Latar Belakang
Keberhasilan dalam melakukan usaha budidaya ikan sangat ditentukan oleh kualitas
pakan yang digunakan. Hal itu dikarenakan kebutuhan utama ikan berasal dari pakan, dimana
setiap kandungan nutrisi yang ada di dalamnya memengaruhi pertumbuhan, kesehatan, dan mutu
produksi ikan. Pakan ikan dapat dikategorikan menjadi pakan alami dan buatan. Akan tetapi,
sebagian besar sumber pakan paling utama untuk menunjang produktivitas ikan peliharaan
berasal dari pakan buatan. Pakan buatan dapat terbuat dari berbagai macam campuran bahan
seperti bahan nabati, hewani, atau dapat ditambahkan bahan olahan sebagai pelengkap nutrisi
pakan untuk kemudian diolah menjadi pakan pellet dengan bentuk yang sesuai dengan jenis dan
bukaan mulut ikan (Anggraeni & Abdulgani, 2013). Kualitas pakan akan memengaruhi kualitas
dan mutu produksi ikan. Kualitas pakan ditentukan oleh kandungan nutrisi yang harus sesuai
dengan kebutuhan ikan. Kualitas pakan ditentukan pula oleh kemudahan pakan untuk dicerna
bagi ikan. Selain itu, pakan berkualitas ialah pakan yang tidak mengandung bahan yang
membahayakan bagi tubuh ikan.
Salah satu hasil samping perikanan yang memiliki nilai ekonomis dan berpotensi untuk
dijadikan bahan baku pembuatan pakan yaitu ikan rucah. Ikan rucah merupakan sisa dari hasil
tangkapan yang memiliki potensi untuk dijadikan tepung ikan serta memiliki nutrisi dan asam
amino essensial yang bagus untuk laju pertumbuhan ikan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui aplikasi bioteknologi dalam bidang perikanan dan untuk menemukan upaya
pemanfaatan hasil samping perikanan tangkap yaitu ikan rucah. Aplikasi bioteknologi dalam
bidang perikanan dapat diwujudkan melalui proses fermentasi pembuatan silase ikan rucah.
Silase ikan mengandung protein yang lebih tinggi yaitu 57,49% dibandingkan dengan pakan
buatan. Penggunaan bakteri asam laktat 15 - 20 % dengan tambahan karbohidrat 200 gram per 1
kg ikan dirasa efektif dalam proses fermentasi pembuatan silase ikan rucah. Dengan adanya
penambahan karbohidrat maka akan merangsang proses fermentasi. Silase ikan yang diberi
bakteri asam laktat mempunyai warna yang gelap, tekstur yang cair, serta memiliki aroma asam.
Manfaat dari bakteri asam laktat adalah sebagai pengawet alami agar bakteri pembusuk pada
suatu bahan pangan dapat dihilangkan, sehingga tingkat keamanan pangan bisa meningkat.
Bakteri Aerococus, Allococcus, Carnobacterium, Enterococus, Lactobacillus, Lactococcus, dan
Vagococcus merupakan bakteri yang berperan dalam pembuatan silase ikan rucah.
Peranan bioteknologi di bidang perikanan
Latar Belakang
Diantara biota laut tak bertulang belakang spons menduduki tempat teratas sebagai
sumber substansi aktif.
Berbagai macam senyawa telah berhasil diisolasi dari biota ini diantaranya adalah
alkaloid, terpenoid, acetogenin, senyawa nitrogen, halida siklik, peptide siklik dan lain-lain.
Senyawa-senyawa ini merupakan hasil metabolisme sekunder dari biota spons.
Hasil metabolisme sekunder ini mempunyai keaktifan sebagai antimikroba, antivirus,
antikanker yang sangat berguna sebagai bahan baku obat.
Metabolit sekunder adalah senyawa- senyawa hasil biosintetik turunan dari metabolit
primer yang umumnya diproduksi oleh organisme yang berguna untuk pertahanan diri dari
lingkungan maupun dari serangan organisme lain. Sedangkan substansi yang dihasilkan oleh
organisme melalui metabolisme dasar, digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan
organisme yang bersangkutan disebut dengan metabolit primer. Hasil metabolit sekunder dari
spons merupakan produk alam yang potensial sebagai bahan baku obat.
Indonesia mempunyai banyak keanekaragaman jenis spons, dan berdasarkan ekspedisi
Snellius-II terdapat 830 ditemukan dari perairan Indonesia Timur (VAN SOEST, 1989).
Kekayaan jenis spons yang sangat potensial ini belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat
Indonesia. Untuk memberi nilai tambah terhadap biota tersebut beberapa penelitian telah
dilakukan baik oleh institusi pemerintah maupun perguruan tinggi. Perlunya penelitian
pencarian bahan aktif dari hasil metabolisme sekunder dari biota-biota laut selain tersebut di
atas adalah untuk mendapatkan sumber bahan baku obat-obatan dari biota laut.
Untuk mendapatkan metabolit sekunder dari biota laut khususnya spons dilakukan
isolasi dengan metode pemisahan senyawa organik. Isolasi metabolit sekunder dari biota laut
ini dilakukan dengan beberapa tahap, diantaranya adalah ekstraksi senyawa menggunakan
pelarut organik.
Pelarut organik yang biasa digunakan dalam isolasi biota laut adalah yang bersifat polar
seperti metanol, etanol dan etil asetat.
Tahap kedua adalah dengan ekstraksi partisi pelarut. Ekstraksi partisi ini dimaksudkan
untuk memisahkan senyawa-senyawa non- polar dengan senyawa polar yang terdapat dalam
ekstrak kasar. Ekstraksi partisi dilakukan dengan mencampurkan dua pelarut yang tidak
bercampur kedalam corong pisah. Ekstrak kasar akan terdistribusi kedalam dua pelarut sesuai
dengan kepolarannya.
Tahap selanjutnya adalah pemisahan senyawa organik menggunakan metode
kromatografi. Metode kromatografi adalah pemisahan berdasarkan distribusi senyawa dalam
fase gerak dan fase diam. Pemisahan dengan kromatografi cair kinerja tinggi akan
menghasilkan isolat-isolat senyawa tunggal untuk kemudian diuji bioaktivitasnya dan
diidentifikasi struktur kimianya.
Uji bioaktivitas antimikroba dan antijamur yang dilakukan dilaboratorium produk alam
laut menggunakan metode difusi agar, dengan bioindikator bakteri Staphylococ- cus aureus,
Bacillus subtilis dan Vibrio eltor.
Identifikasi struktur kimia senyawa aktif dilakukan dengan metode spektroskopi massa
dan NMR. Spektroskopi massa digunakan untuk menentukan bobot molekul dan massa
fragmentasi ion molekulnya.
Multidimensi NMR inti karbon dan pro- ton sangat mempermudah penentuan struktur
kimia, karena mampu mendeteksi bentuk kerangka karbon berikut atom yang berikatan
dengan inti karbon.
Penelitian senyawa aktif dari hasil metabolisme sekunder biota spons telah
menghasilkan beberapa senyawa obat, antara lain adalah antimikroba, antikanker, anti virus
dan lain-lain. Berikut adalah beberapa senyawa aktif dari biota spons yang berpotensi sebagai
bahan farmasi.
1. Senyawa Antimikroba
Beberapa senyawa yang berhasil diisolasi dari biota spons telah terbukti menghambat
pertumbuhan sel kanker, berikut adalah senyawa-senyawa antikanker yang ditemukan:
a. Glisin diisolasi dari spons Zoanthids, senyawa ini mempunyai keaktifan sebagai
antasida.
b. Asam Glutamat, senyawa ini mempunyai keaktifan sebagai antiepileptic
c. N,N-Dimethylhistamine, diisolasi dari spons Geodia gigas dan Ianthella sp.
Senyawa ini mempunyai keaktifan sebagai hipotensif
d. Metionin, senyawa ini mempunyai keaktifan sebagai lipotropic agent
KESIMPULAN
Hasil metabolit sekunder dari beberapa spons terbukti mengandung senyawa- senyawa
aktif sebagai "lead compound" dalam pengembangan obat antibiotik, antikanker antivirus dan
Iain-lain. Hal ini membuktikan bahwa spons sangat potensial dalam pengembangan industri
farmasi, mengingat senyawa-senyawa aktif yang dihasilkan mempunyai perbedaan dengan
senyawa yang dihasilkan oleh tumbuh-tumbuhan darat yang selama ini merupakan sumber
utama bahan obat-obatan.
Salah satu masalah yang dihadapi dalam pengembangan obat dari biota laut ini adalah
terbatasnya bahan baku yang tersedia di alam, karena itu sangat perlu sekali untuk dilakukan
penelitian bioteknologi untuk budidaya spons.