Anda di halaman 1dari 39

PROPOSAL

PENELITIAN
PROPOSAL
PENELITIAN
PROPOSAL
PENELITIAN
PROPOSAL
PENELITIAN

KARAKTERISASI BAKTERI ASAM LAKTAT ASAL KARAKTERISASI


BAKTERI ASAM LAKTAT ASAL KARAKTERISASI BAKTERI ASAM
LAKTAT ASAL KARAKTERISASI BAKTERI ASAM LAKTAT ASAL
FERMENTASI JERUK SIAM FERMENTASI JERUK SIAM FERMENTASI

JERUK SIAM FERMENTASI JERUK SIAM ​GUNUANG OMEH

GUNUANG OMEH GUNUANG OMEH GUNUANG OMEH SEBAGAI

KANDIDAT PROBIOTIK UNTUK PAKAN IKAN LELE SEBAGAI

KANDIDAT PROBIOTIK UNTUK PAKAN IKAN LELE SEBAGAI

KANDIDAT PROBIOTIK UNTUK PAKAN IKAN LELE SEBAGAI

KANDIDAT PROBIOTIK UNTUK PAKAN IKAN LELE


OLEH :OLEH
:OLEH :OLEH :

RENI DWISURI

RENI DWISURI

RENI DWISURI

RENI DWISURI

NIMNIMNIMNIM.

1921652002 .

1921652002 .

1921652002 .

1921652002
JURUSAN BIOTEKNOLOGI
JURUSAN BIOTEKNOLOGI
JURUSAN BIOTEKNOLOGI
JURUSAN BIOTEKNOLOGI

PASCASARJANA UNIVERSITAS

PASCASARJANA UNIVERSITAS

PASCASARJANA UNIVERSITAS

PASCASARJANA UNIVERSITAS

ANDALAS ANDALAS ANDALAS

ANDALAS TAHUN 2019 TAHUN

2019 TAHUN 2019 TAHUN 2019

I. PENDAHULUAN

1.1.Latar
Belakang

Jeruk atau limau adalah semua tumbuhan berbunga anggota marga


Citrus

dari suku Rutaceae (suku jeruk-jerukan). Anggotanya berbentuk pohon


dengan

buah yang berdaging dengan rasa masam yang segar, meskipun banyak di
antara

anggotanya yang memiliki rasa manis. Rasa masam berasal dari


kandungan asam

sitrat yang memang menjadi terkandung pada semua


anggotanya.

Indonesia memiliki tiga jenis jeruk lokal yang komersial, yaitu jeruk
besar atau

Pamelo (​C. grandis)​ , Jeruk Siam (​C. nobilis ​Lour. Var. ​microcarpa)​ dan jeruk
Keprok

(​C. reticulata ​Blanco), sekitar 70-80% jeruk yang dikembangkan adalah Jeruk
Siam

(Morey & Shearer, 2007). Jeruk Siam popular dikembangkan kerena memiliki
aroma

yang khas, rasa yang manis dan produktivitasnya lebih tinggi (Dharmawan,
Kasapis

and Curran, 2008) serta memiliki daya adaptasi yang tinggi dibanding jeruk
lainnya

(Martasari, Karsinah and Reflinur, 2012). Varietas Jeruk Siam di Indonesia


sangat

banyak, namun yang unggul hanya tiga yaitu Jeruk Siam Madu dari Sumatera
Utara,

Jeruk Siam Kintamani dari Bali dan Jeruk Siam Gunung Omeh dari Sumatera
Barat

(KEMENTAN,
2012).

Jeruk Siam Gunuang Omeh atau yang lebih dikenal dengan JESIGO
yang

memiliki ciri rasa manis dan buah relatif besar merupakan Komoditi
pertanian

unggulan di Kecamatan Gunuang Omeh Kabupaten Lima Puluh Kota


Provinsi

Sumatera
Barat.
Ikan Lele (​Clarias batrachus​) adalah salah satu jenis ikan yang
hidup di air

tawar. Ikan lele adalah ikan yang termasuk sangat popular di semua
kalangan.

Produksi budidaya meningkat tajam tiap tahun, selama lima tahun terakhir,
antara

lain karena luasnya pasar bagi lele. Lele disukai konsumen karena
berdaging lunak,

sedikit tulang, tidak berduri, dan murah. Konsumen tampaknya tidak akan
jenuh

terhadap kenikatan daging lele, sehingga permintaan pasar selalu tinggi.


Dari sisi

budidaya, lele relatif tidak memerlukan banyak perawatan dan memiliki


masa

tunggu panen yang


singkat.

Kandungan nutrisi dan pemberian pakan memegang peranan


penting untuk

kelangsungan usaha budidaya ikan lele. Penggunaan pakan yang efisien


dalam

suatu usaha budidaya sangat penting karena pakan merupakan faktor


produksi

yang paling mahal. Oleh karena itu, upaya perbaikan komposisi nutrisi dan

perbaikan efisiensi penggunaan pakan perlu dilakukan guna meningkatkan

produksi hasil budidaya dan mengurangi biaya pengadaan pakan, serta

meminimalkan produksi limbah pada media budidaya. Untuk mencapai


sasaran

tersebut, diperlukan pemahaman tentang nutrisi dan kebutuhan nutrien dari

kultivan, teknologi pembuatan pakan, serta kemampuan dalam


pengelolaan pakan

untuk setiap tipe budidaya dari kultivan


tertentu​.

Probiotik didefinisikan sebagai makhluk hidup yang bisa


menguntungkan

bagi inangnya dan identik disebut bakteri baik. Di bidang perikanan biasa

digunakan sebagai pengontrol kualitas air, padahal probiotik bisa


dimanfaatkan

untuk keperluan lain. Jenis ​Lactobacillus ​dan ​Bacillus ​paling banyak


digunakan

oleh produsen probiotik komersial karena di klaim bahwa kedua jenis


bakteri ini

merupakan “bakteri baik” yang dapat menekan pertumbuhan “bakteri jahat”


dan

bermanfaat bagi pencernaan inangnya. Beberapa cara kerja bakteri ini


akan

dijelaskan agar petani dapat memaksimalkan penggunaan probiotik untuk

meningkatakan hasil panen


mereka.

Salah satu bahan alam yang tersedia di Kabupaten Lima Puluh Kota
adalah

jeruk Siam Gunuang Omeh yang dapat dijadikan kandidat probiotik yang

ditambahkan dalam pakan Ikan Lele. Melalui penelitian pendahuan yang


dilakukan

oleh penulis, Jesigo merupakan sumber bahan pangan yang mengandung


Bakteri

Asam Laktat
(BAL).

Isolasi dan identifikasi BAL asal fermentasi Jeruk Siam Gunuang Omeh
perlu

dilakukan untuk mengetahui dan mendapatkan spesies BAL yang terdapat


pada

Fermentasi Jeruk Siam Gunuang Omeh ​yang memiliki potensi sebagai


probiotik yang
bermanfaat bagi pakan ikan lele. Berdasarkan hal tersebut, sangat penting
dilakukan

penelitian mengenai ​“Karakterisasi BAL Asal ​Fermentasi Jeruk Siam


Gunuang

Omeh ​Sebagai Kandidat Probiotik untuk Pakan Ikan


Lele”​.

1.2. Perumusan
Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka disusun masalah sebagai


berikut :

1. Bagaimana Karakteristik BAL yang dihasilkan dari fermentasi Jeruk


Siam

Gunuang Omeh Kabupaten Lima Puluh


Kota?

2. Bagaimana hasil isolasi dan identifikasi BAL secara molekuler


menggunakan

metode 16S
rRNA?

3. Bagaimana hasil Aplikasi probiotik pada pakan ikan lele dari Isolasi
BAL

Jeruk Siam Gunuang Omeh terhadap Ikan


Lele?

1.3. Tujuan dan Manfaat


Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat kimia dan mikrobiologi


yaitu

nilai protein, lemak, kadar air, pH dan keasaman pada ​Fermentasi Jeruk Siam

​ i Kabupaten Lima Puluh Kota; mengetahui jumlah BAL dan


Gunuang Omeh d
total

koloni bakteri aerob asal ​Fermentasi Jeruk Siam Gunuang Omeh ​di
Kabupaten Lima
Puluh Kota; mengetahui ketahanan BAL terhadap pH asam dan garam
empedu,

mengetahui sifat biokimia BAL dilihat dari uji gas dan uji katalase BAL,
mengetahui

aktifitas antimikroba dan uji antibiotik dan mengetahui jenis BAL yang
berperan pada

​ enggunakan metode
produk ​Fermentasi Jeruk Siam Gunuang Omeh m
16S rRNA.

Dari hasil ​Fermentasi Jeruk Siam Gunuang Omeh diaplilikasikan untuk

Menyiapkan teknologi pembuatan pakan ikan lele yang praktis dengan

penambahan kandidat probiotik dari Isolasi Bakteri Asam Laktat (BAL)


Jeruk

Siam Gunuang Omeh Kabupaten Lima Puluh


Kota.

Manfaat dari Penelitian ini adalah memberikan informasi kepada

masyarakat bahwa Isolasi Bakteri Asam Laktat (BAL) Jeruk Siam Gunuang
Omeh

Kabupaten Lima Puluh Kota yang dapat menghasilkan Probiotik dan


diaplikasikan

pada Pakan Ikan


Lele.

1.4.Hipotesis
Penelitian

Terdapat bakteri asam laktat sebagai kandidat probiotik pada


Fermentasi Jeruk

Siam gunuang Omeh yang diaplikasikan pada Pakan


Ikan Lele.

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1. Materi
Penelitian
3.1.1. Bahan
Penelitian

Bahan yang digunakan dalam pembuatan ​Fermentasi Jeruk Siam


Gunuang

​ dalah 500 gram buah Jeruk Siam Gunuang Omeh Kecamatan


omeh a
Gunuang

Omeh Kabupaten Lima Puluh Kota, dan bahan yang umum dugunakan
dalam

analisa kimia dan mikrobiologi seperti untuk memurnikan dan memisahkan


bakteri

menggunakan media agar NA (​Nutrisit Agar)​ dan larutan fisiologis yang


memiliki

pH2. Uji pewarnaan gram menggunakan larutan ​crystal violet,​ aquades,


larutan

iodine,​ ​etil alcohol ​95% dan larutan ​safranin.​ Uji katalase menggunakan
larutan

Hydrogen peroksida ​(H​2​O2​ ​) dengan kosentrasi

3 %.
Kultur bakteri kandidat probiotik dilakukan pengambilan DNA bakteri

dengan menambahkan cairan LB (​Luria- Bertani Medium​) sebanyak 4 ml


dalam

tabung reaksi. Dan bahan yang digunakan dalam pembuatan pakan ikan
Lele

antara lain : tepung ikan, tepung kedele, tepung jagung, dedak halus, silase
ikan,

gaplek, vitamin dan mineral dan ikan lele sebagai hewan


coba.

3.1.2. Alat
Penelitian

​ ven, ​hot
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ​autoclave, o
plate,​

bunsen, cawan petri, tabung reaksi, rak tabung reaksi, labu ukur, tabung
eppendorf,​

erlenmeyer, kertas lemak, cawan aluminium, inkubator, ​object glass,​


aluminium foil,

vortex, timbangan analitik, gelas ukur, ​beaker glas, hockeystick​, pH meter,


desikator,

labu kjehdal, jarum ose, kaca benda (​preparat)​ , mikroskop, ​magnetic stirrer,
Lamina

Flo​w, ​quebeccolony counter,​ tip pipet mikro, ​anaerob jar​, pipet mikro,
sentrifuge,

PCR (Bio-Rad my cyclerTM thermal cycler, USA), ​loading day​, cetakan


agarose​,

elektroforesis (Power Pac BasicTM, USA), ​incubator shaker (​ ​Rocker N


​ B-104).
Alat

yang digunakan untuk oembuatan pakan ikan Lele antara ain : ​Mesin
Penepung,

Mixer, Tampa, Timbangan, Mesin penggiling


daging

3.2. Metode
Penelitian

3.2.1. Rancang
Penelitian

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang

diawali dengan penelitian pendahuluan untuk menentukan ada atau tidaknya


BAL

pada Jeruk Siam Gunuang Omeh dan analisa di laboratorium serta


pengamatan

pemeliharaan ikan lele dengan penambahan kandidat probiotik pada pakan


ikan yang
diuji selam 30 hari masa pemeliharaan. Sampel yang dipakai sebagai bahan
penelitian

ini adalah ​Jeruk Siam Gunuang Omeh ​yang berasal dari Kabupaten Lima
Puluh Kota.

3.2.2. Peubah yang


diamati

3.2.2.1. Karakteristik Kimia Hasil Fermentasi Jeruk Siam Gunuang


Omeh

A. Kadar
Protein

Kadar protein Hasil Fermentasi Jeruk Siam Gunuang Omeh ditentukan


berdasarkan

pedoman Sudarmadji, dkk (2007), yakni ​Analisis Kadar Protein Metode


Kjeldahl

(AOAC, 2001) ​dengan prosedur kerja sebagai


berikut:

1. Penimbangan sampel yang telah dihaluskan


sebanyak 1 g.

2. Pengisian sampel ke dalam labu


Kjeldahl.

3. Penimbangan 7 g K​2​SO​4 ​dan 0,8 g CuSO​4 4.


​ Penambahan 7 g K​2​SO​4

dan 0,8 g CuSO​4 ​ke dalam labu Kjeldahl yang


berisi
sampel.

5. Penambahan larutan H​2​SO​4 s​ ebanyak 12 ml, dilakukan di dalam

lemari
asa
m.

6. Proses destruksi dilakukan di dalam ruang asam dengan


memanaskan

sampel yang ada pada labu Kjeldahl menggunakan kompor listrik


hingga

berwana hijau
tosca.

7. Pendinginan labu Kjeldahl dengan cara didiamkan selama 20


menit.

8. Penambahan 25 ml akuades ke dalam labu Kjeldahl yang berisi


sampel.

9. Penambahan 50 ml NaOH 40% dan beberapa butir batu didih ke


dalam

labu Kjeldahl yang berisi


sampel.

10. Penambahan 30 ml H​3​BO​3 ​ke dalam erlenmeyer dengan

ditambahkan indikator
​ BCG-MR 3 tetes untuk menangkap destilat dari
hasil destilasi.

11. Perangkaian alat


destilasi.

12. Destilat yang diperoleh dari hasil destilasi dititrasi dengan


menggunakan

larutan standar HCl 0,1 N hingga warna larutan berubah menjadi


merah

muda
seulas.

13. Lakukan prosedur yang sama untuk menghitung % N


blanko.

14.
Perhitungan :

% N = ml HCL (sampel – blanko) x N HCl x 14,008 x


100%
Bera sampel (g) x 1000 % Protein kasar =
% N x faktor konversi protein

B. Kadar
Lemak

Kadar lemak Hasil Fermentasi Jeruk Siam Gunuang Omeh ditentukan


berdasarkan

pedoman Sudarmadji, dkk (2007), yakni ​Analisis Kadar Lemak Metode


Soxhlet

(AOAC, 2005) ​dengan prosedur kerja sebagai


berikut:

1. Labu lemak yang akan digunakan dikeringkan dalam oven bersuhu


105°C

selama 1
jam

2. Labu lemak didinginkan dalam desikator selama 15 menit dan


ditimbang

(W2
)

3. Sampel sebanyak ± 5 gram dihaluskan kemudian ditimbang (W1) dan

dibungkus menggunakan kertas saring yang dibentuk selongsong


(​thimble)​

4. Rangkai alat ekstraksi dari ​heating mantle​, labu lemak, soxhlet


hingga

kondens
or

5. Sampel kemudian dimasukkan ke dalam soxhlet yang kemudian

ditambahkan pelarut heksan mencukupi 11⁄2


siklus

6. Ekstraksi dilakukan selama ± 6 jam sampai pelarut turun kembali


melalui

sifon ke dalam labu lemak berwarna


jernih

7. Hasil ekstraksi dari labu lemak dipisahkan antara heksan dan lemak
hasil

ekstraksi menggunakan ​rotary evaporator ​( rpm 50, suhu


69°C)

8. Lemak yang sudah dipisahkan dengan heksan kemudian dipanaskan

kedalam oven dengan suhu 105°C selama


1 jam

9. Labu lemak didinginkan dalam desikator selama 15 menit dan


ditimbang

(W3
)

10. Lakukan pemanasan kembali kedalam oven selama 1 jam, apabila


selisih

penimbangan hasil ekstraksi terakhir dengan penimbangan


sebelumnya

belum mencapai 0,0002


gram

11. % kadar lemak dihitung dengan


rumus:

% Lemak = W3 – W2 x 100
%
W
1

Keterangan : W1 = Bobot sampel (g) W2 =


Bobot labu lemak kosong (g) W3 = Bobot labu
lemak + lemak hasil ekstraksi (g)

C. Kadar
Air

Penentuan Kadar air sampel ditentukan berdasarkan pedoman Sudarmadji,


dkk (2007)

yakni dengan cara pengeringan (thermogravimetri)dengan prosedur kerja


sebagai

berikut
:

1. Ditimbang cawan yang telah dikeringkan pada


oven

2. Cawan didiinginkan dalam eksikator dalam kondisi


tertutup

3. Setelah dingin botol ditimbang


kembali

4. Sampel sebanyak 2 gram ditimbang lalu dimasukkan kedalam


botol

5. Dikering dalam oven suhu 105​0​C selama 8


jam

6. Setelah 8 jam bahan didingin dalam esikator selama 30


menit

7. Ditimbang bahan sampai didapat berat konstan, apabila berat sampel


belum

konstan, bahan dioven


kembali

8. Rumus dari kadar air adalah sebagai


berikut:

Kadar Air = Berat Sampel – Berat Akhir Sampel x


100 %
Berat Sampel
awal

D.
pH

Nilai pH dapat diamati berdasarkan pedoman Apriantono, Fardiaz,


Puspitasari,

Sedarnawati dan Budiyantono (1989) sebagai


berikut :

1. Sampel ditimbang sebanyak 50 ml dan dimasukkan kedalam


beaker glass.

2. Alat pH meter distandarkan dengan menggunakan larutan standar buffer

dengan pH 7 (aquades
steril).

3. Selanjutnya elektrode dicelupkan kedalam ​beaker glass ​yang berisi


sampel

4. Pembacaan pH dilakukan setelah skala pH meter sudah


stabil.

E.
Keasaman

Pengukuran keasaman sampel dilakukan berdasarkan pedoman AOAC


(1995). Sampel

ditimbang menggunakan timbangan analitik sebanyak 5 g ke 10 ml aquades,


lalu

diaduk menggunakan batang pengaduk sampai sampel homogen dengan


aquadest.

Biuret yang disiapkan diisikan NaOH 0,1 N, lalu ditambahkan 2 ml indikator

phenolphthalein (pp). Titrasikan dengan NaOH 0,1 N sampai terjadi


perubahan warna

(titik ekivalen) dan dicatat volume yang terpakai oleh titrasi tersebut dan
terakhir

dilalukan perhitungan dengan menggunakan


rumus:

Derajat keasaman (%) = Hasil Volume Titrasi x


0,09
W

Keterangan: 0,09 = BM asam laktat/ 1000 (dihitung


sebagai asam laktat) W = Berat sampel (g)

3.2.2.2. Kualitas
Mikrobiologi

A. Total Koloni Bakteri


Aerob

perhitungaan Total koloni bakteri yang terdapat dalam sampel dilakukan


dengan

menggunakan pedoan Purwati, Syukur dan Hidayat dalam Anisa (2019)


dengan
prosedurnya adalah sebagai
berikut :

1. Semua peralatan yang dibutuhkan seperti ​petridish, ​tabung reaksi.


Tabung

Erlenmeyer, ​yellow tip ​dan tabung ​eppendorf ​disterilisasi terlebih


dahulu

dengan ​autoclave ​pada suhu 121°C selama 15 menit dengan


tekanan 15 lb.

2. Media yang digunakan adalah 23,5 gram ​Plate Count Agar (​ PCA)
(​Biolife

Italia​) yang dilarutkan dengan 1000 ml aquades dan 20 gram ​Pepton


Water

(​Biolife Italia)​ yang dilarutkan dengan 1000 ml aquades, kemudian


selanjutnya

​ iatas ​hot plate ​pada suhu 100


dihomogenisasi dengan ​magnetic stirrer d
°C dan

disterilisasi dalam
autoclave.

3. Ditimbang sampel 1 gram, kemudian dimasukan ke dalam tabung reaksi


yang

telah berisi 9 ml larutan ​Pepton Water​, kemudian di vortex selama 5


menit

sampai merata. Hasil ini adalah


pengenceran 10​-1​.

4. Hasil pengenceran tersebut kemudian diambil 100 ​μ​l dan dimasukan ke


dalam

​ ertama yang telah berisi 900 ​μ​l larutan ​Pepton


tabung ​eppendrof p
Water l​ alu

divortex. Hasil pengenceran ini adalah


10​-2​.

5. Hasil pengenceran pada 10​-2 ​diambil 100 ​μ​l dan dimasukan ke dalam
tabung

eppendrof k​ edua yang telah berisi 900 ​μ​l larutan ​Pepton Water l​ alu
divortex.

Hasil pengenceran ini adalah 10​-3​. Pengenceran ini dilakukan


sampai 10​-4​.

6. Pada pengenceran 10​-4 ​diambil sebanyak 100 ​μ​l dan ditanamkan pada
petridish

yang telah berisi medium plate count agar dengan cara diratakan
menggunakan

hockeystick ​dengan metode ulas (​spread


method)​.

7. ​Petridish ​tersebut disimpan dalam inkubator selama 24 jam pada suhu


37°C

sebelumnya dilakukan pengkodean ​petridish ​untuk menandai


masing-masing

sampe
l.

8. Setelah 24 jam koloni yang tumbuh dihitung dengan menggunakan alat

Quebec Colony Counter Colony Forming Unit/ ​gram sampel. Jumlah


koloni

yang didapat dikalikan 10 kemudian dimasukkan kedalam rumus


perhitungan,

yaitu
:

CFU = Jumlah Koloni x 1 x 1 Gram Faktor Pengenceran berat Sampel

B. Total Koloni Bakteri Asam


Laktat

Penentuan total koloni bakteri asam laktat dilakukan berdasarkan pedoman


Purwati et

al., (2005), langkah-langkah yang dilakukan dalam menghitung total koloni


bakteri

asam Laktat (BAL) adalah sebagai


berikut:

1. Semua peralatan yang dibutuhkan seperti: cawan petri (​petridish)​ ,


tabung
reaksi, Erlenmeyer, tabung ​eppendorf, ​pipet mikro, h
​ ockey stik,​
disterilkan

​ ada suhu 121°C selama 15 menit dengan


dalam a​utoclave p
tekanan 15 lbs.

2. Disiapkan media yaitu ​de Mann Ragosa Sharpe ​(MRS) ​Broth (Merck)
dengan

​ alam 1000 ml
pembuatan secara umum adalah 52,2 gram MRS ​Broth d

​ i atas
aquades, selanjutnya dihomogenisasi dengan ​magnetic stirrer d
hot plate

pada suhu 100 °C, kemudian di ​autoclave ​(15 menit, 121 °C dan
tekanan 15

lbs)
.

3. Media ​de mann Rogosa Sharpe (​ MRS) A ​ isiapkan dengan


​ gar (Merck) d

pembuatan secara umum adalah 68,2 g MRS agar dalam 1000 ml


aquades,

kemudian dihomogenisasi dengan ​magnetic stirrer​, diatas ​hot plate


pada suhu

100 °C, lalu di autoclave, setelah agak dingin (±55 °C) lalu dituang ke
dalam

cawan petri sebanyak ± 8


ml.

4. Menggunakan sendok steril dan aluminium foil sampel ditimbang


sebanyak 1

gram, kemudian dilarutkan dalam tabung reaksi yang berisi 9 ml larutan


de

mann Ragosa Sharpe ​(MRS) ​Broth​, lalu divortex sampai homogen.


Hasil

disebut pengenceran
10​-1​.

5. Hasil pengenceran tersebut diambil 100 ​μ​l dan dipindahkan ke tabung

​ ertama. Hasil pengenceran ini disebut dengan


eppendorf p
pengenceran 10​-2​,
begitu seterusnya sampai pada
pengenceran 10​-4​.

6. Hasil pengenceran 10​-4 ​diambil 100 ​μ​l sampel dan ditanam dengan
metode

spread ​pada ​petridish ​yang telah berisi media MRS agar kemudian
diratakan

dengan ​hokey stick y​ ang sebelumnnya telah diberi alkohol dan dibakar
dengan

Bunsen. Pekerjaan ini dilakukan dalam ​lamina flow ​dan dekat


Bunsen.

7. Inokulum disimpan dalam ​anaerob jar ​lalu dimasukkan dalam inkubator

selama 48 jam pada suhu 37 °C dan dilakukan pengkodean ​petridish


dengan

menandai masing-masing
petridish.

8. Setelah 48 jam, koloni BAL yang tumbuh dilihat dengan menggunakan


alat

quebec colony counter​. Hasil diperhitungan koloni BAL dikalikan


dengan 10

kemudian dihitung total


BAL.

C. Isolasi dan Identifikasi


BAL

i. Metode Konvensional Secara


Makroskopis

Langkah-langkah yang dilakukan menurut Purwati ​et al​., dalam Anisa (2019)
adalah :

1. Semua peralatan yang dibutuhkan seperti: cawan petri (​petridish)​ ,


tabung

reaksi, erlenmeyer, tabung ​eppendorf, ​pipet mikro, ​hockey stik,​


disterilkan

​ ada suhu 121 °C selama 15 menit dengan


dalam a​utoclave p
tekanan 15 lbs.

2. Disiapkan media yaitu ​de Mann Ragosa Sharpe ​(MRS) ​Broth ​(Merck)
dengan

pembuatan secara umum adalah 52,2 gram MRS Broth dalam 1000 ml

​ iatas
aquades, selanjutnya dihomogenisasi dengan ​magnetic stirrer d
hot plate

pada suhu 100 °C, kemudian di ​autoclave ​(15 menit, 121 °C dan
tekanan 15

lbs)
.

3. Media ​de mann Rogosa Sharpe (​ MRS) A


​ gar (​ Merck) disiapkan dengan

pembuatan secara umum adalah 68,2 g MRS agar dalam 1000 ml


aquades,

kemudian dihomogenisasi dengan ​magnetic stirrer​, diatas ​hot plate


pada suhu

100 °C, lalu di ​autoclave​, setelah agak dingin (±55°C) lalu dituang ke
dalam

cawan petri sebanyak ± 8


ml.

4. Menggunakan sendok steril dan aluminium foil, sampel ditimbang


sebanyak 1

gram, kemudian dilarutkan dalam tabung reaksi yang berisi 9 ml larutan


de

mann Ragosa Sharpe ​(MRS) ​Broth​, lalu divortex sampai homogen.


Hasil

disebut pengenceran 10​-1​, kemudian diinkubasi selama 24 jam dalam


inkubator

dengan suhu 37
°C.

5. Hasil pengenceran tersebut diambil 100 ​μ​l dimasukan ke dalam tabung

eppendrof yang berisi 900 ​μ​l larutan ​de mann Rogosa Sharpe ​(MRS)
Broth​,

lalu divotex sampai homogen. Hasil pengenceran ini disebut dengan


pengenceran 10​-2​, begitu seterusnya sampai pada
pengenceran 10​-6​.

6. Dari pengenceran 10​-6 ​diambil 100 ​μ​l sampel dan ditanam dengan
metode

spread pada petridish yang telah berisi media MRS agar kemudian
diratakan

dengan ​hokey stick y​ ang sebelumnnya telah disterilkan dengan alkohol


dan

dibakar dengan Bunsen lalu


diangin-anginkan.

7. Inokulum disimpan dalam ​anaerob jar ​kemudian diinkubasi dalam


inkubator

selama 48 jam pada suhu 37 °C dan dilakukan pengkodean ​petridish


dengan

menandai masing-masing
petridish.

8. Setelah 48 jam, ​single colony ​yang mencirikan BAL yaitu bulat licin
berwarna

putih kekuningan dipindahkan ke media MRS Agar untuk pemurnian


koloni

dengan metode streak yaitu dengan menggunakan jarum ose


kemudian

diinkubasi selama 24 jam pada suhu


37 °C.

ii. Metode Konvensional Secara Mikroskopis (Pewarnaan


Gram)

Pewarnaan gram dilakukan berdasarkan Dwidjoseputro (1989): diambil biakan


bakteri

di dalam cawan petri menggunakan jarum ose,biakan diulaskan ke kaca


preparat yang

sebelumnya telah disterilkan, usahakan diulas pada posisi tengah,kaca


preparat
dikeringkan di atas nyala bunsen atau alat pengering, diteteskan kristal violet
sebanyak

1 tetes pada ulasan preparat menggunakan pipet, diamkan selama 1 menit.

menggunakan aquades, preparat dibilas dan dikeringkan diatas nyala bunsen,

selajutnya diteteskan iodin sebanyak 1 tetes pada ulasan preparat


menggunakan pipet,

diamkan selama 1 menit, dengan menggunakan aquades, preparat dibilas dan

dikeringkan diatas nyala bunsen, dicelupkan preparat di larutan etanol selama


± 20

menit,menggunakan aquades, preparat dibilas dan dikeringkan diatas nyala

bunsen.diteteskan safranin sebanyak 1 tetes dan diamkan selama 30 detik.

menggunakan aquades preparat dibilas dan dikeringkan diatas nyala bunsen,


amati

bentuk bakteri pada layar


mikroskop.

iii. Uji Sifat


Biokimia

Uji sifat biokimia dapat dilihat dari uji gas dan uji katalase sebagai
berikut:

a. Uji
Gas

Uji gas dilakukan berdasarkan metode Feliatra (2018) ; kultur bakteri


diinokulasikan

pada media GYP Broth yang di dalam tabung reaksi telah terdapat tabung
durham, diinkubasi pada suhu 30​0​C selama 24-48 jam. Pengamatan dilakukan
dengan cara

apabila terdapat gas pada tabung durham menandakan isolate tersebut


merupakan

​ an apabila tidak terdapat gas pada


bakteri asam laktat ​heterofermentatif d
tabung

durham bakteri tersebut merupakan


homoferentatif.

b. Uji
Katalase

Uji Katalase dilakukan berdasarkan metode Feliatra (2018) diambil satu ose
akuades

diteteskan pada gelas objek, diambil satu ose isolate bakteri dari hasil
pemurniaan dan

diratakan, dan ditetesi dengan cairan H​2​O​2​. Pengamatan dilakukan dengan

terdapatnya gelembung-gelembung
​ gas pada isolate, yang menunjukan
terbentuknya gas CO​2.

iv. Uji Ketahanan terhadap pH


Asam

Uji ketahanan terhadap asam dilakukan menurut metode Feliatra (2018)


dengan

rangkaian kerja sebagai


berikut:

1. Kultur bakteri sebanyak 1 ml diinokulasikan pada media MRS Broth 9 ml


lalu

diinkubasi pada suhu 37oC selama


24 jam.

2. Selanjutnya diambil 1 ml kultur bakteri dari MRS Broth lalu


diinokulasikan ke

dalam tabung rekasi yang berisi 9 ml laruan MRS Broth pengaturan pH


3 (pH

diatur dengan penambahan HCl 5N) dinkubasi selama 90 menit.


Selanjutnya

dilakukan pengenceran hingga


10​-5​.

3. Kemudian ditanam dengan metode ​spread ​ke media MRS Agar lalu
diinkubasi

pada suhu 37oC selama 48


jam.
4. Jumlah bakteri yang mampu bertahan dihitung dengan metode hitungan
cawan

Colony Forming Unit


(CFU).

v. Uji Ketahanan Terhadap Garam


Empedu

Uji Ketahanan Terhadap Garam Empedu adalah kultur bakteri


sebanyak 1 ml

diinokulasi pada media MRS Broth 9 ml diinkubasi pada suhu 37 oC selama


24 jam.

Selanjutnya diambil 1 ml kultur bakteri dari MRS Broth ke dalam tabung rekasi
yang

berisi 9 ml laruan MRS Broth tanpa pengaturan oxgall (kontrol) dan pada MRS
Broth

pengaturan oxgall 0.3% diinkubasi selama 24 jam. Kemudian kulur pengaturan


oxgall

0.3% dan tanpa pengaturan oxgall (kontrol) dilakukan pengenceran hingga


10​-6

kemudian ditanam dengan metode ​spread ​ke media MRS Agar diinkubasi
pada suhu

37oC selama 48 jam. Jumlah bakteri yang mampu bertahan dihitung dengan
metode

hitungan cawan dengan satuan ​Colony Forming Unit ​(CFU). Perbandingan


jumlah sel

sebelum dan setelah diinkubasi akan dinyatakan dalam bentuk viabilitas (%).
Semakin

tinggi persentasi viabilitas yang dihasilkan menandakan semakin tahan bakteri


tersebut

terhadap garam
empedu.

vi. Aktivitas Antimikroba dan Uji


Antibiotik

Uji aktivitas antimikroba dilakukan berdasarkan metode modifikasi


Yang, Fan,

Jiang, Doucette dan Fillmore (2012) dengan rangkaian sebagai


berikut:

1. Semua peralatan yang dibutuhkan seperti: cawan petri, erlenmeyer,


eppendorf,

tip pipet mikro, disterilkan dalam ​autoclave ​pada suhu 121 oC selama
15 menit

dengan tekanan 15
lbs.

2. Kultur BAL sebanyak 1 ml yang sebelumnya sudah di-​enrichment


selama 48

jam diambil menggunakan mikropipet, dimasukkan ke ​eppendorf s​ teril.

Kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 10000 rpm selama 5 menit,

supernatannya digunakan untuk uji resistensi


antimikroba.

​ ipersiapkan sebanyak 0,4 gram (pembuatan


3. Media ​Nutrient Agar d
secara

umum adalah 20 gram ​Nutrient Agar ​dalam 1000 ml aquades),


kemudian

dihomogenisasi dan dipanaskan di atas ​hot plate​, lalu di


autoclave.​

4. Setelah media agak dingin (± 45oC) dituang ke dalam cawan petri


sebanyak

±20 ml, ditambahkan 0,2% bakteri uji yang sudah di-​enrichment ​24 jam

terlebih dahulu, dihomogenkan. Lalu, didinginkan hingga agar


mengeras.

5. Setelah agar mengeras, dibuat sumur (​well) s​ ebanyak isolat yang akan
diujikan

dan dilakukan pemberian


label.

6. Kemudian 50 ​μ​l supernatan BAL dimasukkan ke dalam sumur dengan


pipet

mikro
.

7. Dimasukkan antibiotik penisilin, ampisilin dan kanamisin dengan jarak


yang

sama antar
masing-masing.

8. Setelah itu, diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 oC


secara ​aerob.​

9. Aktivitas antibakteri dari supernatan isolat BAL dinyatakan sebagai


diameter

area bening yang


terbentuk.

10. Dilakukan pengamatan terhadap zona bening yang terbentuk pada


jam ke-24.

vii. Metode
Molekuler

Metode molekuler merupakan metode yang digunakan dalam


melakukan

Identifikasi Bakteri Asam Laktat 16S rRNA. Tahapan dari metode ini adalah
sebagai

beriku
t

a. Ekstraksi Genom Bakteri Gram Positif dengan KIT Promega


(USA)

Ekstraksi Genom Bakteri Gram Positif dengan KIT Promega (USA) adalah
sebagai

berikut
:

1. Sampel isolat BAL yang single koloni dari MRS Broth dipipet sebanyak
1000

μ​l dan dimasukkan dalam eppendorf


baru.
2. Sentrifuse 14000 rpm selama 2 menit. Lalu dibuang supernatan dan
pelet

diambil
.

3. Ditambahkan 480 ​μ​l 50m M


EDTA.

4. Selanjutnya ditambahkan 120 ​μ​l


Lysozyme

5. Inkubasi dalam waterbath 37 °C selama 60


menit.

6. Sentrifuse selama 2 menit 14000 rpm, lalu dibuang supernatan dan


pelet

diambil
.

7. Ditambahkan 600 ​μ​l nuclei lysis solution lalu dihomogenkan dengan

micropipett
e.

8. Diinkubasi 80 °C selama 5 menit, lalu diamkan pada suhu


ruang.

9. Ditambahkan 3 ​μ​l RNase Solution, lalu dihomogenkan dan inkubasi


dalam

waterbath 37 °C selama 60
menit.

10. Ditambahkan 200 ​μ​l Protein precipitation solution lalu


vortex.

11. Diinkubasi dalam es selama 5


menit.

12. Sentrifuse selama 3 menit 14000 rpm. Lalu dipipet supernatannya


dipindahkan

pada eppendorf baru, pellet


dibuang.

13. Ditambahkan 600 ​μ​l isopropanol lalu


dihomogenkan.
14. Disentrifuse selama 2 menit 14000 rpm, lalu diambil pellet dan
supernatan

dibuan
g.

15. Ditambahkan 600 ​μ​l ethanol 70% lalu


dihomogenkan.

16. Disentrifuse selama 2 menit 14000 rpm, lalu diambil pellet dan
supernatan

dibuan
g.

17. Diangin-anginkan eppendorf yang berisi pellet tersebut selama


15 menit.

18. Rehidrasi DNA pellet dengan ditambahkan 10 – 100 ​μ​l Rehydration


solution

selama 30 menit pada 65


°C.

b. Pembuatan Gel
Agarose

Pembuatan Gel Agarose untuk Proses Elektroforesis Ekstrak Genom (1.5%


Agarose)

sebagai
berikut:

1. Agarose ditimbang sebanyak 0,3 gr dan masukkan ke dalam


erlenmyer.

​ AE, lalu
2. Ditambahkan 40 ml ​Buffer T
dihomogenkan..

3. Larutan dipanaskan selama 1 menit 20 detik pada suhu 80 °C dalam

microwav
e​.

​ tau G
4. Ditambahkan ​red safe a ​ elview ​sebanyak 4 ​μ​l untuk 40 ml Buffer
TAE

lalu
homogenkan.
5. Dimasukkan Gel Agarose ke dalam cetakan, tunggu sampai mengeras ±
20

menit
.

6. Cetakan agarose dimasukkan ke dalam refrigerator kemudian ditunggu


selama

5
menit.

d. Persiapan primer PCR (16S


rRNA)

Persiapan primer PCR (16S rRNA) sebagai


berikut:

1. PrimerR (16S-1492R, Tm 47 °C, 5’GTT TAC CTT GTT ACG ACTT-3)


dan

F (16S- 27F, Tm 54.3 °C, 5’AGA GTT TGA TCC TGG CTC AG-3),

disiapkan (konsentrasi
10pM).

2. Ambil 90 ​μ​l dH​2​O + 10​μ​l (Primer R dan F). ( Primer R dan F dalam TE
buffer

(konsentrasi
100​μ​M).

1. Pembuatan Gel
Agarose

Pembuatan gel agarose untuk Proses Elektroforesis Produk PCR (1.5%


Agarose)

adalah sebagai
berikut:

1. Sebanyak 0,3 gr agarose ditimbang dan dimasukkan ke dalam


erlenmyer.

2. 40 ml Buffer TAE ditambahkan lalu


dihomogenkan.
3. Dipanaskan didalam microwave selama 1 menit 20 detik pada suhu
80 °C.

4. Ditambahkan red safe atau Gelview sebanyak 2 ​μ​l untuk 40 ml Buffer


TAE,

lalu
dihomogenkan.

5. Gel Agarose dimasukkan ke dalam cetakan yang telah dipasang dengan

combnya, tunggu sampai mengeras ± 20 menit. Setelah agar


mengeras, angkat

comb dengan hati-hati dan setelah itu masukkan agar tersebut kedalam

refrigerator dan tunggu selama 5


menit.

2. Running Gel
Elektroforesis

Proses running elektroforesis adalah sebagai


berikut:

1. Diletakkan agar di dalam


elektroforesis.

2. Larutan TAE dimasukkan hingga agar


terbenam.

3. Diinjeksikan sampel 10 ​μ​l ke dalam well


agar.

4. DNA ladder dimasukkan sebanyak 4


μ​l.

5. Diatur 100 V selama 40


menit.

6. Gel kemudian diletakkan di dalam wadah ditambah lagi dengan TBE


sampai

terendam. Gel kemudian dilihat dibawah lampu


UV.

7. Setelah terbaca di UV sampel dari hasil PCR yang terbaca kemudian


menjadi
stock DNA disimpan pada suhu 20°C untuk dikirim
sekuensing.

3.
Sekuensing

Analis dengan menggunakan aplikasi bioinformatika dapat dilakukan dengan

menggunakan sofwar yang tersedia secara online ataupun offline dan dapat
diakses

secara mudah dan praktis. Analisis data sekuensing dilakukan dengan


menggunakan

program software DNA star. Untuk analisa ​sequence alignment,​ dilakukan


dengan

membandingkan sekuens yang diperoleh (query) dengan yang telah ada pada
Gene

Bank dengan database searches NCBI internet site


(http//:www.ncbi.nlm.nih.gov)

menggunakan BLAST (​Basic Local Alignment Search


Tool)​ .

Analisis Filogenetik dilakukan berdasarkan metode Mustopa (2009). Data


sequencing

yang diperoleh kemudian di​contige ​menggunakan aplikasi DNA star,


kemudian

diubah dalam format FASTA. Hasil ​contige k​ emudian di BLAST. Pengerjaan


BLAST

dilakukan pada situs http://www.ncbi.nlm.nih .gov/blast/cgi dan mengacu pada

petunjuk manual dalam situs tersebut. Tipe BLAST yang digunakan adalah
nucleotide

BLAST
.

Sequence y​ ang diperoleh dimasukkan pada ​entry sequence.​ Database yang


dipilih

​ engan ​organism bacteria​. Program yang dipilih adalah ​mega


adalah ​other d
blast​, data
yang diperoleh berupa ​sequence ​bakteri-bakteri yang berkerabat dekat.
Sequence

tersebut kemudian diubah menjadi format FASTA dan dilakukan ​multiple


aligment

dengan ​sequence i​ solat bakteri asam laktat yang pernah ditemukan, kemudian

digabungkan dengan isolat bakteri BAL dimiliki bersama untuk dilihat

kekerabatannya. Isolat bakteri yang pernah ditemukan diambil dari situs

http://www.ncbi.nlm.nih.go
v.

3.2.2.3. Pembuatan
Pakan

Pembuatan pakan ikan akan dilaksanakan di Kelompok


Pembudidaya Ikan

Akbar Kabita Kecamatan Guguak Kabupaten Lima Puluh Kota, Pakan ikan
lele

yang akan dibuat adalah dengan kandungan protein 30% dengan dua
perlakuan

yakni penambahan Kandidat Probiotik dari hasil fermentasi Jeruk Gunuang


Omeh

dan Pakan Ikan lele tanpa penambahan Kandidat Probiotik dari hasil
fermentasi

Jeruk Gunuang
Omeh.

Dalam pembuatan pakan ikan umumnya dengan proses steam atau


extrusi.

Proses steam merupakan kombinasi antara air, panas dan tekanan untuk

membentuk butiran pellet. Pakan extrusi pada prinsipnya sama hanya saja

temperatur dan tekanan lebih tinggi. Hal ini menyebabkan proses gelatinasi
pati

lebih sempurna sehingga pakan lebih padat. Proses extrusi ini juga
digunakan
untuk membuat pakan
terapung.

Sistem produksi pellet murah skala kecil dapat menggunkan mesin


pelet

sederhana atau dapat juga menggunakan mesin giling daging. Produksi


pellet

murah dengan mesin sederhana yang diterapkan di tingkat masyarakat


pembudidaya meliputi beberapa proses yaitu : 1) pemilihan bahan baku yang
tersedia; 2) penghalusan bahan; 3) penyiapan bahan adonan; 4) pencapuran; 5)
pencetakan; 6) pengeringan; 7) pengemasan; dan 8) penyimpanan.
Berikut bahan yang terdapat di Kabupaten Lima Puluh Kota yang dapat
dimanfaatkan dalam pembuatan pakan ikan Lele.
BahanBaku
No ​
Pakan
Kandungan Protein (%)
Jumlah (%)
Jumlah protein (%) ​1 Tepung Ikan 51.2 32 16.384 2 Tepung kedelai 45 16 7.2 3 Tepung
Jagung 12 10 1.2 4 Dedakhalus 12.8 30 3.84 5 Silase 49 3 1.47 6 Gaplek 0 6 0 7 Tepung
Roti 0 1 0 8 Vitamin/ Mineral 0 2 0 Jumah - 100 30
1. Fermentasi Bahan
Fermentasi bahan terutama di tujukan pada beberapa jenis bahan yang
berkadar serat tinggi, (dedak, bungkil jagung, kulit singkong dll). Fermentasi ini
dimaksudkan untuk memperbaiki kandungan nutrisi bahan yaitu : menurunkan
kandungan serat kasar, meningkatkan protein dan melepaskan zat anti tumbuh
maupun kandungan racun yang terdapat pada bahan.
Proses fermentasi bahan tidak berbeda dengan proses pembuatan tempe yaitu
bahan yang sudah dihaluskan disterilisasi dengan cara mengukus selama 15 menit
atau ditambahkan air panas (air mendidih) sebanyak 30% diaduk merata, biarkan
bahan sampai dingin, taburkan 3-4 gram jamur ​Rhyzopus oryzae ​/ ​R. Oligusporus
kedalam bahan, aduk merata, susun bahan dengan ketebalan antara 5-10 cm,
selanjutnya tutup bagian permukaan menggunakan plastik / daun menggunakan
daun , biarkan selama 48-72 jam. Amati jika fermentasi berhasil maka pada
permukaan bahan telah tumbuh jamur yang berwarna putih abu-abu secara merata
dengan miselium yang lebat saling mengkat sehingga bahan menjadi padat dan
kompak.
2. Penghalusan Bahan

Untuk meramu formula pakan, bahan-bahan yang akan dijadikan


adonan

harus direduksi ukuran partikelnya hingga sehalus mungkin, ukuran partikel


yang

kasar dapat menurunkan kualitas pakan karena tingkat digestibilitynya


menjadi

rendah dan pellet mudah remuk/ hancur. Biji-bijian harus dikeringkan


terlebih

dahulu hingga kadar air tidak lebih dari


10 %.

3. ​Pembuatan Adonan
Pakan

Semua komponen bahan pakan harus mampu dicampur menjadi


adonan

yang homogen sehingga siap dicetak menjadi pellet. Penentuan proporsi


masing-

masing bahan didasarkan atas : kandungan protein, berat jenis dan harga
masing-

masing bahan. Protein dinilai sebagai komponen terpenting dari ransum


sehingga

kandungan nutrisi dari semua bahan harus sudah diketahui sebelum


adonan dibuat.

Kandungan akhir protein pada pellet menetukan komposisi yang harus


dibuat.

Setelah semua komponen bahan pakan siap sesuai kualifikasi, kemudian


masing-

masing ditimbang sesuai porsi. Sebelumnya jumlah adonan yang dibuat


untuk

campuran harus disesuaikan dengan kapasitas mixer yang akan dipakai.


Bahan

yang sudah tertimbang dimasukkan ke dalam mixer dan dilakukan


pencampuran

sekitar 10 menit untuk menjamin homogenitas


adonan.

4.
Pencetakan

Adonan yang telah tercampur secara merata dalam wujud serbuk


halus

berkadar air 30% selanjutnya siap untuk dicetak menjadi


pellet.

Dalam proses pencetakan ada beberapa opsi kualitas dan tipe pellet
yang

diharapkan
yaitu :

a. Berat jenis besar, kompak, namun kecepatan produksi lebih


lambat;

b. Kecepatan produksi tinggi namun pellet lebih ringan dan kurang


kompak;

c. Pellet ringan tapi kompak (pellet


apung).

Masuknya bahan adonan dengan kadar air 30% kedalam mesin


pencetak

digilas dan ditekan dengan scruw menuju ke lubang cetakan dengan


tekanan yang

stabil memaksa bahan adonan terakumulasi dalam lubang cetak dan


akhirnya

keluar melewati lubang


cetak.

5.
Pengeringan

Pellet yang sudah selesai dicetak harus dilakukan pengeringan, di

masyarakat pada umunya dijemur di bawah terik matahari, pengeringan

menggunakan energi alam seperti ini dirasa cukup


efisien.
3.2.2.4. Pemeliharaan
Ikan

Ikan Lele ukuran 4 - 6 cm akan dipelihara selama 30 hari pada 2 unit


Kolam

terpal Pokdakan Berkat Kecamatan Payakumbuh Kabupaten Lima Puluh Kota


masing-

masing 1.000 ekor dan diberi pakan dengan ​penambahan Kandidat Probiotik
dari

hasil fermentasi Jeruk Gunuang Omeh dan Pakan Ikan lele tanpa
penambahan

Kandidat Probiotik dari hasil fermentasi Jeruk Gunuang


Omeh.

Selama 30 hari dilakukan pengamatan terhadap kualitas air, bobot ikan


serta

kebutuhan pakan pada masing-masing


kolam.

3.3. Skema
Penelitian

3.3.1. Pembuatan Fermentasi Jeruk Siam Gunuang


Omeh

Penyediaan Alat dan Bahan seperti


Jeruk Siam gunuang omeh dan
Toples

Dipisahkan Kulit, Biji dan daging


Jeruk siam gunuang omeh

Disiapkan masing-masing
perlakuan :
1. Daging dengan kulit dan
Biji 2. Daging dengan kulit
saja 3. Daging dengan biji
saja 4. Daging saja

Dimasukkan kedalam toples dan


ditutup rapat

Diperam selama 7, 14 dan 21


hari

Fermentasi
JESIGO

Gambar. 1 Skema Pembuatan Fermentasi


JESIGO
3.3.2. Prosedur Penelitian
FERMENTASI JESIGO
Kandungan Gizi Mikrobiologi
1. Kadar Protein
2. Kadar Lemak
3. Kadar Air
4. pH
5. Keasaman
1. Total Koloni Aerob
2. Total Koloni An Aerob
3. Isolasi dan Identifikasi BAL
Uji pH asam dan Uji Garam Empedu
Sifat Biokimia
Uji Anti Mikroba
Pewarnaan Gram
Makrokopis Molekuler
1. Tipe Gas
2. Uji Katalase
Ektraksi Genom
Pembuatan Gel Agarose
Elektroforensis Hasil
Persiapan Primer PCR
Kandidat BAL di aplikasikan
Program PCR pada pakan ikan lele
Gel Agarose produk PCR
Running Gel Elektroforensis
Pemeliharaan Ikan selama 30 hari
Analisis Data Sekuensing
dan pengamatan
Analisis Blast
Pohon Filogenetik

3.4. Tempat dan Waktu


Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada Bulan November 2019 sampai


Juni 2020

di Labarotaorium Mikrobiologi Fakultas Peternakan Universitas Andalas,


Kelompok

Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Akbar Kabita Kecamatan Guguak dan


Pokdakan

Berkat Kecamatan Payakumbuh Kabupaten Lima Puluh


Kota.

Anda mungkin juga menyukai