Seorang Pria berusia 23 tahun dengan keluhan nyeri kepala sejak 1 bulan yang
lalu, terasa di seluruh kepala, seperti tertekan, pasien demam, mual, muntah.
Pasien lalu dirawat di RS Jakarta pada tanggal 1 Februari 2015, selama 5 hari dan
didiagnosa saat itu mangalami penyakit typhoid. setelah pulang selama 2 hari,
pasien masih mengeluh sakit kepala, dan demam. Kemudian pasien dibawa ke RS
Kasih Ibu Solo pada tanggal 8 Februari 2015. Selama perawatan klien masih
demam terus menerus selama 3 minggu perawatan. Karena tidak ada perubahan
pasien kemudian dirujuk ke RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada tanggal 17
Februari 2015. Kondisi pasien ketika masuk RSUD Dr Moewardi kemah, klien
masih mengeluh nyeri kepala, demam, kesadaran Compos Mentis, GCS : 15,
terdapat kaku kuduk, tanda lasique (+), tanda Kernig (+), Tanda bruzinski I-II (+),
pasien dirawat di ruang Cendana, setelah perawatan selama 1 minggu, di ruang
Cendana Pasien mengalami penurunan kesadaran, kemudian pasien dirawat di
ruang ICU pada tanggal 21 Februari 2015. Keadaan pasien saat ini lemah,
kesadaran Sopor Coma GCS: 4 E1V1M2. Pasien terpasang ventilator mekanik.
Tanda Vital : TD : 135/84 mmHg, N : 120 x/menit, RR: 25 x/mnt S: 38,5°C,
SPO2 : 99%.
Pengkajian Primer
a. Airway
Terdapat produksi sekret di jalan nafas, klien terpasang Endotrakheal tube
dan ventilator, poduksi sekret banyak, warna putih, terdapat suara napas
tambahan ronkhi.
b. Breathing
Klien terpasang Endotrakheal tube dan ventilator dengan mode SIMV-PC,
FIO2: 50%, RR setting ventilator: 12, Pressure Inspiration: 15, Volume
tidal: 345, RR: 25 x/mnt. Tampak retraksi dinding dada, tidak ada
penggunaan otot bantu pernapasan.
c. Circulation
Nadi perifer dan karotis teraba kuat, akral panas, capilary refill kembali 4
detik, TD 135/84 mmHg, N: 120 x/mnt, S: 38,5 oC, tidak ada sianosis, tidak
ada edema, Hasil pemeriksaan EKG : Sinus Takikardi.
d. Disability
Keadaan umum lemah, pasien Sopor Coma GCS: 4, E 1 M2 V1, pasien tidak
berespon dengan rangsangan suara, tidak berespons terhadap rangsang
nyeri, reaksi pupil terhadap cahaya (+/+), ukuran pupil (4/4).
e. Exposure/Event
Kulit teraba panas, T: 38,5°C, tidak terdapat oedema, turgor kulit baik
kembali < 3 detik. Pasien dirawat di RS Jakarta selama 5 hari dan
didiagnosa saat itu mangalami penyakit typhoid. setelah pulang selama 2
hari, pasien masih mengeluh sakit kepala, dan demam. Kemudian pasien
dirawat di RS Kasih Ibu Solo. Selama perawatan masih demam 3 minggu.
Pasien dirujuk ke RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada tanggal 17 Februari
2015. Pasien mengalami penurunan kesadaran sejak 1 minggu setelah
masuk RS, kemudian pasien dirawat di ruang ICU. Keadaan pasien saat ini
lemah, kesadaran Sopor Coma GCS : 4 E1V1M2. Pasien terpasang
ventilator mekanik.
Tanda Vital : TD : 135/84 mmHg, HR : 120 x/menit, RR: 25 x/mnt
T: 38,5°C, SPO2 : 100%.
Pemeriksaan Head To Toe
Kimia Klinik
Elektrolit
Natrium darah 128 Mmol/L 136-145
Kalium darah 3.7 Mmol/L 3.3 – 5.1
Calsium ion 1.15 Mmol/L 1.17-1.29
Analisa Gas Darah
PH 7.450 7.350-7450
BE 2.2 Mmol/L -2 - +3
PCO2 40.0 mmHg 27.0-41.0
PO2 139.0 mmHg 83.0-108.0
Hematokrit 43 % 37-50
HCO3 27.2 Mmol/L 21.0-28.0
Total CO2 28.6 Mmol/L 19.0-24.0
O2 Saturasi 99.0 % 94.0-98.0
PENGKAJIAN B1- B6
B6 (Bone) Suhu : 38,5°C, Sianosis (-), odem (-), terpasang infus pada
tangan kiri dan terhubung dengan infus pump dan syringe
pump.
Data
No Interpretasi Diagnosa Keperawatan
Subyektif & Obyektif
1 DS : keluarga mengatakan bahwa pasien Reaksi peradangan jaringan Resiko ketidakefektifan
tidak sadar perfusi jaringan
serebral
serebral
DO :
Trombus daerah korteks
- Keadaan Umum: Lemah,
- tingkat kesadaran Sopor Coma dengan Infeksi/septikimia jaringan
total GCS: 4 (E1V1M2), otak
- terdapat kaku kuduk, reflek laseque >
60°, reflek brudzinski I-II positif. Perubahan fisiologis
- Leukosit : 12.1 Ribu/ul
intrakranial
- Tanda vital :
TD : 135/84 mmHg,
Peningkatan permeabilitas
HR : 120 x/menit,
RR: 25 x/mnt, darah serebral
T: 38,5°C,
SPO2 : 99% Proses inflamasi di selaput
otak
Gambaran EKG sinus takikardi
Resiko ketidakefektifan
perfusi jaringan serebral
Perubahan fisiologis
- Klien sopor coma dengan GCS: 4
E1V1M2 intrakranial
- Tampak penumpukan sekret pada
ET Peningkatan permeabilitas
darah serebral
Klien terpasang ET dan ventilator
mekanik dengan mode SIMV-PC, FIO2: Penurunan tingkat
50%, RR setting ventilator: 12, Pressure kesadaran
Inspiration: 15, Volume tidal: 345, RR:
Penumpukan sekret dijalan
25 x/mnt.
nafas
Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas
3.
DS : Hipertermi
Reaksi peradangan jaringan
DO : serebral
- Kulit teraba panas, akral teraba panas
Infeksi/septikimia jaringan
- Kulit tampak kemerahan
- Tanda vital : otak
TD : 135/84 mmHg,
HR : 120 x/menit, Perubahan fisiologis
RR: 25 x/mnt, intrakranial
S: 38,5°C
Peningkatan laju
metabolisme
Hipertermi
RENCANA KEPERAWATAN KRITIS
OBSERVASI
1. Identifikasi penyebab
peningkatan TIK(mis.
Gangguan metabolisme,edema
serebral)
2. Monitor jumlah, kecepatan,dan
karateristek drainase cairan
serebrospinal
3. Monitor efek stimulus
lingkungan terhadap TIK
TERAPEUTIK
1. Ambil sampel drainase cairan
serebrospinal
2. Pertahankan posisi kepala dan
kepala netral.
pemamtauan tanda vital
TERAPEUTIK
1. atur interval
pemamtauan sesuai
kondisi pasien
2. dokumentasi hasil
pemamtauan
EDUKASI
1. informasikan hasil
pemamtauan
2. Bersihan jalan bersihan jalan napas
napas tidak
efektif Indikator SA S ST
C Manajemen jalan napas
1. Produksi
sputum OBSERVASI
2. Frekuens 1. Monitor bunyi napas tambahan
i napas (mis, wheezing,grugling,
3. Pola ronkhi kering,mengi)
napas 2. Monitor sputum
(jumlah,warna,aroma)
TERAPEUTIK
1. Pertahankan kepatenan jalan
napas dengan head-tilt dan
chin-lift
2. Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
3. Berikan oksigen ,jika perlu
KOLABORASI
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,mukolitik,jika
perlu.
Penghisapan jalan napas
OBSERVASI
1. Identifikasi kebutuhan
dilakukan penghisapan
2. Auskultasi suara napas
sebelum dan setelah
dilakukan penghisapan
TERAPEUTIK
1. Gunakan prosedural steril
dan disposibel
2. Lakukan penghisapan lebih
dari 15 detik
3. Hentikan penghisapan dan
berikan terapi oksigen jika
mengalami kondisi-kondisi
seperti brakikardi, penurunan
3. saturasi.
Hipertermi b.d Setelah dilakukan tindakan 1x2
peningkatan laju jam Hipertermi membaik
metabolisme dengan indikator
Termoregulasi manajemen hipertermia
Indikator SA ST SC
Observasi
Kulit merah
identifikasi penyebab
Suhu tubuh
Suhu kulit hipertermi
monitor suhu tubuh
monitor kadar elektrolit
monitor komplikasi akibat
hipertermia
Terapeutik
sediakan lingkungan yang
dingin
longgarkan atau lepaskan
pakaian
berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
anjurkan tirah baring (jika
pasien sudah sadar dari coma)
Kolaborasi
kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
OBSERVASI
1. mengidentifikasi penyebab peningkatan
TIK (mis.gangguan metebolisme)
2. memonitor ICP(intra cranial pressure),
jika tersedia
TERAPEUTIK
3. meminimalkan stimulus dengan
menyedian lingkunga yang tenang
4. memberikan posisi semi fowler
5. mempertahankan suhu tubu normal
KOLABORASI
6. mengkolaborasikan pemberian sedasi
dan anti konvulsan,jika perlu
7. mengkolaborasikan pemberian diuretik
osmosis, jika perlu
OBSERVASI
1. mengidentifikasi penyebab peningkatan
TIK(mis. Gangguan
metabolisme,edema serebral)
2. memonitor jumlah, kecepatan,dan
karateristek drainase cairan
serebrospinal
3. memonitor efek stimulus lingkungan
terhadap TIK
TERAPEUTIK
4. mengambil sampel drainase cairan
serebrospinal
5. mempertahankan posisi kepala dan
kepala netral.
TERAPEUTIK
6. mengatur interval pemamtauan sesuai
kondisi pasien
7. mendokumentasi hasil pemamtauan
EDUKASI
8. menginformasikan hasil pemamtauan