Anda di halaman 1dari 110

UNIVERSITAS INDONESIA

UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS


INSTRUMEN PAINDETECT VERSI INDONESIA UNTUK
MENGIDENTIFIKASI KOMPONEN NYERI NEUROPATIK

TESIS

KAROLINA MARGARETA
0806485045

FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI
JAKARTA
JULI 2014

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


UNIVERSITAS INDONESIA

UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS


INSTRUMEN PAINDETECT VERSI INDONESIA UNTUK
MENGIDENTIFIKASI KOMPONEN NYERI NEUROPATIK

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


SPESIALIS-1 NEUROLOGI

KAROLINA MARGRETA
0806485045

FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI
JAKARTA
JULI 2014

i
Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


ii
Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


iii
Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


iv
Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya yang tak
bertepi saya dapat menyelesaikan penulisan tesis ini, dalam memenuhi salah
satu syarat mencapai gelar Spesialis Neurologi pada Program Studi Pendidikan
Dokter Spesialis Neurologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Penulis menyadari selama pendidikan dan penyelesaian tesis ini banyak
didukung oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Rektor Universitas Indonesia, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Direktur Utama Rumah Sakit Umum Pendidikan Nasional Cipto
Mangunkusumo dan Koordinator Program Pendidikan Dokter Spesialis 1
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, terima kasih atas kesempatan
dan sarana yang diberikan selama mengikuti pendidikan spesialis di
Departemen Neurologi FKUI/RSCM.
2. Kepala Departemen Neurologi, dr. Diatri Nari Lastri, SpS(K), yang telah
memberikan kesempatan dan bimbingan selama menempuh pendidikan
dokter spesialis saraf.
3. Ketua Program Studi Ilmu Penyakit Saraf, dr. Eva Dewati, SpS(K), yang
telah memberikan ilmu, bimbingan dan perhatian selama menempuh
pendidikan dokter spesialis saraf.
4. Koordinator Penelitian juga selaku pembimbing divisi nyeri dan moderator,
Dr. dr. Tiara Aninditha, SpS(K) yang telah banyak memberikan arahan
dan masukan selama pendidikan dan dalam penyelesaian tesis ini.
5. Sekretaris Program Studi Ilmu Penyakit Saraf, dr. Astri Budikayanti,
SpS(K), yang telah memberikan pengertiannya dan dukungan selama
pendidikan.

v
Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


6. Para pembimbing ilmiah kami, dr. Manfaluthy Hakim, SpS(K); dr.
Mohammad Kurniawan, SpS, FICA dan Dr. dr. Herqutanto, MPH,
MARS yang berperan besar memberikan ide penelitian, motivasi, waktu
juga bimbingan yang tiada lelah serta arahan selama pengerjaan tesis ini.
7. Para penguji tesis, Dr. dr. Yetty Ramli, SpS(K); dr. Jan S. Purba, PhD;
dr. Freddy Sitorus, SpS(K) dan Dr. dr. Siti Airiza, SpS(K) yang juga
telah memberikan arahan, dukungan dan masukan selama penyelesaian
tesis ini.
8. Dr. Freddy Sitorus, SpS(K) selaku dosen pembimbing akademik yang
selalu memberi pengertian serta nasihat dalam melaksanakan tugas-tugas
akademik serta memediasi dalam mengatasi setiap kendala yang saya
hadapi selama pendidikan maupun dalam pengerjaan tesis.
9. Kepada dr. Andradi Suryamiharja, SpS(K) terima kasih tidak terhingga
saya haturkan atas bimbingan dan waktu yang diberikan untuk tim OSCE
Malang. Juga kepada Prof. dr. Soemarmo Markam, SpS(K) untuk waktu
dan kesempatan serta bimbingan dalam penulisan tesis ini.
10. Semua guru-guru saya: Prof. dr. Teguh A.S. Ranakusuma, SpS(K);
Prof. dr. Jusuf Misbach, SpS(K), FAAN; Dr. dr. Siti Airiza, SpS(K);
dr. Salim Harris, SpS(K); dr. Adre Mayza, SpS(K); dr. Manfaluthy
Hakim, SpS(K); dr. Diatri Nari Lastri, SpS(K); Dr. dr. Yetty Ramli,
SpS(K); dr. Eva Dewati, SpS(K); dr. Freddy Sitorus, SpS(K); Dr. dr.
Al Rasyid, SpS(K); dr. Darma Imran, SpS(K); Dr. dr. Tiara
Aninditha, SpS(K); dr. Riwanti Estiasari, SpS(K); dr. Fitri Octaviani,
SpS(K), Mpd. Ked; dr. Astri Budikayanti, SpS(K); dr. Amanda, SpS;
dr. M. Kurniawan, SpS, FICA; dr. Taufik Mesiano, SpS; dr. Ahmad
Yanuar, SpS; dr. Rahmad Hidayat, Sp.S; dr. Pukovisa, Sp.S; dr.
Nurul Komari, spS; dr. Winnugroho Wiratman, SpS; dr. Ni Nengah
Rida Ariani, SpS; dan dr. Meidianie Camellia, Sp.S yang telah
mengajar, mendidik dan membantu saya selama pendidikan;

vi
Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


11. Rekan - rekan satu angkatan, dr. Sri Utami, Sp.S, dr. Dian Cahyani,
Sps, dr. Winnugroho Wiratman, Sp.S, dr. Linda Suryakusuma, Sp.S,
dr. Izati Rahmi, Sp.S, dr. Aldy Novriansyah, Sp.S, dr. Uly Indrasari,
dr. Sekarsunan Setyahadi, dr. Asri Saraswati, terima kasih atas
perhatian, dukungan dan kebersamaan kita selama ini. Terima kasih juga
untuk teman lama dr. Rahmat Syah Esi, SpS dan sahabatku dr. Liessya
Hartiansyah. Tim OSCE 18 Malang, dr. Norma Mediciani, dr. Winda
Kusumaningrum, dr. Raden Yogaswara terima kasih atas kerjasamanya,
membagi suka duka selama persiapan dan ujian, saling menguatkan dalam
menempuh semua ketegangan yang menjadikan bagian dari kebersamaan
yang luar biasa. Terima kasih juga untuk dr. Sucipto, dr. Andre, dr.
Andreas Widjaja, dr. Lubna Gadrie, dr. Katika Maharani, dr.
Yudhisman Imran, dr. Rahmi Ulfah, dr. Anyeliria Sutanto dan dr.
Dinda Diafiri atas bantuannya sehingga penelitian ini dapat berjalan
dengan baik.
12. Para karyawan Departemen Neurologi FKUI/RSCM yang membantu saya
selama pendidikan dan penelitian.
13. Kepada para perawat Gedung A RSCM dari lantai 2 hingga lantai 8
terutama para perawat dan pos unit rawat jalan lantai 5 yang telah
memberikan bantuan serta partisipasinya dalam penelitian saya.
14. Kepada Dr. dr. Thomas Eko Purwata, SpS(K), Prof. dr. Lucas Meliala,
SpS(K), dr. Isti Suharjanti, SpS(K) serta dr. Eka Widyadharma, SpS
terima kasih atas kesediannya sebagai narasumber, menjawab semua milis
dan dukungan terhadap penulisan tesis ini.
15. Kepada kedua orang tua saya (Alm) KOL DITPAL. Ir. RM Margono
dan (Alm) dr. EML Margono, SpS terima kasih atas segala cinta kasih,
pengajaran iman, disiplin dan sikap mandiri yang ditanamkan, semua saya
jadikan teladan bagi hidup saya;

vii
Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


16. Kepada keluarga besar RM ng. Wirosoemarmo dan keluarga besar
Gontha-Thiele yang selalu memberikan dukungan penuh dalam setiap
langkah saya;
17. Kepada sahabat-sahabat terdekat, dr. Yunitawati Lukman, dr. Endah
Pongtuluran, Lusiana Pangaribuan, Syarifah Nur Aida dan Alyah
serta sahabat Puskesmas Sendana II (periode 2006), Majene, Sulawesi
Barat, yang telah menaruh kasih setiap waktu dan menjadi seorang saudara
dalam kesusahan sehingga saya dapat menjalani pendidikan spesialis ini
dengan sebaik-baiknya.
Akhir kata, dengan rasa syukur saya berharap Allah SWT berkenan
membalas semua kebaikan semua pihak yang telah membantu saya dalam
pendidikan ini dan saya mohon maaf bila ada yang tidak berkenan. Semoga
tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, 8 Juli 2014


Penulis

viii
Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


ix
Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


ABSTRAK

Nama : Karolina Margareta


Program Studi : Pendidikan Dokter Spesialis Neurologi
Judul : Uji validitas dan reliabilitas instrumen painDETECT versi
Indonesia untuk mengidentifikasi komponen nyeri
neuropatik

Pendahuluan - Nyeri kronik merupakan fenomena biopsikososial yang


kompleks yang berlangsung lebih dari 3 hingga 6 bulan dengan intensitas nyeri
yang persisten. Merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar di dunia..
Hasil penelitian multisenter 14 Rumah Sakit pendidikan yang dilakukan Pokdi
Nyeri PERDOSSI tahun 2002 didapatkan 4.456 kasus nyeri dimana 9,5%
diantaranya adalah nyeri neuropatik. Nyeri neuropatik dikenal sebagai salah
satu kumpulan gejala yang sulit diidentifikasi dengan tatalaksana yang
suboptimal.

Tujuan - Didapatkannya instrumen kuesioner painDETECT versi Indonesia


yang valid dan reliabel.

Metode - Penelitian dengan menggunakan studi validasi transkultural ISPOR


disertai analisis validasi kriteria dan uji reliabilitas konsistensi internal dan tes
retes secara guided interview menggunakan kuesioner painDETECT.

Hasil - Didapatkan 150 sampel dengan nyeri kronik berdasarkan skor


kuesioner painDETECT versi Indonesia, 75 pasien dengan nyeri nosiseptif, 42
pasein dengan nyeri campuran dan 33 pasien dengan nyeri neuropatik. Pada
analisis validasi kriteria didapatkan korelasi tinggi dengan instrumen standar
emas LANSS (r= 0,082,p<0,001), AUC 85,5%, sensitivitas 78,3% dan
spesifisitas 78,7% dengan titik potong optimal ≥17. Pada uji reliabilitas
konsistensi internal didapatkan nilai Alpha Cronbach 0,710 dan nilai
reliabilitas tes retes 0,96.

Simpulan – Didapatkannya kuesioner painDETECT versi Indonesia yang


valid dan reliabel dengan nilai sensitivitas dan spesifisitas yang baik dalam
menapis komponen nyeri neuropatik.

Kata kunci: nyeri neuropatik, nyeri kronik, penilaian nyeri, kuesioner

x
Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


ABSTRACT

Name : Karolina Margareta


Study Programme : Neurology Specialization Educational Programme
Title : Indonesian Version of The PainDETECT Questionnaire
in the Assessment of Neuropathic Pain: A Validity and
Realibility Study

Background - Chronic pain is a complex biospsychosocial phenomena. Pain


that lasting more than 3 to 6 months with persistence intensity. Representing
one of the biggest health problem in the world. Based on the results of a
multicentre study in 14 Education Hospital, PERDOSSI Pain Study Group
conducted in 2002 found 4,456 pain cases in which 9.5% were neuropathic
pain. Whereas neuropathic pain is known as one of the hardest to overcome
which are often missed identified and causing a suboptimal treatment.

Objective – To develop an Indonesian version of PainDETECT Questionnaire


(PDQ-Ina) and assess its validity and reliability.

Methode – Using ISPOR transcultural validation study and criteria validation


analysis followed with reliability internal consistency test and test retest based
on PDQ guided interview.

Result – There were 150 subjects with chronic pain. Divided in to 3 types of
group based on Indonesian version PDQ scoring, 75 patients having
nociceptive pain, 42 were mixed pain and 33 patients having neuropathic pain.
Within validation criteria analysis there were high correlation between PDQ-
Ina with LANSS instrument as gold standard (r= 0,082,p<0,001), AUC 85,5%,
sensitivity 78,3% and specificity 78,7% with the optimal cut off point ≥17. The
reliability of internal consistency Cronbach’s Alpha value were 0,710 and the
test retest realibility were 0,96

Conclusion – The Indonesian version of the PDQ is a valid and reliable scale
and have a good sensitivity and specificity to be used to determine neuropathic
component of chronic pain.

Key Words : neuropathic pain; chronic pain; pain assessment; quesstionnaire

xi
Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................ v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................. ix
ABSTRAK .................................................................................................. x
ABSTRACT ................................................................................................ xi
DAFTAR ISI ............................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvii
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................ xviii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1


1.1 Latar belakang 1
1.2 Rumusan masalah 3
1.3 Tujuan penelitian 3
1.3.1 Tujuan umum. 3
1.3.2 Tujuan khusus 3
1.4 Manfaat penelitian 4
1.4.1 Manfaat bidang penelitian 4
1.4.2 Manfaat bidang pendidikan 4
1.4.3 Manfaat bidang pelayanan masyarakat 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 5


2. 1 Klasifikasi nyeri 5
2.1.1 Berdasarkan batasan waktu 5
2.1.2 Berdasarkan patofisiologi 6
2.1.3 Nyeri nosiseptif. 6
2.1.4 Nyeri neuropatik 7
2.1.4.1 Patofisiologi nyeri neuropatik 7
2.1.5 Nyeri campuran 10
2.2 Evaluasi klinis nyeri 10
2.2.1 Visual analogue scale 10
2.2.2 Numeric rating scale 11

xii
Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


2.3 Aspek psikologis nyeri 11
2.4 Diagnostik nyeri neuropatik 13
2.4.1 Metode penilaian obyektif komponen nyeri neuropatik 13
2.4.2 Instrumen penapisan komponen nyeri neuropatik 16
2.5 Sejarah kuesioner painDETECT 20
2.5.1 Deskripsi kuesioner painDETECT 23
2.6 Deskripsi konsep validitas dan reliabilitas 26
2.6.1 Konsep validitas 26
2.6.1.1 Validasi transkultural 27
2.6.1.2 Validitas isi 28
2.6.1.3 Validitas konstruk 28
2.6.1.4 Validitas kriteria 29
2.6.2 Konsep uji reliabilitas 30
2.6.2.1 Reliabilitas tes retes 31
2.6.2.2 Reliabilitas konsistensi interna 31
2.6.2.3 Reliabilitas split-half 31
2.6.2.4 Reliabilitas inter-observer atau inter- rater 32
2.7 Kerangka Teori 33
2.8 Kerangka Konsep 34

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 35


3.1 Rancangan penelitian 35
3.2 Tempat dan waktu penelitian 35
3.3 Populasi penelitian 35
3.4 Sampel Penelitian 35
3.5 Kriteria Penelitian 36
3.5.1 Kriteria Inklusi Penelitian 36
3.5.2 Kriteria Eksklusi Penelitian 36
3.6 Estimasi besar sampel 36
3.7 Cara kerja. 37
3.8 Definisi operasional 40
3.9 Persetujuan setelah penjelasan 43
3.10 Rencana pengolahan dan analisis data 43
3.11 Kerangka Operasional 45

BAB 4 HASIL PENELITIAN .......................................................................... 46


4.1 Validasi transkultural 46
4.2 Karakteristik demografik subjek penelitian 55
4.3 Pemeriksaan menggunakan kuesioner painDETECT
dan LANSS 56
4.4 Klasifikasi jenis nyeri berdasarkan skor painDETECT
terhadap etiologi jenis nyeri subjek penelitian 57 58

xiii
Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


4.5 Validasi Dan Reliabilitas Kuesioner PainDETECT 58
4.5.1 Validitas kriteria kuesioner skor painDETECT
berdasarkan korelasi dengan skor LANSS 58
4.5.2 Validasi kriteria kuesioner painDETECT
berdasarkan nilai Area Under the Curve (AUC) 59
4.5.3 Penentuan titik potong 60
4.6 Uji Reliabilitas 63
4.6.1 Uji reliabilitas konsistensi internal.. 63
4.6.2 Reliabilitas tes retes kuesioner painDETECT 63

BAB 5 PEMBAHASAN .................................................................................... 65


BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 74
6.1 Simpulan 74
6.2 Saran 74

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 75


LAMPIRAN.......................................................................................................... 81

xiv
Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Metode penilaian sensibilitas fungsi saraf ........................................... 14


Tabel 2.2 Tanda dan gejala sensorik neuropatik .................................................. 15
Tabel 2.3 Tabel perbandingan kuesioner komponen nyeri neuropatik ................ 19
Tabel 2.4 Perbandingan ketepatan kuesioner penapisan nyeri neuropatik .......... 20
Tabel 2.5 Kuesioner painDETECT orisinal ......................................................... 22
Tabel 2.6 Uji validasi dan reliabilitas painDETECT di negara lain ..................... 25
Tabel 3.1 Nilai korelasi pearson .......................................................................... 43
Tabel 3.2 Nilai tingkat reliabilitas Alpha Cronbach ............................................ 43
Tabel 4.1 Hasil validasi transkultural .................................................................. 47
Tabel 4.2 Karakteristik demografik subjek penelitian..................................... 55
Tabel 4.3 Hasil pemeriksaan kuesioner painDETECT dan LANSS .................... 56
Tabel 4.4 Etiologi jenis nyeri ...................................................................... 58
Tabel 4.5.3 Nilai sensitivitas dan spesifisitas dari beberapa kemungkinan
titik potong skor painDETECT untuk mendeteksi komponen
nyeri neuropatik ......................................................................... 61
Tabel 4.5.4 Nilai diagnostik kuesioner painDETECT ........................................ 62
Tabel 4.5.5 Parameter diagnostik............................................................................ 62
Tabel 5.4.2 Perbandingan titik potong studi ........................................................... 71

xv
Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Alat ukur intensitas nyeri VAS ............................................. 10


Gambar 2.2 Alat ukur intensitas nyeri NRS ............................................. 11
Gambar 4.3 Proposri jenis nyeri berdasarkan skor kuesioner
painDETECT ........................................................................ 57
Gambar 4.4 Proposri jenis nyeri berdasarkan skor LANSS...................... 57
Gambar 4.5.1 Korelasi skor painDETECT dengan skor LANSS ................ 59
Gambar 4.5.2 Kurva ROC ........................................................................... 60
Gambar 4.5.3 Prosedur menentukan titik potong optimal ........................... 61
Gambar 4.6 Korelasi antara skor total painDETECT dengan skor total
painDETECT retes ................................................................ 63

xvi
Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Keterangan lolos kaji etik ..................................................... 81


Lampiran 2. Informasi penelitian .............................................................. 82
Lampiran 3. Formulir persetujuan mengikuti penelitian .......................... 84
Lampiran 4. Formulir pengisisan data subyek penelitian ......................... 85
Lampiran 5. PainDETECT Questionnaire versi orisinal .......................... 87
Lampitan 6. Estimasi biaya penelitian ...................................................... 89
Lampiran 7. Jadwal tahapan penelitian .................................................... 90

xvii
Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

Istilah/Singkatan Penjelasan / Kepanjangan


PERDOSSI Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia
PDQ PainDETECT Quesstionnaire
ISPOR International Society for Pharmacoeconomics and
Outcomes Research
LANSS Leeds Assessment of Neuropathic Symptoms and
IASP Signs
NRS International Association for the Study of Pain
NeuPSIG Numeric Rating Scale
MIP-1 Special Interest Group on Neurophatic Pain
IL-1β Macrophage Inflamatory Protein
TNF- Interleukine 1-beta
PGE2 Tumor nerotic factor alfa
CAD Prostaglandin E2
WDR Crossed after discharge
NMDA Wide Dynamic Range neuron
VAS N-Methyld D-Aspartate
DSM IV TR Visual analogue scale
Diagnostic and statistical manual of mental
PHQ disorder text revision
HAM-D /HRSD Patient Health Questionnaire
BDI Hamilton Rating Scale for Depression
LEP Beck Depression Inventory
ENMG Laser-evoked potentials
NPQ Elektroneuromiografi
DN4 Neuropatic Pain Questionnaire
StEP Douleur Neuropathique en 4 questions
WHO The Standardized Evaluation of Pain
NSAID World Health Organization
NPP Non steroid anti inflammatory drug
NPN Nilai prediksi positif atau nilai duga positif
RSCM Nilai prediksi negatif atau nilai duga negative
ROC Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
AUC Receiver Operating Characteristics
ICC Area under the curve
KTP Intraclass correlation coefficient
IK Kartu Tanda Penduduk
NNP Interval kepercayaan
NC Non neuropatik
NP Nyeri campuran
LR Neuropatik
Likelihood ratio

xviii
Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


xix
Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah


Nyeri kronik merupakan fenomena biopsikososial yang kompleks. Sebuah
studi epidemiologi mengartikan nyeri kronik sebagai nyeri yang berlangsung lebih
dari 3 hingga 6 bulan dengan intensitas nyeri yang persisten, berdampak pada
segala segi baik ekonomi, psikososial maupun kualitas hidup dan merupakan
salah satu masalah kesehatan terbesar di dunia yang menjadi alasan pasien
mencari pengobatan.1,2
Hasil penelitian multisenter di Kanada dan Amerika Serikat menunjukkan
78% kunjungan pasien ke Unit Gawat Darurat dengan keluhan nyeri.2 Estimasi
prevalensi nyeri kronik berdasarkan studi berbasis populasi dilaporkan 2-55% di
dunia, 14.6-64% di Amerika Serikat.3 Untuk Asia Tenggara didapatkan prevalensi
nyeri kronis di Thailand sebesar 17.5%, Singapura 8,7% dan Filipina sebesar
10,4% dengan rerata insiden tahunan sebesar 3,4%.4,5,6
Di Indonesia sendiri berdasarkan hasil penelitian multisenter Unit Rawat
Jalan 14 Rumah Sakit pendidikan yang dilakukan Pokdi Nyeri PERDOSSI tahun
2002 didapatkan 4.456 kasus nyeri dimana 9,5% diantaranya adalah nyeri
neuropatik.7 Bowsher et al menyatakan 25% penderita nyeri kronik akan
mengalami nyeri neuropatik. Prevalensi data statistik di dunia menyatakan nyeri
kronik predominan komponen neuropatik secara keseluruhan didapatkan berkisar
0,9 % - 17,9% dengan insiden 8,2 per 1000 penduduk pertahun.8
Beban finansial negara yang ditimbulkan nyeri kronik sangatlah besar
termasuk biaya perawatan medis, pembayaran ganti rugi dan kehilangan
produktivitas kerja. Di Amerika serikat diperkirakan total pengeluaran kesehatan
berkisar 560 milyar hingga 635 milyar USD pertahunnya.9 Di Jepang data
pengeluaran nyeri kronis punggung bawah terkait kerja sebesar 82,14 milyar yen
pertahunnya.10

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


2

Secara hipotesis, komponen nosiseptif dan neuropatik berkontribusi


terhadap nyeri kronik. Umumnya nyeri nosiseptif lebih mudah dikenali dengan
adanya stimulus noksius pada kerusakan jaringan. Sedangkan nyeri neuropatik
dikenal sebagai salah satu kumpulan gejala tersulit untuk diatasi karena pada
tingkat pelayanan kesehatan primer, komponen nyeri neuropatik sering tidak
teridentifikasi, terabaikan sehingga pengobatan sering tidak tepat.9
Penatalaksanaan pasien dengan nyeri neuropatik merupakan proses jangka
panjang dan berbeda dari nyeri non-neuropatik.9-12 Kronisistas nyeri memberi
dampak disabilitas penderita seperti depresi, ansietas dan gangguan tidur.2,6,13
Belum adanya instrumen penapisan komponen nyeri neuropatik yang ideal
mengakibatkan sulitnya mengenali tanda kardinal neuropatik.14,15
Beberapa alat penapisan untuk membedakan nyeri neuropatik dari nyeri
non-neuropatik telah dikembangkan didunia namun saat ini masih dalam
perdebatan. Penerapan alat penapisan pada populasi besar memerlukan kriteria
instrumen yang singkat, mudah dan sederhana. Kuesioner painDETECT, sebagai
salah satu instrumen singkat, bersifat independen (self report) telah divalidasi di
Jerman tahun 2006 dan diterapkan pada 8000 pasien dengan keluhan nyeri
punggung bawah kronik.14 Kuesioner ini telah divalidasi di negara Spanyol, Turki
dan Jepang serta diterjemahkan ke dalam 19 bahasa di dunia. Memiliki nilai
sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi. Namun untuk versi Indonesia instrumen
ini belum digunakan dan tervalidasi. Kuesioner ini berperan sebagai deskriptor
nyeri yang efektif dalam mengidentifikasi komponen nyeri neuropatik dan sebagai
langkah awal pemberian tatalaksana nyeri yang optimal.16-18
Mengingat begitu besarnya dampak nyeri kronik di masyarakat, serta
tidak sedikit keluhan nyeri yang kita temukan dalam praktik keseharian.
Kuesioner ini memiliki peran penting dalam membantu mengidentifikasi jenis
nyeri. Atas dasar inilah penelitian uji validasi dan reliabilitas instrumen
painDETECT ke dalam Bahasa Indonesia dilakukan, agar tes ini valid juga
reliabel untuk diterapkan di Indonesia dan dapat digunakan baik oleh ahli saraf,
dokter bahkan penderita nyeri dalam menapis komponen nyeri neuropatik.

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


3

1. 2 Rumusan masalah
Bagaimana validitas dan reliabilitas instrumen penapisan komponen nyeri
neuropatik, pada penderita nyeri kronik dengan menggunakan kuesioner
painDETECT setelah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia berdasarkan
ketentuan International Society for Pharmacoeconomics and Outcomes Research
(ISPOR) Guideline?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Didapatkannya instrumen kuesioner painDETECT yang valid dan reliabel
dalam Bahasa Indonesia untuk mendeteksi komponen nyeri neuropatik pada
penderita nyeri kronik.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Didapatkannya validitas adaptasi transkultural instrumen penapisan
komponen neuropatik berupa kuesioner painDETECT versi Bahasa
Indonesia berdasarkan ketentuan ISPOR
2. Didapatkannya Validitas Kriteria instrumen kuesioner painDETECT
dibandingkan Leeds Assessment of Neuropathic Symptoms and Signs
(LANSS) yang dianggap memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi
dalam menapis komponen nyeri neuropatik.
3. Didapatkan reliabilitas instrumen penapisan komponen neuropatik berupa
kuesioner painDETECT versi Bahasa Indonesia.
4. Didapatkan nilai titik potong, sensitivitas, spesifisitas instrumen
painDETECT dalam menapis komponen nyeri neuropatik.

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


4

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bidang Penelitian


 Menjadi data awal sebagai pengembangan penelitian selanjutnya dalam
bidang nyeri.
 Mendapatkan instrumen penapisan nyeri neuropatik berupa kuesioner
painDETECT versi Bahasa Indonesia.

1.4.2 Bidang pendidikan


 Merupakan sarana melatih cara berpikir dan melakukan penelitian
berdasarkan metodologi penelitian.
 Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang
gambaran nyeri khususnya karakteristik komponen nyeri neuropatik.

1.4.3 Bidang Pelayanan Masyarakat


 Hasil penelitian berupa kuesioner ini dapat dimanfaatkan sebagai alat
penapisan komponen nyeri neuropatik di masyarakat agar mendapatkan
tatalaksana nyeri yang tepat dan sesuai.
 Instrumen dapat digunakan sebagai alat penapisan nyeri dalam merujuk
pasien dengan nyeri kronik ke tingkat pelayanan kesehatan yang lebih
tinggi.

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi nyeri menurut International Association for the Study of


Pain (IASP) adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang
berhubungan dengan kerusakan jaringan atau stimulus yang potensial
menimbulkan kerusakan jaringan.1 Nyeri sering digambarkan sebagai tanda vital
ke-5 yang mendasari pasien mencari pengobatan dan merupakan keluhan
tersering yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang.2

2.1 Klasifikasi nyeri


2.1.1 Berdasarkan batasan waktu
Nyeri dapat dibagi menjadi nyeri akut dan kronik. Batasan nyeri akut
adalah nyeri yang dirasakan kurang dari 3 bulan lamanya sejalan dengan proses
penyembuhan luka. Nyeri jenis ini merupakan respons fisiologis normal terhadap
adanya kerusakan jaringan seperti pada nyeri pasca operasi maupun pada cedera
muskuloskeletal. Petanda nyeri akut muncul saat ditemukan adanya stimulus
potensial atau kerusakan jaringan yang terdeteksi oleh tubuh melalui terminal
saraf perifer atau neuron nosiseptif. Nyeri yang berlangsung lebih lama dari
batasan waktu tersebut dianggap kronik.1,8
Nyeri kronik menurut IASP adalah nyeri persisten diluar batas normal
waktu penyembuhan kerusakan jaringan ( lebih dari 3 bulan). Namun belum ada
kesepakatan universal terhadap definisi nyeri kronik Sebagian besar studi
menggunakan batasan durasi lebih dari 3 hingga 6 bulan dianggap kronik untuk
membedakan dari nyeri akut.8,19
Kriteria Breivik et al. memodifikasi penilaian nyeri kronik meliputi 4
kondisi, yakni 1) nyeri persisten ≥3 bulan; 2) nyeri dirasakan sebulan sebelumnya;
3) frekuensi nyeri dirasakan 2 kali dalam seminggu; 4) intensitas nyeri ≥5 dari 10
poin nyeri Numeric Rating Scale (NRS).8, 13,19

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


6

Smith et al. melaporkan data kunjungan pasien ke pusat pelayanan


kesehatan primer, 38% diantaranya adalah nyeri kronik dan 25% pasien dengan
nyeri kronis predominan nyeri neuropatik.20

2.1.2 Berdasarkan patofisiologi


Nyeri dikelompokkan menjadi nyeri nosiseptif, nyeri neuropatik dan nyeri
campuran.1,8,19

2.1.3 Nyeri nosiseptif


Nyeri nosiseptif adalah nyeri yang ditimbulkan stimulus nyeri akibat
perangsangan nosiseptor. Nyeri nosiseptif disebut juga sebagai nyeri tipe akut,
yang memiliki karakteristik terlokalisir, sensasi sesuai stimulus dan hilang
sejalan dengan penyembuhan kerusakan jaringan. Nosiseptor adalah reseptor
neuron di ujung saraf aferen yang sensitif terhadap stimulus noksius. Nosiseptor
umumnya bersifat tidak aktif dan hanya teraktivasi jika terdapat stimulus diatas
ambang rangsangnya. Nosiseptor memiliki beberapa tipe, yaitu nosiseptor
mekanik, mekanotermal dan polimodal yang menerima stimulus baik mekanik,
termal maupun kimiawi. 21-23
Stimulus berupa kerusakan jaringan akan merusak sel menyebabkan
perubahan kimiawi di sekitar nosiseptor akibat pelepasan komponen intraseluler
dan mediator-mediator inflamasi disertai dengan akumulasi faktor endogen
yang dilepas akibat aktivasi nosiseptor atau sel non saraf yang menginfiltrasi
daerah-daerah luka termasuk sel mast, basofil, trombosit, makrofag, neutrofil,
sel-sel endotel, keratinosit dan fibroblast. Faktor ini mewakili beragam
molekul sinyal termasuk neurotransmiter, peptida (substansi P, bradikinin),
ekosinoid dan lipid. Kondisi ini membuat nosiseptor menjadi lebih sensitif
terhadap rangsang dan akan menurunkan ambang rangsang atau meningkatkan
sensitifitas nyeri disekitar lokasi inflamasi.24-26

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


7

2.1.4 Nyeri neuropatik


Nyeri neuropatik berdasarkan definisi terbaru menurut kelompok studi
nyeri Special Interest Group on Neurophatic Pain (NeuPSIG) International
Association for the Study of Pain (IASP) adalah nyeri yang timbul merupakan
akibat langsung dari suatu lesi maupun penyakit yang mempengaruhi sistem
somatosensori. Tingkatan penilaian nyeri neuropatik berupa “possible”,
“probable” atau “definite” berdasarkan pemeriksaan neurologis. Kata disfungsi
dari definisi nyeri terdahulu digantikan dengan pengerian akibat dari suatu
penyakit sedangkan istilah sistem saraf digantikan dengan sistem
somatosensoris.27
Disepakati dalam penilaian kemungkinan hadirnya komponen neuropatik
dibagi dalam 3 kelompok, yaitu : possible neurophatic pain adalah jika riwayat
perjalanan penyakit pasien merupakan lesi atau penyakit yang relevan
menimbulkan gejala nyeri dan sesuai dengan distribusi neuroanatomi saraf yang
terkena; probable neurophatic pain adalah mencakup kriteria possible diatas dan
salah satu temuan seperti (1) konfirmasi tes diagnostik adanya lesi neuropati atau;
(2) hadirnya gejala sensorik negatif atau sensorik positif sesuai area
neuroanatomi; sedangkan (3) definite neurophatic pain adalah sesuai kriteria
possible dan probable.27

28-31
2.1.4.1 Patofisiologi nyeri neuropatik
(a). Mekanisme perifer
1. Aktivitas ektopik
Adanya kerusakan pada jaringan menyebabkan disfungsi atau lesi pada
serabut saraf tepi dan menyebabkan terjadinya remodeling dan
hipereksitabilitas membran. Pada kerusakan akson, bagian proksimal lesi
akan tumbuh tunas-tunas baru (sprouting) yang sebagian diantaranya
mampu mencapai organ target sebagian lagi akan berakhir sebagai
neuroma. Akumulasi saluran natrium ini akan memunculkan aktivitas
listrik ektopik dan hipereksitabilitas.

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


8

Lesi saraf juga akan menimbulkan aktivasi neuroimun dan neuro


inflamasi. Munculnya saluran ion, molekul-molekul reseptor dan
transduser akan menyebabkan aktivasi ektopik spontan dan bangkitkan
sensasi hiperalgesi. Proses demielinisasi dari serabut saraf akibat
penurunan pasokan darah dapat membangkitkan aktivitas ektopik

2. Sensitisasi nosiseptor 32,33,34


Lesi serabut saraf aferen primer akan menginduksi aktivitas sel imun dan
rekruitmen sel inflamasi sehingga terjadi kaskade inflamasi. Pada kaskade
inflamasi sel mast pertama kali diaktivasi melepaskan histamin, TNF- ,
kemokin dan leukotrin yang akan mensensitasasi nosiseptor dan
berkontribusi pada rekruitmen neutrofil dan makrofag. Mediator yang
dilepaskan oleh neutrofil antara lain Macrophage Inflamatory Protein
(MIP-1) dan IL-1β yang berfungsi membantu rekruitmen makrofag.
Pada sel saraf neutrofil dan makrofag keduanya memproduksi dan
mensekresi mediator inflamasi seperti TNF-, PGE2, bradiksinin,
serotonin, histamine dan sebagainya. Mediator inflamasi tersebut secara
langsung mengaktivasi nosiseptor sehingga timbul nyeri inflamasi baik
yang spontan maupun hiperalgesia primer.

3. Interaksi abnormal antar serabut saraf


Aliran rangsangan di serabut saraf pada umumnya berjalan sendiri-sendiri
tidak saling mempengaruhi. Hilangnya isolasi glia akibat lesi dapat
menyebabkan:
 Serabut saraf yang lesi mengaktivasi serabut saraf sehat
disekitarnya. Bila serabut saraf Aβ mengalami lesi dan
mengaktivasi serabut saraf C atau A akan timbul alodinia.
 Cetusan berulang yang bersamaan dengan adanya hipereksibilitas
neuron dikenal dengan Crossed after discharge (CAD),
memungkinkan terjadinya hiperalgesia dan menyebabkan gejala
nyeri seperti tersetrum yang paroksismal.31

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


9

(b). Mekanisme sentral 35,36,37


1. Sensitisasi sentral
Aktivitas listrik ektopik spontan dan yang dibangkitkan akan
membajiri neuron sensorik di kornu dorsali secara terus menerus sehingga
neuron menjadi lebih sensitif. Sensitisasi sentral dapat berlangsung beberapa
detik (wind-up) sampai potensiasi lama. Fenomena wind-up merupakan
peningkatan progresif potensial aksi neuron di kornu dorsalis akibat
banjirnya stimulasi dari serabut saraf C sehingga terjadi sensitisasi sentral.
Sensitisasi neuron Wide Dynamic Range (WDR) akan menyebabkan daerah
penerimaan impuls noksius meluas dan jumlah potensial aksi sebagai
respons terhadap aktivasi listrik yang masuk meningkat secara progresif.
Stimulasi saraf yang terus menerus akan menyebabkan lepasnya glutamat
dari pre sinaptik dan mengaktifkan reseptor N-Methyld D-Aspartate
(NMDA) membran post sinaptik medula spinalis.
Pelepasan glutamat berulang akan memperpanjang depolarisasi
dengan masuknya ion kalsium dan natrium. Hal ini akan menyebabkan
pontesial post sinaptik yang lebih besar. Paparan yang terus menerus
mampu sensitisasi sentral yang menimbulkan hiperalgesia oleh karena
aktivasi listrik oleh serabut saraf C direspons secara berlebihan.

2. Reorganisasi sentral
Serabut saraf C bersinaps dilamina I dan II medula spinalis.
Hilangnya serabut saraf C dilamina I dan II akibat lesi akan memicu
sprouting serabut saraf Aβ dengan mengirim cabang-cabangnya ke lamina
tersebut untuk mengisi kekosongan sinapsis. Hal ini berakibat sentuhan
ringan yang dihantarkan serabut saraf Aβ ke lamina I dan II diterjemahkan
sebagai sensasi nyeri.
Pada lesi serabut saraf dapat pula terjadi perubahan fenotip serabut
saraf A sehingga mampu mengeluarkan substansi P di kornu dorsalis,
sehingga dapat menyebabkan terjadinya alodinia taktil. 33,35,36

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


10

3. Hilangnya kontrol inhibisi (disinhibisi)


Nyeri terjadi karena adanya gangguan keseimbangan antara eksitasi
dan inhibisi yang terdapat pada kerusakan jaringan dan sistem saraf.
Eksitasi meningkat pada kedua jenis nyeri tesebut. Cetusan yang datang
dari perifer biasanya bersifat eksitator. Sebelum disampaikan ke otak di
modulasi neuron descendence inhibition. neuron transmitter inhibisi
biasanya GABA atau Glisin.33

2.1.5 Nyeri campuran


Merupakan kombinasi mekanisme nyeri nosiseptif dan nyeri neuropatik
yang terlibat sehingga dipakai istilah mixed pain syndrome. Sebagai contoh sering
ditemukan nyeri punggung bawah dengan radikulopati dan beberapa gejala lain
seperti defisit sensorik dan kelemahan motorik terkait proses patologik
spinalis.

2.2 Evaluasi klinis nyeri 38.39


Dalam penilaian nyeri perlu memperhatikan intensitas, lokasi, kualitas,
penyebaran dan karakter nyeri. Dampak dari pengalaman nyeri yang mengganggu
dapat memberikan kualitas hidup keseharian yang buruk bagi penderita.
Penilaian intensitas dan jenis nyeri sangatlah penting menyangkut
manajemen nyeri yang tepat. Dan sebagai alat ukur respons terapi maupun
evaluasi pemberian golongan analgesik yang sesuai.
Beberapa alat ukur yang sudah umum dipakai untuk mengukur intensitas
nyeri adalah Visual analogue scale (VAS) dan Numeric Rating Scale (NRS).

2.2.1 Visual analogue scale (VAS)

Gambar.2.1 Alat ukur intensitas nyeri VAS

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


11

Terdiri atas skala kontinu berukuran 10 cm (100mm), ditandai dengan dua


deskriptor verbal, dan skor dimulai dengan angka 0 = tidak nyeri sampai intensitas
nyeri paling hebat dengan skor 100 (skala 100mm).

2.2.2 Numeric Rating Scale (NRS)

Gambar 2.. 2. Alat ukur intensitas nyeri NRS

Merupakan versi numerik yang segmental dari VAS, memiliki format


yang sama dengan VAS. NRS ditandai dengan 11 poin penilaian intensitas nyeri.
Dimana 0= tidak nyeridan 10 menandakan nyeri paling hebat. Ketentuan skala
yakni : 0 = tidak nyeri; 1-3 = nyeri ringan; 4-7 = nyeri sedang; 8-10 = nyeri berat.

2.3 Aspek psikologis nyeri


Nyeri cukup sering diasosiasikan dengan keterbatasan fungsional,
disabilitas dan ansietas. Data dari studi epidemiologi menerangkan bahwa nyeri
merupakan indikator resiko terjadinya depresi dan ansietas.40 Gejala komorbid
tersering yang dialami penderita nyeri kronik salah satunya adalah depresi selain
ansietas dan gangguan tidur.
Depresi adalah salah satu bentuk gangguan mood yang merupakan bentuk
lanjutan dari keadaan suasana perasaan yang normal ke dalam ganguan suasana
perasaan bentuk patologis.41 Gangguan ini berkaitan dengan kehilangan minat,
perasaan sedih, gangguan tingkah laku dan aktivitas keseharian. 40,41
Klasifikasi depresi menurut Diagnostic and statistical manual of mental
disorder text revision (DSM IV TR), dikelompokkan menjadi gangguan depresi
mayor, gangguan depresi minor serta distimia dan gangguan depresif tidak
spesifik.42,43 Disebut gangguan depresi mayor atau depresi klinis apabila
mengalami depresi dalam 2 minggu terakhir disertai hilang minat terhadap
aktifitas keseharian.dan memenuhi kriteria minimal 4 gejala tambahan dari gejala
berikut, yaitu perubahan nafsu makan, pola tidur dan aktifitas psikomotor seperti

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


12

tidak bertenaga, perasaan bersalah atau tidak berguna, kesulitan berkonsentrasi


dan membuat keputusan serta pemikiran tentang kematian dan percobaan bunuh
diri, tanpa adanya riwayat episode manik, campuran maupun hipomanik .43
Disebut gangguan depresi minor apabila terdapat gangguan suasana
perasaan yang tidak memenuhi kriteria depresi mayor. Sedikitnya terdapat 2
gejala depresi dalam 2 minggu terakhir yang mampu mempengaruhi fungsi
kehidupan sosial.
Asosiasi antara nyeri dan depresi dari berbagai penelitian ditemukan
variatif dan heterogen, tumpang tindih antara keterlibatan area genetik, struktural,
2,44
fungsional dan fungsi endokrin serta neurotransmitter. Teori-teori sebelumnya
menjelaskan bahwa gejala depresi dan nyeri dihantarkan pada jaras desending
yang sama ke sistem saraf pusat. Tepatnya modulasi nyeri sepanjang lintasan
amigdala, periakuaduktal, dorsolateral pontin tegmentum dan rostral-ventromedial
medula batang otak. Melalui proyeksi desending, lintasan ini mengontrol
transmisi nyeri spinal maupun trigeminal pada ganglia akar dorsal.
Neurotransmitter yang terlibat pada aksi modulasi lintasan ini seperti serotonin
dan norepinefrin, bekerja bidireksional baik fasilitasi maupun inhibisi sel pada
ganglion akar dorsal. Pada keadaan depresi, neurotransmitter tersebut berdeplesi
hingga mampu mengurangi fungsi efek modulasi nyeri.2
Prevalensi gangguan depresi sekitar 3-8% pada populasi didunia.
Gangguan jenis depresi mayor adalah tipe depresi yang sering ditemukan terkait
nyeri kronik, berkisar 30- 40% dan prevalensi depresi 3 kali lebih tinggi pada
nyeri kronik punggung bawah di Kanada. Sebuah studi konsekutif penderita nyeri
kronik pada 400 pasien rawat jalan di Brazil ditemukan 72,8% ganguan ansietas,
61,5% depresi dan gangguan pola tidur 93%.44, 45 Begitu pula data dari sebuah
studi prospektif pada 476 pasien di India, didapatkan 30,67% penderita depresi
major pada nyeri kronik.2,44,46
Penilaian depresi di dunia masih umum menggunakan skala self-report
symptoms seperti Patient Health Questionnaire (PHQ) dengan standar emas skala
ukur penilaian depresi yaitu Hamilton Rating Scale for Depression (HAM-D
atau HRSD) , Beck Depression Inventory (BDI) 47

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


13

2.4 Diagnostik nyeri neuropatik. 4,19,37


Nyeri neuropatik dikenal secara luas sebagai kumpulan gejala nyeri yang
amat sulit diatasi dan sering disertai ketidakpuasan penderita dalam mengatasi
keluhan nyeri. Studi epidemiologi nyeri neuropatik pada populasi umum
melaporkan bahwa sebagian besar penderita nyeri neuropatik datang ke pusat
pelayanan kesehatan primer dan hanya minoritas penderita yang dirujuk ke
klinik spesialis. Hal ini disebabkan oleh karena kontribusi komponen neuropatik
pada nyeri tidak teridentifikasi. Dan ditemukan bukti implementasi pengobatan
yang suboptimal.
Menurut ketentuan NeuPSIG tahun 2010 bahwa pemeriksaan fisik bedside
adalah satu-satunya cara menentukan gejala nyeri neuropatik dari nyeri non-
neuropatik berdasarkan neuroanatomi letak dan struktur persarafan yang terlibat.
Maka pemeriksaan fisik neurologis disertai pemeriksaan sensorik merupakan
pendekatan komprehensif klinisi dalam menegakkan diagnosis nyeri
neuropatik.
Nyeri neuropatik merupakan proses penyimpangan sistem somatosensorik
yang melampaui plastisitas normal akibat kerusakan sistem nosiseptif, sensasi
yang bersifat sangat subjektif. Hingga saat ini belum ditemukan kesepakatan
maupun kriteria objektif dalam mendiagnosis nyeri neuropatik selain
pemeriksaan klinis.
Namun, IASP mengembangkan bermacam varian kriteria diagnostik
penilaian nyeri neuropatik. Hal ini membutuhkan instrumen yang mampu
memberikan penilaian secara obyektif adanya keterlibatan komponen nyeri
neuropatik.

2.4.1 Metode penilaian obyektif komponen nyeri neuropatik.


Penilaian tersebut dapat dibedakan berdasar pemeriksaan berikut :

1). Tes diagnostik laboratorium nyeri neuropatik. 48


Selain biopsi kulit, tehnik penggunaan laser stimulator (Laser-evoked
potentials, LEP), merupakan aktivasi selektif serabut aferen nyeri untuk
menghantarkan rangsang radiasi panas pada serabut saraf bebas (Aδ and C). Studi

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


14

menyebutkan bahwa pemeriksaan ini mampu menilai adanya kerusakan jaras


fungsional nosiseptif . Secara praktis, fasilitas ini sangat terbatas dan hanya dapat
ditemukan pada beberapa pusat kesehatan. Masih jarang ditemukan penelitian
tentang kegunaannya dalam penilaian nyeri neuropatik.
2). Tes kuantitatif sensorik.48
Merupakan analisis persepsi dalam merespons intensitas stimulus external.
Sensitivitas mekanik untuk sensasi taktil diukur dengan menggunakan filamen
plastik, yang menghasilkan gradasi tekanan seperti serabut Von Frey, sensasi
pinprik dan rasa getar. Sedangkan rangsang termal menggunakan termodel atau
hal lain yang dapat memberikan efek termoelektrik.
Tes ini umumnya digunakan sebagai alat diagnostik dini penilaian small-
fibre neuropati dan meliputi 13 pemeriksaan tes sensoris yang tidak terdapat pada
alat ENMG biasa. Pemeriksaan ini bergantung penuh pada respons pasien dan
bersifat semi-obyektif. Faktor usia dan jenis kelamin meberikan penilaian yang
bervariasi tanpa mempengaruhi ambang deteksi kuatitatif sensorik. Abnormalitas
tes ini belum dapat memberikan kesimpulan terdapatnya komponen nyeri
neuropatik. Pemeriksaan ini rumit dan memakan waktu sekitar 30 menit serta
harus dilakukan oleh dokter spesialis yang kecil kemungkinannya dilakukan pada
tingkat pelayanan primer.
Tabel. 2.1. Metode penilaian sensibilitas fungsi saraf 48
Serat saraf Sensasi Pemeriksaan
TesingTesing
Klinis Tes kuantitatif Laboratoric
Aβ Sentuh Kapas halus VonFrey NCS,SEPS
filaments
Getar Garpu tala Vibrameter NCS,SEPS
Ad Pinprik,nyeri tajam Woodencoctail Weighted needles LEPS
stick
Dingin Thermoroller Thermodeb nihil
C Panas Thermoroller Thermodeb LEPS
Terbakar nihil Thermodeb LEPS
dikutip dari Cruccu G, Truin A. Tools for Assessing Neuropathic Pain. PLoS Medicine. 2009

3). Pemeriksaan fisik bedside oleh klinisi yang berpengalaman didukung


penderita yang kooperatif.
4). Penggunaan instrumen penapisan kuesioner nyeri neuropatik.

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


15

Tanda dan gejala nyeri yang ditimbulkan area yang mengalami perubahan
sensasi (rasa kebal atau hipereksitabilitas) merupakan petanda neuropatik yang
harus diperhatikan. Nyeri neuropatik bersifat spontan memiliki gejala sensorik
positif (seperti rasa terbakar, parestesi, hipestesi, hiperalgesia, alodinia) dan gejala
sensorik negatif (kehilangan sensibilitas seperti hipoestesi, hipoalgesia) .
Karakteristik nyeri neuropatik adalah sebagai berikut: nyeri sering muncul
sesuai distribusi dermatom saraf yang terkena, dapat disertai gangguan motorik
saraf yang terlibat, timbul spontan maupun dipicu oleh suatu stimulus tertentu
bersifat persisten (stimulus-dependent atau stimulus-evoked pain), dapat disertai
pula dengan gangguan otonom berupa perubahan warna kulit, memucat dan
dingin. Tidak ditemukan kerusakan jaringan dan berespn buruk terhadap analgesik
biasa.49
Tabel.2.2. Tanda dan gejala sensorik neuropatik 49

TERMS DEFINITION
Symptoms
Paresthesias Non-painful positive sensations
(“ant-crawling”,”tingling”)
Burning pain Frequent quality of spontaneous pain sensations
Shooting pain Spontaneous orevoked intense pain sensations of
several seconds duration
Signs
Hypesthesia Impaired sensitivity to a stimulus
Tactile hypestesia Impraired sensitivity to tactile stimuli
Cold hypesthesia Impraired sensitivity to cold
Hypoalgesia Impraired sensitivity to a normally painful stimulus

Hyperalesia Increased pain sensitivity (may include a decrease in threshold


and an increase in suprathreshold responsse)
Punctate hyperalgesia Hyperalgesia to punctuate stimuli such as pinprick
Static hyperalgesia Hyperalgesia to blunt pressure
Heat hyperalgesia Hyperalgesia to to heat stimuli
Cold hyperalgesia Hyperalgesia to cold stimuli
Allodynia Pain due to a non-nociceptive tactile stimulus
dikutip dari Haanpaa, ML, et al. Assessment of neuropathic pain primary care.
Am J Med. 2009;122:S13-21

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


16

NeuPSIG merekomendasikan penggunaan instrumen penapisan nyeri yang


dianggap sangat membantu dalam mengidentifikasi potensinyeri neuropatik,
terlebih lagi apabila digunakan oleh klinisi non spesialis di tingkat pelayanan
primer. Penerapan pemeriksaan fisik maupun penunjang seperti tes quantitatif
sensorik dapat lebih berguna apabila pemeriksaan penapisan turut dilakukan.
Instrumen penapisan kuesioner nyeri umumnya menghemat waktu serta
menghasilkan informasi segera. Walaupun tingkat kegagalan mengidentifikasi
nyeri neuropatik sekitar 10-20%. Oleh karena itulah penilaian klinis nyeri
neuropatik tetap tidak dapat digantikan.
Masih kurangnya penanda obyektif yang setara standar emas dalam
menentukan penilaian nyeri neuropatik memberikan tantangan tersendiri bagi para
klinisi. Belakangan ini, telah diupayakan pengembangan berbagai alat penapisan
nyeri neuropatik yang sederhana berdasarkan deskripsi nyeri secara verbal dengan
atau tanpa disertai pemeriksaan fisik bedside yang terbatas.

2.4.2 Instrumen penapisan komponen nyeri neuropatik 50,51


Berikut ini beberapa instrumen penapisan nyeri neuropatik yang sudah
umum digunakan di dunia :
1. Instrumen Leeds Assessment of Neuropathic Symptoms and Signs (LANSS)
LANSS merupakan instrumen dipercaya sebagai alat penilaian nyeri
neuropatik. Terdiri atas 5 pertanyan gejala dan 2 pemeriksaan klinis. Instrumen ini
telah divalidasi dan diterapkan pada 60 pasien dengan nyeri kronis neuropatik dan
nosiseptif. Alat ini memiliki sensitivitas 82-91% dan spesifisitas sebesar 80-94%.
Dianggap sebagai instrumen standar emas dikarenakan kemampuannya
mendeteksi komponen nyeri neuropatik. Dalam terapannya, instrumen ini
melibatkan klinisi untuk melakukan pemeriksaan sensibilitas.
Dua pemeriksaan sensibilitas yang menyertai pertanyaan kuesioner ini
yakni uji Sensitivitas kulit dengan membandingkan area nyeri dengan daerah
kontralateral atau daerah di dekatnya yang tidak terasa nyeri untuk menilai
adanya sensasi alodinia dan perubahan ambang rangsang tusukan.

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


17

Pemeriksaan respons terhadap sentuhan halus menggunakan kapas dengan


membandingkan area tidak nyeri dengan area nyeri. Didapatkan sensasi normal
pada area tidak nyeri, sedangkan rasa yang sangat tidak nyaman atau sensasi
alodinia akan timbul hanya dengan sentuhan halus di daerah nyeri.
Menentukan ambang rangsang tusukan dengan menggunakan jarum suntik
no 23 yang terpasang pada tabung suntik 2 ml yang ditempatkan secara lembut di
atas kulit pada area tidak nyeri dan area nyeri. Didapatkan rasa tajam ujung jarum
yang normal pada area tidak nyeri. Sedangkan pada area nyeri didapatkan
perubahan sensasi yakni sensasi tumpul (peningkatan ambang rangsang tusukan)
atau sensasi sangat nyeri (penurunan ambang rangsang tusukan).51
Skor Total penilaian instrumen, maksimum 24. Jika skor <12, mekanisme
neuropatik tampaknya tidak berperan pada nyeri yang dirasakan pasien. Jika skor
≥12, mekanisme neuropatik tampaknya berperan pada nyeri yang dirasakan
pasien.51
50
2. Neuropatic Pain Questionnaire (NPQ)
NPQ terdiri atas 12 poin pertanyaan, dimana 10 diantaranya terkait dengan
respons sensoris dan 2 lainnya dengan afek (Krause and Backonja, 2003).
Diterapkan pada 382 pasien dengan nyeri kronik, dengan gambaran sensitivitas
66% dan spesifisitas sebesar 74% dibandingkan diagnosis klinis pada sampel
yang valid. Telah divalidasi dalam bentuk short form yang berbobot sama dengan
NPQ berisikan 3 poin respons yaitu baal sebagai tanda sensorik negatif,
kesemutan dan peningkatan rasa nyeri pada respons sentuh.
3. Douleur Neuropathique en 4 questions (DN4)
DN4 diterapkan pada 160 pasien dengan nyeri neuropatik dan nyeri
nosiseptif. Kuesioner ini terdiri atas 7 poin pertanyaan gejala ( rasa kebas,
terbakar, gatal ) disertai 3 pemeriksaan klinis di area nyeri seperti penilaian
alodinia taktil, hipoestesi sentuhan dan pinprick (Bouhassira et al., 2005). DN4
dengan penilaian skor dimana 4 atau lebih dari 10 secara sugestif menunjukkan
nyeri neuropatik. Dibandingkan dengan diagnosis klinis DN4 memiliki
sensitivitas 83% dan spesifisitas sebesar 90%.

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


18

4. ID pain 50,52
Merupakan kuesioner murni tanpa pemeriksaan klinis yang terdiri atas 6
pertanyaan, yakni 5 pertanyaan deskriptor sensoris dan 1 terkait lokasi sendi
(mengidentifikasi nyeri nosiseptif) (Portenoy, 2006). Diterapkan pada 586 pasien
dengan nyeri kronik nosiseptif, nyeri campuran dan neuropatik. Divalidasi pada
308 pasien dengan klasifikasi serupa. Kuesioner yang befungsi menapis
komponen nyeri neuropatik. Dengan penilaian skor diatas 3, merupakan skoring
titik potong yang direkomendasikan. Dibandingkan dengan pemeriksaan diagnosis
klinis ID pain memiliki sensitivitas 73% dan spesifitas 69%.
5. The Standardized Evaluation of Pain (StEP)
Merupakan alat penapisan nyeri terbaru (scholz et al. 2009) dan divalidasi
pada 137 penderita nyeri punggung bawah yang diduga memiliki komponen nyeri
neuropatik maupun non-neuropatik. Kuesioner yang terdiri atas 16 pertanyaan
terstruktur dan 23 pemeriksaan fisik bedside berfungsi membedakan subtipe nyeri
punggung bawah axial dari radiksular. Kuesioner ini memiliki sensitivitas 92%
dan spesifisitas 97%
6. PainDETECT Questionnaire (PDQ)
Dikembangkan dan divalidasi di Jerman (Freynhagen et al., 2006), pada
392 penderita nyeri kronis. Dimana 167 pasien dengan nyeri neuropatik dan 225
pasien dengan nyeri non-neuropatik pada sebuah studi prospektif multisenter. Dan
diterapkan pada 8000 penderita nyeri punggung bawah kronik. Kuesioner ini
terdiri atas 9 butir pertanyaan tanpa memerlukan pemeriksaan klinis. Dimana 7
diantaranya merupakan deskriptor sensorik dan 2 lainnya berkaitan dengan lokasi
dan karakteristik pola nyeri. PainDETECT berbasis self-report kuesioner yang
mudah digunakan dan memiliki sensitivitas 85% dan spesifisitas 80% dengan
nilai prediksi positif sebesar 84%. 14

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


19

Tabel.2.3. Tabel perbandingan kuesioner komponen nyeri neuropatik 53

dikutip dari Screening and Measurement Tools for Neuropathic Pain: Their Role in
Clinical Research and Practice, Int. J. Pharm. Sci. Rev. Res. 2013., 21(2), 97-107

Dari gambaran instrumen-instrumen penapisan komponen nyeri


neuropatik yang ada di dunia, kuesioner painDETECT memiliki keunggulan
yang lebih dilihat dari bentuk kuesioner murni tanpa disertai pemerikaan fisik
bedside menjadikan painDETECT mudah, singkat dan dapat digunakan secara
mandiri baik oleh klinisi maupun penderita di tingkat pelayanan kesehatan primer.
painDETECT memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang cukup tinggi dalam
menapis komponen nyeri neuropatik.

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


20

Tabel. 2.4. Perbandingan ketepatan kuesioner penapisan nyeri neuropatik 54


Instrumen Sensitivitas Spesifisitas

LANSS Deskripsi area nyeri : paraesthesias, 80 82


hyperalgesia, allodyrics pada nyeri
neurophatik
NPQ Sensory, affective, butir sensitivitas 66 74
pada nyeri neuropatik
DN4 Deskripsi nyeri ; 83 90
paresthesias/dysesthesias pada area
nyeri; sensory deficits;evoked pains
painDETECT Penilaian nyeri neuropatik pada nyeri 85 80
punggung bawah
StEP nyeri punggung bawah dan nyeri 92 97
neuropatik
ID-pain Membedakan neuropatik dan nyeri 73 69
nosiseptif; nyeri spt tertusuk
/kebal/terbakar? kesetrum?
Memburuk dengan sentuhan kain?
Apakah nyeri hingga ke sendi
dikutip dari Neuropathic Pain Assessment – An Overview of Existing Guidelines and
Discussion Points for the Future 2011

2.5 Sejarah Kuesioner painDETECT14,15,17,18


Kuesioner painDETECT awalnya dikembangkan oleh Freynhagen et al,
seorang anestesiologist bidang critical care medicine, pain terapy dan paliatif
care di Jerman. Dasar dikembangkannya kuesioner ini pada tahun 2006 adalah
tingginya prevalensi nyeri punggung bawah kronik yang telah mencapai proporsi
endemik di lingkungan masyarakat Eropa Barat. Sebuah studi besar epidemiologi
melaporkan bahwa penderita nyeri punggung bawah kronik, 20 hingga 35%
menderita nyeri neuropatik. Dengan prevalensi terjadinya nyeri punggung bawah
70% sepanjang hidup. Perkiraan proporsi kejadian nyeri punggung bawah di
masyarakat Jerman sekitar 1/3 jumlah populasi dan sekitar 5 juta penduduk (6%)
di Jerman sendiri mengeluhkan nyeri neuropatik.
Dampak psikologis yang menonjol adalah rasa tidak berdaya dan putus
asa serta tingginya disabilitas aktivitas keseharian. Biaya yang harus ditanggung
negara untuk mengatasi keluhan nyeri punggung bawah kronik sebesar 65 miliar
dolar sedangkan biaya pada subpopulasi nyeri neuropatik sebesar 22,5 miliar
dolar pertahun.

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


21

Freyhagen et al, beranggapan belum ada standar emas dalam mendiagnosis


komponen nyeri neuropatik pada kasus nyeri punggung bawah kronik. Nilai dari
sebuah pemeriksaan klinis belum sepenuhnya terdokumentasikan dengan baik.
Walaupun telah banyak digunakan instrumen penapisan nyeri di dunia namun
masih menjadi perdebatan. Hingga saat ini pemeriksaan klinis berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik tetap menjadi dasar diagnosis menentukan jenis
nyeri pada pasien dengan keluhan nyeri punggung bawah.
Tujuan dari studi yang dilakukan Freynhagen et al adalah menciptakan
dan menguji validasi kuesioner painDETECT alat penapisan komponen nyeri
neuropatik yang mudah diimplementasikan pada survei berskala besar penderita
nyeri punggung bawah, hingga didapatkan data prevalensi komponen nyeri
neuropatik pada penderita nyeri punggung bawah secara umum dan membuktikan
apakah penderita dengan komponen nyeri neuropatik menderita nyeri lebih berat
di bandingkan kelompok non-neuropatik.
Studi validasi yang dilakukan Freynhagen et al, bersifat prospektif
multisenter pada 411 responsden nyeri yang ditentukan secara klinis predominan
nyeri neuropatik dan non-neuropatik. Didapatkan 228 penderita nyeri neuropatik
dan 164 penderita nyeri non neuropatik. Pasien yang diasumsikan memiliki
komponen nyeri campuran di eksklusi (seperti myalgia, spondilitis).
Penyusunan kuesioner didahului dengan pengulasan sistematis literatur
dan wawancara yang bersifat nasional maupun internasional bersama pakar di
bidang nyeri. Peninjauan ulang dokumen pasien dan mempelajari data dasar
German Research Network on Neuropathic Pain: Deutscher Forschungsverbund
Neuropathischer Schmerz (DFNS) bertujuan merumuskan tanda dan gejala nyeri
neuropatik yang akan digunakan dalam kuesioner painDETECT. Dengan kriteria
inklusi penelitian melibatkan 2 spesialis untuk menegakkan diagnosis apabila
diagnosis dianggap tidak jelas, lama nyeri dengan batasan lebih dari 3 bulan,
minimal intensitas nyeri VAS yang ditetapkan adalah 4 dari skala 0 hingga 10
dan responsden yang memahami bahasa Jerman.

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


22

Kuesioner ini berbasis self-report terdiri atas 9 pertanyaan tanpa


memerlukan pendampingan ahli kesehatan maupun pemeriksaan klinis. Dimana 7
diantaranya merupakan deskriptor sensorik dan 2 pertanyaan lainnya berkaitan
dengan lokasi dan karakteristik pola nyeri individu.
Survei epidemiologi yang di lakukan Freynhagen et al, dengan melibatkan
158 dokter umum, 45 bedah tulang, 67 ahli saraf dan 202 spesialis nyeri. Total
8000 pasien dengan keluhan nyeri kronik punggung bawah dilibatkan dalam
penelitian mengunakan painDETECT kuesioner.
Hasil uji validasi, kuesioner painDETECT menunjukkan sensitivitas dan
spesifisitas yang sedikit lebih tinggi dibandingkan alat penapisan lain seperti
DN4, LANSS dan NPQ. Dari hasil analisis data studi didapatkan 37%
predominan nyeri neuropatik pada penderita nyeri punggung bawah kronik.
Dalam studi ini, Freynhagen juga menga analisis korelasi antara depresi,
ganguan tidur dan disabilitas pada penderita nyeri punggung bawah kronik
dengan menggunakan Medical Outcomes Study sleep scale (MOS), the German-
language Patient Health Questionnaire short form (PHQ 9) dan the Hanover
Functional Ability Questionnaire for measuring backpain-related disability
(FFbH-R)
Tabel. 2.5. Kuesioner painDETECT orisinal 14

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


23

14,15,17,18
2.5.1 Deskripsi kuesioner painDETECT
Kuesioner ini bersifat self-report, sederhana dan sangat bermanfaat dalam
mendeteksi komponen nyerineuropatik pada pasien nyeri kronik. PainDETECT
Questionnaire (PDQ) dikembangkan di Jerman pada populasi nyeri punggung
bawah kronik. PDQ ini terdiri atas empat seksi pertanyaan. Deskripsi seksi
pertama, terdiri atas tiga item dengan 11 poin skala dengan ketentuan 0 = tidak
nyeri, 10 = nyeri maksimal. Disebut sebagai skala penilaian intensitas nyeri
sewaktu, yang umum kita kenal dengan VAS atau NRS. Item-item pertanyaan
pada seksi ini menilai intensitas nyeri sewaktu, intensitas nyeri rerata dan
intensitas nyeri terberat selama 4 minggu terakhir. Seksi pertama ini digunakan
untuk menilai adanya keluhan nyeri walaupun belum terlibat dalam sistem skoring
kuesioner.
Pertanyaan seksi ke-dua, pasien diminta untuk menandai satu dari empat
gambaran pola nyeri yang diderita. Gambaran pola dan besar skoring ditentukan
dengan penilaian sebagai berikut: nyeri menetap dengan sedikit fluktuasi ( 0
poin), nyeri persisten dengan serangan nyeri yang lebih kuat (-1), serangan nyeri
tanpa ada rasa nyeri diantaranya (hilang timbul) (1 poin), serangan nyeri diantara
rasa nyeri yang ada (1 poin).
Pertanyaan seksi ke-tiga, meliputi pemetaan sensoris sesuai dermatom.
Pasien diminta untuk memberi tanda pada gambar, area nyeri yang dirasakan
pada bagiann tubuhnya. Dan menjawab pertanyaan dikotom ya atau tidak adanya
penjalaran nyeri. Jawaban positif adanya penjalaran diberikan skor 2.
Seksi pertanyaan terakhir terdiri atas 7 butir pertanyaan sensorik. Butir-
butir ini dinilai 6 poin dalam bentuk ordinal responsden dengan batasan (0= tidak
ada, 1= hampir tidak terasa, 2 = sedikit, 3 = sedang, 4 = kuat, 5 =sangat kuat).
Poin jawaban tersebut berlaku pada pertanyaan sensorik: rasa terbakar, tertusuk-
tusuk, alodinia, serangan nyeri, stimulus temperatur, baal atau mati rasa dan
stimulus tekan. Jumlah skor pada blok terakhir berkisar antara 0 hingga 35.

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


24

Kisaran skor total kuesioner antara -1 sampai 38. Titik potong yang
didapatkan dari hasil analisis statistik merupakan titik potong yang ideal untuk
tujuan penapisan. Skoring ≤12 (<15% kemungkinan ditemukannya komponen
neuropatik pada non neuropatik grup); dan skoring ≥19 (>90% ditemukannya
komponen neuropatik pada Neuropatik grup). Skoring antara 13-18
mengambarkan komponen neuropatik yang meragukan. Ketujuh item pertanyaan
sensorik menggambarkan internal konsistensi yang adekuat (Alpha Cronbach =
0,83).
Kuesioner ini sudah diterjemahkan ke dalam 19 bahasa di dunia dan telah
banyak penelitian yang dilakukan berkaitan dengan nyeri neuropatik
menggunakan kuesioner painDETECT sebagai instrumen penapisan. Salah satu
contoh Studi Rematologi pada penderita osteoatritis sebuah Rumah Sakit Di
Toronto, Kanada telah memodifikasi kuesioner painDETECT untuk menilai
adanya komponen nyeri neuropatik pada kondisi tersebut. Studi Shaygan et al.
menilai komponen neuropatik pada nyeri kronik menggunakan instrumen
kuesioner painDETECT. Begitu juga studi Jespersen et al. pada penderita nyeri
muskuloskeletal di Denmark. Selain itu, kuesioner painDETECT juga telah
dilakukan uji validasi dan uji reliabilitas di Spanyol, Turki dan Jepang dengan
hasil seperti dalam table dibawah ini.

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


25

Tabel. 2.6. Uji validasi dan reliabilitas painDETECT di negara lain 15,17,18

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


26

2.6 Deskripsi konsep validitas dan reliabilitas


55,56
2.6. 1 Konsep validitas
Validitas atau kesahihan menunjukan sejauh mana atau seberapa dekat
suatu alat ukur mampu mengukur apa yang hendak kita ukur. Validasi merupakan
suatu proses menentukan derajat kesesuaian secara empiris sejauh mana skor
pengukuran dapat digunakan untuk mendukung inferensi yang sedang diukur.
Terdapat dua aspek validitas alat ukur yakni integritas psikometrik instrumen itu
sendiri dan derajat kesesuaian skor pengukuran.
Hasil validasi yang baik menandakan instrumen tersebut dapat mengukur
sasaran ukurnya dan konsisten dalam penggunaannya. Menurut Standards for
Educational and Psychological Test, validitas dibagi menjadi tiga kelompok,
yaitu validitas konstruk, validitas isi (content) dan validitas berdasarkan kriteria,
sedangkan Gilner dan Morgan menambahkan kategori validitas diagnostik.
Elazar Pedhazur menyatakan bahwa validitas yang umum dipakai adalah tripartite
classification, yakni validitas isi, kriteria dan konstruk. Sementara Kenneth Bailey
mengelompokkan tiga jenis validitas utama, yaitu validitas isi meliputi validitas
muka, validitas kriteria dan konstruk
Uji validitas dan realibilitas digunakan untuk menguji data yang berasal
dari daftar pertanyaan atau kuesioner, apakah dapat membuktikan butir
pertanyaan dalam kuesioner yang telah diisi oleh responsden tersebut sudah
mewakili populasi atau belum.
Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner
mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
Sedangkan suatu kuesioner dikatakan reliabel (andal) jika jawaban responsden
terhadap pertanyaan bersifat konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji
validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir pertanyaan dalam
suatu daftar (konstruk) pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel.

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


27

Jenis- jenis Validitas yang umum dipakai: 55,56


2.6. 1.1 Validasi transkultural
Hasil pengukuran validitas dan reliabilitas tidak dapat diterapkan kepada
populasi umum dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda. Membuat suatu
pengukuran agar diterima secara kultural, relevan dan secara semantik sepadan
dengan bahasa aslinya sangat sulit. Validasi memerlukan adaptasi kultural dan
lingual agar sebuah instrumen layak diterapkan, diikuti uji konsistensi internal
dan reliabilitas tes retes setelah dialihbahasakan
Terdapat lima bentuk kesamaan antara perangkat asli dengan terjemahan yaitu :
1. Kesamaan isi, tiap isi dari butir relevan dengan budaya yang sedang diteliti.
2. Kesamaan semantik, arti dari tiap-tiap butir yang sama pada tiap budaya
setelah diterjemahkan kedalam bahasa yang sedang diteliti (baik tulisan
maupun penyebutan).
3. Kesamaan teknik, cara penilaian dari wawancara sebanding pada tiap-tiap
subjek.
4. Kesamaan kriteria, interprestasi pengukuran pada tiap variable adalah sama
ketika dibandingkan dengan aturan dari budaya yang dipelajari.
5. Kesamaan konsep, perangkat yang diukur sama secara konsep teori pada tiap
budaya.

Terdapat 2 metode validasi transkultural :57-59


a. Metode validasi transkulutural World Health Organization (WHO) terdiri dari 7
langkah, yaitu:
(1) membentuk 2 grup ahli penerjamah; (2) menilai stuktur konsep instrumen
yang dilakukan oleh tim ahli materi; (3) diterjamahkan kedalam bahasa
Indonesia oleh penerjemah ke- 2; (4) menilai hasil terjemahan tersebut oleh tim
ahli materi; (5) menilai hasil terjemahan tersebut oleh ahli bahasa ke-2; (6)
terjemahan yang sudah dikoreksi oleh tim ahli bahasa dan ahli materi; (7)
menilai penerjemahan ulang oleh para ahli materi dan bahasa ke-2 dan
kemudiaan dilakukan uji reliabilitas.

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


28

b. Metode validasi transkultural ISPOR, yaitu tahap :60


(1) Persiapan terdiri atas ijin penerjemahan; (2) Menterjemahkan instrumen
oleh 2 ahli penerjemah, yang berlatar belakang medis dan non medis; (3)
Rekonsiliasi antar 2 penerjemah; (4). Menterjemahkan kembali ke bahasa
asal (orisinalnya); (5) Peninjauan terjemahan kembali, jika memungkinkan
melibatkan developer instrumen orisinal; (6) Harmonisasi pemahaman dengan
konsultan ahli; (7) Cognitive debriefing pada kelompok kecil responsden
sebagai tahap pra-derivate instrument; (8) Evaluasi hasil cognitive debriefing
sebagai fase modifikasi instrument; (9) Penilaian content bahasa, ejaan dan
gramatikal; (10) Laporan akhir semua tahapan translasi menjadi sebuah
versi bahasa Indonesia yang layak.

2.6. 1. 2 Validitas isi 55,56,57


Validitas isi berkaitan dengan kemampuan suatu instrumen mengukur isi
(konsep atau variabel) yang hendak diukur. Merupakan validitas estimasi
terhadap isi tes berdasarkan proses analisis logis dari seorang pakar tanpa
melibatkan perhitungan statistik.
Validitas isi dibagi menjadi dua kategori, yaitu validitas muka (face
validity) dan validitas logik. Validitas muka adalah tipe validitas yang paling
rendah signifikasinya karena hanya didasarkan pada penilaian selintas mengenai
isi alat ukur. Sedangkan Validitas logik (sampling validity) menilai sejauh mana
isi instrument merupakan representasi dari ciri-ciri atribut yang hendak
diukur.

2.6. 1. 3 Validitas konstruk


Validitas Konstruk adalah tipe validitas yang memiliki pengertian
seberapa jauh suatu instrumen mengukur konstruk tertentu yang menghubungkan
gagasan dan praktek psikometri dengan gagasan teoritisnya. Umumnya validasi
konstruk dilakukan bersamaan dengan validasi isi.

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


29

2.6. 1. 4 Validitas kriteria


Validitas berdasarkan kriteria dilakukan dengan mengkorelasikan suatu
alat ukur dengan kriteria lain yang dianggap sebagai standar emas. Semakin tingi
korelasinya semakin baik validitasnya.
Validitas kriteria ada dua macam, yaitu validitas konkruen (concurrent
validity) dikenal dengan validitas sewaktu dan validitas prediktif (predictive
validity). Validitas konkruen merujuk kepada kesesuaian hasil pengukuran suatu
alat ukur dan alat ukur ideal (standar emas) waktu yang sama. Sedangkan validitas
prediktif merujuk pada akurasi prediktor kinerja di masa mendatang.
Umumnya, analisis validitas berdasarkan kriteria yang sering
dilakukan oleh peneliti, yaitu dengan melakukan perhitungan korelasi Pearson
Product Moment antar butir kuesioner dengan jumlah skor kuesioner.
Menggunakan tabel 2x2 untuk penilaian validitas sewaktu (kriteria)
dan prediktif dengan ukuran sensitivitas dan spesifisitas. Sensitivitas dan
spesifisitas berguna untuk memeriksa validitas sewaktu alat ukur, jika
variabel terukur dalam skala dikotomi. Alat ukur memiliki validitas sewaktu
tinggi jika menunjukkan sensitivitas dan spesifitas tinggi.
Sensitivitas menunjukkan probabilitas alat ukur untuk mendiagnosis
subjek sebagai positif dengan benar. Sensitivitas memiliki arti proporsi subjek
yang positif menurut standar emas akan diidentifikasi sebagai positif oleh alat
ukur.
Spesifisitas adalah proporsi subjek yang negatif menurut standar
emas yang diidentifikasi sebagai negatif oleh alat ukur. Spesifisitas
menunjukkan probabilitas alat ukur untuk mendiagnosis subjek sebagai
negatif dengan benar.
Nilai prediksi positif atau nilai duga positif (NPP) adalah seberapa besar
kemungkinan suatu hasil positif benar-benar positif sedangkan nilai prediksi
negatif atau nilai duga negatif (NPN) adalah seberapa besar kemungkinan suatu
hasil negatif benar-benar negatif.

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


30

Kombinasi sensitivitas dan spesifisitas yang optimal ditunjukkan pada


kurva Receiver Operating Characteristics (ROC). Dari prosedur ROC akan
didapatkan nilai Area under the curve (AUC). Biasanya makin luas area ROC,
makin optimal kombinasi sensitivitas dan spesifisitas. Namun apabila didapatkan
sensitivitas yang tinggi pada umumnya nilai spesifisitasnya akan rendah,
demikian pula sebaliknya. Kondisi seperti ini sering dilakukan trade-off antara
sensitivitas dengan spesifisitas yang dikenal sebagai penentuan batas titik potong
yang ideal tercapainya sensitivitas yang dianggap cukup tinggi, secara kontinu
dalam skala numerik .

2.6.2 Konsep uji reliabilitas 55,56,57


Reliabilitas menilai apakah alat ukur yang digunakan dapat memberikan
nilai pengkuran yang konsisten berulang kali. Alat ukur yang reliabel tidak hanya
menunjukkan konsistensi internal, tetapi juga stabilitas ketika digunakan untuk
mengukur variabel subjek penelitian pada kondisi-kondisi yang identik.
Stabilitas alat ukur mencakup: (1) Pengukuran pada dua kesempatan
yang dipisahkan oleh interval waktu yang berbeda (test-retest reliability) maka
reliabilitas dinilai dengan menggunakan korelasi Pearson atau Spearman; (2)
Pengukuran yang dilakukan oleh pengukur yang sama pada dua kesempatan
yang berbeda (intra-observer reliability); dan (3) Pengukuran yang dilakukan
oleh dua atau lebih pengukur yang berbeda (inter-observer reliability) pada
kesempatan yang sama.
Analisis sebuah alat ukur baiknya menunjukkan stabilitas di atas 0.50
maka reliabilitas dinilai dengan menggunakan analisis ICC. Jika pengukuran
dilakukan pada dua kesempatan menyangkut variabel berskala dikotomi,
maka reliabilitas dinilai dengan menggunakan kesepakatan Kappa

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


31

2.6.2.1 Reliabilitas tes retes


Reliabilitas adalah keandalan/konsistensi alat ukur, merupakan ukuran
suatu kestabilan responsden dalam menjawab konstruk-konstruk pertanyaan
yang merupakan dimensi suatu variabel dalam kuesioner. Tes retes dilakukan
dengan cara mencoba alat ukur beberapa kali kepada responden yang sama
dengan instrumen yang sama dalam waktu yang berbeda. Reliabilitas diukur dari
koefisien korelasi percobaan pertama dengan selanjutnya. Bila koefisien korelasi
positif dan sigifikan maka instrumen tersebut dinyatakan reliabel.

2.6.2. 2 Reliabilitas konsistensi internal


Jika sebuah penelitian berniat mengukur suatu variabel komposit,
seperti persepsi, sikap, perilaku, sindroma, dan lain hal maka alat ukur
membutuhkan sejumlah butir pertanyaan. Jika tujuan pengukuran adalah
mendeskripsikan variabel tersebut pada subjek penelitian, maka butir-butir
tersebut seharusnya menunjukkan konsistensi internal (homogenitas).
Dengan program statistik seperti SPSS dan Stata dapat dihitung
korelasi skor total dan alpha Cronbach yang baru jika butir- butir yang
menunjukkan korelasi butir dengan makna yang rendah dibuang. Dengan langkah
tersebut maka nilai statistik Alpha Cronbach akan meningkat, dan homogenitas
alat ukur meningkat. uji reliabilitas dapat dilakukan secara bersama-sama
terhadap seluruh butir pertanyaan. Perhitungan dengan analisis nilai Alpha
Cronbach >0,60 maka reliabel. Jika nilai Alpha Cronbach <0,60 maka tidak
reliabel

2.6.2. 3 Reliabilitas Split-Half

Reliabilitas split-half adalah suatu koefisien yang diperoleh dengan


pembagian suatu skor tes kedalam dua bagian skor tes kemudian dikorelasikan
untuk menentukan koefisien reliabilitas. Pembagian data dipecah atas nomor
ganjil dan genap, memilih butir secara acak, atau berdasarkan keseimbangan
materi dan tingkat kesukaran.

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


32

2.6.2.4 Reliabilitasi Inter-Observer atau Inter-Rater


Apabila studi berlansung lama, sebaiknya dilakukan reliabilitas inter rater.
Realibilitas ini baik dilakukan sebagai studi sampingan atau studi pilot
(pendahuluan). Jika terdapat dua variabel anatara dua individu yang mengukur
hal yang sama, kita dapat menggunakan Cohen’s Kappa (perhitungan Kappa)
untuk penilaian kesepakatan diantara dua individu.

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


33

2.7 KERANGKA TEORI 24,26,28,29,31

Nyeri

Stimulus noksius (termal/mekanikal/kemikal atau lainnya).


Kerusakan jaringan, mediator inflamasi

Stimuli nosiseptor Lesi jaras aferen somatosensoris

Menurunkan ambang nosiseptif  sensitisasai perifer, Aktivasi


ektopik spontan, Sensitisasi
sentral, reorganisasi kortikal
 Hilangnya kontrol inhibisi
Terlokalisir, nyeri sesuai
stimulus Nyeri neuropatik

Nyeri campur

Nyeri spontan, persisten, Evoked-pain


paroksismal alodinia
Nyeri nosiseptif (parestesi, hipestesi) hiperalgesia

Komponen nyeri neuropatik sulit


teridentifikasi, pengobatan tidak
Depresi, ansietas sesuai

Disabilitas
Nyeri Kronik

Gangguan tidur

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


34

2.8 KERANGKA KONSEP

Uji Validitas

Kaidah International Sosciety for


Adaptasi Linguistik Pharmacoeconomics and Outcomes
dan Kultural Research ( ISPOR ) GUIDELINE

Validasi Kriteria Kuesioner painDETECT vs Kuesioner


LANSS

Nilai titik potong, sensitivitas dan spesifisitas

Uji Reliabilitas Internal Konsistensi

Tes retes stabilitas


kuesioner

PainDETECT Kuesioner versi Indonesia yang valid dan reliabel

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


35

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3. 1 Rancangan penelitian
Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap yakni tahap uji validitas dan tahap
uji reliabilitas. Studi validitas terbagi atas validasi transkultural yang dilakukan
berdasarkan ketentuan ISPOR dengan mengumpulkan tim ahli bahasa atau
penerjemah serta tim konsultan dari Divisi Nyeri Departemen Neurologi
FKUI/RSCM. Dan validasi kriteria berdasarkan analisis statistik. Studi reliabilitas
menggunakan desain potong lintang dalam mengukur reliabilitas kuesioner
painDETECT menggunakan metode tes retes dalam selang waktu 24-48 jam.

3. 2 Tempat dan waktu penelitian


Studi validitas dan reliabilitas dilakukan di Poliklinik Neurologi Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta dari bulan Maret 2014 sampai
dengan bulan Mei 2014 dan dimulai setelah mendapat persetujuan dari komite etik
hingga jumlah sampel terpenuhi.

3. 3 Populasi penelitian
Populasi penelitian adalah semua penderita nyeri kronik berdasarkan
kriteria inklusi selama berlangsungnya penelitian.

3. 4 Sampel
Sampel penelitian adalah subjek yang masuk dalam kriteria inklusi dan
memiliki dasar patofisiologi nyeri neuropatik dan nyeri nosiseptif. Penentuan
sampel penelitian dilakukan dengan metode non random consecutive sampling.
Setiap peserta yang memenuhi kriteria inklusi dan bersedia mengikuti penelitian
dimasukkan menjadi sampel penelitian. Pengumpulan data berhenti setelah jumlah
sampel minimal terpenuhi.

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


36

3. 5 Kriteria penelitian
3. 5. 1 Kriteria inklusi penelitian
1. Berusia ≥ 18 tahun
2. Mengerti dan mampu berbahasa Indonesia
3. Dapat membaca menulis tidak bergantung kepada orang lain
3. Mengeluhkan nyer i ≥3 bulan
4. Menderita nyeri berdasarkan NRS ≥3
5. Pasien yang saat berkunjung dengan atau tanpa pengobatan analgesik.

3. 5. 2 Kriteria eksklusi penelitian


1. Pasien dengan diagnosis nyeri tanpa dasar jelas patofisiologi nyeri
neuropatik maupun nyeri nosiseptif.
2. Pasien dengan diagnosis ganguan psikotik atau psikosomatis
3. Pasien dengan depresi sedang hingga berat menurut kriteria Hamilton
4. Pasien dengan keluhan nyeri kepala
5. Pasien dengan diagnosis fibromyalgia
6. Pasien yang menolak ikut serta dalam penelitian

3. 6 Estimasi besar sampel


Berdasarkan perhitungan N:p ratio, dimana N adalah jumlah responsden
dan p adalah jumlah variable butir yang akan dianalisis. N:p ratio rules of thumb
antara 3:1, 6:1, 10:1 atau 20:1 merupakan teori besar sampel yang diadopsi dari
Hogarty et al dan Nunnaly tahun 1997.61 Jumlah butir pada instrumen
painDETECT kuesioner adalah 9 butir pertanyaan. Perhitungan besar sampel
menggunakanperbandingan 15:1 yaitu 9 x 15 adalah 135 sampel. Untuk
mengantisipasi kemungkinan adanya subjek yang drop out, digunakan rumus:
n1=n+10%.n1 adalah jumlah sampel yang dibutuhkan untuk mengantisipasi
kesalahan. Sehingga n atau perhitungan jumlah total sampel adalah 135+
10%.(13,5) adalah 148,5 sampel, dibulatkan menjadi 150 sampel.

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


37

3. 7 Cara kerja
Penelitian dilakukan dengan urutan langkah sebagai berikut:
1. Validasi transkultural berdasarkan ketentuan ISPOR, sesuai langkah:
(1) Persiapan awal peneliti dalam menyiapkan outline kuesioner dan
pengurusan izin memvalidasi artikel orisinal.
(2) Penerjemahan dilakukan oleh 2 ahli penerjemah, bekerja secara
independen berbasis medis dan non medis menerjemahkan instrumen
kuesioner painDETECT ke dalam bahasa Indonesia, kemudian
membandingkan hasil terjemahan tersebut jika didapatkan kesalahan
pemahaman atau pernyataan yang tidak tepat sehingga tercapai konsep
butir yang sesuai dengan tujuan pengukuran yang hendak diukur.
(3) Tahap rekonsiliasi, membahas diskrepansi butir kuesioner (liguistik
dan kultural) diantara 2 penerjemah sehingga tercapai kesesuaian
pemahaman isi butir untuk mengukur apa yang hendak diukur.
( menghasilkan terjemahan rekonsiliasi )
(4) Tahap backward translasi yakni menerjemahkan kembali instrumen
kuesioner painDETECT dari bahasa Indonesia ke bahasa asalnya.
(5) menilai ulang backward translasi apakah sesuai dengan konsep
orisinal kuesioner tersebut. Dapat pula melibatkan developer instrumen
jika memungkinkan.
(6) Tahap harmonisasi butir-butir kuesioner yang telah diterjemahkan
oleh penerjemah dengan komite atau tim ahli divisi nyeri dalam menilai
struktur konsep dan sistem skoring instrumen kuesioner painDETECT
versi Bahasa Idonesia.
(7) Dilakukannya Cognitive debriefing dalam mengidentifikasi
kesulitan tiap butir kuesioner versi Bahasa Indonesia, melingkupi
kejelasan kuesioner dari segi pemahaman pada beberapa responsden.
(pra-PDQ versi Indonesia)
(8) Tahap peninjauan ulang hasil Cognitive debriefing hingga
diperlukan tidaknya modifikasi bahasa yang sesuai dengan budaya
Indonesia agar tercapai kesesuaian pemahaman dalam mengukur
komponen yang hendak diukur.

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


38

(9) tahap penilaian final kualitas kontrol dan teknik penulisan dalam
penerjemahan dari sisi gramatikal, ejaan dan kesalahan minor dalam
penulisan.
(10) laporan akhir berupa catatan perkembangan bahasa, pemahaman
serta kesulitan selama translasi hingga terbentuk modifikasi
pemahaman bahasa hingga tercapaianya konsep kuesioner
painDETECT versi Bahasa Indonesia.
2. Uji validasi kriteria, yakni validasi yang membandingkan instrumen
painDETECT dengan LANSS, kuesioner yang dianggap standar emas
memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi yang sudah divalidasi
dan reliabel. Kuesioner LANSS tersebut akan diberikan bersamaan
dengan kuesioner painDETECT saat pengambilan data. Validasi
kriteria menggunakan analisa pearson correlation diikuti perhitungan
titik potong skor kuesioner untuk mendapatkan nilai sensitivitas,
spesifisitas dan nilai prediksi positif.
3. Pemeriksaan skoring kuesioner painDETECT adalah sebagai berikut :
 Seksi I, terpisah dari total skoring: Pertanyaan pada seksi ini
menilai intensitas nyeri sewaktu, intensitas nyeri rerata dan
intensitas nyeri terberat selama 4 minggu terakhir dalam NRS 0-
10
 seksi II, pasien diminta untuk menandai satu dari empat gambaran
pola nyeri yang diderita. Gambaran pola dan besar skoring
ditentukan dengan penilaian sebagai berikut: nyeri menetap dengan
sedikit fluktuasi ( 0 poin), nyeri persisten dengan serangan nyeri
yang lebih kuat (-1), serangan nyeri tanpa ada rasa nyeri
diantaranya (hilang timbul) (1 poin), serangan nyeri diantara rasa
nyeri yang ada (1 poin).
 seksi III, meliputi pemetaan sensoris sesuai dermatom. Pasien
diminta untuk memberi tanda pada gambar, area nyeri yang
dirasakan pada bagian tubuhnya. Dan menjawab pertanyaan ya
atau tidak adanya penjalaran nyeri. Jawaban positif adanya
penjalaran diberikan skor 2.

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


39

 seksi IV, terdiri atas 7 butir pertanyaan sensorik. Butir-butir ini


dinilai 6 poin dalam bentuk ordinal koresponsden dengan batasan
(0 = tidak ada, 1= hampir tidak terasa, 2 = sedikit, 3 = sedang, 4 =
kuat, 5=sangat kuat). Poin jawaban tersebut berlaku pada
pertanyaan sensorik: rasa terbakar, tertusuk-tusuk, alodinia,
serangan nyeri, stimulus temperatur, baal/kebal dan stimulus tekan.
Jumlah skor pada seksi terakhir berkisar antara 0 hingga 35.
 Titik potong PDQ: Skoring ≤12 (kecil kemungkinan memiliki
komponen nyeri neuropatik); dan skoring ≥19 (besar kemungkinan
memiliki komponen nyeri neuropatik). Skoring antara 13-18
mengambarkan komponen neuropatik yang meragukan..
4. Pengisisan kuesioner LANSS. Terdiri atas 5 pertanyan kuesioner dan 2
pemeriksaan sensibilitas.
 Pemeriksaan sensitivitas kulit dengan membandingkan area nyeri
dengan daerah kontralateralnya atau daerah di dekatnya yang tidak
terasa nyeri untuk menilai adanya sensasi alodinia dan perubahan
ambang rangsang tusukan.
 Pemeriksaan respons terhadap sentuhan halus menggunakan kapas
dengan membandingkan area tidak nyeri dengan area nyeri.
Didapatkan sensasi normal pada area tidak nyeri, sedangkan rasa
yang sangat tidak nyaman atau sensasi alodinia akan timbul hanya
dengan sentuhan halus di daerah nyeri.
 Menentukan ambang rangsang tusukan dengan menggunakan jarum
suntik no 23 yang terpasang pada syringe/ tabung suntik 2 ml yang
ditempatkan secara lembut di atas kulit pada area tidak nyeri dan
area nyeri. Didapatkan rasa tajam ujung jarum yang normal pada
area tidak nyeri. Sedangkanpada area nyeri didapatkan perubahan
sensasi yakni sensasi tumpul (peningkatan ambang rangsang
tusukan) atau sensasi sangat nyeri (penurunan ambang rangsang
tusukan)

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


40

 Keseluruhan pertanyaan kuesinoner membutuhkan jawaban ya atau


tidak, masing-masing memiliki konten skoring yang berbeda. Skor
Total penilaian instrumen, maksimum 24, Jika skor <12, kecil
kemungkinan memiliki komponen nyeri neuropatik. Jika skor ≥12,
besar kemungkinan memiliki komponen nyeri neuropatik.
5. Uji reliabilitas dilakukan dengan cara wawancara terpimpin (guided
interview). Di awal survei dilakukan pengisian kuesioner painDETECT
bersamaan dengan pengisian data demografi dan kuesioner HAM-D
atau HRSD sebagai skrining depresi . Penilaian uji reliabilitas dengan
menilai konsistensi internal dengan analisa Alfa Cronbach dan
menggunakan metode tes retes berjarak 24-48 jam setelah survei
pertama pada responsden yang sama dengan menghitung koefisien
korelasi interklas.

3. 8 Definisi operasional
1. Usia dinyatakan dalam tahun, dihitung berdasarkan tanggal lahir Kartu
Tanda Penduduk. Jika belum genap satu tahun dan lebih besar dari 6
bulan maka dibulatkan menjadi tahun yang lebih besar atau tahun
berikutnya.
2. Usia subjek penelitian ≥18 tahun.
3. Jenis kelamin adalah laki-laki atau perempuan.
4. Pengelompokkan umur dilakukan dengan batasan :
 Usia 18- 45 tahun
 Usia 46- 60 tahun
 Usia ≥61 tahun
5. Batasan kelompok umur menurut WHO dan Pusat Data Depkes tahun
2011, usia 18-45 (dewasa), usia 46-60 (paruh baya) dimana kelompok usia
18-60 masih dianggap produktif. Sedangkan >60 adalah lansia.
6. Tingkat pendidikan :
 Rendah ( SD-SMP)
 Menengah (SMA- D3)
 Tinggi (S1-S2)

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


41

7. Jenis pekerjaan dikelompokkan menjadi tidak bekerja (pengangguran,


pensiunan). Ibu rumah tangga, pekerja kantoran (menghabiskan mayoritas
waktu 8 jam sehari dengan rutinitas jobdesk) dan pekerja lapangan
( mayoritas waktu 8 jam sehari dengan rutinitas non jobdesk).
8. Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional tak menyenangkan
dengan deskripsi rasa ngilu yang menahun dan menetap maupun hilang
timbul dengan atau tanpa gangguan sensibilitas seperti rasa terbakar, mati
rasa maupun kesemutan.
9. Nyeri nosiseptif terlokalisir, cenderung bersifat akut menahun dan hilang
apabila terjadi masa penyembuhan.
10. Pasien dengan keluhan nyeri yang menahun dan memiliki riwayat nyeri
secara patofisiologis nosiseptif dikonfirmasi dengan adanya data
diagnostik radiologis selain data riwayat perjalanan penyakit.
11. Nyeri campuran bersifat terlokalisir seperti halnya nyeri nosiseptif dan
terkadang disertai gejala nyeri neuropatik seperti kesemutan atau rasa
tersetrum.
12. Nyeri neuropatik bersifat terus menerus, diprovokasi maupun spontan
tanpa sebab yang jelas disertai gangguan sensibilitas seperti rasa terbakar,
ditusuk, disayat, tersetrum, semutan, hilang rasa, kurang rasa dan
bereaksi terhadap stimulus yang tidak sesuai seperti (nyeri yang hebat saat
disentuh ringan atau merasakan sensasi nyeri tanpa stimulus nyeri). Dapat
disertai maupun tanpa penjalaran. Memiliki gejala sensorik positif dan
negatif.
13. Gejala sensorik positif (seperti rasa terbakar, parestesi, hipestesi,
hiperalgesia, alodinia).
14. Gejala sensorik negatif (kehilangan sensibilitas seperti hipoestesi,
hipoalgesia) .
15. Pasien dengan keluhan nyeri yang menahun dan memiliki riwayat nyeri
secara patofisiologis nyeri neuropatik telah dikonfirmasi dengan adanya
data pemeriksaan diagnostik Elektromiografi (EMG) maupun radiologis
selain data riwayat perjalanan penyakit.

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


42

16. Intensitas nyeri dinilai dengan NRS Merupakan versi numerik yang
segmental dari VAS, memiliki format yang sama dengan VAS. NRS
ditandai dengan 11 poin penilaian intensitas nyeri. Dimana 0= tidak nyeri
dan 10 menandakan nyeri paling hebat. Ketentuan skala yakni: 0 = tidak
nyeri; 1-3 = nyeri ringan ; 4-7 = nyeri sedang; 8-10 = nyeri berat.
17. Kuesioner painDETECT ini terdiri atas 9 butir pertanyaan tanpa
memerlukan pemeriksaan klinis. Dimana 7 diantaranya merupakan
deskriptor sensorik dan 2 lainnya berkaitan dengan lokasi dan karakteristik
pola nyeri . Skoring ≤12 bermakna nyeri non neuropatik dan skoring ≥19
bermakna nyeri neuropatik, skoring antara 13-18 nyeri campuran.
18. LANSS merupakan instrumen terpercaya dianggap sebagai baku standar
alat penilaian nyeri neuropatik. Terdiri atas 5 pertanyan gejala dan 2
pemeriksaan klinis. Skor Total penilaian instrumen, maksimum 24, Jika
skor <12, bermakna nyeri non neuropatik, Jika skor ≥12, bermakna nyeri
neuropatik.
19. Depresi adalah salah satu bentuk gangguan mood yang merupakan bentuk
lanjutan dari keadaan suasana perasaan yang normal ke dalam ganguan
suasana perasaan bentuk patologis yang diyakini dapat mengaburkan
penilaian nyeri.
20. Penilaian aspek psikologis ada tidaknya depresi diskrining menggunakan
HAM-D atau HRSD dimana skor 10-13 memenuhi kriteria depresi ringan,
diantara 13-17 adalah depresi sedang dan lebih dari 17 adalah depresi
berat.
21. Gangguan psikotik adalah gangguan penilaian realita yang berat disertai
disablitas kognitif dan emosi. Sering berprilaku aneh, berhalusinasi,
memiliki waham serta gangguan tilikan (seperti skizofrenia dan gangguan
psikotik lainnya).
22. Pasien dengan ciri gangguan psikotik maupun psikosomatis berdasarkan
data riwayat perjalanan penyakit, konfirmasi dengan keluarga dan riwayat
pengobatan di eksklusi karena dianggap dapat mengaburkan penilaian
nyeri.

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


43

23. Fibromyalgia dicirikan oleh adanya nyeri muskuloskeletal yang menyebar


simetris, kekakuan, mudah lelah, parestesi disertai dengan gangguan tidur
dan mempunyai keluhan klinis nyeri pada 11 titik dari 18 titik tender poin
yang berlangsung lebih dari 3 bulan.

3. 9 Persetujuan setelah penjelasan (Informed Consent)


Penderita diberi penjelasan mengenai tujuan, cara kerja dan manfaat
penelitian kemudian diminta persetujuan untuk berpartisipasi dalam penelitian
sesuai dengan alur penelitian. Selanjutnya didaftarkan ke Komite Etik
Kedokteran.

3. 10 Rencana pengolahan dan analisis data


Uji validitas menggunakan metode 10 langkah ISPOR. Uji validasi
kriteria konkuren membandingkan dengan kuesioner LANSS menggunakan
program SPSS versi 21.0. Dengan analisis statistik korelasi produk moment
pearson, berdasar rumus :
rxy = n

Keterangan: n= jumlah responsden, X= skor variabel jawaban(jawaban


responden), Y= skor total dari variabel untuk responsden ke-n
Tabel. 3.1. Nilai korelasi pearson

r Interprestasi
0 tidak berkorelasi
0,01-0,20 sangat rendah
0,21-0,40 Rendah
0,41-0,60 agak rendah
0,61-0,80 cukup
0,81-0,90 tinggi
1 sangat tinggi

Uji reliabilitas internal konsistensi menggunakan analisis statistik


Alpha Cronbach. Dengan rumus sebagai berikut:

 (
k
)(1 
 b ) 2

k 1 ( 2t )

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


44

2
Keterangan : Jumlah varian total (  ),  : koefisien Alpha Cronbach,
t
2

k : jumlah butir pertanyaan, ( jumlah varian butir) 


b

dikatakan reliabel: Jika > r (df: , n-2)


tabel

Tabel.3.2. Nilai tingkat reliabilitas Alpha Cronbach

No. Interval Kriteria

1. < 0,200 Sangat rendah


2. 0,200 – 0,399 Rendah

3. 0,400 – 0,599 Cukup

4. 0,600 – 0,799 Tinggi

5. 0,800 – 1,000 Sangat Tinggi

Uji reliabilitas tes retes dengan menentukan intraclass correlation


coefficient (ICC) atau koefisien korelasi intra-kelas untuk menilai reliabilitas
antar dua atau lebih pengamat, maupun tes retes reliabiliti. Intinya, ICC
adalah rasio antar varians antar kelompok dan varians total.
Varians total berasal dari 3 sumber: (1) pasien; (2) pengamat; dan
(3) random error (residual error). JIka variasi diasumsikan random, maka
2 2 2 2
berlaku rumus : ICC =  /  + +
S S O C

Di mana varians (σ2) adalah ukuran variasi, subskrip s= subjek


(pasien); o= pengamat; e= random error. Bila variasi pengamat diasumsikan
fixed, maka variasi pengamat tidak diperhitungkan dalam variasi total. Alat
ukur memiliki stabilitas memadai jika ICC antar pengukuran >0.50, stabilitas
tinggi jika ICC antar pengukuran ≥ 0.80 (Streiner dan Norman, 2000; Polgar
dan Thomas, 2000).
Lalu dilakukan analisis statistik untuk menentukan titik potong alat
penapisan dengan sensitivitas dan spesifisitas serta nilai prediktif positif (NPP),
nilai prediktif negatif ( NPN) dan Area Under the Ccurve (AUC).

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


45

3.11 Kerangka Operasional

Pasien Nyeri Kronik Ekslusi

Kriteria Inklusi

Informed Consent Tidak Bersedia

Bersedia

Validasi cross cultural, pengisian


kuesioner painDETECT

Pemeriksaan fisik dan anamnesis

Kuesioner
painDETECT

Kuesioner LANSS

Uji Reliabilitas
tes retes

Analisis Statistik

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


46

BAB 4
HASIL PENELITIAN

4.1 Validasi transkultural


Telah dilakukan penelitian mengenai uji validasi transkultural berdasarkan
ketentuan ISPOR dan uji reliabilitas terhadap instrumen penapisan komponen
nyeri neuropatik painDETECT sesuai dengan tahapan prosesnya. Tahap pertama
adalah studi validasi yang dilakukan menggunakan langkah-langkah berikut :
a. Mengajukan ijin validasi instrumen kepada pihak Farmasi terbesar di
Jerman dan Dr. Freynhagen sebagai pemegang hak cipta, author dan
developer instrumen painDETECT versi orisinal berbahasa Inggris sebagai
langkah persiapan validasi.
b. Menerjemahkan kuesioner painDETECT dari bahasa Inggris ke bahasa
Indonesia stelah mendapat ijin validasi. Tim validasi menggunakan
institusi Lembaga Bahasa dan Pendidikan Profesional (LBPP-LIA) dalam
penerjemahannya sebagai penerjemah pertama dan ahli bahasa kedokteran
yaitu Prof.dr.Soemarmo Markam, SpS(K) sebagai penerjemah ke-2.
Sebagai tahap penerjemahan dan rekonsiliasi terjemahan.
c. Setelah didapatkan terjemahan rekonsiliasi yang dinilai oleh ahli bahasa
kedokteran, terjemahan tersebut di alih bahasakan kembali ke dalam
bahasa inggris oleh institusi Lembaga Bahasa Internasional Universitas
Indonesia (LBI-UI).
d. Peninjauan langkah-langkah terjemahan kembali dan harmonisasi ke
dalam bahasa Indonesia pada kuesioner dikonsultasikan dengan
Perwakilan Divisi Nyeri Departemen Neurologi FKUI/RSCM sebagai
tahap kuesioner pre-painDETECT versi Indonesia. Dengan konsep
kuesioner seperti pada tabel. 4.1 di bawah ini.

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


47

e. Cognitive debriefing bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan pada tiap


butir kuesioner. Diterapkan kepada sekelompok kecil pasien dengan atau
tanpa nyeri neuropatik menggunakan kuesioner pre-painDETECT versi
Indonesia secara guided interview yang di lakukan oleh peneliti pada 15
pasien di Poliklinik Neurologi RSCM.
f. Meninjau kembali hasil Cognitive debriefing dari segi pemahaman dan
bahasa serta hal-hal yang perlu dimodifikasi dalam penyampaiannya kepada
pasien tanpa mengubah makna.
g. Setelah ada kesepakatan modifikasi bahasa dan diskusi kembali dengan
penerjemah melewati tahap proofreading seperti kesepakatan penilaian tata
bahasa dan penulisan hingga laporan final keseluruhan tahap penerjemahan
maka dihasilkan kuesioner painDETECT versi Indonesia.

Tabel. 4.1. Hasil validasi transkultural


Kuesioner painDetect Terjemahan Terjemahan Kembali
orisinal

I. How would you assess I. Bagaimana penilaian I. How would you assess
your pain now, at this keadaan nyeri anda your current pain, at the
moment? sekarang, pada saat ini? moment?

II. How strong was the II. Seberapa kuat rasa II. How strong is the most
strongest pain during the nyeri yang terparah severe pain of the last
past 4 weeks? selama 4minggu four weeks ?
terakhir?

III. How strong was the III. Seberapa kuat rata- III. How strong is the
pain during the past 4 rata rasa nyeri selama average score of pain of
weeks on average? 4minggu terakhir ini? the last four weeks ?

IV. Mark the picture that IV. Tandai gambar yang IV. Mark the best picture
best describes the course paling tepat to illustrate the pain you
of your pain menggambarkan rasa are feeling
nyeri yang anda alami

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


48

1. Persistent pain 1. Nyeri terus 1. Persistent pain


with slight menerus, dengan with slight
fluctuations sedikit fluktuasi fluctuations

2. Persistent pain 2. Nyeri terus 2. Persistent pain


with pain attacks menerus, disertai along with
serangan nyeri escalation of pain
yang meningkat

3. Pain attacks 3. Nyeri hilang dan 3. Pain comes and


without pain timbul tanpa goes without any
between them disertai rasa pain in between
nyeri
diantaranya

4. Serangan- 4. Pain attacks along


4. Pain attacks with
serangan nyeri with pain in
pain between
dengan tetap between
them
terasa nyeri
diantaranya

V. Tandai daerah yang V. Mark the location of


V. Please mark your main
terasa nyeri pain in your body
area of pain

Apakah rasa nyeri Does the pain spread to


Does your pain radiate to
menjalar ke bagian lain other areas of your body?
other regions of your
dari tubuh anda? Yes/ No
body? Yes/No
Ya/Tidak

Jika ya, gambarkan If yes, please illustrate the


If yes, please draw the
arah penjalaran itu direction of the spread
direction in
which the pain radiates

VI. Apakah anda VI. Do you suffer from a


VI. Do you suffer from a
menderita sensasi burning sensation (sense
burning sensation (e.g.,
seperti terbakar of sting) in the area of
stinging nettles) in the
( panas menyengat ) pain?
marked areas?
di daerah nyeri?

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


49

VII. Do you have a VII. Apakah anda VII. Do you feel the
tingling or prickling merasa kesemutan , rasa sensation of being
sensation in the area of seperti ditusuk-tusuk pricked with pins and
your pain (like crawling didaerah nyeri(seperti needles in the area of
ants or electrical semurt merayap atau pain (like ants crawling
tingling)? tersetrum)? or electrocution)?

VIII. Is light touching VIII. Adakah sentuhan VIII. Does a light touch
(clothing, a blanket) in ringan (seperti pakaian/ (like the touch of clothes,
this area painful? selimut) memberi rasa a blanket) cause pain?
nyeri?

IX. Do you have sudden IX. Apakah anda IX. Do you feel sudden
pain attacks in the area of merasakan di daerah pain attack in the area of
your pain, like electric nyeri serangan pain, like electrocution?
shocks? mendadak, seperti
tersetrum listrik

X. Is cold or heat (bath X. Apakah (air mandi) X. Can (bath water) that
water) in this area yang dingin atau panas is cold or hot cause
occasionally painful? dapat menimbulkan pain ?
rasa nyeri?

XI. Do you suffer from a XI. Apakah anda XI. Do you feel numb or
sensation of numbness in menderita baal (mati insensitive in the area of
the areas that you rasa) pada daerah pain?
marked? nyeri?

XII. Does slight pressure XII. Apakah tekanan XII. Does light pressure
in this area, e.g., with a ringan seperti tekanan such as the touch of a
finger, trigger pain? jari di daerah nyeri , finger on the pain area
menimbulkan rasa trigger pain?
nyeri?

Answering item : Jawaban butir Answering item :


Never- Hardly noticed- pertanyaan: Never- Hardly noticed-
slightly-moderatly- Tidak pernah- hampit mild-moderate-severe-
Strongly- very strongly tidak terasa-sedikit- very severe.
sedang-kuat-sangat kuat

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


50

Hasil perubahan yang dilakukan pada kuesioner adalah :

Ranah Tampilan Kuesioner Nyeri:


Mengacu kepada versi orisinalnya kolom identitas hanya meletakkan
tanggal, nama depan dan belakang. Di Indonesia tidak lazim digunakan nama
depan maupun nama belakang. Pertimbangan kesioner cukup dengan kolom
tanggal, nama pasien dan usia sebagai data yang bermakna pada kolom identitasi
kuesioner nyeri.

Ranah Skala Nyeri :


Pada kuesioner painDETECT butir I hingga III pada seksi 1, sisi kiri atas
lembar kuesioner tidak ada perubahan. Butir –butir tersebut berkaitan dengan
intensitas nyeri yang disertai dengan tampilan skala baik VAS maupun NRS
sebagai pilihan. Tampilan skala tersebut bukan bagian dari skoring kuesioner
painDETECT dalam menapis komponen nyeri neuropatik. Pada penerapannya
ditemukan kendala bagi pasien dalam mengukur intensitas nyeri yang dirasakan
ke dalam skala nyeri. Maka diputuskan untuk menggunakan skala NRS
berdasarkan konsensus nyeri PERDOSSI yang disertai interval skor nyeri seperti :
0 = tidak ada nyeri, 1-3= nyeri ringan, 4-7= nyeri sedang, 8-10 = nyeri berat
sebagai catatan yang bertujuan memudahkan pasien dalam pengisian skala
intensitas nyeri yang dialami.

Ranah pola nyeri yang disertai visualisasi gambaran pola nyeri :


Seksi ke-2 lembar kuesioner, pada sektor ini ditemukan banyak kesulitan
bagi pasien untuk mengidentifikasi pola nyeri yang diderita. Beberapa pasien
menyatakan bahwa tidak satupun dari pola tersebut menggambarkan nyeri yang
dialami.
Pada gambaran pola nyeri yang pertama: “nyeri terus menerus dengan
sedikit fluktuasi”. Tidak semua pasien memahami kalimat dan gambaran yang
ditampilkan. Keragaman tingkat pendidikan serta latar budaya dan asal juga
mempengaruhi pengertian dalam menangkap makna pola yang ditampilkan. Tidak

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


51

sedikit pasien yang mempertanyakan “arti terus-menerus” dan dengan


menambahkan kata “menetap” dengan mudah dapat dipahami bahwa nyeri tidak
hilang.
Pada gambaran pola nyeri yang ke-2 :” Nyeri terus menerus, disertai serangan
nyeri yang meningkat”. Bahkan sudah dalam pendampingan sekalipun tidak sedikit
pasien yang mempertanyakan arti gambaran tersebut. Apabila dijelaskan dengan kalimat
lain sebagai contoh “sesekali diselingi nyeri yang meningkat” kebanyakan pasien
mengartikannya sebagai “nyeri yang hilang timbul”. Dan apabila dijelaskan dengan
kalimat “nyeri menetap disertai serangan-serangan nyeri yang lebih kuat” beberapa
pasien bisa menangkap maksud gambaran tersebut.
Pada gambaran pola nyeri yang ke-3 :”nyeri hilang dan timbul tanpa ada
nyeri diantaranya” cukup dipahami . Pola nyeri ke-4 :” Serangan–serangan nyeri
dengan tetap terasa nyeri diantaranya”. Tidak sedikit pasien yang mempertanyakan arti
pola tersebut dan perbedaannya dengan pola nyeri yang pertama. Maka kembali
dijelaskan secara lisan “Serangan–serangan nyeri diantara rasa nyeri yang ada” dengan
begitu beberapa pasien dapat menangkap makna pola tersebut.

Ranah seksi-3, penjalaran nyeri:


Pada umumnya ranah ini cukup dipahami, namun tidak sedikit yang lupa
menggambarkan penjalaran nyeri yang diderita atau menandai lokasi nyeri. Didapatkan
sekitar 5 responsden yang tidak menandai gambar walaupun pasien menjawab ya atau
tidak pada pertanyaan tentang penjalaran nyeri yang dirasakan. Terkadang pasien
bertanya “ bagaimana caranya saya harus menggambarkan arah itu?”atau “apa yang harus
saya lakukan dalam menandai lokasi nyeri apakah dengan disilang atau dengan gambaran
tanda panah?”

Ranah seksi ke-4, tujuh butir pertanyaan gangguan sensibilitas :


Pertanyaan : Apakah anda merasa kesemutan , rasa seperti ditusuk-tusuk
didaerah nyeri (seperti semut merayap atau tersetrum)? Pada sejumlah pasien
dengan tingkat pendidikan rendah ataupun berasal dari daerah lebih familiar
dengan istilah “kesetrum”. Tanpa harus mengerti arti rasa “kesemutan atau
seperti ditusuk-tusuk” begitu membaca istilah”kesetrum” pernyataan butir ini
dapat dipahami dengan mudah.

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


52

Pertanyaan : Adakah sentuhan ringan (seperti pakaian/selimut) memberi rasa


nyeri?. Kebanyakan pasien memahaminya dengan artian “jika saya nyeri tentunya
saya tidak bisa bergerak memakai pakaian sendiri” Maka diperjelas dengan “
sentuhan pakaian atau sentuhan kain atau selimut dapat mencetuskan rasa
nyeri”
Pertanyaan : Apakah anda menderita baal (mati rasa) pada daerah nyeri?
Dari Cognitive debriefing ditemukan tidak sedikit pasien yang mempertanyakan
“baal” saat secara literal diucapkan ”ba’al” atau “rasa tebal” pasien mampu
memahami pertanyaan yang dimaksud. Maka pada kuesioner dituliskan kata yang
tidak baku agar pasien mampu memahami maksudnya.
Pertanyaan : Apakah tekanan ringan seperti tekanan jari di area sakit ,
menimbulkan rasa nyeri?. Banyak dijumpai pasien yang tidak mengerti istilah
“nyeri sama dengan sakit” maka untuk mempermudah pemahaman dituliskan
“area sakit”
Dari hasil distribusi jawaban subjek pada penelitian ini menggunakan
kuesioner painDETECT didapatkan 43% pola nyeri terbanyak dengan deskripsi :
“nyeri hilang timbul tanpa ada rasa nyeri diantaranya” sedangkan pola nyeri
tertinggi ke-2 (39%) dengan deskripsi” nyeri disertai serangan-serangan nyeri
yang ada” dan 82% mayoritas dilaporkan menderita penjalaran nyeri. Dengan
rerata NRS saat kunjungan, terberat dan rerata dalam 4 minggu terakhir berturut-
turut 5, 6(3-9) dan 5. Rerata lama pengisisan kuesioner sekitar 5 menit (3-8)
sedangkan lama pengisian kuesioner saat retes 2 menit (2-5,5) . Pasien yang
datang ke Poliklinik hanya sebagian kecil yang pernah menkonsumsi obat pereda
nyeri. Jenis obat yang dikonsumsi 20% adalah acetaminofen, 5% golongan
NSAID dan 3% derivat opioid. Untuk status pekerjaan, rerata lama responden
bekerja adalah 10 jam sehari dalam rerata 20 tahun bekerja serta lama keluhan
nyeri yang dialami responden sekitar 24 bulan dalam rentang 4,6 – 96 bulan.

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


53

Gambar 4.1. KUESIONER PAINDETECT VERSI INDONESIA

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


54

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


55

4.2 Karakteristik demografik subjek penelitian

Telah dilakukan penelitian terhadap 150 penderita nyeri kronik yang


datang ke Poliklinik Neurologi RSCM antara Bulan Maret 2014 sampai dengan
Bulan Mei 2014 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Sebaran
karakteristik demografik subjek penelitian diuraikan dalam tabel 4.2.

Tabel 4.2. Karakteristik demografik subjek penelitian

Karakteristik N (%)
Usia (tahun) 50,97±11,16
Usia
18-45 tahun 41 (27,3)
46-60 tahun 83 (55,3)
≥61 tahun 26 (17,3)
Jenis kelamin
Laki-laki 29 (19,3)
Perempuan 121 (80,7)
Pendidikan
Rendah 16 (10,7)
Menengah 115 (76,7)
Tinggi 19 (12,7)
Pekerjaan
Pekerja lapangan 93 (62,0)
Ibu rumah tangga 31 (20,7)
Pekerja kantoran 18 (12,0)
Tidak bekerja 8 (5,3)

Dari 150 subjek penelitian didapatkan mayoritas responden adalah


perempuan (80,7%) dan tingkat pendidikan menengah (76,7%). Didapatkanya
kelompok usia 46-60 tahun sebagai kelompok usia terbanyak (55,3%) dengan
rerata umur responden 50,9 tahun. Dan sebagian besar berstatus sebagai
pekerja lapangan (62,0%).

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


56

4.3 Pemeriksaan menggunakan kuesioner painDETECT dan LANSS

Hasil analisis pemeriksaan kuesioner painDETECT dan LANSS seperti


diuraikan pada tabel 4.3.

Tabel 4.3. Hasil pemeriksaan kuesioner painDETECT dan LANSS

Item yang diteliti N(%)


Total skor pain detect (n=150) 12,5 (2,5-23,5)
Klasifikasi nyeri berdasar pain detect
(n=150):
 Nosiseptif (<12) 75(50,0)
 Campuran (13-18) 42(28,0)
 Neuropatik (19-38) 33(22,0)
Total skor pain detect retes (n=30) 13,5 (2-23)
Klasifikasi nyeri painDETECT retes (n=30):
 Nosiseptif (<12) 12(40,0)
 Campuran (13-18) 12(40,0)
 Neurophatik (19-38) 6(20,0)
Total skor LANSS (n=150) 10 (1-15)
Klasifikasi nyeri berdasar LANSS(n=150)
 Non Neuropatik (skor <12) 127(84,7)
 Neuropatik (skor≥12) 23(15,3)

Klasifikasi nyeri berdasarkan skor painDETECT didapatkan 75 subjek


penelitian (50%) menderita nyeri nosiseptif, 42 subjek (28%) menderita nyeri
campuran dan 33 subjek (22%) nyeri neuropatik. Sama halnya dengan hasil
penelitian menggunakan instrumen LANSS didapatkan 127 subjek (84,7%)
dengan nyeri non neuropatik dan sisanya 23 subjek dengan nyeri neuropatik.
Perbandingan rerata total skor kuesioner painDETECT dengan LANSS
dimana skor painDETECT 12,5 sedangkan skor LANSS adalah 10 menempatkan
kelompok non neuropatik adalah mayoritas kelompok yang ditemukan
dibandingkan kelompok nyeri neuropatik dalam konsep pengukuran yang
sama.

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


57

PainDETECT (n=150)

Nosiseptif (<12)
75 (50 %)
Campuran (13-18)
42 (28 %)
Neuropatik (19-38)
33 (22 %)

Gambar.4.3. Proporsi jenis nyeri berdasarkan skoring kuesioner painDETECT

LANSS (n=150)

Non Neuropatik (<12)


127 (84,7 %)
Neuropatik (skor ≥12)
23 (15,3%)

Gambar.4.4. Proporsi nyeri berdasarkan skoring kuesioner LANSS

4.4 Perbandingan klasifikasi jenis nyeri berdasarkan skor painDETECT


t erhadap etiologi jenis nyeri subjek penelitian.

Pengelompokkan jenis nyeri berdasar tabel. 4.4 didapatkan hasil sebagai


berikut: pada kelompok nyeri nosiseptif didapatkan 34,7% subjek dengan kronik
back pain, 18,7% subjek osteoatritis genu dan 5,3% subjek dengan keluhan
shoulder and arm pain.
Pada kelompok nyeri campuran didapatkan 38,1% radikulopati lumbal,
28% subjek dengan carpal tunnel syndrome, namun berdasarkan skoring
painDETECT menempatkan radikulopati cervical (24,2%) pada nyeri neuropatik.
Pada kelompok nyeri neuropatik didapatkan 18,2% polineuropati DM, 3%
neuralgia trigeminal, namun hasil skoring painDETECT menempatkan neuropati
entrapment 3% subjek pada kelompok nyeri nosiseptif.

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


58

Tabel. 4.4. Etiologi jenis nyeri

Nosiseptif Campuran Neuropatik


(0-12) (13-18) (19-38) Nilai p
A(n=75) B(n=42) C(n=33)
Nyeri Nosiseptif
Back pain kronik 26 (34,7) 6 (14,3) 1 (3,0)
Osteoartritis genu 14 (18,7) 0 (0,0) 0 (0,0)
Shoulder and arm pain 4 (5,3) 0 (0,0) 0 (0,0)

Nyeri Campuran
Radikulopati lumbal 12 (16,0) 16 (38,1) 11 (33,3) <0,001*
Radikulopati cervikal 0 (0,0) 5 (11,9) 8 (24,2)
Carpal tunnel syndrome 18(24) 12(28,6) 6(18,2)

Nyeri Neuropatik
Polineropati Diabetes 0 (0,0) 3 (7,1) 6 (18,2)
Neuralgia trigeminal 0 (0,0) 0 (0,0) 1 (3,0)
Neuropati entrapment 1 (1,3) 0 (0,0) 0 (0,0)

Perbandingan proporsi diuji dengan uji Chi square, perbandingan numerik distribusi normal
dengan uji one way anova, perbandingan numerik berdistribusi tidak normal dengan uji Kruskal-
Wallis.*Post hoc Chi square: A vs B p<0,001; A vs C p<0,001; B vs C p=0,144.

4.5 Validasi Dan Reliabilitas Kuesioner PainDETECT


4.5.1 Validitas kriteria kuesioner skor painDETECT berdasarkan koefisien
korelasi dengan skor LANSS ( standar emas).

Pada perhitungan skor dengan menggunakan kuesioner LANSS dalam


menentukan jenis nyeri, didapatkan perbandingan skor kelompok nosiseptif (=
non neuropatik/NNP) dengan kelompok nyeri campuran (NNP vs NC) serta
perbandingan skor kelompok nosiseptif dengan neuropatik (NNP vs NP) maupun
kelompok campuran dengan kelompok nyeri neuropatik (NC vs NP) dIdapatkan
nilai statistik yang signifikan (Post hoc Mann-Whitney: dengan nilai p<0,001).

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


59

Dimana skor painDETECT pada grup nyeri nosiseptif 8,08 (SD 3,45),
grup nyeri campuran 14,55 (SD 2,38) dan grup nyeri neuropatik 20,57 (SD 1,62)
dengan perhitungan (Post hoc Tamhane dengan nilai p<0,001).
Perhitungan korelasi antara skor kuesioner painDETECT dengan LANSS
secara statistik dengan korelasi pearson didapatkan nilai r=0,820.

Gambar.4.5.1. Korelasi skor painDETECT dengan skor LANSS

4.5.2 Validitas kriteria kuesioner painDETECT berdasarkan nilai


Area Under the Curve (AUC).

Sensitivitas dan spesifisitas berguna untuk memeriksa validasi sewaktu


(kriteria) suatu alat ukur dengan alat ukur yang dianggap standar emas.
Kombinasi keduanya yang optimal ditunjukkan pada kurva ROC, dimana akan
didapatkan nilai AUC.
Semakin luas area ROC makin optimal kombinasi sensitivitas dan
spesifisitas. Namun apabila didapatkan sensitivitas yang tinggi umumnya nilai
spesifisitas akan rendah. Maka dibutuhkan nilai titik potong ideal agar tercapai
nilai sensitivitas instrumen yang cukup tinggi. Sensitifitas digambarkan pada
ordinat Y, sedangkan (1-spesifisitas) digambarkan pada absis x.

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


60

Dari gambar 4.5.2 menunjukkan kurva ROC menjauhi garis 50% dan
mendekati 100%.

Gambar.4.5.2. Kurva ROC

Nilai AUC skor kuesioner painDETECT dibandingkan terhadap skor


LANSS adalah 85,5% (IK95% 0,780-0,930) dengan p<0,001. Dan berdasar
interval kepercayaan (IK), diketahui bahwa nilai AUC skor painDETECT pada
pasien dengan komponen nyeri neuropatik berkisar antara 78 sampai 93%.
Selanjutnya dari kurva ROC dapat ditentukan nilai titik potong, sensitivitas
dan spesifisitas seperti pada tabel di bawah ini.

4.5.3 Penentuan titik potong


Apabila skor instrumen ditujukan sebagai alat ukur penapisan atau
skrining komponen nyeri neuroptik, maka akan dipilih titik potong dengan nilai
sensitivitas yang tinggi.

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


61

Tabel. 4.5.3. Nilai sensitivitas dan spesifisitas dari beberapa kemungkinan


titik potong skor pain detect untuk mendeteksi komponen nyeri neuropatik.
------------------------------------------------------------------------------------
Correctly
Cutpoint Sensitivity Specificity Classified LR+ LR-
-------------------------------------------------------------------------------------
( >= 12 ) 91,30% 52,76% 58,67% 1,9326 0,1648
( >= 13 ) 86,96% 56,69% 61,33% 2,0079 0,2301
( >= 14 ) 86,96% 58,27% 62,67% 2,0837 0,2239
( >= 15 ) 82,61% 67,72% 70,00% 2,5589 0,2568
( >= 16 ) 78,26% 74,02% 74,67% 3,0119 0,2937
( >= 17 ) 78,26% 78,74% 78,67% 3,6812 0,2761
( >= 18 ) 73,91% 83,46% 82,00% 4,4700 0,3126
( >= 19 ) 69,57% 86,61% 84,00% 5,1969 0,3514
( >= 20 ) 56,52% 89,76% 84,67% 5,5217 0,4844
-------------------------------------------------------------------------------------
Dari tabel kemungkinan titik potong diatas (Tabel.4.5.3) didapatkan
kurva titik potong sebagai berikut:

1.200

1.000

0.800

0.600

0.400

0.200

0.000
0

31
2.5

4.5

6.5

8.5

12.5

14.5

16.5

18.5

20.5

22.5

25.5
10.5

Skor pain detect

Sensitivity

Gambar. 4.5.3. Prosedur menentukan titik potong optimal

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


62

Titik potong optimal berada pada angka ≥17, memiliki sensitifitas 78,26%
dan spesifisitas 78,74%. Apabila menggunakan dua titik potong dengan
melibatkan kelompok nyeri campuran ke dalam kelompok nyeri neuropatik
maka didapatkan titik potong ≥13 dengan nilai sensitivitas 86,96% dan
spesifisitas 56,69% sedangkan pada titik potong ≥19 didapatkan hasil
sensitivitas 69,57% dan spesifisitas 86,61%

Tabel .4.5.4. Nilai diagnostik kuesioner painDetect

Neuropatik NonNeuropatik
Total
≥12 <12
Skor painDetect ≥17 18 27 45
<17 5 100 105
23 127 150

Berdasarkan Tabel 2x2 diatas dalam menilai validitas sewaktu (kriteria)


terhadap skor standar emas dengan menggunakan titik potong ≥17, dimana 0-16 =
non neuropatik; 17-38 = neuropatik dengan sensitivitas 78,26% dan spesifisitas
78,74%. Maka dapat diperoleh nilai prediksi/duga positif dan nilai duga negatif
seperti pada tabel di bawah ini :
Tabel.4.5.5. Parameter diagnostik

Parameter dianostik Nilai (IK 95%)


Sensitivitas 78,3 (56,3-92,5)
Spesifisitas 78,7 (70,6-85,5)
Nilai prediksi positif/ NPP 40,0 (25,7-55,7)
Nilai prediksi negatif/ NPN 95,2 (89,2-98,4)
Rasio kemungkinan positif 3,68 (2,47- 5,48)
Rasio kemungkinan negatif 0,276 (0,126-0,603)

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


63

4.6 Uji Reliabilitas


4.6.1 Uji reliabilitas konsistensi internal
Hasil perhitungan uji reliabilitas konsistensi internal antar butir pada skor
total kuesioner painDETECT, untuk keseluruhan butir pertanyaan kuesioner
mencakup ketujuh butir deskriptor sensibilitas selain butir intensitas nyeri (=9
butir pertanyaan). Didapatkan hasil Alpha Cronbach 0,710.

4.6.2 Reliabilitas tes retes kuesioner painDETECT


Dalam penelitian ini dilakukan retes terhadap 30 subsampel penderita nyeri
kronik menggunakan kuesioner painDETECT dalam waktu 24-48 jam. Selama
pengisian ulang kuesioner tersebut tiap responden didampingi dan dievaluasi.
Hubungan antara hasil survei pertama dengan survei ke-2 pengisian kuesioner
painDETECT di jelaskan dalam diagram di bawah ini.

8
Difference

-5
2.5 25
Average

Gambar 4.6. Bland-Altman korelasi antara skor total painDETECT


dengan skor total painDETECT tes retes.

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


64

Stabilitas overtime dinilai dengan perhitungan koefisien korelasi interklas


(= ICC). Rerata total skor painDETECT (n=150) adalah 12,5 (2,5-23,5) sedangkan
rerata total skor painDETECT retes (n=30) adalah 13,5 (2-2,3).
ICC antara kedua skor berdasarkan Limits of agreement: -4,086 to 5,286;
rerata selisih: 0,600 (IK95% -0,275- 1,475). Memberi hasil ICC 0,960 (0,915-
0,981). Dikatakan suatu alat ukur memiliki stabilitas memadai apabila ICC>0,5
dan memiliki stabilitas tinggi apabila ICC>0,8.

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


65

BAB 5
PEMBAHASAN

5.1 Validasi transkultural kuesioner painDETECT


Proses validasi dalam penelitian ini salah satunya adalah validasi
transkultural berdasarkan kaidah ISPOR. Kuesioner painDETECT sendiri telah
valid secara isi maupun konstruksi berdasarkan penelitian yang telah diterapkan
pada 8.000 penderita nyeri punggung bawah kronik di Jerman pada tahun 2006
oleh Freynhagen dkk. Dan melalui uji validasi prospektif multisenter pada 411
responden. 14,16,60
Instrumen ini merupakan kuesioner murni tanpa pemeriksaan fisik yang
melibatkan klinisi dalam penerapannya. Dan memiliki sensitivitas dan spesifisitas
yang lebih tinggi dibandingkan kuesioner murni lainnya seperti ID Pain.
Pemilihan metode ISPOR dalam penelitian ini dikarenakan kuesioner versi
orisinal menggunakan kaidah tersebut. Kuesioner painDETECT di validasi di
Jerman, di mana kaidah ISPOR sudah sangat umum digunakan di Eropa.
Informed concent pihak Farmasi Jerman sebagai pemegang hak cipta kuesioner
inipun menyarankan agar penelitian validasi transkultural memenuhi kaidah
ISPOR.
Dari satu sisi, metode transkultural WHO lebih sederhana dan praktis
dibandingkan metode ISPOR. Namun di sisi lain langkah dari metode ISPOR ini
merincikan tahapan yang perlu dilalui dalam uji validasi dan bersifat lebih
sistematis.
Studi transkultural menekankan kepada aspek perbedaan latar belakang
budaya dan bahasa. Penerapan kuesioner disesuaikan dengan karakteristik
masyarakat setempat tanpa mengubah makna pengukuran dari kuesioner
tersebut.

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


66

Belum familiarnya istilah VAS atau NRS serta visualisasi gambaran pola
nyeri seperti yang terdapat pada kuesioner ini di masyarakat, membuat pengisisan
instrumen ini harus dalam pendampingan. Hasil pengkajian pengisian instrumen
tidak didapatkan satupun butir pertanyaan yang tidak terjawab. Hanya sekitar 5
responsen yang tidak menggambarkan arah penjalaran nyeri atau memberi tanda
daerah nyeri dalam kuesioner. Namun menjawab pertanyaan ada tidaknya
penjalaran nyeri yang dialami. Dua diantaranya dengan nyeri neuropatik dan 3
lainnya dengan nyeri campuran.
Pada studi transkultural versi Belanda dari 60 responden, 21 diantaranya
tidak menandai lokasi atau penjalaran nyeri. Lima subjek (12%) tidak menjawab
ada tidaknya penjalaran nyeri, dan 1 pasien tidak mengisi jawaban gambaran pola
nyeri dikarenakan tidak ada gambaran yang sesuai dengan pola nyeri yang
dirasakannya saat itu. Sama halnya dengan penelitian ini namun beberapa
responden ada yang mengisinya dengan tanda silang, pada versi Belanda tidak
sedikit pasien yang mempertanyakan “bagaimana saya harus mengisi kuesioner
ini dengan cara melingkari jawaban atau mencentangnya?”16 sedangkan versi
Spanyol sebanyak 20% responden tidak mengisi gambaran arah penjalaran.15
Sektor terbesar yang banyak dijumpai kendala dalam pengisian kuesioner
ini adalah pola nyeri berbentuk visual. Penderita sulit memahami pola nyeri
kronik yang mereka alami. Hal ini dapat saja dikarenakan intrumen ini didisain
bagi penderita nyeri punggung bawah kronik yang lebih spesifik mampu
mengenali pola nyeri khususnya dalam menapis komponen nyeri neuropatik yang
diderita dibandingkan pasien dengan nyeri kronik secara umum. Sama halnya
dengan validasi adaptasi lingual pada versi Turki dan Spanyol. Sektor tersulit
bagi kedua penelitian itupun adalah pengisian pola nyeri pada kuesioner.
Sebanyak 33,3% responden pada penelitian versi Turki menderita pola
nyeri dengan deskripsi “serangan-serangan nyeri diantara nyeri yang ada” sebagai
pola nyeri terbanyak.17 Pada versi Spanyol pola terbanyak 35,8% dengan deskripsi
“nyeri menetap trus menerus dengan sedikirt fluktuasi” dan 34,4% dengan pola
“nyeri menetap disertai serangan-serangan nyeri yang lebih kuat” 15

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


67

Penilaian kelayakan sebuah intrumen dilihat dari tingkat kesulitan pasien


dalam menjawab kuesioner. Namun apabila semua butir pertanyaan dijawab
dengan lengkap maka kuesioner itu dikatakan cukup feasible/ layak.
Dari penelitian ini didapatkan kendala pemahaman bahasa serta konten
pertanyaan berdasarkan perbedaan dan keragaman budaya maupun latar belakang
pendidikan dan kebiasaan. Maka pada beberapa butir pertanyaan diperlukan
penggantian kalimat, kata maupun cara penulisan agar pasien dapat
memahaminya dengan mudah. Ada beberapa kalimat pertanyaan kuesioner yang
kami biarkan tidak baku semata hanya untuk memudahkan tanpa mengubah
makna.
Sama halnya dengan validasi suatu instrumen kesehatan di Amerika
Serikat berupa kuesioner Consumer Asessment of Healthcare Providers And
System (CAHPS) dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Spanyol. Dimana bahasa
yang digunakan dalam kuesioner tersebut adalah bahasa yang tidak baku namun
dapat dimengerti oleh para pengguna bahasa tersebut tanpa melihat latar belakang
etnis maupun budaya dengan sasaran agar mudah dipahami secara luas. 57-59

5.2 Karakteristik demografik subjek penelitian


Membandingkan data demografik pada penelitian ini dengan versi Turki
dan Spanyol sebagai data tambahan didapatkan responden terbanyak adalah
perempuan 52,91% (Turki) dan 57,91% (Spanyol).15,17 Sama halnya dengan
penelitian ini didapatkan mayoritas adalah perempuan (80,7%).
Untuk tingkat pendidikan terbanyak pada penelitian ini 76,7% adalah
tingkat pendidikan menengah. Pada versi Spanyol 34,4% tingkat pendidikan
primer (dasar) dan 33,9% tingkat pendidikan sekunder (menengah) sedangkan
dominasi 65% tingkat pendidikan primer pada versi Turki.15,17
Kelompok usia 46-60 tahun merupakan kelompok usia terbanyak pada
penelitian ini sedangkan kelompok usia terbanyak pada rentang usia 56-61 tahun
pada versi Spanyol dan 52-58 tahun pada versi Turki.15,17
Pengelompokkan status pekerjaan dalam penelitian ini didominasi oleh
62% pekerja lapangan. Pada versi Spanyol 28,5% pensiunan merupakan
kelompok status pekerjaan terbanyak dan 25,8% pekerja rumahan merupakan

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


68

kelompok terbanyak ke-2. Pada versi Turki didominasi oleh 37,9% pekerja
rumahan dan 26,3% pensiunan.15,17

5.3 Klasifikasi jenis nyeri berdasarkan skor painDETECT terhadap etiologi


nyeri subjek penelitian
Dari Tabel.4.4. di atas pengelompokkan etiologi nyeri berdasarkan skor
painDETECT pada kelompok jenis nyeri nosiseptif didapatkan 34,7% back pain
kronik, 18,7% osteoatritis genu dan 5,3% shoulder and arm pain. Hal ini dapat
sesuai dengan patofisiologi nyeri nosiseptif.
Pada kelompok jenis nyeri campuran didapatkan 38,1% radikulopati
lumbal, 28,6% carpal tunnel syndrome dan 11,9% radikulopati cervical dimana
skoring painDETECT menempatkan juga radikulopati cervical sebagai jenis
nyeri neuropatik terbanyak (24,2%).
Selanjutnya pada kelompok jenis nyeri neuropatik didapatkan 18,2%,
polineuropati diabetes, 3% neuralgia trigeminal dan 3% neuropati entrapment
secara patofisiologis. Namun secara skoring painDETECT, neuropati entrapment
ditempatkan pada jenis nyeri nosiseptif sedangkan radikulopati lumbal
ditempatkan sebagai jenis nyeri neuropatik terbanyak berdasarkan skoring
paindDetect (33,3%).
Temuan dalam penelitian ini mengambarkan ketidaksesuaian
patofisiologis jenis nyeri dengan skoring yang dihasilkan dari klasifikasi nyeri
painDETECT. Hal ini dapat terjadi dikarenakan neuropati entrapment sama
halnya dengan carpal tunnel syndrome, etiologi dapat juga berupa proses
inflamasi struktur di sekitar jaringan saraf sehingga gambaran klinis yang
dominan pada fase awal berupa nyeri nosiseptif. Begitu juga halnya pada nyeri
campuran yang sangat sulit menentukan batasan antara komponen nyeri
neuropatik dan non neuropatik. Dimana dominasi nyeri kronik pada radikulopati
lumbal bermanifestasi menjadi nyeri neuropatik. Atas dasar inilah diperlukannya
penunjang yang lebih spesifik sebagai pembuktian seperti pemeriksaan
Ultrasonografi selain pemeriksaan kecepatan hantar saraf.

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


69

Tidak lupa mempertimbangkan bahwa pengisian kuesioner nyeri bersifat


subjektif dan berdasarkan versi aslinya, kuesioner ini diperuntukkan spesifik bagi
penderita dengan keluhan nyeri punggung bawah kronik dengan prevalensi
nyeri neuropatik yang besar.
Menilik kembali pada data dasar pengisian kuesioner baik painDETECT
maupun LANSS didapatkan skor pengisian berturut-turut 12 dan 10 dimana kedua
instrumen mengklasifikasikan neuropati entrapment ke dalam jenis nyeri
nosiseptif. Hal ini menandakan kedua instrumen berjalan linier dalam konsep
pengukuran yang sama.

5.4 Validasi Dan Reliabilitas Kuesioner painDETECT


5.4.1 Validitas kriteria kuesioner painDETECT berdasarkan koefisien
korelasi dengan skor LANSS .

Pada penelitian ini perhitungan secara statistik menggunakan korelasi


pearson koefisien dengan skor LANSS didapatkan nilai r=0,820. Yang
bermakna 82% komponen ukur LANSS ada pada painDETECT. Dan korelasi
skor painDETECT dengan skor LANSS yang dianggap sebagai instrumen standar
emas secara signifikan tinggi.
Dibandingkan dengan hasil penelitian yang serupa. Versi Turki korelasi
pearson skor painDETECT dengan LANSS didapatkan nilai r=0,89 dengan
p<0,001, sedangkan versi Spanyol didapatkan nilai r=0,84.55,56
Nilai r tersebut dalam rentang 0,81-0,90 mempunyai interpretasi tinggi.

5.4.2 Validitas kriteria kuesioner painDETECT berdasarkan nilai Area


Under the Curve (AUC) dan titik potong.
Dari gambaran kurva ROC diatas menunjukkan bahwa skor painDETECT
memiliki nilai diagnostik yang cukup baik dalam menapis komponen nyeri
neuropatik karena kurva ROC menjauhi garis 50% mendekati garis 100%.
Berdasar analisis statistik pada penelitian ini didapatkan sensitivitas 78,3%
dan spesifisitas 78,7%. Dengan nilai AUC 85,5%(IK95% 0,780-0,930) , p<0,001,
tergolong cukup baik.

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


70

Nilai AUC sebesar 85,5% artinya apabila skor painDETECT digunakan


untuk menapis komponen nyeri neuropatik pada 100 orang pasien maka
didapatkan kesimpulan yang tepat pada sekitar 85 pasien.
Mengacu pada kuesioner painDETECT versi orisinal studi Freynhagen
dkk. pada populasi nyeri punggung bawah kronik didapatkan sensitivitas dan
spesifitas serta nilai duga positif sebesar 85%, 80% dan 83% secara berurutan
dengan nilai AUC 91%. Pada penelitian tersebut digunakan dua titik potong
untuk menapis komponen nyeri neuropatik yaitu ≤12 dengan nilai duga negatif
85% dan ≥19 dengan NPP 90%.14
Dari penelitian versi Spanyol yang serupa dengan penelitian yang kami
lakukan pada nyeri kronik secara umum, apabila mengunakan 2 titik potong
seperti pada versi orisinal, pada angka ≤12 didapatkan likelihood ratio(LR) atau
rasio kemungkinan positif 85% bukan neuropatik (NPN 80%) sedangkan ≥19 LR
90% neuropatk (NPP 92%). Analisis tersebut hanya pada penilaian antara grup
nyeri neuropatik dengan grup non neuropatik. Nilai AUC 87,9%(IK95% 0,820-
0,937), p<0,001. Apabila melibatkan grup nyeri campuran ke dalam grup
neuropatik didapatkan titik potong ≤15 dengan nilai sensitivitas 83,7%,
spesifisitas 78,3% dan NPP 90%. Maka dicari titik potong optimal tanpa
melibatkan kelompok nyeri campuran pada angka ≤17 sebagai titik potong
tunggal sehingga didapatkan nilai sensitivitas dan spesifisitas sebesar 81,2%
untuk keduanya.15
Pada penelitian versi Turki tanpa melibatkan grup nyeri campuran
menggunakan 2 titik potong versi orisinal dengan titik potong ≤12 didapatkan
sensitivitas, spesifisitas dan NPP berurutan 90%, 67,5% dan 87%. Bila
menggunakan titik potong ≥19 didapatkan sensitivitas, spesifisitas dan NPP
berurutan 77,5%, 82,5%, 82%. Maka dicari titik potong optimal tanpa melibatkan
kelompok nyeri campuran pada angka ≤17 sebagai titik potong tunggal sehingga
didapatkan nilai sensitivitas dan spesifisitas sebesar 81,3% dan 80%. Dengan
nilai AUC 89%. Apabila melibatkan grup nyeri campuran ke dalam grup
neuropatik didapatkan titik potong ≤14 dengan nilai sensitivitas dan spesifisitas
sebesar 79,4% dan 75%.17

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


71

Pada penelitian ini apabila melibatkan kelompok nyeri campuran ke dalam


grup neuropatik maka didapatkan titik potong ≥13 dengan nilai sensitivitas
86,96% dan spesifisitas 56,69% sedangkan pada titik potong ≥19 didapatkan
nilai sensitivitas 69,57% dan spesifisitas 86,61%
Pada penelitian ini nilai titik potong tunggal yang dianggap optimal
sebagai instrumen penapisan komponen nyeri neuroptik yaitu <17 sebagai batasan
nyeri non neuropatik dan ≥17 sebagai batasan nyeri neuropatik sehingga memiliki
sensitifitas 78,26% dan spesifisitas 78,74% berdasarkan LANSS sebagai standar
emas penapisan.
Tabel. 5.4.2. Perbandingan titik potong berbagai studi validasi

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


72

5.4.3 Uji reliabilitas kuesioner painDETECT

Pada penelitian ini, hasil perhitungan uji reliabilitas konsistensi internal


pada keseluruhan butir instrumen didapatkan nilai Alpha Cronbach 0,710.
Hampir serupa dengan penelitian yang dilakukan Jepang yang memiliki nilai
Alpha Cronbach 0,78.18
Dari penelitian versi Spanyol didapatkan konsistensi internal pada
keseluruhan butir kuesioner painDETECT Alpha Cronbach sebesar 0,86. Pada
versi Turki didapatkan Alpha Cronbach sebesar 0,81. Nilai tersebut dalam interval
0,600-0,799 bermakna memiliki tingkat reliabilitas tinggi .15,17

5.4.4 Pengukuran tes retes realibilitas.

Pada penelitian ini dilakukan tes retes pada 30 subsampel dalam kurun
waktu 24-48 jam, didapatkan rerata total skor painDETECT (n=150) adalah 12,5
(2,5-23,5) sedangkan rerata total skor painDETECT retes (n=30) adalah 13,5 (2-
2,3). Perhitungan korelasi tes retes realibilitas pada penelitian ini adalah 0,96.
Pada penelitian versi Turki didapatkan rerata skor total painDETECT
16,33 ( SD 8,35) dan 15,9 (SD 8,17) pada skor retes. Dan tes retes realibilitas
didapatkan perhitungan ICC 0,98. 17
Sedangkan Stabilitas overtime versi Spanyol pada 26 subsample
didapatkan rerata skor total painDETECT 14,3 (SD 9,2) dan 13,5 (SD 9,0) pada
skor retes. Pada tes retes realibilitas didapatkan ICC 0,93. 15
Pada penelitian versi Jepang melibatkan 16 subsampel retes dalam kurun
waktu 23 hari di dapatkan skor total painDETECT 20,4 (SD 7,7) dan 20,2 (SD
7,2) pada skor retes. Didapatkan ICC hubungan kedua skor adalah 0,94.18
Dikatakan suatu alat ukur memiliki stabilitas memadai apabila ICC>0,5
dan memiliki stabilitas tinggi apabila ICC>0,8.55,56

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


73

Mengacu pada penelitian yang dilakukan Freynhagen pada tahun 2006 di


Jerman. Versi orisinal tidak melakukan tes retes pada kuesioner painDETECT
dikarenakan alasan etika. Menginterupsi pemberian obat pada penderita nyeri
punggung bawah kronik dianggap scientific injustified. Nyeri dianggap bersifat
subjektif dan cenderung berubah maka koefisien stabilitas tes retes dianggap
memliki keterbatasan dalam penilaian nyeri.14
Namun setelah penelitian besar terhadap nyeri punggung bawah tersebut
dilakukan, menyusul penelitian analisis retrospektif tes retes reliabilitas yang
melibatkan 94 pasien dengan kriteria nyeri punggung bawah lebih dari 6 bulan,
dan intensitas nyeri diantara kunjungan kurang dari skala 5 NRS.
Retes dilakukan dalam rentang 7-21 hari dengan rerata 15 hari didapatkan
hasil ICC antar butir berkisar 0,65-0,80 sedangkan ICC painDETECT skor adalah
0,87. Penelitian tersebut dianggap valid dan reliabel serta dapat digunakan sebagai
instrumen follow up pasien.

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


74

BAB 6
SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan
Dari penelitian ini didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Instrumen penapisan komponen nyeri neuropatik painDETECT versi
Indonesia telah terbukti valid menurut kaidah validasi transkultural ISPOR.
2. Instrumen penapisan komponen nyeri neuropatik painDETECT versi
Indonesia memiliki korelasi yang tinggi terhadap instrumen LANSS yang
dianggap standar emas penapisan komponen neuropatik.
3. Instrumen penapisan komponen nyeri neuropatik painDETECT versi
Indonesia telah terbukti reliabel dengan menggunakan tes retes
4. Didapatkannya titik potong optimal ≥17 dalam menapis komponen nyeri
neuropatik dan memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang baik.

6.2 Saran
Dari penelitian ini disarankan hal-hal sebagai berikut :
1. Penelitian ini dapat dilanjutkan pada penderita nyeri punggung bawah kronik
maupun beberapa kasus nyeri kronik lain dengan mempertimbangkan
keterbatasan instrumen. Sebagai terapan penggunaan instrumen yang telah
divalidasi dalam menapis komponen nyeri neuropatik.
2. Penelitian instrumen ini dapat dilanjutkan dengan melibatkan perawat dalam
uji reliabilitas inter rater
3. Mempublikasikan painDETECT kuesioner versi Indonesia
4. Instrumen ini dapat digunakan sebagai instrumen tambahan sebagai alat
skrining pada kegiatan praktek sehari-hari.

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


75

DAFTAR PUSTAKA

1. Merskey H, Bogduk N, Bond RM, Bonica JJ, Boyd DB, Carmon A, et al.
IASP task force in taxonomy pain terms: classification of chronic pain
syndromes and definitions of pain terms. 2nd ed. Seattle : IASP Press;
1994:206-13.
2. Dutta D, Saswata B, Chinmoy R, Gautam D. Measurement of prevalence
of major depressive syndrome among Indian patients attending pain clinic
with chronic pain using PHQ-9 scale. Journal of Anaesthesiology Clinical
Pharmacology.2013; 29: 76-82.
3. Johannes CB, Le TK, Zhou X, Johnston JA, Dworkin RH. The prevalence
of chronic pain in United States adults: results of an Internet-based survei.
J. Pain. 2010; 11(11):1230-9
4. Sakakibara T, Wang Z, Paholpak P, Kosuwon W, Oo M, Kasai Y. A
comparison of chronic pain prevalence in Japan, Thailand and Myanmar.
Pain Physician. 2013; 16(6):603-8.
5. Yeo NS, Tay KH. Pain Prevalence in Singapore. Ann Acad Med
Singapore. 2009;38:937-42
6. Lu H, Javier F. Prevalence and treatment of chronic pain in the
Philippines. Med J. 2011; 49: 61-9.
7. Purba JS. Kelompok Studi Nyeri PERDOSSI. Dalam: Meliala L,
Suryamiharja A, Purba JS, Anggraina SH, (eds). Aspek Psikologi dan
nyeri psikologis nyeri neuropatik; patofisiologi dan penanganan; 2002
8. Torrance N, Smith BH, Bennett MI, Lee AJ. The epidemiology of chronic
pain of predominantly neuropathic origin.: results from a general
population survei. J Pain. 2006;7:281–9
9. Bouhassira D, Lantéri-Minet M, Attal N, Laurent B. The specific
disease burden of neuropathic pain: results of a French nationwide survei.
J. Pain. 2011;152:2836–43
10. Gilron I, Watson CP, Cahill CM. Neuropathic pain: apractical guide for
the clinician. CMAj. 2006;175:265–275.

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


76

11. Gureje O, Von Korff M, Simon GE. Persistent pain and well-being: a
World Health Organization study in primary care. JAMA. 1998;280:147–
151
12. Jost L, Roila F. Management of cancer pain: ESMO clinical
recommendations on behalf of the ESMO Guidelines Working Group.
Ann Oncol. 2008;19:ii119–ii121.
13. Breivik H, Collett B, Ventafridda V, Cohen R, Gallacher D. Survei
of Chronic Pain in Europe: Prevalence, impact on daily life, and
treatment. Eur J Pain. 2006; 10(4):287.
14. Freynhagen R, Baron R, Gockel U. painDETECT: a new screening
questionnaire to identify neuropathic components in patients with back
pain. Current Med Res Opin. 2006;22: 1911–1920
15. De Andres J, Cajaraville PJ, Alarcom L. Cultural adaptation and validation
of the painDETECT scale into Spanish. Clin J Pain 2012;28:243-53.
16. Timmerman H, Wolff AP, Schreyer T. Crosscultural adaptation to the
Dutch language of the PainDETECT- Questionnaire. Pain Pract
2013;13:206-14.
17. Alkan H, Ardic F et all Turkish Version of the painDETECT questionnaire
in the assessment of neuropathic pain: A Validity and Reliability Study. J
Pain.2013:1-10.
18. Matsubayashi Y, Takeshita K, Sumitani M, Oshima Y, Tonosu J, et al.
(2013) Validity and Reliability of the Japanese Version of the
painDETECT Questionnaire: A Multicenter Observational Study. PLoS
ONE.2013; 8(9): e68011
19. Jensen TS, Baron R, Haanpää M, Kalso E, Loeser JD. A new definition of
neuropathic pain. J. Pain. 2011;152: 2204-2205.
20. Smith TE, Chong MS. Classification of chronic pain. Descriptions of
chronic pain syndromes and definitions of pain terms. Prepared by the
International Association for the Study of Pain. J Pain. 1986;3:S1-22
21. Basbaum AI, Bautista DM, Gregory S. Cellular and molecular mechanism
of pain. Cell. 2009 ;139(2): 267–284

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


77

22. Byers M.R., Bonica J. J., Peripheral Pain Mechanisms and


Nociceptor Plasticity. In: Loeser JD et al eds) Bonica’s Management
of Pain. Lippincott William & Wilkins .Philadelphia. 2001: 27-72
23. Devor M, Seltzer. Pathophysiology of damaged nerves in relation to
chronic pain. In: Wall PD, Melzack R, eds. Wall and Melzack Textbook of
Pain.4th ed. Edinburg, UK: Churchill Livingstone; 1999: 129-164.
24. Baron R, Binder A, Wasner G. Neurophatic pain: Diagnosis,
pathophysiological machanisms and treatment. Lancet Neurol .
2010;9(8):807-19
25. Basbaum Al, Field HL. Endogenous pain control mechanisms: review and
hypothesis. Ann Neurol 1978; 4: 451-462
26. Fields HL, Basbaum Al. Central nervous system mechanisms of pain
modulation. In : Textbox of pain. Edited by: Wall PD, Melzack R. M
Edinburgh: Churchill Livingstone; 1994: 243-57

27. Haanpaa M, attal N, Backonja M, et al. NeuPSIG guidelines on


neuropathic pain assessment. Pain 2011;152:14-27

28. DeLeoJA, Yezierski RP. The role of neuroinflammation and neuroimmune


activation in persistent pain. Pain 2001; 90: 1-6
29. Herrero JF, Laird JM, Lopez-Garcia JA. Wind-up of spinal cord neurones
and pain sensation: much ado about something? Progress in Neurobiology.
2000;61:169–203
30. Deyo RA. Non-operative treatment of low back disorders. In: Frymoyer
JW (Ed.). The Aldult Spine: Principles and Practice. New York, NY:
Raven Press, 1991.

31. DeLeo JA, Sorkin LS, Watkins LR. Immune and Glial Regulation of Pain.
J.Pain. 2001;9: 207-18
32. Leung L, Cahill CM. TNFα and neurophatic pain : a review. J of
Neuroinflamation. 2010;7:27
33. Pasero C. Pain management nursing: pathophysiology of neurophatic pain.
J.Pain. 2004;5(4):3-8
34. Moalem G, Tracey DJ. Immune and inflammatory mechanism in
neurophatic pain. Brain Res. 2006;51: 240-64

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


78

35. Dworkin R. An overview of neurophatic pain : syndromes, symptomps,


sign dan several mechanisms. Clin J Pain. 2002;18(6):343-9
36. Woolf CJ, Mannion RJ. Neurophatic pain : aetiology, symptoms,
mechanism and management. Lancet.1999;353:1954-64
37. Cruccu G, Sommer C, Fermanian J, et at. EFNS guidelines on neuropathic
pain assessment: Revised 2009. Eur J Neurol 2010;17:1010-8
38. Portenoy RK, Tanner RM. Pain management: theory and practice visual
analog scale and verbal pain intensity scale. New York. Oxford University
Press;1996.
39. McCaffery M, Pasero C. Pain clinical manual : numeric pain rating scale.
St. Louis. Mosby Press. 1999:16
40. Kaplan HI, Saddock BJ. mood disorder. In Synopsis of Psychiatric
Behavioral Science, Clinical Psychiatric. 7th ed.: Baltimore : Williams &
Wilkins; 1994. p. 539-552; 568-571.
41. Amir N. Gangguan Mood. In Depresi : aspek neurobiologi diagnosis
dan tatalaksana. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2005. p. 5-22.
42. Association AP. mood disorder. In Diagnostic and Statistical Manual
of Mental Disorder DSM-IV-TR. Washington: American Psychiatric
Association; 2000: 345-356
43. Newport DJ, Nemeroff CB. Assesment and treatment of depression
in the cancer patient. In.: J Psychosom; 1998. p. 215-237
44. Stefanis C. Diagnosis of Depressive Disorders: A Review. In
Evidence and Experience in Psychiatric. England: John Wiley & Sons;
2002. p. 1-51.
45. Currie RS, Wang JL. Chronic back pain and major depression in the
general Canadian population. J.Pain. 2003;54-60
46. Martha MC, Castrol, Daltro C. Sleep patterns and symptoms of anxiety
and depression in patients with chronic pain. Arq. Neuro-Psiquiatr.
2009;67.

47. Baer L, Blais MA. Handbook of: Clnical rating scales and assessment in
psychiatry and mental health. New York: Humana Press;2010:7-70

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


79

48. Cruccu1 G, Truini A. Tools for Assessing Neuropathic Pain. PLoS ONE.
2009: 6(4): e1000045
49. Hanpaa ML, Backonja, MM, Bennet MI, et al. Assessment of neuropathic
pain primary care. Am J Med 2009;122:13-21
50. Bennett MI, Attal N, Backonja MM, Baron R, Bouhassira D, et al. Using
screening tools to identify neuropathic pain. Pain. 2007;127:199–203.
51. Bennett MI. The LANSS Pain Scale: The Leeds Assessment of
Neuropathic Symptoms and Signs. Pain. 2001;92:147–157
52. Portenoy R. Development and testing of a neuropathic pain screening
questionnaire: ID Pain. Curr Med Res Opin. 2006;22:1555–1565.
53. Roy T, Gosh S. Screening and measurement tools for neuropathic pain:
their role in clinical research and practice. Int. J. Pharm. Sci. Rev. Res.
2010;21(2): 97-107
54. Üçeyler N, Somme C. Neuropathic Pain Assessment – An Overview of
Existing Guidelines and Discussion Points for the Future. European
Neurological Review. 2011;6(2):128–31
55. Azwar S. Reliabilitas dan validitas. Jogjakarta. Pustaka pelajar. 2008
56. Mukhtar Z, Haryuna SH, Effendy E. Desain penelitian klinis dan
statistika kedokteran. Medan. USU Press;2011
57. Flaherty JA, Gaviria FM, Pathak D. Developing instruments for cross-
cultural psychiatric research. J Nerv Ment Dis. 1988;176:257–63
58. Guillemin F, Bombardier C, Beaton D. Cross-cultural adaptation of health-
related quality of life measures: literature review and proposed
guidelines.J Clin Epidemiol. 1993;46:1417–32
59. Beaton DE, Bombardier C, Guillemin F, Ferraz MB.Guidelines for the
process of cross-cultural adaptation ofself-report measures.Spine.
2000;25:3186–91
60. Wild D, Grove A, Martin M. Principles of good practice for the translation
and cultural adaptation process for patient-reported outcomes (PRO)
measures: report of the ISPOR task force for translation and cultural
adaptation.value health. 2005;8:94–104

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


80

61. Nunnally JC, Bernstein IH. Psychometric Theory. 3rd ed. NewYork:
McGraw-Hill; 1994.

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


59

Lampiran 1

Persetujuan komite etik

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


82

Lampiran 2

LEMBAR INFORMASI SUBJEK PENELITIAN


Peneliti Utama : dr. Karolina Margareta *
Peneliti Lain : dr.Manfaluthy Hakim, SpS(K)**
dr. Moh. Kurniawan,Sp.S,FICA**
Dr. dr. Herqutanto, MPH,MARS***
Alamat : Departemen Neurologi FKUI/RSUPN dr.Cipto Mangunkusumo
Jl. Salemba 6, Jakarta Pusat
Telepon : 021-31935044

Bapak/Ibu Yth,
Saat ini kami dari Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
/RSUPN dr.Cipto Mangunkusumo sedang melakukan penelitian mengenai :

Uji Validasi dan Reliabilitas PainDETECT Kuesioner Versi Indonesia Untuk


Mengidentifikasi Komponen Nyeri Neuropatik

Penjelasan kepada calon peserta penelitian

Tim peneliti dari Departemen Saraf FKUI/RSCM sedang meneliti instrumen berupa
kuesioner untuk mengidentifikasi komponen nyeri neuropatik. Gangguan sensibilitas
komponen neuropatik seperti rasa terbakar, baal atau rasa kebal, kesetrum, rasa
kesemutan, tersayat, menusuk maupun menikam sering menyertai keluhan penderita nyeri
kronik.

Instrumen ini harus diuji validasi dan reliabilitas sebelum dapat digunakan secara luas di
Indonesia. Anda diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian ini karena berusia >18
tahun, menderita nyeri >3bulan dan mengeluhkan nyeri dengan intensitas skala 3 ke atas
dan dianggap memberi dampak pada kehidupan keseharian akibat nyeri kronik yang
dialami.

Partisipasi Anda bersifat sukarela, dalam arti Anda bebas untuk turut serta atau
menolaknya. Penelitian ini berupa wawancara disertai pemeriksaan fisik untuk menunjang
penelitian.

Jika Anda tidak memahami apa yang Anda baca, jangan menandatangani formulir ini.
Mohon menanyakan kepada staf peneliti apapun yang tidak Anda pahami, termasuk
istilah-istilah medis. Anda dapat meminta formulir ini dibacakan oleh peneliti. Bila Anda
bersedia untuk berpartisipasi, Anda diminta menandatangani formulir ini dan salinannya
akan diberikan kepada Anda.

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


83

Apa tujuan penelitian ini?


Tujuan penelitian ini adalah untuk validasi dan uji reliabilitas instrumen nyeri neuropatik
ke dalam bahasa Indonesia agar dapat mendeteksi komponen jenis nyeri kronik yang
diderita baik neuropatik, seperti rasa terbakar, kesemutan yang terabaikan maupun non-
neuropatik agar dapat diberikan pengobatan yang tepat dan sesuai dengan jenis nyeri
kronik yang Anda alami. Singkatnya sebagai alat evaluasi pemberian tatalaksana nyeri
yang kemungkinan selama ini , kronisitas yang Anda alami akibat dari tatalaksana yang
tidak sesuai.
Mengapa saya diminta untuk berpartisipasi?
Anda diminta berpartisipasi karena Anda memenuhi kriteria inklusi, yaitu berusia >18
tahun, menderita nyeri >3bulan dan mengeluhkan nyeri dengan intensitas 3 ke atas.

Apa yang harus saya lakukan?


Anda diminta mengisi data identifikasi dengan riwayat penyakit lain jika ada dan
menjawab pertanyaan-pertanyaan 3 kuesioner instrumen mengenai nyeri dan bersedia
dilakukan pemeriksaan fisik

Apa yang terjadi bilamana saya memutuskan tidak ikut dalam penelitian ini?
Jika Anda menolak berpartisipasi, anak Anda tidak akan kehilangan akses apapun
terhadap pelayanan kesehatan saat ini maupun di masa akan datang.

Bagaimana dengan kerahasiaan data dalam penelitian?


Peneliti dan staf akan menyimpan informasi tentang Anda dengan rahasia.

Siapa yang dapat saya hubungi bila mempunyai pertanyaan, keluhan, atau bertanya
tentang hak-hak saya sebagai subjek penelitian?
Bapak/ ibu berhak untuk menanyakan semua hal yang belum jelas sehubungan dengan
penelitian ini. Jika dibutuhkan penjelasan lebih lanjut dapat menghubungi dr. Karolina
Marareta, Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia / Rumah
Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Nomor telpon yang dapat
dihubungi: 0818991750

Bila Bapak/ibu telah memahami isi lembar informasi ini dan bersedia diikutsertakan
dalam penelitian ini, Bapak/ibu dapat menandatangani lembar persetujuan mengikuti
penelitian
Terima kasih
Hormat saya,
Jakarta , 2014

dr. Karolina Margareta

*Dokter yang sedang mengambil Pendidikan Program Spesialis-I di Departemen Neurologi FKUI/RSUPN
dr.Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
**Konsultan ahli di Departemen Neurologi FKUI/RSUPN dr.Cipto Mangunkusumo dan staf pengajar di
Program Spesialis-I iImu Penyakit Saraf
***Konsultan ahli statistik di Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI/ RSUPN dr.Cipto Mangunkusumo

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


84

Lampiran 3

FORMULIR PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN

Uji Validasi dan Reliabilitas PainDETECT Kuesioner Versi Indonesia Untuk


Mengidentifikasi Komponen Nyeri Neuropatik

Bersama ini saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama :.....................................................
Umur :.....................................................
Alamat :.....................................................

Menyatakan bahwa saya bersedia mengikuti penelitian ini.

Saya sudah mendapatkan keterangan mengenai tujuan dan manfaat penelitian ini
serta mengapa Saya diminta untuk berpartisipasi.

Semua pertanyaan yang saya ajukan telah dijawab oleh dokter.

Saya mengerti bahwa keiikutsertaan dalam penelitian ini bersifat sukarela dan
setiap saat Saya dan Keluarga Saya dapat mengundurkan diri dari penelitian.

Jakarta, __________________________

Yang memberi penjelasan Yang menyetujui,

(____________________) (____________________)

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


85

Lampiran 4

FORMULIR PENGISIAN DATA KARAKTERISTIK


PESERTA PENELITIAN

IDENTITAS
Nama : …………………………………………………………….
No. Register / RM : …………………………………………………………….
Tanggal Lahir/Usia : .……………………………………………………………
Alamat : …………………………………………………………….
No. Telpon / HP : …………………………………………………………….
Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan
Tingkat Pendidikan :
1. Tidak sekolah
2. SD-SMP
3. SMA-D3
4. S1-S2
5. Atau lainnya sebutkan
Pekerjaan :
1. Tidak bekerja
2. Ibu rumah tangga
3. Pekerja kantoran ( deskjob rutinitas)
4. Pekerja lapangan ( non deskjob rutinitas)
5. Atau lainnya sebutkan
Tempat kontrol kesehatan : Poliklinik Neurologi RSCM

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


86

ANAMNESIS
1. Keluhan utama
2. Lamanya nyeri / keluhan
3. Diagnosis kerja (berdasarkan rekam medis dan pemeriksaan
penunjang radiologis dan lainnya)
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Riwayat pengobatan
7. Riwayat pekerjaan : kebiasan kerja;
( jenis pekerjaan, lama bekerja dalam sehari (jam);
lama bekerja (tahun)
PEMERIKSAAN FISIK NEUROLOGIS:
Intensitas nyeri dalam NRS
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
 Radiologis
 Elektromyografi
 Lainnya

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


87

Lampiran 5

PainDETECT Questionnaire versi orisinal

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


88

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


89

Lampiran 6

Estimasi Biaya Penelitian

Perihal Biaya

Pencarian literatur (internet, jurnal bebayar, penggandaan) Rp. 1.000.000,00

Penggandaan referat penelitian 20 eks @ Rp. 15.000 Rp. 300.000,00

Penggandaan pra proposal penelitian 20 eks @ Rp. 15.000 Rp. 300.000,00

Penggandaan proposal penelitian 20 eks @ Rp. 15.000 Rp. 300.000,00

Biaya presentasi referat penelitian Rp. 300.000,00

Biaya presentasi pra proposal penelitian Rp. 1.000.000,00

Biaya presentasi proposal penelitian Rp. 1.000.000,00

Biaya konsultasi ahli statistik Rp. 2.500.000,00

Biaya hardcover tesis Rp. 1.000.000,00

Penggandaan formulir penelitian 250 eks @Rp..2000 Rp. 500.000,00

Biaya Penerjemah Rp. 700.000,00

Administrasi penggandaan perizinan komite etik Rp. 250.000,00

Korespondensi dan interview developer inventory Jerman Rp. 600.000,00

Biaya operasional penelitian Rp. 3.000.000,00

Biaya presentasi seminar hasil penelitian Rp. 2.000.000,00

Total Rp. 14.750.000,00

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014


90

Lampiran 7

Jadwal tahapan penelitian dalam tahun 2014

Bulan
1 2 3 4 5 6 7

Inisiasi Rencana Riset


Konstruksi Database
Rekrut Partisipan
Memulai Penelitian
Input Data
Analisis Data
Penulisan Laporan/
Diseminasi Hasil

 Keseluruhan persiapan penelitian dirampungkan pada bulan ke-1dan ke-2


 Rekruitmen dirampungkan sampai bulan ke-5
 Laporan akhir dan outcome paper dirampungkan pada bulan ke-7

Universitas Indonesia

Uji validitas ..., Karolina Margareta Margono,FK UI, 2014

Anda mungkin juga menyukai