KASUS
ANAK
DROWNING
C (Circulation) Clear
Hr : 120 x/i
Nadi teraba reguler, Kuat angkat
A (Airway) Clear
Pasien dapat berbicara dan menangis
Snoring (-), gargling (-), stridor (-)
B (Breathing) Not Clear
Look : Gerak nafas simetris,Tidak tampak jejas
Tatalaksana
Listen : Ves +/+ Rh +/+ Wh -/-
O2 2 lpm nasal kanul
Feel : Perkusi kedua lapangan paru sonor
D (Disability) Clear
GCS 15 (CM, E4 V5 M6)
Pupil isokor, Reaksi cahaya +/+
E (Exposure) Clear
Suhu 36,30C
Tidak tampak jejas ditubuh pasien
Pasien diberikan selimut
Sianosis di ujung jari tangan pasien (-)
Bibir pasien pucat (-)
Secondary Survey
Keluhan Utama :
◦ Pasien sempat tidak sadarkan diri +/- 30 menit setelah
tenggelam di kolam ikan
Keluhan Tambahan :
◦ Pasien tampak sedikit pucat
Secondary Survey
Riwayat Penyakit Sekarang:
◦ Pasien ditemukan mengambang di kolam ikan setelah sempat
hilang dari penglihatan ibunya. Ketika ditemukan pasien tidak
sadarkan diri dan menurut ibu pasien perkiraan waktu pasien
tenggelam 10 menit dan kemudian langsung dibawa ke PKM
terdekat sebelum di rujuk RSUD Ciawi.
Riwayat Penyakit Dahulu
◦ Riwayat Operasi(-)
◦ Riwayat DM (-)
Secondary Survey
Riwayat Kehamilan:
ANC teratur periksa ke bidan, ibu tidak memiliki penyakit berat dan
tidak mengkonsumsi obat serta jamu selama kehamilan.
Riwayat Kelahiran
Pasien anak ke 1 dari 1 bersaudara. Lahir spontan. Cukup bulan,
tidak ada kelainan bawaan, langsung menangis, tidak sianosis dan
tidak ikterik. Berat lahir : 3000 gram. Panjang Lahir : 48 cm.
Riwayat Perkembangan
Kesan tumbuh kembang tidak ada kelainan. Pasien sudah dapat
berjalan dan dapat bicara 1 kalimat.
Secondary Survey (cont.)
Keadaan Umum : TSS
Kesadaran : CM (GCS = 15)
HR : 120 kali/menit
RR : 42 kali/menit
BB : 9 kg
Suhu : 36,30C
Secondary Survey (cont.)
Kepala
◦ Normocephali, tidak terdapat hematoma, krepitasi (-)
◦ Mata : CA -/-, SI -/-, pupil isokor 3 mm/3 mm, RC +/+,
raccoon eyes (-)
◦ Hidung : Simetris, krepitasi (-), rhinorrhea (-)
◦ Mulut : Tidak tampak pucat
◦ Telinga : Aurikula dextra dan sinistra dbn, battle sign -/-, cairan
keluar -/-
Secondary Survey (cont.)
Leher
◦ JVP tidak meningkat
◦ Trakea teraba di tengah
Thorax
◦ I : jejas (-), gerak nafas simetris
◦ P : gerak nafas simetris, krepitasi (-),Vokal fremitus
◦ P : sonor/sonor
◦ A : vesikuler +/+, rh +/+, wh -/-,
Secondary Survey (cont.)
Jantung
◦ I : ictus cordis tidak terlihat
◦ P : ictus cordis teraba ICS V linea midclavicularis sinistra
◦ P : kesan cardiomegali (-)
◦ A : S1 & S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
◦ I : Datar, tidak tampak jejas
◦ A : bising usus (+) menurun 2x/menit
◦ P : soepel, defans muskular (-)
◦ P : timpani
Ekstremitas
◦ Dingin, CRT = 2 detik
◦ sianosis (-)
Diagnosis
Post Drowning dd/susp aspirasi pneumoni
Prognosis
Quo ad vitam : dubia et bonam
Quo ad fungsionam : dubia et bonam
Quo ad sanactionam : dubia et bonam
Tatalaksana
Konsul dr. Emilda, Sp.A
Terapi IGD ◦ 02 2 lpm nasal kanul
02 2 lpm nasal kanul ◦ Inhalasi Ventolin 3x1/2 ampul
IVFD RL 9 tpm (makro) ◦ IVFD KAEN 1B 9 tpm (makro)
Cek lab H2TL, GDS,
◦ Inj Cefotaxim 3x300 mg IV
Elektrolit
◦ Paracetamol 3xcth 1
◦ Ro. Thorax AP
Hasil Lab Tgl 5 - 4 - 2018
Parameter Hasil Nilai Rujukan
Hb 9,3 11,5 – 13,5 g/dL
Ht 29,9 45 – 52 %
Lekosit 16,1 6 – 15 rb/uL
Trombosit 569 150 – 440 rb/uL
GDS 142 80 – 120 mg/dL
Natrium 137 135 – 145 mmol/L
Kalium 3,8 3,5 – 5,3 mmol/L
Clorida 106 95 – 106 mmol/L
Ro. Thorax AP
Cor : Ukuran kesan tak membesar
Pulmo : Tampak patchy infiltrat di
parahiler dan para cardial kanan kiri
Bronchovascular pattern meningkat
Hilus kanan kiri menebal
Sinus phrenicocostalis kanan kiri tajam
Diafragma dan tulang-tulang baik
Kesan : Bronchopneumonia dd TB
Paru
Follow Up
6 - 4 - 2018 S : Demam naik turun (+), sesak (-)
Dokter Jaga O: Kesadaran CM
T : 37,0 °C
RR : 24 x/i
HR : 100 x/i
• Etiologi
Kecelakaan
Pembunuhan
Airway
Pada anak yang tidak sadar, lidah sering jatuh ke
belakang dan dapat menyebabkan sumbatan jalan
napas.
Penolong harus membuka jalan napas dengan
manuver head tilt dan chin lift yang dapat
dikerjakan baik pada pasien trauma maupun
nontrauma.
Teknik jaw thrust dilakukan bila terdapat
kecurigaan trauma servikal.
Untuk mempertahankan terbukanya jalan napas,
dapat dilakukan pemasangan alat orofaringeal
(guedel) dan selang nasofaringeal.
Pediatric advance life support. 2005 International Consensus Conference on Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency
Cardiovascular Care Science with Treatment Recommendations, American Heart Association. Circulation. 2005;112:IV-167-IV-187
BREATHING
Penilaian pernapasan dilakukan dalam waktu 10 detik
dengan teknik look, listen dan feel pada saat bersamaan.
Penolong harus melihat gerakan pernapasan baik
pernapasan dada maupun abdominal,
mendengar suara napas pasien melalui hidung dan mulut,
dan merasakan udara pernapasan yang keluar pada pipi
penolong.
Jika anak bernapas dan tidak ada riwayat trauma
sebelumnya, tempatkan pasien pada posisi stabil untuk
menjaga jalan napas dan menurunkan risiko aspirasi.
Berg MD, Schexnayder SM, Chameides L, Terry M, et al. Pediatric basic life support. 2010 American Health Association
Guidelines for cardiopulmonary resuscitation and emergency cardiovascular care science. Circulation. 2010;122:S862-75.
Jika anak tidak bernapas atau gasping, pertahankan jalan napas dan
berikan 2 kali bantuan napas.
Pada anak <1 tahun, gunakan teknik mouth-to-mouth and nose,
sedangkan pada anak >1 tahun dengan menggunakan teknik mouth-
to-mouth.
Hindari pemberian ventilasi yang berlebihan karena dapat
menyebabkan pneumotoraks akibat tekanan berlebihan, dapat
menyebabkan regurgitasi lambung karena saat ventilasi udara dapat
masuk baik ke paru ataupun lambung, serta dapat menyebabkan
berkurangnya curah jantung akibat peningkatan tekanan intratorak
sehingga aliran balik darah ke jantung (venous return) berkurang.
Circulation
Penilaian sirkulasi dilakukan dalam 10 detik dengan meraba pulsasi
arteri brakialis (pada bayi) dan arteri karotis dan femoralis pada
anak.
Jika frekuensi nadi kurang dari 60 kali per menit dan pada anak
terlihat tanda perfusi kurang (pucat dan sianosis), kompresi dada
dapat dimulai.
Jika frekuensi nadi ≥60 kali per menit tetapi anak tidak bernapas,
lanjutkan bantuan napas tanpa kompresi dada.
Bantuan napas diberikan 12 sampai 20 kali per menit (1 pernapasan
tiap 3 sampai 5 detik) sampai pasien bernapas spontan.
Sambil melakukan bantuan napas, nilai pulsasi arteri tiap 2 menit
secara singkat (tidak lebih dari 10 detik).
Lubrano R, Cecchetti C, Bellelli E, Gentile I, Loayza LH, et al. Comparison of times of intervention during pediatric CPR
maneuvers using ABC and CAB sequences: A randomized trial. Resuscitation. 2012;12:1473-7.
Circulation
Untuk anak kurang dari 1 tahun dan penolong seorang
diri, kompresi dilakukan dengan teknik 2 jari yang
diletakkan di bawah garis intermamaria.
Teknik ini dapat dilakukan dengan satu atau dua tangan
Circulation
Pada anak lebih besar, kompresi dada dilakukan pada
setengah bagian bawah sternum dengan pangkal
pergelangan tangan (seperti pada orang dewasa) dan
dapat dilakukan baik dengan satu atau dua tangan.
Dalamnya kompresi mencapai sepertiga diameter antero-
posterior rongga dada.
Circulation
Jika penolong seorang diri, lakukan 30 kompresi dada
diikuti pemberian 2 bantuan napas.
Untuk 2 penolong, pemberian bantuan napas dan
kompresi dada dilakukan dengan perbandingan 30:2.
Jangan melakukan bantuan napas dan kompresi dada pada
saat yang bersamaan
RESUSITASI
Dalam keadaan darurat resusitasi dapat diakhiri jika ada salah satu keadaan berikut
ini:
1.Telah timbul kembali sirkulasi dan ventilasi spontan yang efektif.
2. Upaya resusitasi telah diambil alih oleh orang lain yang lebih bertanggung jawab
meneruskan resusitasi (bila tidak ada dokter).
3. Seorang dokter mengambil alih tanggung jawab (bila tidak ada dokter
sebelumnya).
4. Penolong terlalu lelah sehingga tak sanggup meneruskan resusitasi.
5. Pasien dinyatakan meninggal..
6. Setelah dimulai resusitasi ternyata diketahui bahwa pasien berada dalam stadium
terminal, suatu penyakit yang tidak dapat disembuhkan atau hampir dapat dipastikan
bahwa fungsi serebral tak akan pulih (yaitu sesudah setengah atau satu jam terbukti
tidak ada nadi pada normotermia tanpa RJP).
Pediatric advance life support. 2005 International Consensus Conference on Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency
Cardiovascular Care Science with Treatment Recommendations, American Heart Association. Circulation. 2005;112:IV-167-IV-187
Tatalaksana
Pindahkan pasien secepat mungkin dari air ketempat yang
lebih aman
Jika tidak dicurigai adanya trauma spinal, miringkan badan ke
arah kiri pasien sehingga air, muntahan dan cairan sekresi
dapat keluar dari saluran nafas atas
Suction jika diperlukan
Nilai dan pertahankan jalan nafas tetap paten
Gastric distention jika ventilasi susah dilakukan, dengan
suction yang tersedia, berikan tekanan pada area epigastric
Rujuk