Anda di halaman 1dari 18

BIOTEKNOLOGI PADA PROSES

FERMENTASI
2020 C
Bioteknologi
Kelompok I

Jihan Fadila S B1D120042


Venna Melinda B1D120093
Fanuel Ilintamon B1D120105
Hestiani Palilu B1D120133
Yustika Irianti Dewi B1D120136
Dharna Hairunisa B1D120138
SEJARAH PENEMUAN FERMENTASI

Fermentasi telah ada sejak zaman prasejarah. Bukti paling awal


fermentasi makanan ada pada minuman beralkohol yang terbuat dari
buah, beras, dan madu, bertanggal 7000-6600 SM di Jiahu, China, dan
minuman anggur sejak 6000 SM di Georgia. Kendi berusia 7000 tahun
berisi sisa minuman anggur ditemukan di Pegunungan Zagros, Iran dan
disimpan di Universitas Pennsylvania. Diperkirakan bangsa Babilonia
memfermentasikan minuman sejak tahun 3000 SM, Mesir Kuno sekitar
3150 SM, Meksiko Kuno sekitar 2000 SM,dan Sudan sekitar 1500 SM.
Louis Pasteur merupakan pakar Zymologist pertama di dunia, ketika pada
tahun 1856 ia menghubungkan keberadaan ragi terhadap proses
fermentasi. Pasteur pada awalnya mendefinisikan fermentasi sebagai
proses "respirasi tanpa udara". Pasteur juga menemukan bahwa fermentasi
sejalan dengan perkembang biakan mikroorganisme di dalam makanan.
DEFINISI

Fermentasi yaitu bagian dari teknik konvensional,


Berdasarkan namanya, konvensional adalah sesuatu yang
lazim, tradisional, atau mengikuti yang sudah ada.
Bioteknologi konvensional memanfaatkan mikroorganisme
secara utuh dan tidak bisa diproduksi dalam jumlah yang
sangat besar.
Fermentasi adalah proses penguraian senyawa-senyawa
organik untuk menghasilkan energi dan pengubahan substrat
menjadi produk baru oleh mikroba
PRINSIP KERJA
Prinsip dasar bioteknologi konvensional adalah
memanfaatkan mikroorganisme utuh secara langsung
tanpa proses rekayasa sehingga pemanfaatannya
masih sangat terbatas. Bioteknologi konvensional
yang sering kita dengar di kehidupan sehari-hari
adalah teknik fermentasi seperti pembuatan tempe,
tape, dan kecap
CONTOH I KASUS FERMENTASI
Konvensional melalui Eksperimen Pembuatan Tempe Menggunakan Berbagai Jenis
Kacang.
Tempe adalah makanan yang dihasilkan melalui teknik fermentasi sederhana
oleh Rhizopus sp. Selama ini tempe yang ada di pasaran hanya yang berbahan dasar
kacang kedelai. Sementara beberapa tahun terakhir produksi kedelai di Indonesia
terus berkurang dan tidak mampu memenuhi kebutuhan. Oleh karena itu, perlu
dikembangkan pembuatan tempe yang menggunakan bahan-bahan lain yang nilai
gizinya tidak kalah baik dengan tempe dari kedelai seperti kacang merah, kacang
hijau dan kacang tanah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis
kacang yang baik dalam pembuatan tempe dan hasil penelitian ini dapat digunakan
untuk pengembangan LKS SMA materi Bioteknologi Konvensional.
Penelitian ini terdiri atas 2 tahap, yaitu tahap pertama, pembuatan tempe sedangkan
tahap kedua, pengembangan LKS dari hasil penelitian. Penelitian pembuatan tempe ini
menggunakan penelitian eksperimen dengan RAL yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3
ulangan. Hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa ditinjau dari kandungan kadar
air, kadar abu, kadar protein dan kadar lemak serta organoleptik, kacang kedelai dan
kacang merah adalah kacang yang baik dalam pembuatan tempe. Kacang kedelai
memiliki kadar air 54,30%, kadar abu 0,21%, kadar protein 17,57% dan kadar lemak
0,72%. Sedangkan kacang merah memiliki kadar air 60,23%, kadar abu 0,31%, kadar
protein 17,85% dan kadar lemak 0,62%. Hasil penelitian dapat dikembangkan sebagai
LKS SMA materi Bioteknologi Konvensional
CONTOH II KASUS FERMENTASI
Tape merupakan hasil dari proses fermentasi dari bahan-bahan yang
mengandung karbohidrat seperti beras ketan dan ubi kayu. Dalam proses
fermentasi yang melibatkan aktivitas mikroorganisme ini terjadi proses
pengubahan karbohidrat menjadi etanol, sehingga bahan makanan hasil
fermentasi menjadi lebih enak rasanya.Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh persentase ragi tape dan mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi fermentasi dan lama fermentasi 24 jam,48 jam dan 72 jam.
Parameter analisa adalah warna, rasa, aroma dan untuk mengetahui PH
masing masing perlakuan pada tape ubi.
Fermentasi yang berlangsung dalam waktu lama dapat mempengaruhi tekstur
tape ubi jalar ungu yang dihasilkan. Semakin lama waktu fermentasi, tekstur tape
ubi jalar ungu semakin lunak. Sebaliknya waktu fermentasi yang singkat,
menghasilkan tekstur tape ubijalar ungu yang lebih keras.Proses fermentasi
dalam pembuatan tape adalah molekul-molekul pati yang dipecah menjadi
dekstrin dan gula-gula sederhana, proses ini merupakan suatu hidrolisis enzimatik.
Proses fermentasi tidak hanya menimbulkan efek pengawetan tetapi juga
menyebabkan perubahan tekstur, cita rasa dan aroma bahan pangan yang
membuat produk fermentasi lebih menarik, mudah dicerna dan bergizi.
Berdasarkan penelitian semakin lama waktu fermentasi maka kadar
keasamannya semakin tinggi, sehingga derajat keasaman (pH) tape ubi jalar ungu
semakin menurun. Pada proses fermentasi akan dihasilkan asam-asam yang mudah
menguap, diantaranya asam laktat, asam asetat, asam formiat, asam butirat dan asam
propionat. Asam-asam tersebut dihasilkan dari perombakan glukosa dan alkohol
(Desrosier, 1988).Semakin lama waktu pengukusan dan fermentasi,kadar etanol yang
didapat cenderung semakin meningkat namun tidak berpengaruh nyata. Hal ini
disebabkan semakin lama waktu fermentasi dapat meningkatkan aktivitas dari
senyawa organik yang akan berubah menjadi sederetan reaksi yang dikatalis oleh
enzim menjadi suatu bentuk lain, contohnya alkohol (Winarno dan Fardiaz, 1980).

Berdasarkan lama Fermentasi tape, Tape yang baik adalah 48 jam dikarenakan
tekstur tape tidak terlalu lunak dan beraroma khas tape dan aromanya agak lebih
tajam,kebanyakan masyarakat menyukai tape 48 jam dikarenakan memiliki rasa yang
tidak terlalu manis dan tidak terlalu asam
Kekurangan Bioteknologi Konvensional adalah:

1. Adanya perbaikan masalah genetik dan tidak bisa mengatasi masalah


genetik yang sudah ada sebelumnya.
2. Proses bioteknologi juga sangat mudah dipengaruhi oleh kondisi alam,
antara lain suhu dan hama di lingkungan tersebut.
KELEBIHAN BIOTEKNOLOGI konvensional ADALAH::

1. Menggunakan bahan yang harganya relatif murah dan mudah


didapat.
2. Teknologi yang digunakan juga tergolong sederhana.
3. Tidak memiliki dampak negatif jangka panjang, serta bisa
meningkatkan nilai gizi makanan.
gambaran umum
Pesan kelompok
고맙습니다
gomabseubnida

Anda mungkin juga menyukai