TESIS
KAROLINA MARGARETA
0806485045
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI
JAKARTA
JULI 2014
TESIS
KAROLINA MARGRETA
0806485045
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI
JAKARTA
JULI 2014
i
Universitas Indonesia
Puji syukur kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya yang tak
bertepi saya dapat menyelesaikan penulisan tesis ini, dalam memenuhi salah
satu syarat mencapai gelar Spesialis Neurologi pada Program Studi Pendidikan
Dokter Spesialis Neurologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Penulis menyadari selama pendidikan dan penyelesaian tesis ini banyak
didukung oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Rektor Universitas Indonesia, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Direktur Utama Rumah Sakit Umum Pendidikan Nasional Cipto
Mangunkusumo dan Koordinator Program Pendidikan Dokter Spesialis 1
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, terima kasih atas kesempatan
dan sarana yang diberikan selama mengikuti pendidikan spesialis di
Departemen Neurologi FKUI/RSCM.
2. Kepala Departemen Neurologi, dr. Diatri Nari Lastri, SpS(K), yang telah
memberikan kesempatan dan bimbingan selama menempuh pendidikan
dokter spesialis saraf.
3. Ketua Program Studi Ilmu Penyakit Saraf, dr. Eva Dewati, SpS(K), yang
telah memberikan ilmu, bimbingan dan perhatian selama menempuh
pendidikan dokter spesialis saraf.
4. Koordinator Penelitian juga selaku pembimbing divisi nyeri dan moderator,
Dr. dr. Tiara Aninditha, SpS(K) yang telah banyak memberikan arahan
dan masukan selama pendidikan dan dalam penyelesaian tesis ini.
5. Sekretaris Program Studi Ilmu Penyakit Saraf, dr. Astri Budikayanti,
SpS(K), yang telah memberikan pengertiannya dan dukungan selama
pendidikan.
v
Universitas Indonesia
vi
Universitas Indonesia
vii
Universitas Indonesia
viii
Universitas Indonesia
x
Universitas Indonesia
Result – There were 150 subjects with chronic pain. Divided in to 3 types of
group based on Indonesian version PDQ scoring, 75 patients having
nociceptive pain, 42 were mixed pain and 33 patients having neuropathic pain.
Within validation criteria analysis there were high correlation between PDQ-
Ina with LANSS instrument as gold standard (r= 0,082,p<0,001), AUC 85,5%,
sensitivity 78,3% and specificity 78,7% with the optimal cut off point ≥17. The
reliability of internal consistency Cronbach’s Alpha value were 0,710 and the
test retest realibility were 0,96
Conclusion – The Indonesian version of the PDQ is a valid and reliable scale
and have a good sensitivity and specificity to be used to determine neuropathic
component of chronic pain.
xi
Universitas Indonesia
xii
Universitas Indonesia
xiii
Universitas Indonesia
xiv
Universitas Indonesia
xv
Universitas Indonesia
xvi
Universitas Indonesia
xvii
Universitas Indonesia
xviii
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
1. 2 Rumusan masalah
Bagaimana validitas dan reliabilitas instrumen penapisan komponen nyeri
neuropatik, pada penderita nyeri kronik dengan menggunakan kuesioner
painDETECT setelah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia berdasarkan
ketentuan International Society for Pharmacoeconomics and Outcomes Research
(ISPOR) Guideline?
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
28-31
2.1.4.1 Patofisiologi nyeri neuropatik
(a). Mekanisme perifer
1. Aktivitas ektopik
Adanya kerusakan pada jaringan menyebabkan disfungsi atau lesi pada
serabut saraf tepi dan menyebabkan terjadinya remodeling dan
hipereksitabilitas membran. Pada kerusakan akson, bagian proksimal lesi
akan tumbuh tunas-tunas baru (sprouting) yang sebagian diantaranya
mampu mencapai organ target sebagian lagi akan berakhir sebagai
neuroma. Akumulasi saluran natrium ini akan memunculkan aktivitas
listrik ektopik dan hipereksitabilitas.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2. Reorganisasi sentral
Serabut saraf C bersinaps dilamina I dan II medula spinalis.
Hilangnya serabut saraf C dilamina I dan II akibat lesi akan memicu
sprouting serabut saraf Aβ dengan mengirim cabang-cabangnya ke lamina
tersebut untuk mengisi kekosongan sinapsis. Hal ini berakibat sentuhan
ringan yang dihantarkan serabut saraf Aβ ke lamina I dan II diterjemahkan
sebagai sensasi nyeri.
Pada lesi serabut saraf dapat pula terjadi perubahan fenotip serabut
saraf A sehingga mampu mengeluarkan substansi P di kornu dorsalis,
sehingga dapat menyebabkan terjadinya alodinia taktil. 33,35,36
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tanda dan gejala nyeri yang ditimbulkan area yang mengalami perubahan
sensasi (rasa kebal atau hipereksitabilitas) merupakan petanda neuropatik yang
harus diperhatikan. Nyeri neuropatik bersifat spontan memiliki gejala sensorik
positif (seperti rasa terbakar, parestesi, hipestesi, hiperalgesia, alodinia) dan gejala
sensorik negatif (kehilangan sensibilitas seperti hipoestesi, hipoalgesia) .
Karakteristik nyeri neuropatik adalah sebagai berikut: nyeri sering muncul
sesuai distribusi dermatom saraf yang terkena, dapat disertai gangguan motorik
saraf yang terlibat, timbul spontan maupun dipicu oleh suatu stimulus tertentu
bersifat persisten (stimulus-dependent atau stimulus-evoked pain), dapat disertai
pula dengan gangguan otonom berupa perubahan warna kulit, memucat dan
dingin. Tidak ditemukan kerusakan jaringan dan berespn buruk terhadap analgesik
biasa.49
Tabel.2.2. Tanda dan gejala sensorik neuropatik 49
TERMS DEFINITION
Symptoms
Paresthesias Non-painful positive sensations
(“ant-crawling”,”tingling”)
Burning pain Frequent quality of spontaneous pain sensations
Shooting pain Spontaneous orevoked intense pain sensations of
several seconds duration
Signs
Hypesthesia Impaired sensitivity to a stimulus
Tactile hypestesia Impraired sensitivity to tactile stimuli
Cold hypesthesia Impraired sensitivity to cold
Hypoalgesia Impraired sensitivity to a normally painful stimulus
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
4. ID pain 50,52
Merupakan kuesioner murni tanpa pemeriksaan klinis yang terdiri atas 6
pertanyaan, yakni 5 pertanyaan deskriptor sensoris dan 1 terkait lokasi sendi
(mengidentifikasi nyeri nosiseptif) (Portenoy, 2006). Diterapkan pada 586 pasien
dengan nyeri kronik nosiseptif, nyeri campuran dan neuropatik. Divalidasi pada
308 pasien dengan klasifikasi serupa. Kuesioner yang befungsi menapis
komponen nyeri neuropatik. Dengan penilaian skor diatas 3, merupakan skoring
titik potong yang direkomendasikan. Dibandingkan dengan pemeriksaan diagnosis
klinis ID pain memiliki sensitivitas 73% dan spesifitas 69%.
5. The Standardized Evaluation of Pain (StEP)
Merupakan alat penapisan nyeri terbaru (scholz et al. 2009) dan divalidasi
pada 137 penderita nyeri punggung bawah yang diduga memiliki komponen nyeri
neuropatik maupun non-neuropatik. Kuesioner yang terdiri atas 16 pertanyaan
terstruktur dan 23 pemeriksaan fisik bedside berfungsi membedakan subtipe nyeri
punggung bawah axial dari radiksular. Kuesioner ini memiliki sensitivitas 92%
dan spesifisitas 97%
6. PainDETECT Questionnaire (PDQ)
Dikembangkan dan divalidasi di Jerman (Freynhagen et al., 2006), pada
392 penderita nyeri kronis. Dimana 167 pasien dengan nyeri neuropatik dan 225
pasien dengan nyeri non-neuropatik pada sebuah studi prospektif multisenter. Dan
diterapkan pada 8000 penderita nyeri punggung bawah kronik. Kuesioner ini
terdiri atas 9 butir pertanyaan tanpa memerlukan pemeriksaan klinis. Dimana 7
diantaranya merupakan deskriptor sensorik dan 2 lainnya berkaitan dengan lokasi
dan karakteristik pola nyeri. PainDETECT berbasis self-report kuesioner yang
mudah digunakan dan memiliki sensitivitas 85% dan spesifisitas 80% dengan
nilai prediksi positif sebesar 84%. 14
Universitas Indonesia
dikutip dari Screening and Measurement Tools for Neuropathic Pain: Their Role in
Clinical Research and Practice, Int. J. Pharm. Sci. Rev. Res. 2013., 21(2), 97-107
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
14,15,17,18
2.5.1 Deskripsi kuesioner painDETECT
Kuesioner ini bersifat self-report, sederhana dan sangat bermanfaat dalam
mendeteksi komponen nyerineuropatik pada pasien nyeri kronik. PainDETECT
Questionnaire (PDQ) dikembangkan di Jerman pada populasi nyeri punggung
bawah kronik. PDQ ini terdiri atas empat seksi pertanyaan. Deskripsi seksi
pertama, terdiri atas tiga item dengan 11 poin skala dengan ketentuan 0 = tidak
nyeri, 10 = nyeri maksimal. Disebut sebagai skala penilaian intensitas nyeri
sewaktu, yang umum kita kenal dengan VAS atau NRS. Item-item pertanyaan
pada seksi ini menilai intensitas nyeri sewaktu, intensitas nyeri rerata dan
intensitas nyeri terberat selama 4 minggu terakhir. Seksi pertama ini digunakan
untuk menilai adanya keluhan nyeri walaupun belum terlibat dalam sistem skoring
kuesioner.
Pertanyaan seksi ke-dua, pasien diminta untuk menandai satu dari empat
gambaran pola nyeri yang diderita. Gambaran pola dan besar skoring ditentukan
dengan penilaian sebagai berikut: nyeri menetap dengan sedikit fluktuasi ( 0
poin), nyeri persisten dengan serangan nyeri yang lebih kuat (-1), serangan nyeri
tanpa ada rasa nyeri diantaranya (hilang timbul) (1 poin), serangan nyeri diantara
rasa nyeri yang ada (1 poin).
Pertanyaan seksi ke-tiga, meliputi pemetaan sensoris sesuai dermatom.
Pasien diminta untuk memberi tanda pada gambar, area nyeri yang dirasakan
pada bagiann tubuhnya. Dan menjawab pertanyaan dikotom ya atau tidak adanya
penjalaran nyeri. Jawaban positif adanya penjalaran diberikan skor 2.
Seksi pertanyaan terakhir terdiri atas 7 butir pertanyaan sensorik. Butir-
butir ini dinilai 6 poin dalam bentuk ordinal responsden dengan batasan (0= tidak
ada, 1= hampir tidak terasa, 2 = sedikit, 3 = sedang, 4 = kuat, 5 =sangat kuat).
Poin jawaban tersebut berlaku pada pertanyaan sensorik: rasa terbakar, tertusuk-
tusuk, alodinia, serangan nyeri, stimulus temperatur, baal atau mati rasa dan
stimulus tekan. Jumlah skor pada blok terakhir berkisar antara 0 hingga 35.
Universitas Indonesia
Kisaran skor total kuesioner antara -1 sampai 38. Titik potong yang
didapatkan dari hasil analisis statistik merupakan titik potong yang ideal untuk
tujuan penapisan. Skoring ≤12 (<15% kemungkinan ditemukannya komponen
neuropatik pada non neuropatik grup); dan skoring ≥19 (>90% ditemukannya
komponen neuropatik pada Neuropatik grup). Skoring antara 13-18
mengambarkan komponen neuropatik yang meragukan. Ketujuh item pertanyaan
sensorik menggambarkan internal konsistensi yang adekuat (Alpha Cronbach =
0,83).
Kuesioner ini sudah diterjemahkan ke dalam 19 bahasa di dunia dan telah
banyak penelitian yang dilakukan berkaitan dengan nyeri neuropatik
menggunakan kuesioner painDETECT sebagai instrumen penapisan. Salah satu
contoh Studi Rematologi pada penderita osteoatritis sebuah Rumah Sakit Di
Toronto, Kanada telah memodifikasi kuesioner painDETECT untuk menilai
adanya komponen nyeri neuropatik pada kondisi tersebut. Studi Shaygan et al.
menilai komponen neuropatik pada nyeri kronik menggunakan instrumen
kuesioner painDETECT. Begitu juga studi Jespersen et al. pada penderita nyeri
muskuloskeletal di Denmark. Selain itu, kuesioner painDETECT juga telah
dilakukan uji validasi dan uji reliabilitas di Spanyol, Turki dan Jepang dengan
hasil seperti dalam table dibawah ini.
Universitas Indonesia
Tabel. 2.6. Uji validasi dan reliabilitas painDETECT di negara lain 15,17,18
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Nyeri
Nyeri campur
Disabilitas
Nyeri Kronik
Gangguan tidur
Universitas Indonesia
Uji Validitas
Universitas Indonesia
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3. 1 Rancangan penelitian
Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap yakni tahap uji validitas dan tahap
uji reliabilitas. Studi validitas terbagi atas validasi transkultural yang dilakukan
berdasarkan ketentuan ISPOR dengan mengumpulkan tim ahli bahasa atau
penerjemah serta tim konsultan dari Divisi Nyeri Departemen Neurologi
FKUI/RSCM. Dan validasi kriteria berdasarkan analisis statistik. Studi reliabilitas
menggunakan desain potong lintang dalam mengukur reliabilitas kuesioner
painDETECT menggunakan metode tes retes dalam selang waktu 24-48 jam.
3. 3 Populasi penelitian
Populasi penelitian adalah semua penderita nyeri kronik berdasarkan
kriteria inklusi selama berlangsungnya penelitian.
3. 4 Sampel
Sampel penelitian adalah subjek yang masuk dalam kriteria inklusi dan
memiliki dasar patofisiologi nyeri neuropatik dan nyeri nosiseptif. Penentuan
sampel penelitian dilakukan dengan metode non random consecutive sampling.
Setiap peserta yang memenuhi kriteria inklusi dan bersedia mengikuti penelitian
dimasukkan menjadi sampel penelitian. Pengumpulan data berhenti setelah jumlah
sampel minimal terpenuhi.
Universitas Indonesia
3. 5 Kriteria penelitian
3. 5. 1 Kriteria inklusi penelitian
1. Berusia ≥ 18 tahun
2. Mengerti dan mampu berbahasa Indonesia
3. Dapat membaca menulis tidak bergantung kepada orang lain
3. Mengeluhkan nyer i ≥3 bulan
4. Menderita nyeri berdasarkan NRS ≥3
5. Pasien yang saat berkunjung dengan atau tanpa pengobatan analgesik.
Universitas Indonesia
3. 7 Cara kerja
Penelitian dilakukan dengan urutan langkah sebagai berikut:
1. Validasi transkultural berdasarkan ketentuan ISPOR, sesuai langkah:
(1) Persiapan awal peneliti dalam menyiapkan outline kuesioner dan
pengurusan izin memvalidasi artikel orisinal.
(2) Penerjemahan dilakukan oleh 2 ahli penerjemah, bekerja secara
independen berbasis medis dan non medis menerjemahkan instrumen
kuesioner painDETECT ke dalam bahasa Indonesia, kemudian
membandingkan hasil terjemahan tersebut jika didapatkan kesalahan
pemahaman atau pernyataan yang tidak tepat sehingga tercapai konsep
butir yang sesuai dengan tujuan pengukuran yang hendak diukur.
(3) Tahap rekonsiliasi, membahas diskrepansi butir kuesioner (liguistik
dan kultural) diantara 2 penerjemah sehingga tercapai kesesuaian
pemahaman isi butir untuk mengukur apa yang hendak diukur.
( menghasilkan terjemahan rekonsiliasi )
(4) Tahap backward translasi yakni menerjemahkan kembali instrumen
kuesioner painDETECT dari bahasa Indonesia ke bahasa asalnya.
(5) menilai ulang backward translasi apakah sesuai dengan konsep
orisinal kuesioner tersebut. Dapat pula melibatkan developer instrumen
jika memungkinkan.
(6) Tahap harmonisasi butir-butir kuesioner yang telah diterjemahkan
oleh penerjemah dengan komite atau tim ahli divisi nyeri dalam menilai
struktur konsep dan sistem skoring instrumen kuesioner painDETECT
versi Bahasa Idonesia.
(7) Dilakukannya Cognitive debriefing dalam mengidentifikasi
kesulitan tiap butir kuesioner versi Bahasa Indonesia, melingkupi
kejelasan kuesioner dari segi pemahaman pada beberapa responsden.
(pra-PDQ versi Indonesia)
(8) Tahap peninjauan ulang hasil Cognitive debriefing hingga
diperlukan tidaknya modifikasi bahasa yang sesuai dengan budaya
Indonesia agar tercapai kesesuaian pemahaman dalam mengukur
komponen yang hendak diukur.
Universitas Indonesia
(9) tahap penilaian final kualitas kontrol dan teknik penulisan dalam
penerjemahan dari sisi gramatikal, ejaan dan kesalahan minor dalam
penulisan.
(10) laporan akhir berupa catatan perkembangan bahasa, pemahaman
serta kesulitan selama translasi hingga terbentuk modifikasi
pemahaman bahasa hingga tercapaianya konsep kuesioner
painDETECT versi Bahasa Indonesia.
2. Uji validasi kriteria, yakni validasi yang membandingkan instrumen
painDETECT dengan LANSS, kuesioner yang dianggap standar emas
memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi yang sudah divalidasi
dan reliabel. Kuesioner LANSS tersebut akan diberikan bersamaan
dengan kuesioner painDETECT saat pengambilan data. Validasi
kriteria menggunakan analisa pearson correlation diikuti perhitungan
titik potong skor kuesioner untuk mendapatkan nilai sensitivitas,
spesifisitas dan nilai prediksi positif.
3. Pemeriksaan skoring kuesioner painDETECT adalah sebagai berikut :
Seksi I, terpisah dari total skoring: Pertanyaan pada seksi ini
menilai intensitas nyeri sewaktu, intensitas nyeri rerata dan
intensitas nyeri terberat selama 4 minggu terakhir dalam NRS 0-
10
seksi II, pasien diminta untuk menandai satu dari empat gambaran
pola nyeri yang diderita. Gambaran pola dan besar skoring
ditentukan dengan penilaian sebagai berikut: nyeri menetap dengan
sedikit fluktuasi ( 0 poin), nyeri persisten dengan serangan nyeri
yang lebih kuat (-1), serangan nyeri tanpa ada rasa nyeri
diantaranya (hilang timbul) (1 poin), serangan nyeri diantara rasa
nyeri yang ada (1 poin).
seksi III, meliputi pemetaan sensoris sesuai dermatom. Pasien
diminta untuk memberi tanda pada gambar, area nyeri yang
dirasakan pada bagian tubuhnya. Dan menjawab pertanyaan ya
atau tidak adanya penjalaran nyeri. Jawaban positif adanya
penjalaran diberikan skor 2.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3. 8 Definisi operasional
1. Usia dinyatakan dalam tahun, dihitung berdasarkan tanggal lahir Kartu
Tanda Penduduk. Jika belum genap satu tahun dan lebih besar dari 6
bulan maka dibulatkan menjadi tahun yang lebih besar atau tahun
berikutnya.
2. Usia subjek penelitian ≥18 tahun.
3. Jenis kelamin adalah laki-laki atau perempuan.
4. Pengelompokkan umur dilakukan dengan batasan :
Usia 18- 45 tahun
Usia 46- 60 tahun
Usia ≥61 tahun
5. Batasan kelompok umur menurut WHO dan Pusat Data Depkes tahun
2011, usia 18-45 (dewasa), usia 46-60 (paruh baya) dimana kelompok usia
18-60 masih dianggap produktif. Sedangkan >60 adalah lansia.
6. Tingkat pendidikan :
Rendah ( SD-SMP)
Menengah (SMA- D3)
Tinggi (S1-S2)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
16. Intensitas nyeri dinilai dengan NRS Merupakan versi numerik yang
segmental dari VAS, memiliki format yang sama dengan VAS. NRS
ditandai dengan 11 poin penilaian intensitas nyeri. Dimana 0= tidak nyeri
dan 10 menandakan nyeri paling hebat. Ketentuan skala yakni: 0 = tidak
nyeri; 1-3 = nyeri ringan ; 4-7 = nyeri sedang; 8-10 = nyeri berat.
17. Kuesioner painDETECT ini terdiri atas 9 butir pertanyaan tanpa
memerlukan pemeriksaan klinis. Dimana 7 diantaranya merupakan
deskriptor sensorik dan 2 lainnya berkaitan dengan lokasi dan karakteristik
pola nyeri . Skoring ≤12 bermakna nyeri non neuropatik dan skoring ≥19
bermakna nyeri neuropatik, skoring antara 13-18 nyeri campuran.
18. LANSS merupakan instrumen terpercaya dianggap sebagai baku standar
alat penilaian nyeri neuropatik. Terdiri atas 5 pertanyan gejala dan 2
pemeriksaan klinis. Skor Total penilaian instrumen, maksimum 24, Jika
skor <12, bermakna nyeri non neuropatik, Jika skor ≥12, bermakna nyeri
neuropatik.
19. Depresi adalah salah satu bentuk gangguan mood yang merupakan bentuk
lanjutan dari keadaan suasana perasaan yang normal ke dalam ganguan
suasana perasaan bentuk patologis yang diyakini dapat mengaburkan
penilaian nyeri.
20. Penilaian aspek psikologis ada tidaknya depresi diskrining menggunakan
HAM-D atau HRSD dimana skor 10-13 memenuhi kriteria depresi ringan,
diantara 13-17 adalah depresi sedang dan lebih dari 17 adalah depresi
berat.
21. Gangguan psikotik adalah gangguan penilaian realita yang berat disertai
disablitas kognitif dan emosi. Sering berprilaku aneh, berhalusinasi,
memiliki waham serta gangguan tilikan (seperti skizofrenia dan gangguan
psikotik lainnya).
22. Pasien dengan ciri gangguan psikotik maupun psikosomatis berdasarkan
data riwayat perjalanan penyakit, konfirmasi dengan keluarga dan riwayat
pengobatan di eksklusi karena dianggap dapat mengaburkan penilaian
nyeri.
Universitas Indonesia
r Interprestasi
0 tidak berkorelasi
0,01-0,20 sangat rendah
0,21-0,40 Rendah
0,41-0,60 agak rendah
0,61-0,80 cukup
0,81-0,90 tinggi
1 sangat tinggi
(
k
)(1
b ) 2
k 1 ( 2t )
Universitas Indonesia
2
Keterangan : Jumlah varian total ( ), : koefisien Alpha Cronbach,
t
2
Universitas Indonesia
Kriteria Inklusi
Bersedia
Kuesioner
painDETECT
Kuesioner LANSS
Uji Reliabilitas
tes retes
Analisis Statistik
Universitas Indonesia
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Universitas Indonesia
I. How would you assess I. Bagaimana penilaian I. How would you assess
your pain now, at this keadaan nyeri anda your current pain, at the
moment? sekarang, pada saat ini? moment?
II. How strong was the II. Seberapa kuat rasa II. How strong is the most
strongest pain during the nyeri yang terparah severe pain of the last
past 4 weeks? selama 4minggu four weeks ?
terakhir?
III. How strong was the III. Seberapa kuat rata- III. How strong is the
pain during the past 4 rata rasa nyeri selama average score of pain of
weeks on average? 4minggu terakhir ini? the last four weeks ?
IV. Mark the picture that IV. Tandai gambar yang IV. Mark the best picture
best describes the course paling tepat to illustrate the pain you
of your pain menggambarkan rasa are feeling
nyeri yang anda alami
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
VII. Do you have a VII. Apakah anda VII. Do you feel the
tingling or prickling merasa kesemutan , rasa sensation of being
sensation in the area of seperti ditusuk-tusuk pricked with pins and
your pain (like crawling didaerah nyeri(seperti needles in the area of
ants or electrical semurt merayap atau pain (like ants crawling
tingling)? tersetrum)? or electrocution)?
VIII. Is light touching VIII. Adakah sentuhan VIII. Does a light touch
(clothing, a blanket) in ringan (seperti pakaian/ (like the touch of clothes,
this area painful? selimut) memberi rasa a blanket) cause pain?
nyeri?
IX. Do you have sudden IX. Apakah anda IX. Do you feel sudden
pain attacks in the area of merasakan di daerah pain attack in the area of
your pain, like electric nyeri serangan pain, like electrocution?
shocks? mendadak, seperti
tersetrum listrik
X. Is cold or heat (bath X. Apakah (air mandi) X. Can (bath water) that
water) in this area yang dingin atau panas is cold or hot cause
occasionally painful? dapat menimbulkan pain ?
rasa nyeri?
XI. Do you suffer from a XI. Apakah anda XI. Do you feel numb or
sensation of numbness in menderita baal (mati insensitive in the area of
the areas that you rasa) pada daerah pain?
marked? nyeri?
XII. Does slight pressure XII. Apakah tekanan XII. Does light pressure
in this area, e.g., with a ringan seperti tekanan such as the touch of a
finger, trigger pain? jari di daerah nyeri , finger on the pain area
menimbulkan rasa trigger pain?
nyeri?
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Karakteristik N (%)
Usia (tahun) 50,97±11,16
Usia
18-45 tahun 41 (27,3)
46-60 tahun 83 (55,3)
≥61 tahun 26 (17,3)
Jenis kelamin
Laki-laki 29 (19,3)
Perempuan 121 (80,7)
Pendidikan
Rendah 16 (10,7)
Menengah 115 (76,7)
Tinggi 19 (12,7)
Pekerjaan
Pekerja lapangan 93 (62,0)
Ibu rumah tangga 31 (20,7)
Pekerja kantoran 18 (12,0)
Tidak bekerja 8 (5,3)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
PainDETECT (n=150)
Nosiseptif (<12)
75 (50 %)
Campuran (13-18)
42 (28 %)
Neuropatik (19-38)
33 (22 %)
LANSS (n=150)
Universitas Indonesia
Nyeri Campuran
Radikulopati lumbal 12 (16,0) 16 (38,1) 11 (33,3) <0,001*
Radikulopati cervikal 0 (0,0) 5 (11,9) 8 (24,2)
Carpal tunnel syndrome 18(24) 12(28,6) 6(18,2)
Nyeri Neuropatik
Polineropati Diabetes 0 (0,0) 3 (7,1) 6 (18,2)
Neuralgia trigeminal 0 (0,0) 0 (0,0) 1 (3,0)
Neuropati entrapment 1 (1,3) 0 (0,0) 0 (0,0)
Perbandingan proporsi diuji dengan uji Chi square, perbandingan numerik distribusi normal
dengan uji one way anova, perbandingan numerik berdistribusi tidak normal dengan uji Kruskal-
Wallis.*Post hoc Chi square: A vs B p<0,001; A vs C p<0,001; B vs C p=0,144.
Universitas Indonesia
Dimana skor painDETECT pada grup nyeri nosiseptif 8,08 (SD 3,45),
grup nyeri campuran 14,55 (SD 2,38) dan grup nyeri neuropatik 20,57 (SD 1,62)
dengan perhitungan (Post hoc Tamhane dengan nilai p<0,001).
Perhitungan korelasi antara skor kuesioner painDETECT dengan LANSS
secara statistik dengan korelasi pearson didapatkan nilai r=0,820.
Universitas Indonesia
Dari gambar 4.5.2 menunjukkan kurva ROC menjauhi garis 50% dan
mendekati 100%.
Universitas Indonesia
1.200
1.000
0.800
0.600
0.400
0.200
0.000
0
31
2.5
4.5
6.5
8.5
12.5
14.5
16.5
18.5
20.5
22.5
25.5
10.5
Sensitivity
Universitas Indonesia
Titik potong optimal berada pada angka ≥17, memiliki sensitifitas 78,26%
dan spesifisitas 78,74%. Apabila menggunakan dua titik potong dengan
melibatkan kelompok nyeri campuran ke dalam kelompok nyeri neuropatik
maka didapatkan titik potong ≥13 dengan nilai sensitivitas 86,96% dan
spesifisitas 56,69% sedangkan pada titik potong ≥19 didapatkan hasil
sensitivitas 69,57% dan spesifisitas 86,61%
Neuropatik NonNeuropatik
Total
≥12 <12
Skor painDetect ≥17 18 27 45
<17 5 100 105
23 127 150
Universitas Indonesia
8
Difference
-5
2.5 25
Average
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 5
PEMBAHASAN
Universitas Indonesia
Belum familiarnya istilah VAS atau NRS serta visualisasi gambaran pola
nyeri seperti yang terdapat pada kuesioner ini di masyarakat, membuat pengisisan
instrumen ini harus dalam pendampingan. Hasil pengkajian pengisian instrumen
tidak didapatkan satupun butir pertanyaan yang tidak terjawab. Hanya sekitar 5
responsen yang tidak menggambarkan arah penjalaran nyeri atau memberi tanda
daerah nyeri dalam kuesioner. Namun menjawab pertanyaan ada tidaknya
penjalaran nyeri yang dialami. Dua diantaranya dengan nyeri neuropatik dan 3
lainnya dengan nyeri campuran.
Pada studi transkultural versi Belanda dari 60 responden, 21 diantaranya
tidak menandai lokasi atau penjalaran nyeri. Lima subjek (12%) tidak menjawab
ada tidaknya penjalaran nyeri, dan 1 pasien tidak mengisi jawaban gambaran pola
nyeri dikarenakan tidak ada gambaran yang sesuai dengan pola nyeri yang
dirasakannya saat itu. Sama halnya dengan penelitian ini namun beberapa
responden ada yang mengisinya dengan tanda silang, pada versi Belanda tidak
sedikit pasien yang mempertanyakan “bagaimana saya harus mengisi kuesioner
ini dengan cara melingkari jawaban atau mencentangnya?”16 sedangkan versi
Spanyol sebanyak 20% responden tidak mengisi gambaran arah penjalaran.15
Sektor terbesar yang banyak dijumpai kendala dalam pengisian kuesioner
ini adalah pola nyeri berbentuk visual. Penderita sulit memahami pola nyeri
kronik yang mereka alami. Hal ini dapat saja dikarenakan intrumen ini didisain
bagi penderita nyeri punggung bawah kronik yang lebih spesifik mampu
mengenali pola nyeri khususnya dalam menapis komponen nyeri neuropatik yang
diderita dibandingkan pasien dengan nyeri kronik secara umum. Sama halnya
dengan validasi adaptasi lingual pada versi Turki dan Spanyol. Sektor tersulit
bagi kedua penelitian itupun adalah pengisian pola nyeri pada kuesioner.
Sebanyak 33,3% responden pada penelitian versi Turki menderita pola
nyeri dengan deskripsi “serangan-serangan nyeri diantara nyeri yang ada” sebagai
pola nyeri terbanyak.17 Pada versi Spanyol pola terbanyak 35,8% dengan deskripsi
“nyeri menetap trus menerus dengan sedikirt fluktuasi” dan 34,4% dengan pola
“nyeri menetap disertai serangan-serangan nyeri yang lebih kuat” 15
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
kelompok terbanyak ke-2. Pada versi Turki didominasi oleh 37,9% pekerja
rumahan dan 26,3% pensiunan.15,17
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pada penelitian ini dilakukan tes retes pada 30 subsampel dalam kurun
waktu 24-48 jam, didapatkan rerata total skor painDETECT (n=150) adalah 12,5
(2,5-23,5) sedangkan rerata total skor painDETECT retes (n=30) adalah 13,5 (2-
2,3). Perhitungan korelasi tes retes realibilitas pada penelitian ini adalah 0,96.
Pada penelitian versi Turki didapatkan rerata skor total painDETECT
16,33 ( SD 8,35) dan 15,9 (SD 8,17) pada skor retes. Dan tes retes realibilitas
didapatkan perhitungan ICC 0,98. 17
Sedangkan Stabilitas overtime versi Spanyol pada 26 subsample
didapatkan rerata skor total painDETECT 14,3 (SD 9,2) dan 13,5 (SD 9,0) pada
skor retes. Pada tes retes realibilitas didapatkan ICC 0,93. 15
Pada penelitian versi Jepang melibatkan 16 subsampel retes dalam kurun
waktu 23 hari di dapatkan skor total painDETECT 20,4 (SD 7,7) dan 20,2 (SD
7,2) pada skor retes. Didapatkan ICC hubungan kedua skor adalah 0,94.18
Dikatakan suatu alat ukur memiliki stabilitas memadai apabila ICC>0,5
dan memiliki stabilitas tinggi apabila ICC>0,8.55,56
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 6
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Dari penelitian ini didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Instrumen penapisan komponen nyeri neuropatik painDETECT versi
Indonesia telah terbukti valid menurut kaidah validasi transkultural ISPOR.
2. Instrumen penapisan komponen nyeri neuropatik painDETECT versi
Indonesia memiliki korelasi yang tinggi terhadap instrumen LANSS yang
dianggap standar emas penapisan komponen neuropatik.
3. Instrumen penapisan komponen nyeri neuropatik painDETECT versi
Indonesia telah terbukti reliabel dengan menggunakan tes retes
4. Didapatkannya titik potong optimal ≥17 dalam menapis komponen nyeri
neuropatik dan memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang baik.
6.2 Saran
Dari penelitian ini disarankan hal-hal sebagai berikut :
1. Penelitian ini dapat dilanjutkan pada penderita nyeri punggung bawah kronik
maupun beberapa kasus nyeri kronik lain dengan mempertimbangkan
keterbatasan instrumen. Sebagai terapan penggunaan instrumen yang telah
divalidasi dalam menapis komponen nyeri neuropatik.
2. Penelitian instrumen ini dapat dilanjutkan dengan melibatkan perawat dalam
uji reliabilitas inter rater
3. Mempublikasikan painDETECT kuesioner versi Indonesia
4. Instrumen ini dapat digunakan sebagai instrumen tambahan sebagai alat
skrining pada kegiatan praktek sehari-hari.
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
1. Merskey H, Bogduk N, Bond RM, Bonica JJ, Boyd DB, Carmon A, et al.
IASP task force in taxonomy pain terms: classification of chronic pain
syndromes and definitions of pain terms. 2nd ed. Seattle : IASP Press;
1994:206-13.
2. Dutta D, Saswata B, Chinmoy R, Gautam D. Measurement of prevalence
of major depressive syndrome among Indian patients attending pain clinic
with chronic pain using PHQ-9 scale. Journal of Anaesthesiology Clinical
Pharmacology.2013; 29: 76-82.
3. Johannes CB, Le TK, Zhou X, Johnston JA, Dworkin RH. The prevalence
of chronic pain in United States adults: results of an Internet-based survei.
J. Pain. 2010; 11(11):1230-9
4. Sakakibara T, Wang Z, Paholpak P, Kosuwon W, Oo M, Kasai Y. A
comparison of chronic pain prevalence in Japan, Thailand and Myanmar.
Pain Physician. 2013; 16(6):603-8.
5. Yeo NS, Tay KH. Pain Prevalence in Singapore. Ann Acad Med
Singapore. 2009;38:937-42
6. Lu H, Javier F. Prevalence and treatment of chronic pain in the
Philippines. Med J. 2011; 49: 61-9.
7. Purba JS. Kelompok Studi Nyeri PERDOSSI. Dalam: Meliala L,
Suryamiharja A, Purba JS, Anggraina SH, (eds). Aspek Psikologi dan
nyeri psikologis nyeri neuropatik; patofisiologi dan penanganan; 2002
8. Torrance N, Smith BH, Bennett MI, Lee AJ. The epidemiology of chronic
pain of predominantly neuropathic origin.: results from a general
population survei. J Pain. 2006;7:281–9
9. Bouhassira D, Lantéri-Minet M, Attal N, Laurent B. The specific
disease burden of neuropathic pain: results of a French nationwide survei.
J. Pain. 2011;152:2836–43
10. Gilron I, Watson CP, Cahill CM. Neuropathic pain: apractical guide for
the clinician. CMAj. 2006;175:265–275.
Universitas Indonesia
11. Gureje O, Von Korff M, Simon GE. Persistent pain and well-being: a
World Health Organization study in primary care. JAMA. 1998;280:147–
151
12. Jost L, Roila F. Management of cancer pain: ESMO clinical
recommendations on behalf of the ESMO Guidelines Working Group.
Ann Oncol. 2008;19:ii119–ii121.
13. Breivik H, Collett B, Ventafridda V, Cohen R, Gallacher D. Survei
of Chronic Pain in Europe: Prevalence, impact on daily life, and
treatment. Eur J Pain. 2006; 10(4):287.
14. Freynhagen R, Baron R, Gockel U. painDETECT: a new screening
questionnaire to identify neuropathic components in patients with back
pain. Current Med Res Opin. 2006;22: 1911–1920
15. De Andres J, Cajaraville PJ, Alarcom L. Cultural adaptation and validation
of the painDETECT scale into Spanish. Clin J Pain 2012;28:243-53.
16. Timmerman H, Wolff AP, Schreyer T. Crosscultural adaptation to the
Dutch language of the PainDETECT- Questionnaire. Pain Pract
2013;13:206-14.
17. Alkan H, Ardic F et all Turkish Version of the painDETECT questionnaire
in the assessment of neuropathic pain: A Validity and Reliability Study. J
Pain.2013:1-10.
18. Matsubayashi Y, Takeshita K, Sumitani M, Oshima Y, Tonosu J, et al.
(2013) Validity and Reliability of the Japanese Version of the
painDETECT Questionnaire: A Multicenter Observational Study. PLoS
ONE.2013; 8(9): e68011
19. Jensen TS, Baron R, Haanpää M, Kalso E, Loeser JD. A new definition of
neuropathic pain. J. Pain. 2011;152: 2204-2205.
20. Smith TE, Chong MS. Classification of chronic pain. Descriptions of
chronic pain syndromes and definitions of pain terms. Prepared by the
International Association for the Study of Pain. J Pain. 1986;3:S1-22
21. Basbaum AI, Bautista DM, Gregory S. Cellular and molecular mechanism
of pain. Cell. 2009 ;139(2): 267–284
Universitas Indonesia
31. DeLeo JA, Sorkin LS, Watkins LR. Immune and Glial Regulation of Pain.
J.Pain. 2001;9: 207-18
32. Leung L, Cahill CM. TNFα and neurophatic pain : a review. J of
Neuroinflamation. 2010;7:27
33. Pasero C. Pain management nursing: pathophysiology of neurophatic pain.
J.Pain. 2004;5(4):3-8
34. Moalem G, Tracey DJ. Immune and inflammatory mechanism in
neurophatic pain. Brain Res. 2006;51: 240-64
Universitas Indonesia
47. Baer L, Blais MA. Handbook of: Clnical rating scales and assessment in
psychiatry and mental health. New York: Humana Press;2010:7-70
Universitas Indonesia
48. Cruccu1 G, Truini A. Tools for Assessing Neuropathic Pain. PLoS ONE.
2009: 6(4): e1000045
49. Hanpaa ML, Backonja, MM, Bennet MI, et al. Assessment of neuropathic
pain primary care. Am J Med 2009;122:13-21
50. Bennett MI, Attal N, Backonja MM, Baron R, Bouhassira D, et al. Using
screening tools to identify neuropathic pain. Pain. 2007;127:199–203.
51. Bennett MI. The LANSS Pain Scale: The Leeds Assessment of
Neuropathic Symptoms and Signs. Pain. 2001;92:147–157
52. Portenoy R. Development and testing of a neuropathic pain screening
questionnaire: ID Pain. Curr Med Res Opin. 2006;22:1555–1565.
53. Roy T, Gosh S. Screening and measurement tools for neuropathic pain:
their role in clinical research and practice. Int. J. Pharm. Sci. Rev. Res.
2010;21(2): 97-107
54. Üçeyler N, Somme C. Neuropathic Pain Assessment – An Overview of
Existing Guidelines and Discussion Points for the Future. European
Neurological Review. 2011;6(2):128–31
55. Azwar S. Reliabilitas dan validitas. Jogjakarta. Pustaka pelajar. 2008
56. Mukhtar Z, Haryuna SH, Effendy E. Desain penelitian klinis dan
statistika kedokteran. Medan. USU Press;2011
57. Flaherty JA, Gaviria FM, Pathak D. Developing instruments for cross-
cultural psychiatric research. J Nerv Ment Dis. 1988;176:257–63
58. Guillemin F, Bombardier C, Beaton D. Cross-cultural adaptation of health-
related quality of life measures: literature review and proposed
guidelines.J Clin Epidemiol. 1993;46:1417–32
59. Beaton DE, Bombardier C, Guillemin F, Ferraz MB.Guidelines for the
process of cross-cultural adaptation ofself-report measures.Spine.
2000;25:3186–91
60. Wild D, Grove A, Martin M. Principles of good practice for the translation
and cultural adaptation process for patient-reported outcomes (PRO)
measures: report of the ISPOR task force for translation and cultural
adaptation.value health. 2005;8:94–104
Universitas Indonesia
61. Nunnally JC, Bernstein IH. Psychometric Theory. 3rd ed. NewYork:
McGraw-Hill; 1994.
Universitas Indonesia
Lampiran 1
Universitas Indonesia
Lampiran 2
Bapak/Ibu Yth,
Saat ini kami dari Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
/RSUPN dr.Cipto Mangunkusumo sedang melakukan penelitian mengenai :
Tim peneliti dari Departemen Saraf FKUI/RSCM sedang meneliti instrumen berupa
kuesioner untuk mengidentifikasi komponen nyeri neuropatik. Gangguan sensibilitas
komponen neuropatik seperti rasa terbakar, baal atau rasa kebal, kesetrum, rasa
kesemutan, tersayat, menusuk maupun menikam sering menyertai keluhan penderita nyeri
kronik.
Instrumen ini harus diuji validasi dan reliabilitas sebelum dapat digunakan secara luas di
Indonesia. Anda diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian ini karena berusia >18
tahun, menderita nyeri >3bulan dan mengeluhkan nyeri dengan intensitas skala 3 ke atas
dan dianggap memberi dampak pada kehidupan keseharian akibat nyeri kronik yang
dialami.
Partisipasi Anda bersifat sukarela, dalam arti Anda bebas untuk turut serta atau
menolaknya. Penelitian ini berupa wawancara disertai pemeriksaan fisik untuk menunjang
penelitian.
Jika Anda tidak memahami apa yang Anda baca, jangan menandatangani formulir ini.
Mohon menanyakan kepada staf peneliti apapun yang tidak Anda pahami, termasuk
istilah-istilah medis. Anda dapat meminta formulir ini dibacakan oleh peneliti. Bila Anda
bersedia untuk berpartisipasi, Anda diminta menandatangani formulir ini dan salinannya
akan diberikan kepada Anda.
Universitas Indonesia
Apa yang terjadi bilamana saya memutuskan tidak ikut dalam penelitian ini?
Jika Anda menolak berpartisipasi, anak Anda tidak akan kehilangan akses apapun
terhadap pelayanan kesehatan saat ini maupun di masa akan datang.
Siapa yang dapat saya hubungi bila mempunyai pertanyaan, keluhan, atau bertanya
tentang hak-hak saya sebagai subjek penelitian?
Bapak/ ibu berhak untuk menanyakan semua hal yang belum jelas sehubungan dengan
penelitian ini. Jika dibutuhkan penjelasan lebih lanjut dapat menghubungi dr. Karolina
Marareta, Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia / Rumah
Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Nomor telpon yang dapat
dihubungi: 0818991750
Bila Bapak/ibu telah memahami isi lembar informasi ini dan bersedia diikutsertakan
dalam penelitian ini, Bapak/ibu dapat menandatangani lembar persetujuan mengikuti
penelitian
Terima kasih
Hormat saya,
Jakarta , 2014
*Dokter yang sedang mengambil Pendidikan Program Spesialis-I di Departemen Neurologi FKUI/RSUPN
dr.Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
**Konsultan ahli di Departemen Neurologi FKUI/RSUPN dr.Cipto Mangunkusumo dan staf pengajar di
Program Spesialis-I iImu Penyakit Saraf
***Konsultan ahli statistik di Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI/ RSUPN dr.Cipto Mangunkusumo
Universitas Indonesia
Lampiran 3
Saya sudah mendapatkan keterangan mengenai tujuan dan manfaat penelitian ini
serta mengapa Saya diminta untuk berpartisipasi.
Saya mengerti bahwa keiikutsertaan dalam penelitian ini bersifat sukarela dan
setiap saat Saya dan Keluarga Saya dapat mengundurkan diri dari penelitian.
Jakarta, __________________________
(____________________) (____________________)
Universitas Indonesia
Lampiran 4
IDENTITAS
Nama : …………………………………………………………….
No. Register / RM : …………………………………………………………….
Tanggal Lahir/Usia : .……………………………………………………………
Alamat : …………………………………………………………….
No. Telpon / HP : …………………………………………………………….
Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan
Tingkat Pendidikan :
1. Tidak sekolah
2. SD-SMP
3. SMA-D3
4. S1-S2
5. Atau lainnya sebutkan
Pekerjaan :
1. Tidak bekerja
2. Ibu rumah tangga
3. Pekerja kantoran ( deskjob rutinitas)
4. Pekerja lapangan ( non deskjob rutinitas)
5. Atau lainnya sebutkan
Tempat kontrol kesehatan : Poliklinik Neurologi RSCM
Universitas Indonesia
ANAMNESIS
1. Keluhan utama
2. Lamanya nyeri / keluhan
3. Diagnosis kerja (berdasarkan rekam medis dan pemeriksaan
penunjang radiologis dan lainnya)
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Riwayat pengobatan
7. Riwayat pekerjaan : kebiasan kerja;
( jenis pekerjaan, lama bekerja dalam sehari (jam);
lama bekerja (tahun)
PEMERIKSAAN FISIK NEUROLOGIS:
Intensitas nyeri dalam NRS
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Radiologis
Elektromyografi
Lainnya
Universitas Indonesia
Lampiran 5
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Lampiran 6
Perihal Biaya
Universitas Indonesia
Lampiran 7
Bulan
1 2 3 4 5 6 7
Universitas Indonesia