Anda di halaman 1dari 57

MINI CEX

“MENINGIOMA”

Pembimbing:
dr. Aunun Rofiq, SpAn

Oleh:
SMF ILMU ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF RSUD
PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO LEVITA SAVITRY
2019 1620221211
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. W
Usia : 47thn
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : SD
Alamat : Randegan 001/002 Tambakserang
DPJP Anestesi : dr. Aunun Rofiq, Sp.An
Tgl Masuk RSMS : 12 Januari 2019
Tgl Operasi : 15 Januari 2019
Pro : Kraniotomi
Diagnosis : Meningioma Konveksitas
ANAMNESA
Keluhan utama:
Nyeri kepala
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluh nyeri kepala sejak sejak ± 1 tahun yang lalu. Nyeri kepala
dirasakan seperti ditusuk-tusuk. Nyeri kepala dirasakan terutama saat pagi
hari disertai rasa mual. Keluhan dirasakan sering dan bertambah berat jika
beraktivitas. Awalnya pasien hanya mengira sakit kepala biasa dan hanya
minum obat untuk sakit kepala. Keluhan semakin parah sejak ± 1 bulan
terakhir. Pasien juga merasakan pandangannya mulai kabur terutama pada
mata kanan. Pasien sempat berobat ke RS Bumi Ayu kemudian dirujuk ke
RSUD Margono untuk dilakukan CT Scan.
Pasien menyangkal adanya keluhan di telinga seperti berdenging. Pasien
tidak mengeluhkan adanya gangguan pada pengecapan dan
penciumannya. Pasien menyangkal adanya kelemahan pada anggota gerak
dan menyangkal adanya penurunan berat badan dalam beberapa bulan
terakhir. Nafsu makan pasien baik. BAB (+) dan BAK (+) dalam batas
normal. Riwayat trauma (-), kejang (-), demam (-), batuk lama(-), batuk (-),
pilek (-).
Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Gangguan Ginjal: (-)
Riwayat Hipertensi : (-) Riwayat alergi : (-)
Riwayat Penyakit jantung : (-) Riwayat asma : (-)
Riwayat DM : (-)
Riwayat Gangguan Ginjal: (-) Riwayat Sosial Ekonomi
Riwayat operasi : (-) Pasien adalah seorang ibu rumah
tangga, tinggal bersama kedua
Riwayat alergi : (-) anaknya di Banyumas. Hubungan
Riwayat asma : (-) keluarga baik, dukungan moral
dilakukan penuh oleh keluarga.
Maag : (-) Kegiatan sehari-hari pasien adalah
ibu rumah tangga. Pasien gemar
Riwayat Penyakit Keluarga makan makanan sehat seperti sayur,
Riwayat Hipertensi : (-) buah dan daging ayam. Pasien tidak
pernah merokok ataupun konsumsi
Riwayat Penyakit jantung : (-) alcohol.
Riwayat DM : (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sakit kg/m2 (IMT )
sedang
Pemeriksaan jalan napas
Kesadaran : E4M5V6
Jalan napas : Clear
Tanda vital
Buka mulut : 3 jari
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Skor Mallampati : II
Nadi : 84 x/menit
TMD : 7 cm
RR : 20 x/menit
Gigi tanggal : (-)
Suhu : 36.5 C
Gigi palsu : (-)
Pemeriksaan Antropometri
Gigi goyang : (-)
Berat badan : 60 kg
Massa jalan napas : (-)
Tinggi badan : 156 cm
Massa leher : (-)
Indeks massa tubuh : 24,69
Status generalis Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Kepala : mesocephal Palpasi : Iktus kordis teraba di SIC V
LMC sinistra
Mata : CA (-/-), SI (-/-), RC (+/+),
Pupil isokor 3mm/3mm Perkusi : batas jantung tidak
membesar
Hidung : NCH (-), discharge (-)
Auskultasi: S1> S2, regular, murmur (-),
Mulut : mukosa basah (+), sianosis (-) gallop (-)
Leher : deviasi trakea (-), massa (-), Abdomen
Lien tidak teraba
Inspeksi : Datar
membesar
Auskultasi: Bising usus (+) normal
Thoraks : simetris, retraksi (-)
Perkusi : Timpani
Paru
Palpasi : Supel
Inspeksi : gerak napas simetris
Ekstremitas: Akral hangat (++/++),
Palpasi : Vokal fremitus kanan sama edem superior (-/-) dan inferior (-/-
dengan kiri ), CRT <2 detik.
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
kanan dan kiri
Auskultasi: Suara dasar esicular (+/+),
RBK (-/-), RBH (-/-), wheezing (-/-)
Cor
PEMERIKSAAN PENUNJANG
EKG
RONTGEN THORAX
CT SCAN
PERKEMBANGAN PASIEN PRE-
OPERASI
Hari, tanggal Subjektif dan Objektif Assessment Planning

Sabtu, 12 S: Pasien datang ke Meningioma -Inf. RL


Januari 2019 RSMS dengan nyeri Konveksitas -Inj. Dexamethason
kepala sejak 1 tahun ASA III 3x5mg
yang lalu. Pasien juga -Inj. Ranitidin
mengeluh pandangan 2x50mg
kabur. -Inj. Phenitoin
3x100mg
O:
TD : 140/90 mmHg
Nadi : 84 x/menit
RR : 20 x/menit
S: 37.1 C
LAPORAN DURANTE OPERASI
Tanggal operasi : 15 Januari 2019
Jam mulai anestesi : 09.00 WIB
Jam selesai anestesi: 15.00 WIB
Kondisi Prainduksi :
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4V5M6
Tekanan darah : 140/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit, egular, isi tekanan cukup
RR : 24 x/menit, ireguler,
Pola napas thorakoabdominal,
Suhu : 36.2 C
Teknik anestesi :
Anestesi : General Anashtesia
Pramedikasi :-
Preemptive analgesia : Fentanyl 100 mcg
Induksi : Sevoflurane
IV : Propofol 100mg
Fasilitas intubasi : Recuronium 50 mg
Posisi pasien : Berbaring
Area penyuntikan : Intravena
Keterangan blok : Total blok
Intubasi ET : Kinking no. 7, semi close
Laringoskop Mancintosh
Sulit ventilasi : tidak
Sulit Intubasi : tidak
Monitoring durante operasi
Waktu TD (mmHg) SpO2 HR (x/min)
09.00 140/70 100% 96
09.15 130/70 100% 92
09.30 140/70 100% 87
10.00 140/80 100% 90
10.15 120/80 100% 101
10.30 120/80 100% 100
10.45 100/60 100% 95
11.00 90/60 100% 89
11.15 90/60 100% 92
11.30 100/60 100% 102
11.45 100/70 100% 99
12.00 100/70 100% 94
12.15 90/50 100% 94
12.30 90/50 100% 83
12.45 90/60 100% 82
13.00 100/70 100% 89
13.15 100/70 100% 90
13.30 110/70 100% 94
13.45 110/80 100% 99
14.00 110/70 100% 97
14.15 110/60 100% 97
14.30 100/60 100% 103
14.45 110/80 100% 102
Obat-obatan yang diberikan
 Fentanyl 100 mcg
 Propofol 100 mg
 Recuronium 50 mg
 Asam Traneksamat 1 gr
Cairan yang diberikan
 Ringer Lactate : 2000 ml
 NaCl : 2500 ml
 Terastarch : 1000 ml
 Totilac : 250 ml
 Darah : 250 ml
Perdarahan : 700 ml
Urine output : 550 ml
TERAPI CAIRAN
Rumus :
Maintenance = 2 x kgBB/ jam
Pengganti Puasa (PP) = Puasa (jam) x M
Stres Operasi (SO) = 8cc/kgBB (operasi besar)
Jam I = ½ PP + M + SO
Jam II = ¼ PP + M + SO
Jam III = Jam II
EBV = 65 ml x kgBB
ABL = 15% x EBV
Perhitungan (BB= 60 kg) :
Maintenance (M) 2 x 60 kg = 120 cc
Pengganti Puasa (PP) 14 x 120 cc = 1680 cc
Stress Operasi (SO) 8 x 60 kg = 480 cc
EBV 65 x 60 = 3900 cc
Lama Operasi (6 jam)
Kebutuhan cairan durante operasi
Jam I = ½ PP + M + SO
= ½ 1680 + 120 + 480
= 1440 cc
Jam II = ¼ PP + M + SO
= ¼ 1680 + 120 + 480
= 1020 cc
Jam III = ¼ PP + M + SO
= ¼ 1680 + 120 + 480
= 1020 cc
Jam IV = M + SO
= 120 + 480
= 600 cc
Jam V = M + SO
= 120 + 480
= 600 cc
Jam VI = M + SO
= 120 + 480
= 600 cc

Output durante operasi


Jumlah perdarahan = 700 cc
Urin output = 550 cc
Total output durante operasi = 1250 cc
Output Cairan Input Cairan
Perdarahan + urin output RL = 2000 cc
= 700 cc + 550 cc NaCl = 2500 cc
Terastarch = 1000 cc
Totilac = 250 cc
Darah = 250 cc
Output cairan D.O. = 1250 cc Input cairan D.O. = 6000 cc

Kebutuhan durante operasi


6 jam : 5280

Total Cairan Output Total Cairan Input


1250 cc + 5280 cc
= 6530 cc = 6000 cc
Balance Cairan: - 530 cc
PERKEMBANGAN PASIEN POST
OPERASI
Laporan di ICU Mata : CA +/+,SI -/-, RC +/+, isokor
3mm/3mm
Subjek
Telinga : bloody otore -/-, discharge (-/-)
Penurunan Kesadaran
Hidung : discharge (-)
Objektif
Mulut : sianosis (-), mukosa basah (+)
Ku/Kes : Tampak sakit berat/ExVTM6
Leher : deviasi trakea (-), pembesaran
TD : 112/67 mmHg KGB (-)
Nadi : 106 x/mnt, reguler, isi tekanan Thoraks : simetris, jejas (-), retraksi (-)
cukup
Pulmo : SDV +/+, RBK -/-, RBH -/-, Whz -
RR : 15 x/mnt /-,
S : 36.7 C Cor : S1 > S2, M -, G -
BB : 60 kg Abdomen : Datar, supel, timpani, BU (+)
normal,
TB : 156 cm
Ekstremitas : AH ++/++ edema - -/ - -
Status Generalis:
Kepala : mesocephal (+), kassa (+), rembes
(-), drainase (+)
Assesment
Meningioma Konveksitas

Planning
Inf. RL
Inj. Ceftriaxon 2x1 g
Inf. Phenitoin 3x100 mg
Inj. Dexametason 3x1/2 ampul
Inj. Ranitidin 2x1 ampul
Morfin
Waktu TD (mmHg) HR (x/min) RR (x/min) Suhu
(oC)
15.00 117/68 84 19 34.1
16.00 98/59 98 15
17.00 107/68 75 17
18.00 101/69 73 16 35.1
19.00 108/67 72 18
20.00 106/71 77 16 37
21.00 100/65 86 16
22.00 106/73 90 18
23.00 117/77 93 17
24.00 117/78 96
01.00 118/69 102 17 36.5
02.00 119/71 100 17
03.00 119/73 103 17
04.00 112/72 101 15 36.4
05.00 117/69 103 16
06.00 114/66 104 16 36.2
07.00 115/69 105 17
08.00 112/67 123 15 37
09.00 113/67 128 14
10.00 126/74 106 16 36.6
11.00 122/74 109 16
12.00 127/65 114 15
Laporan di Bangsal Cempaka
Hari, Subjektif dan Objektif Assessment Planning
tanggal
Kamis, 17 S: Nyeri post op (+) Post Craniotomy - Inf. RL
Januari O: H+2 - Inj. Ceftriaxon 2x1g
2019 GCS : E4V5M6 - Inj. Dexamethason
TD : 140/80 mmHg 3x1/2 ampul
Nadi : 82 x/menit - Inj. Ranitidin 2x1
RR : 20 x/menit ampul
S: 37.0 C - Inj. Phenitoin
3x100mg
- Inj. PCT 3x1
Jumat, 18 S: Nyeri post op (+) Post Craniotomy - Inf. RL
Januari O: H+3 - Inj. Ceftriaxon 2x1g
2019 GCS : E4V5M6 - Inj. Dexamethason
TD : 140/90 mmHg 3x1/2 ampul
Nadi : 96 x/menit - Inj. Ranitidin 2x1
RR : 22 x/menit ampul
S: 36.8 C - Inj. Phenitoin
3x100mg
- Inj. PCT 3x1
TINJAUAN PUSTAKA

MENINGIOMA
MENINGIOMA
 Meningioma adalah tumor pada meningens, yang merupakan
selaput pelindung yang melindungi otak dan medulla spinalis.
 Meningioma dapat timbul pada tempat manapun di bagian otak
maupun medulla spinalis, tetapi, umumnya terjadi di hemisfer otak
di semua lobusnya.
 Tumbuhnya meningioma kebanyakan di tempat ditemukan banyak
villi arachnoid.
EPIDEMIOLOGI
•Tumor kedua terbanyak, diperkirakan 13-26% dari tumor intrakranial
primer
•Insidens 6 per 100.000 populasi per tahun.
•90% tumor ini adalah jinak
•Wanita > pria 2:1
ETIOLOGI
•Genetik
Pasien neurofibromatosis type 2 ( delesi pada long arm 22q12)
kehilangan fungsi protein meningioma tipe fibroblastik dan
transisional pada gambaran patologi.
•Riwayat Radiasi
•Riwayat trauma kepala
•Hormon wanita
Wanita meningioma ditemukan reseptor progesteron 88%, estrogen
40%, androgen 38%.
•Kanker payudara
KLASIFIKASI
Menurut WHO meningioma dibagi menjadi 3 :
1. Grade I : Meningioma tumbuh dengan lambat. Tidak
menimbulkan gejala, dikontrol MRI sec. periodik
2. Grade II : Disebut juga meningioma atypical. Jenis ini
tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan grade I
dan juga mempunyai angka kekambuhan yang
lebih tinggi
3. Grade III : Meningioma berkembang dengan sangat agresif
dan disebut meningioma malignan atau
meningioma anaplastik
GEJALA KLINIS
1. Sakit Kepala
2. Kejang
3. Gangguan Mata
4. Hemiparese
5. Gangguan Mental
Lokasi Tumor Gejala
Meningioma falx dan parasagital nyeri tungkai dan kelemahan tungkai

kejang, sakit kepala, defisit neurologis fokal,


Meningioma Convexitas
perubahan status mental

kurangnya sensibilitas wajah, gangguan


Meningioma Sphenoid lapangan pandang, kebutaan, dan penglihatan
ganda, kelumpuhan pada nervus III

Meningioma Olfaktorius kurangnya kepekaan penciuman, masalah visus.

nyeri tajam pada wajah, mati rasa, dan spasme


Meningioma fossa posterior otot-otot wajah, berkurangnya pendengaran,
gangguan menelan, gangguan gaya berjalan

pembengkakan diskus optikus, masalah visus,


Meningioma suprasellar
anosmia, sakit kepala dan gejala hipopituitari
Spinal meningioma nyeri punggung, nyeri dada dan lengan

Meningioma Intraorbital penurunan visus, penonjolan bola mata


PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Computed Tomography (CT scan)
Gambaran CT-scan paling baik untuk menunjukkan kalsifikasi dari
meningioma.
Pada CT scan, tumor terlihat isodens atau sedikit hiperdens jika
dibandingkan dengan jaringan otak normal.
2. MRI
MRI memperlihatkan lesi berupa massa, dengan gejala
tergantung pada lokasi tumor berada.
Kelebihan MRI dalam memberikan gambaran meningioma
adalah resolusi 3 dimensi. Kemampuan MRI untuk
membedakan tipe dari jaringan ikat, kemampuan
multiplanar, dan rekonstruksi 3D.
3. Angiografi
Angiografi secara khusus mampu menunjukan massa hipervaskular,
menilai aliran darah sinus dan vena. Angiografi dilakukan hanya jika
direncakan dilakukan embolisasi preoperasi untuk mengurangi resiko
perdarahan intraoperatif
PENATALAKSANAAN
•Terapi meningioma masih menempatkan reseksi operatif sebagai
pilihan pertama.
•Pembedahan adalah pengobatan utama untuk pasien yang bukan
kandidat untuk elektif. Reseksi tumor lengkap dikaitkan dengan
tingginya tingkat harapan hidup bebas penyakit.
MENURUT WHO:
Rekomendasi WHO untuk Meningioma Grade I:

Radioterapi dapat dipertimbangkan dalam kasus lokasi tumor tidak


mungkin untuk dioperasi (seperti sinus cavernous meningioma), tumor
yang tidak dapat direseksi, gejala penyakit sisa, atau tumor
berulang. Diagnosis radiologi mungkin cukup dalam kasus ini.

Terapi medis
Interferon dapat dipertimbangkan pada pasien yang mengalami
kekambuhan dan meningioma maligna. Hidroxyurea dan obat-obat
kemoterapi lain diyakini dapat memulai proses kematian sel atau
apoptosis pada sebagian meningioma
PROGNOSIS
Pada umumnya prognosa meningioma adalah baik, karena
pengangkatan tumor yang sempurna akan memberikan penyembuhan
yang permanen
Pada orang dewasa survivalnya relatif lebih tinggi dibandingkan
pada anak-anak, dilaporkan survival rate lima tahun adalah 75%.
TINJAUAN PUSTAKA

ANESTESI UMUM
DEFINISI

Anestesi umum (general anesthesia) adalah keadaan yang


dihasilkan ketika pasien menerima obat untuk amnesia,
analgesia, kelumpuhan otot, dan sedasi. Seorang pasien yang
teranestesi dapat dianggap dalam keadaan tidak sadar yang
terkontrol dan reversibel. Anestesi memungkinkan pasien
untuk mentolerir prosedur bedah yang dapat menimbulkan
rasa sakit tak tertahankan, mempotensiasi eksaserbasi fisiologis
yang ekstrim, dan menghasilkan perasaan yang tidak
menyenangkan.

42
PERSIAPAN PRE-ANESTESI

43
Anamnesis
Identitas
RPS
Pemeriksaan
RPD fisik
RPK Antropometri
Breath, Blood, Pemeriksaan
Brain, Bowel, penunjang
Bladder, dan
Bone Px lab (darah rutin,
kimia klinik, fungsi
ginjal, fungsi
hemostasis, serum
elektrolit)
Radiologi (Ro thoraks,
CT Scan, USG)
EKG
MENENTUKAN PROGNOSIS, MORBIDITAS
DAN MORTALITAS OPERASI
Klasifikasi Definisi Contoh Kasus
Identifikasi pasien yang potensial diduga
ASA 1 Pasien sehat dan normal. Pasien sehat, tidak merokok, atau konsumsi
alkohol minimal.
akan terjadi kesulitan dalam melakukan
intubasi harus dilakukan untuk menentukan
ASA 2 Pasien dengan penyakit Asma ringan atau hipertensi terkontrol,
sistemik ringan yang tidak pasien perokok, hipertensi dan DM tindakan atau teknik anestesi yang tepat
berpengaruh terhadap aktivitas terkontrol. harus dilakukan.
sehari-hari.

ASA 3 Pasien dengan penyakit Diabetes dan hipertensi yang tidak


sistemik berat atau secara terkontrol dengan baik, PPOK, obesitas
bermakna membatasi aktivitas parah (IMT ≥ 40), hepatitis aktif,
sehari-hari. ketergantungan/penyalahgunaan alkohol,
gagal ginjal dengan hemodialysis terjadwal,
dll.

ASA 4 Pasien dengan penyakit berat Infark miokardial akut, gagal nafas yang
yang mengancam nyawa atau membutuhkan ventilasi mekanik.
membutuhkan terapi intensif.

ASA 5 Pasien hampir meninggal yang Rupture aneurisma abdomen/thoraks,


mungkin akan meninggal dalam trauma massif, perdarahan intrakranial
24 jam dengan atau tanpa dengan efek massa.
tindakan operasi

ASA 6 Pasien sudah dinyatakan mati


batang otak dan organnya ingin
didonorkan.

“E” ditambahkan pada status di atas, menunjukkan operasi emergensi yang bila tidak segera
dilakukan dapat meningkatkan bahaya pada hidup pasien atau bagian tubuh pasien.
TATALAKSANA JALAN NAFAS

Look Feel Listen


• Kepala ekstensi pada sendi atlanto-oksipital
Manuver • Mandibula didorong kedepan dengan kedua angulus mandibular
triple jalan • Mulut dibuka
nafas

• jalan nafas mulut-faring lewat mulut (oropahryngeal airway) atau jalan


Jalan nafas nafas hidung-faring lewat hidung (nasopharyngeal airway)
laring

• Sungkup muka (facemask) mengantar udara/gas anestesi dari alat


Sungkup resusitasi atau sistem anestesi ke jalan nafas pasien
muka
• Sungkup laring (laryngeal mask airway) ialah alat jalan nafas
berbentuk sendok terdiri dari pipa besar berlubang dengan
ujung menyerupai sendok yang pinggirnya dapat
Sungkup dikembangkan seperti balon pada pipa trakea
laring

• Pipa trakea (endotracheal tube) mengantar gas anestetik


langsung kedalam trakea dan biasanya dibuat dari bahan
standar polivinil-klorida
Pipa trakea

• Bilah, daun (blade) lurus (macintosh) untuk bayi-anak-dewasa.


Laringoskopi • Bilah lengkung (Miller, Magill) untuk anak besar-dewasa
dan intubasi
INDUKSI ANASTESIA

Scope. Stetoskop, untuk mendengarkan suara paru dan jantung.


S Laringo-scope. Pilih bilah atau daun (blade) yang sesuai dengan
usia pasien. Lampu harus cukup terang

T Tube. Pipa trakea. Pilih jenis dan ukuran sesuai usia. Usia <5
tahun tanpa balon dan >5 tahun dengan balon (cuffed)

Airway. Pipa mulut faring (Guedel, orotracheal airway) atau pipa


A hidung faring (naso-tracheal airway). Pipa ini untuk menahan lidah
saat pasien tidak sadar untuk menjaga supaya lidah tidak
menyumbat jalan nafas.
Tape
T Plester untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau
tercabut

Introducer. Mandrin atau stilet dari kawat dibungkus


I plastic yang mudah dibengkokkan untuk pemandu
supaya pipa trakea mudah dimasukkan

C Connector. Penyambung antara pipa dan peralatan


anesthesia

Suction
S Penyedot lendir, saliva, dll
Induksi Induksi
Intravena intramuskular

Induksi Induksi
inhalasi perrektal

50
ANESTESI INTRAVENA
Tiopental
golongan barbiturate (pentotal, tiopenton) dikemas dalam bentuk bubuk
berwarna kuning, berbau belerang, biasanya dalam ampul 500 / 1000
mg. Tiopental hanya boleh digunakan untuk intravena dengan dosis 3-7
mg/kg dan disuntikan perlahan-lahan dihabiskan dalam 30-60 detik

Propofol
Propofol (diprivan, recofol) dikemas dalam cairan emulsi lemak bewarna
putih susu bersifat isotonic dengan kepekatan 1% (1ml= 10mg). Dosis bolus
untuk induks 2-2,5 mg/kg, dosis rumatan untuk anestesi intravena total 4-12
mg/kg/jam dan dosis sedasi untuk perawatan intensif 0,2 mg/kg.

Ketamin
Ketamin (ketalar) kurang digemari untuk induksi anestesia, karena sering
menimbulkan takikardi, hipertensi, hipersalivasi, nyeri kepala pasca
anestesia. Dosis bolus untuk induksi intravena ialah 1-2mg/kg dan untuk
intramukular 3-10mg
Opioid
Opioid (morfin, petidin, fentanil, sufentanil) untuk induksi diberikan
dosis tinggi. Untuk anestesia opioid digunakan fentanil dosis induksi
20-50 mg/kg dilanjutkan dengan dosis rumatan 0,3-1mg/kg/menit.
ANASTESI INHALASI

Isofluran Sevofluran
• Isofluran (foran, aeran) • Sevofluran (ultane)
merupakan halogenasi eter merupakan halogenasi eter.
yang pada dosis anestetik Induksi dari anestesi lebih
atau subanestetik cepat dibandingkan dengan
menurunkan laju isofluran. Bau dari sevofluran
metabolisme otak terhadap tidak menyengat dan tidak
oksigen, tetapi meninggikan merangsang jalan nafas,
aliran darah otak dan tekanan sehingga digemari untuk
intracranial induksi anestesi inhalasi.
PELUMPUH OTOT

Depolarisasi Non
bekerja seperti asetil depolarisasi
kolin, tetapi di celah Pelumpuh otot
saraf otot tak dirusak nondepolarisasi berikatan
oleh kolinesterase, dengan reseptor nikotinik-
sehingga berada kolinergik, teteapi tak
cukup lama dicelah menyebabkan depolarisasi,
sinaptik, akhirnya hanya menghalangi asetil-
terjadilah depolarisasi kolin yang menempatinya,
yg ditandai oleh sehingga asetilkolin tak
fasikulasi yang disusul dapat bekerja
relaksasi otot lurik

Termasuk golongan - Bensiliso-kuinolinum: d-tubokurarin,


metokurin, atrakurium, doksakurium,
pelumpuh otot mivakurium.
depolarisasi ialah - Sieroid: pankuronium, vekuronium,
suksinil-kolin (diasetil- pipekuronium, ropakuronium,
kolin) dan rokuronium.
dekametonium. - Eter fenolik: gallamin
- Nortokseferin: alkuronium.
PENAWAR PELUMPUH OTOT

Penawar pelumpuh otot atau


antikolinesterasi bekerja pada
sambungan saraf-otot mencegah
asetilkolin-esterase bekerja,
sehingga asetilkolin dapat bekerja.

Antikolinesterasi yang paling sering


digunakan ialah neostigmin
(prostigmin), piridostigmin, dan
edrophonium. Physostigmine (eserin)
hanya untuk penggunaan per-oral.

Dosis neostigmin 0,04-0,08 mg/kg,


piridostigmin 0,1-0,4 mg/kg,
edrophonium 0,5-1 mg/kg dan
fisostigmin 0,01-,0,03 mg/kg
KESIMPULAN
1. Pada pasien kritis atau pasien dengan penurunan kesadaran jalan nafas harus
bebas. Tanda-tanda adanya obstruksi jalan nafas yaitu suara mendengkur
(snoring) karena obstruksi lidah, suara berkumur (gargling) karena cairan di
faring, dan stridor karena edema pita suara atau laring. Menjaga jalan nafas
tetap bebas dapat dilakukan dengan atau tanpa alat.
2. Meningioma adalah tumor pada meninx, yang merupakan selaput pelindung
yang melindungi otak dan medulla spinalis. Tumbuhnva meningioma
kebanvakan di tempat ditemukan banyak villi arachnoid.
3. Selain peningkatan usia, faktor lain yang dinilai konsisten berhubungan dengan
risiko terjadinya meningioma yaitu sinar radiasi pengion; factor lingkungan
berupa gaya hidup dan genetik telah dipelajari namunnya perannya masih
dipertanyakan. Faktor lain yang telah diteliti yaitu penggunaan hormone
endogen dan eksogen, penggunaan telepon genggam, dan variasi genetik
atau polimorfisme.
KESIMPULAN
4. CT-scan kontras dan CT-scan tanpa kontras memperlihatkan paling banyak
meningioma. Gambaran spesifik dari meninioma berupa enchancement dari
tumor dengan pemberian kontras. Meninioma tampak sebagai masa yang
homogen dengan densitas tinggi, tepi bulat dan tegas. Dapat terlihat juga
adanya hiperostosis kranialis, destruksi tulang, udem otak yang terjadi sekitar
tumor, dan adanya dilatasi ventrikel.
5. Pemeriksaan pre operatif adalah pemeriksaan yang dilakukan pada pasien
yang akan dioperasi satu hari sebelum operasi dilakukan berupa anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
6. Penentuan prognosis dan prediksi morbiditas serta mortalitas dilakukan setelah
pemeriksaan pre operatif yang dapat dinilai berdasarkan status fisik ASA,
adanya masalah dengan jalan napas diukur dengan Mallampati score dan
TMD, adanya masalah kardiovaskuler dan masalah respirasi.
7. Saat operasi perlu diperhatikan input dan output cairan pada pasien, termasuk
pemilihan jenis cairan yang diberi.

Anda mungkin juga menyukai