KONSEP DASAR
A. Anatomi Fisiologi
B. Definisi
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut atau dikenal sebagai
Acute Respiratory Infections (ARI). Infeksi pernafasan akut adalah proses inflamasi yang
disebabkan oleh virus, bakteri, atipikal (mikro plasma) atau aspirasi substansi asing,
yang melibatkan suatu atau semua bagian saluran pernafasan (Wong,D.L,2009).
Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan, dan akut. Infeksi
adalah masuknya kuman atau mikroorganisme kedalam tubuh manusia dan berkembang
sehingga menimbulkan gejala penyakit. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari
hidung hingga alveoli, beserta organ adneksa lainnya seperti sinus-sinus, rongga telinga
tengah, dan pleura. Sedangkan infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai
dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut dari suatu
penyakit, (Donna L. 2009)
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan (hidung,
pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan
nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan
(Pincus Catzel & Ian Roberts; 2007).
Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan nafas
dalam menghadapi organisme asing,(Whaley and Wong; 2008).
Berdasarkan dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ISPA adalah proses
infeksi akut berlangsung selama 14 hari, yang disebabkan oleh mikroorganisme dan
menyerang salah satu bagian, dan atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung
(saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah), termasuk jaringan adneksanya, seperti
sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
C. Etiologi
Penyakit ISPA dapat disebabkan oleh berbagai penyebab seperti bakteri, virus,
mycoplasma, jamurdan lain-lain. ISPA bagian atas umumnya disebabkan oleh Virus,
sedangkan ISPA bagian bawah dapat disebabkan oleh bakteri , virus dan mycoplasma.
ISPA bagian bawah yang disebabkan oleh bakteri umumnya mempunyai manifestasi
klinis yang berat sehingga menimbulkan beberapa masalah dalam penanganannya.
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri
penyebabnya antara lain dari genus Streptococcus, Stafilococcus, Pnemococcus,
Hemofilus, Bordetella dan Corinebakterium. Virus penyebabnya antara lain golongan
Micsovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus.
Penyebab lainnya, yaitu :
1. Agent
Infeksi dapat berupa flu biasa hingga radang paru-paru. Kejadiannya bisa secara
akut atau kronis, yang paling sering adalah rinitis simpleks, faringitis, tonsilitis, dan
sinusitis. Rinitis simpleks atau yang lebih dikenal sebagai selesma/common
cold/koriza/flu/pilek, merupakan penyakit virus yang paling sering terjadi pada
manusia. Penyebabnya adalah virus Myxovirus, Coxsackie, dan Echo. Berdasarkan
hasil penelitian Isbagio (2009), mendapatkan bahwa bakteri Streptococcus
pneumonie adalah bakteri yang menyebabkan sebagian besar kematian 4 juta balita
setiap tahun di negara berkembang. Isbagio ini mengutip penelitian WHO dan
UNICEF tahun 2007, di Pakistan didapatkan bahwa 95% S.pneumococcus
kehilangan sensitivitas paling sedikit pada satu antibiotika, hampir 50% dari bakteri
yang diperiksa resisten terhadap kotrimoksasol yang merupakan pilihan untuk
mengobati infeksi pernafasan akut. Demikian pula di Arab Saudi dan Spanyol 60%
S. pneumonie ditemukan resisten terhadap antibiotika.
2. Suhu Ruangan
Salah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah memiliki suhu optimum 18- 300C.
Hal ini berarti, jika suhu ruangan rumah dibawah 180C atau diatas 300C keadaan
rumah tersebut tidak memenuhi syarat. Suhu ruangan yang tidak memenuhi syarat
kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada balita sebesar 4 kali.
3. Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah menjaga agar
aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2
yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi
akan menyebabkan kurangnya O2 di dalam rumah yang berarti kadar CO2 yang
bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat.30 Sirkulasi udara dalam
rumah akan baik dan mendapatkan suhu yang optimum harus mempunyai ventilasi
minimal 10% dari luas lantai.
4. Penggunaan Anti Nyamuk
Penggunaan Anti nyamuk sebagai alat untuk menghindari gigitan nyamuk dapat
menyebabkan gangguan saluran pernafasan karena menghasilkan asap dan bau
tidak sedap. Adanya pencemaran udara di lingkungan rumah akan merusak
mekanisme pertahanan paru-paru sehingga mempermudah timbulnya gangguan
pernafasan.
5. Perokok
Rokok bukan hanya masalah perokok aktif tetapi juga perokok pasif. Asap rokok
terdiri dari 4.000 bahan kimia, 200 diantaranya merupakan racun antara lain
Carbon Monoksida (CO), Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) dan lain-lain
(Depkes R.I., 2008)
D. Manifestasi Klinis
Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya
obstruksi hisung dengan sekret yang encer sampai dengan membuntu saluran
pernafasan, bayi menjadi gelisah dan susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum
(Pincus Catzel & Ian Roberts; 2007; 451).
Tanda dan gejala yang muncul :
a. Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika
anak sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam
muncul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,5OC-
40,5OC.
b. Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens,
biasanya terjadi selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri
kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan
brudzinski.
c. Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi
susah minum dan bhkan tidak mau minum.
d. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi
tersebut mengalami sakit.
e. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan
akibat infeksi virus.
f. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya
lymphadenitis mesenteric.
g. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih
mudah tersumbat oleh karena banyaknya sekret.
h. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin
tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan.
i. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackles (ronchi), dan tidak
terdapatnya suara pernafasan (Whaley and Wong; 2008).
E. Patofisiologi
ISPA terjadi dapat karena masuknya virus kedalam saluran pernafasan atas, kemudian
virus bereplika (membelah) pada sel epitel kolumner bersilia (hidung, sinus, faring)
menyebabkan radang pada tempat tersebut. Peradangan itu merangsang pelepasan
mediator histamin dalam sekresi hidung sehingga permeabilitas vaskuler naik dan
akibatnya terjadi odema pada mukosa dan hidung menjadi tersumbat akibat akumulasi
mukus, dari kejadian itu menimbulkan masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak
efektif.
Peradangan hidung, sinus dan faring ditambah dengan adanya bakteri menyebabkan
perluasan sampai tonsil dan adenoid ikut meradang, dengan pemejanan alergen juga
menyebabkan laring dan faring mengalami peradangan. Pada proses peradangan terjadi
pembengkakan dan pelepasan sel epitel yang mengalami infeksi sehingga menyebabkan
iritasi jalan nafas yang menimbulkan peningkatan pita suara sehingga terjadi kesulitan
bicara (disfasia).
Proses infeksi pada jalan nafas juga menyebabkan demam sehingga terjadi diaforesis
yang berlebihan sehingga dapat menimbulkan masalah keperawatan defisit volume
cairan. Pada tonsilitis dan adenoiditis apabila sudah terjadi hipertropi dan abses serta
tonbsilitis berulang maka harus dilakukan tindakan toksilotomi dan adenoidoktomi.
Tersumbatnya saluran pernafasan oleh sekret akan menurunkan suplai O2 ke paru-
paru, menyebabkan pasien mengalami hipoventilasi(penurunan ventilasi), menyebabkan
pasien sesak nafas, menggunakan otot bantu tambahan untuk bernafas dapat
menimbulkan masalah keperawatanpola nafas tidak efektif. Terkadang pasien juga
mengalami sianosis.
Reaksi sistemik dari peradangan atau inflamsi yang terjadi menimbulkan manifestasi
anoreksia, mual, penurunan BB, dan kelemahan, yang menyebabkan terjadi peningkatan
laju metabolisme umum, intake nutrisi yang tidak adekuat, tubuh makin kurus,
ketergantungan aktivitas sehari-hari, kecemasan karena terjadi perubahan status
kesehatan, dan kurang mengertahui informasi tentang penyakit yang sedang diderita
(Smeltzer, Suzanne C, 2008).
F. Pathway
Terlampir
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah pemeriksaan kultur/ biakan kuman
(swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman,
pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai
dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia dan
pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Smeltzer, Suzanne C, 2008).
H. Penatalaksanaan
Tujuan utama dilakukan terapi adalah menghilangkan adanya obstruksi dan adanya
kongesti hidung pergunakanlah selang dalam melakukan penghisaapan lendir baik
melalui hidung maupun melalui mulut. Terapi pilihan adalah dekongestan dengan
pseudoefedrin hidroklorida tetes pada lobang hidung, serta obat yang lain seperti
analgesik serta antipiretik. Antibiotik tidak dianjurkan kecuali ada komplikasi purulenta
pada sekret.
Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres,
bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali
tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya,
kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain
bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es). Mengatasi batuk dianjurkan memberi obat
batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur
dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
Diet yang diberikan adalah diet Energi Tinggi Protein Tinggi (ETPT). Diet ini
mengandung Energi dan Protein diatas kebutuhan normal.
BAB II
KONSEP TUMBUH KEMBANG & HOSPITALISASI
2. Ciri-ciri Pertumbuhan
Hidayat (2008) menyatakan bahwa seseorang dikatakan mengalami pertumbuhan
bila terjadi perubahan ukuran dalam hal bertambahnya ukuran fisik, seperti berat badan,
tinggi badan/panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar dada, perubahan
proporsi yang terlihat pada proporsi fisik atau organ manusia yang muncul mulai dari
masa konsepsi sampai dewasa, terdapat ciri baru yang secara perlahan mengikuti proses
kematangan seperti adanya rambut pada daerah aksila, pubis atau dada, hilangnya ciri-
ciri lama yang ada selama masa pertumbuhan seperti hilangnya kelenjar timus, lepasnya
gigi susu, atau hilangnya refleks tertentu.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
Supariasa (2011) mengatakan pertumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu:
a. Faktor Internal (Genetik)
Faktor internal (genetik) antara lain termasuk berbagai faktor bawaan yang normal
dan patologis, jenis kelamin, obstetrik dan ras atau suku bangsa. Apabila potensi
genetik ini dapat berinteraksi dengan baik dalam lingkungan maka pertumbuhan
optimal akan tercapai (Supariasa, 2011).
b. Faktor Eksternal
Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain keluarga,
kelompok teman sebaya, pengalaman hidup, kesehatan lingkungan, kesehatan
prenatal, nutrisi, istirahat, tidur dan olah raga, status kesehatan, serta lingkungan
tempat tinggal.
2. Prinsip Perkembangan
Ada beberapa prinsip dalam perkembangan yaitu :
a. Perkembangan merupakan suatu kesatuan.
Perkembangan diidentifikasi dalam beberapa aspek. Semua aspek saling
berkaitan. Misalnya, anak belajar membaca berkaitan dengan kesiapan aspek kognitif
(berpikir).
b. Perkembangan dapat diprediksi.
Anak sudah dapat berdiri dapat diperkirakan ia akan segera berjalan. Dari sisi
umur pun dapat diperkirakan perkembangan anak. Anak usia satu tahun diperkirakan
sudah dapat berkomunikasi menggunakan satu kata. Misalnya, ’mam’ untuk
menyatakan mau makan.
3. Tahap-Tahap Perkembangan
Perkembangan manusia berjalan secara bertahap melalui berbagai fase
perkembangan. Dalam setiap fase perkembangan ditandai dengan bentuk kehidupan
tertentu yang berbeda dengan fase sebelumnya.Sekalipun perkembangan itu dibagi-bagi
ke dalam masa-masa perkembangan, hal ini dapat dipahami dalam hubungan
keseluruhannya. Secara garis besar seorang anak mengalami tiga tahap perkembangan
penting, yaitu kemampuan motorik, perkembangan fisik dan perkembangan
mental.Kemampuan motorik melibatkan keahlian motorik kasar, seperti menunjang berat
tubuh di atas kaki, dan keahlian motorik halus seperti gerakan halus yang dilakukan oleh
tangan dan jari. Pertumbuhan dan perkembangan fisik mengacu pada perkembangan alat-
atal indra. Perkembangan mental menyangkut pembelajaran bahasa, ingatan, kesadaran
umum, dan perkembagan kecerdasan (Wong. 2009).
a. Anak usia 0-7 tahun
Pada tahun pertama perkembangannya bayi masih sangat tergantung pada
lingkungannya,kemampuan yang dimiliki masih terbatas pada gerak-gerak,
menangis. Usia setahun secara berangsur dapat mengucapkan kalimat satu kata, 300
kata dalam usia 2 tahun, sekitar usia 4-5 tahun dapat menguasai bahasa ibu serta
memiliki sifat egosentris, dan usia 5 tahun baru tumbuh rasa sosialnya kemudian
usia 7 tahun anak mulai tumbuh dorongan untuk belajar. Dalam membentuk diri
anak pada usia ini belajar sambil bermain karena dinilai sejalan dengan tingakt
perkembangan usia ini.
b. Anak usia 7-14 tahun
Pada tahap ini perkembangan yang tampak adalah pada perkembangan intelektual,
perasaan, bahasa, minat, sosial, dan lainnya sehingga rasullullah menyatakan bahwa
bimbingan dititik beratkan pada pembentukan disiplin dan moral.
c. Anak usia 14-21 tahun
Pada usia ini anak mulai menginjak usia remaja yang memiliki rentang masa dari
usia 14/15 tahun hingga usia 21/22 tahun. Pada usia ini anak berada pada masa
transisi sehingga menyebabkan anak menjadi bengal, perkataan-perkataan kasar
menjadi perkataan harian sehingga dengan sikap emosional ini mendorong anak
untuk bersikap keras dan mereka dihadapkan pada masa krisis kedua yaitu masa
pancaroba yaitu masa peralihan dari kanak-kanak ke masa pubertas. Dalam
kaitannya dengan kehidupan beragama, gejolak batin seperti itu akan menimbulkan
konflik.
A. PENGKAJIAN :
1. Data subjektif
Keluhan Utama: Klien mengeluh demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan
Riwayat penyakit sekarang: 2 hari sebelumnya klien mengalami demam mendadak, sakit
kepala, badan lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun, batuk,pilek dan sakit
tenggorokan.
Riwayat penyakit dahulu: Kilen sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit sekarang
Riwayat social: Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan
padat penduduknya
2. Data objektif
a. Inspeksi :
1) Membran mucosa hidung faring tampak kemerahan
2) Tonsil tanpak kemerahan dan edema
3) Tampak batuk tidak produktif
4) Tidak ada jaringan parut pada leher
5) Tampak atau tidak penggunaan otot- otot pernapasan tambahan,pernapasan
cuping hidung, tachypnea, dispnea, dan hipoventilasi
b. Palpasi
1) Adanya demam
2) Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher / nyeri tekan pada
nodus limfe servikalis
3) Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
c. Perkusi
1) Suara paru normal (resonance)
d. Auskultasi
1) Suara napas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya
suara pernafasan
Fokus utama pada pengkajian pernafasan ini adalah pola, kedalaman, usaha serta irama
dari pernafasan.
1) Pola, cepat (tachynea) atau normal.
2) Kedalaman, nafas normal, dangkal atau terlalu dalam yang biasanya dapat kita amati
melalui pergerakan rongga dada dan pergerakan abdomen.
3) Usaha, kontinyu, terputus-putus, atau tiba-tiba berhenti disertai dengan adanya bersin.
4) Irama pernafasan, bervariasi tergantung pada pola dan kedalaman pernafasan.
5) Observasi lainya adalah terjadinya infeksi yang biasanya ditandai dengan peningkatan
suhu tubuh, adanya batuk, suara nafas wheezing. Bisa juga didapati adanya cyanosis,
nyeri pada rongga dada dan peningkatan produksi dari sputum (Whaley and Wong,
2008).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafasyang berhubungan dengan produksi akumulasi
sekret yang berlebihan (sekresi mukus yang kental) dan upaya batuk buruk.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi
3. Hipertermi berhubungan dengan reaksi sistemik : bacteria / viremia , peningkatan laju
metabolisme umum
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, metabolism umum sekunder
dari kerusakan pertukaran gas.
5. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
6. Risiko infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan
pathogen, malnutrisi, obesitas, penyakit kronis (mis., diabetes mellitus), prosedur
invasive
(Nanda NIC NOC, 2015).
C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Definisi: ketidakmampuan membersihkan Outcome Untuk Mengukur Penyelesaian 1. Stabilisasi dan membuka jalan nafas
sekresi atau obstruksi dari saluran nafas dari Diagnosis 2. Manajemen jalan nafas
untuk mempertahankan bersihan jalan 3. Penghisapan lendir pada jalan nafas
nafas. 1. Status pernafasan : kepatenan jalan 4. Pengurangan kecemasan
nafas 5. Manajemen jalan nafas buatan
Batasan Karaktersitik: Outcome Tambahan untuk Mengukur 6. Pencegahan aspirasi
Batasan Karakteristik 7. Manajemen asma
1. Batuk yang tidak efektif
2. Dispnea 1. Tingkat agitasi 8. Fisioterapi dada
3. Gelisah 2. Tingkat kecemasan 9. Manajemen batuk
4. Kesulitan verbalisasi 3. Pencegahan aspirasi 10. Manajemen ventilasi mekanik : invasif
5. Mata terbuka lebar 4. Respon ventilasi mekanik : dewasa 11. Manajemen ventilasi mekanik : non invasif
6. Ortopnea 5. Status pernafasan 12. Penyapihan ventilasi mekanik
7. Penurunan bunyi nafas 6. Kontrol gejala 13. Pemberian obat : inhalasi
8. Perubahan frekuensi nafas 7. Tanda-tanda vital 14. Terapi oksigen
9. Perubahan pola nafas Outcome yang Berhubungan dengan 15. Pengaturan posisi
10. Sianosis Faktor yang Berhubungan atau Outcome 16. Monitor pernafasan
11. Sputum dalam jumlah yang Menengah 17. Resusitasi : neonates
berlebihan 18. Surveilans
12. Suara nafas tambahan 1. Respon alergi : sistemik 19. Bantuan ventilasi
13. Tidak ada batuk 2. Respon imun hipersensitif 20. Monitor tanda-tanda vital
3. Keparahan infeksi 21. Pilihan Intervensi Tambahan
Faktor yang Berhubungan : 4. Pengetahuan : manajemen asma 22. Manajemen asam basa
5. Pengetahuan : manajemen penyakit 23. Manajemen alergi
1. Lingkungan paru obstuktif kronik 24. Manajemen anafilaksis
a. Perokok 6. Pengetahuan : manajemen pneumonia 25. Teknik menenangkan
b. Perokok pasif 7. Respon penyapihan ventilasi mekanik : 26. Manajemen disritmia
c. Terpajan asap dewasa 27. Perawatan gawat darurat
2. Obstruksi Jalan Nafas 8. Kontrol resiko : proses infeksi 28. Kontrol infeksi
a. Adanya jalan nafas buatan 9. Manajemen diri : asma 29. Pemasangan infuse
b. Benda asing dalam jalan nafas 10. Manajemen diri : penyakit paru 30. Monitor cairan
c. Eksudat dalam alveoli obstruktif kronik 31. Bantuan penghentian merokok
d. Hyperplasia pada dinding brokus 11. Perilaku berhenti merokok 32. Perawatan selang : dada
e. Mucus berlebihan
f. Penyakit paru obstruksi kronis
g. Sekresi yang tertahan
h. Spasme jalan nafas
3. Fisiologis
a. Asma
b. Disfungsi neuromuskular
c. Infeksi
d. Jalan nafas alergik
2. Ketidakefektifan Pola Nafas: NOC NIC
Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang 1. Outcome Untuk Mengukur 1. Management Jalan Nafas
tidak memberi ventilasi adekuat. Penyelesaian dari Diagnosis a. Penghisapan lendir pada jalan nafas
Batasan Karakteristik 1. Respon penyapihan ventilasi b. Manajemen alergi
1. Bradipnea mekanik : dewasa c. Pengurangan kecemasan
2. Dispnea 2. Status pernafasan d. Managemen jalan nafas buatan
3. Takipnea 3. Status pernafasan : ventilasi 2. Manajemen Asma
4. Penurunan tekanan ekspirasi 2. Outcome Tambahan untuk a. Peningkatan (manajemen) batuk
5. Penurunan tekanan inspirasi Mengukur Batasan Karakteristik b. Manajemen ventilasi mekanik : Invasif
6. Pernafasan cuping hidung 1. Respon alergi : sistemik c. Manajemen ventilasi mekanik : Non Invasif
7. Ortopnea 2. Status pernafasan : kepatenan d. Manajemen ventilasi mekanik : Pencegahan
8. Pola nafas abnormal (mis. jalan nafas Pneumonia
Irama, frekuensi, kedalaman) 3. Status pernafasan : pertukaran gas e. Pemberian obat
9. Penggunaan otot bantu 4. Keparahan syok : anafilaktis f. Pemberian obat : Hidung
pernafasan 3. Outcame yang Berkaitan dengan g. Terapi oksigen
10. Perubahan ekskursi dada Faktor yang Berhubungan atau
Faktor Yang Berhubungan / Etiologi Outcome Menengah 3. Monitor pernafasan
1. Ansietas 1. Keparahan respirasi asidosis akut a. Bantuan ventilasi
2. Nyeri 2. Keparahan respiratori alkalosis akut b. Monitor tanda tanda vital
3. Obesitas 3. Tingkat kecemasan
4. Hiperventilasi 4. Kognisi
5. Keletihan 5. Konservasi energy
6. Keletihan otot pernafasan 6. Kelelahan : efek yang mengganggu
7. Cedera medulla spinalis 7. Tingkat kelelahan
8. Deformitas dinding dada 8. Status neurologi : otonomik
9. Deformitas tulang 9. Status neurologi : sensori tulang
10. Gangguan neurologis (mis. punggung/fungsi motoric
Trauma kepala, gangguan 10. Tingkat nyeri
kejang) 11. Manajemen diri : asma
11. Posisi tubuh yang menghambat 12. Manajemen diri : penyakit paru
ekspansi paru obstruktif kronik
12. Sindrom hipoventilasi 13. Organisasi (Pengelolaan) bayi
prematur
14. Perilaku berhenti merokok
15. Berat badan : massa tubuh
3. Hipertermia NOC NIC
Definisi: suhu inti tubuh di atas kisaran Outcome untuk mengukur penyelesaian 1. Memandikan
normal diurnal karena kegagalan dari diagnosa 2. Manajemen lingkungan
termogulasi 3. Perawatan demam
1. Termogulasi 4. Manajemen cairan
Batasan karakteristik : 2. Termogulasi: Bayi Baru Lahir 5. Pengaturan hemodinamik
Outcome tambahan untuk mengukur 6. Perawatan bayi: baru lahir
1. Apnea
batasan karateristik 7. Kontrol infeksi
2. Bayi tidak dapat mempertahankan
menyusu 1. Status Neurologi 8. Perlindungan infeksi
3. Gelisah 2. Status Neurologi: Otonomik 9. Pencegahan hipertermia malignan
4. Hipotensi 3. Tanda-tanda vital 10. Manajemen pengobatan
5. Kejang Outcome yang berkaitan dengan faktor 11. Peresepan obat
6. Koma yang berhubungan atau outcome 12. Manajemen syok
7. Kulit kemerahan menengah 13. Pengaturan suhu
8. Kulit terasa hangat 14. Pengaturan suhu: perioperatif
9. Letargi 1. Reaksi Transfusi Darah 15. Monitor tanda tanda vital
10. Postur abnormal 2. Status kenyamanan: Fisik Pilihan Intervensi Tambahan:
11. Stupor 3. Tingkat Ketidaknyamanan
4. Hidrasi 1. Aplikasi panas/dingin
12. Takikardia 2. Manajemen nutrisi
13. Takipnea 5. Keparahan Infeksi
6. Keparahan Infeksi: Bayi Baru Lahir 3. Terapi oksigen
14. Vasodilatasi 4. Perawatan penyisipan kateter sentral perifer
7. Pengetahuan: Manajemen Penyakit
Faktor yang Berhubungan : 5. Manajemen kejang
Akut
1. Ages farmaseutikal 8. Respon Pengobatan 6. Pencegahan kejang
2. Aktivitas berlebihan 9. Keparahan Cedera Fisik 7. Pengecekan kulit
3. Dehidrasi 10. Kontrol Resiko: Hipertermia 8. Pemberian nutrisi total parenteral (TPN)
4. Iskemia 11. Manajemen Diri: Penyakit Akut
5. Pakaian yang tidak sesuai
6. Peningkatan laju metabolisme
7. Penurunan perspirasi
8. Penyakit
9. Sepsis
10. Suhu lingkungan tinggi
11. Trauma
4. Intoleransi Aktivitas NOC NIC
Definisi: ketidakcukupan energy psikologis Outcome untuk mengukur penyelesaian 1. Terapi Aktivitas :
atau fisiologis untuk mempertahankan atau dari diagnosis : a. Peningkatan mekanika tubuh
menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari- 1. Perawatan jantung : Rehabilitas
hari yang harus atau yang ingin dilakukan. 1. Toleransi terhadap aktivitas 2. Manajemen Energi :
2. Daya tahan a. Manajemen lingkungan
Batasan Karakteristik : 3. Energi psikomotor b. Peningkatan latihan : latihan kekuatan
Outcome tambahan untuk mengukur c. Bantuan perawatan diri
1. Dispnea setelah beraktivitas
batasan karakteristik : d. Peningkatan tidur
2. Keletihan
3. Ketidaknyamanan setelah beraktivitas 1. Keefektifan pompa jantung e. Pengajaran : peresepan latihan
4. Perubahan elektrokardiogram 2. Status jantung paru Pilihan Intervensi Tambahan :
5. Respon frekuensi jantung abnormal 3. Tingkat ketidaknyamanan 1. Manajemen lingkungan : kenyamanan
6. Respon tekanan darah abnormal 4. Konservasi energy 2. Peningkatan latihan
terhadap aktivitas 5. Kelelahan : efek yang mengganggu 3. Terapi latihan : ambulasi
Faktor yang berhubungan : 6. Tingkat kelelahan 4. Terapi latihan : pergerakan sendi
7. Istirahat 5. Terapi latihan : kontrol otot
1. Gaya hidup kurang gerak 8. Perawatan diri
2. Imobilitas 6. Terapi musik
9. Tanda-tanda vital 7. Terapi oksigen
3. Ketidakseimbangan antara suplai dan
Outcome yang berkaitan dengan faktor 8. Manajemen nyeri
kebutuhan oksigen
yang berhubungan atau outcome 9. Relaksasi otot progresif
4. Tirah baring menengah : 10. Fasilitasi kunjungan
11. Manajemen berat badan
1. Ambulasi
2. Ambulasi kursi roda
3. Partisipasi latihan
4. Pergerakan status nutrisi : energy
5. Status kesehatan pribadi
6. Kebugaran fisik
7. Status pernafasan
5 Ansietas NOC NIC
Definisi: perasaan tidak nyaman atau Outcome untuk mengukur penyelesaian 1. Bimbingan antisipasif
kekhawatiran yang samar disertai respons dari diagnosis 2. Pengurangan kecemasan
otonom (sumber sering kali tidak sepesifik 1. Tingkat kecemasan 3. Teknik menenangkan
atau tidak diketahui oleh individu), 2. Tingkat kecemasan sosial 4. Peningkatan koping
perasaan takut yang disebabkan antisipasi Outcome tambahan untuk mengukur 5. Manajemen demensia
terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat batasan karakteristik 6. Manajemen demensia: memandikan
kewaspadaan yang memperingatkan 1. Tingkat agitasi 7. Manajemen demensia: keluyuran
individu akan adanya bahaya dan 2. Kontrol kecemasan diri 8. Bantuan pemeriksaan
memampukan individu untuk bertindak 3. Kontinensi usus 9. Menghadirkan diri
menghadapi ancaman. 4. Konsentrasi 10. Terapi relaksasi
Batasan Karakteristik 5. Koping 11. Pengurangan stres relokasi
Perilaku 6. Pembuatan keputusan 12. Peningkatan keamanan
1. Agitasi 7. Tingkat delirium 13. Perawatan penggunaan zat terlarang
2. Gelisah 8. Kontrol diri terhadap distorsi 14. Terapi validasi
3. Gerakan ekstra pemikiran Pilihan Intervensi Tambahan:
4. Insomnia 9. Risiko kecenderungan perilaku 1. Manajemen alergi
5. Kontak mata yang buruk melarikan diri 2. Bantuan kontrol marah
6. Melihat sepintas 10. Tingkat kelelahan 3. Terapi bantuan hewan
7. Mengekspresikan kekhawatiran 11. Tingkat rasa takut 4. Terapi kesenian
karena perubahan dalam peristiwa 12. Tingkat rasa takut: anak 5. Manajemen asma
hidup 13. Tingkat hiperaktivitas 6. Latihan autogenik
8. Penurunan produktifitas 14. Memproses infromasi 7. Manajemen perilaku: menyakiti diri
9. Perilaku mengintai 15. Kontrol mual & muntah 8. Biofeedback
10. Tampak waspada 16. Status neurologi: otonomik 9. Persiapan melahirkan
Afektif 17. Keluyuran yang aman 10. Konseling
1. Berfokus pada diri sendiri 18. Fungsi sensori: taktil 11. Intervensi krisis
2. Distres 19. Tidur 12. Pengalihan
3. Gelisah 20. Kontinensia urin 13. Pencegahan melarikan diri
4. Gugup 21. Tanda-tanda vital 14. Dukungan emosional
5. Kesedihan yang mendalam Outcome yang berkaitan dengan faktor 15. Manajemen energi
6. Ketakutan yang berhubungan atau outcome 16. Manajemen lingkungan
7. Menggemerutukkan gigi menengah 17. Peningkatan latihan
8. Menyesal 1. Pemulihan terhadap kekerasan 18. Konseling genetik
9. Peka 2. Penerimaan: status kesehatan 19. Fasilitasi proses berduka
10. Perasaan tidak adekuat 3. Adaptasi terhadap disabilitas fisik 20. Imajinasi terbimbing
11. Putus asa 4. Menahan diri dan agresifitas 21. Perawatan kehamilan risiko tinggi
12. Ragu 5. Adaptasi anak terhadap perawatan di 22. Hipnosis
13. Sangat khawatir rumah sakit 23. Peresepan obat
14. Senang berlebihan 6. Kepuasan klien: pengajaran 24. Fasilitasi meditasi
Fisiologis 7. Kepuasan klien: keberlanjutan 25. Terapi musik
1. Gemetar perawatan 26. Manajemen sindrom pre menstruasi (PMS)
2. Peningkatan keringat 8. Kepuasan klien: perawatan psikologis 27. Relaksasi otot progresif
3. Peningkatan ketegangan 9. Status kenyamanan 28. Terapi reminiscence
4. Suara bergetar 10. Status kenyamanan: lingkungan 29. Manajemen teknologi
5. Tremor 11. Status kenyamanan: fisik 30. Fasilitasi hipnosis diri
6. Tremor tangan 12. Status kenyamanan: psikospiritual 31. Dukungan kelompok
7. Wajah tegang 13. Status kenyamanan: sosiokultural 32. Pengajaran: individu
Simpatis 14. Tingkat demensia 33. Pengajaran: preoperatif
1. Anoreksia 15. Resolusi berduka 34. Pengajaran: peresepan obat-obatan
2. Diare 16. Perilaku imunisasi 35. Pengajaran: prosedur / perawatan
3. Dilatasi pupil 17. Kontrol diri terhadap impuls 36. Konsultasi melalui telepon
4. Eksitasi kardiovaskular 18. Keparahan infeksi 37. Terapi trauma: anak
5. Gangguan pernapasan 19. Keseimbangan gaya hidup 38. Perawatan inkontinensia urin: enuresis
6. Jantung berdebar-debar 20. Menahan diri dari memutilasi 39. Fasilitasi kunjungan
7. Kedutan otot 21. Pemulihan terhadap pengabaian 40. Monitor tanda-tanda vital
8. Lemah 22. Kelekatan orang tua – bayi
9. Mulut kering 23. Kesejahteraan pribadi
10. Peningkatan denyut nadi 24. Pengaturan psikososial: perubahan
11. Peningkatan frekuensi pernapasan kehidupan
12. Peningkatan refleks 25. Adaptasi relokasi
13. Peningkatan tekanan darah 26. Kesadaran diri
14. Vasokonstriksi superfisial 27. Harga diri
15. Wajah memerah 28. Identitas seksual
Parasimpatis 29. Ketrampilan interaksi sosial
1. Anyang-anyangan 30. Kesehatan spiritual
2. Diare 31. Tingkat stres
3. Dorongan segera berkemih 32. Keparahan ketagihan zat
4. Gangguan pola tidur 33. Kontrol gejala
5. Kesemutan pada ekstremitas
6. Letih
7. Mual
8. Nyeri abdomen
9. Penurunan denyut nadi
10. Penurunan tekanan darah
11. Pusing
12. Sering berkemih
Kognitif
1. Bloking pikiran
2. Cenderung menyalahkan orang lain
3. Gangguan konsentrasi
4. Gangguan perhatian
5. Konfusi
6. Lupa
7. Melamun
8. Menyadari gejala fisiologis
9. Penurunan kemampuan untuk belajar
10. Penurunan kemampuan untuk
memecahkan masalah
11. Penurunan lapang persepsi
12. Preokupasi
Faktor Yang Berhubungan
1. Ancaman kematian
2. Ancama status terkini
3. Hereditas
4. Hubungan interpersonal
5. Kebutuhan yang tidak dipenuhi
6. Konflik nilai
7. Krisis maturasi
8. Krisis situasi
9. Pajanan pada toksin
10. Penularan interpersonal
11. Penyalahgunaan zat
12. Perubahan besar (mis., status
ekonomi, lingkungan, status
kesehatan, fungsi peran, status peran)
13. Riwayat keluarga tentang ansietas
14. Stresor
Risiko Infeksi NOC NIC
Definisi : Rentan mengalami invasi dan Outcome untuk Menilai Dan Mengukur 1. Manajemen alergi
multiplikasi organisme patogenik yang Kejadian Aktual dari Diagnosis 2. Pencegahan perdarahan
dapat mengganggu kesehatan. 3. Pengurangan perdarahan
1. Keparahan Infeksi 4. Pengurangan perdarahan: uterus antepartum
Faktor Risiko 2. Keparahan Infeksi: baru lahir 5. Pengurangan perdarahan: gastrointestinal
Outcome yang Berhubungan dengan 6. Pengurangan perdarahan: nasal
5. Kurang pengetahuan untuk
Faktor Risiko 7. Pengurangan perdarahan: uterus postpartum
menghindari pemajanan pathogen
6. Malnutrisi 1. Penyembuhan luka bakar 8. Pengurangan perdarahan: luka
7. Obesitas 2. Kontrol risiko Komunitas: Penyakit 9. Pemberian produk produk darah
8. Penyakit kronis (mis., diabetes Menular 10. Manajemen cairan
mellitus) 3. Fungsi Gastrointestinal 11. Monitor cairan
9. Prosedur invasive 4. Akses Hemodialisis 12. Resusitasi cairan
Pertahanan Tubuh Primer Tidak Adekuat 5. Konsekuensi Imobilitas: Fisiologi 13. Pengaturan hemodinamik
6. Status imunitas 14. Manajemen hipovolemi
1. Gangguan integritas kulit 7. Prilaku imunisasi 15. Kontrol infeksi
2. Gangguan peristalsis 8. Pengetahuan: Manajemen Penyakit 16. Perlindungan infeksi
3. Merokok Akut 17. Terapi oksigen
4. Pecah ketuban dini 9. Pengetahuan: manajemen penyakit 18. Identifikasi risiko
5. Pecah ketuban lambat kronik 19. Pencegahan Syok
6. Penurunan kerja siliaris 10. Status maternal: antepartum 20. Surveilans
7. Perubahan pH sekresi 11. Status maternal: intrapartum 21. Monitor tanda-tanda vital
8. Stasis cairan tubuh 12. Status maternal: Postpartum Pilihan intervensi tambahan :
Pertahanan tubuh sekunder tidak adekuat 13. Respon pengobatan
14. Status nutrisi 1. Manajemen anafilaksis
1. Imunosupresi 15. Status nutrisi: asupan nutrisi 2. Perawatan jantung
2. Leukopenia 16. Kesehatan mulut 3. Manajemen alat akses vena sentral
3. Penurunan hemoglobin 17. Keparahan cedera fisik 4. Perawatan sirkulasi: insufisiensi arteri
4. Supresi respons inflamasi (mis., 18. Status pernafasan: kepatenan jalan 5. Perawatan sirkulasi: insufisiensi vena
interleukin 6 [IL-6], C-reactive nafas 6. Perawatan emboli: paru-paru
protein [CRP]) 19. Status pernafasan: ventilasi 7. Manajemen hipoglikemi
5. Vaksinasi tidak adekuat 20. Kontrol risiko 8. Pemasangan infuse
Pemajanan Terhadap Patogen Lingkungan 21. Control risiko: Proses infeksi 9. Terapi intravena (IV)
Meningkat 22. Kontrol Risiko: Penyakit Menular 10. Pemberian obat
Seksual (PMS) 11. Monitor pernafasan
1. Terpajan pada wabah
23. Deteksi risiko
24. Manajemen diri: Penyakit kronik
25. Prilaku berhenti merokok
26. Pemulihan pembedahan:
penyembuhan
27. Pemulihan pembedahan: segera
setelah operasi
28. Integritas jaringan: Kulit & Membran
Mukosa
29. Berat badan: Massa Tubuh
30. Penyembuhan luka: primer
31. Penyembuhan luka: sekunder
D. EVALUASI
Menurut Nursalam, 2011, evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu:
a. Evaluasi formatif
Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi dilakukan sampai
dengan tujuan tercapai.
b. Evaluasi somatif
Merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini menggunakan SOAP.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Reni dan Hawadi. (2007). Akselerasi A-Z Informasi Program Percepatan
Catzel, Pincus & Ian robets. 2007. Kapita Seleta Pediatri Edisi II.alih bahasa oleh Dr.
Persada.
Isbagio H, Albar Z, Kasjmir YI, et al. Lupus Eritematosus Sistemik. Dalam: Sudoyo
AW, Setiyohadi B, Alwi I, et al, editor. Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi
IDAI. 2008. Tumbuh Kembang Anak Dan Remaja. Jakarta : Sagung Seto
Nelson, Waldo E. 2013. Ilmu Kesehatan Anak (Ed 15). Jakarta : EGC
Nurarif, Amin. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
Nursalam. 2010. Asuhan Keperawatan Bayi & Anak. Jakarta : Salemba Medika
Seifert, K. L., Hoffnung, R. J., and Hoffnung, M. (2006). Lifespan development: 6th
Smeltzer, Suzanne C. 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth.Jakarta : EGC
Rudolf. 2012. Buku Ajar Pediatrik. Jakarta : EGC
Whalley &wong. 2008. Nursing Care of Infant and Children Volume II book 1.
Wong. 2009. Buku ajaran keperawatan pediatric. Alih bahasa sumanarno, agus dkk.