Anda di halaman 1dari 17

BAB III

ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI PADA PASIEN ABSES SHOULDER


DILAKUKAN TINDAKAN OPERASI DEBRIDMENT DENGAN TINDAKAN
GENERAL ANESTESI TEKNIK LMMA

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Ny.T
Umur : 34 thn
Jenis kelamin :P
Agama : Islam
Suku bangsa : Indonesia
Alamat : Yogyakarta
No RM : 078xxx
Diagosa medis : Abses Shoulder dekstra
Tindakan operasi : Debridment
Tindakan anestesi : General Anestesi
Tanggal operasi : 4 April 2023
Dokter bedah :
Dokter anestesi :
Anamnesa
a. Keluhan utama
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan terdapat benjolan dibagian bahu kanan
yang terasa sakit dan mengeluarkan nanah

b. Riwayat penyakit sekarang


Pasien dengan diagnosa abses sholder dekstra. Pasien mengatakan terdapat benjolan di
bahu bagian kanan pasien, benjolan tersebut terasa nyeri senat senut dan terasa terus
menerus

c. Riwayat penyakit dahulu

Tidak ada penyakit terdahulu

d. Riwayat penyakit keluarga

Tidak ada riwayat penyakit keluarga


2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum dan tanda-tanda vital

Kesadaran : Compos mentis BB : 70 kg


GCS : E4V5M6 TB : 158 cm
TD : 126/89 mmHg RR : 19 x/mnt
N : 71 x/mmnt
Pemeriksaan LEMON :
L:

E:

M:

O:

N:
Pemeriksaan OBESE
O:
B:
E:
S:
E:

b. Status generalis
- Kepala : mesochepal tidak anemis

- Mata : konjungtiva tidak anemis

- Hidung : tidak ada sekret, tidak terdapat reaksi nafas cuping hidung

- Mulut : tidak terdapat stomatitis, mulut pasien terlihat kering dan sariawan, gigi
terlihat berantakan dan gigi atas tampak maju.

- Telinga : pendengaran normal

- Leher : leher tambak normal dan tidak tampak leher pendek


- Thoraks

 Pulmo

Inspeksi : apatis respirasi

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Perkusi : suara paru sonor

Auskultasi: tidak ada suara tambahan


 Jantung
Inspeksi : denyut aorta teraba
Palpasi : tidak ada pelebaran IC, tidak ada pelebaran batas jantung
Perkusi : suara redup
Auskultasi: suara jantung S1 S2 reguler tidak ada suara tambahan
 Abdomen
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada lesi
Auskultasi : bising usus 13x/mnt
Palpasi : perut kencang dan terasa keras pada bagian kanan
Perkusi : suara perut timpani
- Genetalia: -

- Ekstremitas

 Atas: terpasan infus RL 20 tpm pada lengan kiri

 Bawah: tidak ada edema, CRT <2detik

 Kekuatan otot : 5
- Pemeriksaan Vertebrata : Normla, tidak ada kelainan tulang belakang
3. Psikologis
Pasien terlihat tenang ketika akan menghadapi operasi.
4. Pemeriksaan Penunjang

5. Diagnosa Anestesi
Pasien dengan ASA 1, diagnosa Abses shoulder yang direncanakan operasi debridment
dengan General anestesi.
B. Persiapan Penatalaksanaan Anestesi

1.Persiapan Alat
S (Scope), Stetoskop, Laringoskop
T (Tube), LMA no. 3,4
A (Airway) OPA no.2,3
T (Tape) Hypafix 2 sepanjang 20 cm, dan 2 hypafix kotak 3x3
I (Introducer) styllet
C (Connector) penghubung mesin anesesi dan pipa
S (Suction, spuit) kateter suction dan alat suction dan spuit 3,5, dan 10 cc
Handscoon
2. Persiapan Obat
a. Obat Premedikasi :
b. Obat Induksi :
c. Obat Pelumpuh Otot : -
d. Obat Analgetik :
e. Obat 5HT – antagonis :
f. Obat anti perdarahan :
g. Obat emergency :
h. Cairan infuse :
3. Persiapan Pasien
 Pasien tiba di IBS puku l3.00 WIB
 Serah terima pasien dengan petugas ruangan, periksa status pasien termasuk
informed consent, dan obat-obatan yang telah diberikan diruang perawatan.
 Memindahkan pasien ke brankar IBS
 Memperkenalkan diri kepada pasien, mengecek ulang identitas pasien, nama, alamat
dan menanyakan ulang puasa makan dan minum, dan alergi makanan atau obat
riwayat penyakit sebelumnya serta berat badan saat ini.
 Memeriksa kelancaran infus dan alat kesehatan yang terpasang pada pasien.
 Menanyakan keluhan pasien saat di ruang penerimaan IBS, dari pasien mengatakan
nyeri pada bahu kanan
 Melakukan pemeriksaan hemodinamik serta kelancaran airway pasien
4. Penatalaksanaan Anestesi
Pasien masuk ruang operasi pada pukul 13.10 WIB, dan dilakukan pemantauan
TTV dengan TD: 119/75 mmHg, N: 87x/menit, RR : 19x/menit, SpO2 98%.
Pada pukul 15.20 pasien dilakukan diinduksi dengan Fentanyl 100 mcg dan
propofol 100 mg dan pada jam 15.25 kemudian dilakukan insersi LMA ukuran 3.
pada pukul 15.30 pasien dilakukan insisi dengan TD: 128/72 mmHg, N: 88 x/mnt,
RR: 18 x/mnt, SpO2 99%
Sign out pada jam 14.00 pasien selesai operasi dan dipindahkan ke RR dengan
pemantauan TTV TD:123/76 mmHg N:76x/menit SpO2 99%
C. Maintanance

Maintanance menggunakan:

- O2 : 2lt/mnt, N2O: 2lt/mnt dengan 2%Vol

- Balance cairan:

 Kebutuhan cairan basal (M) = 2 x BB = 2 x 70 = 140cc

 Pengganti Puasa (PP) = 140 x 6 jam = 840 cc

 Stress operasi (SO) = 8 x 70 = 560 cc

 Kebutuhan Cairan = Jam I : M + ½ PP + SO

= 140 + ½ (840) + 560

= 1.120 cc

Jam II : M + ¼ PP + SO

= 140 + ¼ (840) + 560

= 910 cc

Jam III : M + ¼ PP + SO

= 140 + ¼ (840) + 560

= 910 cc

Jam IV : M + SO

= 140 + 560

= 700 cc
D. Monitoring Selama Operasi (monitoring setiap 5 menit)
TD N2O+O2 Sevo
JAM N SpO2 (mmHg RR Tindakan
)
13.10 87 98 119/735 - - 18
mmHg

13.20 86 99 120/75 - - 18 Pasien dilakukan induksi


dengan fentanyl 100 mcg dan
mmHg propofol 100 mg
13.25 78 99 125/73 2+2 2 16 Pasien dilakukan insersi LMA
mmHg
13.30 87 99 130/87 2+2 2 16 Pasien dilakukan insisi
mmHg
13.35 79 99 127/805 2+2 2 16 Pasien diberikan ondansetron 4
mmHg mg/IV
13.40 75 99 120/90 2+2 2 16 Pasien diberikan keterolac 30
mmHg mg/Iv
13.45 80 99 128/78 2+2 2 16 Asis
mmHg
13.50 79 98 120/75 2+2 2 16 Persiapan untuk ekstubasi
mmHg
13.55 75 98 119/78 2+2 2 16 Ekstubasi LMA dan pemasakan
mmHg mayo nomer 2

E. Pengakhiran Anestesi
Operasi selesai pada pukul 14.00, pasien dibawa ke ruang RR untuk dilakukan pemantauan
tanda-tanda vital dan airway.

F. Pemantauan di Ruang Recovery Room


Aldert/
Jam TD N SPO2 O2 RR Tindakan
Bromage Score
14.00 112/76 85x 100% 18x Aldrette Score 6 Pasien dipasangkan tensi
mmHg dan oxymeter
14.05 116/75 85x 98% 18x Aldrette Score 8
mmHg
14.15 107/56 82x 99% 19x Aldrette Score 10
mmHg
14.30 103/85 81x 99% 20x Aldrette Score 10 Pasien dipindahkan ke
mmHg ruang perawatan
G. ANALISA DATA

No Data Masalah Etiologi


Pre Anestesi
1 DS: Nyeri Akut Berhubungan dengan
- Pasien mengtakan nyeri pada agen cedera biologis
bahu bagian kanan akibat penyakit yang

- Pasien mengatakan nyeri yang diderita

dirasakan terasa senat senut


dengan skla nyeri 6

DO :
- Pasien tampak meringis
kesakitan
- Kesadaran composmentis
- TD 135/88
Nadi 110 x/ menit
RR : 18x/menit
SpO2 : 99 %
P: ketika ditekan
Q: Nyeri terasa seperti senat senut
R: Dibahu bagian kanan
S: 6
T: terus menerus

Intra Anestesi
1 DS: - Ketidak efektifan Berhubungan dengan
pola nafas perubahan pola nafas,
kondisi ketika individu
DO: kehilangan atau
berpotensi kehilangan
- Pasien terdengar mengorok ventilasi yang adekuat
- Sura nafas pasienn snowring
- Pasien terpasang LMA no 3
- Pasien terpasang Mayo no 3
Td: 120/85 mmHg
N: 80x/menit
SpO2: 98%

Pasca Anestesi
1 DS: Nyeri Akut Berhubungan dengan
- Pasien mengatakan nyeri pada adanya trauma jaringan,
bagian bahu kanan luka bekas respons fisiologi setelah
operasi dengan skala nyeri 7. dilakukam prosedur

- Pasien mengeluh kesakitan invasive

terasa nyeri

DO :
- Pasien tampak meringis kesakitan
- TD : 134/84 mmHg
- N : 78x/menit
- RR :20x/menit
- SpO2: 99%
P: Nyeri terasa saat tersentuh
Q: Nyeri terasa seperti tertusuk –
tusuk
R: Nyeri terasa pada luka operasi
S: 7
T: Terus – menerus
H. MASALAH KEPENATAAN ANESTESI
A. Preanestesi
1. Nyeri Akut
B. Intraanestesi
1. Ketidak Efektifan pola nafas
C. Pascaanestesi
1. Nyeri akut
I. RENCANA INTERVENSI KEPENATAAN ANESTESI

RENCANA INTERVENSI
NO DIAGNOSA TUJUAN RASIONAL
KEPENATAAN
Pre Anestesi
1 Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan O = Observasi /kaji tingkat nyeri  Pengkajian nyeri dilakukan
kepenataan anestesi selama 1 x 15 pasien agar dapat menilai rasa
menit masalah nyeri akut nyeri pasien
berkurang/hilang dengan kriteria T = Berikan terapi non Farmakologi  Teknik tarik nafas dan
hasil : berupa pengalihan dengan doa dan pengalihan dengan doa dan
1. Pasien melaporkan nyeri dzikir serta tarik napas dalam. dzikir dapat dilakukan agar
berkurang atau hilang pasien dapat menontrol
2. Frekuensi dan durasi nyeri E = edukasi terkait penyebab nyeri rasa nyeri
berkurang yang dialami pasien  Pemebrian obat analgetik
3. Skala nyeri berkurang dari 5 ke dilakukan untuk
3a C = Kolaborasi dengan dokter untuk meredekan nyeri secara
pemberian obat pereda nyeri berupa farmakologis
keterolac atau ketesse apabila
diperlukan
Intra Anestesi

1 Ketidak efektifan Setelah dilakukan tindakan O = observasi / mengkaji observasi dilakukan agar
pola nafas kepenataan anestesi selama 1 x 10 pernafasan pasein dan saturasi mngetahui tindakan apa
menit dapat mengurangi pasien yang akan diberikan
kemungkinan ketidak efektifan
©Prodi Keperawatan Anestesiologi Program Sarjana Terapan FIKes UNISA Yogyakarta
pola nafas pada pasien dengan kepada pasien
kriteria hasil: T = siapkan mayo untuk melakukan Untuk membantu
 Tidak ada tanda-tanda penuruan ekstubasi dan lakukan jaw thrus saat mengembalikan darah
saturasi pasien lma sudah dilepaskan akibat perdarahan lanjutan
 Frekuensi pernafasan pasein C = Kolaborasi dengan penata yang mungkin terjadi
dalam batas mormal untuk tindakan selanjutnya dengan
tetap memantau ttv pasien dan Tindakan head tilt chin
mengobservasii pernafasan pasien. lift / jaw trush dan
mengganjal bahu pasien
dan pemasangan Mayo
untuk membuka jalan
nafas pasien.

Post Anestesi
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan O = Observasi /kaji tingkat nyeri  Pengkajian nyeri
kepenataan anestesi selama 1 x 30 pasien dilakukan agar dapat
menit masalah nyeri akut menilai rasa nyeri
berkurang/hilang dengan kriteria T = Berikan terapi non Farmakologi pasien
hasil : berupa pengalihan dengan doa dan  Teknik tarik nafas dan
1. Pasien melaporkan nyeri dzikir serta tarik napas dalam. pengalihan dengan doa
berkurang atau hilang dan dzikir dapat
2. Frekuensi dan durasi nyeri E = edukasi terkait penyebab nyeri dilakukan agar pasien
berkurang yang dialami pasien dapat menontrol rasa
4. Skala nyeri berkurang dari 7 ke nyeri
©Prodi Keperawatan Anestesiologi Program Sarjana Terapan FIKes UNISA Yogyakarta
5 C = Kolaborasi dengan dokter untuk  Pemebrian obat
pemberian obat pereda nyeri berupa analgetik dilakukan
keterolac atau ketesse apabila untuk meredekan nyeri
diperlukan secara farmakologis

5. IMPLEMENTASI KEPENATAAN ANESTESI

TANGGAL
DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
WAKTU
Pre Anestesi
4 Appril 2023 Nyeri Akut  Mengobservasi /kaji tingkat nyeri 13.10
Pukul 13.05 WIB S:
pasien dengan PQRST. Pasien mengatakan bahu sebelah kanan masih terasa
nyeri dan sakit, akan tetapi terasa sudah mulai
berkurang dari yang sebelumnya.
 Mengajarkan terapi non Farmakologi
berupa pengalihan dengan doa dan O:
- pasien tampak memahami pemberi informasi
dzikir serta tarik napas dalam.
ketika diberikan edukasi tentang penyebab nyeri
- Pasien terlihat melakukan tarik nafas dalam
– Pasien terlihat beristighfar ketika rasa nyeri
 Mengedukasi pasien terkait penyebab
muncul
nyeri yang dialami pasien - Pasien terlihat masih meringis menahan rasa sakit
- TD: 130/82 mmHg, N: 80x/mnt, SpO2: 98%
P: Nyeri terasa saat ditekan
Q: Nyeri terasa seperti senat senut
R: di bahu sebelah kanan
S: skala nyeri dari 5 ke 4
T: terus menerus

A : Masalah nyeri akut pasien teratasi sebagian


©Prodi Keperawatan Anestesiologi Program Sarjana Terapan FIKes UNISA Yogyakarta
P : Lanjutkan intervensi berupa observasi nyeri
pasien, berkolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat pereda nyeri berupa keterola atau
ketesse apabila diperlukan, dan dilanjutkan dengan
pembedahan.

Intra Anestesi
4 April 20223 Ketidak Efektifan pola nafas mngobservasi / mengkaji pernafasan 13.55
Pukul 13.50 WIB S:-
pasein dan saturasi pasien
O:
menyiapkan mayo untuk melakukan - - pasein terpasang LMA
ekstubasi dan lakukan jaw thrus saat - -pasien belum sadarkaan diri
- Ekstubasi dilakukan lma dilepaskan dan
lma sudah dilepaskan dan akan kemudian mayao no 2 terpasang
dilakukan ekstubasi sadar - Pasein terdengar mengorok
- Suara nafas pasien snowring
- Kemudian dilakukan jaw thrus
Berkolaborasi dengan penata
- Pasien sudah tidak mengoronk lagi
untuk tindakan selanjutnya dengan - Pasien mengalami batuk,dan Mayo dilepaskan
tetap memantau ttv pasien dan - Pasien sadar tetapi belum sadar betul
mengobservasii pernafasan pasien. - Pasien dipindahkan ke RR
- TD: 114/75 mmHg, N: 76 x/mnt, RR: 16 x/mnt,
SpO2: 100%.

A: Masalah risiko komplikasi perdarahan teratasi

P: intervensi dihentikan.pasien diberikan 02 3lt agar


pernafasan pasien tetap normal dan saturasi pasien
diangka 100

©Prodi Keperawatan Anestesiologi Program Sarjana Terapan FIKes UNISA Yogyakarta


Pasca Anestesi
4 April 2023 Nyeri Akut  Mengobservasi /kaji tingkat nyeri S:
pasien dengan PQRST Pasien mengatakan masih terasa nyeri pada area
Pukul 14.05 WIB
pasca operasi atau pada perut bagian kanan

 Mengajarkan terapi non Farmakologi


berupa pengalihan dengan doa dan O:

dzikir serta tarik napas dalam. - Pasien tampak masih meringis kesakitan akibat
nyeri

 Mengedukasi pasien terkait penyebab - Pasien tampak melakukan napas dalam ketika

nyeri yang dialami pasien terasa nyeri


- Pasien terdengar beristigfar ketika terasa nyeri
 Berkolaborasi dengan dokter anestesi - P : pasien mengatakan nyeri saat digerakan
untuk pemberian obat pereda nyeri Q: Seperti ditusuuk tusuk
seperti keterolac atau ketesse di ruang R: dibagian luka pasca operasi
perawatan S: skala nyeri dari 7 ke 5
T:Terus menerus

A = Masalah nyeri akut pada pasien teratasi


sebagian

P = Intervensi dilanjutkan berkolaborasi dengan


dokter anestesi dan perawat bangsal untuk
pemberian obat keterolac 30 mg ketika di bangsal

©Prodi Keperawatan Anestesiologi Program Sarjana Terapan FIKes UNISA Yogyakarta


perawatan.

©Prodi Keperawatan Anestesiologi Program Sarjana Terapan FIKes UNISA Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai