Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI GORENGAN DENGAN

OBESITAS SENTRAL PADA WANITA USIA 25 45 TAHUN


DI KELURAHAN GEDANGANAK KECAMATAN UNGARAN TIMUR
KABUPATEN SEMARANG

ARTIKEL PENELITIAN

Oleh

YOGY DWI SAPUTRA


NIM. 060110a029

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
SEPTEMBER, 2014

1
HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI GORENGAN DENGAN OBESITAS
SENTRAL PADA WANITA USIA 2545 TAHUN DI KELURAHAN
GEDANGANAK KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN
SEMARANG

Yogy Dwi Saputra, Indri Mulyasari, Meilita Dwi Paundrianagari


E-mail: prodigizi.nw@gmail.com

ABSTRAK
Latar Belakang: Obesitas sentral merupakan kondisi kelebihan lemak tubuh yang
terpusat didaerah perut (intra-abdominal or visceral fat). Konsumsi gorengan lebih dari
enam kali dalam seminggu dapat memicu terjadinya obesitas sentral.
Tujuan: Mengetahui hubungan frekuensi konsumsi gorengan dengan obesitas sentral
pada wanita usia 25-45 tahun di Kelurahan Gedanganak Kecamatan Ungaran Timur
Kabupaten Semarang.
Metode: Rancangan penelitian ini adalah studi korelasi dengan pendekatan cross-
sectional dengan populasi seluruh wanita usia 24-45 tahun dan jumlah sampel sebanyak
85 orang diambil dengan metode teknik propotional random sampling. Obesitas sentral
diukur dengan menggunakan metlin (meteran line). Frekuensi konsumsi gorengan
diukur menggunakan FFQ Semiquantitatif dan wawancara. Analisis bivariat
menggunakan uji korelasi Chi Square dengan nilai =0,05
Hasil: Sebagian besar mengkonsumsi gorengan dengan kategori selalu (6 kali
seminggu) 76,5% (n=65), sisanya kategori sering (3-5 kali seminggu) 12,9% (n=11) dan
kategori kadang (1-2 kali seminggu) 10,6% (n=9). Responden yang mengalami obesitas
sentral sebanyak 76,5% (n=65), dan tidak obesitas sentral 23,5% (n=20). Ada hubungan
frekuensi konsumsi gorengan dengan obesitas sentral pada wanita usia 25-45 tahun di
Kelurahan Gedanganak Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang (p=0,001).
Simpulan: Ada hubungan frekuensi konsumsi gorengan dengan obesitas sentral pada
wanita usia 25-45 tahun di Kelurahan Gedanganak Kecamatan Ungaran Timur
Kabupaten Semarang.

Kata kunci: frekuensi konsumsi gorengan, obesitas sentral.

*Program Studi Ilmu Gizi STIKes Ngudi Waluyo

2
THE CORRELATION BETWEEN THE FREQUENT OF CONSUMING FRIED
FOOD WITH CENTRAL OBESITY IN 25-45 YEARS OLD WOMEN IN
GEDANGANAK VILLAGE EAST UNGARAN SEMARANG REGENCY

Yogy Dwi Saputra, Indri Mulyasari, Meilita Dwi Paundrianagari


E-mail : prodigizi.nw@gmail.com

ABSTRACT
Background: Central obesity is a condition of excessive body fat centralized in
stomach area (intra-abdominal or visceral fat). The consumption of fried foods more
than six times a week can lead to central obesity.
Objective: Knowing the correlation between the frequent of consuming fried food with
central obesity in 25-45 years old women in Gedanganak village East Ungaran
Semarang regency.
Method: The design of this study was a correlation study with cross-sectional approach
to the entire population of women aged 24-45 years old and total samples of 85 were
people taken by the method of proportional random sampling technique. Central obesity
was measured by using meter line. The frequency of fried food consumption was
measured by using a FFQ Semiquantitatif. Bivariate analysis used Chi Square test
correlation with = 0.05.
Result: Most of the respondents consumed fried foods in always category (6 times
week) as many as 76.5% (n = 65), and often category (3-5 times a week) as many as
12.9% (n = 11) and sometimes category (1-2 times a week) as many as 10.6% (n = 9).
The respondents who had central obesity were 76.5% (n = 65), and non central obesity
were 23.5% (n = 20). Bivariate analysis showed no correlation between the frequency
fried food consumption with central obesity in 25-45 years old women in Gedanganak
Village, East Ungaran Semarang Regency (p=0,001)
Conclusion: There was a correlation between fried food consumption with central
obesity in 25-45 years old women in Gedanganak village, East Ungaran Semarang
regency.

Keywords : Frequency of fried food consumption, central obesity

*Program Studi Ilmu Gizi STIKes Ngudi Waluyo

3
PENDAHULUAN lebih ini akan disimpan sebagai lemak
Pola hidup masyarakat saat ini lebih ditubuh sebagai energi cadangan. Ketika
mengarah kepada tingkat kepraktisan kelebihan kalori ini terus berlanjut maka
dalam segala hal, termasuk dalam akan berakibat kelebihan berat badan dan
pemilihan jenis dan pengolahan makanan. bahkan dapat terjadi obesitas sentral
Makanan jenis ini dipilih karena dapat (Nurmalina, 2011).
mengefisiensikan waktu. Pada dasarnya Menurut WHO (World Health
pola makan yang demikian ini merupakan Organization) (2011), obesitas sentral
kebiasaan yang tidak baik karena adalah kondisi kelebihan lemak perut atau
merupakan salah satu faktor yang dapat lemak pusat. Obesitas sentral lebih
mempengaruhi status gizi dan dapat berhubungan dengan risiko kesehatan
mengganggu kesehatan individu dan dibandingkan dengan obesitas seluruh
masyarakat (Depkes, 2014). tubuh (Shen W, 2006; Wittchen HU,
Menurut Data Susenas modul 2006). Adapun bahaya obesitas sentral
konsumsi tahun 2009 menyebutkan bahwa yang dapat terjadi adalah gangguan
gorengan merupakan salah satu jenis metabolisme yaitu sindrom metabolik
makanan praktis yang dipilih oleh 51% yang meningkatkan risiko diabetes melitus
rumah tangga di Indonesia. Gorengan serta penyakit jantung dan pembuluh darah
terutama menjadi pilihan masyarakat (Dinkes, 2013).
karena selain harganya yang murah, enak, Prevalensi obesitas sentral pada
gurih, mudah didapat, juga dapat tahun 2007 di Provinsi Jawa Tengah
memberikan asupan energi di antara waktu sebesar 18,8 persen dan pada tahun 2013
makan serta belum banyaknya meningkat menjadi 26,6 persen, serta
pengetahuan mengenai dampak konsumsi untuk proporsi nasional penduduk dengan
gorengan terhadap kesehatan (Marbun, perilaku konsumsi makanan berlemak,
2009). Salah satu aspek yang dapat berkolesterol dan makanan gorengan 1
menyebabkan gorengan tidak baik bagi kali per hari yaitu tertinggi di atas rerata
kesehatan adalah penggunaan minyak nasional adalah Jawa Tengah (60,3%).
jelantah dalam jangka waktu terus menerus Prevalensi obesitas sentral yang terdapat di
dapat mengakibatkan penurunan sensivitas Kabupaten Semarang berdasarkan usia 25-
insulin yang berhubungan dengan obesitas 34 tahun sebesar 16,7 persen, usia 35-44
sentral yaitu dapat berkurangnya efisiensi tahun sebesar 22,8 persen, dan usia 45-54
ransangan transduksi insulin pada tahun 25,1 persen, untuk jenis kelamin laki
postbinding receptor level (Kavanagh, laki sebesar 7,2 persen dan perempuan
2007). Konsumsi gorengan 6 7 kali sebesar 28,4 persen, dan dengan jenis
dalam seminggu dengan asupan lemak rata pekerjaan sebagai Wiraswasta sebesar 24,6
rata lebih dari 62 gram perhari serta persen dan prevalensi obesitas sentral
adanya konsumsi natrium yang lebih dari tertinggi dengan pekerjaan Ibu Rumah
1500 mg/hari akan mempengaruhi Tangga sebesar 34,6 persen (Riskesdas,
rendahnya stimulasi produksi insulin dan 2013).
terganggunya fungsi kinerja hormon leptin Berdasarkan studi pendahuluan yang
yang dapat mengakibatkan nafsu makan dilakukan di Kelurahan Gedanganak
meningkat dan penggunaan energi Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten
menurun (Castillon, 2011). Menurut Semarang pada bulan Maret 2014,
Nurmalina (2011), ketika nafsu makan didapatkan hasil pengukuran langsung dan
bertambah maka akan terjadi peningkatan wawancara bahwa 80% dari 10 wanita usia
tambahan kalori didalam tubuh dan jika dewasa mengalami obesitas sentral. Lima
disertai dengan aktivitas fisik yang kurang responden (50%) mengatakan sering (6 7
maka tubuh akan menerima banyak asupan kali seminggu) mengkonsumsi gorengan,
kalori dari yang dibutuhkan, maka kalori kemudian dari tiga responden (30%)

4
diantaranya mengatakan kadang kadang sentral khususnya pada wanita usia 25 45
(3 5 kali seminggu) mengkonsumsi tahun.
gorengan, dan dua responden (20%) tidak METODE PENELITIAN
mengalami obesitas sentral serta jarang (1 Penelitian ini adalah penelitian studi
2 kali seminggu) mengkonsumsi gorengan korelasi, yang bertujuan mengetahui
selain itu hasil wawancara dari hubungan antara frekuensi konsumsi
keseluruhan responden mengatakan bahwa gorengan dengan obesitas sentral.
tidak tahu mengenai bahaya dari obesitas Pendekatan yang digunakan dalam
sentral dan juga jarang melakukan penelitian ini adalah cross sectional.
aktivitas fisik sehari hari, sehingga Pengukuran frekuensi konsumsi gorengan
secara keseluruhan responden kebanyakan dilakukan dengan wawancara, dan FFQ
mengalami obesitas sentral. Oleh karena Semikuantitatif, sedangkan pengukuran
itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang lingkar pinggang menggunakan meter line.
hubungan frekuensi konsumsi gorengan Kriteria inklusi dalam peneletian ini adalah
dengan kejadian obesitas sentral pada wanita usia 25-45 tahun.
wanita usia 25 45 tahun di Kelurahan Populasi dalam penelitian ini adalah
Gedanganak Kecamatan Ungaran Timur seluruh wanita usia 25 45 tahun di
Kabupaten Semarang. Penelitian ini Kelurahan Gedanganak Kecamatan
bertujuan untuk mengetahui hubungan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
frekuensi konsumsi gorengan dengan dengan jumlah 2.797 orang. Teknik
kejadian obesitas sentral pada wanita usia pengambilan sampel pada penelitian ini
25 45 tahun di Kelurahan Gedanganak dilakukan dengan teknik proportional
Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten random sampling adapun jumlah sampel
Semarang. yang didapatkan sebanyak 85 responden
Manfaat dalam penelitian ini adalah Analisis data dilakukan dengan
bagi peneliti sebagai sarana dalam analisis univariat dan bivariat
menerapkan metodologi penelitian serta menggunakan program SPSS. Analisis
manambah pengetahuan dan wawasan dilakukan secara deskriptif untuk
terutama dalam memberikan informasi menggambarkan frekuensi konsumsi
untuk mahasiswa ilmu gizi yang gorengan dengan obesitas sentral yang
profesional. Bagi masyarakat sebagai disajikan dalam tabel distribusi frekuensi.
bahan informasi bagi masyarakat tentang Analisis bivariat hubungan frekuensi
pentingnya memperhatikan frekuensi konsumsi gorengan dengan obesitas
konsumsi gorengan dalam rangka sentral menggunakan uji statistik kolerasi
mengurangi status gizi obesitas khususnya kai kuadrat (chi square) dengan =0,05.
pada wanita usia 25 45 tahun. Bagi pihak
institusi penelitian ini diharapkan dapat HASIL DAN PEMBAHASAN
bermanfaat sebagai sumber informasi Karakteristik usia responden yang terdapat
untuk pengembangan mahasiswa dan di Kelurahan Gedanganak Kecamatan
sebagai sumber data untuk penelitian Ungaran Timur Kabupaten Semarang
berikutnya yang berkaitan dengan diketahui bahwa sebagian besar responden
frekuensi konsumsi gorengan dengan berusia 35-45 tahun dan sisanya responden
obeitas sentral pada wanita usia 25-45 dengan usia 25-45 tahun.
tahun di Kelurahan Gedanganak. Bagi Tabel 4.1 Usia Responden di Kelurahan
penelitian selanjutnya, penelitian ini Gedanganak Kecamatan Ungaran Timur
diharapkan bermanfaat sebagai sumber Kabupaten Semarang.
informasi pengetahuan dan sumber Usia (tahun) n %
prevalensi data mengenai frekuensi 25-34 29 34,12
konsumsi gorengan dengan obesitas 35-45 56 65,88
Total 85 100,0

5
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Konsumsi memasak gorengan sehingga responden
Gorengan Responden di Kelurahan jarang mengkonsumsi gorengan.
Gedanganak Kecamatan Ungaran Timur
Kabupaten Semarang. Tabel 4.3 Kejadian obesitas sentral pada
Frekuensi Konsumsi n % responden di Kelurahan Gedanganak
Gorengan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten
Selalu 65 76,5 Semarang
Sering 11 12,9 Kejadian Obesitas Sentral n %
Kadang 9 10,6 Tidak Obesitas Sentral 20 23,5
Total 85 100,0 (<80cm)
Obesitas Sentral (80 cm) 65 76,5
Pada Tabel 4.2 diketahui bahwa Total 85 100,0
responden yang mengkonsumsi gorengan
dengan kategori selalu (6 kali seminggu) Pada Tabel 4.3 diketahui bahwa
didapatkan hasil bahwa konsumsi sebagian besar sebagian besar dari
gorengan memang sudah menjadi makanan responden mengalami obesitas sentral
sehari-hari. Hal ini sesuai dengan hasil yaitu sebanyak 76,5% dengan hasil
studi Hidayat (2007), menyatakan bahwa pengukuran lingkar pinggang 80 cm
konsumsi gorengan saat ini merupakan sedangkan responden yang tidak
suatu hal yang biasa dikonsumsi setiap mengalami obesitas sentral dengan hasil
hari atau dengan kategori selalu (6 kali pengukuran lingkar pinggang <80 cm
seminggu) oleh suatu masyarakat yang adalah sebanyak 23,5%.
dikarenakan gorengan adalah jenis Pengukuran lingkar pinggang secara
makanan yang harganya relatif murah, langsung dengan menggunakan metlin
gurih, dan mudah didapat baik dikalangan (meteran line) pada responden dengan
anak-anak hingga dewasa dan lanjut usia. posisi berdiri, dikarenakan posisi berdiri
Responden yang frekuensi konsumsi merupakan posisi yang menjadikan lingkar
gorengan dengan kategori sering (3-5 kali pinggang berada dalam posisi normal dan
seminggu) menyatakan bahwa umumnya stabil, sehingga dapat meminimalkan bias
saat pagi hari responden mengkonsumsi pada pengukuran lingkar pinggang
gorengan sebagai lauk untuk sarapan, (Depkes, 2007; Gibson, 2005).
sedangkan pada sore hari responden
mengkonsumsi gorengan sebagai cemilan,
namun ada juga responden yang
menyatakan konsumsi gorengan hanya
pada saat bertamu kerumah tetangga.
Selanjutnya untuk responden yang
frekuensi konsumsi gorengan dengan
kategori kadang (1-2 kali seminggu)
menyatakan bahwa gorengan dikonsumsi
pada saat bertamu kerumah kerabat,
sahabat, maupun keluarga. Adapun hasil
wawancara kepada responden yang
memiliki kategori jarang mengkonsumsi
gorengan adalah rata-rata reponden
memiliki aktivitas sebagai buruh pabrik
yang bekerja selama 12 jam dan hampir
sedikit ada waktu untuk membeli maupun

6
Hubungan Frekuensi Konsumsi Gorengan Dengan Obesitas Sentral Pada Wanita Usia
2545 Tahun Di Kelurahan Gedanganak Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten
Semarang

Tabel 4.4 Tabulasi silang frekuensi konsumsi gorengan dengan kejadian obesitas sentral
pada wanita usia 25 45 tahun di Kelurahan Gedanganak Kecamatan Ungaran
Timur Kabupaten Semarang
Frekuensi Konsumsi Kejadian Obesitas Sentral p value
Gorengan Tidak Obesitas Total
Obesitas Sentral
Sentral
n % n % n %
Selalu 2 3,1 63 96,9 65 100,0 0,0001
Sering dan kadang 18 90,0 2 10,0 20 100,0
Total 41 44,1 52 55,9 93 100,0
gr. Menurut Angka Kecukupan Gizi
Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukan (AKG) tahun 2013, jumlah energi yang
bahwa 65 responden mengkonsumsi dibutuhkan oleh wanita usia 24-45 tahun
gorengan dengan kategori selalu sebagian sebesar 2200 kkal, lemak 67,5 gr, dan
besar mengalami obesitas sentral dan dua serat 31 gr. Responden pada penelitian ini
responden tidak mengalami obesitas dengan asupan energi dan lemak termasuk
sentral. Hasil penelitian ini sesuai dengan tinggi dan dengan asupan serat rendah jika
hasil studi Lestari (2013), yang dibandingkan dengan AKG 2013
menunjukkan bahwa sebanyak 80,8% menghasilkan persen pencapaian energi
responden mengalami obesitas sentral sebesar 62,4%, lemak 108,8%, dan serat
karena seringnya mengkonsumsi makanan 21,09%, artinya gorengan merupakan
gorengan serta makanan yang berlemak makanan penyumbang energi serta lemak
dan hasil pada penelitian ini adalah yang tinggi dan dengan asupan serat yang
dengan nilai p=0,0001 atau p (=0,05) rendah. Hasil penelitian ini juga sesuai
maka ada hubungan antara frekuensi dengan hasil dari data Riskesdas tahun
konsumsi gorengan dengan obesitas 2013 juga menyatakan bahwa penduduk
sentral pada wanita usia 25-45 tahun di di Provinsi Jawa Tengah (60,6%)
Kelurahan Gedanganak Kecamatan merupakan lima provinsi tertinggi di atas
Ungaran Timur Kabupaten Semarang. rerata nasional dengan perilaku konsumsi
Hasil penelitian ini sejalan dengan makanan berlemak, berkolesterol dan
penelitian Pujiati (2010) mengenai makanan gorengan 1 kali per hari (40,7
prevalensi dan faktor risiko obesitas %). Pola makan yang sedemikian ini jika
sentral pada penduduk dewasa kota dan berkelanjutan maka akan berdampak
kabupaten Indonesia tahun 2007, buruk terhadap kesehatan, sehingga hal ini
ditemukan bahwa ada hubungan yang sesuai dengan teori yaitu jika kapasitas
bermakna antara faktor risiko obesitas energi dan lemak yang tinggi ini jika tidak
sentral dengan pola konsumsi makanan dibakar makan akan disimpan dalam
berlemak seperti gorengan, makanan jaringan adiposa. Peningkatan lemak pada
bersantan serta makanan fast food lainnya jaringan adiposa akan meningkatkan
dengan nilai p=0,044. Gorengan hormon leptin, sehingga memiliki
mengandung lemak serta energi yang pengaruh terhadap pengaturan
tinggi. Hasil penelitian ini didapatkan keseimbangan energi didalam tubuh dan
bahwa responden dengan kategori selalu pada akhirnya dapat menyebabkan
rerata asupan energi responden sebanyak obesitas sentral (Murray, 2009), serta
1372 kkal, lemak 73,43 gr, dan serat 6,54 apabila menurut Beck (2011) jika

7
konsumsi serat yang kurang dari 12 gr per 2. Sebagian besar responden mengalami
hari dan yang sudah dianjurkan oleh AKG obesitas sentral sebanyak 76,5% dan
(2013) adalah sebanyak 31 gr per hari sisanya tidak obesitas sentral sebanyak
maka akan meningkatkan risiko penyakit 23,5%
sindroma metabolik dan peningkatan 3. Ada hubungan frekuensi konsumsi
lingkar pinggang sebanyak 0,63cm dalam gorengan dengan obesitas sentral pada
waktu 9 tahun (Koh-Banerjee, 2003). wanita usia 25-45 tahun di Kelurahan
Dua responden yang tidak Gedanganak Kecamatan Ungaran
mengalami obesitas sentral namun Timur Kabupaten Semarang.
memiliki frekuensi konsumsi gorengan
dengan kategori selalu, hal ini disebabkan Saran
karena responden memiliki aktivitas fisik 1. Bagi Penelitian Selanjutnya
tingkat sedang selama 15 menit yaitu Penelitian ini hanya meneliti tentang
sebagai ibu rumah tangga serta setiap berapa kali frekuensi konsumsi
malam responden rajin melakukan gorengan dalam seminggu yang
olahraga badminton setiap malam berkaitan dengan obesitas sentral,
bersama suami dan anaknya. Menurut sehingga disarankan perlu adanya
Proverawati (2010), mengatakan bahwa penelitian tentang jenis gorengan yang
jika konsumsi lemak dan energi yang digoreng secara berulang yang
tinggi setiap hari serta jika aktivitas fisik berdampak pada penyakit lain selain
15 menit selalu dilakukan setiap hari obesitas sentral seperti diabetes
maka sistem metabolisme didalam tubuh mellitus, hipertensi, dan risiko penyakit
akan baik sehingga energi yang masuk jantung koroner.
akan tidak akan tersimpan menjadi lemak 2. Bagi Masyarakat
melainkan dapat digunakan menjadi Sebaiknya frekuensi konsumsi
energi untuk bergerak maupun untuk gorengan dibatasi sebanyak 1-2 kali
berlari. seminggu, berolahraga yang teratur
untuk menjaga dan meningkatkan
Keterbatasan Penelitian kesehatan tubuh.
Penelitian ini tidak meneliti faktor 3. Bagi Dinas Kesehatan
lain yang dapat mempengaruhi obesitas Diharapkan kepada tenaga kesehatan
sentral seperti jumlah konsumsi gorengan, agar memberikan penyuluhan kepada
aktivitas fisik, genetik, dan faktor masyarakat tentang dampak konsumsi
psikologis responden. gorengan bagi tubuh serta memberikan
penyuluhan tentang konsumsi tinggi
SIMPULAN DAN SARAN buah dan sayur serta teratur untuk
Simpulan menjaga kesehatan tubuh.
Berdasarkan penelitian tentang
hubungan frekuensi konsumsi gorengan DAFTAR PUSTAKA
dengan obesitas sentral pada wanita usia Angka Kecukupan Gizi. 2013. Angka
25-45 tahun di Kelurahan Gedanganak Kecukupan Gizi 2013. Edisi Revisi
Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten
Semarang dapat disimpulkan bahwa: Beck, ME. 2011. Ilmu Gizi dan Diet.
1. Sebagian besar responden Yogyakarta : ANDI
mengkonsumsi gorengan dengan Castillon, PG, et al. 2007. Intake of fried
kategori selalu sebanyak 76,5%%, foods is associated with obesity in the
sisanya konsumsi gorengan kategori cohort of Spanish adults from the
sering sebanyak 12,9%, dan konsumsi European Prospective Investigation into
gorengan kategori kadang sebanyak Cancer and Nutrition. Am J Clin Nutr
10,6%. Vol.86:198205.

8
http://www.ajcn.org/content/86/1/198.f Murray, et al. 2009. Biokimia Harper.
ull.pdf. [September 10, 2013] Edisi ke-27. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Depkes. 2007. Cara Pengukuran
Antropometri. www.depkes.go.id. [Juli Nurmalina R dan Valley B. 2011.
18, 2013] Pencegahan dan Manajemen Obesitas.
Jakarta: Elex Media Komputindo -
Depkes. 2014. Pedoman Gizi Seimbang Gramedia.
(PGS) 2014.
http://gizi.depkes.go.id/pgs-2014-2. Proverawati, A. 2010. Obesitas dan
[Februari 17, 2014] Gangguan Perilaku Makan Pada
Remaja. Yogyakarta : Muha Medika
Dinkes. 2013. Bahaya Obeitas Sentral.
www.dinkes.go.id. [Maret 11, 2014] Pujiati S. 2010. Prevalensi Dan Faktor
Risiko Obesitas Sentral Pada Penduduk
Gibson, RS. 2005. Principles of Dewasa Kota Dan Kabupaten Indonesia
Nutritional Assessment. New York : Tahun 2007. Tesis. Program
Oxford University Press Pascasarjana Fakultas Kesehatan
Hidayat, SM. 2007. Deskripsi Kolesterol Masyarakat. Universitas Indonesia,
Dan Makanan Gorengan. Health Jakarta. [Februari 16, 2014]
Promotion and Informatics. Depok : Riskesdas. 2013. Laporan Hasil Riset
Universitas Indonesia. [April 11, 2014] Kesehatan Dasar 2013.
Kavanagh, K. et al. 2007. Trans Fat Diet http://riskesdas2013-140203225438-
Induces Abdominal Obesity and phpapp02.pdf. [Februari 26, 2014]
Changes in Insulin Sensitivity in Shen, W. et al. Waist circumference
Monkeys. Obesity vol. 15 no 7. correlates with metabolic syndrome
www.nature.com/oby/journal/v15/n7/pd indicators better than percentage fat. Int
f/oby2007200a.pdf. [Oktober 20, 2013] J Obes. 2006;14:727-36.
Koh-banerjee, et al. 2003. Prospective Susenas. 2009. Modul Konsumsi
study of the association of changes in Masyarakat Indonesia. Jakarta : Badan
dietary intake, physical activity, alcohol Pusat Statistik
consumption, and smoking with 9-y
gain in waist circumference among 16 World Health Organization, 2011. Obesity
587 US. Am J Clin Nutr 78, 719727. And Overweight.
[Maret 12, 2014] www.who.int/nutrition. [Februari 27,
2014]
Lestari, P. 2010. Pemanfaatan Minyak
Goreng Jelantah Pada Pembuatan Sabun Wittchen, HU. et al. 2006. International
Cuci Piring. Universitas Sumatera day for the evaluation of abdominal
Utara. Tesis. [Januari 31, 2014] obesity: rationale and design of a
primary care study on the prevalence of
Marbun, NB. 2009. Analisis Kadar Timbal abdominal obesity and associated
(Pb) Pada Makanan Jajanan factors in 63 countries. Eur Heart J.
Berdasarkan Lama Waktu Pajanan yang Vol. 8(suppl B): B26-33
Dijual Di Pinggir Jalan Pasar I Padang
Bulan Medan Tahun 2009. Jurnal
Kesehatan, 1 (2), hal. 12-25. [Februari
20, 2014]

Anda mungkin juga menyukai