Anda di halaman 1dari 5

Nama : Yuana Saputri

NIM : 205221157
Kelas : Akuntansi Syariah 3E
Mata Kuliah : Kewirausahaan Islam
Dosen Pengampu : Dr. Ernawati, S.Psi., M.Si.

1. Dian Pelangi

Dian Wahyu Utami atau yang lebih di kenal dengan nama Dian Pelangi lahir di
Palembang, 14 Januari 1991, lahir dari pasangan Ir. Djamaloedin, seorang pengusaha
garmen, dan Hernani Mansyur, pengusaha butik muslim, dengan tradisi islam yang
kental.
Desain-desain pakaiannya yang terkenal warna warni dan berani bermain warna meski
menggunakan hijab. Selain mendesain sendiri pakaiannya, ia juga sering riwa-riwi
menjadi model bagi pakaian-pakaian desainnya di sosial media.

Pendidikan

Ketika remaja, Dian bersekolah di SMP Insan Kamil dan Pondok Pesantren Al-Ihya
Bogor. Kemudian ia meneruskan pendidikan di SMK Negeri 1 Pekalongan jurusan tata
busana atas paksaan orang tuanya.
Di masa SMA, ia sempat melepas hiijab yang biasa melekat pada penampilannya
sehari-hari karena melihat banyak temannya yang tidak mengenakan hijab. Namun
karena orang tuanya bersedih melihatnya sempat melepas hijab, akhirnya ia kembali
mengenakan hijab.
Seperti dikutip dari Kenangan.com, pilihannya untuk bersekolah di SMK jurusan tata
busana sendiri bukan keinginan Dian sepenuhnya. Ia dipaksa oleh orang tuanya untuk
bersekolah di jurusan tata busana supaya dapat meneruskan usaha orang tuanya di
bidang fashion, meski tidak pernah terpikir di benaknya untuk menjadi desainer di
kemudian hari.
Karier
Selepas lulus SMK, ia mendalami desain mode dengan bersekolah di ESMOD (École
Supérieure des Art et Techniques de la Mode) dan lulus dengan nilai yang memuaskan.
Setelah lulus dari ESMOD, ia dipercaya oleh kedua orang tuanya untuk memegang
kendali butik Dian Pelangi yang sudah dibangun sejak ia masih belia.
Butik Dian Pelangi yang dikelola orang tuanya awalnya membuat busana muslim
dengan kain tradisional dari batik Pekalongan dan tenun Palembang karena kejenuhan
desain kain tradisional seperti batik Pekalongan dan kain tenun yang sebatas pada
model konservatif saja.
Seiring dengan perkembangan dan bergulirnya tren mode, Butik Dian Pelangi
mengeksplor kain tradisional dari daerah lain di Indonesia. Walau demikian, ciri khas
perpaduan warna yang beragam seperti warna pelangi dalam setiap produknya tetap
terjaga.
Ketika Dian mengambil alih kepengurusan bisnis keluarganya, ia mengamati model
pakaian yang diproduksi masih terbatas pada gamis, kaftan, dan busana muslim yang
tergolong bermodel tua dan kurang kekinian.
Perlahan ia mencoba untuk mendobrak model lama tersebut dengan memperkenalkan
rancangan pakaian yang lebih modern dan berbeda. Perubahan besar pada butik
keluarga ini adalah model dan gaya produknya, namun tidak meninggalkan corak
warna-warni seperti pelangi yang telah menjadi ciri khas selama hampir dua dekade.
Perjalanannya untuk membesarkan usaha keluarga bukan tanpa aral dan rintangan. Ia
kerap diremehkan karena dianggap ‘hanya’ mendompleng nama besar merk dan
kesuksesan kedua orang tuanya.
Ditambah lagi, usinya yang masiih sangat belia ketika bertanggung jawab mengelola
perusahaan membuatnya sering dipandang sebelah mata. Tapi anggota termuda
Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) ini tidak lantas menyerah
begitu saja.
Semangatnya untuk merombak label fesyen Dian Pelangi semakin besar. Ia pun tak
segan untuk turun tangan menangani desain, pemasaran, dan promosi produknya
sendiri.
Sepanjang tahun 2009, Dian Pelangi disibukkan dengan kegiatan memperkenalkan
rancangan busana muslim dengan gaya dan tren terbaru. Ia tidak lagi menggunakan
desain konservatif seperti yang dulu dilakukan oleh kedua orang tuanya.
Ia banyak melakukan penyegaran rancangan mode bagi butik keluarga, sehingga lebih
modis bagi para muslimah namun tidak meninggalkan ketentuan-ketentuan berhijab
sebagaimana yang dianjurkan di dalam Alquran.
Desain busana muslimahnya yang tampil beda perlahan tapi pasti mendapat perhatian
dari masyarakat. Pasalnya di tahun tersebut, industri fesyen khusus muslimah belum
terlalu banyak dilirik oleh para desainer. Sehingga kehadiran rancangan Dian bisa
dibilang sebagai pionir untuk pendobrak kekakuan rancangan desain mode muslimah
sebelum-sebelumnya.

Go Internasional
Pada pertengahan 2009, ia mendapat undangan khusus dari Kementrian Pariwisata
untuk memamerkan karyanya di pagelaran busana yang digelar pemerintah Indonesia
di Melbourne, Australia.
Usai proyek di Australia selesai, ia kembali mendapat kesempatan untuk mengikuti
peragaan busana Jakarta Fashion Week 2009. Kiprahnya sebagai desainer muslimah
muda semakin mentereng.
Di tahun 2010, rancangan desainer yang masuk dalam daftar 30 Under 30 Forbes Asia
2018 ini kembali dilirik Kementrian Pariwisata untuk dipamerkan di acara Indonesia is
Remarkable di London.
Ia juga diwawancarai oleh CNN, salah satu media berita terbesar di dunia asal Amerika,
dan wawancara tersebut membantunya untuk semakin dikenal di industri mode. Tak
berhenti sampai disitu.
Ia juga diundang ke Paris untuk mengikuti The International Fair of Muslim World
pada tahun 2011. Selain itu rancangannya juga pernah menyambangi beberapa kota lain
mancanegara seperti Abu Dhabi, Kuala Lumpur, Singapura, Brussels, dan New York.
Selain aktif mengikuti pagelaran busana, ia juga aktif di jejaring sosial seperti instagram
untuk memamerkan busana-busana rancangannya. Uniknya, ia juga tak segan menjadi
model bagi rancangannya sendiri.
Butik keluarganya pun berkembang pesat dan telah membuka cabang di beberapa kota
di Indonesia seperti Jakarta, Palembang, Medan, Aceh, Bandung, Surabaya, Makassar,
dan Pekalongan.
Waralaba butiknya di luar negeri berada di Malaysia untuk melayani konsumen dari
Timur Tengah dan Eropa. Perusahaannya pun mengembangkan merk lini bsinis lain
untuk berbagai segmen pasar berbeda seperti Tenun Pelangi, Batik Pelangi, DP by
Dian, dan Dian Bride.
Kesuksesannya di dunia mode sendiri terus berlanjut dari berbagai pagelaran ke
pagelaran lain. Ia pernah memamerkan karyanya pada New York Fashion Week 2014
dan pagelaran adibusana paling bergengsi sejagad raya, Paris Fashion Week 2017 yang
berhasil mendapat apresiasi luar biasa dari pegiat mode di Paris.
Tak ketinggalan di dalam negeri, ia tak pernah absen dalam pagelaran seperti Indonesia
Fashion Week dan Jakarta Fashion Week.
Kemampuan lainnya di bidang seni yang pernah dijajalnya adalah dunia akting dalam
film 99 Cahaya di Langit Eropa (2013). Tak hanya itu saja. Kisah hidupnya juga pernah
diangkat ke layar lebar berjudul “Dian di Balik Pelangi” (2015) yang menceritakan
jatuh bangun perjalanan hidupnya menggapai kesuksesan di dunia mode.
Kesuksesannya di usia muda ini membuatnya masuk ke dalam 500 daftar desainer
berpengaruh dalam dunia fesyen versi Business of Fashion Magazine, sejajar dengan
nama-nama besar desainer top dunia di tahun 2015.Genap satu dasawarsa berkarya di
industri mode, namanya tercantum dalam daftar 30 under 30 Asia 2018 kategori ‘The
Arts’ dan ‘Celebrities’ versi majalah Forbes.

2. Wirda Mansur

Wirda Salamah Ulya atau yang lebih dikenal Wirda Mansur lahir di Jakarta padatanggal
19 November 2001. Ia anak pertama dari pasangan Ustad Yusuf Mansur dan
SitiMaemunah. Wirda dikenal sebagai seorang hafidzah muda yang menginspirasi
kalangan anakmuda. Ia juga di kenal baik di dunia dakwah seperti kedua orang tuanya,
ia mengikuti jejak kedua orang tuanya yakni dengan berdakwah, tentunya dengan
gayanya sendiri. Gadis ini,kerap berdakwah di depan para jamaah menggunakan bahasa
anak muda jaman sekarang. Ia memiliki 4 orang adik yaitu, Muhammad Kun Syafii,
Qumii Rahmatal Qulub, MuhammadYusuf Al Haafidz, Aisyah Humairoh Hafidzoh. Di
usianya yang masih remaja Wirda sudahmendapat berbagai penghargaan dan
menginspirasi kalangan anak remaja.

Pendidikan

Dikenal sebagai anak berprestasi, Kak Wirda memiliki fokus untuk menghafal Alquran.
Ia bahkan sempat sekolah di Jordan untuk mendalami bahasa Arabnya selama setengah
tahun. Setelah itu, di usia 16 tahun ia ke New York dan bersekolah di Al-Ammoor dan
mengajar tahfiz Quran di sana. Setelah lulus dari SMA, diketahui, ia melanjutkan
pendidikannya di salah satu universitas terbaik dunia, yaitu University of Oxford dan
mengambil jurusan Ekonomi.

Jadi Direktur Muda

Wirda juga dikenal sebagai pribadi yang mandiri. Di usianya yang masih sangat muda,
ia telah sukses mempunyai banyak usaha. Adapun usaha miliknya di antaranya adalah
WirdaMae, Wisatahati Tour & Travel, hingga kosmetik Wakeup Makeup. Ia pun juga
menjadi direktur muda di perusahaannya sendiri yang bernama PT. WirdaMae Grup
Indonesia.

Penulis Buku

Siapa sangka, Kak Wirda yang dikenal sangat cerdas itu ternyata juga memiliki bakat
menulis buku. Diketahui, ia telah menulis lima judul buku. Di antaranya, "Be The New
You", "Reach Your Dream", "Remember Me & I Will Remember You", "Be Calm Be
Strong Be Grateful", dan "Unlimited You". Ke-5 buku tersebut laris di pasaran dan
kebanyakan bukunya bertemakan motivasi yang menginspirasi anak muda zaman
sekarang.

Main Film

Wirda juga diam-diam ternyata memiliki bakat akting. Ia telah berkesempatan untuk
memainkan sejumlah film layar lebar. Di tahun 2016, ia memainkan film "Cahaya Cinta
Pesantren" dan berperan sebagai Avira. Lalu, di tahun 2019 ia kembali membintangi
film "The Santri".

Penghafal Al-Qur'an

Enggak heran, Wirda yang begitu cerdas ternyata adalah seorang hafizah atau penghafal
Alquran. Ia telah menjadi hafizah sejak saat usianya masih 14 tahun. Ia kerap tampil di
layar kaca untuk membaca Alquran, lo. Sejak lulus SMP, ia ditunjuk menjadi Duta
Alquran di Amerika Serikat.

Kesimpulan
Hikmah dan pelajaran yang dapat diambil dari kedua tokoh tersebut adalah jika kita
ingin menjadi pengusaha sukses kita harus bisa menjalankan hidup dengan balance
dengan cara tetap bertaqwa dan jangan meninggalkan kewajiban kita kepada Allah swt.
Karena kalau kita bertakwa kita akan mendapatan jalan yang terbaik menuju
kesuksesan kita.
Refensi

https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26634/1/ALYSSA%2
0MIRRATIN-FDK.pdf
https://pdfcoffee.com/biografi-wirda-mansur-pdf-free.html

Anda mungkin juga menyukai