Initial assessment: mengidentifikasi sesegera mungkin dengan cepat dan tepat pasien
kegawatdaruratan yang mengancam nyawa dan memerlukan evakuasi cepat dengan
menggunakan tools yang baku.
Catatan: secondary survey pada pasien medis dan pasien trauma berbeda. Pada pasien medis, PF
di fokuskan pada organ yang bermasalah saja. Sedangkan pasien trauma harus lakukan PF head
to toe dan tanda trauma pada leher, dada, perut, pelvis, dan kedua femur.
Urutan:
Triase → Primary survey (ABCDE) → Re-assessment vital signs [RR, Nadi, TD, GCS] – Secondary
survey [AMPLE + anamnesis] → History dan PF
TRIASE
Pada disaster [banyak orang]
Penilaian triase berdasarkan:
1. Kemampuan pasien berjalan
Semua pasien yang mampu berjalan masuk ke zona HIJAU
2. Respirasi → lebih atau kurang dari 30x/menit
Pada pasien yang tidak dapat berjalan, disamperin oleh pemeriksa. Pasien dinilai apakah
bisa bernapas spontan atau tidak:
a. Bernapas spontan → hitung RR → lebih dari 30x/menit → MERAH
→ kurang dari 30x/menit → cek perfusi
b. Tidak bernapas → head tilt-chin lift atau jaw thrust → jika bernapas → MERAH
→ jika tidak → HITAM
3. Pulsasi radial / CRT
Jika perfusi CRT >2 detik → zona MERAH
Jika CRT < 2 detik → cek status mental
Cek nadi juga!
4. Mental status
Cek mental status dengan memberi instruksi sederhana ke pasien, contoh: “Ibu bisa
pegang tangan saya?” jika bisa mengikuti perintah → KUNING
jika tidak dapat mengikuti → MERAH
PRIMARY SURVEY
Airway Maintenance with Restriction of Cervical Spine Motion
Assess:
- Sumbatan jalan napas
- Bunyi napas [gurgling, snoring, stridor]
- Patensi jalan napas
- Jejas cervical
Management:
- Buka jalan napas → head tilt-chin lift, jaw thrust
- Bersihkan jalan napas → suction, dll
- Patensi jalan napas → OPA, LMA, ETT
- C-spine control → Pemasangan collar neck
Disability
Assess:
- GCS
- Refleks dan ukuran pupil
- Lateralisasi
- Spinal cord injury level
Penurunan kesadaran dapat disebabkan oleh gangguan CNS, metabolik [hipoglikemia], atau
intoksikasi obat/alcohol
Gangguan CNS bisa aja karna ada trauma kepala. Ciri2:
➢ Racoon eyes
➢ Battle sign
➢ Rhinorrhea / otorrhea → kalau (+) langsung ETT jangan pakai nasal canul!
Management:
- Monitor TIK → konsul ke neurosurgeon
- Cedera tulang belakang → stabilisasi dan beri steroid
- Peningkatan TIK → bagian kepala tempat tidur ditinggikan 30 derajat, berikan mannitol,
hiperventilasi, dekompresi emergent
Exposure and Environmental Control
- Buka baju -> tutup pakai selimut
- Suhu
- Log roll – jejas pada punggung
- PERIKSA PADA BAGIAN2 TUBUH YG BERLUBANG! [Contoh: rectal touche]
Denyut nadi, tekanan darah, RR, kadar ABG, suhu, urin output → harus diassess utk melihat
adekuasi resusitasi → harus di reevaluasi secara periodic
EKG
- Disaritmia – takikardi yang tidak dapat dijelaskan, atrial fibrilasi, kontraksi ventrikel
premature, perubahan ST segmen → blunt cardiac injury
- Pulseless electrical activity → cardiac tamponade, tension pneumothorax, profound
hypovolemia
- Bradikardi, aberrant conduction, premature beats → hipoksia & hipoperfusi
Pulse Oksimetri
Dipasang jika pasien sesak
Kateter Urin
KI pemasangan kateter urin adalah cedera uretra, yang ditandai dengan:
- Perdarahan di meatus uretra
- Ekimosis perineal
Jika terdapat cedera uretra → pasang retrograde uretrogram sebelum kateter dimasukin
SECONDARY SURVEY
History
Assess:
- Alergi
- Medications currently used [obat2an yang rutin dikonsumsi]
- Past illness/pregnancy
- Last meal
- Events/environmental related to injury
Yang paling harus ditanya pada pasien trauma: mechanism of injury
Berdasarkan mekanisme cedera:
1. Blunt trauma
Terjadi dari automobile collisions, jatuh, cedera terkait transportasi dll
Automobile collisions:
➢ Penggunaan seat-belt
➢ Deformitas setir
➢ Aktivasi airbag
➢ Bagian yang terkena
➢ Posisi pasien pada kendaraan
2. Penetrating trauma
Terjadi pada pemakaian gunshot, bullet, weapon
➢ Region tubuh yang terkena cedera
➢ Organ yang terkena cedera
➢ Kecepatan
3. Cedera termal
Luka bakar!!
PF Head to toe
Pasien dengan trauma maksilofasial / trauma kepala harus dicurigai mengalami trauma cervical
GANGGUAN AIRWAY
Biasanya terjadi pada trauma kepala, trauma maksilofasial, trauma leher, trauma laring, dan
obstruksi jalan napas ec kausa lain
Tanda-tanda obstruksi airway:
- Agitasi
- Sianosis
- Suara napas abnormal
- Hoarse voice
- Stridor
- Tracheal displacement
- Penurunan responsivitas
Untuk mempertahankan patensi jalan napas: chin-lift dan jaw thrust → OPA, nasopharyngeal
airways, extraglottic and supraglottic devices, ETT, bahkan pembedahan jalan napas
[cricothyroidotomy] – kalau intubasi tidak berhasil
Trauma Kepala
Trauma Spin al
Neurogenic shock: kehilangan tonus vasomotor dan persarafan simpatis menuju jantung →
vasodilatasi pembuluh darah visceral dan perifer → bradikardia, hipotensi – biasanya merupakan
komplikasi C-spine injury
Spinal shock: kehilangan tonus otot [flaksid] dan kehilangan refleks yang muncul tiba2 akibat
spinal cord injury
Trauma Abdomen
b. Asma
Berarti yang harus diperhatikan saat primary survey:
Airway: sumbatan jalan napas ada atau ngga?
Breathing: RR, kedalaman napas
Circulation: Nadi
Talak awal:
- Oksigenasi dengan nasal canul 2-4L/menit
- Inhalasi SABA 200mcq pada dewasa, 100mcq pada anak