“MENINGIOMA”
Pembimbing:
dr. Aunun Rofiq, SpAn
Oleh:
SMF ILMU ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF RSUD
PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO LEVITA SAVITRY
2019 1620221211
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. W
Usia : 47thn
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : SD
Alamat : Randegan 001/002 Tambakserang
DPJP Anestesi : dr. Aunun Rofiq, Sp.An
Tgl Masuk RSMS : 12 Januari 2019
Tgl Operasi : 15 Januari 2019
Pro : Kraniotomi
Diagnosis : Meningioma Konveksitas
ANAMNESA
Keluhan utama:
Nyeri kepala
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluh nyeri kepala sejak sejak ± 1 tahun yang lalu. Nyeri kepala
dirasakan seperti ditusuk-tusuk. Nyeri kepala dirasakan terutama saat pagi
hari disertai rasa mual. Keluhan dirasakan sering dan bertambah berat jika
beraktivitas. Awalnya pasien hanya mengira sakit kepala biasa dan hanya
minum obat untuk sakit kepala. Keluhan semakin parah sejak ± 1 bulan
terakhir. Pasien juga merasakan pandangannya mulai kabur terutama pada
mata kanan. Pasien sempat berobat ke RS Bumi Ayu kemudian dirujuk ke
RSUD Margono untuk dilakukan CT Scan.
Pasien menyangkal adanya keluhan di telinga seperti berdenging. Pasien
tidak mengeluhkan adanya gangguan pada pengecapan dan
penciumannya. Pasien menyangkal adanya kelemahan pada anggota gerak
dan menyangkal adanya penurunan berat badan dalam beberapa bulan
terakhir. Nafsu makan pasien baik. BAB (+) dan BAK (+) dalam batas
normal. Riwayat trauma (-), kejang (-), demam (-), batuk lama(-), batuk (-),
pilek (-).
Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Gangguan Ginjal: (-)
Riwayat Hipertensi : (-) Riwayat alergi : (-)
Riwayat Penyakit jantung : (-) Riwayat asma : (-)
Riwayat DM : (-)
Riwayat Gangguan Ginjal: (-) Riwayat Sosial Ekonomi
Riwayat operasi : (-) Pasien adalah seorang ibu rumah
tangga, tinggal bersama kedua
Riwayat alergi : (-) anaknya di Banyumas. Hubungan
Riwayat asma : (-) keluarga baik, dukungan moral
dilakukan penuh oleh keluarga.
Maag : (-) Kegiatan sehari-hari pasien adalah
ibu rumah tangga. Pasien gemar
Riwayat Penyakit Keluarga makan makanan sehat seperti sayur,
Riwayat Hipertensi : (-) buah dan daging ayam. Pasien tidak
pernah merokok ataupun konsumsi
Riwayat Penyakit jantung : (-) alcohol.
Riwayat DM : (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sakit kg/m2 (IMT )
sedang
Pemeriksaan jalan napas
Kesadaran : E4M5V6
Jalan napas : Clear
Tanda vital
Buka mulut : 3 jari
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Skor Mallampati : II
Nadi : 84 x/menit
TMD : 7 cm
RR : 20 x/menit
Gigi tanggal : (-)
Suhu : 36.5 C
Gigi palsu : (-)
Pemeriksaan Antropometri
Gigi goyang : (-)
Berat badan : 60 kg
Massa jalan napas : (-)
Tinggi badan : 156 cm
Massa leher : (-)
Indeks massa tubuh : 24,69
Status generalis Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Kepala : mesocephal Palpasi : Iktus kordis teraba di SIC V
LMC sinistra
Mata : CA (-/-), SI (-/-), RC (+/+),
Pupil isokor 3mm/3mm Perkusi : batas jantung tidak
membesar
Hidung : NCH (-), discharge (-)
Auskultasi: S1> S2, regular, murmur (-),
Mulut : mukosa basah (+), sianosis (-) gallop (-)
Leher : deviasi trakea (-), massa (-), Abdomen
Lien tidak teraba
Inspeksi : Datar
membesar
Auskultasi: Bising usus (+) normal
Thoraks : simetris, retraksi (-)
Perkusi : Timpani
Paru
Palpasi : Supel
Inspeksi : gerak napas simetris
Ekstremitas: Akral hangat (++/++),
Palpasi : Vokal fremitus kanan sama edem superior (-/-) dan inferior (-/-
dengan kiri ), CRT <2 detik.
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
kanan dan kiri
Auskultasi: Suara dasar esicular (+/+),
RBK (-/-), RBH (-/-), wheezing (-/-)
Cor
PEMERIKSAAN PENUNJANG
EKG
RONTGEN THORAX
CT SCAN
PERKEMBANGAN PASIEN PRE-
OPERASI
Hari, tanggal Subjektif dan Objektif Assessment Planning
Planning
Inf. RL
Inj. Ceftriaxon 2x1 g
Inf. Phenitoin 3x100 mg
Inj. Dexametason 3x1/2 ampul
Inj. Ranitidin 2x1 ampul
Morfin
Waktu TD (mmHg) HR (x/min) RR (x/min) Suhu
(oC)
15.00 117/68 84 19 34.1
16.00 98/59 98 15
17.00 107/68 75 17
18.00 101/69 73 16 35.1
19.00 108/67 72 18
20.00 106/71 77 16 37
21.00 100/65 86 16
22.00 106/73 90 18
23.00 117/77 93 17
24.00 117/78 96
01.00 118/69 102 17 36.5
02.00 119/71 100 17
03.00 119/73 103 17
04.00 112/72 101 15 36.4
05.00 117/69 103 16
06.00 114/66 104 16 36.2
07.00 115/69 105 17
08.00 112/67 123 15 37
09.00 113/67 128 14
10.00 126/74 106 16 36.6
11.00 122/74 109 16
12.00 127/65 114 15
Laporan di Bangsal Cempaka
Hari, Subjektif dan Objektif Assessment Planning
tanggal
Kamis, 17 S: Nyeri post op (+) Post Craniotomy - Inf. RL
Januari O: H+2 - Inj. Ceftriaxon 2x1g
2019 GCS : E4V5M6 - Inj. Dexamethason
TD : 140/80 mmHg 3x1/2 ampul
Nadi : 82 x/menit - Inj. Ranitidin 2x1
RR : 20 x/menit ampul
S: 37.0 C - Inj. Phenitoin
3x100mg
- Inj. PCT 3x1
Jumat, 18 S: Nyeri post op (+) Post Craniotomy - Inf. RL
Januari O: H+3 - Inj. Ceftriaxon 2x1g
2019 GCS : E4V5M6 - Inj. Dexamethason
TD : 140/90 mmHg 3x1/2 ampul
Nadi : 96 x/menit - Inj. Ranitidin 2x1
RR : 22 x/menit ampul
S: 36.8 C - Inj. Phenitoin
3x100mg
- Inj. PCT 3x1
TINJAUAN PUSTAKA
MENINGIOMA
MENINGIOMA
Meningioma adalah tumor pada meningens, yang merupakan
selaput pelindung yang melindungi otak dan medulla spinalis.
Meningioma dapat timbul pada tempat manapun di bagian otak
maupun medulla spinalis, tetapi, umumnya terjadi di hemisfer otak
di semua lobusnya.
Tumbuhnya meningioma kebanyakan di tempat ditemukan banyak
villi arachnoid.
EPIDEMIOLOGI
•Tumor kedua terbanyak, diperkirakan 13-26% dari tumor intrakranial
primer
•Insidens 6 per 100.000 populasi per tahun.
•90% tumor ini adalah jinak
•Wanita > pria 2:1
ETIOLOGI
•Genetik
Pasien neurofibromatosis type 2 ( delesi pada long arm 22q12)
kehilangan fungsi protein meningioma tipe fibroblastik dan
transisional pada gambaran patologi.
•Riwayat Radiasi
•Riwayat trauma kepala
•Hormon wanita
Wanita meningioma ditemukan reseptor progesteron 88%, estrogen
40%, androgen 38%.
•Kanker payudara
KLASIFIKASI
Menurut WHO meningioma dibagi menjadi 3 :
1. Grade I : Meningioma tumbuh dengan lambat. Tidak
menimbulkan gejala, dikontrol MRI sec. periodik
2. Grade II : Disebut juga meningioma atypical. Jenis ini
tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan grade I
dan juga mempunyai angka kekambuhan yang
lebih tinggi
3. Grade III : Meningioma berkembang dengan sangat agresif
dan disebut meningioma malignan atau
meningioma anaplastik
GEJALA KLINIS
1. Sakit Kepala
2. Kejang
3. Gangguan Mata
4. Hemiparese
5. Gangguan Mental
Lokasi Tumor Gejala
Meningioma falx dan parasagital nyeri tungkai dan kelemahan tungkai
Terapi medis
Interferon dapat dipertimbangkan pada pasien yang mengalami
kekambuhan dan meningioma maligna. Hidroxyurea dan obat-obat
kemoterapi lain diyakini dapat memulai proses kematian sel atau
apoptosis pada sebagian meningioma
PROGNOSIS
Pada umumnya prognosa meningioma adalah baik, karena
pengangkatan tumor yang sempurna akan memberikan penyembuhan
yang permanen
Pada orang dewasa survivalnya relatif lebih tinggi dibandingkan
pada anak-anak, dilaporkan survival rate lima tahun adalah 75%.
TINJAUAN PUSTAKA
ANESTESI UMUM
DEFINISI
42
PERSIAPAN PRE-ANESTESI
43
Anamnesis
Identitas
RPS
Pemeriksaan
RPD fisik
RPK Antropometri
Breath, Blood, Pemeriksaan
Brain, Bowel, penunjang
Bladder, dan
Bone Px lab (darah rutin,
kimia klinik, fungsi
ginjal, fungsi
hemostasis, serum
elektrolit)
Radiologi (Ro thoraks,
CT Scan, USG)
EKG
MENENTUKAN PROGNOSIS, MORBIDITAS
DAN MORTALITAS OPERASI
Klasifikasi Definisi Contoh Kasus
Identifikasi pasien yang potensial diduga
ASA 1 Pasien sehat dan normal. Pasien sehat, tidak merokok, atau konsumsi
alkohol minimal.
akan terjadi kesulitan dalam melakukan
intubasi harus dilakukan untuk menentukan
ASA 2 Pasien dengan penyakit Asma ringan atau hipertensi terkontrol,
sistemik ringan yang tidak pasien perokok, hipertensi dan DM tindakan atau teknik anestesi yang tepat
berpengaruh terhadap aktivitas terkontrol. harus dilakukan.
sehari-hari.
ASA 4 Pasien dengan penyakit berat Infark miokardial akut, gagal nafas yang
yang mengancam nyawa atau membutuhkan ventilasi mekanik.
membutuhkan terapi intensif.
“E” ditambahkan pada status di atas, menunjukkan operasi emergensi yang bila tidak segera
dilakukan dapat meningkatkan bahaya pada hidup pasien atau bagian tubuh pasien.
TATALAKSANA JALAN NAFAS
T Tube. Pipa trakea. Pilih jenis dan ukuran sesuai usia. Usia <5
tahun tanpa balon dan >5 tahun dengan balon (cuffed)
Suction
S Penyedot lendir, saliva, dll
Induksi Induksi
Intravena intramuskular
Induksi Induksi
inhalasi perrektal
50
ANESTESI INTRAVENA
Tiopental
golongan barbiturate (pentotal, tiopenton) dikemas dalam bentuk bubuk
berwarna kuning, berbau belerang, biasanya dalam ampul 500 / 1000
mg. Tiopental hanya boleh digunakan untuk intravena dengan dosis 3-7
mg/kg dan disuntikan perlahan-lahan dihabiskan dalam 30-60 detik
Propofol
Propofol (diprivan, recofol) dikemas dalam cairan emulsi lemak bewarna
putih susu bersifat isotonic dengan kepekatan 1% (1ml= 10mg). Dosis bolus
untuk induks 2-2,5 mg/kg, dosis rumatan untuk anestesi intravena total 4-12
mg/kg/jam dan dosis sedasi untuk perawatan intensif 0,2 mg/kg.
Ketamin
Ketamin (ketalar) kurang digemari untuk induksi anestesia, karena sering
menimbulkan takikardi, hipertensi, hipersalivasi, nyeri kepala pasca
anestesia. Dosis bolus untuk induksi intravena ialah 1-2mg/kg dan untuk
intramukular 3-10mg
Opioid
Opioid (morfin, petidin, fentanil, sufentanil) untuk induksi diberikan
dosis tinggi. Untuk anestesia opioid digunakan fentanil dosis induksi
20-50 mg/kg dilanjutkan dengan dosis rumatan 0,3-1mg/kg/menit.
ANASTESI INHALASI
Isofluran Sevofluran
• Isofluran (foran, aeran) • Sevofluran (ultane)
merupakan halogenasi eter merupakan halogenasi eter.
yang pada dosis anestetik Induksi dari anestesi lebih
atau subanestetik cepat dibandingkan dengan
menurunkan laju isofluran. Bau dari sevofluran
metabolisme otak terhadap tidak menyengat dan tidak
oksigen, tetapi meninggikan merangsang jalan nafas,
aliran darah otak dan tekanan sehingga digemari untuk
intracranial induksi anestesi inhalasi.
PELUMPUH OTOT
Depolarisasi Non
bekerja seperti asetil depolarisasi
kolin, tetapi di celah Pelumpuh otot
saraf otot tak dirusak nondepolarisasi berikatan
oleh kolinesterase, dengan reseptor nikotinik-
sehingga berada kolinergik, teteapi tak
cukup lama dicelah menyebabkan depolarisasi,
sinaptik, akhirnya hanya menghalangi asetil-
terjadilah depolarisasi kolin yang menempatinya,
yg ditandai oleh sehingga asetilkolin tak
fasikulasi yang disusul dapat bekerja
relaksasi otot lurik