PROPOSAL
PENELITI:
NIM : P05130217039
1
[Type text]
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN METODELOGI PENELITIAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Alah SWT atas rahmat dan hidayah_Nya serta kemudahan
yang diberikan-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan proposal ini dengan judul
pengolahan tepung ikan belut sawah untuk pembuatan biskuit sebagai makanan tambahan
untuk anak balita gizi kurang sebagai salah satu tugas mata kuliah metodelogi penelitian.
Penyelesaian proposal penelitian ini telah mendapatkan masukan dan bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bunda Betty yosephin., SKM., MKM sebagai dosen pembimbing penyusunan proposal
ini
2. Seluruh mahasiswa DIV gizi Tk.III angkatan 2017 yang telah memberi masukan kepada
penyusun dalam menyelesaikan laporan ini
Penyusunan proposal ini penyusun mengharapkan adanya kritik dan saran agar dapat
membantu perbaikan selanjutnya. Atas perhatian dan masukkannya penulis mengucapkan
terima kasih.
Penulis,
2
[Type text]
DAFTAR ISI
Table of contents
Cover ............................................................................................................................................................................. 1
Daftar isi......................................................................................................................................................................... 4
A. Latar belakang…………………………………………………………………………………………………………………………………………7-9
B. Rumusan masalah…………………………………………………………………………………………………………………..…………..…..10
C. Tujuan penelitian……………………………………………………………………………………………………………………………….…….10
D. Manfaat penelitian…………………………………………………………………………………………………………………..………………11
3
[Type text]
DAFTAR TABEL
4
[Type text]
DAFTAR SKEMA/GAMBAR
5
[Type text]
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masalah gizi kurang pada balita masih menjadi masalah mendasar di dunia. WHO
(2013), jumlah penderita kurang gizi di dunia mencapai 104 juta anak. Riskesdas (2013),
prevalensi balita dengan berat kurang (under weight) adalah berjumlah 19,6%. Sebanyak
13,9% balita memiliki status gizi kurang. Kondisi gizi kurang pada balita, dimungkinkan
terjadi karena interaksi dari beberapa faktor diantaranya asupan makanan yang tidak
adekuat, pemberian ASI yang tidak ekslusif, penyakit infeksi yang diderita balita, pola
pengasuhan keluarga, pelayanan kesehatan, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan
ibu, persepsi ibu terkait gizi, sosial ekonomi yang rendah dan budaya (UNICEF, 2013,
Naghaspour et al, 2014).
Status kesehatan anak balita merupakan salah satu indikator kesehatan masyarakat
utama di suatu negara. Gizi balita menjadi salah satu masalah kesehatan yang berdampak
pada kualitas sumber daya manusia, menjadi indikator keberhasilan pembangunan bangsa
dan bisa berakibat pada kematian balita dan morbiditas. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa kondisi social dan demografis mempengaruhi status gizi anak,
faktor atau wilayah geografis akan sangat berperan dalam kejadian masalah gizi di
Indonesia. Sehingga perlu adanya pemetaan masalah untuk menentukan langkah
pemecahan masalah. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan status gizi anak balita di
Indonesia. Metode yang digunakan adalah non reaktif studi menggunakan data sekunder
(laporan Riskesdas 2010).
Kebutuhan gizi pada masa balita membutuhkan lebih banyak nutrisi karena masa
balita (1-5 tahun) adalah periode keemasan. Periode kehidupan yang sangat penting bagi
perkembangan fisik dan mental, pada masa ini pula balita banyak melakukan dan
6
[Type text]
menemukan hal-hal baru. Dalam hal ini nutrisi yang baik memegang peran penting
(Hasdianah dkk, 2014:107).
Bengkulu merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang masih banyak ditemui
kasus gizi kurang pada balita. Kasus gizi kurang pada balita di Bengkulu sendiri menjadi
permasalahan yang sangat penting harus diatasi pada berbagai layanan kesehatan
khususnya di berbagai daerah terpencil yang ada dibeberapa kabupaten di provinsi
Bengkulu.
Belut (Monopterus albus Zuieuw) merupakan salah satu biota perairan yang
memiliki kandungan gizi tinggi. Belut memiliki kandungan protein yang tinggi. Daging
belut mempunyai manfaat yang besar bagi tubuh manusia antara lain memenuhi
kebutuhan protein, mendukung pertumbuhan, perkembangan dan kecerdasan otak,
menjaga kesehatan mata, memenuhi kebutuhan mineral, serta meningkatkan konsentrasi
dan daya tahan tubuh (Sholikhah Deti Andasari, dkk 2018 ).
Penelitian yang dilakukan Sandita dkk (2014), menyatakan bahwa minyak belut
mengandung asam heksa dekanoat (asam palmitat) sebesar 100%. Penelitian lain yang
dilakukan Jacoeb dkk (2014) menyatakan bahwa belut mengandung asam lemak jenuh
yang tinggi baik yang mono (MUFA) yaitu asam oleat 19.45 persen maupun yang poly
(PUFA) yaitu asam linoleat 7.42 persen. Demikian juga pengolahan dapat mengubah
kandungan kolesterol dari belut. Kandungan kolesterol belut segar 60 mg/100 g dan belut
yang sudah direbus menjadi 56,32 mg/100 g. hal ini karena perubahan jaringan belut
selama pengolahan dengan panas .
Belut sawah merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang potensial untuk
dikembangkan sebagai ikan budidaya di masa mendatang. Permintaan belut terus
meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008 volume ekspor belut mencapai
2.676 ton meningkat dibandingkan tahun 2007 yang hanya 2.189 ton. Tahun 2009
ekspor belut terus meningkat menjadi 4.744 ton atau meningkat 77,2 %
dibandingkan tahun 2008. Permintaan belut tidak hanya datang dari luar tetapi
permintaan dalam negeri pun melimpah seperti Jakarta yang membutuhkan belut
7
[Type text]
20 ton per hari dan Yogjakarta yang membutuhkan belut 30 ton per hari
(WPI 2010).
Ikan belut sawah sendiri masih banyak terdapat di kawasan diberbagai daerah
yang ada dibengkulu. Selain mudah didapatkan , Ikan belut sawah sendiri banyak hidup
di rawa-rawa, sungai, daerah berlumpur atau sawah. Ikan belut sawah sendiri juga
dibudidayakan terutama di perkotaan karena tingginya pemintaan masyarakat yang
senang mengkonsumsi ikan belut dan juga di beberapa rumah makan yang ada di kota
Bengkulu sendiri.
Dalam hal ini, melihat uraian diatas akan potensi sumber daya alam
khususnya ikan belut sawah didaerah Bengkulu, maka pada penelitian ini peneliti akan
membuat pemanfaatan pangan lokal yaitu pengolahan tepung ikan belut sawah untuk
pembuatan biskuit sebagai makanan tambahan untuk anak balita gizi kurang.
B. RUMUSAN MASALAH
Masalah gizi di Indonesia sampai saat ini mengalami masalah gizi ganda yaitu
pada satu sisi masalah gizi kurang belum dapat diatasi secara menyeluruh namun sudah
muncul masalah baru yaitu berupa gizi lebih. Status gizi anak balita salah satunya
dipengaruhi oleh faktor kondisi sosial ekonomi, antara lain pendidikan ibu, pekerjaan ibu,
jumlah anak, pengetahuan dan pola asuh ibu serta kondisi ekonomi orang tua secara
keseluruhan.
penelitian ini difokuskan pada upaya pengembangan bahan pangan lokal untuk
membantu memberikan pengetahuan bagi masyarakat umum serta makanan tambahan
bagi balita yang mempunyai status gizi kurang khususunya anak balita. Tepung ikan
belut sawah merupakan kekayaan sumber daya alam asli Indonesia yang memiliki
kandungan nilai gizi tinggi yang baik bagi anak balita dalam masa pertumbuhan serta
melengkapi akan kebutuhan gizi. Sehingga rumusan masalah pada penelitian ini yaitu
“Bagaimana pengaruh tepung ikan belut sawah untuk pembuatan biskuit sebagai
makanan tambahan untuk anak balita gizi kurang sebelum dan sesudah diberikan biskuit
?”.
8
[Type text]
C. TUJUAN PENELITIAN
1. TUJUAN UMUM
Untuk mengetahui pengaruh pemberian biskuit tepung ikan belut sawah
terhadap anak balita gizi kurang sebelum dan sesudah diberikan biskuit.
2. TUJUAN KHUSUS
1. Untuk mengetahui perbedaan BB anak sebelum dan sesudah diberikan
biskuit
2. Untuk mengetahui tingkat kesukaan dari uji organoleptik pada biskuit
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi puskesmas
3. Bagi balita
4. Bagi mahasiswa
9
[Type text]
5. Bagi peneliti
10
[Type text]
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gizi kurang
1. Definisi
Gizi kurang merupakan salah satu penyakit akibat gizi yang masih
Merupakan masalah di Indonesia. Masalah gizi pada balita dapat memberi
dampak terhadap kualitas sumber daya manusia, sehingga jika tidak diatasi dapat
menyebabkan lost generation. Kekurangan gizi dapat mengakibatkan gagal
tumbuh kembang, meningkatkan angka kematian dan kesakitan serta penyakit
terutama pada kelompok usia rawan gizi yaitu Balita (Zulfita, 2013).
11
[Type text]
Persoalan gizi kurang dan gizi buruk pada balita dapat disebabkan sikap
atau perilaku ibu yang menjadi faktor dalam pemilihan makanan yang tidak benar.
Pemilahan bahan makanan, tersedianya jumlah makanan yang cukup dan
keanekaragaman makanan ini dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu tentang
makanan dan gizinya. Ketidaktahuan ibu dapat menyebabkan kesalahan
pemilihan makanan terutama untuk anak balita, sehingga zat-zat gizi dalam
kualitas dan kuantitas tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh (Julita N,
2011).
B. Belut
1. Pengertian ikan belut sawah
Belut (Monopterus albus Zuieuw) merupakan salah satu biota perairan yang
memiliki kandungan gizi tinggi. Belut memiliki kandungan protein yang tinggi.
Daging belut mempunyai manfaat yang besar bagi tubuh manusia antara lain
memenuhi kebutuhan protein, mendukung pertumbuhan, perkembangan dan
kecerdasan otak, menjaga kesehatan mata, memenuhi kebutuhan mineral, serta
meningkatkan konsentrasi dan daya tahan tubuh (Sholikhah, dkk 2018 ).
Belut sawah dibedakan menjadi dua jenis yaitu belut liar dan belut budidaya.
Belut liar merupakan belut yang hidup di lahan pertanian milik petani. Belut liar
memakan makanan alaminya berupa biota perairan seperti ikan, plankton,
12
[Type text]
13
[Type text]
yang sudah direbus menjadi 56,32 mg/100 g. hal ini karena perubahan
jaringan belut selama pengolahan dengan panas.
C. Biskuit
1. Pengertian biskuit
Biskuit adalah produk yang diperoleh dengan memanggang adonan yang
berasal dari tepung terigu dengan penambahan makanan lain dan dengan atau
penambahan bahan tambahan pangan yang diijinkan. Biskuit diklasifikasikan
dalam empat jenis yaitu biskuit keras, crackers, cookies dan wafer (Badan
Standardisasi Nasional, 2011)
Biskuit adalah jenis kue kering yang mempunyai rasa manis,
berbentuk kecil dan diperoleh dari proses pengovenan dengan bahan dasar
tepung terigu, margarine, gula halus dan kuning telur (Mita dan Erma, 2010)
Menurut SNI 2973 - 2011 biskuit adalah produk makanan kering yang dibuat
dengan cara memanggang adonan yang terbuat dari tepung terigu dengan atau
substitusinya, minyak atau lemak dengan atau tanpa penambahan bahan
pangan lain dan bahan tambahan pangan yang diizinkan.
D. Bahan baku biskuit
1. Tepung terigu
14
[Type text]
2. Margarine
3. Gula pasir
Gula Pasir (Raw Sugar) Jenis gula paling mudah dijumpai,
digunakan sehari-hari untuk pemanis makanan dan minuman. Gula pasir
berasal dari cairan sari tebu. Setelah dikristalkan, sari tebu akan
mengalami kristalisasi dan berubah menjadi butiran gula berwarna putih
bersih atau putih agak kecoklatan (Darwin, 2013).
15
[Type text]
4. Telur
Menurut Dwi Latina, 2011 dalam Aji, 2017 Kuning telur memiliki
kandungan lecithin, lutein, dan lipoprotein. Lecithin pada kuning telur
merupakan bahan pengemulsi alami yang mengemulsi bahan (air dan
lemak) dalam adonan pada tingkat kestabilan tertentu hingga
menghasilkan adonan yang halus dan lembut. Lutein yang terdapat pada
kuning telur memberikan efek pewarnaan kuning pada pori-pori dan kerak
pada kue, sedangkan lipoprotein memberikan keempukan pada kue.
16
[Type text]
Penyebab langsung :
1. Pola makan/asupan
2. Status kesehatan balita Pemberian Perubaha
biskuit tepung n BB
ikan belut pada
sawah balita
Penyebab tidak langsung :
1. Pola asuh
2. Status ekonomi
3. Pelayanan kesehatan yang kurang
memadai
4. Tingkat pendidikan ibu
17
[Type text]
Keterangan :
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah pre eksperimen dengan
rancangan one group pre and post design. Sasaran penelitian adalah balita gizi
kurang dengan kategori berat badan kurang dari normalnya yaitu kategori BB/U,
BB/PB yang diberikan biskuit tepung ikan belut sawah sebagai objek penelitian.
Intervensi pemberian biskuit tepung ikan belut sawah dengan melihat perubahan
berat badan anak balita gizi kurang.
Tabel 1
Rancangan perlakuan
Berat badan pre Perlakuan Berat badan post
O1 x O2
Keterangan:
O1 : Berat badan sebelum dilakukan pemberian biskuit tepung
18
[Type text]
sawah.
C. Kerangka konsep
Variabel independen variabel dependen
Pemberian
2. Pemberian Check list Diberikan 4 ……..gram Rasio
Biskuit biskuit tepung selama 27 keping/hari
tepung ikan ikan belut hari/ 4
19
[Type text]
1. Klien atau balita yang mengalam gizi buruk dan alergi terhadap
biskuit tepung ikan belut sawah
2. Menolak berpatisipasi menjadi responden
H. Alat dan bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini dibagi dua, yaitu alat
untuk pembuatan tepung iikan sawah belut dan alat untuk pembuatan
biskuit tepung ikan belut sawah. Pembuatan tepung ikan belut sawah
20
[Type text]
DAFTAR PUSTAKA
Aji, dony. 2017. Pengaruh subtitusi tepung gatot instan dan penambahan metega
terhadap sifat organoleptik rich biscuit. Jurusan pendidikan kesejahteraan keluarga.
Universitas negeri surabaya : surabaya
Billy ddkk. 2017.faktor risiko kejadian gizi kurang pada balita (studi kasus di wilayah
kerja puskesmas bandarharjo kota semarang). Fakultas kesehatan masyarakat universitas
diponegoro
Cahyono, b.(2010). Budidaya belut dan sidat. Penerbit pustaka mina. Jakarta
Duggan mb. Anthropometry as a tool for measuring malnutrition: impact of the who
growth standads and reference. Annals of tropical pediatrics; 2010.
Depkes ri. (2010). Pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh
Dianka.2010. Uji organoleptik hasil jadi kue menggunakan bahan non instant dan instant.
Fakultas ekonomi dan bisnis, universitas bina nusantara
Danang, dkk.2014. Supervisor jaminan mutu pangan. Program diploma institut pertanian
bogor
Darwin, p. 2013. Menikmati gula tanpa rasa takut. Sinar ilmu, perpustakaan
nasional.
21
[Type text]
Hendrawati, s. (2017). Gambaran konsumsi ikan pada keluarga dan anak paud
rw 07 desa cipacing, 1(2), 101–106.
Kementerian kesehatan republik indonesia, (2010). Riset kesehatan dasar riskesdas 2010,
badan litbangkes, jakarta.
Riset kesehatan dasar. Laporan riset kesehatan dasar 2010. Tersedia dari: url: hyperlink
http://litbang.depkes.go.id/sites/download/buku_lap. Diunduh tanggal 10 september
2019.
Mutmainna, nena. 2013. Aneka kue kering paling top. Jakarta : dunia kreasi
Novi, dkk.2018. Pengaruh subtitusi tepung beras merah dan proporsi lemak (margarine
dan mentega) terhadap mutu organoleptik rich biscuit. Fakultas teknik, universitas negeri
surabaya : surabaya
Sandita a. Indra topik maulana, livia (monopterus albus) dan minyak sidat (anguilla sp.)
Dengan metoda kg-sm. Proceding farmasi (gel 2 th akad 2014-2015).
Sni (standar nasional indonesia). “uji bahan makanan dan minuman”. Badan
standardisasi nasional sni 01-2891-2011.
22
[Type text]
United nations children’s fund (unicef) (2013). Improving child nutrition: the achievable
imperative for global progress, unicef, new york, 2013
Pradhita, i. A. (2012). Pengaruh pemberian biskuit tempe terhadap status gizi balita
tuberkulosis di beberapa kecamatan terpilih jakarta timur tahun 2012. Universitas
indonesia
[wpi] warta pasar ikan. 2010. Belut dan sidat permintaanya semakin
meningkat. Edisi april vol. 80. Jakarta: direktorat pemasaran dalam
negeri. Kembang anak di tingkat pelayanan kesehatan dasar.
23
[Type text]
24