Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS


(Partial Bowel Obstruction)

DISUSUN OLEH :
AMANDA NOVITA ISMA NIRMALA, S.Kep
216410005

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan ini telah disetujui untuk diajukan sebagai tinjauan teoritis
kasus kelolaan individu Stase KeperawatanKritis dengan Partial Bowel Obstruction di
ruangIcu CentralRSUD JOMBANG untuk memenuhi tugas individu Program Studi Profesi
Ners STIKES ICME JOMBANG.

Disetujui

Hari :
Tanggal :
Mahasiswa

(Amanda Novita I.N,S.Kep)

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan

( ) ( )

Kepala Ruangan

( )

LAPORAN PENDAHULUAN
PARTIAL BOWEL OBSTRUCTION
A. Definisi Obstruksi BowelParsial
Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus
intestinal (Nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan
terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal. Obstruksi usus
merupakan suatu blok saluran usus yang menghambat pasase cairan, flatus dan
makanan dapat secara mekanis atau fungsional. Obstruksi bowel parsial merupakan
obstruksi atau gangguan pada aliran usus besar atau kolon.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa obstruksi usus besar adalah
sumbatan total atau parsial yang menghalangi aliran normal melalui saluran
pencernaan.
B. Etiologi
Adapun penyebab dari obstruksi usus dibagi menjadi dua bagian menurut jenis
obstruksi usus, yaitu:
1) Mekanis
Faktor mekanis yaitu terjadi obstruksi intramunal atau obstruksi munal dari
tekanan pada usus, diantaranya :
a. Intususepsi
Disebut juga intususepsi, sering ditemukan pada anak dan agak jarang pada
orang muda dan dewasa. Invaginasi pada anak sering bersifat idiopatikkarena
tidak diketahui penyebabnya. Invaginasi umumnya berupa intususepsi
ileosekal yang masuk naik kekolon ascendens dan mungkin terus sampai
keluar dari rektum. Hal ini dapat mengakibatkan nekrosis iskemik pada
bagian usus yang masuk dengankomplikasi perforasi dan
peritonitis.Diagnosisinvaginasidapatdidugaataspemeriksaanfisik,dandipastika
n dengan pemeriksaan Rontgen dengan pemberian enema barium
(Indrayani,2013).
b. Tumor danneoplasma
Tumor usus agak jarang menyebabkan obstruksi Usus, kecuali jika ia
menimbulkan invaginasi . Hal ini terutama disebabkan oleh kumpulan
metastasis (penyebaran kanker) di peritoneum atau di mesenterium yang
menekan usus (Indrayani,2013).
c. Stenosis
d. Striktur
Striktur yang sekunder yang berhubungan dengan iskhemia, inflamasi, terapi
radiasi, atau trauma operasi
e. Perlekatan(adhesi)
Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intraabdominal sebelumnya atau
proses inflamasi intraabdominal. Dapat berupa perlengketanmungkin dalam
bentuk tunggal maupun multiple, bisa setempat atau luas. Umunya berasal
dari rangsangan peritoneum akibat peritonitis setempat atau umum.Ileus
karena adhesi biasanya tidak disertai strangulasi. Obstruksi yang disebabkan
oleh adhesi berkembang sekitar 5% dari pasien yang mengalami operasi
abdomen dalam hidupnya. Perlengketan kongenital juga dapat menimbulkan
ileus obstruktif di dalam masa anak-anak (Indrayani,2013).
f. Hernia
Hernia inkarserata timbul karena usus yang masuk ke dalam kantung hernia
terjepit oleh cincin hernia sehingga timbul gejala obstruksi (penyempitan)dan
strangulasi usus (sumbatan usus menyebabkan terhentinya aliran darah ke
usus). Pada anak dapatdikelola secara konservatif dengan posisi tidur
Trendelenburg. Namun, jikapercobaan reduksi gaya berat ini tidak berhasil
dalam waktu 8 jam, harus diadakanherniotomi segera (Indrayani,2013)
g. Abses
2) Fungsional

Yaitu akibat muskulator usus tidak mampu mendorong isi sepanjang usus. (Brunner and
Suddarth, 2002)
C. Klasifikasi
Menurut sifat sumbatannya
Menurut sifat sumbatannya, ileus obstruktif dibagi atas 2 tingkatan :
a) Obstruksi biasa (simple obstruction) yaitu penyumbatan mekanis di dalam
lumen usus tanpa gangguan pembuluh darah, antara lain karena atresia usus
danneoplasma
b) Obstruksi strangulasi yaitu penyumbatan di dalam lumen usus disertai oklusi
pembuluh darah seperti hernia strangulasi, intususepsi, adhesi, dan volvulus
(Pasaribu,2012).
Menurut letak sumbatannya
Menurut letak sumbatannya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi 2 :
a. Obstruksi tinggi, bila mengenai usushalus

b. Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar (Pasaribu,2012).


Menurut etiologinya
Menurut etiologinya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi 3:
a) Lesi ekstrinsik (ekstraluminal) yaitu yang disebabkan oleh adhesi
(postoperative), hernia (inguinal, femoral, umbilical), neoplasma
(karsinoma), dan absesintraabdominal.
b) Lesi intrinsik yaitu di dalam dinding usus, biasanya terjadi karena kelainan
kongenital (malrotasi), inflamasi (Chron’s disease, diverticulitis), neoplasma,
traumatik, danintususepsi.
c) Obstruksi menutup (intaluminal) yaitu penyebabnya dapat berada di dalam
usus, misalnya benda asing, batu empedu (Pasaribu,2012).
Menurut stadiumnya
ileus obstruktif dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan stadiumnya, antaralain:
a) Obstruksi sebagian (partial obstruction) : obstruksi terjadi sebagian sehingga
makanan masih bisa sedikit lewat, dapat flatus dan defekasi sedikit.
b) Obstruksi sederhana (simple obstruction) : obstruksi / sumbatan yang tidak
disertai terjepitnya pembuluh darah (tidak disertai gangguan alirandarah).
c) Obstruksi strangulasi (strangulated obstruction) : obstruksi disertai dengan
terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir
dengan nekrosis atau gangren (Indrayani,2013).
D. Patofisiologi
Pada obstruksi mekanik, usus bagian proksimal mengalami distensi akibat
adanya gas/udara dan air yang berasal dari lambung, usus halus, pankreas, dan
sekresi biliary. Cairan yang terperangkap di dalam usus ditarik olehsirkulasi darah
dan sebagian ke interstisial, dan banyak yang dimuntahkan keluar sehingga akan
memperburuk keadaan pasien akibat kehilangan cairan dan kekurangan elektrolit.
Jika terjadi hipovolemia mungkin akan berakibat fatal (J.Corwin, 2001). Obstruksi
yang berlangsung lama mungkin akan mempengaruhi pembuluh darahvena, dan
segmen usus yang terpengaruh akan menjadi edema, anoksia dan iskemia pada
jaringan yang terlokalisir, nekrosis, perforasi yang akan mengarah ke peritonitis, dan
kematian. Septikemia mungkin dapat terjadi pada pasien sebagai akibat dari
perkembangbiakan kuman anaerob dan aerob di dalam lumen.
Usus yang terletak di bawah obstruksi mungkin akan mengalami kolaps dan kosong
(Schrock, 1993).
Pada pasien dengan obstruksi letak rendah (obstruksi usus besar), distensi
setinggi pusat abdomen mungkin dapat dijumpai, dan muntah pada umumnya muncul
terakhir sebab diperlukan banyak waktu untuk mengisi semua lumen usus. Kolik
abdomen mungkin merupakan tanda khas dari obstruksi distal. Hipotensi dan
takikardi merupakan tanda dari kekurangan cairan. Dan lemah serta leukositosis
merupakan tanda adanya strangulasi. Pada permulaan, bunyi usus pada umumnya
keras, dan frekuensinya meningkat, sebagai usaha untuk mengalahkan obstruksi yang
terjadi. Jika abdomen menjadi diam,mungkinmenandakan suatu perforasi atau
peritonitis dan ini merupakan tanda akhir suatu obstruksi (J.Corwin, 2001).

E. ManifestasiKlinis
a. Mekanik sederhana –kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir,
kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan
abdomen.
b. Obstruksi mekanikparsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya
kram nyeri abdomen, distensiringan.
c. Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat: nyeri hebat, terus menerus dan terlokalisir,
distensi sedang, muntah persisten, biasanya bising usus menurun dan nyeri
tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap atau
berdarah atau mengandung darah samar. (Price &Wilson, 2007)
F. PemeriksaanPenunjang
1) Pemeriksaanradiologi
a. Foto polosabdomen
Dengan posisi terlentang dan tegak (lateral dekubitus) memperlihatkan
dilatasi lengkung usus halus disertai adanya batas antara air dan udara atau gas
(air-fluid level) yang membentuk pola bagaikan tangga.
b. Pemeriksaan radiologi dengan BariumEnema
Mempunyai suatu peran terbatas pada pasien dengan obstruksi usus halus.
Pengujian Enema Barium terutama sekali bermanfaat jika suatu obstruksi letak
rendah yang tidak dapat pada pemeriksaan foto polos abdomen. Pada anak-anak
dengan intussuscepsi, pemeriksaan enema barium tidak hanya sebagai diagnostik
tetapi juga mungkin sebagaiterapi.
c. CT–Scan.
Pemeriksaan ini dikerjakan jika secara klinis dan foto polos abdomen
dicurigai adanya strangulasi. CT–Scan akan mempertunjukkan secara lebihteliti
adanya kelainan-kelainan dinding usus, mesenterikus, dan peritoneum. CT–Scan
harus dilakukan dengan memasukkan zat kontras kedalam pembuluh darah. Pada
pemeriksaan ini dapat diketahui derajat dan lokasi dari obstruksi.
d. USG
Pemeriksaan ini akan mempertunjukkan gambaran dan penyebab dari
obstruksi.
e. MRI
Walaupun pemeriksaan ini dapat digunakan, tetapi tehnik dan kontras yang
ada sekarang ini belum secara penuh mapan. Tehnik ini digunakan untuk
mengevaluasi iskemia mesenterik kronis.
f. Angiografi
Angiografi mesenterik superior telah digunakan untuk mendiagnosis adanya
herniasi internal, intussuscepsi, volvulus, malrotation, dan adhesi.
2) Pemeriksaanlaboratorium
Leukositosis mungkin menunjukkan adanya strangulasi, pada urinalisa
mungkin menunjukkan dehidrasi. Analisa gas darah dapat mengindikasikan
asidosis atau alkalosis metabolic. ( Brunner and Suddarth, 2002 )
I. Penatalaksanaan
Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan
cairan, menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi, mengatasi
peritonitis dan syok bila ada, dan menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki
kelangsungan dan fungsi usus kembalinormal.
a. Resusitasi
Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda - tanda
vital, dehidrasi dan syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi
mengalami dehidrasi dan gangguan keseimbangan ektrolit sehingga perlu
diberikan cairan intravena seperti ringer laktat. Respon terhadap terapi
dapat dilihat dengan memonitor tanda - tanda vital dan jumlah urin yang
keluar. Selain pemberian cairan intravena, diperlukan juga pemasangan
nasogastric tube (NGT). NGT digunakan untukmengosongkan lambung,
mencegah aspirasi pulmonum bila muntah dan mengurangi
distensiabdomen.
b. Farmakologis
Pemberian obat - obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai
profilaksis. Antiemetik dapat diberikan untuk mengurangi gejala mual
muntah.
c. Operatif
Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk
mencegah sepsis sekunder. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian
disusul dengan teknik bedah yang disesuaikan dengan hasil eksplorasi
selama laparotomi. Berikut ini beberapa kondisi atau pertimbangan untuk
dilakukan operasi : Jika obstruksinya berhubungan dengan suatu simple
obstruksi atau adhesi, maka tindakan lisis yang dianjurkan. Jika terjadi
obstruksi stangulasi maka reseksi intestinal sangat diperlukan. Pada
umumnya dikenal 4 macam cara/tindakan bedah yang dilakukan pada
obstruksi ileus:
1) Koreksi sederhana (simple correction), yaitu tindakan bedah sederhana
untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia
incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi atau pada
volvulusringan.
2) Tindakan operatif by-pass, yaitu tindakan membuat saluran usus baru
yang “melewati” bagian usus yang tersumbat, misalnya pada tumor
intralurninal, Crohn disease, dansebagainya.
3) Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat
obstruksi, misalnya pada Ca stadiumlanjut.

4) Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis


ujung-ujung usus untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus,
misalnya pada carcinoma colon, invaginasi, strangulata, dan
sebagainya. Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan
tindakan operatif bertahap, baik oleh karena penyakitnya sendiri
maupun karena keadaanpenderitanya, misalnya pada Ca sigmoid
obstruktif, mula-mula dilakukan kolostomi saja, kemudian hari dilakukan
reseksi usus dan anastomosis. (Sabara, 2007)
Hernia inkarserata, adhesi, intususepsi, askariasis, volvulus, tumor, batu empedu

J. ClinicalPathway
OBSTRUKSI USUS

Akumulasi gas dan cairan intra lumen disebelah paroksimal dari letak obstruktif

Gelombang peristaltic berbalik arah, isi usus terdorong ke lambung kemudian mulut
Distensi abdomen Kerja usus melemah Klien rawat inap

Gangguan peristaltic
Poliferasi bakteri Tekanan intralumen usus Reaksi
cepat ↑ Asam hospitalisasi
lambung ↑
Kimus cemas
pelepasan Tekanan
mual sulit
bakteri dan vena & Mual muntah
dicerna
toksinmelepas
dari ususendotoksin, arteri ↓ ansietas
bakteri Sulit BAB
Kehilangan
Iskemia cairan menuju
dinding ruang konstipasi
melepaskan zat pirogen Pelepasan bakteri & toksin drperitonium
usus yg nekrotik ke dlm peritonium

Metabolis
m
s  hipotalamus bagian termoregulator melaluiMerangsang
ductus thoracicus
pengeluaran
Resiko infeksi
mediator
kimia

Merangsang
Merangsang susunan saraf otonom, mengaktivasiSaraf
reseptor nyeri simpatis terangsang utk mengaktivasi RAS mengaktifkan kerja organ tubuh
norepinephrine
REM ↓ Pasien terjaga

Suhu tubuh ↑ Nyeri akut Gangguan pola tidur

hipertermi
K. PenatalaksanaanKeperawatan
a. Pengkajian/Assesment
1. IdentitasPasien
Identitas meliputi data demografi klien yang terdiri dari nama, umur, jenis
kelamin, agama, pendidikan, alamat, No.RM, pekerjaan, status perkawinan,
tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosa medis.
2. KeluhanUtama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat dikaji. Pada
umumnya akan ditemukan klien merasakan nyeri pada abdomennya, demam,
nyeri tekan lepas, abdomen tegang dan membesar, susah mengeluarkan BAB.

3. RiwayatKesehatan
a) Riwayat PenyakitSekarang
Pasien dengan bowel obstruksi biasanya akan diwali dengan adanya tanda
seperti nyeri pada perut, demam dan konstipasi. Pada riwayat penyakit
sekarang perlu ditanyakan terkait keluhaan awal muncul dan tindakan yang
telah dilakukan untuk menurunkan dan menghilangkan keluhan yang
dirasakan
b) Riwayat PenyakitDahulu
Penyakit yang dapat menjadi faktor utama terjadinya obstruksi usus seperti
penyakit pencernaan lain atau adanya riwayat operasi pada bagian pencernaan
c) Riwayat PenyakitKeluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit
keturunan seperti diabetes mellitus, hipertensi, anemia.

4. Pengkajian Pola-Pola Fungsi KesehatanGordon


a) Pola persepsi dan tata laksana hidupsehat
Bagaimana persepsi dan pendapat klien terkait dengan penyakit yang
dideritanya, serta penanganan pertama dalam mengatasi masalah
kesehatannya.Riwayat merokok, minum alkohol, dan penggunaan obat-
obatan.
b) Pola nutrisi danmetabolisme
Bagaimana pola pemenuhan nutrisi setiap harinya. Perawat perlu melakukan
pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi
pasien. Pasien dengan bowel obstruksi akan mengalami penurunan nafsu
makan. Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit sehingga
keadaan pasien tampak lemah. Pasien bowel obstruksi akan mengalami
penurunan nafsu makan akibat dari mual dan muntah serta konstipasi.
c) Polaeliminasi
Perawat perlu menanyakan mengenai kebiasaan defekasi sebelum dan
sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih
banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi yang akibat dari
menurunnya gerakan peristaltikusus.
d) Pola aktivitas danlatihan
pasien akan mengurangi aktivitasnya akibat adanya nyeri pada kuadran kanan
atas dan untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien
dibantu oleh perawat dan keluarganya.
e) Pola tidur danistirahat
Adanya nyeri pada kuadran kanan atas dan peningkatan suhu tubuh akan
berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur, istitahat dan sering
terbangun jika nyeri, selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan seperti
keluarga pasien yang menunggu banyak dan kondisi rumah sakit yang
pasiennyabanyak.
f) Pola hubungan danperan
Akibat dari sakitnya, secara langsung pasien akan mengalami perubahan
peran, misalkan pasien seorang laki-laki sebagai kepala rumah tangga, tidak
dapat menjalani fungsinya untuk menafkahi istri dan anaknya. Disamping itu,
peran pasien di masyarakat pun juga mengalami perubahan dan semua itu
mempengaruhi hubungan interpersonal pasien.
g) Pola persepsi dan konsepdiri
Persepsi pasien terhadap dirinya akan berubah. Pasien yang tadinya sehat,
tiba-tiba mengalami sakit. Sebagai seorang awam, pasien mungkin akan
beranggapan bahwa penyakitnya adalah penyakit berbahaya dan mematikan.
Dalam hal ini pasien mungkin akan kehilangan gambaran positif terhadap
dirinya.
h) Pola sensori dankognitif
Fungsi panca indera pasien tidak mengalami perubahan, demikian juga
dengan proses berpikirnya. Adapun dari pola sensori yang teganggu tapi
jarang yaitu ketika demam dan nyeri yang mengakibakan kelemahan.
i) Pola reproduksiseksual
Kebutuhan seksual pasien akan terganggu untuk sementara waktu karena
pasien berada di rumah sakit dan kondisi fisiknya masih lemah.
j) Pola managemen stress dankoping
Pasien yang tidak mengtahui penyabab dan proses dari penyakitnya akan
mengalami stress dan mungkin pasien akan banyak bertanya pada perawat
dan dokter yang merawatnya atau orang yang mungkin dianggap lebih tahu
mengenaipenyakitnya.
k) Pola tata nilai dankepercayaan
Sebagai seorang beragama pasien akan lebih mendekatkan dirinya kepada
Tuhan dan menganggap bahwa penyakitnya ini adalah suatu cobaan dari
Tuhan.
5. PengkajianFisik
a) Keadaanumum
Pasien tampak nyeri pada perut, konstipasi, demam
b) Tingkat kesadaran
Komposmentis
c) TTV
RR :reguler
N : bisa terjaditakikardi
S : jika ada infeksi bisa hipertermi
TD : bisahipotensi
d) Keadaan fisik umum lainnya dapat dikaji dengan IPPA, yangmeliputi:
1) Mata: matanormal
2) Hidung: peningkatan frekuensi napas, cuping hidungpositif
3) Dada Paru-
paru
Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris, pernapasan dangkal,
pasiengelisah
Palpasi : vokal fremitus teraba
Perkusi : sonor
Auskultasi : tidak terdapat suara tambahan
4) Jantung
Inspeksi : terdapat takikardi dan hipotensi
5) Abdomen: inspeksi adanya distensi abdomen. Pasien mengeluh mual
muntah
Auskultasi: peristaltik usus 5-12x/menit flatuensi Perkusi:
adanya pembengkakan di abdomen, nyeri tekan
6) Urogenital: inspeksi bentuk anatomi genital, alat bantu eliminasi yang
terpasang.
7) Ekstremitas: inspeksi kelainan bentuk ekremitas baik bawah maupun
atas, fungsi pergerakan dan perubahanbentuk.
8) Kulit danKuku
Kuku bersih atau tidak dengan kulit berkeringat dan gatal
9) KeadaanLokal
Gasglow Coma Scale (GCS)
arameter Nilai
membuka secara spontan 4
Terhadap suara 3
Mata Terhadap nyeri 2
Tidak berespon 1
Orientasi baik 5
Bingung 4
respon verbal Kata-kata tidak jelas 3
Bunyi tidak jelas 2
Tidak berespon 1
Mengikuti perintah 6
Gerakan Lokal 5
Fleksi, Menarik 4
Respon Motorik Fleksi abnormal 3
Ekstensi abnormal 2
Tidak ada 1

b. DiagnosaKeperawatan
1. Mual berhubungan dengan gelombang peristaltik berbalik arah menuju
lambung
2. Konstipasi berhubungan dengan penyempitanusus
3. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia dindingusus
4. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi pada daerahperut
5. Ansietas berhubungan dengan reaksihospitalisasi
6. anguan pola tidur berhubungan dengan nyeri padaperut

No Diagnosa Keperawatan
1. Mual (00134)
Definisi: suatu fenomena subjektif tentang rasa tidak nyaman pada
bagian belakang tenggorok atau lambung, yang dapat atau tidak
mengakibatkan muntah.
Batasan karakteristik :
- Keengganan terhadapmakan
- Sensasimuntah
- Peningkatansaliva
- Peningkatanmenelan

- Rasa asam didalam mulut


Faktor yang berhubungan:
- Ansietas
- Terpajantoksik
- Ketakutan
- Stimuli lingkungan yang mengganggu
- Rasa makanan atau minuman yang tidakenak
- timuli penglihatan yang tidakmenyenangkan
Kondisi terkait:
- Gangguanbiokimia
- Penyakitesofagus
- Distensilambung
- Iritasigastrointestinal
- Peningkatanintrakranial
- Tumorintraabdomen
- Labirintis
- Peregangan kapsulhati
- Tumorterlokalisasi
- Penyakitmeniere
- Meningitis
- Penyakitpankreas
- Gangguanpsikologis
- Peregangan kapsullimpa
- Programpengobatan
2
Konstipasi (00011)
Definisi : Penurunan frekuensi normal defekasi yang disertai
pengeluaran feses yang sulit atau tidak lampias atau pengeluaran feses
yang sangat keras dan kering
Batasan Karakteristik :
- Nyeriabdomen
- Nyeri tekan pada abdomen dengan atau tanpa resistensi otot
yang dapatdipalpasi.
- Anoreksia
- Perasaan penu atau tekanan padarektum
- Peningkatan tekananabdomen
- Indigesti
- Mual
- Nyeri saat defekasi
- Tampilan atipikal pada lansia (misalnya,perubahanstatus
mental,inkontinensia urine, jatu tanpa sebab jelas,dan
peningkatan suhutubuh.
- Darah merah segar menyertai pengeluaranfeses
- Perubahan pada suara abdomen(borborigmi)
- Perubahan pada poladefekasi
- Penurunanfrekuensi
- Penurunan volumefeses
- Distensiabdomen
- Feses yang kering,keras,dan padat
- Bising usus hipoaktif atauhiperaktif
- Pengeluaran fesescair
- Massa abdomen dapatdipalpasi
- Massa rectal dapatdipalpasi
- Bunyi pekak pada perkusiabdomen
- Adanya feses seperti pastadirektum
- Flatusberat
- Mengejan saatdefekasi
- Tidak mampu mengeluarkanfeses
- Muntah.
Faktor yang Berhubungan :
- Fungsional
o Kelemahan ototabdomen
o Kebiasan defekasi yang tidakteratur
o Perubahan lingkungan saatini
- sikologis
o Depresi
o Stressemosi
o Konfusimental
- Farmakologi
o Antasida yang mengandungaluminium
o Kalsiumkarbonat
- Mekanis
o Ketidakseimbanganelektrolit
o Obesitas
o Hemoroid
- Fisiologis
o Dehidrasi
o Pola makan yangburuk.

3 Nyeri Akut (00132)


Definisi: pengalaman sensoris dan emosional tidak menyenangkan
dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan
sebagai suatu kerusakan, awitan yang tiba-tiba atau lambat dengan
intensitas ringan hingga berat, yang terjadi secara konstan atau berulang
yang berakhirnya tidak dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung
kurang dari tiga bulan.
Batasan karakteristik:
- Perubahan seleramakan
- Perubahan pada parameterfisiologis
Diaoresis
- Perilakudistraksi
- Bukti nyeri dengan menggunakan standar daftar periksanyeri
untuk pasien yang tidak dapatmenungkapkannya
- Perilakuekspresif
- Ekspresi wajahnyeri
- Sikaptubuhmelindungi
- Putus asa
- Fokus menyempit’sikap melindungi areanyeri
- Perilakuprotektif
- Laporan tentang perilaku nyeri/perubahanaktivitas
- Dilatasipupil
- Fokus pada dirisendiri
- Keluhan tentang intensitas menggunakan standar skalanyeri
- Keluhan tentang karakteristik nyeri denganmenggunakan
standar instrumennyeri
Faktor yang berhubungan:
- Agens ciderabiologis
- Agens ciderakimiawi
- Agens ciderafisik
4 Hipertermia (00006)
Definisi:suhu inti tubuh diatas kisaran normal diurnal karena kegagalan
termoregulasi
Batasankarakteristik:
- Posturabnormal
- Apnea
- Koma
- Kulitkemerahan
- Hipotensi
- Bayi tidak dapat mempertahankanmenyusu
- Gelisah
- Letargi
- Kejang

- Kulit terasahangat
- Stuportakikardia
- Takipnea
- Vasodilatasi
Faktor yang berhubungan:
- Dehidrasi
- Pakaian yang tidak sesuai
- Aktivitasberlebihan
Populasi berisiko:
- Pemajanan suhu lingkungantinggi
Kondisi terkait:
- Penurunanperspirasi
- Penyakit
- Peningkatan lajumetabolisme
- Iskemia
- Agensfarmseutika
- Sepsis
- Trauma
5 Ansietas (00146)
Definisi : perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai
respons otonom, perasaan yang takut disebabkan oleh antisipasi
terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang
memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan
individu untuk bertindak menghadapiancaman.
Faktor yang berhubungan :
- Konflik tentang tujuanhidup
- Hubunganinterpersonal
- Penularaninterpersonal
- Stresor
- Penyalahgunanzat
- Ancamankematian
- Ancaman pada statusterkini
- Kebutuhan yang tidak dipenuhi
- Konfliknilai
6. Ganguan pola tidur (00095)
Definisi: gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor
eksternal
Batasan karakteristik:
- Perubahan pola tidurnormal
- Ketidak puasantidur
- menyatakan tidak merasa cukup istirahat
faktor yang berhubungan:
- gangguan kurang controltidur
c. IntervensiKeperawatan
NO Masalah NOC NIC
Keperawatan
1 Mual (00134) Setelah dilakukan tindakan keperawatan mual dapat diatasi dengan kriteria Manajemen mual (1450)
hasil: 1. Dorong pasien untuk memantau
pengalaman diri terhadapmual
Mual dan muntah: efek yang mengganggu (2106) 2. Dorong pasien untuk belajar strategi
Awa Tujuan mengatasi mualsendiri
No Indikator
l 1 2 3 4 5 3. Lakukan penilaian lengkap terhadap
1. Asupan cairan mual, termasuk frekuensi, durasi,
tingkat keparahan, dan faktor-faktor
menurun pencetus, dengan menggunakan alat
2. Asupan [pengkajian] seperti Self-Care journal,
makanan Visual Analog Scales, Timbangan
berkurang Analog Visual, Duke Descriptive
3. Output urin 4. Dorong penggunaan teknik
nonfarmakologi sebelum mual
menurun
meningkat atauterjadi
4. Perubahan
keseimbangan 5. Monitor asupan makanan terhadap
cairan kandungan gizi dankalori
5. Kehilangan
selera makan

Keterangan :
1: parah
2:banyak
3: cukup;
4: sedikit
5: tidak ada

2. Konstipasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah konstipasi pasien NIC :


(00011) teratasi dengan kriteria hasil : Manajemen Konstipasi (0450)
Eleminasi Usus(0501) Observasi
 Monitor tanda dan gejala konstipasi
Awa Tujuan  Kaji dan dokumentasikan: (warna dan
No Indikator
l 1 2 3 4 5 konsisensi feses pertama

1. Pola pascaoperasi; frekuensi, warna dan


konsistensi feses; keluarnya flatus;
eleminasi
adanya impaksi; ada atau tidakada
2. Kontrol
bisisng usus dan distensi abdomen
gerakan usus
3. Warna feses pada keempat kuadran abdomen
4. Feses lembut  Pantau tanda dan gejala ruptur usus
dan berbentuk atauperitonitis
5. Kemudahan  Identifikasi faktor (misalnya pengobatan,
BAB tirah baring, dan diet) yang dapat

Keterangan : menyebabkan atau berkontribusi

1: parah terhadapkonstipasi

2:banyak
Mandiri
3:cukup;
- manajemendefekasi
4: sedikit
- manajemenkonstipasi
5: tidak ada

HE
 Anjurkan pasien untuk memintaobat nyeri
sebelumdefekasi
 Informasikan kepada pasien
kemungkinan konstipasi akibatobat
 Ajarkan kepada pasien tentangefek
diet (misalnya, cairan dan serat) pada
eliminasi
 Tekankan pentingnya menghindari
mengejan selamadefekasi
Kolaborasi
 Konsultasi dengan ahli gizi untuk
meningkatkan serat dan ciran dalam
diet
 Konsultasi dengan dokter tentang
penurunan ataupeningkatan
frekuensi bising usus

3. Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien dapat mengontrol nyeri Manajemen nyeri (1400)
(00132) dengan kriteria hasil: 1. Lakukan pengkajian nyeri
Kontrol nyeri (1605) komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
Awa Tujuan
No Indikator kualitas, intensitas atau beratnya nyeri
l 1 2 3 4 5
clan faktorpencetus.
1. Mengenali
2. Observasi adanyapetunjuk
kapan nyeri
nonverbal mengenai
terjadi
ketidaknyamanan terutama pada
2. Menggunakan mereka yang tidak dapat berkomunikasi
tindakan secara efektif
pengurangan 3. Pastikan perawatan analgesik bagi
[nyeri] tanpa pasien dilakukan dengan pemantauan
analgesik yang ketat.
3. Menggunakan 4. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen
analgesik nyeri.
yang 5. Ajarkan penggunaan teknik non
direkomendas farmakologi (seperti, biofeedback,
ikan TENS, hypnosis, relaksasi, bimbingan
4. Melaporkan antisipatif, terapi musik, terapi bermain,
nyeri yang terapi aktivitas, akupressur, aplikasi
terkontrol panas/dingin dan pijatan, sebelum,
sesudah dan jika memungkinkan, ketika
melakukan aktivitas yang menimbulkan
nyeri; sebelum nyeri terjadiatau
meningkat; dan bersamaan dengan
tindakan penurun rasa nyeri lainnya)

Aplikasi panas atau dingin (1380)


1. Jelaskan penggunaan [aplikasi] panas
atau dingin, alasan perawatan, dan
bagaimana ha! tersebut akan
mempengaruhi gejala
pasien
2. Skrining kontraindikasi [pasien]
terhadap [suhu] dingin atau panas,
seperti penurunan atau ketiadaan
sensasi, penurunan sirkulasi, dan
penurunan kemampuan untuk
berkomunikasi.
3. Periksa suhu aplikasi, terutama ketika
menggunakan aplikasipanas.
4. Tentukan durasi aplikasi berdasarkan
respon verbal,perilaku,
dan biologis individu.
4. Hipertemia Setelah dilakukan tindakan keperawatan, suhu tubuh pasien Perawatan demam (Fever Treatment):
(00007) menunjukkan hasil: A. Mandiri
1. TTV dalam rentang normal,yaitu: 1. Monitor tanda-tandavital
- Penurunan Suhu tubuh yaitu 36,5 C-37,5 C
0 0
2. Monitor suhu tubuh dan warnakulit
- Nadi 80-100X/menit 3. Selimuti klien dengan
- TD 110-120/70-80 mmHg menggunaknan selimut tipis dan
- Frekuensi pernafasan normal (12-20X/Menit) pakaiantipis
2. Kedalaman inspirasi menunjukkan tidak ada deviasi(5) 4. Monitor intake dan output cairan klien

Indikator Deviasi Deviasi Devasi Deviasi Tidak 5. Pantau adanya komplikasi- komplikasi

berat yang sedang ringan 4 ada yang berhubungan dengan demam serta

1 cukup 3 devias gejalan penyebab ternjadinya demam

besar i seperti kejang, penurunan tingkat

2 5 kesadaran, status keseimbangan cairan


dan elektrolit, perubahan keseimbangan
Kedalama √ asam dan basa, serta abnormalitassel.
n
6. Tingaktkan sirkulasiudara
pernafasan
7. Monitor keamanan pasien yang
mengalami gelisah ataudelirium.
Promotif
8. Anjurkan pasien banyak istirahat, bila
perlu batasiaktivitas
9. Anjurkan pasien minum banyak air (250
ml setiap 2jam)
Edukatif
10. Ajarkan cara melakukan kompres
hangat pada pasien saat pasien
demamtinggi
Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberian obat (antipiretik,
antibiotik) atau cairan IV
12. Kolaborasi pemeriksaan
laboratorium (darah lengkap, urin)
5. Ansietas Setelah dilakukan tindakan keperawatan ansietas dapat diatasi dengan Pengurangan kecemasan (5820)
(00146) kriteria hasil: 1. Gunakan pendekatan yang tenang dan
Tingkat kecemasan (1211) menyakinkan
2. Bantu klien mengidentifikasi situasi yang
Awa Tujuan
No Indikator memicukecemasan
l 1 2 3 4 5
3. Dengarkanklien
1. Tidak dapat
4. Pertimbangkan kemampuan klien
beristirahat dalam mengambilkeputusan
2. Wajah tegang 5. Instruksikan klien untuk
3. Rasa cemas menggunakan teknikrelaksasi
yang Peningkatan koping (5230)
disarnpaikan 1. Gunakan pendekatan yang tenang dan
secara lisan memberikan jaminan Berikan suasana
4. Peningkatan penerimaan

tekanan darah 2. Sediakan pasien pilihan-pilihan

5. Peningkatan yangrealistis mengenai aspekperawatan

nadi 3. Dukung sikap [pasien] terkait dengan


harapan yang realistis sebagaiupaya
6. Peningkatan
untuk mengatasi perasaan
pernafasan
Keterangan : ketidakberdayaan
1: berat 4. Evaluasi kemampuan pasien
2: cukup berat dalammembuatkeputusan
3: sedang 5. Cari jalan untuk memahami perspektif
4: ringan pasien terhadap situasi yang penuh stres
5: tidak ada 6. Instruksikan pasien untuk
menggunakan teknik relaksasisesuai
dengan kebutuhan

6 Gangguan Pola NOC NIC


. Tidur (00095) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x24 jam, masalah Peningkatan Tidur (1850)
gangguan pola tidur pasien pasien teratasi dengan kriteria hasil Observasi:
Tidur (0004) - monitor waktu makan dan minum dengan
waktutidur
Awa Tujuan
No Indikator - monitor atau catat kebutuhan tidur pasien
l 1 2 3 4 5
setiap hari danjam
1. Jam tidur
Mandiri:
2. Pola tidur
- determinasi efek-efek medikasi
3. Kualitas tidur
terhadap polatidur
4. Perasaan - fasilitasi untuk mempertahankan
segar setelah aktivitas sebelumtidur
tidur HE:
- Jelaskan pentingnya tidur yang
adekuat
- Instruksikan untuk monitor tidur
pasien
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian obattidur
- Diskusikan dengan pasien dan
keluarga tentang tehnik tidurpasien
d. EvaluasiKeperawatan
Evaluasi merupakan suatu tahap terakhir dalam suatu rangkaian proses
keperawatan yang harus dilakukan oleh perawat. Evaluasi keperawatan dilakukan
dengan cara membandingkan respon pasien setelah implementasi dengan kriteria
hasil yang telah ditentukan oleh perawat. Perawat memiliki 3 alternatif dalam
menentukan pencapaian pada intervensi yang telah dilakukan yaitu:
1. Teratasi
Perilaku pasien seusia dengan pernyataan tujuan dalam waktu atau tanggal yang
ditetapkab di tujuan
2. Teratasisebagian
Pasien menunjukkan perilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan dalam
pernyataan kriteria hasil
3. Belumteratasi
Pasien tidak mampu menunjukkan perilaku yang diharapkan sesuai dengan
pernyataan tujuan.

L. DischargePlanning
a. Berikan instruksi ke klien atau anggota keluarga mengenai perawatan lanjutan,
tanda-tanda adanya infeksi, rawat jalan dan jadwal perawatan berikutnya.
b. Ingatkan pasien untuk meminum obat-obatan harian yang diperlukan untuk
proses penyembuhan, serta jelaskan tujuan, dosis, jadwal, tindakan
pencegahan, interaksi obat dengan dan potensial efeksamping.
c. Ajarkan klien tentang manajemen nyeri, terapi diet, pembatasan aktivitas dan
perawatan kesehatan tindaklanjut.
d. Ajarkan klien cara perawatan diri di rumah dan semua hal yang diperlukan
untuk perawatan dirumah.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Bulechek, G. M., H. K. Butcher, J. M. Dochteman, C. M. Wagner. 2015. Nursing
Interventions Classification (NIC). Edisi 6. Jakarta: EGC.
Bulechek, G. M., H. K. Butcher, J. M. Dochteman, C. M. Wagner. 2015. Nursing
Outcomes Classification (NOC). Edisi 6. Jakarta: EGC.
Indrayani, M Novi. 2013. Diagnosis Dan Tata Laksana IleusObstruktif.
Universitas Udayana : Denpasar (jurnal)
J.Corwin, Elizabeth.,2001. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta
Manaf M, Niko dan Kartadinata, H. Obstruksi Ileus. 1983. Accessed June 2, 2010
Nanda Internasional 2018. Diagnosis Keperawatan 2018-202. Oxford: Willey
Backwell.
Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih Bahasa Setiawan, dkk.
Jakarta
Nurafif, A.H. dan K. Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC. Edisi 2. Yogyakarta: Mediaction.
Pasaribu,Nelly. 2012. Karakteristik Penderita Ileus Obstruktif Yang Dirawat Inap Di
Rsud Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007-2010.Universitas Sumatera Utara
: Sumatera Utara (jurnal)
Price and Wilson. 2007. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Edisi 6, Volume1. Jakarta: EGC
Sabara, 2007 dikutip dari (http://www.Files-of-DrsMed.tk

Schrock TR. Obstruksi Usus. Dalam Ilmu Bedah (Handbook of Surgery). Alih
Bahasa: Adji Dharma, dkk. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1993; 239
– 42

Sloane, Ethel., 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Penerbit buku kedokteran
EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai