A. HASIL
1. Identitas Pasien
Nama : Ny.M
Umur : 63 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : Tidak tamat SD
Gol.Darah : B+
Alamat : Marga Tiga, Lampung Timur
Tanggungan : BPJS
No.RM : 381065
Tgl Masuk Rs : 18 Februari 2020
Tgl Pengkajian: 19 Februari 2020
Diagnosa : Nefrolitiasis
b. Riwayat Praoperatif
a. Pasien mulai dirawat tgl : 18 februari 2020 diruang bedah atas
b. Keluhan Utama : Pasien mengatakan cemas saat akan dilakukan tindakan
operasi
c. Ringkasan hasil anamnesa preoperatif :
Pasien mengatakan 6 bulan yang lalu dirinya pernah menjalani prosedur
tindakan URS di RSUD Ahmad Yani Metro dan dilakukan pemasangan J-
stent. Namun, 1 bulan kemudian saat akan dilakukan pengecekan untuk
pelepasan J-stent pasien mengatakan nyeri pada bagian pinggang kanan
dan nyeri menyebar sampai ke bagian perut bawah kanan hingga
selangkangan. Nyeri dirasakan bertambah apabila melakukan aktifitas
39
yang berat. Pasien juga mengatakan skala nyeri yang dirasakan 7 yaitu
nyeri berat yang mengganggu aktivitas dan saat dilakukan Ct-scan Urologi
ulang terdapat batu yang berukuran 2cm pada bagian kaliks dan pelvis
renalis ginjal. Sehingga pasien disarankan untuk dilakukan tindakan
operasi nefrolitotomi atau OSS untuk pengangkatan batu pada ginjal di
RSUD Ahmad Yani Metro. Pasien juga merasa saat tiba diruang operasi
pasien tampak cemas, pasien tampak terus menanyakan prosedur yang
akan dilakukan, pasien mengatakan ia takut untuk melakukan prosedur
operasi. Pasien juga megatakan ini adalah operasinya yang kedua kali
tetapi dirinya tetap merasa cemas dan takut.
b) Pemeriksaan Fisik
1. Kepala Dan Leher :
1) INSPEKSI
Tidak ada lesi , tidak ada pembengkakan , tidak ada jejas ,
warna sama dengan warna kulit lain.
2) PALPASI
Tidak ada nyeri tekan pada mata , hidung, mulut . Tidak ada
nyeri tekan pada telinga, tidak ada distensi vena jugularis dan
tidak ada pembesaran tiroid
2. Thorax ( Jantung Dan Paru ) :
1) INSPEKSI
40
Pada jantung tidak tampak Ictus Cordis, simetris antara paru
kanan dan kiri
2) PALPASI
Pada jantung letak ictus cordis sebelah medial linea
midklavikularis sinistra tidak bergeser. Dan saat dilakukan
penekanan tidak ada nyeri tekan pada semua lapang dada baik
kanan maupun kiri.
3) PERKUSI
- Batas jantung jelas yaitu :
Kanan atas : ICS II Linea Para Sternalis Dextra
Kana bawah : ICS IV Linea Para Sternalis Dextra
Kiri atas : ICS II Linea Para Sternalis Sinistra
Kiri bawah : ICS IV Linea Media Clavicularis
Sinistra
- Suara paru saat diperkusi sonor
4) AUSKULTASI
Suara jantung S1 dan S2 reguler , tidak ada suara tambahan
suara nafas vesikuler.
3. Abdomen :
1) INSPEKSI
Simetris kiri dan kanan, tidak ada lesi, terdapat distensi
abdomen
2) AUSKULTASI
Suara bising usus 15x/m
3) PALPASI
Terdapat nyeri tekan pada pinggang kanan sampai perut bagian
kanan bawah
4) PERKUSI
Suara perkusi timpani
41
4. Pemeriksaan Ginjal
Pada pemeriksan palpasi ginjal regio flank sinistra didapatkan tanda
ballotement (+) dan pada perkusi ginjal nyeri ketok costovertebrae
angle sinistra (+)
2. Riwayat psikologi
42
a. Emosional
Klien mengatakan saat ada masalah dirinya selalu menceritakan
kepada suaminya secara baik baik, klien merasa sedih diakibatkan
penyakit yang dialaminya tidak kunjung sembuh, dan klien merasa
cemas akan prosedur operasi yang akan dilakukan karena pasien akan
di bius total sehingga pasien merasa takut. Klien juga mengatakan
dirinya bahagia jika keluarga dan tetangganya selalu menyemangati
akan penyakit yang di deritanya.
b. Gaya komunikasi
Klien tidak tampak hati-hati dalam bicara, Pola komunikasinya
spontan, Klien juga tidak menolak diajak komunikasi, Komunikasi
klien pun jelas, Tipe kepribadian terbuka.
c. Pola pertahanan
Klien mengatakan jika klien mempunyai masalah klien mengatasinya
dengan cara mengobrol / curhat kepada suaminya.
d. Kondisi emosi / perasaan klien
Suasana hati klien saat ini cemas dan takut akan prosedur operasi
3. Riwayat social
Saat ini klien berinteraksi dengan keluarga terdekatnya yaitu suaminya
dan perawat. Klien mengatakan orang yang paling dekat di percaya oleh
klien adalah suaminya. Klien aktif berinteraksi. Klien mengatakan
sebelum sakit dirinya sering pergi kesawah untuk menanam padi.
4. Riwayat spiritual
Klien mengatakan selama dirawat klien selalu berdoa kepada Allah
semoga segera diangkat penyakitnya
c) Pemeriksaan Penunjang
- Hasil Laboratorium
Nama Pasien : Ny. M Tgl pemeriksaan : 14 februari 2020
43
PEMERIKSAAN HASIL SATU KETERANGAN
AN
HEMATOLOGI
Hematologi rutin
Leukosit 5,69 /ul 5- 10
Eritrosit 5,29 /ul 3,09- 5,05
Hemaglobin 12,7 g/dl 12-16
Hematokrit 39,3 % 37-48
MCV 74,4 fl 80-92
MCH 24,0 Pg 27- 31
MCHC 32,2 g/dl 32- 36
Trombosit 260 /ul 150-450
RDW 11,4 % 12,4 -14,4
MPV 5,44 Fl 7,3- 9
HEMOSTATIS
Masa pendarahan 2’00” Menit 100- 600
Masa pembekuan 13’00’’ Menit 900-1500
KIMIA KLINIK
SGOT 25,4 U/L < 31
SGPT 14,7 U/L < 31
GDS 87,5 U/L < 140
Ureum 17,6 Mg/dl 15- 40
Kreatinin 0,62 Mg/dl 0,6- 40
IMUNOLOGI
HBsAg Non reaktif Non reaktif
URINALISA
Urine Lengkap
Makroskopis
Warna Kuning
Kejernihan Jernih
KIMIA URIN
Berat jenis 1,020 1,005-1,030
pH 5,5 5-8
Protein Negatif Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Darah Samar Negatif Negatif
Uribilinogen 0,1 Mg/100 ml 0,1-1
44
SEDIMEN URINE
Epitel +1 /LPB Positif
Lekosit 2 /LPB <5
Eritrosit 1 /LPB <5
Slinder Negatif Negatif
Kristal Negatif Negatif
Bakteri Negatif Negatif
Ket :
Pasien mengatakan tidak merasakan tanda dan gejala apa pun.
45
6. Pengosongan kandung kemih Di
ruang
OK
7. Transfusi darah
7.) Intraoperatif
a. Tanda-tanda vital
Tanggal : 19 februari 2020 Pukul : 11.30 WIB
TD : 112/86 mmHg
Nadi : 86 x/m
Suhu : 36,50C
Pernafasan : 20 x/m
b. Posisi pasien di meja operasi : Lumbotomi
c. Jenis operasi : Mayor
Nama operasi : Pyelolitotomi
Area/bagian tubuh yang dibedah : Pinggul kanan belakang
d. Tenaga medis dan perawat di ruang operasi :
Dokter anastesi, Asisten dokter anastesi, Dokter bedah, Asisten bedah,
Perawat instrumentator dan Perawat sirkuler
46
Persetujuan untuk masing-masing. sudah dicatat
operasi telah diberikan Tim operasi Kelengkapan
Sisi yang akan dioperasi memastikan bahwa spons
telahd itandai semua orang di Penghitungan
Ceklist keamanan ruang operasi saling instrumen
anestesi telah dilengkapi kenal. Pemberian lab
Oksimeter pulse pada Pl padas
Sebelum melakukan
pasien berfungsi pesimen
sayatan pertama pada
Kerusakan
Apakah pasien memiliki kulit :
alat atau
alergi ?
Tim mengkonfirmasi masalah lain
Ya dengan suara yang yang perlu
keras mereka ditangani.
Tidak
melakukan : Tim bedah
Apakah risiko kesulitan membuat
Operasi yang benar
jalan nafas / aspirasi ? perencanaan
Padapasien yang
Tidak benar. post operasi
Antibiotik sebelum
Ya, telah disiapkan
profilaksis telah memindahkan
peralatan
diberikan dalam 60 pasien dari
Tidak
e. Pemberianobat-obatan :
Obat Premedikasi (diberikan sebelum hari pembedahan)
47
Tgl / jam NamaObat JenisObat Dosis Rute
18 februari Ketorolac Analgetik 1 x 30 mg IV
2020
Instrumen :
Sponge holding 2
Bengkok 1
Kom 2
Needle holder 2
Duk klem 4
Klem 4
Klem 90 1
Elis 1
Stuntang 1
Hak Besar 2
Handle mess no 3 1
Handle mess no 4 1
Gunting jaringan 1
Gunting benang 1
Pinset anatomis 2
Pinset cirugis 2
Mata couter 1
48
Benang chromic 2/0 tapper 1
Benang silk, 2/0 cutting 1
PGA 2/0, tepper 1
PGA 3/0, Cutting 1
Kassa steril 30
Bighas 1
Povidon iodin 1
Alkohol 70% 1
Nacl 0,9% 1
Hipafix 15 cm
49
3 Tindakan bantuan yang diberikan selama pembedahan
Pemberian oksigen
Pemberian suction
Pemasangan intubasi
Lain-lain : Pasien mengalami perdarahan intraopersi kurang lebih
800cc
4 Pembedahan berlangsung selama 1 jam 15 menit
5 Komplikasi dini setelah pembedahan (saat pasien masih berada diruang
operasi) : Tidak terdapat komplikasi saat pembedahan
Sianosis 0
2. Aktifitas Motorik
Gerak 4 anggota tubuh 2
Gerak 2 anggota tubuh 1 2
50
Nafas dangkal da adekuat
Apnea atau nafas tidak
adekuat
4. Tekanan Darah
± 20 mmHg dari pre operasi 2
20-50 mmHg dari pre 1 2
operasi 0
± 50 mmHg dari pre operasi
5. Kesadaran
Sadar penuh mudah 2
dipanggil 1 1
Bangun jika dipanggil 0
Tidak ada respon
Jumlah 9
Perdarahan 800cc
1000 cc 13 114
28,
1
cc
51
Balance Cairan = Intake- Output
= 1000 – 1328,1 = - 328,1 cc
52
Pasien tampak gelisah
Pasien tampak tegang
Pasien tampak menanyakan terus-
menerus tentang prosedur yang akan
dilakukan
TTV :
TD : 140/90 mmHg
Nadi : 90 x/m
Suhu : 36,3 0C
Pernafasan : 23 x/m
53
(GA)
54
2.3 Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
1. Ansietas b.d krisis Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Identifikasi tingkat ansietas. Misalnya
situasional Operasi diharapkan Ansietas berkurang dengan ( kondisi pasien, waktu )
KH : 2. Monitor tanda-tanda ansietas
1. Verbalisasi khawatir akibat kondisi 3. Ciptakan suasana teraupetik untuk menumbuhkan
yan dihadapi cukup menurun (4) kepercayaan
2. erilaku tegang dan gelisah cukup 4. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan
menurun (4) 5. Pahami situasi yang membuat ansietas
3. Frekuensi pernapasan, nadi, dan 6. Dengarkan dengan penuh perhatian
tekanan darah cukup menurun (4) 7. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
4. Pucat dan tremor cukup menurun 8. Jelaskan prosedur tindakan, termasuk sensasi yang
(4) mungkin akan dialami
9. Latih teknik relaksasi dan kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
56
2.4 Catatan Perkembangan
No Jam Implementasi Jam Evaluasi
dx
1. 10:00 1. Mengidentifikasi tingkat ansietas. 10:40 S:
Misalnya ( kondisi pasien, waktu ) Pasien mengatakan Ansietas berkurang dan sudah lebih
10:00 2. Memonitor tanda-tanda ansietas rileks
10:05 3. Menciptakan suasana teraupetik untuk 10:45 O:
menumbuhkan kepercayaan TTV
10:05 4. Menemani pasien untuk mengurangi TD : 130/80 mmHg
57
kecemasan Nadi : 88 x/m
10:05 5. Memahami situasi yang membuat 10:45 Suhu : 36,3 0C
ansietas 10:45 Pernafasan : 23 x/m
10:05 6. Mendengarkan dengan penuh 10:45 Pasien tampak lebih rileks
perhatian 10:45 Pasien mengungkapkan apa yang dirasakan
10:10 7. Mengunakan pendekatan yang tenang Pasien sudah melakukan relaksasi nafas dalam
dan meyakinkan Pasien sudah mengerti tentang prosedur dan sensasi yang
10:15 8. Menjelaskan prosedur tindakan, mungkin dialami
termasuk sensasi yang mungkin akan
dialami A : Masalah ansietas teratasi
10:30 9. Melatih teknik relaksasi dan kegiatan P:
pengalihan untuk mengurangi ketegangan 1. Monitor TTV
2. Anjurkan pasien melakukan teknik distraksi dan relaksasi
3. Anjurkan pasien untuk berdoa
58
11:35 4. Menyediakan lingkungan yang hangat (mis, 11:35 Suhu Ruangan 220C
atur suhu ruangan) 11:35 Pasien terpasang kain panjang dari bagian atas hingga
11:37 11:37 bagian bawah kaki
5. Melakukan penghangatan pasif (mis, Akral Hangat
11:40 selimut, menutup kepala) 11:40 CRT 3 Detik
6. Melakukan penghangatan aktif internal
(mis, cairan infus hangat, oksigen hangat) A : Resiko Hipotermi teratasi
P : Manajemen Hipotermia
1. Observasi suhu tubuh pasien
2. Pertahankan duk steril yang digunakan untuk menutupi
bagian atas hingga bawah tubuh pasien
3. Pantau suhu ruangan
4. Monitor tanda dan gejala hipotermi
3. 13:10 1. Memonitor suhu tubuh 13: 25 S : pasien mengatakan sudah tidak dingin
13: 10 2. Mengidentifikasi penyebab hipotermi O:
13:10 3. Memonitor tanda dan gejala hipotermi 13: 25 Suhu 36,3 C
13:12 4. Menyediakan lingkungan yang hangat (mis, 13:25 Pasien terpasang selimut
13:13 atur suhu ruangan) 13:25 Akral hangat
5. Melakukan penghangatan pasif (mis, 13:25 Suhu ruangan 190C
59
13:15 selimut, menutup kepala) Terpasang cairan infus Nacl 0,9% hangat
6. Melakukan penghangatan aktif internal
(mis, cairan infus hangat, oksigen hangat) A : Masalah Hipotermia teratasi
P : Manajemen Hipotermia
5. Observasi suhu tubuh pasien
6. Pertahankan selimut pasien
7. Pindahkan ke ruang rawat
60
B. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil asuhan keperawatan perioperatif pada Ny.M di Ruang Bedah
Atas RSUD Ahmad Yani Metro yang dilakukan pada tanggal 19 februari 2020,
dengan hasil analisa data di dapatkan beberapa masalah keperawatan baik dalam
fase pre, intra, dan post operatif yang dijelaskan sebagai berikut :
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Pengkajian dilakukan pada tanggal 19 februari 2020 jam 10.00 WIB
diperoleh data: Pasien bernama Ny.M, Umur: 63 tahun, Agama: Islam,
Alamat: Marga Tiga, Lampung Timur , NO RM : 341065
b. Gambaran kasus
Pasien mengatakan 6 bulan yang lalu dirinya pernah menjalani prosedur
tindakan URS di RSUD Ahmad Yani Metro dan dilakukan pemasangan J-
stent. Namun, 1 bulan kemudian saat akan dilakukan pengecekan untuk
pelepasan J-stent pasien mengatakan nyeri pada bagian pinggang kanan
dan nyeri menyebar sampai ke bagian perut bawah kanan hingga
selangkangan. Nyeri dirasakan bertambah apabila melakukan aktifitas
yang berat. Pasien juga mengatakan skala nyeri yang dirasakan 4 yaitu
nyeri sedang yang mengganggu aktivitas dan saat dilakukan Ct-scan
Urologi ulang terdapat batu yang berukuran 2cm pada bagian kaliks dan
pelvis renalis ginjal. Sehingga pasien disarankan untuk dilakukan
tindakan operasi nefrolitotomi atau OSS untuk pengangkatan batu pada
ginjal di RSUD Ahmad Yani Metro. Pasien juga merasa saat tiba diruang
operasi pasien tampak cemas, pasien tampak terus menanyakan prosedur
yang akan dilakukan, pasien mengatakan ia takut untuk melakukan
prosedur operasi. Pasien juga megatakan ini adalah operasinya yang kedua
kali tetapi dirinya tetap merasa cemas dan takut.. Hasil Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital : Tanggal 19 februari 2020 Pukul : 10.00 WIB
Kesadaran : Composmentis
GCS : 15 Orientasi : Baik
TD : 140/80 mmHg
Nadi : 90 x/m
61
Suhu : 36,8 0C
Pernafasan : 23 x/m
62
(OSS) dengan teknik Nefrolitotomi. Nefrolitotomi terbuka atau OSS
adalah tindakan yang dilakukan dengan melakukan insisi pada kulit lalu
mengekspos ginjal sehingga memudahkan untuk proses pengangkatan batu
ginjal, terutama staghorn stone > 2cm [ CITATION Soe15 \l 1057 ].
2. Diagnosa keperawatan
Pasien datang dari ruang bedah atas pada tanggal 19 februari 2020 pukul
10.00 WIB. Perawat melakukan checking terhadap kelengkapan berkas dan
inform consent yang harus ditandatangani pasien atau keluarga.
a. Pre operasi
Persiapan pre operasi dilakukan dengan mengecek identitas pasien,
pemeriksaan fisik, hasil tes diagnostik, inform consent pembedahan dan
inform consent anastesi. Inform consent sudah ditandatangani oleh
penanggungjawab yaitu Ny.M Pasien mengatakan tidak memiliki alergi
dan puasa sejak jam 24.00 WIB, pasien terpasang infus RL 20 tpm di
tangan kanan. Alat dan obat anastesi yang diberikan telah lengkap,
instrument pembedahan dalam keadaan steril, hasil CT-scan dipasang pada
X-ray film viewer di ruang operasi sebagai wacana area yang akan
dilakukan insisi agar tidak mengalami kesalahan. Dari hasil pengkajian
sudah dilakukan sesuai dengan sop yang berlaku di rumah sakit.
Pada hasil pengkajian diagnosa pre operasi, Masalah yang ditemukan yaitu
Pasien mengatakan merasa cemas, dan sering bertanya tentang prosedur
operasi open Nefrolitotomi walaupun pasien sudah pernah dilakukan
tindakan operasi sebelumnya yaitu URS.
63
b. Perencanaan
Pasien bedah perlu diikutsertakan dalam pembuatan rencana
perawatan.Dengan melibatkan pasien sejak awal, kesulitan pelaksanaan
rencana asuhan keperawatan bedah, resiko pembedahan dan komplikasi
post operasi dapat diminimalkan[ CITATION Mut09 \l 1057 ].
c. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana keperawatan, tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri
(independen) dan tindakan kolaborasi (Tartowo & Wartonah, 2015).
64
d. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan pada pasien pre yaitu penulis menggunakan
metode pendokumentasian SOAP yaitu Subyektif(S), Obyektif(O),
Assesment(A), dan Planning(P).
3. Intra operasi
a. Pengkajian
Pada saat pengkajian intra operasi data-data yang di dapat yaitu pasien
operasi Nefrolitotomi, posisi pasien Lumbotomi, posisi kedua tangan
memeluk guling, pasien anastesi general, durasi operasi ± 1jam 15
menit, pasien operasi menggunakan couter. Terpasang blanket
warming, Akral hangat, suhu tubuh 36,5°C, suhu lingkungan 22°C, TD
112/86 mmHg, Nadi 86 x/m, Pernafasan 20 x/m. Hal ini sesuai dengan
teori[ CITATION Mut09 \l 1057 ] Pengkajian intra operasi secara ringkas
mengkaji hal-hal yang berhubungan dengan pembedahan. Diantaranya
adalah validasi identitas dan prosedur jenis pembedahan yang
65
dilakukan, serta konfirmasi kelengkapan data penunjang laboratorium
dan radiologi[ CITATION Mut09 \l 1057 ].
b. Diagnosa
Pasien yang dilakukan pembedahan akan melewati berbagai prosedur.
Prosedur pemberian anastesi, pengaturan posisi bedah, manajemen
asepsis dan prosedur nefrolitotomi akan memberikan implikasi pada
masalah keperawatan yang akan muncul. Diagnosis keperawatan intra
operasi bedah urologi Nefrolitiasis adalah resiko hipotermi
berhubungan dengan suhu ruangan rendah dan infus dengan cairan
yang dingin[ CITATION Mut09 \l 1057 ].
c. Perencanaan
Intervensi yang bisa dilakukan pada pasien intra operasi dengan
diagnosa resiko Hipotermi yaitu, Monitor suhu tubuh, Identifikasi
penyebab hipotermi, Monitor tanda dan gejala hipotermi, Sediakan
lingkungan yang hangat (mis, atur suhu ruangan), Lakukan
66
penghangatan pasif (mis, selimut, menutup kepala), Lakukan
penghangatan aktif internal (mis, cairan infus hangat, oksigen hangat)
Intervensi ini sesuai dengan[ CITATION SIK18 \l 1057 ] dan [ CITATION
Mut09 \l 1057 ], bahwa perawat instrumen mempunyai peran agar
proses pembedahan agar dapat dilakukan secara efektif dan efisien
serta bertanggung jawab penting atas resiko cidera.
d. Implementasi
Implementasi yang telah dilakukan pada pasien intra operasi
Nefrolitotomi dengan indikasi Nefrolitiasis (Batu Ginjal) dengan
diagnose resiko hipotermi yaitu memonitor suhu tubuh,
mengidentifikasi penyebab hipotermi, memonitor tanda dan gejala
hipotermi, Sediakan lingkungan yang hangat (mis, atur suhu ruangan),
melakukan penghangatan pasif (mis, selimut, menutup kepala),
melakukan penghangatan aktif internal (mis, cairan infus hangat,
oksigen hangat) [ CITATION SIK18 \l 1057 ].
e. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan pada pasien intra operasi meliputi kondisi
Menggigil menurun, Pucat menurun, Suhu tubuh membaik, Pengisian
kapiler membaik, Tekanan darah dan ventilasi membaik [ CITATION
SLK18 \l 1057 ]
67
pasien difiksasi dengan meja operasi, Akral hangat, CRT 3 detik.
Masalah keperawatan resiko hipotermi, rencana tindak lanjut
manajemen hipotermi
.
4. Post operasi
a. Pengkajian
Pengkajian post operasi dilakukan secara sitematis mulai dari
pengkajian awal saat menerima pasien, pengkajian status respirasi,
status sirkulasi, status neurologis dan respon nyeri, status integritas
kulit dan status genitourinarius[ CITATION Mut09 \l 1057 ].
b. Diagnosa Keperawatan
Pasien post operasi akan mengalami perubahan fisiologis sebagai efek
dari anastesi dan intervensi bedah. Efek dari anastesi umum akan
menurunan kemampuan terhadap kontrol kepatenan jalan nafas dimana
kemampuan memposisikan lidah secara fisiologis masih belum
optimal, sehingga cenderung menutup jalan nafas dan juga penurunan
kemapuan untuk melakukan batuk efektif dan muntah masih belum
optimal (Muttaqin,2009) dan juga menurut teori dari [ CITATION Set16 \l
1057 ] dalam [ CITATION Mub17 \l 1057 ] menyebutkan bahwa pasien
pasca general anastesi biasanya mengalami beberapa gangguan salah
satunya yaitu Hipotermi. Gangguan metabolisme mempengaruhi
68
kejadian hipotermi, selain itu juga karna efek dari obat-obatan yang
dipakai, faktor usia, lamanya operasi, dan jenis kelamin perempuan
lebih beresiko terkena hipotermi pasca anastesi. Sehingga diagnosa
yang sering muncul post operasi adalah hipotermi berhubungan dengan
agen farmakologi (Anastesi GA).
c. Intervensi
Intervensi keperawatan bertujuan agar hipotermi teratasi dengan
kriteria hasil: pasien mengatakan tidak dingin lagi, pasien tidak
menggigil kedinginan, suhu tubuh pasien 36,5 – 37,50c. Adapun
intervensi keperawatan meliputi: observasi tanda – tanda vital pasien,
atur suhu ruangan rendah, beri selimut hangat elektrik kepasien.
Berdasarkan intervensi yang dirumuskan agar hipotermi teratasi,
69
penulis menggunakan intervensi pada SIKI tahun 2018. Hal ini sesuai
dengan teori Sjamsuhidajat & De Jong (2010), yang mengatakan
bahwa teknik terapi non farmakologis yang dapat dilakukan untuk
mengatasi hipotermi yaitu dengan memberikan selimut hangat,
mengatur suhu lingkunngan yang memadai, serta menggunakan
penghangat cairan untuk tranfusi dan cairan lain. Hal ini juga diperkuat
oleh penelitian yang dilakukan oleh Suswitha (2018), tentang
efektifitas penggunaan electricblanket pada pasien yang mengalami
hipotermi post operasi di instalasi bedah sentral (IBS) rumah sakit
umum daerah palembang bari, yang menjelaskan bahwa pasien dengan
diagnosa keperawatan hipotermi dapat diatasi dengan upaya
peningkatan suhu tubuh dengan intervensi electricblanket.
d. Implementasi
Implementasi yang dilakukan untuk mengatasi hipotermi yaitu
dengan mengobservasi tanda – tanda vital pasien, mengatur suhu
ruangan rendah, memberi selimut hangat elektrik kepasien. Sesuai
dengan teori (Tartowo & Wartonah, 2015) Implementasi
merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
keperawatan, tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri
(independen) dan tindakan kolaborasi
e. Evaluasi
Pada tahap ini, penulis menggunakan metode pendokumentasian
SOAP yaitu Subyektif(S), Obyektif(O), Assesment(A), dan
Planning(P). Evaluasi dari diagnosa hipotermi diperoleh hasil:
Subyektif: pasien mengatakan sudah tidak dingin. Obyektif:
terpasang selimut elektrik pada pasien, tanda – tanda vital TD :
130/80 mmHg, HR : 90x/menit, RR : 22x/menit, suhu tubuh
pasien: 36,30c. Assesment: -. Planning: observasi suhu tubuh
pasien, pertahankan selimut pasien sampai suhu tubuh diatas
36,50c, pindahkan ke ruang rawat. Sesuai dengan teori (Tarwoto &
70
Wartonah, 2015) Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses
keperawatan untuk dapat menentukan keberhasilan dalam asuhan
keperawatan Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakuakan oleh [ CITATION Sis18 \l 1057 ] mengatakan bahwa
electricblanket efektif untuk meningkatkan suhu tubuh pasien post
operasi dengan nilai pvalue 0,000. Setelah dilakukan asuhan
keperawatan dan pengawasan selama di ruang recovery penulis
melakukan penilaian dengan hitungan Alderette Score dengan
batasan skornya ≥ 8 pasien masuk diruang rawat inap, jika Aldrette
skornya < 8 pasien harus dimasukkan ke dalam ruang ICU. Dari
perhitungan dengan Alderette Score diperoleh hasil: warna kulit
kemerahan/normal, aktivitas motorik gerak dengan 4 anggota
tubuh, pernafasan dalam, batuk, tekanan darah 130/80 mmHg,
kesadaran bangun jika dipanggil. Hal tersebut merupakan indikasi
pasien dapat dipindahkan ke ruang perawatan. Kemudian penulis
melakukan operan ke perawat ruangan dengan rincian sebagai
berikut: posisi supinasi, O2 3 lpm nasal kanul, awasi tanda-tanda
vital setiap 15 menit, observasi nyeri, observasi bising usus, pasien
dipuasakan sampai bising usus positif/platus.
5. KETERBATASAN
1. Kriteria inklusi dan ekslusi pada penelitian dibatasi oleh usia yaitu Lansia
lanjut (56-65 tahun)
2. Adanya kesulitan dalam mengarahkan komunikasi pada usia Lansia lanjut
71