Oleh:
SABRIYANI RAHMA
20201011000090
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir yang berjudul “Kajian
Pembuatan Abon Nabati dari Wortel (Daucus carota L) dan Nangka Muda
(Artocarpus heterophyllus L)” adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir pada tugas akhir ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Politeknik Indonesia Venezuela.
Sabriyani Rahma
20201011000090
Hak Cipta Milik POLIVEN, Tahun 2023
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Abon merupakan salah satu jenis makanan kering yang berbentuk serpihan
dan berwarna kecoklatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase
rendemen, kadar air, kadar serat, dan organoleptik, menentukan formulasi yang tepat
untuk abon nabati dari bahan baku wortel dan nangka muda, serta mengetahui
karakteristik abon nabati dari segi organoleptik (warna, aroma, rasa dan tekstur).
Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini yaitu Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan faktor rasio penggunaan wortel dan nangka muda yang
terdiri dari 3 perlakuan,, y aitu P1 (25% : 75%), P2 (50% : 50%), dan P3 (75% :
25%). Setiap perlakuan dilakukan 6 kali ulangan, sehingga diperoleh 18 satuan
percobaan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan pembuatan abon nabati dengan
rasio penggunaan wortel dan nangka muda yang berbeda t idak berpengaruh nyata
terhadap rendemen, kadar air, kadar serat, organoleptik warna dan aroma tetapi
berpengaruh nyata terhadap organoleptik rasa dan tekstur. Analisis rendemen
tertinggi terdapat pada perlakuan P1 (23,13%) dan terendah pada perlakuan P3
(20,53%). Analisis kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan P1 (13,84%) dan
terendah pada perlakuan P2 (9,57%). Analisis kadar serat tertinggi terdapat pada
perlakuan P1 (3,30%) dan terendah pada perlakuan P3 (2,88%). Produk abon wortel
dan nangka muda dengan penerimaan tertinggi dari segi warna, aroma dan rasa terdapat
pada perlakuan (P2) 50% : 50%, yaitu warna (3,44), aroma (3,53) tingkat penerimaan
agak suka dan rasa (3,59) tingkat penerimaan suka, sedangkan penerimaan organoleptik
tekstur tertinggi terdapat pada perlakuan (P1) 25% : 75%, yaitu (3,42) tingkat penerimaan
agak suka.
Tugas Akhir
Oleh:
SABRIYANI RAHMA
20201011000090
Menyetujui :
Mengesahkan,
Ketua Program Studi Mengetahui,
Agroindustri Direktur
Politeknik Indonesia Venezuela
Puji syukur atas kehadhirat Allah SWT yang dengan rahmat dan
Akhir ini.
4. Dr. Ir. Umar, HA, S.P., M.P selaku Ketua Program Studi Agroindustri,
Akhir ini.
6. Endiyani, S.P., M.Si selaku dosen penguji I yang telah memberikan saran
Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini masih jauh dari
diharapkan demi penyempurnaan tugas akhir ini. Semoga tulisan ini dapat
bermanfaat.
Sabriyani Rahma
20201011000090
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................7
DAFTAR ISI...............................................................................................iii
DAFTAR TABEL........................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ vii
I. PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1. Latar Belakang..............................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..........................................................................3
1.3. Tujuan Penelitian...........................................................................3
1.4. Manfaat Penelitian.........................................................................4
ii
3.5.3. Kadar Serat........................................................................23
3.5.4. Uji Organoleptik...............................................................24
V. PENUTUP.............................................................................................34
5.1 Kesimpulan...................................................................................34
5.2. Saran............................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA................................................................................36
LAMPIRAN.............................................................................................. 41
RIWAYAT HIDUP....................................................................................55
ii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Kandungan Gizi Wortel Tiap 100 Gram ......................................... 7
2. Komposisi Gizi per 100 gram Nangka Muda.................................. 10
3. Syarat Mutu Abon........................................................................ 12
4. Rancangan Penelitian Acak Lengkap........................................... 18
ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Morfologi Tanaman Wortel (Daucus Carota L).............................................. 5
2. Morfologi Buah Nangka (Artocarpus heterophyllus L).................................. 8
3. Diagram Alir Pembuatan Adonan Abon Nabati............................................. 20
4. Diagram Alir Pembuatan Produk Abon Nabati........................................... 21
5. Grafik Hasil Uji Organoleptik Tekstur........................................................ 30
6. Grafik Hasil Uji Organoleptik Rasa.............................................................. 32
ii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Form uji organoleptik..................................................................................43
2. Hasil analisis rendemen abon nabati wortel dan nangka muda...................44
3. Hasil analisis kadar air abon nabati wortel dan nangka muda.....................45
4. Hasil analisis kadar serat abon nabati wortel dan nangka muda.................46
5. Hasil analisis organoleptik aroma abon nabati............................................47
6. Hasil analisis organoleptik warna abon nabati............................................48
7. Hasil analisis organoleptik tekstur abon nabati...........................................49
8. Hasil analisis organoleptik rasa abon nabati...............................................51
9. Dokumentasi penelitian...............................................................................53
ii
I. PENDAHULUAN
singkat karena sifatnya yang mudah rusak. Oleh karena itu perlu dilakukan
usaha untuk memperpanjang umur simpan dan meningkatkan cita rasa dengan
cara menjadikan berbagai macam produk olahan makanan (Lestari dan Citra
Handa, 2017). Pemanfaatan buah dan sayuran sebagai olahan pangan semakin
berkembang. Salah satu olahan pangan yang dikembangkan dari buah dan
salah satu jenis makanan kering yang berbentuk serpihan dan berwarna
masyarakat berasal dari bahan hewani seperti daging sapi, ayam, dan ikan
Selain dari sumber hewani, kini buah dan sayuran pun dapat diolah
dalam pembuatan abon nabati. Sampai saat ini bahan baku nabati yang telah
jantung pisang (Candra et al., 2018), dan nangka muda (Nur jannah et al.,
muda menjadi olahan abon nabati. Wortel (Daucus carota L) sebagai penyedia
penyakit jantung, penangkal kanker, dan wortel penuh dengan serat larut yang
Riset Prof. Dr. James Cedra, seorang guru besar Universitas Florida, Amerika
1
Serikat, mengatakan bahwa penurunan satu persen kolestrol sama dengan
2021).
Kandungan gizi yang dimiliki wortel mentah per 100 gram antara lain
88,29g air, 4g serat, 0,93g protein, 0,24g total lemak (Rusilanti dan Kusharto,
2007 dalam Wibowo et al., 2013). Pada penelitian Setiabudi et al., 2022,
jenis sayuran hasil pertanian dengan kandungan air yang tinggi hal ini dapat
nangka biasanya dapat berbuah dengan jumlah yang cukup banyak. Nangka
dalam keadaan segar, dicampur dalam es, dihaluskan menjadi minuman (jus),
atau diolah menjadi aneka jenis makanan daerah, seperti dodol nangka, kolak
nangka, selai nangka, nangka goreng tepung, keripik nangka, dan lain-lain.
sayuran, nangka muda dapat dijadikan sebagai lauk pauk yang berbentuk
muda, dimana abon memiliki daya simpan yang relatif cukup lama karena
bentuknya yang kering (Widiana et al., 2019). Kandungan gizi yang dimiliki
2
Menurut Anggorowati et al., (2012), setiap 100 gram nangka muda
memliki kadar protein sebesar 2,0 gram, kadar serat 8,3 gram, dan kadar air
85,4 gram. Kandungan serat dan air yang cukup tinggi pada nangka muda
standar mutu abon sebagai subtitusi olahan abon nabati (Sartika et al., 2018).
Abon yang terbuat dari wortel dan nangka muda dapat juga dijadikan
salah satu makanan alternatif bagi masyarakat yang vegetarian (Setyawan, 2022).
Adapun keunggulan dari abon wortel dan nangka muda ini yaitu berasal dari
buah dan sayuran sehingga baik untuk tubuh. Pemanfaatan pembuatan abon
wortel dan nangka muda tersebut dapat berkontribusi dalam meningkatkan nilai
industri abon tidak begitu sulit, dan banyak ditemukan hampir setiap daerah
Penelitian ini memilih wortel dan nangka muda sebagai bahan baku
pembuatan abon nabati karena komoditi ini selain melimpah juga mudah rusak.
Oleh karena itu dilakukan penelitian untuk mengetahui formulasi abon nabati
yang tepat dengan cara menggunakan peresentase berat wortel dan nangka muda
air, rendemen dan organoleptik, menentukan formulasi yang tepat untuk abon
nabati dari bahan baku wortel dan nangka muda, serta mengetahui
karakteristik abon nabati dari segi organoleptik (warna, rasa, aroma, dan
3
tekstur).
dan nangka muda terhadap nilai gizi abon yang dihasilkan. Menghasilkan
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
sebagai berikut:
Ordo : Umbelliferales
Famili : Umbelliferae/
semusim, karena hanya berproduksi satu kali dan kemudian mati. Berbentuk
Susunan tumbuhan wortel terdiri atas daun, tangkai, batang, akar dan
bunga, dimana daun wortel bersifat majemuk, menyirip ganda dua atau tiga,
anak daunnya berbentuk garis setiap tanaman memilik 5-7 tangkai daun yang
berukuran panjang. Batang berbentuk bulat, pendek, berwarna hijau tua, tidak
panjang. Akar terdiri atas akar tunggang dan serabut dalam pertumbuhannya.
disebut umbi wortel sedangkan akar serabut tumbuh pada akar tunggang yang
telah membesar dan berwarna kekuningan atau putih gading. Bunga tanaman
membantu menjaga kesehatan mata. Bahan utama lainnya dari wortel adalah
(beta karoten, B1, dan C). Beta Karoten mempunyai manfaat sebagai
Beta Karoten dapat menekan pertumbuhan sel kanker dan melindungi asam
6
Tabel 1. Kandungan Gizi Wortel Tiap 100 Gram
Komponen Zat Gizi Satuan Jumlah
Energi Kka 36,0
Protein g 1,0
Lemak g 0,6
Karbohidrat g 7,9
Serat mg 1,0
Kalsium mg 45,0
Fosfor mg 74,0
Zat besi mg 1,0
Natrium mg 70,0
Β- mg 3784
Caroten g 0,04
Tiamin mg 1,0
Niasin mg 18,0
Vitamin mg 245,0
C Kalium mg 0,6
Abu g 89,9
Air
Sumber : Daftar Komposisi Pangan, 2017.
Menurut Utami et al., (2013) dari kandungan gizi wortel yang lengkap
Wortel mengandung betakaroten yang tinggi dan sangat baik untuk kesehatan
karoten dan serat yang tinggi dan baik untuk mencegah terjadinya timbunan
7
mengurangi keganasan dari radikal bebas (Ridwan, 2017).
Ordo : Morales
Famili : Moraceae
Genus : Artocarpus
nangka (Harahap, 2020). Buah nangka terdiri dari daging buah, biji, dan dami
8
mencapai tinggi 25 meter (Siti et al., 2016). Seluruh bagian tanaman bergetah,
yang biasa disebut pulut. Daunnya bulat, lonjong, dan lebar. Kayunya keras,
apabila telah tua berwarna kuning sampai kemerahan. Buah nangka relatif
besar, berbiji banyak, dan kulitnya berduri lunak (Sunarjono, 2006). Setiap
biji dibalut oleh daging buah endokarp dan eksokarp yang mengandung
gelatin. Kulit buah berwarna hijau sampai kuning kemerahan. Daging buahnya
tipis sampai tebal yang setelah matang berwarna kuning merah, lunak, manis,
dari kalorinya berasal dari karbohidrat, sedangkan sisanya berasal dari protein
dan sedikit lemak. Selain itu, nangka mengandung hampir semua vitamin dan
mineral yang butuhkan oleh tubuh, serta serat dalam jumlah yang cukup.
Berdasarkan data Kemenkes RI (TKPI), setiap 100 gram nangka muda segar
mengandung 8.3 gram serat dan 85,4 gram air. Ini menunjukkan bahwa
kandungan serat dan air termasuk tinggi dan cukup tinggi. Salah satu
manfaatnya adalah menjaga gula darah tetap stabil. Kandungan nutrisi Nangka
muda dalam 100 gram dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
9
Tabel 2. Komposisi Gizi per 100 gram Nangka Muda
Komponen Zat Gizi Satuan Jumlah
Energi Kkal 51
Protein g 2,0
Lemak g 0,4
Karbohidrat g 11,3
Serat g 8,3
Kalsium mg 45
Fosfor mg 29
Niasin mg 0,7
Vitamin A SI 25
VitaminB1 mg 0,07
Vitamin mg 9
C Kalium mg 246,5
Abu g 0,9
Air g 85,4
Sumber : Direktorat Gizi Depkes, 2009
Kandungan gizi pada nangka muda yang cukup tinggi adalah kandungan air
dan serat (Nurjannah et al., 2013). Nangka muda juga kaya mineral dan
tiroid, Kandungan magnesium pada nangka sangat baik untuk tulang. Dapat
menjadi anti kanker dan dapat mencegah penuaan dini, menjaga kesehatan
10
2.3. Abon
serat yang halus dan umumnya dibuat dari daging sapi (Bulkaini et al., 2020).
Abon umumnya memiliki komposisi gizi yang cukup baik karena umumnya
terbuat dari daging. Abon daging yang diolah mempunyai tujuan menambah
bahan mentahnya (Kulon, 2020). Abon sebagai salah satu bentuk olahan
kering yang sudah dikenal masyarakat luas karena harganya cukup terjangkau
yang siap saji. Abon memiliki harga yang cukup beragam tergantung pada
biaya produksi dan bahan baku yang digunakan. Abon yang terbuat dari
daging atau ikan biasanya memiliki harga yang cukup tinggi. Meskipun harga
abon dari bahan tertentu cukup tinggi, namun peminatnya tetap banyak. Salah
satu cara untuk menekan harga agar terjangkau oleh masyarakat menengah ke
bawah, maka produk abon dapat dibuat dari bahan nabati (Lestari dan Citra
Handa, 2017).
bumbu yang ditambahkan sehingga terdapat variasi macam dan jumlah bumbu
yang digunakan, hal ini menyebabkan kualitas abon beraneka ragam terutama
dalam hal rasa dan warna (Masrufah et al., 2021). Pembuatan abon
merupakan salah satu cara pengeringan dalam pengolahan bahan pangan yang
11
bahan (Lisa et al., 2015). Faktor yang mempengaruhi standar mutu abon
antara lain kadar air yang mempengaruhi daya simpan dan keawetan abon,
kadar abu yang dapat menurunkan derajat penerimaan dari konsumen, kadar
serat yang berperan sebagai petunjuk beberapa komposisi bahan nabati yang
standar mutu merupakan acuan bahwa produk tersebut memiliki kualitas yang
baik dan aman bagi kesehatan. Adapun syarat mutu abon dapat dilihat pada
Tabel 3.
12
c. Salmonella Koloni/25g Koloni/g
d. Staphylococcus Koloni/g Koloni/25g
aureus Koloni/g
Sumber : Standar Nasional Indonesia, 1995
13
2.4. Bahan Tambahan
atau bumbu yang digunakan bertujuan agar tercipta rasa yang enak. Jenis
rempah- rempah yang digunakan adalah bawang putih, bawang merah, cabai
rawit, kemiri, ketumbar, lengkuas, daun salam, dan serai. Manfaat lain
sebagai pemberi rasa dan aroma. Bawang putih menambah flavour sehingga
produk akhir menjadi menarik. Bahan aktif dalam bawang putih adalah
minyak atsiri. Selain sebagai bumbu, bawang putih juga dapat digunakan
antara lain kalori, karbohidrat, lemak, protein, dan serat makanan. Bawang
(Fajjiryah, 2017).
14
membuatnya berkhasiat untuk kesehatan. Capsaicin inilah yang
berupa biji yang kecil berukuran 1-2 mm. Hampir menyerupai biji merica atau
lada tetapi lebih kecil dan lebih gelap. Kandungan minyak atsiri pada
sebagai rempah penambah aroma harum dan rasa pada masakan. Selain
bermanfaat untuk masakan, daun salam juga baik untuk kesehatan. Daun
minyak atsiri. Senyawa inilah yang membuat daun salam bisa mengobati
15
diare, diabetes, hingga hipertensi (Ghaizani dan Aneesia, 2022).
16
8. Serai (Cymbopogon nardus)
dikenal memiliki bau yang kuat seperti lemon. Kandungan kimia yang
atsiri pada serai berfungsi untuk menimbulkan cita rasa dan aroma yang khas
9. Gula merah
Gula merah merupakan gula yang dihasilkan dari pengolahan nira, gula
merah memiliki tekstur dan struktur yang kompak, serta tidak terlalu keras
sehingga mudah untuk dipatahkan dan memberi kesan empuk. Gula merah
juga memiliki rasa yang khas, rasa manis diperoleh dari beberapa jenis gula
makanan.
10. Garam
makanan yang tidak dibumbui garam akan terasa hambar. Garam juga
proteolitik sangat peka terhadap kadar garam meskipun rendah (6%) (Haque,
2020).
11. Santan
yang sudah diparut kemudian diperas bersama air (Lerebulan et al., 2018).
17
menyedapkan masakan sehingga menjadi gurih. Dalam industri makanan
peran santan sangat penting sebagai sumber gizi, penambahan aroma, cita
panas, menambah rasa gurih, dan menambah nilai gizi. Minyak goreng juga
dapat menjadi faktor yang mempengaruhi umur simpan abon (Panjaitan et al.,
2019). Minyak yang digunakan dalam pembuatan abon harus minyak yang
berkualitas baik, belum tengik dan memiliki titik asap yang tinggi.
18
III. METODOLOGI PENELITIAN
Venezuela.
Alat yang digunakan selama proses penelitian ini, yaitu pisau, talenan,
sarung tangan, dan mesin spinner. Adapun alat yang digunakan untuk analisis,
yaitu kertas saring, cawan uji, cawan kurs, neraca analitik, botol timbang,
oven tanur, desikator, penjepit botol/kurs, kurs porselin, muffle, labu destilasi,
dan erlenmeyer.
dan nangka muda sebanyak 600 gram, cabai rawit 200 gram, gula merah 400
gram, santan kental 1000 mL, garam 116 gram, kemiri 60 gram, bawang putih
80 gram, bawang merah 120 gram, serai 16 batang, daun salam 24 lembar,
lengkuas 80 gram, dan minyak goreng yang diperoleh di pasar Lambaro Aceh
19
Besar. Adapun bahan yang digunakan untuk analisis, yaitu kapur aktif, asam
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan faktor rasio penggunaan wortel dan
nangka muda yang terdiri dari 3 perlakuan, yaitu (P1) = 25% : 75%, (P2) =
50% : 50%, dan (P3) = 75% : 25%. Setiap perlakuan dilakukan 6 kali
𝑌𝑖𝑗 = 𝜇 + 𝜏𝑖 +∈𝑖𝑗
dengan :
Yij = respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-𝑖 dan ulangan ke-𝑗.
∈𝑖𝑗 = pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-𝑖 dan ulangan ke-𝑗
20
perlakuan, maka akan dilalakukan dengan uji lanjut Beda Nyata (BNT) dengan
BNT a = tax
√ 2 KTG
n
Keterangan :
ta ( x ) : nilai baku (t) pada huruf uji (a ) dan derajat bebas galat (x).
n : jumlah ulangan.
dengan wortel dan daging nangka muda dicuci dengan air hingga bersih.
selama 10 menit dengan suhu 97oC. Setelah itu nangka didinginkan kemudian
dan nangka muda. bumbu-bumbu halus yang sudah dipisahkan seperti cabai
rawit, gula merah, garam, kemiri, ketumbar, bawang putih, bawang merah,
serai, daun salam, lengkuas ditumis sampai harum. Tambahlan santan kental,
21
disajikan diagram pembuatan adonan abon nabati wortel dan nangka muda pada
Gambar 3.
Parutan wortel
dan Suwiran
nangka 600g +
Bumbu matang
Tiriskan
Masukkan ke dalam wajan
Gambar 3. Diagram alir pembuatan adonan abon nabati wortel dan nangka
muda
Goreng adonan abon hingga berwarna kecoklatan lalu angkat dan tiriskan
22
kedalam mesin spinner untuk mengeluarkan sisa minyak yang terserap oleh abon.
Selanjutnya abon siap untuk dikemas dengan rapi. Berikut disajikan diagram
pembuatan produk abon nabati wortel dan nangka muda pada Gambar 4.
Adonan
Wortel dan
Nangka Muda
- Rendemen
- Kadar Air
Abon Nabati - Kadar Serat
- Organoleptik (warna,
rasa, aroma dan
tekstur)
Gambar 4. Diagram alir pembuatan produk abon nabati wortel dan nangka
muda
Parameter yang diuji pada abon nabati wortel dan nangka adalah rendemen,
23
kadar air (santoso et al., 2020), kadar serat (AOAC, 2005), dan uji organoleptik
3.5.1. Rendemen
dikalikan 100% (Hafid, 2014). Nilai rendemen abon dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
Berat abon
Rendemen (%) = × 100%
Bahan baku
24
hingga diperoleh berat konstan atau tetap. Perhitungan kadar aur
25
dikeringkan pada suhu 1050C didinginkan dan ditimbang
(w3−w2)−w1
% Serat Kasar = × 100%
b
e
r
a
t
s
a
m
p
e
l
26
3.5.4. Uji
Organoleptik
memakai panel tidak terlatih karena hanya perlu sekelompok orang yang
hedonik disebut skala hedonik. Skala hedonik ada yang memiliki skala
numerik 1-5, 1-7 hingga 1-9. Menurut Satiarini (2006), skala hedonik dari 1
sampai 5 meliputi:
27
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Rendemen
terhadap bahan baku awal yang digunakan. Semakin rendah rendemen maka
Data hasil analisis rendemen abon wortel dan nangka muda dengan
persentase yang berbeda (P1= 25% : 75%, P2= 50% : 50%, P3= 75% : 25%) nilai
(Lampiran 4a). Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 4b) menunjukkan bahwa
persentase pencampuran abon nabati dari wortel dan nangka muda tidak
berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap nilai rendemen abon wortel dan nangka
muda. Apabila berat awal semakin besar dan berat akhir lebih kecil maka
rendemen yang dihasilkan akan semakin menurun. Sejalan dengan Sani et al.,
berat akhir (berat yang dihasilkan) dengan berat awal (berat bahan total yang
Kadar air merupakan salah satu parameter penting dalam ilmu pangan
karena berpengaruh terhadap kualitas bahan pangan (Sari et al., 2015). Data hasil
analisis kadar air pada pembuatan abon nabati dari wortel dan nangka muda
28
dengan persentase yang berbeda (P1= 25% : 75%, P2= 50% : 50%, P3= 75% :
25%). Nilai yang diperoleh berkisar antara 3,87%-21,38% dengan nilai rata-rata
11,64% (Lampiran 5a). Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 5b) menunjukkan
bahwa persentase pencampuran abon wortel dan nangka muda tidak berpengaruh
nyata (P>0,05) terhadap kadar air abon wortel dan nangka muda.
Kadar air abon wortel dan nangka muda ini belum memenuhi standar
mutu abon sesuai dengan SNI 01-3707 (1995) kandungan kadar air pada abon
yaitu maksimal 7%. Masih tingginya kadar air abon wortel dan nangka muda
ini disebabkan karena bahan bakunya sendiri, yaitu menurut USDA National
Nutrient Database (2016), wortel memiliki kadar air yang cukup tinggi
sekitar 88%, sehingga menyebabkan wortel segar mudah rusak, begitu pun
dengan nangka muda berdasarkan data Kemenkes RI (TKPI), setiap 100 gram
Serat adalah bagian dari karbohidrat yang sulit dicerna dan mengandung
senyawa selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Serat kasar yang tinggi diketahui
dapat mengurangi ketersediaan energi dan nutrisi atau nutrien serta dapat
Agus, 2010).
Data hasil analisis kadar serat pada abon nabati wortel dan nangka muda
dengan persentase pencampuran yang berbeda (P1= 25% : 75%, P2= 50% : 50%,
P3= 75% : 25%) nilai yang diperoleh berkisar 2,67% - 3,77% dengan nilai rata-
rata 3,09% (Lampiran 6a). Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 6b)
29
berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap nilai serat abon nabati wortel dan nangka
muda yang dihasilkan. Analisis kadar serat pada pembuatan abon wortel dan
nangka muda menunjukkan rerata pada kisaran 2,88-3,30%. Kadar serat nangka
muda berdasarkan data Kemenkes RI (TKPI), setiap 100 gram nangka muda
segar mengandung 8,3 gram serat, sedangkan serat pada wortel hanya 1,0 mg
(Daftar Komposisi Pangan, 2017). Penambahan nangka muda yang berbeda pada
setiap perlakuan tidak memberikan efek yang berbeda karena jumlah yang
4.4.1. Warna
panelis. Penentuan mutu bahan makanan umumnya bergantung pada warna yang
dimilikinya, warna yang tidak menyimpang dari warna yang seharusnya akan
mutu suatu bahan pangan tergantung dari beberapa faktor, tetapi sebelum faktor
lain diperhatikan secara visual warna tampil lebih dulu untuk menentukan mutu
Hasil dari analisis uji organoleptik warna abon wortel dan nangka muda
dengan persentase pencampuran yang berbeda (P1= 25% : 75%, P2= 50% : 50%,
P3= 75% : 25%), menunjukkan bahwa nilai tingkat kesukaan panelis terhadap
warna abon wortel dan nangka muda yang dihasilkan berkisar antara 3,08-3,68
(tingkat penerimaan agak suka hingga suka) dengan rata-rata keseluruhan 3,40
(tingkat penerimaan agak suka) (Lampiran 7a). Dari hasil analisis sidik ragam
30
pencampuran wortel dan nangka muda yang berbeda tidak berpengaruh nyata
(P>0,05) terhadap nilai organoleptik warna abon wortel dan nangka muda yang
dihasilkan. Panelis lebih menyukai warna abon wortel dan nangka muda pada
pencampurannya seimbang antara wortel dan nangka muda serta didukung juga
gula dalam proses pengolahan abon bertujuan memberikan rasa manis dan
4.4.2. Aroma
Dalam industri pangan pengujian aroma dan bau dianggap sebagai yang
paling penting dalam pengujian, dimana aroma atau bau dengan cepat
memberikan hasil penilaian terhadap produk terkait, baik diterima atau tidaknya
suatu produk. Timbulnya suatu aroma dan bau dari suatu produk disebabkan
karena zat bau tersebut bersifat volatile (mudah menguap), sedikit larut air dan
menggunakan indera pembau terhadap suatu produk. Uji ini menggunakan hidung
untuk menghirup aroma suatu makanan atau produk yang dihasilkan (Antara dan
Wartini, 2014).
Data hasil pengamatan uji organoleptik aroma abon nabati wortel dan
nangka muda dengan persentase pencampuran yang berbeda (Lampiran 8a), nilai
penerimaan agak suka hingga suka). Nilai rata-rata keseluruhan uji organoleptik
aroma pada abon nabati wortel dan nangka muda yaitu 3,44 (tingkat penerimaan
31
agak suka. Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 8b) memperlihatkan bahwa setiap
perlakuan dengan persentase pencampuran wortel dan nangka muda yang berbeda
(P1= 25% : 75%, P2= 50% : 50%, 75% : 25%) tidak berpengaruh nyata (P>0,05)
terhadap nilai organoleptik aroma abon nabati wortel dan nangka muda yang
agak menyukai aroma dari produk abon yang dihasilkan. Aroma abon wortel dan
nangka muda ini secara umum dipengaruhi oleh bumbu yang digunakan. Adapun
peroksida yang tidak stabil (Choe and Min, 2007). Penggorengan lebih lanjut akan
merubah sebagian peroksida dan asam lemak bebas yang mempengaruhi makanan
Dari ketiga jenis perlakuan yang dilakukan, secara umum dapat diterima
oleh panelis karena bumbu yang digunakan memiliki takaran yang sama pada
antara lain bawang merah, bawang putih, cabai rawit, ketumbar, kemiri, lengkuas,
serai dan daun salam. Aroma biasanya disebabkan karena adanya campuran bahan
yang berbeda. Biasanya bahan atau senyawa yang ditambahkan pada makanan
untuk meningkatkan cita rasa adalah zat-zat yang mengandung senyawa atsiri
(Brown 2009). Senyawa atsiri yang digunakan umumnya diperoleh dari tumbuh-
4.4.3. Rasa
konsumen untuk menerima atau menolak suatu makanan ataupun produk pangan.
32
Meskipun parameter lain nilainya baik, jika rasa tidak enak atau tidak disukai
maka produk akan ditolak (Soekarto, 2012). Data hasil pengamatan uji
organoleptik rasa abon wortel dan nangka muda dengan persentase pencampuran
yang berbeda (P1= 25% : 75%, P2= 50% : 50%, P3= 75% : 25%), nilai rasa yang
dihasilkan berkisar antara 3,12-4,00 (tingkat penerimaan agak suka hingga suka).
Nilai rata-rata keseluruhan uji organoleptik rasa abon wortel dan nangka muda
adalah 3,48 (tingkat penerimaan agak suka) (Lampiran 9a). Hasil analisis sidik
wortel dan nangka muda yang berbeda berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap nilai
organoleptik rasa abon wortel dan nangka muda yang dihasilkan. Hasil uji lanjut
BNT0,05 pengaruh persentase wortel dan nangka muda terhadap rasa abon yang
3.70
3.60 3,59 b
3,56 b
Nilai organoleptik rasa
3.50
3.40
3,29 a
3.30
3.20
3.10
P1 P2 P3
perlakuan
abon wortel dan nangka muda diperoleh pada perlakuan (P2) 50% : 50% yaitu
33
3,59 (tingkat penerimaan suka) yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan (P1)
25% : 75% yaitu 3,56 (tingkat penerimaan suka) tetapi berbeda nyata dengan
perlakuan (P3) 75%: 25% yaitu 3,29 (tingkat penerimaan agak suka). Nilai
penerimaan panelis terendah terdapat pada perlakuan (P3) 75% : 25% yaitu 3,29
(tingkat penerimaan agak suka) yang berbeda nyata dengan kedua perlakuan
lainnya. Hal ini disebakan karena wortel memiliki rasa yang agak manis
(Makmum, 2007), sedangkan nangka muda memiliki rasa lembut dan berserat.
dapat diolah menjadi abon. Nangka muda memiliki serat yang mirip dengan serat
(Prihandoko dan Mawarti, 2015), sehingga dengan persentase wortel dan nangka
muda yang sama akan memberikan rasa yang seimbang sehingga lebih disukai
panelis.
4.4.4. Tekstur
Tekstur merupakan ciri suatu bahan yang terlihat sifat fisiknya meliputi
bentuk, ukuran, dan lainnya yang membuat seseorang menilai apakah tekstur yang
diperoleh pada produk tersebut baik atau tidak. Oleh karena itu perlu digunakan
uji organoleptik tekstur terhadap suatu produk (Midiyanto dan Yowono, 2014).
Dari hasil pengamatan uji organoleptik tekstur abon nabati wortel dan
nangka muda dengan persentase pencampuran yang berbeda (P1= 25% : 75%,
P2= 50% : 50%, P3= 75% : 25%), terlihat bahwa analisis organoleptik tekstur
yang dihasilkan berkisar antara 2,96-3,84 (tingkat penerimaan agak suka hingga
suka) (Lampiran 10a). Nilai rata-rata keseluruhan uji organoleptik tekstur abon
nabati wortel dan nangka muda adalah 3,33 (tingkat penerimaan agak suka). Hasil
34
analisis sidik ragam (Lampiran 10b) menunjukkan bahwa perlakuan persentase
pencampuran wortel dan nangka muda yang berbeda berpengaruh nyata (P<0,05)
terhadap nilai organoleptik tekstur abon wortel dan nangka muda yang dihasilkan.
Hasil uji lanjut BNT0,05 pengaruh persentase wortel dan nangka muda terhadap
3.45 3,42 b
3.40 3,37 b
Nilai organoleptik tekstur
3.35
3.30
3.25
3.20
3.15 3,11 a
3.10
3.05
3.00
2.95
P1 P2 P3
Perlakuan
tekstur abon wortel dan nangka muda diperoleh pada perlakuan (P1) 25% : 75
yaitu 3,42 yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan (P2) 50% : 50% yaitu 3,37
tetapi berbeda nyata dengan perlakuan (P3) 75% : 25% yaitu 3,11 dengan masing
masing tingkat penerimaan agak suka. Nilai terendah penerimaan panelis yaitu
pada perlakuan (P3) 75% : 25%, yaitu 3,11 (tingkat penerimaan agak suka) yang
berbeda nyata dengan kedua perlakuan lainnya. Semakin tinggi persentase nangka
muda yang dicampurkan maka semakin tinggi pula penerimaan panelis terhadap
tekstur abon wortel dan nangka muda. Hal ini disebabkan tingginya serat pada
35
nangka muda sehingga memberikan tekstur yang berserat pada abon, sedangkan
tekstur wortel setelah diparut dan dimasak menjadi lembek sehingga tidak disukai
oleh panelis walaupun sebagian panelis menyukai abon dengan persentase 75%
wortel : 25% nangka muda. Menurut Widyaastuti, et al., (2017), pada umumnya
ciri khas dari abon yaitu memiliki bentuk tekstur serat yang halus dan kering dan
berwarna kecoklatan.
36
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
carota L) dan nangka muda (Artocarpus heterophyllus L), maka dapat diambil
1. Pembuatan abon nabati dari wortel dan nangka muda dengan persentasi
pencampuran yang berbeda (P1= 25% : 75%, P2= 50% : 50%, P3= 75% :
5. Produk abon wortel dan nangka muda dengan penerimaan tertinggi dari
segi warna, aroma dan rasa terdapat pada perlakuan (P2) 50% : 50%, yaitu
warna (3,40), aroma (3,44) tingkat penerimaan agak suka dan rasa (3,59)
pada perlakuan (P1) 25% : 75%, yaitu 3,42 (tingkat penerimaan agak
suka).
6. Berdasarkan metode rangking, maka abon nabati wortel dan nangka muda
37
analisis kimia dan organoleptik. Kualitas terbaik dari analisis tersebut
21,63%, kadar air 9,57%, kadar serat 3,08%, organoleptik warna 3,44
rasa 3,59 (tingkat penerimaan suka) dan tekstur 3,37 (tingkat penerimaan
agak suka).
5.2. Saran
lainnya.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap daya simpan abon wortel
38
DAFTAR PUSTAKA
Antara, N., dan Wartini, M. 2014. Aroma and Flavor Compounds. Tropical Plant
Curriculum Project. Udayana University. Denpasar.
Apriliani, A., Sukarsa, S., dan Hidayah, H. A. 2014. Kajian Etnobotani Tumbuhan
Sebagai Bahan Tambahan Pangan Secara Tradisional oleh Masyarakat di
Kecamatan Pekucen Kabupaten Banyumas. Scripta Biologica, 1 (1), 78-
86.
Astuti, W.P. 2018. Subtitusi Tempe untuk Meningkatkan Rasa dan Kadar Protein
Pada Abon Biji Durian (Durio zibethinus Murr). Doctoral Dissertation.
UIN Raden Intan. Lampung.
Budiansyah dan Agus. 2010. Performan Ayam Boiler yang Diberi Ransum yang
Mengandung Bungkil Kelapa yang Difermentasi Ragi Tape Sebagai
Pengganti Sebagian Ransum Komersial. J Ilmiah ilmu-ilmu Perternakan
13.5 260-268.
Bulkaini, B., Wulandari, B.R.D., Kisworo, D., Sukirno, S., dan Yulianto, W.
2020. Diseminasi Teknologi Pembuatan Abon yang Berbasis Daging
Ayam Petelur Afkir. Prosiding PEPADU, 2, 39-43.
Cahyono IB. 2002. Wortel, Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius.
Yogyakarta.
39
Candra, K.P., dan Tunoq, A., 2018. Sifat Kimia dan Penerimaan Sensori dari
Abon dengan Formulasi Daging Ikan Gabus (Channa striata) dan Jantung
Pisang Kepok (Musa acuminate balbisiana Linn) J Teknologi Pertanian
Universitas Mulawarman, 13(20):45-50
Fajjriyah, N. 2017. Kiat Sukses Budidaya Bawang Merah. Bio Genesis. Depok.
Farida, S.N., Baihaqi, A. L., Kusuma, Y.B., Fauziah, S., dan Samsudin, A. 2022.
Prossiding Seminar Nasional Adminitrasi Bisnis (Sinabis) 2022.
Haque. 2020. Diversivikasi Abon Nabati dengan Variasi Rasio Kluwih Tepung
Koro Pedang. phD Thesis. Politeknik Banjarnegara. Banjarnegara.
Harahap, A. U. 2020. Buku Ajar Potensi Daun Kelor (Morinaga oleifera) dan
Daun Nangka (Artocarpus heteroppylius) Sebagai Pakan Aditif
Fungsional Bagi Ternak Ruminansia. Cv. Pena persada. Banyumas.
Hastuti, S., dan Suparman, S. 2018. Sifat Kimia Abon Daging Kambing
Peranakan Ettawa (PE) dengan Lama Penggorengan yang Berbeda. J Ilmu
dan Teknologi Peternakan Tropis, 5(3), 73-78.
Isabela, I., Hadi, N., dan Romlah, L. 2020. Pendampingan Pengolahan Abon Ikan
Tongkol dalam Meningkatkan Perekonomian Masyarakat Desa Pulau
Mandangin Sampan. Al-Skhidmah: Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat, 1 (1), 47-55.
40
Masyarakat Undip (Vol.1,No.1).
Lerebulan, C., Fatimah, F., dan Pontoh, J. 2018. Rendemen dan Total Fenolik
Santan Kelapa dalam Berbagai Tingkat Kemtangan. J MIPA, 7(1), 44-46.
Lisa, M., Lutfi, M., dan Susilo, B. 2015. Pengaruh Suhu dan Lama Pengeringan
Terhadap Mutu Tepung Jamur Tiram Putih (Plaerotus ostreatus). J
Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem, 3(3), 270-279.
Mamuja, C.f., dan Aida, Y. 2014. Karakteristik Gizi Abon Jantung Pisang (Musa
paradisiaca) dengan Penambahan Ikan Laying (Decapterus Sp). J Ilmu
dan Teknologi Pangan 2(2), 28.
Masrufah, A., Afkar, K., Hamidah, L. N., Rahmayanti, A., Rosyidah, E.,
Widiyanti, A., dan Oktavia, L. 2021. Inovasi Pemanfaatan Ikan Lele
(Clarias batracus) Menjadi Produk Olahan Lele (Abon, Brownis, dan Kue
Kering) di Desa Candipari Sidoarjo: Inovasi Pemanfaatan Ikan Lele
Menjadi Produk Olahan Lele. J Of Science And Social Development, 4(1),
22-27.
Nevid, Jefferey S., dan M. Chozim. 2021. Tentang Kesadaran Konsepsi dan
Aplikasi Psikologi. Nusamedia. Medan.
Nurjannah, N., SP, M.S., dan Ihsan, N. 2013. Ancaman! Dibalik Segarnya Buah
dan Sayur. Puspa Swara. Depok.
Nurjannah, U.Q.A, Hidayati, D., Jakfar, A.A. 2016. Karakteristik Sensoris dan
Kimia pada Abon Nangka Muda (Artocarpus heteropyllus L) dengan
Penambahan Tempe. Agrointek 10(1): 48-54
41
Oktaviana, D. 2016. Penerapan Rpp Berbasis Multiple Intelligences untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Siswa pada Materi Kalor
dan Perpindahan Kalor Kelas X Mia 4 SMA Negeri 3 Kota Jambi.
Edufisika: J Pendidikan Fisika 1(1).
Panjaitan, H., Telaumbanua, F., dan Siswanto, R.I. 2019. Pengolahan Abon Ikan
Bandeng Desa Karangcangkring, Kecamatan Dukun, Gresik. J Abdikarya:
Jurnal Karya Pengabdian Dosen dan Mahasiswa, 3(1).
Purwanto, R.E., dan Pratama, M. 2017. Peran Dakwah Habib Hasan Al Munawar
pada Kuliner dan Adat Kebiasaan Kota Palembang-Sumatera Selatan. J
Dakwah Tabligh, 18(2),272-286.
Sani, R.N., Nisa, F.C., Andriani, R.D., dan Maligan, J.M. 2014. Analisis
Rendemen dan Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Mikroalga Laut
Tetraselmis chuii. Jurnal Pangan dan Agroindustri, 2(2), 121-126.
Santoso, U., Setyaningsih, W., Ningrum, A., dan Ardhi, A. 2020. Analisis Pangan.
UGM Press. Yogyakarta.
Sari, Novita, A., Pramono, Y.B. dan Dwiloka, B. Penerapan Good Manufacturing
Practices (GMP) dengan Metode Skoring pada Analisis Kadar Air, Total
Mikroba, dan Bakteri Pathogen di CV. Halt Manufaktur Tegal. J
Teknologi Pangan 4.1 2020:4-12.
42
Siti, N., Agustina, A., dan Nuraini, R. 2016. Penetapan Kadar Vitamin C pada
Jerami Nangka (Artocarpus Heteroppyllus L) J Farmasi Sains Dan Praktis,
2(1),1-5
Situmeang, G. L.2022. Ta: Analisis Nilai Tambah Produk Olahan Abon Sapi Di
Koperasi Produk Ternak Maju Sejahtera (Doctorial Dissertation,
Politeknik Negeri Lampung).
Sutrisno, C. D. N., dan Susanto, W.H. 2014. Pengaruh Penambahan Jenis dan
Konsentrasi Pasta (Santan Dan Kacang) Terhadap Kualitas Produk Gula
Merah. J Pangan dan Agroindustri, 2(1), 97-105.
Utami, P., dan Puspaningtyas, D.E. 2013. The Miracle of Herbs. AgroMedia
Pustaka. Jakarta Selatan.
Widiana, A., Cahyanto, T., Supriyatna, A., Kusumorini, A., Hafsari A. R.,
Suryani, Y., dan Darniwa, A. V. 2019. Pelatihan Inovasi Produk Pangan
Abon Papaya Muda di Dusun Parmagersari Desa Tanjungsari Sumedang,
JPM PAMBUDI (Media Publikasi Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat)
vol, 3,1-7.
Wirakusumah, E. S. 2006. Jus Buah dan Sayuran: 148 Resep Jus untuk Menjaga
Kesehatan dan Kebugaran Anda. Niaga Swadaya. Jakarta.
43
Lampiran 1. Form Uji Organoleptik
Kajian pembuatan abon nabati dari wortel (Daucus carota L) dan nangka muda
(Artocarpus heterophyllus L).
Tanggal uji :
Nama Panelis :
NIM :
Jurusan :
Petunjuk : Nyatakan penilaian anda dengan menuliskan skor kesukaan
antara (1-5) pada kolom tanggapan kesukaan warna, aroma,
rasa, dan tekstur dengan kode sample yang tertera pada kolom.
Keterangan Notasi : Nilai kategori
1. Sangat tidak suka
2. Tidak suka
3. Agak suka
4. Suka
5. Sangat suka
Kode Aroma Warna Tekstur Rasa
sample
44
Lampiran 2. Hasil Analisis Rendemen Abon Nabati Wortel dan Nangka Muda
a. Nilai rendemen
Ulangan rata-
perlakuan Total
1 2 3 4 5 6 rata
p1 26,83 23,35 25,37 21,13 21,83 20,26 138,77 23,13
p2 19,95 23,51 20,96 22,44 21,63 21,29 129,79 21,63
p3 19,80 22,03 19,62 19,80 20,77 21,14 123,17 20,53
total 66,58 68,90 65,95 63,38 64,23 62,69 391,73 65,29
rata-rata 22,19 22,97 21,98 21,13 21,41 20,90 130,58 21,76
Y = 21,76
Keterangan : P1 = Wortel 25% Nangka Muda75%
P2 = Wortel 50% Nangka Muda 50%
P3 = Wortel 75% Nangka Muda 25%
KK(%) ¿
√ KTG × 100
rata−rata
¿
√2,993 ×100
21 ,76
1 ,73
¿ ×100
21, 76
¿ 7,95%
45
Lampiran 3. Hasil Analisis Kadar Air Abon Nabati Wortel dan Nangka Muda
a. Nilai kadar air
perlakua ulangan rata-
Total
n 1 2 3 4 5 6 rata
13,85 10,34 10,56 21,38 16,23 10,6 83,04 13,8
p1 8 4
p2 15,62 10,05 7,61 6,07 14,19 3,87 57,41 9,57
12,27 5,55 7,95 15,41 13,42 14,5 69,15 11,5
p3 5 3
41,74 25,94 26,12 42,86 43,84 29,1 209,6 34,9
total 0 0 3
13,91 8,65 8,71 14,29 14,61 9,70 69,87 11,6
rata-rata 4
Y = 11,64
Keterangan : P1 = Wortel 25% Nangka Muda 75%
P2 = Wortel 50% Nangka Muda 50%
P3 = Wortel 75% Nangka Muda 25%
F-TABEL NOTAS
SK DB JK KT F-HIT
5% 1% I
Perlakua
n 2 54,87 27,4 1,47 3,68 6,36
tn
Galat 15 279,19 18,6
Total 17 334,06
b. Hasil analisis sidik ragam kadar air
KK = 37,05%
Kesimpulan : Dari table analisis sidik ragam diatas diketahui bahwa F
hitung < F table 0,05, maka analisis tersebut tidak dilakukan
uji lanjut BNT (Beda Nyata Terkecil).
Keterangan tn : Tidak berpengaruh nyata
KK(%) ¿
√ KTG × 100
rata−rata
¿√
18 , 61
× 100
11,64
4,3142
¿ × 100
11, 64
¿ 37,05%
46
Lampiran 4. Hasil Analisis Kadar Serat Abon Nabati Wortel dan Nangka Muda
a. Nilai kadar serat
Ulangan Rata-
Perlakuan Total
I II III IV V 6 rata
P1 3,72 3,77 3,41 2,99 2,69 3,19 19,77 3,30
P2 2,67 3,00 3,15 3,34 3,19 3,11 18,46 3,08
P3 3,04 2,94 2,71 3,01 2,87 2,73 17,30 2,88
Total 9,43 9,71 9,27 9,34 8,75 9,03 55,53 9,26
Rata-rata 3,14 3,24 3,09 3,11 2,92 3,01 18,51 3,09
Y= 3,09
Keterangan : P1 = Wortel 25% Nangka Muda 75%
P2 = Wortel 50% Nangka Muda 50%
P3 = Wortel 75% Nangka Muda 25%
KK(%) ¿
√ KTG × 100
rata−rata
¿√
0,083134
× 100
3 , 09
0,288330443
¿ ×100
3 , 09
¿ 9,35%
47
Lampiran 5. Hasil Analisis Organoleptik Warna Abon Nabati Wortel dan Nangka
Muda
a. Nilai organoleptik warna
F-
D NOTAS
SK JK KT F-HIT TABEL
B I
5% 1%
2 0,027 0,01342 0,4491 3,6 6,36 tn
Perlakuan 8
Galat 15 0,45 0,0299
Total 17 0,48
KK = 5,09%
Kesimpulan : Dari table analisis sidik ragam diatas diketahui bahwa F
hitung < F table 0,05, maka analisis tersebut tidak dilakukan
uji lanjut BNT (Beda Nyata Terkecil).
Keterangan tn : Tidak berpengaruh nyata
KK(%) ¿
√ KTG × 100
rata−rata
¿
√0,029 ×100
3 , 40
0,170
¿ ×100
3 , 40
48
¿ 5,09%
Lampiran 6. Hasil Analisis Organoleptik Aroma Abon Nabati Wortel dan Nangka
Muda
a. Nilai analisis uji organoleptik aroma
Ulangan Rata-
Perlakuan Total
I II III IV V VII rata
P1 3,60 3,48 3,36 3,44 3,40 3,12 20,40 3,40
P2 3,56 3,52 3,64 3,72 3,36 3,36 21,16 6,05
P3 3,20 3,56 3,36 3,56 3,32 3,36 20,36 3,39
Total 10,36 10,56 10,36 10,72 10,08 9,84 61,92 12,84
Rata-rata 3,45 3,52 3,45 3,57 3,36 3,28 20,64 4,28
Y = 3,44
Keterangan : P1 = Wortel 25% Nangka Muda 75%
P2 = Wortel 50% Nangka Muda 50%
P3 = Wortel 75% Nangka Muda 25%
KK(%) ¿
√ KTG × 100
rata−rata
¿
√0,022 ×100
3 , 44
0,148
¿ ×100
3 , 44
¿3,49%
49
Lampiran 7. Hasil Analisis Organoleptik Rasa Abon Nabati Wortel dan Nangka
Muda
a. Nilai analisis uji organoleptik rasa
Ulangan Rata-
Perlakuan Total
I II III IV V VII rata
P1 3,52 3,68 3,40 3,60 3,68 3,48 21,36 3,56
P2 3,48 3,40 3,68 4,00 3,56 3,40 21,52 3,59
P3 3,56 3,64 3,16 3,12 3,12 3,16 19,76 3,29
10,56 10,72 10,2 10,72 10,36 10,04 62,64 10,44
Total 4
Rata-rata 3,52 3,57 3,41 3,57 3,45 3,35 20,88 3,48
Y = 3,48
Keterangan : P1 = Wortel 25% Nangka Muda 75%
P2 = Wortel 50% Nangka Muda 50%
P3 = Wortel 75% Nangka Muda 25%
BNT 0,05 = α ×
√ 2 KTG
n
= 1,753 ×
√ 2 × 0,040
6
= 1,753 × √ 0 , 013
50
= 1,753 × 0,114
= 0,204
c. Tabel hasil
d. Tabel notasi
51
Lampiran 8. Hasil Analisis Organoleptik Tekstur Abon Nabati Wortel dan
Nangka Muda.
a. Nilai analisis uji oragnoleptik Tekstur
Perlakua Ulangan Rata-
Total
n I II III IV V VII rata
p1 3,84 3,36 3,00 3,48 3,48 3,36 20,52 3,42
p2 3,32 3,48 3,36 3,44 3,40 3,24 20,24 3,37
p3 3,08 3,56 2,96 3,04 3,04 3,00 18,68 3,11
Total 10,24 10,40 9,32 9,96 9,92 9,60 59,44 9,91
rata-rata 3,41 3,42 3,18 3,46 3,2 3,30 19,97 3,33
Y = 3,33
Keterangan : P1 = Wortel 25% Nangka Muda 75%
P2 = Wortel 50% Nangka Muda 50%
P3 = Wortel 75% Nangka Muda 25%
F-TABEL
SK DB JK KT F-HIT NOTASI
5% 1%
Perlakua 2 0,32764 0,163822 3,767375 3,68 6,36
n
15 0,65 0,043484
*
Galat
Total 17 0,98
KK = 6,26%
Kesimpulan : Dari table analisis sidik ragam diatas diketahui bahwa F
hitung > F table 0,05, maka analisis tersebut dilakukan uji
lanjut BNT (Beda Nyata Terkecil).
Keterangan * : Berpengaruh nyata
BNT 0,05 = α ×
√ 2 KTG
n
= 1,753 ×
√ 2 × 0,043
6
= 1,753 × √ 0 , 01 4
= 1,753 × 0,011
= 0,21
52
c. Tabel hasil
d. Tabel notasi
53
Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian
54
Pengupasan nangka muda Pemarutan wortel
55
Penggorengan adonan abon Abon dimasukkan ke dalam mesin spinner
56
Produk abon nabati wortel dan nangka muda Uji organoleptik
Negeri 3 Langsa (2014), sekolah menengah SMP Negeri 1 Langsa (2017), dan
sampai tahun 2023. Pada tahun 2022 penulis melakukan Bakti Profesi di Desa Ujong
Blang dengan judul “Pemanfaatan Limbah Ampas Kelapa Menjadi Tepung Kelapa
Tambahan Pangan di Desa Ujong Blang”, dilanjutkan Magang pada CV. Novira
Abadi pada tahun 2023 dengan judul “Pembekuan Ikan Cakalang (Katsuwonus
pelamis) dengan Metode Air Blast Freezing (ABF) di CV. Novira Abadi”, kemudian
57
penulis menyusun Tugas Akhir pada tahun 2023 dengan judul “Kajian Pembuatan
Abon Nabati dari Wortel (Daucus carota L) dan Nangka Muda (Artocarpus
heteropyllus L)”.
58