insidensi tahunan sebesar 1.4%.2,3 Proporsi antara wanita lebih besar dibandingkan
dengan laki-laki yaitu 2 : 1. BPPV lebih sering melibatkan telinga kanan, faktor yang
mungkin terkait adalah kebiasaan tidur ke sisi kanan pada populasi umum. Penyebab
vertigo didominasi oleh penyebab perifer yakni hingga mencapai 80%. Penyebab yang
paling banyak dari kelompok ini adalah Benign Paroxysmal Postural Vertigo (BPPV), di
mana 20% sisanya adalah penyebab dari sentral. 4 Belum terdapat data epidemiologi
mengenai vertigo di Indonesia.
5
Etiologi
6
Gambar 1. Labirin Telinga Dalam
Gerakan atau perubahan kepala dan tubuh akan menimbulkan perpindahan aliran
endolimfa di labirin dan selanjutnya silia sel rambut akan menekuk. Tekukan silia
menyebabkan permeabilitas membran sel berubah, sehingga ion kalsium akan masuk ke
7
dalam sel yang menyebabkan terjadinya proses depolarisasi dan akan merangsang
pengelepasan neurotransmitter eksitator yang selanjutnya akan meneruskan impuls
sensoris melalui saraf aferen ke pusat keseimbangan di otak. Sewaktu berkas silia
terdorong ke arah berlawanan, maka terjadi hiperpolarisasi. Ampulofugal berarti
pergerakan yang menjauhi ampula, sedangkan ampulapetal berarti gerakan mendekati
ampula, Pada kanal semisirkular posterior dan superior, defleksi utrikulofugal dari kupula
bersifat merangsang ( stimulatory) dan defleksi utrikulopetal bersifat menghambat
(inhibitory) Pada kanal semisirkular lateral, terjadi yang sebaliknya.
Organ Vestibuler berfungsi sebagai transduser yang mengubah energi mekanik
akibat rangsangan otolit dan gerakan endolimfa di dalam kanalis semisirkularis menjadi
energi biolistrik, sehingga dapat memberi informasi mengenai perubahan posisi tubuh
akibat percepatan linier atau percepatan sudut, dengan demikian dapat memberi informasi
mengenai semua gerak tubuh yang sedang berlangsung. Sistem vestibuler berhubungan
dengan sistem tubuh yang lain, sehingga kelainannya dapat menimbulkan gejala pada
sistem tubuh yang bersangkutan. 6,7
Patofisiologi BPPV
8
Gambar 3. Labirin telinga Tengah
Arah dari nistagmus ditentukan oleh eksitasi saraf ampula pada kanal yang
terkena oleh sambungan langsung dengan otot ekstraokuler. Setiap kanal yang terkena
kanalitiasis memiliki karakteristik nistagmus tersendiri. Kanalitiasis mengacu pada
partikel kalsium yang bergerak bebas dalam kanal semisirkular. Sedangkan kupulolitiasis
mengacu pada kondisi yang lebih jarang dimana partikel kalsium melekat pada kupula itu
sendiri. Konsep calcium jam” pernah diusulkan untuk menunjukkan partikel kalsium yang
kadang dapat bergerak, tetapi kadng terjebak dalam kanal.9
Alasan terlepasnya kristal kalsium dari makula belum dipahami dengan pasti.
Debris kalsium dapat pecah karena trauma atau infeksi virus, tapi pada banyak keadaan
dapat terjadi tanpa trauma atau penyakit yang diketahui. Mungkin ada kaitannya dengan
perubahan protein dan matriks gelatin dari membran otolith yang berkaitan dengan usia.
Pasien dengan BPPV diketahui lebih banyak terkena osteopenia dan osteoporosis daripada
9
kelompok kontrol, dan mereka dengan BPPV berulang cenderung memiliki skor densitas
tulang yang terendah. Pengamatan ini menunjukkan bahwa lepasnya otokonia dapat sejalan
dengan demineralisasi tulang pada umumnya. Tetap perlu ditentukan apakah terapi
osteopenia atau osteoporosis berdampak pada kecenderungan terjadinya BPPV berulang.
BPPV
Benign Paroxysmal Positional Vertigo yang paling sering terjadi adalah tipe kanal
posterior. Ini tercatat pada 85 sampai 90% dari kasus dari BPPV, karena itu, jika tidak
diklasifikasikan, BPPV umumnya mengacu pada BPPV bentuk kanal posterior. Penyebab
paling sering terjadinya BPPV kanal posterior adalah kanalitiasis. Hal ini dikarenakan
debris endolimfe yang terapung bebas cenderung jatuh ke kanal posterior disebabkan
karena kanal ini adalah bagian vestibulum yang berada pada posisi yang paling bawah saat
kepala pada posisi berdiri ataupun berbaring. Kanalit tersebut bergerak ke bagian yang
paling rendah pada saat orientasi dari kanalis semisirkularis berubah karena posisi dan
gravitasi.10
BPPV tipe kanal lateral adalah tipe BPPV yang paling banyak kedua. BPPV tipe
kanal lateral sembuh jauh lebih cepat dibandingkan dengan BPPV tipe kanal posterior.
kanal lateral memiliki barier kupula yang terletak di ujung atas. Karena itu, debris bebas
yang terapung di kanal lateral akan cenderung untuk mengapung kembali ke utrikulus
sebagai akibat dari pergerakan kepala. Kupulolitiasis memiliki peranan yang lebih besar
pada BPPV tipe kanal lateral dibandingkan tipe kanal posterior. Karena partikel melekat
pada kupula, vertigo sering kali berat dan menetap saat kepala berada dalam posisi
provokatif. Ketika kepala pasien dimiringkan ke arah sisi yang terkena, kupula akan
mengalami defleksi ampulofugal (inhibitory) yang menyebabkan nistagmus apogeotrofik.
Ketika kepala dimiringkan ke arah yang berlawanan akan menimbulkan defleksi
ampulopetal (stimulatory), menghasilkan nistagmus apogeotrofik yang lebih kuat.10
10
Gambar 5. Telinga Dalam, Rumah Siput
Manifestasi Klinis
11
Tabel 1. Perbedaan antara Vertigo Posisi Perifer dan Sentral
Diagnosis BPPV
Anamnesis
Pasien biasanya mengeluh vertigo dengan onset akut kurang dari 10-20 detik akibat
perubahan posisi kepala. Posisi yang memicu adalah berbalik di tempat tidur pada posisi
lateral, bangun dari tempat tidur, melihat ke atas dan belakang, dan membungkuk. Vertigo
bisa diikuti dengan mual.11
Hal yang perlu ditanyakan untuk mendiagnosis BPPV adalah:
1) Bagaimana bentuk vertigonya, melayang, goyang, berputar, tujuh keliling, rasa naik
perahu dan sebagainya.
2) Keadaan yang memprovokasi, perubahan posisi kepala, kelelahan, ketegangan.
3) Waktu, tiba-tiba, perlahan-lahan, hilang timbul, paroksismal, kronik progresif atau
membaik.
4) Apakah terdapat gangguan pendengaran
5) Riwayat penyakit dan pengobatan
12
Pemeriksaan Fisik
Pasien memiliki pendengaran yang normal, tidak muncul nystagmus spontan, pada
evaluasi neurologis didaptkan normal. 12,13
a. Dix-Hallpike Test
Tes ini tidak boleh dilakukan pada pasien yang memiliki masalah dengan leher dan
punggung. Tujuannya adalah untuk memprovokasi serangan vertigo dan untuk
melihat adanya nistagmus. Cara melakukannya sebagai berikut :
1. Penderita didudukkan dekat bagian ujung tempat periksa, sehingga ketika
posisi terlentang kepala ekstensi ke belakang 30 0-400, penderita diminta tetap
membuka mata untuk melihat nistagmus yang muncul.
2. Kepala diputar menengok ke kanan 450 (kalau kanalis semisirkularis posterior
yang terlibat). Ini akan menghasilkan kemungkinan bagi otolith untuk bergerak,
kalau ia memang sedang berada di kanalis semisirkularis posterior. Dilakukan
selama 30 detik.
3. Dengan tangan pemeriksa pada kedua sisi kepala penderita, penderita
direbahkan sampai kepala tergantung pada ujung tempat periksa.
4. Perhatikan munculnya nistagmus dan keluhan vertigo, posisi tersebut
dipertahankan selama 10-15 detik.
5. Komponen cepat nistagmus harusnya “up-bet‟ (ke arah dahi) dan ipsilateral.
13
Gambar 6 dan 7. Dix-Hallpike Test
Pada orang normal nistagmus dapat timbul pada saat gerakan provokasi ke
belakang, namun saat gerakan selesai dilakukan tidak tampak lagi nistagmus. Pada
pasien BPPV setelah provokasi ditemukan nistagmus yang timbulnya lambat, 40
detik, kemudian nistagmus menghilang kurang dari satu menit bila sebabnya
kanalitiasis, pada kupulolitiasis nistagmus dapat terjadi lebih dari satu menit,
biasanya serangan vertigo berat dan timbul bersamaan dengan nistagmus.
Jika pasien memiliki riwayat yang sesuai dengan BPPV dan hasil tes Dix-
Hallpike negatif, dokter harus melakukan supine roll test untuk memeriksa ada
tidaknya BPPV kanal lateral.
BPPV kanal lateral atau disebut juga BPPV kanal horisontal adalah BPPV
terbanyak kedua. Dokter harus menginformasikan pada pasien bahwa manuver ini
bersifat provokatif dan dapat menyebabkan pasien mengalami pusing yang berat
selama beberapa saat.
14
1. Pasien berada pada posisi supine atau berbaring telentang pada posisi
netral.
2. Rotasi kepala pada posisi 900 dengan cepat pada satu sisi.
c. Test Kalori.
Tes kalori ini dianjurkan oleh Dix dan Hallpike. Pada cara ini dipakai 2 macam air,
dingin dan panas. Suhu air dingin adalah 300C, sedangkan suhu air panas adalah
440C. Volume air yang dialirkan ke dalam liang telinga masing-masing 250 ml,
15
dalam waktu 40 detik. Setelah air dialirkan, dicatat lama nistagmus yang timbul.
Setelah telinga kiri diperiksa dengan air dingin, diperiksa telinga kanan dengan air
dingin juga. Kemudian telinga kiri dialirkan air panas, lalu telinga dalam. Pada
tiap-tiap selesai pemeriksaan (telinga kiri atau kanan atau air dingin atau air panas)
pasien diistirahatkan selama 5 menit (untuk menghilangkan pusingnya).
Respon abnormal
Pada orang normal nistahmus dapat timbul pada saat gerakan provokasi ke
belakang, namun saat gerakan selesai dilakukan tidak tampak lagi nystagmus. Pada pasien
BPPV setelah provokasi terdapat nystagmus ± 40 detik, kemudian nystagmus menghilang
kurang dari 1 menit bila penyebabnya adalah kanalitiasis, sedangkan lebih dari 1 menit
adalah kupulolitiasis.
1. Fase cepat ke atas, berputar ke kanan menunjukkan BPPV pada kanalis posterior
kanan.
2. Fase cepat ke atas, berputar ke kiri menunjukkan BPPV pada kanalis posterior kiri.
3. Fase cepat ke bawah, berputar ke kanan menunjukkan BPPV pada kanalis anterior
bawah.
4. Fase cepat ke bawah, berputar ke kiri menunjukkan BPPV pada kanalis anterior
kiri.
Bila gejala vertigo muncul dengan hebat, namun tidak terdapat nystagmus maka
perlu dilakukan tes Roll untuk menilai nigtagmus horizontal.
- Ménière disease
- Alcohol intoxication
16
- Vertebral artery insufficiency
- - Orthostatic hypotension
Tatalaksana BPPV11,14
a. Non Farmkologi
Benign Paroxysmal Positional Vertigo adalah suatu penyakit yang dapat sembuh
secara spontan dalam beberapa bulan. Namun telah banyak penelitian yang
membuktikan dengan pemberian terapi dengan manuver reposisi partikel Partikel
Repositioning Maneuver (PMR) dapat secara efektif menghilangkan vertigo pada
BPPV, meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi risiko jatuh pada pasien,
Keefektifan dari manuver-manuver yang ada bervariasi mulai dari 70%-100%.
- Epley Maneuver
Manuver Epley adalah yang paling sering digunakan pada kanal vertikal.
1. Pasien diminta untuk menolehkan kepala ke sisi yang sakit sebesar 45 0 2. lalu
pasien berbaring dengan kepala tergantung dan dipertahankan 1-2 menit.
3. Lalu kepala ditolehkan 900 ke sisi sebaliknya.
4. posisi supinasi berubah menjadi lateral dekubitus dan dipertahan 30-60 detik
17
- Manuver Semont
2. lalu secara cepat bergerak ke posisi berbaring dan dipertahankan 20 selama 1-3
menit
3. Setelah itu pasien pindah ke posisi berbaring di sisi yang berlawanan tanpa
kembali ke posisi duduk lagi.
- Lempert Manuever
Manuver ini dapat digunakan pada pengobatan BPPV tipe kanal lateral.
2. Pasien menolehkan kepala 900 ke sisi yang sehat diikuti dengan membalikkan
tubuh ke posisi lateral dekubitus
3. Kepala menoleh ke bawah dan tubuh mengikuti ke posisi ventral decubitus
18
4. Pasien kemudian menoleh lagi 90 0 dan tubuh kembali ke posisi lateral
decubitus.
- Brandt-Daroff Exercise
Manuver ini dikembangkan sebagai latihan untuk di rumah dan dapat dilakukan
sendiri oleh pasien sebagai terapi tambahan pada pasien yang tetap simptomatik
setelah manuver Epley atau Semont.
19
1. Pasien melakukan gerakan-gerakan posisi duduk dengan kepala menoleh 45 0 2.
lalu badan dibaringkan ke sisi yang berlawanan, dipertahankan selama 30 detik.
3. Selanjutnya pasien kembali ke posisi duduk 30 detik.
4. Pasien menolehkan kepalanya 450 ke sisi yang lain, lalu badan dibaringkan ke
sisi yang berlawanan selama 30 detik.
b. Tatalaksana Farmakologi
c. Tatalaksana Operatif
Operasi dapat dilakukan pada pasien BPPV yang telah menjadi kronik dan sangat
sering mendapat serangan BPPV yang hebat, bahkan setelah melakukan manuver-
manuver yang telah disebutkan di atas. Dari literatur dikatakan indikasi untuk
melakukan operasi adalah pada intractable BPPV, yang biasanya mempunyai klinis
penyakit neurologi vestibular, tidak seperti BPPV biasa.
Terdapat dua pilihan intervensi dengan teknik operasi yang dapat dipilih, yaitu
singular neurectomy (transeksi saraf ampula posterior) dan oklusi kanal posterior
semisirkular. Namun lebih dipilih teknik dengan oklusi karena teknik neurectomi
mempunyai risiko kehilangan pendengaran yang tinggi
20
Komplikasi
Prognosis
Sepertiga pasien mengalami remisi dalam waktu tiga minggu, mayoritas pasien
sembuh dalam waktu 6 bulan, tingkkat kekambuan BBPV bervariasi, menurut literatur
tingkat kekambuhan mencapai 18%, studi lain melaporkan 15% kekambuhan setiap
tahunnya dan 50% dalam waktu 40 bulan pasca perawatan. Dibawah 1% BPPV
membutuhkan Tindakan operasi.
21
KESIMPULAN
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Jeong SH, Kim JS, Shin JW, Kim S, Lee H, Lee AY, Kim JM,etal.: Decreased serum
vitamin D inidiopathic benign paroxysmal positional vertigo. J Neurol 2013; 260:832–8
2. Stanton M, Freeman AM. Vertigo. StatPearls. 2018.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482356/
3. Neuhauser HK. The epidemiology of dizziness and vertigo. Hanb Clin Neuro. 2016.
4. Baumgartner B, Taylor RS. Peripheral Vertigo. StatPearls. 2021.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430797/
5. WebMD. Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) Overview.2020.
6. Foris LA, Dulebohn SC. Central vertigo. 2018.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441861/
7. Kao WTK, Parnes LS, Chole RA. Otoconia and otolithic membrane fragments within
the posterior semicircular canal in benign paroxysmal positional vertigo. Laryngoscope
2016;90:709–714.
8. Walther LE. Current diagnostic procedures for diagnosing vertigo and dizziness. GMS
Curr Top Otorhinolaryngol Head Neck Surg, 2017;16:Doc02
9. Mayo Clinic. Benign paroxysmal positional vertigo (BPPV).2020
10. Neto ACL, Bittar R, Gattas GS, et al. Pathophysiology and Diagnosis of
Vertebrobasilar Insufficiency: A Review of the Literature. Int Arch Otorhinolaryngol.
2017.
11. Muncie HL, Sirmans SM, James E. Dizziness: approach to evaluation and
management. Am Fam Physician, 2017;95(3):154-162
12. Halker RB, Barrs DM, Wellik KE, Wingerchuk DM, Demaerschalk BM.
Establishing a diagnosis of benign paroxysmal positional vertigo through the dix-
hallpike and sidelying maneuvers: a critically appraised topic. Neurologist
2008;14(3):201–204
13. Bhattacharyya N, Gubbels SP, Schwartz SR, Edlow JA, El-Kashlan H, Fife T,
Holmberg JM, Mahoney K, Hollingsworth DB, Roberts R, Seidman MD, Steiner RW,
23
Do BT, Voelker CC, Waguespack RW, Corrigan MD. Clinical Practice Guideline:
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (Update). Otolaryngol Head Neck Surg. 2017
14. Zatonski T, Temporale H, Holanowska J, et al. Current views on treatment of
vertigo and dizziness. J Med Diagn Meth. 2014.
24