Anda di halaman 1dari 9

Ny.

H Pasien perempuan, umur 45 tahun yang dikonsulkan dari triase IGD oleh
sejawat penyakit dalam dengan diagnosis masuk Observasi Dyspneu ec impending Arway
Obstruction et causa (sebab) tumor tyroid suspect malignancy, suspect tyroid storm.
(observasi jalan nafas yang cepat menyebabkan permasalahan gangguan pernafasan yang
disebabkan adanya tumor tiroid ganas,dicurigai mengalami badai tiroid ) Heteroanamnesis
suami pasien, awalnya pasien mengeluhkan demam tinggi, dan mulai tidak sadarkan diri
disertai sesak nafas 6 jam sebelum masuk rumah sakit. Dimana sebelum kesadaran menurun
pasien mengeluhkan susah bernafas, nyeri perut yang disertai mual dan muntah 2 kali. Selain
itu, keluarga juga mengatakan terdapat benjolan di leher yang semakin lama semakin
membesar, benjolan sudah ada sejak 4 tahun yang lalu. Riwayat kejang, hipertensi, sakit
jantung dan kencing manis disangkal.
Pada pemeriksaan fisik sebelum dirawat diruang intensif dengan post- resus call
didapatkan penurunan kesadaran dikarenakan krisis tiroid dengan kesadaran dalam pengaruh
obat (DPO), Reflek Pupil +/+ isokor 3/3, terpasang endotracheal tube (ETT) dengan ukuran
7,0 dengan cuff (+), level di bibir 21, dengan bantuan alat bantu nafas (portable ventilator)
VT 350 ml, RR 12, Peep 5, vesikuler di kedua lapang paru, rhonki dan wheezing (-), SaO2
98%. Tekanan darah 130/85 mmHg, nadi (HR) 138 kali permenit, suara jantung 1 dan 2
tunggal, reguler, tidak ada murmur. dan suhu 39,9⁰C.Pemeriksaan EKG didapatkan gambaran
fibrilasi atrium respon ventrikel ce pat. Menggunakan skor kriteria Burch dan Wartofsky
didapatkan skor 75 pada pasien ini maka diagnosis krisis tiroid ditegakkan secara dini.

Setelah itu pasien dirawat di ruang intensive (ICU) pengelolaan secara ketat di ICU
dengan alat bantu nafas (Ventilator) merk drager dengan mode PC BIPAP 17, PEEP 5, ASB
10, FiO2 60%, RR 12x/menit, didapatkan SaO2 99-100%, satu jam setelah di ICU maka
diperiksakan analisis gas darah (AGD) didapatkan dengan pH 7,42; pCO2 40,8; pO2 73.1;
BE -3,7; HCO3- 20,8; SaO2c 99.1 %; Na 140 mmol/L; K 3,64 mmol/L; CL 103 mmol/L.
Pasien mendapatkan resusitasi cairan, propiltiouracil (PTU) 100 mg tiap 12 jam,
deksametason 5 mg tiap 6 jam, propanolol 80 mg tiap 12 jam, parasetamol 1000 mg tiap 8
jam, ranitidin 50 mg tiap 12 jam, surface cooling, serta diberikan nutrisi entramix 100 ml tiap
4 jam via naso gastric tube (NGT), pemberian antibiotik dengan ciprofloxacin 200 mg tiap
12 jam, dan digoksin 0,5 mg diberikan dini untuk mengatasi krisis tiroid. Tidak boleh
diberikan amiodarone, karena amiodarone menghambat konversi perifer T4 dan T3 serta
mengurangi konsentrasi adrenoseptor T3 yang diinduksi dalam miosit jantung, maka
amiodarone tidak boleh diberikan pada pasien tiroid. Setelah mendapatkan kultur sputum dari
selang endotracheal tube, pasien terisolasi dua kuman yaitu Acinobacter baumannii
merupakan Multi Drug Resistant Organism (MDRO) dan Klebsiella pneumonia,
pertimbangkan meropenem sebagai terapi pilihan antibiotik pada pasien ini dan lakukan
contact precaution, lalu antibiotik diganti dengan meropenem 1 gram tiap 8 jam sesuai
dengan hasil kultur. Hari ke delapan selama masih perawatan di ICU, pasien tersebut diakukan total
tiroidektomi dan trakeostomi oleh sejawat bedah

PENGKAJIAN B1- B6

B1 (Breathing) RR: 12 x/menit, sesak nafas 6 jam sebelum masuk rumah sakit,susah
bernafas,riwayat kejang,sakit jantung,SPO2 : 90%
B2 (Blood) TD : 130/85 mmHg,nadi 138 x/menit, Riwayat hipertensi
B3 (Brain) Kesadaran menurun ( tidak sadar ),reaksi pupil (+/+) isokor 3/3
B4 (Bledder) Riwayat kencing manis
B5 (Bowel) Nyeri perut, mual, muntah 2x
B6 (Bone) Suhu : 39,9 C

DIAGNOSA PRORITAS
Penurunan curah jantung b.d perubahan frekuensi atau irama jantung d.d takikardi.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hari/Tgl/Jam Jenis Pemeriksaan Hasil Normal


Darah lengkap Kalium 3,64 mm0l/L 3,5-5,0
Natrium 140mm0l/L 135-145
Klorida 103 mm0l/L 106 mm0L
96-106 mm0L

Analisis gas darah


pH 7,42 7,35-7,45
pCO2 32,8 mmHg 38-42 Mmhg
pO2 :73.1 75-100
HCO3 : 26,8 22-28
BC :3,7 < 2 asidosis
> 2 alklosis
So2 : 99.1 % 94-100%

ANALISA DATA DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN KRITIS

Nama Klien :Ny.H Dx. Medis : krisis thyroid

Data
No Interpretasi Diagnosa Keperawatan
Subyektif & Obyektif
1 Ds: pasien tidak sadarkan diri Hiperaktivitas kelenjar tiroid Penurunan curah jantung
b.d perubahan frekuensi
Kadar hormone tiroid
Do: meningkat atau irama jantung d.d
 Perubahan EKG dengan hasil
takikardi.
gambaran fibrilasi atrium respon Tiroktosikosis
ventrikel cepat.
 Takikardi dengan nadi (HR) 138 Krisi tiroid
kali permenit

Meningkatnya aktivitas saraf


simpatif

Takikardi

Penurunan curah jantung


Peningkatan takikardi
Ds: pasien tidak sadarkan diri
2. (>130 x mnit)
Do: Resiko perfusi serebral
 pemeriksaan fisik sebelum tidak efektif d.d infak
Peningkatan beban jantung
dirawat diruang intensif dengan miokard akut.
Penurunan suplai O2
post- resus call didapatkan keseluruh
penurunan kesadaran

Otak kekurangan oksigen

Penurunan
kesadran,letargi,suppor,koma.

Resiko perfusi serebral


tidak efektif

3. Ds: suami pasien, awalnya pasien Hipertermia b.d


mengeluhkan demam tinggi Peningkatan metabolism
dehidarasi d.d kulit
basal
Do: terasa hangat
 Kejang Peningkatan metabolism
panas (energy)
 Suhu : 39,9 C
 Kulit terasa hangat Peningkatan suhu tubuh
(tiroktisikosis)

Hiperpireksid

hipertermia
RENCANA KEPERAWATAN KRITIS

No. Diagnosa kep Tujuan Intervensi


1 Penurunan curah jantung Setelah dilakukan tindakan 1x2 jam Manajemen asam basa : alkalosis
membaik dengan indikator respiratorik
b.d perubahan frekuensi
 Status sirkulasi (650)
atau irama jantung d.d  Mempertahankan kepatenan jalan
Indikator SA ST
takikardi. nafas
Tekanan nadi 2 5
paO2 2 5  Monitor pola nafas
Paco2 2 5
 Kurangi konsumsi oksigen dngan
Suara nafas 2 5
tambahan cara meningkatkan
 Perfusi jaringan. serebral kenyamanan ,mengontrol demam
Indikator SA ST  Monitor indikasi terjadinya gagal
Irama 3 5
pernafasan nafas (contohnya penurunan nilai
Tekanan darah 3 5 pao2)
sistolik
Tekanan darah 2 5  Posisikan pasien untuk dapat
diastolik memfasiltasiventilasi yg
adekuat(mislnya buka jalan
nafs,meninggikan posisi kepala di
tempat leher).
 Monitor AGD dan elektrolit darh
dan urin sebagaimana mestinya.
 Kurangi ventilasi high minute
(missal RR,VOLUME tidal ) pada
pasien dengan menggunakan
ventilator yang berlebihan dengan
cara cepat.
perawatan jantung akut
2. Setelah dilakukan tindakan selama
Resiko ketidakefektifan
1x2 didapatkan dengan indikator
perfusi jaringan otak d.d  Perfusi jaringan cerebral  monitor EKG sebgaimana

infak miokard akut. indikator SA SC mestinya apakah terdapah


tekanan darah 3 5 perubahan ST elevasi
sistolik
Tekanan darah 3 5  lakukan penilaian secara
diastolik komperhensif terhadap status
Muntah 3 5
termasuk didalamnya adalah
Keadaaan 1 5
pingsan sirkulasi perifer
Penurunan 1 5
 monitor irama jantung dan
kesadaran
kecepatan jantung
 aukulatsai suara jantung.

Pengaturan suhu
3. Hipertermia b.d dehidrasi Setelah dilakukan tindakan 1x2
d.d kulit terasa hangat. jam  Monitor suhu paling tidak 2 jam
 Termoregulasi
sesuai kebutuhan
Indikator SA ST
Peningkatan 2 5  Monitor tekanan darah,nadi dan
suhu kulit respirasi,sesuai kebutuhan
hipertermia 2 5
dehidrasi 2 5  Berikan obat obatan antipiretik
2 5 sesuai butuhan
 Sesuaikan suhu lingkungan untuk
 Tanda tanda vital
kebutuhan pasien
Indikator SA ST  Diskusikan pentingnya
Suhu tubuh 3 5
Denyut nadi 3 5 termoregulasi dan kemungknan
Irama 2 5 efek negatif dari demam yang
pernafasan
berlebihan sesuai kebutuhan.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

N Diagnose tujuan Implementasi


o keperawatan
1. Penurunan Setelah dilakukan tindakan 1x2 Terapi oksigen
jam membaik dengan indikator
curah jantung Memberikan tambahan oksigen
 Status sirkulasi (650)
b.d perubahan untuk mencegah dan mengatasi
Indikator SA ST SC kondisi kekurangan oksigen
frekuensi atau Tekanan 2 5 4 cairan
irama jantung nadi
paO2 2 5 3 Observasi
d.d takikardi. Paco2 2 5 3  Memonitor kecepatan aliran
Suara nafas 2 5 4 oksigen
tambahan
 Perfusi jaringan. serebral  Memeonitor posisi alat terapi
oksigen
Indikator SA ST SC
Irama 3 5 3  Memonitor aliran oksigen
pernafasan
secara periodik dan pastikan
Tekanan 3 5 4
darah fraksi yang diberikan cukup
sistolik  Memonitor efektivitas terapi
Tekanan 2 5 4
darah oksigen
diastolik
Terapeutik
 membersihkan secret pada
mulut hidung dan trakea jika
perlu
 mempertahankan kepatenan
jalan nafas
 menyiapkan dan atur
peralatan pemberian oksigen

Edukasi
 mengajarkan pasien dan
keluarga cara menggunakan
oksigen di rumah
Kolaborasi
 mengkolaborasi penentuan
dosis oksigen
 mengkolaborasi penggunaan
oksigen saat aktivitas dan
atau tidur

Setelah dilakukan tindakan selama


2. Resiko 1x2 didapatkan dengan indikator
 Perfusi jaringan cerebral
ketidakefektif
indikator SA ST SC
an perfusi perawatan jantung akut
tekanan darah 3 5 4
jaringan otak sistolik
Tekanan darah 3 5 4  memonitor EKG
d.d infak
diastolik sebgaimana mestinya
miokard akut. Muntah 3 5 3
Keadaaan 1 5 2 apakah terdapah
pingsan perubahan ST elevasi
Penurunan 1 5 2
kesadaran  melakukan penilaian
secara komperhensif
terhadap status termasuk
didalamnya adalah
sirkulasi perifer
 memonitor irama jantung
dan kecepatan jantung
 mendengarkani suara
jantung.
Hipertermia
Setelah dilakukan tindakan 1x2
3. b.d dehidrasi
jam
d.d kulit  Termoregulasi
terasa hangat Indikator SA ST SC Pengaturan suhu
Peningkatan 2 5 3
suhu kulit  Memonitor suhu paling
hipertermia 2 5 3
tidak 2 jam sesuai
dehidrasi 2 5 4
2 5 kebutuhan
 Memonitor tekanan
 Tanda tanda vital darah,nadi dan
Indikator SA ST SC respirasi,sesuai kebutuhan
Suhu tubuh 3 5 3
Denyut nadi 3 5 3  Memberikan obat obatan
Irama 2 5 4 antipiretik sesuai butuhan
pernafasan
 Menyesuaikan suhu
lingkungan untuk
kebutuhan pasien
 Mendiskusikan pentingnya
termoregulasi dan
kemungknan efek negatif
dari demam yang
berlebihan sesuai
kebutuhan.

Anda mungkin juga menyukai