Anda di halaman 1dari 53

“OBAT DEKONGESTAN, ANESTESI

DAN ANTIINFLAMASI MATA”


KELOMPOK III
KELAS C
 
RENIETA SALFI (O1A119119)
RISMAWATI (O1A119120)
RIZKITA NUR AINUN (O1A119121)
RUMAISHA AZZAHRA BUDIMAN (O1A119122)
RUNI HARIYANI (O1A119123)
UMMUL ISTIQOMAH (O1A119133)
AMALIAH DEWI ONZITAR (O1A119142)
ANGELA AL LAILA PUTRI (O1A119143)
ASHQALANI TIRTA GANDA (O1A119145)
BULAN DWI SEPTIANI (O1A119146)
Pengertian Dekongestan

Dekongestan adalah obat yang dapat menciutkan


pembuluh darah (decongestion). Atau Dekongestan
adalah stimulant reseptor alpha-1 adrenergik.
Mekanisme kerja
dekongestan (nasal
decongestant

sehingga Mengurangi sekresi dan


Melalui vasokonstriksi pembuluh darah hidung pembengkakan membran mukosa
saluran hidung

Catatan!!! Mekanisme kerja


Vasokontriksi yaitu dekongestan ini membantu
terjadinya kontraksi dinding membuka sumbatan hidung
otot hingga menyumbat
pembuluh darah
Contoh obat dekongestan

Ephedrine Pseudoephedrine Phenylpropanolamine

Ephedrine adalah stimulan


Pseudoephedrine adalah obat Phenylpropanolamine adalah
sistem saraf pusat.
simpatomimetik dari kelas obat psikoaktif dari senyawa
Ephedrine adalah
fenetilamina dan amfetamina kimia fenetilamin dana
dekongestan
yang dapat digunakan sebagai amfetamin yang digunakan
dan bronkodilatori
dekongestan nasal/sinus sebagai sebagai senyawa stimulan
stimulant atau sebagai augeroik dekongestan dan anoreksik.
pada dosis yang lebih tinggi. Senyawa ini biasanya
digunakan dalam sediaan
batuk dan pilek obat resep
dan over-the-counter
Ephedrine
Indikasi Ephedrine

Untuk bronkospasme akut, hidung tersumbat, dan hipotensi


yang disebabkan oleh anestesi spinal atau epidural

Efek Samping
Ephedrine

Nyeri Kepala Merasa cemas


Mual Muntah

Denyut jantung
Kehilangan napsu makan Sistem pencernaan terganggu Gangguan tidur cepat
Kontraindikasi
Ephedrine

Tidak di anjurkan bagi


pasien yang memiliki
riwayat alergi terhadap Riwayat penyakit jantung
komposisi obat ini.

Tidak di anjurkan bagi


pasien yang mempunyai Riwayat penyakit diabetes
riwayat gangguan pada
saluran perncernaan

Pasien yang mempunyai riwayat penyakit Riwayat penyakit hipertensi


kelenjar gondok.
Penggunaan Ephedrine

Jangan mengambil lebih dari


Digunakan sesuai dosis yang dianjurkan, dan
resep dokter jangan menggunakan produk ini
selama lebih dari 7 hari
berturut-turut kecuali dengan
arahan dokter.

Boleh dikonsumsi saat perut


kosong maupun sudah terisi
makanan. Namun, jika perut
terasa sakit, sebaiknya Ketika digunakan untuk waktu
makan terlebih dahulu untuk yang panjang, efedrin mungkin
mengurangi iritasi pada tidak bekerja dengan baik
perut
Contoh obat merk
dagang Ephedrine

Asmasolon Asthma-
Asmadex Asmano Bronchitin
Soho

Grafasma Koffex Mixadin Combi OBH


Batuk dan Flu
Dosis Ephedrine

Jika diberikan dalam bentuk obat tetes hidung untuk mengatasi hidung tersumbat

Anak Lansia
Dewasa berusia
>12 tahun
Diberikan dengan sediaan larutan
Sama dengan dewasa Sama dengan dewasa
1%, sebanyak 1-2 tetes di
masing-masing lubang hidung.
Dapat diberikan hingga 4 kali
sehari sesuai kebutuhan.
Jika diberikan secara oral untuk mengatasi bronkospasme akut
Anak 1-5 Anak 6-12
Dewasa tahun Lansia
tahun
Diberikan sebagai efedrin HCL sebanyak Diberikan sebagai Setengah dari dosis
15-60 mg 3 kali sehari. Jika diberikan Diberikan sebagai efedrin HCL dewasa, dengan
sebagai efedrin sulfat, sebanyak 12,5-25 efedrin HCL sebanyak sebanyak 30 mg 3 interval konsumsi
mg setiap 4 jam. Dosis maksimal 15 mg 3 kali sehari kali sehari sama dengan dosis
pemberian 150 mg per hari dewasa.
Lanjutan… Dosis Ephedrine

Jika diberikan dalam bentuk injeksi spinal atau bius epidural untuk menurunkan tekanan darah

Dewasa Anak Lansia

• • Sama dengan dosis


Sebagai efedrin HCL: 3-6 mg dengan Diberikan sebanyak 0,5 mg/kg
dewasa. Jika diberikan
suntikan perlahan ke pembuluh darah setiap berat badan atau 16,7 mg/m²
dalam bentuk injeksi
3-4 menit, sesuai kebutuhan. Dosis maksimal tinggi badan, setiap 4-6 jam
untuk bronkospasme
pemberian: 30 mg. sekali dengan suntikan
• akut
Sebagai efedrin sulfat: 25-50 mg dengan subkutan atau intramuskular.
suntikan subkutan atau intramuskular. Jika • Dapat juga diberikan sebanyak
diberikan dengan suntikan intravena 0,75 mg/kg berat badan atau 25
(langsung ke pembuluh darah) dosis diubah mg/m² tinggi badan, 4 kali
menjadi 5-25 mg dan dapat diulang sesuai sehari dengan suntikan
dengan respons pasien. subkutan atau intravena.
• Maksimal dosis pemberian 150 mg/hari.
Farmakokinetik
ephedrine
Efedrin yang merupakan golongan nonkatekolamin, digunakan dalam klinik
umumnya efektif pada pemberian oral karena efedrin resisten terhadap COMT dan
MAO yang banyak terdapat pada dinding usus, hati dan ginjal

Ephedrine diabsorpsi hampir seluruhnya melalui jalur gastrointestinal. Waktu paruh berkisar
Absorpsi
antara 2,5-3,6 jam, dengan durasi kerja 3-6 jam.Onset obat sangat cepat jika diberikan secara
intravena, dan berkisar 10-20 menit setelah pemberian intramuscular.

Ephedrine diekskresikan secara ekstensif ke seluruh tubuh, termasuk ke air susu ibu.
Distribusi Ephedrine dapat berakumulasi di hepar, paru, ginjal, limpa dan otak.

Ephedrine dimetabolisme di hepar secara minimal. Metabolit yang dihasilkan berupa


Metabolisme asam benzoate, hippuric acid, norefedrin, dan p-hidroksiefedrin (inaktif).

Ekskresi Ephedrine diekskresikan melalui urin sebanyak 95% dalam 24 jam. Tetapi, ekskresi
efedrin tergantung pada pH urin dikarenakan adanya grup yang terionisasi pada kondisi
asam. Pada kondisi basa, ekskresi urin dapat berkurang hingga 20-30% dosis
Farmakodinamik
ephedrine
Seperti halnya Epinefrin, efedrin bekerja pada reseptor α, β1, β2

Efek pada α1 di perifer adalah dengan jalan Efek kardiovaskuler efedrin menyerupai efek
menghambat aktivasi adenil siklase. Epinefrin tetapi berlangsung kira-kira 10 kali
lebih lama. Tekanan sistolik meningkat juga
Efek β1 berupa takikardi tidak nyata karena terjadi biasanya tekanan diastolic, sehingga tekanan
penekanan pada baroreseptor karena efek nadi membesar. Peningkatan tekanan darah ini
peningkatan TD sebagian disebabkan oleh vasokontriksi, tetapi
terutama oleh stimulasi jantung yang
meningkatkan kekuatan kontraksi jantung dan
Efek efedrin terhadap hemodinamik lebih rendah
curah jantung.
dibanding epinefrin karena efek efedrin pada α1 di vena
lebih dominan dibanding diarteri, sehingga respon
peningkatan TD lebih lemah 250 kali dibanding Efedrin dapat menurunkan renal blood
adrenalin flow (RBF), dan efek metabolik berupa
peningkatan gula darah, namun
Efek efedrin terhadap uterus akan mengurangi aktivitas otot
peningkatan gula darah ini tidak sebesar
uterus, dan pada bronkus akan menyebabkan relaksasi otot
akibat epinefrin
polos bronkus, sehingga dapat dipakai untuk pengobatan
asthma bronchial
Pengawasan Ephedrine

Pengawasan klinis pada penggunaan efedrin


adalah pengawasan terkait tekanan darah,
denyut nadi, dan gejala respirasi. Pada pasien
dengan gangguan ginjal, perlu dilakukan
pengawasan terhadap efek samping

Pada pasien yang menjalani anestesi spinal, apabila


terjadi hipotensi setelah anestesi maka efedrin dapat
dijadikan pilihan tatalaksana.

Adanya tanda-tanda overdosis juga harus diawasi. Tanda


overdosis efedrin antara lain mual-muntah, hipertensi,
demam, palpitasi, depresi napas, kejang, dan gejala psikosis.
Tata laksana berupa suportif dan simtomatik, termasuk di
dalamnya induksi muntah dan bilas lambung. Pada pasien
kejang dapat diberikan diazepam, kompres dingin untuk
demam, dan dexamethasone 1 mg/kgBB bolus pelan
Pseudoephedrine
Indikasi pseudoephedrine

Untuk mengatasi gejala hidung tersumbat pada


kasus flu atau pilek, serta penyakit pernapasan lainnya

Efek Samping
pseudoephedrine

Sakit Kepala
Mual Muntah

Rasa lelah Lemas


Kontraindikasi
pseudoephedrine

Hipertensi, penyakit jantung


iskemik, penyakit vaskular
oklusif, gangguan ginjal
berat, diabetes mellitus,
glaukoma sudut tertutup

Anak-anak kurang dari 12 tahun

Bersamaan atau dalam 14 hari


penggunaan MAOI
Penggunaan
pseudoephedrine

Dapat dikonsumsi Digunakan sesuai anjuran dokter


sebelum dan sesudah dan baca petunjuk yang tertera
makan pada kemasan obat sebelum
menggunakan pseudoepherine.

Jika lupa mengonsumsi


pseudoephedrine, segera
lakukan begitu teringat apabila
jeda dengan jadwal konsumsi Selama mengonsumsi obat ini,
berikutnya belum terlalu dekat. sebaiknya hindari makanan dan
Jika sudah dekat, abaikan dan minuman yang mengandung kafein
angan menggandakan atau karena dapat meningkatkan risiko
menambah dosis munculnya efek samping
pseudoephedrine
Contoh obat merk
dagang
pseudoephedrine

Alco Devosix Edorisan Bronchitin

Neo triaminic Disudrin


Rhinos neo
Dosis
pseudoephedrine

Anak usia
Dewasa
4-5 tahun
Dosis awal: 30–60 mg, tiap 4–6 jam Dosis awal: 15 mg, tiap 4–6 jam
Dosis maksimal: 240 mg per hari Dosis maksimal: 60 mg per hari

Anak
berusia
Anak usia 6-
>12 tahun
12 tahun

Dosis awal: 30 mg, tiap 4–6 jam Dosis awal: 30–60 mg, tiap 4–6 jam
Dosis maksimal: 120 mg per hari Dosis maksimal: 240 mg per hari
Farmakokinetik
pseudoephedrine

Absorpsi Pseudoephedrine mudah dan hampir sepenuhnya diserap dari saluran GI dan tidak ada bukti
metabolism first-pass. Obat ini dala 30 menit dosis oral 60 mg tablet atau larutan oral efek bertahan 8
jam hingga 12 jam setelah 120 mg dosis bentuk rilis yang diperpanjang.

Distribusi Kadar maksimum pseudoephedrine dalam plasma sebesar 206 mg/mL, dicapai dalam waktu 6 jam
setelah pemberian oral. Tampak memasuki cairan serebrospinal dan kemungkinan menembus
plasenta dan masuk dalam ASI

Metabolisme Dekongestan sistemik denagn cepat dimetabolisme oleh monoamine oxidase dan katekol-O-
methyltransferase di gastrointestinal (GI) mukosa, hati, dan jaringan lain. Sepenuhnya
dimetabolisme di hati oleh N-demetilasi menjadi senyawa tidak aktif. Pseudoephedrine
dimetabolisme secara tidak lengkap (kurang dari 1%). Waktu paruh eliminasi pseudoephedrine
adalah 4-6 jam tergantung dari pH urin. Waktu paruh eliminasi akan menurun pada pH urin <6 dan
dapat meningkat pada pH urin >8.

55% hinga 75% dari dosis tunggal pseudoephedrine HCL akan diekskresikan di dalam
Ekskresi urin dalam bentuk utuh, sedangkan sisanya dimetabolisme di dalam hati.
Farmakodinamik
pseudoephedrine

Pseudoephedrine mempunyai aktivitas simpatomimetik langsung dan tidak langsung dan efektif
dekongestan di saluran pernapasan bagian atas. Obat ini adalah streoisomer efedrin dan memiliki aksi
yang sama, tetapi ditemukan memiliki aktivitas pressor yang lebih sedikit dan system saraf pusat yang
lebih sedikit (CNS) efek

Interaksi pseudoephedrine dengan


obat lain

Peningkatan risiko terjadinya kirisis hipertansi dan efek Penurunan efek obat-obatan penurun tekanan
samping yang fatal jika digunakan bersama obat golongan darah, misalnya penghambat beta, antagonis
inhibitor monoamine oksidase (MAOIs), seperti kalsium, atau metildopa
ixocarboxazid, atau seleginil
Peningkatan risiko terjadinya hipertensi,
Efektivitas dan penyerapan obat jika digunakan bersama jika digunakan bersama obat
kaolin dihydroergotamine, ergotamine,
ergonovine, amitriptilin, atau doxepin
Phenylpropanolamine
Indikasi Phenylpropanolamine

Untuk meredakan hidung tersumbat akibat batuk pilek


(common cold), alergi, atau sinusitis.

Efek Samping
Phenylpropanolamine

Sakit Kepala
Mual Muntah

Insomnia Berkeringat
Kontraindikasi
Phenylpropanolamine

Penggunaan phenylpropanolamine bersama dengan


obat indomethacin dan braomocriptine 

meningkatkan tekanan darah, yang dapat berakibat fatal.


Contoh obat merk
dagang
Phenylpropanolamine

Flutamol
Decolgen Dextrosin Alpara Ultraflu
Dosis
Phenylpropanolamine

Dewasa dan
Anak usia
anak >12 tahun
2-12 tahun

Setiap 4 jam, dosis maksimal 150 mg Anak-anak usia 2-6 tahun: 6,25 mg setiap
per hari. 4 jam, dosis maksimal 37,5 mg per hari.

Anak usia 6-
12 tahun

12,5 mg setiap 4 jam, dosis maksimal 75 mg per hari.


Farmakokinetik
Phenylpropanolamine

Absorpsi Pada pemberian oral obat ini cepat dari traktus gastrointestinal, konsentrasi plasma dicapai sekitar 1
sampai 2 jam setelah dosis oral

Metabolisme Phenylpropanolamine dimetabolisme di hati dalam bentuk metabolit aktif hidroxilat.

Ekskresi 80%-90% diekskresi tidak dalam bentuk lain (tidak berubah) di urin dalam waktu 24 jam

Farmakodinamik
Phenylpropanolamine

Efektif bila diberikan secara oral masa kerja panjang, tetapi efek pada perangsangan di SSP kurang.
Phenylpropanolamine bekerja pada reseptor α, β1, dan β2. Efek perifer melalui kerrja langsung dan
melalui pelepasan NE endogen. Efek kardiovaskular sama pada efek epinefrin. Tekanan sistolik
meningkat dan biasanya juga tekanan diastolic juga meningkat.
Anestesi
Pengertian Anestesi
Menurut analisis kata “anestesi” (an = tidak, aestesi = rasa),
maka anestesi merupakan upaya menghilangkan rasa nyeri
atau sakit. Nyeri adalah bentuk pengalaman sensorik dan
emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan
dengan adanya kerusakan jaringan atau akan terjadi
kerusakan jaringan atau suatu keadaan yang menunjukkan
kerusakan jaringan.

Pengaruh Obat Anestesi

Pengaruh obat anestetikum dapat menimbulkan efek ”trias anestesia”, yaitu hipnotik
(tidak sadarkan diri=”mati ingatan”), analgesia (bebas nyeri=”mati rasa”), dan relaksasi
otot rangka (”mati gerak”). Untuk mencapai ketiga target tersebut dapat
mempergunakan satu jenis obat, misal eter, atau dengan memberikan beberapa
kombinasi obat
Tujuan Pemberia Anestesi

Tujuan pemberian anestesi ialah untuk mencapai tekanan parsial yang adekuat dari obat
anestesi tersebut di dalam otak, sehingga didapatkan efek yang diinginkan. Efek ini
bervariasi tergantung dari daya kelarutan dan tekanan parsial obat anestesi tersebut
dalam jaringan, sedangkan daya kelarutan untuk obat anestesi tertentu dianggap
konstan

Berdasarkan klasifikasi dari American Society of


Anesthesiology (ASA), status fisik pasien pra-anestesi
dibagi menjadi:

• ASA I : Pasien sehat yang memerlukan operasi


• ASA II : Pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik
• ASA III : Pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang
baik karena penyakit bedah atau penyakit lain.
• ASA IV : Pasien dengan kelainan sistemik berat dengan berbagai
sebab.
• ASA V : Pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara
langsung mengancam kehidupannya, atau Pasien yang tidak
diharapkan hidup setelah 24 jam baik dioperasi maupun tidak.
 
Obat anestesi Umum

Anestesi inhalasi Anestesi intravena

Anestesi inhalasi Anatestik inhalasi bisa berupa gas atau cairan volatil (mudah menguap). Kelompok obat
ini dapat digunakan untuk induksi dan pemeliharaan anestesia  dan mungkin dapat juga
digunakan setelah induksi dengan anestetik intravena
Karakteristik : N2O merupakan gas yang tidak berwarna tidak mudah terbakar
namun dapat membantu proses kebakaran akibat zat lain.
penggunaan klinis : dalam praktek anestesia, N2O digunakan sebagai obat dasar
dari anestesia umum inhalasi dan selalu dikombinasikan dengan  oksigen dengan
Nitrous oxide (N2O) perbandingan antara n2o :  O2 =  70 : 30 (untuk pasien normal), 60 : 40 (untuk
pasien yang memerlukan perjuangan Oksigen yang lebih banyak) atau 50 : 50
( untuk pasien yang  berisiko tinggi). Oleh karena N2O hanya berhasiat analgesia
lemah,  maka Dalam penggunaannya selalu di  kombinasikan dengan obat lain
yang berkhasiat sesuai dengan target “trias anestesia” yang ingin dicapai.
Halotan Karakteristik : Halotan berbentuk cairan tidak berwarna, berbau Enak, tidak mudah terbakar, dan
tidak mudah meledak meski dicampur dengan oksigen.
Penggunaan klinis :  halotan digunakan terutama sebagai komponen hipnotik dalam pemeliharaan
anestesia umum titik di samping efek hipnotik halotan juga mempunyai efek analgetik ringan dan
relaksasi otot ringan. pada bayi dan anak yang tidak kooperatif,  halo tan digunakan untuk induksi
bersama-sama dengan n2o secara inhalasi.

Karakteristik : Enflurane merupakan anestesi inhalasi yang termasuk turunan eter, berbentuk cair,
Enflurane  tidak berwarna, tidak irritative, berbau agak harum, tidak eksplosif, lebih stabil dibandingkan
halotan, dan induksi lebih cepat dibandingkan dengan  halotan. 
Penggunaan klinis :  Enflurane terutama digunakan sebagai komponen hipnotik dalam
pemeliharaan anestesi umum. di samping efek hipnotik,Enflurane juga mempunyai efek analgetik
ringan dan relaksasi otot ringan
 
Karakteristik :  isoflurane merupakan  halogenasi eter, dikemas dalam bentuk cairan, tidak
isoflurane berwarna, tidak eksplosif. isofluran bersifat iritatif terhadap Jalan napas sehingga pada saat induksi
inhalasi sering menimbulkan batuk dan menahan napas.
Penggunaan klinis : digunakan terutama sebagai komponen hipnotik dalam pemeliharaan anestesi
umum titik di samping efek hipnotik, isoflurane juga mempunyai efek analgetik dan relaksasi otot
ringan. isofluran harus dikombinasikan dengan obat lain untuk mendapatkan efek analgetik dan
relaksasi otot yang optimal.
Karakteristik :  merupakan halogenasi eter yang rumus bangun dan efek klinisnya isofluran. 
Desflurane Desflurane sangat mudah menguap dibandingkan dengan agen Salatin lain. memerlukan alat
penguat khusus.
Penggunaan klinis :  Desflurane digunakan terutama sebagai komponen hipnotik dalam
pemeliharaan anestesi umum. juga memiliki efek analgetik dan relaksasi otot ringan. Desflurane
bersifat iritatif sehingga menimbulkan batuk, sesak nafas, atau bahkan spasme laring sehingga
biasanya tidak digunakan untuk induksi.

Sevoflurane Karakteristik :  merupakan halogenasi eter yang rumus bangun dan efek klinisnya isofluran. 
Desflurane sangat mudah menguap dibandingkan dengan agen Salatin lain. memerlukan alat
penguat khusus.
Penggunaan klinis :  Desflurane digunakan terutama sebagai komponen hipnotik dalam
pemeliharaan anestesi umum. juga memiliki efek analgetik dan relaksasi otot ringan. Desflurane
bersifat iritatif sehingga menimbulkan batuk, sesak nafas, atau bahkan spasme laring sehingga
biasanya tidak digunakan untuk induksi.
Anestesi intravena

Kebanyakan obat anestetik intravena digunakan untuk induksi, tetapi kini anestetik intravena digunakan untuk
pemeliharaan anestesi atau dikombinasi dengan anestesi inhalasi yang lebih kecil dan efek anastetik lebih mudah
menghasilkan potensiasi atau salah satu obat dapat mengurangi efek buruk obat lainnya.

Anastesi intravena ideal adalah :

Cepat menimbulkan efek hipnosis memiliki efek analgesia

menimbulkan  amnesia pasca anestesia  cepat di eliminasi oleh tubuh

 dampak buruknya Mudah dihilangkan oleh antagonisnya  tidak atau sedikit mendepresi fungsi
respirasi dan kardiovaskular
Beberapa jenis obat anestesi intravena yang sering digunakan

Thiopental termasuk dalam golongan barbiturat. tiopental hanya boleh digunakan untuk intravena
Thiopental dengan dosis 3-7 mg/kgBB  dan disuntikkan secara perlahan-lahan (habis dalam 30-60 detik).
Efek samping :  aritmia, depresi miokard, spasme laring, batu, bersin, reaksi hipersensitivitas ruang
reaksi pada tempat penyuntikan;  dosis berlebihan dikaitkan dengan hipotermia dan cenderung
menyebabkan gangguan fungsi  serebral 

Propofol Propofol dikemas dalam cairan emulsi lemak berwarna putih susu. suntikan intravena sering
menyebabkan nyeri sehingga beberapa detik sebelumnya dapat diberikan lidokain 1 mg/kgBB 
secara intravena. kelebihan propofol adalah bekerja lebih cepat daripada tiopental, konfusi pasca
bedah minimal, mual- muntah pasca bedah minimal.
Dosis : induksi :  injeksi intravena 1,5-2,5 mg/kgBB  dengan kecepatan 20-40 Setiap 10 Detik.
Pemeliharaan :  infus intravena 4-12 mg/kgBB/jam Atau injeksi intravena,  25-50  mg diulang
menurut respon.
efek samping :  hipotensi, apnea sementara selama induksi.
catatan :  pada manula dosis harus dikurangi. propofol tidak dianjurkan pada anak < 3 tahun dan
pada  wanita hamil.
sediaan dan contoh merek dagang :  Ampul 1% DIPRIVAN, FERSOFOL MCT/LCT 1%
PROANES 1% MCT/LCT, RECOFOL, SAFOL, TRIVAM.
ketamine ketamini memiliki sifat analgesik,dan kataleptik dengan kerja singkat.katamine kurang disukai
untuk induksi anestesia,karena sering menimbulkan takikardi ,hipertensi ,hipersalitasi,nyeri pada
kepala,pasca anetasia dapat menimbulkan mual-muntahpandangan kabur dan mimpi kalau
ketamine harus di berikan ,ebainya sebelumnya diberikan sedasi midazolam atau diazepam dengan
dosis 0,1 mg/kg bb intravena dan untuk mengurangi salivasi diberikan atropin sulfat 0,01mg
dosis;bolus untuk induksi intravena adalah 1-2mg/kgBB KONTRAINDIKASI ; hipersentivitas,
hipertensi. Sediaan : vial 100mg /ml : aneject, ivanes, katalar 

Opioid[morphine,pethidine,fentanyl,sufentani]Untuk induksi diberikan dosis tinggi.


Opioid fentanyel Merupakan Oppo Youth yang lebih banyak digunakan dibanding morfin karena
menimbulkan efek analgesia Anastasia yang lebih kuat dengan efek depresi nafas yang lebih
ringan.
Opioid tidak mengganggu kardiovaskular sehingga banyak digunakan untuk induksi pasien dengan
kelainan jantung.
Untuk anesthesia opioid digunakan fentanyl dosis induksi 20-50 mg/kgBB
sediaanCairan injeksi 0.05 mg/ml : Fentanyl
Obat medika pra anastetik

obat-obat yang dapat diberikan sebagai medikasi pra anastetik


Premedikasi adalah pemberian obat 1-2 jam • Analgesik narkotik.  digunakan untuk mengurangi cemas dan
sebelum induksi Anastasia dengan tujuan untuk ketegangan pasien menghadapi pembedahan, mengurangi nyeri,
melancarkan induksi, kematian dan bangun dari dan membantu agar anestesia berlangsung baik. contoh obat 
anestesi, diantaranya: analgesik narkotik: pethidine,  morphine, fentanyl.
• Meredakan cemas dan ketakutan • Sedatif barbiturat.  digunakan untuk menimbulkan sedasi titik
•  memperlancar induksi anesthesia contoh obat sedatif barbiturat:  pentobarbital,  Sekobarbital.
•  mengurangi sekresi kelenjar ludah dan • Benzodiazepin.  digunakan untuk menimbulkan sedasi,
bronkus  menimbulkan Amnesia retrograde,  dan mengurangi rasa cemas.
•  meminimalkan jumlah obat anestetik Biasa, obat ini  tidak menambah depresi nafas akibat opioid. 
•  mengurangi mual muntah pasca bedah contoh obat Benzodiazepin yang digunakan:  diazepam,
•  menciptakan Amnesia lorazepam, midazolam.
•  mengurangi isi cairan lambung •  antikolinergik.  diberikan untuk mengurangi hipersekresi
•  mengurangi refleks yang membahayakan kelenjar ludahdan bronkus yang ditimbulkan oleh obat anestesi
  inhalasi. contoh obat antikolinergik  yang digunakan: atropin
•  obat untuk mengurangi mual muntah.  mual-muntah bertujuan
untuk anestetik pada masa induksi maupun pemulihan titik
misalnya ondansetron, droperidol.
•  antagonis reseptor histamin-2.  untuk mengurangi asam
lambung: misalnya 1-2 jam sebelum operasi.
 
obat pelumpuh otot

   pelumpuh otot yang digunakan dalam anestesi dikenal juga sebagai obat penghambat
neuromuskular. dengan blokade spesifik taut neuromuskular  (neuromuscular
Junction),pelumpuh otot memungkinkan anesthesia yang ringan memberikan relaksasi otot
abdomen dan diafragma yang memadai. pelemas otot juga melemaskan pita suara dan
memudahkan lewatnya pipa trakea

pelumpuh otot pelumpuh otot


depolarisasi non depolarisasi
pelumpuh otot
depolarisasi

 prinsip kerja titik-titik pelumpuh otot depolarisasi bekerja seperti asetilkolin namun di celah saraf otot
tidak dirusak oleh kolinesterase sehingga cukup lama berada di sinaptik dan menyebabkan  yang
ditandai oleh fasikulasi lalu kemudian disusul oleh relaksasi otot lurik
 penggunaan klinik pelumpuh otot depolarisasi :
• Untuk fasilitas intubasi endotrakea
•  relaksasi otot pada reposisi fraktur tertutup atau dislokasi sendi
•  menghilang spasme laring
•  relaksasi lapangan operasi terutama pada operasi yang berlangsung singkat

Suksinilkolin 
Merupakan obat pelumpuh otot depolarisasi yang masa kerjanya singkat. mulai kerjanya 1-2 menit setelah
pemberian intravena,  dan berlangsung selama 3-5 menit, selanjutnya tonus otot akan berangsur-angsur
pulih seperti semula.
dosis suksinilkolin untuk intubasi: 1-1,5 mg/kgBB  diberikan secara intravena.
pelumpuh otot
non depolarisasi

 prinsip kerja :  depolarisasi berikatan dengan  reseptor nikotinik kolinergik tetapi tidak menyebabkan
depolarisasi. belum pelumpuh otot non polar repolarisasi menghalangi  asetilkolin berikatan dengan
reseptor Nya sehingga Asetilkolin tidak dapat bekerja 
Penggunaan klinik pelumpuh otot non depolarisasi:
•   fasilitas intubasi endotrakea
•  membuat relaksasi lapangan operasi
•  menghilangkan spasme laring dan reflek jalan nafas
•  memudahkan nafas kendali
•  mencegah  fasikulasi Otot akibat  suksinilkoli
beberapa jenis pelumpuh otot non depolarisasi

Atracurium atracurium merupakan pelemas otot dengan lama kerja menengah 20 sampai 45
besylate menit. atracurium mengalami metabolisme non enzimatik yang tidak bergantung pada
fungsi hati dan ginjal, sehingga dapat digunakan pada pasien dengan gangguan hati
atau ginjal.
efek kardiovaskular akibat penggunaan atracurium jarang terjadi kecuali bila dosis
melebihi 0,5 MG per kg BB.atracurium dapat meningkatkan pelepasan histamin.
atracurium sebaiknya dihindari pada pasien dengan asma karena dapat menyebabkan
bronkospasme berat. pemulihan fungsi saraf otot dapat terjadi secara spontan sesudah
masa kerja nya berakhir, atau apabila diperlukan bisa diberikan obat antikolinergik.
 sediaan: ampul 10 mg per ml: notrixum tramus; ampul 25 mg per 2,5 mili:   tracrium

pancuronium bromide pancuronium memiliki masa kerja berkisar antara 30 sampai 60 menit. Pancuran
mempunyai efek kumulasi pada pemberian berulang, Oleh karena itu pemberian dosis
ulangan harus dikurangi Mi dan waktu antar pemberian harus diperpanjang. tidak
menyebabkan efek pelepasan histamin, namun efek inotropik dan kronotropik positif
dapat menyebabkan takikardi dan hipertensi Pancuran mengalami metabolism di
hepar dan diekskresikan sebagian besar di ginjal. efek samping: hipertensi dan
takikardi yang disebabkan oleh blokade Pagal dan stimulasi simpatis, dapat
menyebabkan aritmia. sediaan: ampul 2 mg per ML atau pakulon
vecuronium bromide memiliki lama kerja menengah Yaitu 25 sampai 45 menit.
obat ini biasanya tidak menyebabkan pelepasan histamin dan
efek kardiovaskular titik dimetabolisme di hepar titik
deskripsi di saluran empedu dan Renald titik aman
digunakan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal.
sediaan dan merek dagang: ampul 4 MG per mili;  

rocuronium bromide rocuronium adalah pelemas otot kompetitif yang memiliki


mula kerja paling cepat, 8 akan bereaksi dalam 2 menit.
rocuronium adalah pelemas otot amino steroid dengan lama
kerja menengah titik dilaporkan memiliki efek
kardiovaskular yang minimal; pada dosis tinggi
menimbulkan efek vagolitik yang ringan. rocuronium
sebagian besar dieliminasi di hati dan sebagian kecil di
ginjal. sediaan:  vial  50 mg per 5 mili noveron; ampul 50
mg per 5 mili roculax
 obat anestetik lokal

Anestetik lokal bekerja dengan cara menyebabkan blokade yang reversible atas produktif
sepanjang serat saraf. obat-obat yang dipakai berbeda dalam hal potensi, toksisitas, lama
kerja, stabilitas, kelarutan dalam air, dan kemampuannya menembus membran mukosa.
 anestetik lokal yang ideal:
• Paten dan bersifat sementara
•  tidak menimbulkan reaksi lokal sistemik atau alergi
•  mula  kerja cepat dengan durasi panjang
•  stabil , dapat disterilkan.
•  harga  terjangkau

 teknik pemberian anestetik lokal


2. anestesi infiltrasi: tujuan Teknik ini adalah untuk menimbulkan
1. Anesthesia permukaan: pemberian krim  anesthesia ujung saraf melalui kontak langsung dengan obat.
emla ke permukaan kulit sehat sebelum infiltrasi yang sering digunakan yaitu blokade melingkar. dengan
dilakukan prosedur.  dapat berefek sampai cara itu, obat di suntikan subkutan mengelilingi daerah yang akan
kedalaman 5 mm. dioperasi campuran obat anastesi dengan epinefrin tidak dianjurkan
   pada blokade lingkar untuk anastesia jari atau penis agar tidak
terjadi iskemia setempat.
3.  anestesi Regional. 2 terbagi atas blok sentral meliputi blok
spinal, epidural, dan kausal dan blok perifer, misalnya blok plexus
brachialis,, analgesia regional intravena, dan lain-lain. harinya 
Obat Antiinflmasi Mata
Pengertian dan Kegunaan Anti-inflamasi Mata

Antiinflamasi atau antiradang adalah sifat yang mengurangi radang. Obat


antiinflamasi merupakan golongan obat yang banyak digunakan untuk meredakan
nyeri, mengurangi peradangan, serta menurunkan suhu tinggi. Jadi, obat anti-
inflamasi mata merupakan obat yang digunakan untuk meredakan nyeri dan
mengurangi peradangan yang terjadi pada mata yang disebabkan oleh alergi

Jenis-Jenis Obat Anti-Inflamasi Mata

Alerson

Kandungan obat: Betamethasone Na phosphate Kontra indikasi: betamethasone dikontarindikasikan


pada keadaan-keadaan berikut, yaitu: hipersensitifitas
Indikasi: Alergi akut dan kronik dengan inflamsi.
pada kortikosteroid lainnya dan bahan campuran. Lesi
Dosis: Awal 1-2 tetes/hari pada pagi dan tiap 2 jam pada sore hari. kulit oleh virus, bakteri, jamur, dan infeksi parasit.
Kurangi dosis hingga 1 tetes tiap 4 jam dan selanjutnya 1 tetes 3-4 Tidak boleh diberikan pada lesi kulit akibat reaksi
kali/hari. vaksin, biasanya vaksin tuberkulosis.
Botol: 5 mL tetes 1 mg/mL.
Lanjutan…
Farmakodinamik: Betamhetason topikal mengurangi inflamasi dangan cara menstabilisasi membran liposomal
leukosit, mencegah pelepasan asam hidrolase dari leukosit, menghambat akumulasi makrofag pada area yang radang,
mengurangi adhesi leukosit pada endotel kapiler, mengurnagi permeabilitas dinding kapiler dna edema, menurunkan
komponen komplemen, antagonis terhadap aktivitas histamin dna pelepasan kinin dari substrat, dan mengurangi
poliferasi fibroblas, deposisi kolagen, dan pemebntukan jaringan pelarut

Farmakokinetik: Betamethasone dimetabolisme di dalam hepar. Dalam bentuk steroid adrenokortikal aktif,
sintetik kortikosteroid akan diubah menjadi ikatan ganda di posisi 4,5 dan membentuk kelompok keton pada C3.
Penambahan atom oksigen dan hidrogen aoleh proses konjugasi akan mengubah kortikostreoid menjadi larut air,
betamethasone memiliki waktu paruh sekiar 5 hingga 6 jam. Betamethasone yang telah melalui proses enzimatik
di dalam hepar akan diubah dalam bentuk larut air sehingga dapat dibuang melalui urin dan sekresi empedu.

Peringatan: Topikal kortikosteroid yang digunakan jangka panjang akan diabsorpsi secara sistemik akan
menyebabkan supresi hipotalamik-pituitari-adrenal axis. Hal tersebut dapat menyebakan sindroma seperti
hiperglikemia dan glikosuria.

Efek Samping: Efek smaping lokal yaitu, kulit menjadi kering, kulit menjadi lebh tipis, hipertrikosis, gangguan
pigmen kulit, proses penyembuhan luka menjadi lebih lama, eksaserbasi infeksi kulit, terutama jamur.
Beprosone

Golongan: Kortikosteroid topikal Kandungan Obat: Betamethesone diporprionate


Indikasi: Terapi manifestasi inflamasi dan pruritus dari psoriasis resisten
atau berat dan dematitis lain yang responsif terhadap kortikosteroid
Dosis: Krim dan salep: oleskan selapis tipis untuk menutupi area yang terinfeks, 1 atau 2 kali/hari, pagi dan
malam. Lar topikal cuci dan keirngkan are ayang saki. Gunakan pada area yang sakit dan gosokkan 2 kali/hari.
Terapi harus dilanjutkan selama >4 minngu. Terapi tidak boleh dilanjutkan lebih dari 4 minggu tanpa dilakukan
evaluasi ulang terhadap pasien.
Farmakodinamik: Betamhetason topikal mengurangi inflamasi dangan cara menstabilisasi membran liposomal leukosit,
mencegah pelepasan asam hidrolase dari leukosit, menghambat akumulasi makrofag pada area yang radang, mengurangi
adhesi leukosit pada endotel kapiler, mengurnagi permeabilitas dinding kapiler dna edema, menurunkan komponen
komplemen, antagonis terhadap aktivitas histamin dna pelepasan kinin dari substrat, dan mengurangi poliferasi fibroblas,
deposisi kolagen, dan pemebntukan jaringan pelarut.

Farmakokinetik: Betamethasone dimetabolisme di dalam hepar. Dalam bentuk steroid adrenokortikal aktif, sintetik
kortikosteroid akan diubah menjadi ikatan ganda di posisi 4,5 dan membentuk kelompok keton pada C3. Penambahan
atom oksigen dan hidrogen aoleh proses konjugasi akan mengubah kortikostreoid menjadi larut air, betamethasone
memiliki waktu paruh sekiar 5 hingga 6 jam. Betamethasone yang telah melalui proses enzimatik di dalam hepar akan
diubah dalam bentuk larut air sehingga dapat dibuang melalui urin dan sekresi empedu.
Lanjutan…
Kontra indikasi: betamethasone dikontarindikasikan pada keadaan-keadaan berikut, yaitu: hipersensitifitas
pada kortikosteroid lainnya dan bahan campuran. Lesi kulit oleh virus, bakteri, jamur, dan infeksi parasit.
Tidak boleh diberikan pada lesi kulit akibat reaksi vaksin, biasanya vaksin tuberkulosis.

Peringatan: Topikal kortikosteroid yang digunakan jangka panjang akan diabsorpsi secara sistemik akan
menyebabkan supresi hipotalamik-pituitari-adrenal axis. Hal tersebut dapat menyebakan sindroma seperti
hiperglikemia dan glikosuria.

Efek Samping: Efek smaping lokal yaitu, kulit menjadi kering, kulit menjadi lebh tipis, hipertrikosis,
gangguan pigmen kulit, proses penyembuhan luka menjadi lebih lama, eksaserbasi infeksi kulit, terutama
jamur.
Efek samping sistemik yaitu, supresi HPA Axis, hiperglikemik dan biabetes melitus, gangguan pada
mineralkortikotiroid (hipokalsemia dan edema), dan glaukoma.
Betam-Opthal

Golongan: Kortikosteroid topikal Kandungan Obat: Betametason dihidrogen fosfat dinatrium 1 mg/mL.
Indikasi: Alergi kronik dan akut berat, inflamasi pada mata dan adneksanya yang
respondif terhadap steroid.
Dosis: Dosis awal, teteskan 1-2 tetes pada mata yang sakit setiap jam pada siang haridan setiap 2 jam pada malam hari,
bila ada perbaikan, dosis diturunkan menjadi 1 tetes setiap 4 jam, selanjutnya sehari 3-4 kali satu tetes.

Farmakodinamik: Betamhetason topikal mengurangi inflamasi dangan cara menstabilisasi membran liposomal
leukosit, mencegah pelepasan asam hidrolase dari leukosit, menghambat akumulasi makrofag pada area yang
radang, mengurangi adhesi leukosit pada endotel kapiler, mengurnagi permeabilitas dinding kapiler dna edema,
menurunkan komponen komplemen, antagonis terhadap aktivitas histamin dna pelepasan kinin dari substrat,
dan mengurangi poliferasi fibroblas, deposisi kolagen, dan pemebntukan jaringan pelarut.

Farmakokinetik: Betamethasone dimetabolisme di dalam hepar. Dalam bentuk steroid adrenokortikal aktif,
sintetik kortikosteroid akan diubah menjadi ikatan ganda di posisi 4,5 dan membentuk kelompok keton pada
C3. Penambahan atom oksigen dan hidrogen aoleh proses konjugasi akan mengubah kortikostreoid menjadi
larut air, betamethasone memiliki waktu paruh sekiar 5 hingga 6 jam. Betamethasone yang telah melalui proses
enzimatik di dalam hepar akan diubah dalam bentuk larut air sehingga dapat dibuang melalui urin dan sekresi
empedu
Lanjutan…

Kontra indikasi: Hipersensitif, kondisi-kondisi bakteri, virus, jamur, tuberkulosa atau purulen pada
mata, glaukoma atau herpetik kreatitis.

Efek Samping: Reaksi hipersensitif, penggunaan steroid topikal dapat menaikkan tekanan intra okuler
sampai pada kerusakan syaraf mata, pengelihatan kabur dan lapang pandang pengelihatan terganggu,
penggunaan jangka panjang, steroid topikal dapat menyebabkan pembentukan katarak subkapar
posterior.
Bufalam Emulgel

Kandungan: Diklofenak dietilamun 11,6 mg setara dengan Indikasi: Inflamasi trauma pada tendon, ligamen, otot dan
10 mg diclofenac sodium/ g emulgel. persendian yang disebabkan oleh salah urat, terkilir, dan
memar. Reumatik jaringan lunak yang terlokalisir seperti
Farmakodinamik: Mekanisme utama yang bertanggung tendovagintis, bursitis, shoulder hand syndrome dan
jawab atas tindakan anti-inflamasi dianggap sebagai periartropati. Penyakit reumatik yang terlokalisir, seperti
pengahmabatan sistem prostaglanding-endoperoxide osteo-artrosis pada sendi-sendi perifer dan kolumna
synthase 2 (PGES-2) yang diekspresika secara sementara vertebrata.
juga dikenal juga sebagai cycloxygenase-2 (COX-2) Dosis: Oleskan sesuai kebutuhan pada kulit yang sakit sehari
menunjukkan aktivitas bakteriostatik dengan menghambat 3-4 kali dan gosokkan secara perlahan sejumlah krim yang
sistesis DNA bakteri. Mekanisme kerja diklofenak diperlukan tergantung dari luasnya tempat yang nyeri.
menunjukkan bahwa aksinya sama seperti semua NSAID Setelah pemberian tangan haruslah dicuci. Dianjurkan untuk
dengan meghambat sistesis prostaglandin. Diklofenka juga menilai ulang pengobatan setelah 2 minggu. Tidak
menghambat jalur lipooksigenase sehingga mengurangi dianjurkan untuk anak-anak.
pembentukan leukotrien.
Farmakokinetik: Tindakan dari suatu dosis tunggal jauh lebih lama (6-8 jam) dari waktup aruh
obat yang sangat pendek 1,2-2 jam. Ini bisa jadi sebagian karena bertahan selama lebih dari 11
jam dalam cairan sinovial.

Kontra indikasi: Hipersensitifitas terhadap diklofenak, asam salisilat, dan obat AINS lainnya,
demikian juga terhadap isopropanol atau propilenglikol. Bufaflam emulgel juga
dikontraindikasikan pada pasien dengan serangan asma, urtikaria atau rhinitis aku yang
dicetuskan oleh asam asetilsalisilat atau obat-obatan anti inflamasi non-steroid lainnya.

Efek samping: Gatal dan kemerahan pada kulit, ruam pustular. Gangguan sistem kekebalan
tubuh: hipersensitivitas, oedema angioneurotik. Gangguan pernapasan, toraks dan mediastinum:
asma. Gangguan kulit dan jaringan subkutan: ruam, eksim, eritema, dermatitis.
Crom-opthal

Kandungan obat : Kromolin natrium 20 mg/ml.


Indikasi : Konjungtivitis alergi akut dan kronik, termasuk hay fever dan keratokonjungtivitas musiman.
Kontra indikasi : Hipersensitif.
Peringatan : Selama pengobatan jangan menggunakan lensa konta; keamanan dan efektivitas pada anak<4 thn
belum dapat ditentukan, hati-hati pada wanita hamil dan menyusui, gangguan ginjal dan hati.
Efek samping : Rasa perih dan terbakar sementara, pruritus, eritema dan kemosis.
Dosis : Ttskan 1 atau 2 tts pada mata yang sakit sampai sehari 4x.
Botol plastik tetes 5 ml.
Farmakokinetik : Crom-Opthal merupakan tetes mata yang mengandung natrium kromolin yang berfungsi
sebagai mengurangi kemerahan pada mata, mengobati peradangan pada konjungtiva. Natrium kromolin
bekerja dengan cara menstabilkan sel mast yang melepaskan histamin dan mediator alergi yang lain.
Farmakodinamik : Cara kerja natrium kromoglikat dan nedokromil belum sepenuhnya dapat dipahami. Tapi,
obat ini mungkin bermanfaat pada pasien asma dengan dasar alergi, walaupun pada prakteknya sulit untuk
menduga siapa yang akan mendapat manfaat. Untuk itu, mungkin dapat dicoba pemberian selama waktu 4-6
minggu untuk memulai respon terhadap obat. Frekuensi pemberian tergantung dari respons pasien namun
biasanya 3-4 kali sehari pada awalnya, selanjutnya dapat diturunkan.
Difelin

Kandungan obat : Natrium diklofenak 50 mg.


Indikasi : Pengobatan akut dan kronis gejala-gejala reumatoid artristik, osteoartristis dan ankilosing
spondilitas.
Kontra indikasi : Penderita yang hipersensitif terhadap diklofenak atau yang menderita asma, urtikaria, atau
alergi pada pemberian aspirin atau NSAID lain; penderita tukak lambung.
Peringatan : Hati-hati penggunaan pada penderita dekompensasi jantung atau hipertensi, karena diklofenak
dapat menyebabkan retensi cairan edema; hati-hati penggunaan pada penderita gangguan fungsi ginjal, jantung,
hati, penderita usia lanjut, dan penderita dengan luka atau pendarahan pada saluran pencernaan; hati-hati
penggunaan selama kehamilan trimestr akhir karena dapat menghambat kontraksi uterus dan menunda partus;
pada wanita yang sedang menyusui, agar dipertimbangkan adanya efek samping meskipun jumlah yang
terekskresi dalam air susu kecil. Pada anak-anak efektivitas dan keamanannya belum diketahui dengan pasti.
Efek samping : Efek samping yang umum terjadi seperti nyeri/kram perut, sakit kepala, retensi cairan, diare,
nausea, kontsipasi, flatulen, kelainan pada hasil uji hati, indigesti, tukak lambung, pusing, ruam pruritis, dan
tinitus; peninggian enzim-enzim aminotransferase (SGOT, SGPT) hepatitis; dalam kasus terbatas gangguan
hematologi (trombositopenia, leukopenia, anemia, agranulositosis)
Flamar

Kandungan obat : Natrium diklofenak 1 mg/ml


Indikasi : Pengobatan inflamasi setelah operasi katarak
Kontra indikasi : Hipersensitif, penderita pemakai lensa kontal, penderita asma, urtikaria, rinitis akut
Efek samping : Rasa perih dan panas, kenaikan tekanan intraokuler; kadang terjadi mual, muntah, jarang
terjadi gatal, mata merah, keratitis, punctata, medriasis, penglihatan kabur sementara.
Dosis : Dws: sehari 3x 1 tetes segera setelah operasi, kemudian sehari 3-5x 1 tetes jika diperlukan,
penggunaan pada anak belum diketahui.
Botol plastik tetes 5 mL
Farmakokinetik : Natrium diklofenak mengikatkan diri dan berkelat pada kedua isoform dari enzim
siklooksigenase 1 (COX-1) dan 2 (COX-2). Hal ini akan menghalangi konversi asam arakidonat menjadi
prostaglandin. Inhibisi natrium diklofenak terhadap COX-2 akan meredakan rasa nyeri dan inflamasi, dan
inhibisi obat terhadap COX-1, dapat menimbulkan efek buruk terhadap gastrointestinal. Natrium
diklofenak dapat lebih aktif terhadap COX-2, daripada beberapa obat lain golongan antiinflamasi
nonsteroid yang mengandung asam karboksilat.
Lanjutan…

Farmakodinamik : Farmakokinetik obat natrium diklofenak diabsorpsi baik setelah konsumsi per oral. Obat selanjutnya
akan mengikuti siklus enterohepatik, berakhir di urine dan feses.
Absorpsi : Penyerapan natrium diklofenak adalah 100% setelah konsumsi per oral, dan konsentrasi puncak obat tercapai
dalam waktu 2 jam. Makanan tidak memengaruhi proses absorpsi obat. Meski demikian, makanan dapat memperlambat
absorpsi obat, yaitu sekitar 1‒4,5 jam, dan juga terjadi penurunan kadar puncak obat dalam plasma darah, yaitu sekitar
30%. Obat sediaan lepas lambat dan salut selaput memerlukan waktu sekitar 2‒5 jam untuk mencapai konsentrasi
puncak. [1-3,10]
Distribusi: Sekitar lebih dari 99% obat natrium diklofenak ini terikat pada protein serum, terutama albumin. Volume
distribusi obat adalah 1,4 L/kg. Distribusi obat yang masuk ke dalam cairan sinovial adalah dengan cara berdifusi, dan
dapat dideteksi dua jam setelah obat masuk ke dalam tubuh. Namun, konsentrasi obat tersebut lebih rendah daripada
konsentrasinya dalam plasma darah. [11]
Metabolisme: Natrium diklofenak dimetabolisme di hepar menjadi beberapa metabolit, dengan metabolit utamanya
adalah 4-hydroxydiclofenac. Obat dan metabolitnya akan menjalani proses glukuronidasi dan sulfasi, kemudian
disalurkan ke cairan empedu.[4,11]
Eliminasi: Waktu paruh terminal obat dalam bentuk tidak berubah adalah sekitar 2 jam. Sekitar 65% dari dosis obat yang
masuk ke dalam tubuh diekskresikan ke urine dan sekitar 35% ke feses melalui sistem bilier.
Systane

Kandungan obat : polietilen glikol 400 0,04%; propilen glikol 0,3%


Indikasi : Untuk meredakan gejala iritasi dan rasa terbakar yang sementara akibat kekeringan pada mata
Dosis : Teteskan 1 atau 2 tetes pada mata sesuai kebutuhan
Botol Dus, 1 botol tetes mata 15 mL.
Farmakokinetik : Asetilsistein dimetabolisme hati secara ekstensif, CYP450 minimal, ekskresi urin 22-30%
dengan waktu paruh 5,6 jam pada orang dewasa dan 11 jam pada neonatus.
Farmakodinamik : Acetylcysteine ​berfungsi sebagai prodrug untuk L-cysteine.
L-sistein adalah prekursor glutathione antioksidan biologis. Oleh karena itu, pemberian asetilsistein mengisi
kembali simpanan glutathione . [45]
Glutathione, bersama dengan glutathione teroksidasi (GSSG) dan S -nitrosoglutathione (GSNO), telah ditemukan
untuk mengikat ke situs pengenalan glutamat dari reseptor NMDA dan AMPA (melalui gugus γ-glutamyl mereka),
dan mungkin merupakan neuromodulator endogen . [46] [47] Pada konsentrasi milimolar , mereka juga dapat
memodulasi keadaan redoks kompleks reseptor NMDA.
 
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai