Anda di halaman 1dari 6

Pembahasan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak


teh hijau terhadap kadar MDA plasma. Proses eksperimen dilakukan dengan
membandingkan kelompok kontrol (plasebo) dengan kelompok perlakuan (ekstrak
teh hijau). Proses pengukuran kadar MDA plasma dilakukan pada basal (sebelum
aktivitas fisik submaksimal), 2 jam sesudah aktivitas fisik submaksimal, dan 48 jam
sesudah aktivitas fisik submaksimal. Dan untuk menganalisis efek suplementasi sari
kurma sebagai sumber antioksidan dan teh hijau terhadap penurunan kadar MDA
plasma sebagai salah satu penanda stress oksidatif pada anak dengan talasemia. Serta
Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak teh hijau terhadap kadar MDA plasma dan
kekuatan genggam tangan lansia. Reactive oxygen species (ROS) adalah bagian dari
radikal bebas yang merupakan produk metabolisme sel normal, termasuk di dalamnya
hidroksil radikal (OH-), superoksida anion (O2- ), hidrogen peroksida (H2O2), dan
nitrogen oksida (NO), yang dapat menyebabkan peroksidasi lipid dan oksidasi
spesifik beberapa enzim. Pada kondisi stres oksidatif, radikal bebas akan
menyebabkan terjadinya peroksidasi lipid membran sel dan merusak organisasi
membran sel.2 Peroksidasi lipid dapat ditentukan secara tidak langsung dengan
mengukur kadar Malondialdehyde (MDA), yaitu produk akhir peroksidasi lipid
berupa senyawa dialdehida yang dapat diukur mengikuti tes standar thiobarbituric
acid (TBA). Teh hijau dan berbagai preparatnya banyak sekali kita temukan di
Indonesia, salah satunya yang diklaim sebagai ekstrak teh hijau yang mempunyai
kadar katekin murni di dalam kapsulnya. Namun demikian, saat ini belum pernah
diteliti secara langsung apakah antioksidan ini benar-benar memberikan dampak yang
menguntungkan. Penelitian ini dilakukan untuk melihat efek ekstrak teh hijau sebagai
antioksidan melalui kadar MDA plasma. Kurma diyakini bermanfaat sebagai bahan
makanan yang bergizi tinggi dan berkhasiat sebagai fi tofarmaka. Telah diteliti
beberapa aktivitas biologis dan farmakologis yang berguna bagi tubuh manusia
(Vyawahare et al., 2009).
Di antaranya bermanfaat sebagai sumber energy dan anti oksidan karena
mengandung polifenol, fl avonoid, vitamin E, vitamin A, asam folat, selenium dan
zinc. Sari kurma merupakan salah satu produk olahan dari buah kurma dengan
metode pengepresan yang saat ini mudah diperoleh di pasaran. Dengan kandungan
gizi dan khasiatnya, diharapkan sari kurma juga bermanfaat dalam meningkatkan
status gizi penderita talasemia dengan memasok zat gizi yang dibutuhkan dan
memberikan efek biologis-farmakologis untuk meningkatkan status kesehatannya.
Dengan pertimbangan tersebut, sari kurma dipilih sebagai suplemen untuk
meningkatkan asupan anti oksidan yang berpengaruh terhadap penurunan kadar MDA
plasma pada anak dengan talasemia. Pemberiannya bersama teh mempertimbangkan
bahwa teh berfungsi mengurangi absorbsi besi (Takeshita, 2013).
Teh adalah minuman yang paling banyak dikonsumsi di seluruh dunia setelah
air putih. Teh hijau adalah minuman yang mengandung antioksidan golongan
polifenol berupa katekin, yaitu epigalokatekin galat (EGCg), epigalokatekin (EGC),
epikatekin galat (ECg), dan epikatekin (EC). Penelitian pada hewan coba dan orang
sehat menunjukkan bahwa konsumsi teh hijau terbukti dapat menurunkan peroksidasi
lipid berupa (MDA). Teh hijau aman dikonsumsi lanjut usia karena memiliki
toksisitas yang rendah. Kekuatan otot merupakan komponen performa fisik yang
utama.Kekuatan otot menurun 12-15% setelah usia 50 tahun dan menurun lebih
banyak hingga 50% pada lansia berusia lebih dari 80 tahun (4,5). Kekuatan otot
ekstremitas atas dan bawah sering dipakai untuk mengetahui performa fi sik lansia
secara umum. Kekuatan genggam tangan adalah indikator performa fi sik yang dapat
mengukur kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah secara umum. Dewasa ini,
beberapa peneliti menyatakan bahwa penurunan performa fi sik pada lansia berkaitan
dengan stress oksidatif karena radikal bebas). Stres oksidatif berperan
penting pada terjadinya penurunan fungsi otot skeletal. Malondialdehid (MDA)
adalah salah satu senyawa hasil peroksidasi lemak yang sering digunakan sebagai
penanda terjadinya stres oksidatif.
Dan hasil penelitian juga terdapat Pada kelompok kontrol, rerata kadar MDA
plasma kondisi basal, 2 jam dan 48 jam setelah aktivitas fisik submaksimal secara
berturut-turut yaitu 52,43 nmol/ml (simpang baku [SB] 12,52 nmol/ml), 55,57
nmol/ml (SB 13,84 nmol/ml), dan 63,86 nmol/ml (SB 12,17 nmol/ml). Namun
demikian, peningkatan tersebut tidak bermakna secara statistik (p=0,158). Pada
kelompok perlakuan, terdapat penurunan kadar MDA plasma yang bermakna saat 48
jam setelah aktivitas fisik submaksimal dari kondisi basal dengan rerata kadar MDA
pada basal dan 48 jam setelah aktivitas fisik submaksimal secara berturut-turut yaitu
36,14 nmol/ml (SB 5,88 nmol/ml) dan 19,86 nmol/ml (SB 8,92 nmol/ml) (p<0,001).
Hasil analisis menunjukkan adanya perbedaan bermakna kadar MDA plasma antara
kedua kelompok saat basal, serta 2 jam dan 48 jam setelah aktivitas fisik
submaksimal dengan nilai p secara berturut-turut yaitu 0,012; <0,001, dan <0,001.
Dan untuk anak dengan talasemia yang diberi suplementasi sari kurma bersama teh
hijau mengalami penurunan kadar MDA plasma yang signifi kan (t: 3.0222, Sig. (2-
tailed): 0.014) dengan rata-rata penurunan 0.71 ± 0.07 μmol/l. Pada kelompok
kontrol, hasil t: 2.502, Sig.(2-tailed): 0.034, signifi kan dengan rata-rata penurunan
0.65 ± 0.82 μmol/l. Pemberian suplementasi sari kurma bersama teh hijau dan
konsumsi teh hijau saja pada anak talasemia berefek menurunkan kadar MDA plasma
secara signifi kan. Diperoleh penurunan kadar MDA yang signifi kan (p<0,05) pada
kelompok yang mendapat ekstrak teh hijau. Namun, penurunan ini tidak berbeda
dengan kelompok yang mendapat placebo. Terjadi kecenderungan peningkatan
kekuatan genggam tangan pada kelompok yang mendapat ekstrak teh hijau, akan
tetapi perubahan ini tidak berbeda signifi kan dengan kelompok yang mendapat
placebo.
1.Fakta
Talasemia merupakan penyakit anemia kongenital dengan karakteristik
reduksi sintesis satu atau lebih rantai globin yang membentuk hemoglobin (Pignatti
dan Bertelli, 2011).
Pengaruh suplementasi ekstrak the hijau dan sari kurma terbukti sebagai penurunan
kadar plasma darah. Suplementasi sari kurma bisa menjadi alternatif untuk
mencukupi asupan gizi dan antioksidan. efek suplementasi sari kurma sebagai sumber
antioksidan dan teh hijau terhadap penurunan kadar MDA plasma sebagai salah satu
penanda stress oksidatif pada anak dengan talasemia.
Kurma diyakini bermanfaat sebagai bahan makanan yang bergizi tinggi dan
berkhasiat sebagai fi tofarmaka. Telah diteliti beberapa aktivitas biologis dan
farmakologis yang berguna bagi tubuh manusia (Vyawahare et al., 2009).
Sari kurma merupakan salah satu produk olahan dari buah kurma dengan metode
pengepresan yang saat ini mudah diperoleh di pasaran. Dengan kandungan gizi dan
khasiatnya, diharapkan sari kurma juga bermanfaat dalam meningkatkan status gizi
penderita talasemia dengan memasok zat gizi yang dibutuhkan dan
memberikan efek biologis-farmakologis untuk meningkatkan status kesehatannya.
Dengan pertimbangan tersebut, sari kurma dipilih sebagai suplemen untuk
meningkatkan asupan anti oksidan yang berpengaruh terhadap penurunan kadar MDA
plasma pada anak dengan talasemia. Pemberiannya bersama teh mempertimbangkan
bahwa teh berfungsi mengurangi absorbsi besi (Takeshita, 2013).
Teh hijau (Camellia sinensis) telah dikenal sebagai sumber antioksidan
potensial yang bermanfaat untuk kesehatan karena di dalam daun teh terkandung
senyawa antioksidan yang disebut EGCG (epigallacatekin-gallate) dan senyawa
katekin lainnya (Sulistyo et. al., 2003). Teh hijau dan berbagai preparatnya banyak
sekali kita temukan di Indonesia, salah satunya yang diklaim sebagai ekstrak teh hijau
yang mempunyai kadar katekin murni di dalam kapsulnya. Namun demikian, saat ini
belum pernah diteliti secara langsung apakah antioksidan ini benar-benar memberikan
dampak yang menguntungkan. Penelitian ini dilakukan untuk melihat efek ekstrak teh
hijau sebagai antioksidan melalui kadar MDA plasma. Katekin (ekstrak teh hijau)
telah terbukti efisien sebagai pengikat radikal bebas secara in vitro. Berdasarkan
analisis dapat diketahui bahwa pemberian ekstrak teh hijau dapat menurunkan kadar
MDA lansia. Penurunan ini terjadi karena kandungan senyawa polifenol berupa
katekin pada ekstrak the hijau yang dapat berperan sebagai antioksidan. hasil analisis
juga menunjukkan bahwa pemberian ekstrak teh hijau dapat menghambat penurunan
kekuatan genggam tangan.
2. Teori
Kurma diyakini bermanfaat sebagai bahan makanan yang bergizi tinggi dan
berkhasiat sebagai fi tofarmaka. Telah diteliti beberapa aktivitas biologis dan
farmakologis yang berguna bagi tubuh manusia (Vyawahare et al., 2009). Dengan
pertimbangan tersebut, sari kurma dipilih sebagai suplemen untuk meningkatkan
asupan anti oksidan yang berpengaruh terhadap penurunan kadar MDA plasma pada
anak dengan talasemia.
Katekin (ekstrak teh hijau) telah terbukti efisien sebagai pengikat radikal
bebas secara in vitro. Kemampuan katekin sebagai pengikat radikal bebas sebagian
terkait dengan potensi reduksi satu elektronnya yang merupakan ukuran suatu
reaktivitas antioksidan sebagai hidrogen atau donor elektron. Semakin rendah potensi
reduksi menunjukkan energi yang diperlukan untuk mendonorkan suatu elektron juga
lebih rendah. Hal ini merupakan salah satu faktor yang menentukan aktivitas dari
antioksidan. Epigallocatechin gallate (EGCG) dan epigallocatechin (EGC) memiliki
potensi reduksi lebih rendah dibandingkan vitamin E sedangkan vitamin C memiliki
potensi reduksi paling rendah dibandingkan dengan vitamin E dan berbagai katekin.
Teori lain mengatakan katekin bekerja sebagai antioksidan dengan cara mengikat
logam transisi yang berupa radikal di dalam tubuh dengan jalan mengikat besi dan
tembaga sehingga tidak terbentuk besi dan tembaga.
Ekstrak teh hijau diberikan selama 2 minggu dan kadar MDA plasma diperiksa
dalam 3 kali pengambilan. Proses pengambilan MDA plasma dilakukan pada saat
basal, 2 jam setelah aktivitas fisik submaksimal, dan 48 jam setelah aktivitas fisik
submaksimal. Penurunan kadar MDA plasma bermakna pada 2 jam dan 48 jam
setelah aktivitas fisik submaksimal pada kelompok perlakuan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Ohmori, dkk.30 yang meneliti
pemberian tujuh cangkir teh hijau/hari selama dua minggu pada laki-laki sehat bukan
perokok. Dari penelitian tersebut didapatkan kadar MDA plasma menurun secara
signifikan. Jowko, dkk.31 juga melaporkan pemberian ekstrak teh hijau 980 mg/hari
selama empat minggu pada 16 atlet pelari jarak dekat dan didapatkan penurunan
kadar MDA plasma yang bermakna dibandingkan kontrol.
Afzalfour, dkk.17 melaporkan konsumsi ekstrak teh hijau selama 14 hari
menurunkan kadar MDA secara bermakna serta meningkatkan kapasitas total
antioksidan. Berdasarkan farmakokinetiknya, katekin (ekstrak teh hijau) mencapai
kadar puncak pada hari ke-14 dan berkurang secara bermakna pada hari ke-28.
Namun penelitian pada hewan coba menunjukkan bahwa kadar katekin plasma
puncak terjadi pada hari ke-4.32 Kepustakaan lain menyebutkan bahwa katekin
mencapai kadar puncaknya 1,4 hingga 2,4 jam setelah dikonsumsi secara oral.22 Hal
tersebut di atas sesuai dengan hasil penelitian kami yang menyatakan bahwa kadar
MDA plasma menurun secara bermakna pada kelompok perlakuan hingga 48 jam
setelah aktivitas fisik submaksimal.
3. Opini
Menurut opini Mengkonsumsi teh hijau bukan hanya untuk menurunkan kadar
plasma dalam darah, namun juga bisa menurunkan berat badan yang ideal. Namun
the hijau dan sari kurma juga bermanfaat sebagai mengurangi resiko penyakit
jantung, kanker, mengurangi kolestrol dan tekanan darah, stress dan menguatkan
tulang. Akan tetapi sari kurma dan the hijau banyak sekali manfaatnya, sama dengan
di jurnal yaitu bisa menurunkan kadar plasma dalam darah.

Anda mungkin juga menyukai