Anda di halaman 1dari 98

FENOMENA PERMUKAAN

LIQUID INTERFACES
ADSORPTION AT LIQUID INTERFACES
1. ADSORPTION AT SOLID INTERFACES
2.
3.
TEGANGAN PERMUKAAN /
TEGANGAN ANTAR
PERMUKAAN
Batasan antara 2 fase biasanya disebut “antar
permukaan”
Bila salah satu fasenya merupakan gas maka disebut
“Permukaan”
Dalam bidang farmasi fenomena antar permukaan
penting dalam proses pembuatan sediaan.
Antar permukaan dapat dibagi menjadi beberapa jenis
tergantung pada fase yang dipisahkan :
FASE ANTAR
CONTOH PERMUKAAN
GAS – GAS TIDAK ADA
ANTAR
GAS – CAIR PERMUKAAN
PERMUKAAN CAIR UDARA DALAM
GELAS
GAS – PADAT PERMUKAAN PADAT PERMUKAAN MEJA

CAIR – CAIR ANTAR PERMUKAAN EMULSI


CAIR-CAIR
CAIR – PADAT ANTAR PERMUKAAN
SUSPENSI CAIR-PADAT
PADAT - PADAT ANTAR PERMUKAAN PARTIKEL SERBUK
PADAT-
PADAT
Dari sekian banyak jenis antar permukaan, maka di
bagi lagi atas 2 kategori :
1. Antar permukaan cair : antar permukaan cair-gas
dan cair-cair
2. Antar permukaan padat : antar permukaan padat-
gas, padat-cair
Sedangkan antar permukaan padat-padat sudah sering
digunakan yaitu pada pembuatan tablet, proses
granulasi.
Selain itu sangat sedikit data yang membicarakan
ikatan antar partikel padat, maka jarang
dibicarakan.
ANTAR PERMUKAAN CAIR

1. TEGANGAN PERMUKAAN
DAN ANTAR PERMUKAAN
2. KOEFISIEN SEBAR
TEGANGAN PERMUKAAN
Pada suatu tetesan cairan , molekul-molekul yang
berada pada permukaan memiliki sifat yang berbeda
dengan molekul pada bagian dalam tetesan.
Molekul dalam cairan dikelilingi oleh molekul lain
dari segala arah yang memiliki daya tarik menarik
yang sama.
Sedangkan molekul pada permukaan (yakni pada
antar permukaan cair-udara) hanya dapat
memiliki daya tarik menarik dengan molekul lain
yang terletak di bawah atau disampingya.
Molekul ini dapat memiliki daya tarik menarik dengan
molekul yang menyusun fase lain yang terlibat
dalam antar permukaan tersebut tapi pada antar
permukaan cair-gas, antaraksi ini kecil dan bisa
diabaikan.
Molekul pada permukaan tetesan tersebut akan
mengalami gaya tarik ke arah dalam sehingga akan
menyusutnya permukaan.
Fig. 5.1 Attractive forces at the surface and in the bulk of a
material.
Tegangan Permukaan (TP) adalah gaya per satuan
panjang yang harus diberikan sejajar pada
permukaan untuk mengimbangi tarikan ke
dalam.
Tegangan Antar Permukaan (TAP) adalah gaya
persatuanpanjang yang terdapat pada antar
permukaan dua fase cair yang tidak bercampur.
TP/TAP = γ = dyne/cm
TAP selalu lebih kecil dari TP karena gaya adhesi
antara dua fase cair yang membentuk suatu antar
permukaan lebih besar dibandingkan antar cair-
gas
Bila 2 cairan bercampur sempurna maka tidak ada
METODE MENGUKUR TP DAN
TAP
Ada 4 metode yang dapat digunakan :
1.Kapiler
Metode
2.Cincin
Metode
3.Bobot
Metodetetes
4.Menghitung
Metode jumlah tetes
METODE KAPILER
Apabila suatu pipa kapiler ditempatkan di dalam
suatu cairan dalam gelas piala, cairan ini biasanya
naik ke atas pipa sampai suatu jarak tertentu.
Hal ini terjadi bila gaya adhesif antar molekul cairan
dengan dinding kapiler lebih besar dari gaya kohesi
antar molekul cairan.
Cairan ini dikatakan membasahi dinding kapiler,
menyebar diatasnya dan naik dalam pipa.
,'1

c
.D

(a)
METODE CINCIN
Dikenal dengan nama DuNuoy Tensiometer
Prinsip :
Gaya yang diperlukan untuk melepaskan
sebuah cincin paltinum iridium yang dicelupkan
pada permukaan cairan sebanding dengan
tegangan permukaan cairan tersebut.
_....,... Micl'omelElr .

- Clarnp

___ Syringe

--Drop
METODE MENGHITUNG JUMLAH
TETES
Prinsip :
Menghitung jumlah tetes yang dikandung suatu
volume tertentu yang akan diukur TP nya. Dalam
hal ini harus diadakan perbandingan dengan suatu
cairan pembanding yang TP nya kira-kira sama
dengan cairan yang akan diukur.
cairan 1 : cairan yang diukur
cairan 2 : cairan pembanding

Dimana :
N = Jumlah tetes dari suatu volume cairan
ρ = Bobot jenis cairan
Hitung tegangan permukaan dari
2%(b/v) larutan wetting agent yang
memiliki density 1,008 g/cm3, yang naik
6,06 cm pada suatu pipa kapiler dengan
radius 0,02 cm.
Tegangan permukaan dari benzen pada
20oC adalah 28,85 dyne/cm. Pada alat
kapiler, cairan naik setinggi 1,832 cm.
Density dari benzen 0,8765 g/cm3 pada
20oC. Tentukan berapa diameter dari
kapiler yang digunakan, bila percepatan
gravitasi adalah 981 cm/sec2.
KOEFISIEN SEBAR
BILA SUATU ZAT SEPERTI ASAM OLEAT
DITARUH PADA PEMUKAAN AIR, MAKA
ASAM OLEAT DAPAT MENYEBAR PADA
PERMUKAAN SEBAGAI LAPISAN FILM, BILA
HARGA KOEFISIEN SEBARNYA POSITIF

S (+) WA > WC HARGA


KOEFISIEN SEBAR SANGAT
TERGANTUNG PADA GAYA ADHESI
DAN GAYA KOHESI
GAYA ADHESI
Yaitu energi yang dibutuhkan untuk memisahkan
/mematahkan gaya tarik menarik antara molekul-
molekul yang tidak sejenis atau kerja yang
dibutuhkan untuk memisahkan 2 cairan yang tidak
bercampur.

 12
1 Wa   1   2   12
2
Adalah kerja yang dibutuhkan untuk
memisahkan molekul cairan yang menyebar
sehingga ia dapat mengalir di atas lapisan
bawah.

1
1
Wc  2 1
 SUATU CAIRAN DAPAT MENYEBAR DIATAS
CAIRAN LAIN BILA GAYA ADHESI LEBIH BESAR
DARI GAYA KOHESI
Tegangan permukaan air (γair) pada 20oC
72,8 dyne/cm, sedangkan permukaan CCL4
26,7 dyne/cm. Tegangan antar permukaan
CCL4 – air adalah 45 dyne/cm pada suhu yang
sama. Apakah CCL4 dapat menyebar diatas
permukaan air?
Bila maka akan
terjadi penyebaran
Contoh : penyebaran asam oleat diatas permukaan
air

Bila maka akan terbentuk


tetesan-tetesan/lensa yang mengembang pada
permukaan cairan/ gagal menyebar
Contoh : parafin lig diatas permukaan air.

Ada beberapa cairan yang mempunyai S tinggi diatas


permukaan air, contoh : asam-asam lemak, minyak
lemak
ADSORPSI ANTAR MUKA CAIRAN
SISTEM HIDROFILIK-LIPOFILIK BALANCE (HLB)
ADSORBSI PADA ANTAR
PERMUKAAN PADAT
zat padat yang dapat berkontak dengan cairan dan
molekul-molekul antar permukaan dikatakan
bahwa cairan dapat membasahi zat padat.
Contoh :
Permukaan kulit diliputi oleh campuran air dan
lemak (keringat) yang bersifat polar dan non
polar.
Agar suatu lotio yang mengandung lemak dapat
menyebar pada permukaan kulit atau dapat
membasahi kulit dengan sempurna, maka
polaritas
zat padat banyak disuspensikan dalam cairan
lotio harus
contoh diperbesar
: liquor faberi, lotioagar koefisien sebarnya
kunmerfeldi
bertambah besar.
Dalam peristiwa pembasahan ada 3 kemungkina :
1. Pembasahan sempurna (S > 0,) n

ow oa
Air Oil

Wate r

2. Pembasahan tidak sempurna (S < 0)

e Air
wa

 oa Water
 ow
3. Berupa tetesan : cairan hanya berbentuk
tetesan-tetesan saja

Oil  oa
oa  oa Air
 wo  ow  wo

Wate r
Penyebaran cairan diatas zat padat secara teoritis
dapat dihubungkan dengan koefisien sebar :
CAIR – CAIR :

PADAT – CAIR :
Cairan dapat menyebar jika (+)

Tapi secara praktek penetuan TP padat dan


TAP padat-cair sangat sukar dilakukan,
maka penetuan dikakukan secara
tidak langsung yaitu dengan mengukur
sudut kontak antar cairan – zat padat

Sudut kontak : 0 – 180


Agar koefisien sebar dari zat bertambah, maka
pada pembuatan sediaan ditambahkan zat
pembasah (WETTING AGENT)

Zat pembasah bekerja mengecilkan sudut


kontak antara zat padat dengan cairan

SUDUT KONTAK
Adalah sudut yang terbentuk antara tetesan cairan dan
permukaan padatan tempat dia menyebar.
SUDUT KONTAK (θ) ARTI
0 Sangat mudah dibasahi
< 90 Permukaan zat padat
bisa dibasahi tapi tidak
sempurna

= 90 Cairan sukar membasahi


permukaan zat padat
90 - 180 Sama sekali tidak bisa
membasahi zat padat
METODE UNTUK MENGUKUR SIFAT
WETING AGENT DARI SUATU Z AT
z
1. DRAVES TEST
2. TEST PENETRASI
PRINSIP :
Menentukan waktu yang dibutuhkan oleh
larutan zat pembasah untuk membasahi suatu
permukaan zat padat

CARA :
waktu yang dibutuhkan oleh 5 g wol
untuk tenggelam dalam larutan yang akan
diperiksa
PRINSIP : sama seperti draves test

CARA :
Masukkan zat uji, hitung berapa waktu yang
dibutuhkan zat uji untuk melewati kapas
berlemak.
Rumus ini dikembangkan oleh Thomas
Young
Rumus ini mengukur tegangan permukaan
zat padat berdasarkan sudut kontak antara
zat padat dengan suatu cairan

p pc c Cos 


 Hasil suatu penelitian penyebaran surfaktan yang
ditambah dengan mineral oil pada permukaan air
pada desain pembuatan cream dan lotion untuk
kosmetik. Tegangan permukaan air pada 25oC
adalah 72 dyne/cm. Tegangan permukaan lotio
(mengandung 5%b/v sorbital monooleat dalam
mineral oil) yang akan dibuat adalah 31,2
dyne/cm. Tegangan antar permukaan air-
surfaktan adalah 5,7 dyne/cm. Tentukan Gaya
adesi,
apakah gaya kohesi, koefisien
oil-surfaktan sebardapat
(fase minyak) serta tentukan
menyebar pada permukaan air.
SISTEM PADAT- –(':jGAS /
FENOMENA
ADSORBSI
What is Adsorption?

Adsorption
•• Adsorption
Adsorption isis aa process
process that
that occurs
occurs when
when aa gasgas or
or liquid
liquid accumulates
accumulates
on
on the
the surface
surface of
of aa solid
solid or,
or, more
more rarely,
rarely, aa liquid
liquid forming
forming aa molecular
molecular or
or
atomic
atomic film.
film.
• ItIt differs
differs from
from absorption
absorption in
in which
which aa fluid
fluid permeates
permeates or
or is
is dissolved
dissolved by
by aa
liquid
liquid or
or solid.
solid.

Adsorption Absorption

Sorption
Adsorption phenomena

Practice Science

• Decolorization of food and


•1773   Sheele
drink in the ancient Egypt.    -Gas adsorption experiment
• Wooden coffin in Mawangdui
on Charcoal
(Changsha, China) •1777   Fontana
• Charcoal bedded under the
   -Discovery of adsorption
the floor of construction in
phenomena on Charcoal.
Kyoto Imperial Palace.
•1843   Mitscherlich
   -Relationship between gas
adsorption and surface area
•1890
   -Beginning of Activated
carbon commercial production
•1920 ~ 1930
   -Systematization as science
Adsorption technology

Environmental issue Energy storage Functional material


Separation

Global warming
Zeolite Gas purification
H2 storage
Exhaust control CH4 storage O2, N2, H2
Water purification CO2 fixation CO2 separation
etc...
etc...
MOF

Functional material
Separation
Zeolite
PSA, TSA, PTSA
MOF
CNT etc.. CNH, CNT

Evaluation using adsorption


SSA, PSD, Pore volume, Surface characterization
ADSORBSI :
Peristiwa penyerapan suatu zat lain pada
permukaan zat.

Zat yang diadsorbsi disebut adsorbat


Zat yang mengabsorbsi disebut adsorben

ADSORBSI ≠
ABSORBSI
Kedua fenomena ini bisa terjadi bersama-
sama sehingga sulit dalam menentukan
fenomena apa yang terjadi, oleh karena itu
kalau belum jelas fenomena apa yang terjadi,
maka dapat dikatakan dengan sorbsi
Definition : adsorption

Term Definition
Adsorbate Substance in the adsorbed state
Adsorptive Adsorbable substance in the fluid phase
Adsorbent Solid material on which adsorption occurs

Adsorption
adsorption
desorption
Desorption Adsorptive

Adsorbate

吸 着 剤Adsorbent
(a d s o rb e n t)
Definition : adsorption

Term Definition
Adsorbate Substance in the adsorbed state
Adsorptive Adsorbable substance in the fluid phase
Adsorbent Solid material on which adsorption occurs

Adsorption
adsorption
desorption
Desorption Adsorptive

Adsorbate

吸 着 剤Adsorbent
(a d s o rb e n t)
Definition : Surface physical property

Term Definition
Pore volume Volume of pores
External surface area Area of surface out side pores
Internal surface area Area of pore walls
True density Density of solid excluding pores and voids,
Monolayer capacity either Chemisorbed amount required to occupy all
(Monolayer volume) surface sites or Physisorbed amount required to cover
surface.
Surface coverage Ratio of amount of adsorbed substance to monolayer
capacity
Particle characteric

Cubic, 1cm on a side

Divideinto
Divide into
cubics
64
whichcubics
has 100nm
8 cubics

0.25cm

1cm
0.5cm

Surface area   S=6cm2 Surfacearea


Surface area  S=60m22
S=12cm
 S=24cm
FISIKA

PROSES
ADSORPSI
KIMIA
Phisisorption and Chemisorption

Physisorption Chemisorption
•• Weak adsorption •• Strong adsorption
•• Reversible •• Irreversible
•• Surface area/pore
area/pore analysis
analysis •• Surface chemical property

Low Pressure High


ADSORBSI FISIKA

1. Gaya interkasi antara adsorben dan


adsorbat lemah sehingga panas
adsorbsinya kecil ± 20-40 kj/mol
2. Gaya interkasi menyebabkan kondensasi
gas untuk membentuk cairan yang
umumnya disebut gaya van der walls
dan bersifat reversibel
3. Dinamakan juga adsorbsi van der waals
Physical adsorption interaction


1 London
London dispersion
dispersion force
force


Strong
Electric
Electric dipole-dipole
dipole-dipole interaction
interaction


3 Electric
Electric quadrupole
quadrupole interaction
interaction van der Waals force


4 Electro
Electro static
static force,
force, Coulomb
Coulomb force
force

Adsorption potential on planar,


nonporus surface
ADSORBSI KIMIA/CHEMISORPTION
1. Ditandai dengan terjadinya reaksi kimia antara
adsorben dan adsorbat dimana gaya
interaksinya sangat kuat dan bersifat
irreversibel.
2. Panas adsorbsinya cukup tinggi 40 –
400 kj/mol sehingga sanggup
mematahkan
molekul ikatan
adsorbat dalam
yang mengakibatkan
terjadinya reaksi kimia antara adsorben dan
adsorbat.
3. Makin naik temperatur laju adsorbsi makin
besar
PENERAPAN TENTANG PROSES ADSORBSI
DALAM BIDANG FARMASI
1. Formulasi sediaan penawar racun seperti pulvis
NMT (Norit, MgO, Tanin), pulvis adsorben (Mg
peroksida, Norit)
2. Menghilangkan bau yang tidak enak dari ruangan
3. Penambahan adsorben ke dalam serbuk yang
mengandung zat yang mudah lembab/basah
4. Penambahan adsorben pada larutan untuk
mengadsorbsi kotoran larutan, contoh : gula
5. Pemakaian adsorben untuk membebaskan pyrogen
dari larutan injeksi
6. Menghilangkan warna larutan yang tidak
diinginkan
CONTOH ADSORBEN YANG SERING DIPAKAI

 Carbo adsorben (Norit)


 Kaolin
 Bentonit
 Silica gel
 MgO
 Tanin
DERAJAT ADSORBSI GAS OLEH SUATU ZAT
PERGANTUNG PADA

1. Sifat kimia adsorben


2. Sifat fisika adsorbat
3. Luas permukaan adsorben
4. Suhu
5. Tekanan paralel gas yang diadsorbsi
Isotherm Adsorpsi

 Hubungan antara jumlah gas yang yang diadsorbsi secara


fisika pada permukaan padat dengan tekanan atau
konsentrasi pada temperatur konstan menghasilkan suatu
bentuk adsorbsi isoterm
 Istilah isoterm merujuk pada plot kurva pada temperatur
konstan
vertical : x/m ; jumlah mol, atau gram atau ml x gas yang
diadsorbsi oleh m gram adsorben pada STP (Standar
Temperatur, Presure)
horizontal : tekanan gas dalama mmHg
 Beberapa persamaan matematis telah dikembangkan
untuk
mempelajari adsorpsi.
Model / Persamaan Isotherm

Ada 5 type adsorbsi isoterm


ooa

(a) Linear
(b) Langmuir

{c) BET ( d)
Freundlich
ISOTERM TYPE I

Gambaran matematis untuk isoterm type I


dikembangkan oleh freundlich dan langmuir
Langmuir

 Irving Langmuir (1918) menggunakan model sederhana


untuk mendeskripsikan serapan molekul pada permukaan
padatan, dan menurunkan persamaan untuk isoterm.
Langmuir Menganggap bahwa padatan mempunyai
permukaan yang sama, molekul yang di adsorpsi
ditempatkan pada tempat yang spesifik, energi permukaan
 tidak tergantung pada ditempati atau tidaknya permukaan,
dan molekul yang diadsorpsi hanya membentuk satu lapis
(monolayer) (Ira. N. Levine, 2003:399-340).
 Dengan asumsi ini, maka sorbat maksimal yang dapat
dijerap oleh sorben dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan Langmuir berikut (Jaslin et. al. 1999, Rengaraj
et. al. 2003, Reddy 2006, Sivaprakash et. al. 2009).
Persmaan Langmuir

 Untuk reaksi :
A + S (permukaan) AS
 Laju adsorpsi = KaC (1- )
 Laju desorpsi = Kd 
 Pada keadan setimbang, maka laju adsorpsi dan desorpsi
molekul-molekul pada permukaan adalah sama.
KaC (1- ) = Kd· 

dengan
K aC a
b
  K
K d  K aC
Kd
 Maka:

(K a / K d )CbC
  1  (K / K )C 1  bC
a d

 Dimana fraksi penutupan permukaan adsorbat oleh molekul pada


konsentrasi secara isoterm :

X
  X
m

X mbC
X 
1  bC
 Transformasi ke persamaan linier menjadi :

C 1 C
X  bX m  X m
C 1 C
X  bX m  X m
Keterangan :
C = konsentrasi zat terlarut pada keadaan stimbang
 = fraksi penutupan permukaan oleh adsorbat
1-  = fraksi permukaan yang kosong
Ka = konstanta laju adsorpsi
Kd = konstanta laju desorpsi
b = konstanta langmuir
X = jumlah molekul adsorbat yang diserap per-
m2
penyerap (mol.m-2)
Xm = jumlah molekul adsorbat yang dapat diserap
per-
m2 zat penyerap yang membentuk sebuah lapisan
tunggal (mol.m-2 ).
C/X

Slope = 1/Xm
1/bXm

C
Freundlich

 Isoterm Freundlich dapat diambil dengan mengubah anggapan


Langmuir untuk memperbolehkan beberapa macam tempat adsorpsi
pada padatan. Setiap tempat adsorpsi mempunyai panas adsorpsi yang
berbeda (Ira. N. Levine, 2003 : 401).

 Hubungan antara jumlah zat yang diadsorpsi dan konsentrasi dapat


dinyatakan sebagai berikut:
1
X
 log KC n
M
X/M = jumlah adsorbat yang
diadsorpsi per m2 sorben (mol/m2)
Ce = konsentrasi sorbat dalam
larutan setelah diadsorpsi
K dan n = konstanta yang tergantung
 Dinyatakan dlm Log
X 1
Log  LogKCe n
M

(
  1  (K / K )C 1
a d
Ka/K bC
d )C

bC

---

X/M
tg =
1. Bentuk kurvanya sigmoid
2.
Isoterm type II terjadi ketika gas mengalami
adsorbsi fisika pada permukaan zat padat
yang tidak berpori membentuk lapisan
monolayer dan diikuti dengan membentuk
3.
lapisan multilayer
Gambaran matematis dari isoterm type I
dibuat digambarkan dengan persamaan
yang diturunkan oleh BET (Brunet, Emmet,
Teller)
For the BET isotherm we can arrange the isotherm
equation to get:

Ce KB 1 Ce 1
 0
 
(C S  C e )  q e K B  Qa CS K B  Q a0

1
Intercept =
K B  Q 0a

Slope = KB 1
0
K B  Q a  Cs
ADSORBSI PADA ANTAR
PERMUKAAN CAIR
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TEGANGAN PERMUKAAN
1. SUHU
TP akan turun dengan naiknya suhu.
Pada suhu kritis yaitu suhu dimana cairan menjadi gas,
TP akan diabaikan.
Hubungan antara TP dengan suhu dirumuskan oleh
COTVAS, RAMSAY & SCHIELDS
Dimana :
γ = Tegangan permukaan cair
M= BM cairan
V = Volume cairan yang bobotnya 1 g
K = Konstanta yang tidak tergantung suhu tapi pada
sifat cairan
Senyawa polar K = 2,12, senyawa non polar K <
2,12
tc = Suhu kritis
t = Suhu percobaan
G = Konstanta empiris
2. ZAT TERLARUT
Jika suatu zat terlarut dilarutkan dalam cairan murni
akan terjadi perubahan pada TP cairan tersebut.

dalam hal ini ada 4 kemungkinan yang terjadi :


1. TP cairan bertambah besar dengan
bertambahnya konsentrasi zat terlarut
Hal ini dapat terjadi pada elektrolit kuat dan
beberapa senyawa polar yang mengandung
gugus OH dilarutkan dalam air
2. TP cairan turun secara berlahan-lahan
dengan bertambahnya konsentrasi zat
terlarut.
Contoh : senyawa asam lemak bila dilarutkan
dalam air
3. TP tidak tergantung pada penambahan
konsentrasi zat terlarut

4. TP cairan secara tiba-tiba turun dengan


penambahan konsentrasi zat terlarut,
sekalipun dalam konsentrasi yang kecil
sekali.
Contoh : surfaktan yang dilarutkan dalam air

Penurunan secara tiba-tiba ini disebabkan karena


zat terlarut memekat pada permukaan cairan, jadi
kadar zat pada permukaan tidak sama dengan kadar
zat dalam larutan.
Zat-zat yang memekat pada permukaan
larutan dan menurunkan TP walaupun dalam
konsentrasi yang kecil sekali disebut zat aktif
permukaan /SURFAKTAN/AMPHIPHIL
Amphiphil merupakan senyawa atau ion yang
memiliki afinitas tertentu baik terhadap
pelarut polar maupun non polar. Hal ini
tergantung jumlah dan sifat dari gugus polar
dan non polar yang dimiliki.
amphiphil bisa bersifat hidrofob atau hidrofil
atau seimbang antara hidrofob dan hidrofil.
Surfactants
 What is a
surfactant?
Surface active agent

Headgroup Tail
Heads or Tails?
 Headgroup – hydrophilic functional
group(s)
 Tail
 – hydrocarbon
Typical headgroupsor fluorocarbon chain
or uncharged)
(charged
 Sulfate
 Sulfonate
 Trimethylammonium
 Ethylene oxide
 carboxybetaine
*Each surfactant molecule has a
hydrophilic (water-loving) head
that is attracted to water
molecules AND a hydrophobic
(water-hating) tail that repels
water and simultaneously
attaches itself to oil and grease in
dirt
Gugus hidrofilik pada surfaktan bersifat polar dan mudah
bersenyawa dengan air, sedangkan gugus lipofilik bersifat
non polar dan mudah bersenyawa dengan minyak. Di dalam
molekul surfaktan, salah satu gugus harus lebih dominan
jumlahnya.
Bila gugus polarnya yang lebih dominan, maka molekul-
molekul surfaktan tersebut akan diabsorpsi lebih kuat oleh
air dibandingkan dengan minyak. Akibatnya tegangan
permukaan air menjadi lebih rendah sehingga mudah menyebar
dan menjadi fase kontinu. Demikian pula sebaliknya, bila gugus
non polarnya lebih dominan, maka
molekulmolekul surfaktan tersebut akan diabsorpsi lebih kuat oleh
minyak dibandingkan dengan air. Akibatnya tegangan permukaan
minyak menjadi lebih rendah
sehingga mudah menyebar dan menjadi fase kontinu.
HLB (HIDROFIL LIPOFIL BALANCE)

Sitem ini dikembangkan oleh GRIFFIN


Yaitu angka yang menyatakan ukuran dan kekuatan dari gugus
hidrofil dan lipofil dari suatu senyawa aktif permukaan.

Makin besar nilai HLB maka senyawa makin bersifat hidrofil.


KLASIFIKASI SURFAKTAN

Dari segi ionisasi, surfaktan dibagi atas 4 :


1. Surfaktan anionik
terionisasi dalam air (larutan) dimana bagian yang
aktif adalah bagian anionnya, terbagi atas :
a. asam karboksilat
b. ester asam sulfat
c. alkil asam sulfat
d. senyawa aromatis, cnth : Na lauril sulfat
2. Surfaktan Kationik
terionisasi dalam larutan (air) dimana bagian yang aktif adalah
bagian kationnya,contoh : benzalkonium klorida

3. Ampoterik
kedua gugus dapat berfungsi dalam larutan (air) dimana
dalam larutan asam kationik sedangkan dalam larutan basa
anionik

4. Surfaktan non ionik


tidak terionisasi dalam larutan, berfungsi secara keseluruhan dari
molekul, dibagi atas ikatan antara gugus hidrofil dan lifofil, yaitu :
a. ester sebagai ikatan antara, conth : brij
b. eter sebagai ikatan antara, conth : span
c. eter ester sebagai ikatan antara, conth : tween

d. amida sebagai ikatan antara, conth ; lauril dietanol amin


Penambahan surfaktan dalam larutan akan
menyebabkan turunnya tegangan permukaan larutan. Setelah
mencapai konsentrasi tertentu, tegangan permukaan akan
konstan walaupun konsentrasi
surfaktan ditingkatkan. Bila surfaktan ditambahkan
melebihi konsentrasi ini maka surfaktan mengagregasi
membentuk misel. Konsentrasi terbentuknya misel ini disebut
Critical Micelle Concentration (CMC). Tegangan
permukaan akan menurun hingga CMC tercapai. Setelah CMC
tercapai, tegangan permukaan akan konstan yang menunjukkan
bahwa antar muka menjadi jenuh dan
terbentuk misel yang berada dalam keseimbangan
dinamis dengan monomernya
 Zat yang teradsorbsi pada permukaan cairan
dikelompokkan menjadi 2:
1. yang membentuk soluble monolayer
2. yang membentuk insoluble film
SOLUBLE MONOLAYER

Hubungan antara banyaknya zat yang teradsorbsi pada


satuan
luas permukaan dan perubahan TP dirumuskan oleh GIBBS
tahun 1878 yang disebut “Hukum Adsorbsi dari GIBBS”

Γ : konsentrasi zat terlalut pada permukaan (mol/cm2)


c : konsentrasi zat dalam larutan (g/cm2
R : Konstanta gas (8,314 x 107 erg/mol)
T : Suhu absolut (273
dγ/dc : derajat perubahan TP dengan perubahan
konsentrasi zat terlarut
Dari rumus GIBBS ini akan dihadapi 2 kemungkinan :
1. Jika terjadi adsorbsi, maka Γ (+) , berarti
konsentrasi zat pada permukaan lebih besar
dibandingkan dalam larutan, dalam hal ini dγ/dc (-)
; jadi TP turun dengan bertambahnya konsentrasi
zat.
2. Jika tidak terjadi adsorbsi, Γ (-), dγ/dc (+)
INSOLUBLE FILM

Untuk mempelajari tentang insoluble film maka


dikembangkan alat yang disebut “Film Balance”
Alat ini dikembangkan oleh Langmuir, adam,
harkin
Sistem ini bisa digunakan untuk menentukan Luas
Penampang Molekul (LPM), tebal film dan
panjang molekul
M = BM cairan yang disebarkan
S = Luas daerah yang ditutupi film
V = Volume dari cairan yang
ρ disebar
N = density cairan yang disebar
= Bilangan Avogadro

Anda mungkin juga menyukai