Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY.L DENGAN DIABETES MILITUS

TIPE II

1. DATA PASIEN

A. Data Pasien ;
Nama : Ny. L
Umur : 75 Tahun
Alamat : Tanjung Ular
Diagnosa Medis : Diabetes Melitus Tipe II

B. Data Keluarga Penanggungjawab;


Nama : Rusli
Umur : 36 Tahun
Alamat : Tanjung Ular
Hubungan Keluarga : Anak

2. Riwayat Kesehatan

A. Keluhan Utama:

Pasien menyatakan lemas dan nyeri kaki pada area luka

B. Riwayat Kesehatan Sekarang:

Pasien menyatakan badannya terasa lemas dan ada mendapat luka pada kaki
sebelah kiri terasa nyeri pasien mempunyai riwayat past op lafaratomi.
C. Riwayat Kesehatan Dahulu:

Pasien mempunyai riwayat past op lafaratomi

3. Pengkajian Fisik;

A. Sistem Kardiovaskular:

Inspeksi : Warna kulit normal, terdapat edema pada bagian lutut

Palpasi : Nadi 80x/menit, nadi kuat, akral teraba hangat, CRT < 3 detik.

Perkusi : Suara redup

Auskultasi : TD: 120/80 mmHg, suara S1 (lup) dan S2 (dup).

B. Sistem Pernafasan;

Inspeksi : Jalan nafas spontan, tidak menggunakan alat bantu nafas,


pergerakan dada teratur RR 20x/menit.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya benjolan, tekril
tremirus getarannya sama kiri dan kanan.

Perkusi : Suara resonan

Auskultasi : Suara veskuler

C. Sistem Persarafan

Interpeksi : Tingkat kesadaran komposmentis, GCS 15 (E : 4, V : 6, M16). tidak


ada kejang, tidak ada kelumpuhan.

I. N. Olfektorius : Fungsi penciuman kedua lubang hidung klien baik.


II. N. Eptikus : Lapang pandang klien kurang baik dan ketajaman mata
juga kurang baik.
III. N. Okulomotoris : Arah pandang klien minimal, kurangnya reaksi pupil
saat diberi rangsang cahaya.
IV. N. Trokhlearis :Pergerakan bola mata kurang baik.
V. N. Trigeminus : Terdapat reaksi kornea, sensi nyeri pada wajah,
kekuatan otot rahang.
VI. N. Abdusen : Mata dapat mengikuti gerakan tangan ke kiri dan ke
kanan tapi reaksi lambat.
VII. N. Fasial : Ekspresi wajah saat tersenyum.
VIII. N. Auditorius : Fungsi pendengaran kurang baik, klien lambat
menjawab pertanyaan yang diberikan
IX. N. Glesofaringeal : Klien dapat membedakan rasa makanan.
X. N. Vagus : Tidak ada gangguan menelan
XI. N. Asesorius : Klien tidak dapat menahan tahanan ringan pada bahu
dan kepala.
XII. N. Hipoglosal : Respon lidah baik.

D. Sistem Pencernaan;

Inspeksi : Tidak terpasang NGT, mukosa bibir tampak kering, bentuk


abdomen sedikit cembung.

Auskultasi : Peristaltik 5x/menit.

Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, perut terasa sedikit keras.

Perkusi : Suara timpani.

E. Sistem Imunitas

Klien mengatakan riwayat imunisasi lengkap, tidak memiliki alergi obat ataupun
makanan, suhu 36,2oc.

F. Sistem Penginderaan

1.Sistem pendengaran;
Inspeksi : Bentuk dan ukuran telinga normal, simetris, tidak menggunakan alat
bantu pendengaran, telinga tampak bersih.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan dan benjolan.
2.Indera Penciuman;
Inspeksi : Warna kulit normal, hidung tampak bersih, tidak terdapat tanda-
tanda sumbatan atau infeksi.
Palpasi :Kekuatan hembusan nafas kanan dan kiri sama, tidak ada nyeri
tekana.
3.Indera Perasa;
Inspeksi : Mukosa bibir tampak kering, bibir tidak pucat, tidak ada lesi ataupun
steroktitis, tidak ada tanda-tanda radang gusi.
4.Indera Peraba;
Inspeksi : Suhu 36,2oc, kulit berwarna sawo matang, terdapat edema pada lutut,
kondisi kulit baik.
Palpasi : Dapat merasakan nyeri dan tekanan.
5.Sistem Pengelihatan;
Inspeksi : Konjungtiva tampak tidak anemis, gerakan bola mata normal, sklera
bagus, ketajaman penglihatan bagus.
Palpasi :Tidak dapat pembengkakan dan nyeri tekan.
6.Sistem Integumen;
Inspeksi :Keadaan kulit bersih berwarna sawo matang, terdapat luka sayatan
operasi pada bagian perut dengan 5 cm, tidak ada radang, tidak
ada tanda pendarahan, terdapat infus cimini x 20 tpm ditangan
kanan.
Palpasi : Ada nyeri tekan pada daerah luka, CRT < 3 detik.

H. Sistem Endokrin

Inspeksi : Tidak terdapat perubahan keseimbangan hormon testosteron dan


estrogen.

4. Pengkajian Psikososial.

1. Status psikologis klien cemas.

2. Kemampuan berkomunikasi klien kurang baik karena nyeri menelan dan sulit
berbicara

3. Klien tidak memiliki keyakinan terhadap pengobatan alternatif.

4. Klien tidak keberatan ditangani oleh petugas berlainan jenis kelamin.

5.Klien tidak memiliki kepercayaan yang dianut.

6. Kelien tidak menolak tindakan tertentu karena kepercayaan .

7. Klien memiliki keyakinan terhadap penyembuhan tuhan

8. Klien tidak kesulitan biaya pengobatan.

5. Pemeriksaan Diagnostik.

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan


HEMATOLOGI
Hemoglobin 8,2 L : 13,5 – 17,5 ; P: 12 -16 gr/dL
Hematokrit 20 L : 40 – 48 ; P: 37 - 43 %
Jumlah Entrosit 3,2 L : 4,6-6,2 ; P: 4,2-5,4 Jt/mm8
Jumlah Leukosit 52.700 4.00 – 10.000 /mm3
Jumlah Trombosit 382.000 150.000 – 400.000 /mm3
Indeks Eritrosit
MCV 72 80-100 FL
MCH 28 26-34 Pg
MCHC 35 32-36 g/dL
RDW-CH 11,2 10,5-15,5 %
Hitungan Jenis
Basifil 0 0–1 %
Eosinofil 2 1–3 %
Neutrofil Batang 1 2–6 %
Neutrofil Segmen 88 50 – 70 %
Limfosit 3 20 – 40 %
Monositt 4 2–8 %
Sel Imatur 0 0 %
Malaria - Negatif
Laju Endap Darah 0 – 15 mm/jam
Golongan Darah (ABO-Rhesus) A (Rht)
Masa Perdarahan (BT) 3–7 menit
Masa Pembukaan (CT) 4 – 10 menit
Protharombin Time (PT) 9 - 12 detik
International Normalized Ratio
12
(INR)
Activated Partial
Thromboplastin
Time (aPTT) 30 27 – 30
GDS 364

6. Analisis Masalah.

Data fokus Etiologi Masalah


DS: faktor resiko Resiko
Sel B Pankreas terganggu ketidakstabilan kadar
Do: Produksi innsulin glukosa darah.
- GDS Pasien pada tanggal Glikogen hiperglikemi tubuh
6 April 364 mg/dL gagal moregiasi hiperglikemi

Resiko ketidakstabilan kadar


glukosa darah
Ds: Klien mengatakan nyeri Produksi insulin Nyeri akut
pada kaki kirinya Hiperglikemi
Fleksibilitas darah merah
Do: Terdapat luka pada kaki Pelepasan O2
kiri. Hipolesia perifer

P: Luka gangren Nyeri akut

Q: Kaki kiri

R: Nyeri menggangu

S: 3 -4
T: Hilang timbul

Ds: - Produksi insulin Gangguan Integritas


Hiperglikemi kulit dan jaringan
Do: Terdapat luka gargren pada gangguan fungsi imun
kaki kiri klien gangguan penyembuhan luka

Kerusakan integritas jaringan


Ds : Klien mengatakan nyeri Resistensi infeksi menurun luka
pada kaki kirinya. Pertumbuhan mikroorganisme
infeksi
Do: -Terdapat luka gangren pada Gangren
kaki kiri klien. Aktivitas terlambat

-Klien erpasang oksigen Intoleransi aktivitas

7. Masalah Keperawatan.
1) Resiko ketidakstabilan kadar gula berhubungan dengan desfungsi pankreas
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
3) Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan reuropati penfen
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilisasi

8. Recana Keperawatan.
Per operasi

No Dx Kop Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1 Resiko Setelah dilakukan tindakan A. Manajemen Hiperglikimia
ketidaksetabilan kadar keperwatan 2x24 jam, 1). Observasi
gula berhubungan diharapkan kestabilan kadar - Identitas
dengan disfungsi glukosa darah meningkat kemungkinan
pankreas. dengan kriteria hasil: penyebab
- Lelah/lesu menurun hoperglekimia.
- Kadar glukosa dalam - Monitor kadar
urine membaik glukosa darah.
- Kadar glukosa dalam - Monitor intake dan
darah membaik output cairan.

2). Terapeutik
- Berikan asupan cairan
normal.
3). Edukasi
- Anjurkan menitor
kadar glukosa darah
secara mandiri.
- Anjurkan eputihan
terhadap det dan
olahraganya.
4). Kolaborasi
- Kelaborasi pemberian
insulin
- Kelaborasi pemberian
cairan IV.
2 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan A. Manajemen nyeri
berhubungan dengan keperawatan 2x24 jam, 1). Observasi
agen pencedera fisik. Diharapkan tingkat nyeri - Identifikasi lokasi,
menurun dengan kriteria karakteristik, durasi,
hasil: frekuensi, kualitas,
- Keluhan nyeri integritas nyeri.
menurun - Identifikasi respon
- Pada nafas membaik nyeri nonverkal.
- Tekanan darah 2). Terapeutik
membaik - Berikan teknik
renfarmakalogis untuk
mengurangi rasa nyeri
3). Edukasi
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk menguerangi
rasa nyeri
4). Kolaborasi
- Kelaborasi pemberian
analgetik.
3 Gangguan integritas Setelah dilakukan tindakan A.Perawatan luka
jaringan neuropati keperawatan 2x24 jam, 1). Observasi.
penifer diharapkan tingkat integritas - Monitor karaktenstik
jaringan meningkat Dengan luka
kriteria hasil: 2). Terapeutik.
- Kerusaan integritas - Lepaskan baluran dan
jaringan menurun plaster secara
- kerusakan lapisan perlahan
kulit menurun - Bersihkan dengan
- Tekstur kulit cairan NaCl atau
membaik. pembersihan
nontoksik
- Mempertahankan
teknik steril saat
perawatan luka.
3). Edukasi.
- Mengajarkan
prosedur perawatan
luka secara mandiri.
4). Kolaborasi.
- Kelaborasi
pembenaan antibiotik.
4. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan A. Manajemen energi
berhubungan dengan keperawatan 2x24 jam, 1). Observasi
imobilisasi. diharapkan tingkat toleransi - Monitor lokasi dan
aktivitas meningkat, dengan ketidaknyamanan
kriteria hasil : selama melakukan
- Frekuensi nadi aktivitas.
meningkat. 2). Terapeutik.
- Kekuatan tubuh - Fasilitasi duduk disisi
bagian bawah tempat tidur.
meningkat 3). Edukasi.
- Saturasi oksigen - Anjuran melakukan
meningkat. aktivitas secara
bertahap.

Anda mungkin juga menyukai