Pengendalian Obesitas
Kelompok 7
Ayu Suci Ramadhani (11181010000020)
Syafira Salshabir a (11181010000049)
Peminatan Epidemiologi Kesehatan Masyarakat 2018
Obesitas
• Obesitas (obesity) berasal dari bahasa latin yaitu ob yang berarti ‘akibat
dari’ dan esam artinya ’makan’. Oleh karena itu, obesitas dapat
didefinisikan sebagai akibat dari pola makan yang berlebihan (Sudargo
dkk., 2014).
• Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) (2016)
obesitas adalah berat badan yang lebih tinggi dari berat badan yang
dianggap sehat untuk tinggi badan tertentu. Indeks Massa Tubuh atau IMT,
digunakan sebagai alat skrining untuk kelebihan berat badan atau obesitas.
Klasifikasi IMT
WHO mengklasifikasikan IMT sebagai Sedangkan secara nasional Kemenkes RI
berikut : mengklasifikasi IMT sebagai berikut :
• Tipe Hipertropik
Obesitas yang terjadi karena ukuran sel dalam tubuh lebih besar daripada ukuran sel yang
normal. Obesitas tipe ini biasanya terjadi pada orang dewasa dan upaya untuk menurunkan
berat badan tipe ini akan lebih mudah dibandingkan pada tipe Hiperplastik.
Leptin mengirimkan sinyal ke otak tentang jumlah penyimpanan lemak. Hormon ini merangsang
pengeluaran gliserol dari adiposit dengan menstimulasi oksidasi asam lemak dan menghambat
lipogenesis.Lipolisis merupakan proses dekomposisi kimiawi dan penglepasan lemak dari jaringan
lemak. Enzim Hormone Sensitive Lipase menyebabkan terjadinya hidrolisis trigliserida menjadi
asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak kemudian mengalami proses re-esterifikasi, kemudian
di lepas ke dalam sirkulasi darah, dibentuk menjadi ATP lalu dibawa kel sirkulasi darah yang
kemudian akan menjadi sumber energi bagi jaringan yang membutuhkan. Mobilisasi asam lemak
dari jaringan lemak dihambat oleh hormon insulin.Pengeluaran energi ditentukan oleh aktivitas fisik,
metabolic rate, dan termogenesis. Bagian metabolik dari pengeluaran energi termasuk di dalamnya
kerja dari kardio-respiratorik individu. Aktivitas fisik meningkatkan pengluaran energi dengan
mengaktifkan kerja otot skelet.
Faktor Risiko
Menurut P2PTM Kemenkes RI (2016) faktor risiko terjadinya obesitas antara lain:
1. Pola Makan
Pola makan yang dapat menyebabkan obesitas seperti makan berlebihan (porsi besar), sering
makan dan tidak teratur, sering mengemil (kudapan), makan dalam jumlah banyak dan dalam
waktu singkat (terburu-buru), menghindari makan pagi sehingga menambah porsi makan
siang dan atau malam, banyak mengonsumsi makanan gorengan, berlemak, dan manis-manis,
kurang makan sayur dan buah.
2. Pola aktivitas
Pola aktivitas yang dapat menyebabkan obesitas diantaranya sering menonton televisi,
bermain komputer, durasi tidur malam <7 jam, dan bermain games tanpa melakukan aktivitas
lebih dari 2 jam per hari, kurang latihan fisik, aktivitas fisik yang dilakukan secara terus
menerus kurang dari 30 menit per hari, kurang gerak (misalnya lebih senang menggunakan
kendaraan bermotor daripada jalan kaki, menggunakan lift daripada tangga, dsb).
Cont...
3. Faktor lain
Faktor lain yang berpengaruh terhadap obesitas antara lain: genetik,
ketidakseimbangan hormonal, terapi obat tertentu seperti
kortikosteroid, kontrasepsi oral, gangguan psikologis (stres), dan
kondisi medis lainnya.
Epidemiologi
• Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan pada tahun 2016, lebih dari 1,9 miliar
orang dewasa berusia 18 tahun ke atas mengalami kelebihan berat badan. Dari
jumlah tersebut, lebih dari 650 juta orang dewasa mengalami obesitas.
• Secara keseluruhan, sekitar 13% dari populasi orang dewasa dunia (11% pria
dan 15% wanita) mengalami obesitas pada tahun 2016.
• Prevalensi obesitas di seluruh dunia hampir tiga kali lipat antara tahun 1975
dan 2016 (WHO, 2020).
Cont...
Sumber : World Health Organization - Noncommunicable Diseases (NCD) Country Profiles, 2018.
Keadaan Obesitas di Indonesia
Kementerian Kesehatan RI. 2020. Petunjuk Teknis Pelayanan Puskesmas pada Masa Pandemi Covid-19.
https://covid19.kemkes.go.id/protokol-covid-19/petunjuk-teknis-pelayanan-puskesmas-pada-masa-pandemi-covid-19/#.X4L8bdIzbIV.
Deteksi Dini
• Deteksi dini terhadap Faktor Risiko PTM atau skrining dimasa pandemi COVID-
19 dapat dilakukan secara mandiri dengan alat pemeriksaan yang dimiliki sendiri
dan hasil dapat dikomunikasikan dengan dokter online atau kader di posbindu
melalui pemanfaatan teknologi informasi.
• Selain itu, dapat juga dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan melalui sarana
posbindu dengan memperhatikan kebijakan penanganan pandemi yang ditetapkan
oleh Pemda setempat.
Kementerian Kesehatan RI. 2020. Panduan Adaptasi Kebiasaan Baru dalam Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Tidak Menular.
Panduan bagi Orang dengan Faktor Risiko PTM saat masa Pandemi
Covid-19
Latihan
• Beberapa contoh latihan aerobik di rumah
seperti jalan cepat mengelilingi rumah, naik
turun tangga selama 10 – 15 menit dengan
Aerobik frekuensi 2 – 3 kali perhari, lompat tali, dan
olahraga dengan sepeda statis atau treadmill.