OLEH
NELWAN
Q1B118026
KENDARI
2020
KATA PENGANTAR
C. Rumusan Masalah
Bagaimanakah proses fermentasi dan manfaat pada fermentasi yoghurt.
Bagaimanakah proses fermentasi dan manfaat pada fermentasi pada kimchi
Bagaimanakah standardisasi produk fermentasi kecap kedelai
Bagaimana uji organileptik kualitas produk fermentasi terasi
Bagaimanakah konsentrasi garam pada produk ikan kembung (peda)
Bagaimanakah sifat mikrobiologi dan kimiawi pada produk fermentasi rusip
BAB II
TIJAUAN PUSTAKA
Yoghurt merupakan produk olahan susu dari hasil fermentasi kedua dari Bakteri
Asam Laktat(BAL) sebagai starter, yakni Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus
bulgaricus yang hidup bersimbiosis. Lama proses fermantasi akan berakibat pada
turunnya pH yoghurt dengan rasa asam yang khas, selain itu dihasilkan asam asetat,
asetal dehid, dan bahan lain yang mudah menguap. Komposisi yoghurt secara adalah
protein 4-6%, lemak 0,1-1%, laktosa 2-3%, asam laktat 0,6-1,3%, pH 3,8-4,6%
(Prasetyo, 2010). Yoghurt merupakan salah satu produk susu fermentasi yang telah
lama dikenal dan mempunyai rasa asam yang spesifik. Yoghurt dapat dibuat dari susu
yang telah dihomogenisasi, susu berkadar lemak rendah atau susu skim dengan
penambahan susu bubuk. Pembuatan yoghurt meliputi pemenasan, pendinginan dan
fermentasi dimana pembuatanya mengalami proses yang higienis.Yoghurt mempunyai
nilai gizi yang tinggi dari pada susu segar sebagai bahan dasar dalam pembuatan
yoghurt, terutama karena meningkatnya total padatan sehingga kandungan zat-zat gizi
lainya meningkat, selain itu yoghurt sesuai bagi penderita Lactose Intolerance atau yang
tidak toleran terhadapt laktosa (Insyiroh, 2014).
Lactobacillus bulgaricus salah satu dari be-berapa bakteri yang digunakan untuk
memproduksi yoghurt. Pertama di identifikasi tahun 1905 oleh doctor asal Bulgarian
bernama Stamen Grogorov. Secara morfologis Lactobacillusbulgaricus termasuk gram
positif, bakteri ini merupakan bakteri non motil dan tidak berbentuk. Bakteri ini
mempunyai kebutuhan nutrisi yang komplek, termasuk di dalamnya ketersediaan untuk
memfermentasi beberapa jenis gula termasuk laktosa. Bakteri ini juga merupakan
bakteri tahan asam, yang tahan terhadap pH rendah (sekitar 5,4-4,6) agar tumbuh efektif
(Prasetyo, 2010).
Peda (fermentasi ikan kembung) merupakan salah satu produk fermentasi ikan
oleh mikroorganisme melalui pengkondisian penambahan garam dengankadar tertentu.
Pembuatan peda merupakan teknik pengawetan ikan secara tradisional,mudah dilakukan
dan tidak memerlukan peralatan khusus yang canggih. Proses fermentasi dalam
pembuatan peda merupakan proses penguraian senyawa lemak dan protein kompleks
yang terdapat dalam daging ikan menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan
bantuan enzim yang berasal dari tubuh ikan sendiri atau dari mikroorganisme (Khasnah,
2009).
Teknik fermentasi dalam pembuatanpeda yang berkembang di masyarakat
selama ini dilakukan dengan proses penggaraman sebanyak dua kali dengan
menggunakan konsentrasi garam 25% tanpa penambahan starter bakteri. Bakteri
fermentor berasal tubuh ikan itu sendiri dan dari lingkungan tempat fermentasi
dilakukan. Waktu fermentasi berlangsung selama 1 – 2 minggu, sehingga cita rasa yang
dihasilkan tidak terlalu tajam (Adawyah, 2006).
Bakteri Asam laktat (BAL) merupakan jenis bakteri yang mampu menghasilkan
asam laktat sebagai produk akhir dari proses metabolismenya. BAL memanfaatkan
karbohidrat sebagai sumber nutrisi untuk proses metabolisme. Sumber karbohidrat yang
digunakan berasal dari daging, susu, dan produk lainnya(Firmansyah, 2009). Dalam
fermentasi peda, mikroorganisme BAL berperan dalampembentukan cita rasa serta
sebagai antimikroba karena dapat menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk
(Firmansyah, 2009; Lawalata, 2012).
Rusip merupakan produk fermentasi ikan yang dibuat dari ikan teri, garam
sebanyak 25% dan gula aren sebanyak 10 persen. Rusip siap dikonsumsi setelah
disimpan selama satu sampai dua minggu, dapat dikonsumsi secara langsung ataupun
dengan penambahan bumbu-bumbu tertentu untuk meningkatkan daya terimanya,
seperti irisan bawang merah, rampai, cabai, dan perasan jeruk kunci. Berdasarkan
pengamatan beberapa produk rusip yang diperoleh dari Bangka diketahui bahwa rusip
dari daerah Bangka mempunyai karakteristik yang sangat bervariasi yaitu kadar air
62,19-83,74%, kadar garam 17-30% kadar lemak 1,82-3,06%, kadar protein berkisar
10,52-14,45%, pH 5,01-6,10, TVN 1,65-2384,54 mg N/100g dan total bakteri asam
laktat 7,62 - 10,23 log CFU/g (Koesoemawardani, 2007)Tingginya nilai TVN rusip
sebagai akibat proses fermentasi yang tidak terkontrol. Oleh karena itu, dibutuhkan
perbaikan selama proses fermentasi untuk menghasilkan rusip yang bermutu tinggi dan
aman dikonsumsi, yaitu dengan menambahkan kultur cair campuran yaitu genus
Streptococcus,Lactococcus dan Leuconostoc (Kurniati, 2006). Menurut Hidayat, dkk.
(2007),
BAB III
PEMBAHASAN
A. Yoghurt
Yoghurt adalah produk hasil fermentasi susu. Yoghurt dapat dibuat dari susu apa
saja termasuk sari kacang kedelai, tetapi produksi moderm saat ini didominasi oleh susu
sapi. Fermentasi laktosa (gula susu) menghasilkan asam laktat yang ber-peran dalam
prorein susu untuk menghasilkan tekstur seperti gel dan aroma unik pada yoghurt.
Yoghurt tersedia dalam beraneka macam rasa seperti rasa alami, rasa buah, rasa cokelat,
vanilla dan sebagainya. Kimchi adalah makanan tradisional korea. Salah satu jenis
asinan sayur fermentasi yang diberi bumbu pedas. Pada zaman dahulu kimchi diucapkan
sebagai chim-chae yang berarti sayuran yang direndam. Di Korea, kimchi selalui
dihidangkan di waktu makan sebagai salah satu jenis banchan yang paling umum.
Tahap pembuatan yoghurt yaitu 400 ml susu pasteurisasi dimasukkan ke dalam
wadah dan di-tambah 40 gram gula pasir. Digunakan susu pasteurisasi agar
meminimalisir kontaminasi, sedangkan gula pasir digunakan untuk sumber energi bagi
mikroba. Dalam wadah ditambah susu skim (40 gram untuk kelompok 1, 2 dan 3; dan
80 gram untuk kelompok 4 dan 5) serta ditambah biokul (5% atau ½ sendok makan)
untuk kelompok 1 dan 4; 7,5% atau ¾ sendok makan untuk kelompok 3 dan 10% (1
sendok makan) untuk kelompok 2 dan 3. Biokul berfungsi dalam member rasa, tekstur,
warna dan aroma. Susu skim berfungsi sebgai pengental (Aswal et al., 2012). Semua
bahan tersebut diaduk hingga homogen, pengadukan dilakukan agar rasa, warna, tekstur
dan warna merata, juga agar bakteri yang dimanfaatkan merata ke seluruh media
sehingga proses fermentasi berjalan lancer. Yoghurt diinkubasi 0pada suhu 37 C selama
8 jam dan setiap 2 jam sekali dilakukan uji organoleptik, yaitu iji warna, bau, rasa dan
tekstur (Aswal et al., 2012).
Pada pembuatan yoghurt, bakteri Lactobacillus bulgaricus bersimbiosis
mutualisme dengan Streptococcus thermophillus. Pertumbuhan Streptococcus
thermophillus meningkat distimulir karena adanya asam amino dan peptida sederhana,
terutama valin, lisin dan histidin. Hasil degradasi protein oleh Lactobacillus bulgaricus,
sedangkan Lactobacillus bulgaricus tumbuh dengan cepatkarena distimulir adanya asam
format dan CO2 yang dihasilkan oleh Streptococcus thermophillus. Kombinasi bakteri
yoghurt akan menghasilkan asam laktat lebih cepat dibandingkan kultur tunggal
(Prasetyo, 2010). Keasaman titrasi susu meningkat dengan meningkatnya jumlah
mikroorganisme yang mengubah sebagian laktosa menjadi asam laktat oleh bakteri
pembentuk asam. Perbedaan keasaman yoghurt disebabkan oleh jenis starter karena
setiap starter mempunyai karakteristik sendiri dalam memecah laktosa susu.
Peningkatan konsetrasi starter akan diikuti pula dengan peningkatan kadar asam, karena
peningkatan konsentrasi starter berarti peningkatan jumlah mikroba pada media.
Peningkatan ini akan iikuti dengan peningkatan aktifitas serta perkembangan mikrobia
dan kemudian terjadi peningkatan perombakan laktosa menjadi asam laktat yang
dicerminkan dengan kadar asam yoghurt (Insyiroh et al., 2014)
Proses fermentasi pada yoghurt adalah proses feremnetasi tidak spontan karen
aproses fermentasi berlangsung disebabkan penambahan bakteri asam laktat dari luar
bahan. Fermentasi pada yoghurt mempertahankan dua jenis bakteri asam laktat yaitu
Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus. Di mana Streptococcus
thermophilus berperan dalam pembentukan cita rasa yoghurt, sedanhkan Lactobacillus
bulgaricus mengubah laktosamenjadi asam laktat yang berperan dalam pembentukan
aroma. Kimchi merupakan fermentasi spontan karena bakteri yang digunakan untuk
proses fermentasi berasal dari sawi itu sendiri atau secara alami tanpa penambahan
bakteri dari luar. Proses fermentasi pada kimchi dengan Lactobacillus
kimchimenghasilkan asam laktat yang lebih tinggi dari yoghurt (Horackova et al.,
2015).
Beberapa manfaat yoghurt dalam Rusmiati (2008) yang ditimbulkan oleh bakteri
asam laktat dalam yoghurt yaitu :
1. Mengatasi Laktosa Intoleran
2. Menyeimbangkan Sistem Pencernaan
3. Menurunkan Kadar Kolesterol
4. Mencegah Kanker
5. Mengatasi Infeksi Jamur dan Bakteri
B. Kimichi
Makanan fungsional yang dikenal sebagai makanan tradisional korea adalah
kimchi. Sebagai produk sayur fermentasi asam laktat yang dikonsumsi mentah, kimchi
dianggap sebagai makanan yang baik bagi kesehatan dengan Bakteri Asam Laktat
(BAL). Bal yang ditemukan pada kimchi adalah mikroorganisme anaerob fakultatif
psychrophilic atau psichrtrophic yang sangat tahanterhadap garam. Lactobacillus yang
diisolasi dari kimchi berpotensi untuk makanan fungsional. Makanan yang mengandung
probiotik dapat menghilangkan gejala sembelit dari kebiasaan makan yang tidak teratur,
stress dan diet yang berlebih (Lee et al.,2013).
Kandungan yang paling penting pada kimchi untuk kesehatan adalah bakteri
asam laktat seperti Leuconostoc mesenteroides, Lactobacillus brevis, Lactobacillus
plantarum, Pediococcus cereviciae, Streptococcus faecalis, Enterococcus faecalis,
Pediococcus pentosaceous, Weissella koreanis dan Lactobacillus plantarum. Suhu
adalah faktor yang penting dalam menentukan keseimbangan populasi mikroba selama
fermentasi. Jumlah bakteri aerob dan jamur berkurang selama fermentasi kimchi tetapi
populasi ragi meningkat saat suhu turun (Widamori et al., 2014).
C. Kecap kedelai
Secara garis besar untuk kriteria mutu yang terdapat pada kecap kedelai manis
terbagi menjadi 3 kelompok besar yaitu kriteria mutu secara organoleptik, mutu secara
kimia, dan mutu secara mikrobiologis. Untuk kriteria mutu kecap kedelai manis
meliputi kadar protein, kadar gula, dan pH. Kandungan protein merupakan parameter
kualitas kecap manis (Direktorat Gizi Depkes RI, 1996). Pada SNI kecap kedelai
sebelumnya (SNI 3543 – 1999) tertulis bahwa kadar protein kecap kedelai manis adalah
minimal 2,5% dan minimal 4% untuk kecap kedelai asin, dengan pertimbangan bahwa
kecap kedelai manis sudah ditambahkan dengan gula dan bumbu-bumbu lainnya. Hasil
penelitian Purwoko dan Handajani (2007) yang menguji kadar protein dari kecap yang
difermentasi dengan Rhyzopus oryzae dan R. oligosporusmenunjukkan bahwa kecap
manis tanpa fermentasi moromi mampu menghasilkan kandungan protein terlarut dan
protein total lebih tinggi daripada kecap manis dengan fermentasi moromi.
` Di Indonesia telah dilakukan penelitian tentang pembuatan kecap dari sumber
non kedelai seperti asal koro pedang (Astuti, 2012), kacang gude (Andriana, 2014) dan
lamtoro gung (Rahayu, 2005) hingga ke tahap pembuatan moromi.Salah satu ciri khas
kecap kedelai khas Indonesia yang berbeda dengan negara lainnya adalah kecap kedelai
manis. Berdasarkan kategori pangan (2006), kecap kedelai manis adalah produk cair
yang diperoleh dari hasil fermentasi kacang kedelai (Glycine max L.) dan gula, gula
merah,dengan atau tanpa proses karamelisasi dengan atau tanpa penambahan bahan lain,
dengan karakteristik dasar total gula tidak kurang dari 40%. Berdasarkan SNI
3543:2013 bagian 1, kecap kedelai manis didefinisikan sebagai produk berbentuk cair
yang dibuat dari cairan hasil fermentasi kedelai atau bungkil kedelai ditambah gula
dengan atau tanpa penambahan bahan pangan lain dan bahan tambahan pangan yang
diizinkan. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan standar kecap kedelai manis
yang diharapkan dapat lebih memperkenalkan produk pencita rasa khas Indonesia
sebagai produk unggulan berdaya saing tinggi di perdagangan global.
Faktor jenis kedelai, lama pembuatan moromi, dan jumlah gula berpengaruh
terhadap hasil eksperimen yang dilakukan oleh Setiawati (2008) terhadap respon rasa,
karena jenis Kedelai hitam organik varietas Merapi memiliki kandungan protein kasar
36,45% sehingga cocok digunakan sebagai bahan baku pembuatan kecap karena
kandungan proteinnya lebih besar dari 35% (Suprapti, 2005), lama pembuatan moromi
atau fermentasi koji dalam larutan garam dan jumlah gula kelapa juga berkaitan dengan
kualitas respon rasa. Menurut Yokotsuka dalam Kasmidjo (1990), kedelai dengan
kandungan protein tinggi merupakan bahan dasar yang baik untuk pembuatan
kecap.Menurut Setiawati (2008), atribut kecap kedelai organik yang menjadi
pertimbangan konsumen dalam membeli produk kecap antara lain: 1) cita rasa dan
aroma, diperoleh dari proses pembuatan kecap secara fermentasi kedelai hitam tanpa
menggunakan bahan penyedap; 2) kekentalan, tingkat kekentalan kecap manis
dihasilkan dari penambahan gula kelapa tanpa penambahan bahan pengental, 3) warna
coklat kehitam-hitaman pada kecap diperoleh dari gula kelapa tanpa penambahan bahan
pewarna.
D. Terasi
Pengukuran terhadap sifat fisik terasi secara subyektif menggunakan uji
organoleptik. Pengujian tersebut menilai kualitas terasi dari segi kenampakan, bau, rasa,
tekstur dan jamur. Kenampakan terasi dengan jenis bahan baku yang berbeda
memberikan perbedaan yang sangat nyata pada produk akhir. Terasi dengan bahan baku
rebon memiliki kenampakan yang terbaik menurut panelis dengan rata-rata nilai sebesar
7,78. Terasi dengan bahan baku rebon memiliki warna merah yang cerah dan menarik.
Jaswir, et. al. (2011), warna merah terbentuk karena adanya kandungan karotenoid pada
udang. Karotenoid yang paling berperan dalam warna merah krustasea dan ikan laut
adalah astaxanthin.
Aroma atau bau yang dihasilkan oleh terasi dengan bahan baku berbeda
berpengaruh terhadap penilaian panelis. Panelis lebih menyukai aroma yang dihasilkan
oleh tersi udang rebon. Terasi berbahan baku ikan teri dan ikan petek memperoleh nilai
yang lebih rendah jika dibandingkan dengan terasi udang rebon. Aroma khas yang
dihasilkan oleh terasi berasal dari senyawa volatil hasil penguraian protein. Menurut
Winarno (2004) dalam Sari, et al. (2009), timbulnya aroma yang khas disebabkan oleh
pemecahan asam-asam amino dan lemak dari terasi ikan.
Terasi dengan bahan baku ikan teri dan Ikan petek selama fermentasi 20 hari
memiliki warna yang kusam dan tidak menarik dibandingkan dengan terasi dengan
bahan baku rebon. Menurut Deman (1997) dalam Sari, et al. (2009), kesan pertama
yang dirasakan oleh konsumen pada saat melihat suatu produk biasanya lewat rupa atau
penampakan dari produk tersebut dan pada umumnya konsumen lebih memilih produk
yang memiliki rupa yang menarik. Warna penting bagi banyak makanan, baik bagi
makanan yang tidak diproses maupun bagi yang dimanufaktur. Warna memegang
peranan penting dalam penerimaan makanan oleh konsumen, warna juga memberikan
petunjuk mengenai perubahan kimia dalam makanan. Ma’ruf, et al. (2013), menjelaskan
bahwa terasi merupakan produk awetan ikan-ikan kecil atau rebon yang telah diolah
melalui proses pemeraman atau fermentasi, penggilingan atau penumbukan, dan
penjemuran yang berlangsung selama ± 20 hari. Kedalam produk tersebut ditambahkan
garam yang berfungsi sebagai bahan pengawet. Terasi udang warnanya coklat
kemerahan sedangkan terasi ikan warnanya kehitaman.
Perbedaan jenis bahan baku dalam pembuatan terasi memberikan pengaruh
terhadap rasa yang ditimbulkan pada produk akhir. Terasi dengan bahan baku rebon
memiliki rasa yang paling disukai oleh konsumen. Hal ini karena kandungan asam-asam
amino yang terdapat dalam rebon yang digunakan sebagai bahan baku. Hadiwiyoto
(1993) dalam Sari, et al. (2009), menyatakan rasa enak disebabkan adanya asam-asam
amino pada protein serta lemak yang terkandung dalam makanan. Ditambahkan oleh
Kim, et al. (2002) menambahkan bahwa komposisi asam amino bebas dalam kecap
mempengaruhi rasa yang terbentuk pada kecap udang. Seperti yang ditunjukkan oleh tes
kelalaian yang telah dilakukan.
F. Rusip
Rusip merupakan produk fermentasi yang menggunakan kadar garam cukup
tinggi yaitu sebesar 25%. Garam inilah yang berfungsi menekan pertumbuhan
khususnya bakteri pembusuk dan patogen melalui tekanan osmosis garam, sehingga
garam dapat melisis dinding sel mikroba tersebut (Hadiwiyoto, 1993). Desniar dkk.
(2009) juga mengatakan bahwa selama fermentasi ikan peda mengalami penurunan
jumlah mikroba hingga mencapai 4,3 x103 –3,3x104 cfu/ml. Penurunan ini, akibat sifat
garam sebagai bakteriostatik terhadap bakteri pembusuk dan patogen (Ijong dan Ohta,
1996)
Tingginya nilai TVN rusip sebagai akibat proses fermentasi yang tidak
terkontrol. Oleh karena itu, dibutuhkan perbaikan selama proses fermentasi untuk
menghasilkan rusip yang bermutu tinggi dan aman dikonsumsi, yaitu dengan
menambahkan kultur cair campuran yaitu genus Streptococcus,Lactococcus dan
Leuconostoc (Kurniati, 2006). Menurut Hidayat, dkk. (2007), penggunaan kultur
tunggal umumnya mempunyai resiko yang tinggi karena kondisi harus optimum
sehingga untuk mengurangi kegagalan dapat digunakan biakan campuran. Afriani
(2010) juga mengatakan bahwa penggunaan kultur starter kombinasi antara
Lactobacillus plantarum danLactobacillus fermentum dapat meningkatkan total bakteri
asam laktat dan kadar asam dadih susu sapi. Tujuan penelitian ini adalah
membandingkan sifat mikrobiologi dan kimiawi antara rusip spontan dengan rusip yang
ditambahkan kultur cair campuran bakteri asam laktat genus Steptococcus, Lactococcus
dan Leuconostoc selama fermentasi.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan.
1. Proses fermentasi pada yoghurt dengan mempertahankan dua jenis bakteri asam
laktat yaitu Streptococcus thermophilus yang berperan dalam pembentukan cita rasa
yoghurt dan Lactobacillus bulgaricus yang berperan dalam pembentukan aroma.
4 .Penggunaan bahan baku rebon menghasilkan produk terasi dengan nilai asam
glutamattertinggi, selanjutnya terasi petek dan nilai terendah adalah terasi teri. Kadar air
dan pH terendah terdapat pada terasi dengan bahan baku rebon, sedangkan pada uji TPC
dan Aw nilai terendah terdapat pada bahan baku teri.Perlakuan dengan penggunaan
bahan baku rebon memiliki kualitas terbaik diantara ketiga perlakuan bahan baku
dengan rata-rata nilai Asam glutamat (12,56%).
B. SARAN
Adapun saran dari Saya yaitu Agar agar teman teman dapat Memahami 6 produk
fermentasi
DAFTAR PUSTAKA