Anda di halaman 1dari 24

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMIPADAT DAN CAIR

“TERJEMAHAN – REVIEW ON: AN OINTMENT


BY SHELKE USHA Y.*, MAHAJAN ASHISH A.”

DOSEN PENGAMPU:
FERY INDRADEWI ARMADANY, S.Farm., M.Si., Apt.

DISUSUN OLEH
ANGGOTA KELOMPOK:
NUR ALAN UBAID (O1A1 19 107)
NUR FADHILAH (O1A1 19 108)
SAKINAH ALFADILLAH (O1A1 19 124)
CITRA PEBRIYANTI (O1A1 19 148)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
Review: Sediaan Salep

Shelke Usha Y.*, Mahajan Ashish A.

Kata Kunci: basis salep, formulasi, uji mikroba, evaluasi

ABSTRAK
Salep adalah sistem semipadat yang biasanya digunakan sebagai bahan viskoelastik saat
tegangan geser diaplikasikan. Salep umumnya mengandung obat-obatan dan dimaksudkan untuk
diaplikasikan secara eksternal ke tubuh atau selaput lendir. Banyak obat dimaksudkan untuk
aplikasi topikal, pada kulit atau kulit yang rusak atau selaput lendir, telah disajikan dalam bentuk
konsistensi semipadat dalam berbagi varian seperti salep, krim, salves, pasta dll yang utamanya
digunakan sebagai pelindung atau emolien pada kulit. Langkah awal menuju tujuan ini adalah
penyaringan tanaman yang digunakan dalam pengobatan populer. Seiring dengan bentuk sediaan
lainnya, obat herbal juga diformulasikan dalam bentuk salep.

PENDAHULUAN
Salep adalah sistem semipadat yang biasanya digunakan sebagai bahan viskoelastik saat
tegangan geser diaplikasikan. Salep umumnya mengandung obat-obatan dan dimaksudkan untuk
diaplikasikan secara eksternal ke tubuh atau selaput lendir. Salep non-obat yang biasa disebut
sebagai basis salep dimaksudkan untuk persiapan salep obat atau digunakan untuk efek emolien
atau pelumas. Dalam praktik peresepan, berbagai istilah lain juga digunakan untuk emolien yang
digunakan untuk menyebut berbagi varian yaitu krim, pasta, cerate[1],[2].

Banyak obat-obatan yang dimaksudkan untuk aplikasi topikal, pada kulit yang utuh atau kulit
yang rusak atau selaput lendir, telah disajikan dalam bentuk konsistensi semipadat yang
bermacam-macam seperti salep, krim, salep, pasta serta lainnya dan terutama digunakan sebagai
pelindung atau emolien untuk kulit. Salep juga berfungsi untuk pelindung atau pelumas tetapi
juga membawa obat-obatan ke dalam aliran darah. Oleh karena itu, salep dikenal sebagai:
a) Epidermik – dimaksudkan untuk bekerja lokal pada epidermis.
b) Endodermik – dimaksudkan untuk bekerja pada lapisan jaringan kulit hingga ke dalam.
c) Diadermik – dimaksudkan untuk menembus dalam dan melepaskan obat dalam cairan
tubuh (sirkulasi sistemik)[20].

Semua salep terdiri dari bahan basis yang bertindak sebagai pembawa obat. Sifat basis ini juga
yang mengontrol kinerja salep. Oleh karena itu pemilihan basis salep merupakan aspek yang
sangat penting dari pembuatan formulasinya. Untuk pemahaman ilmiah tentang absorpsi
perkutan dari basis salep, penting untuk mengetahui struktur kulit dalam kaitannya dengan
absorpsi obat[14].

Obat herbal juga diformulasikan dalam bentuk salep. Basis salep disiapkan dan diformulasikan
dengan memasukkan bahan aktif ke dalam basis salep dengan perbandingan paling efektif
dengan triturasi. Setelah formulasi selesai, kualitas salep dinilai dari segi iritasi, daya sebar,
difusi dan stabilitas. Obat tradisional merupakan sumber penting senyawa baru yang berpotensi
akan berguna untuk pengembangan agen kemoterapi. Langkah pertama menuju tujuan ini adalah
penyaringan tanaman yang digunakan dalam pengobatan populer. Seiring dengan bentuk sediaan
lainnya, obat herbal juga diformulasikan dalam bentuk salep. Salep adalah sediaan semipadat
kental yang digunakan secara topikal pada berbagai permukaan tubuh. Hal ini termasuk kulit dan
selaput lendir pada mata, vagina, anus, dan hidung. Salep bisa jadi merupakan sebuah obat, bisa
jadi juga tidak. Salep obat mengandung obat yang dilarutkan, disuspensikan atau diemulsikan
pada basisnya. Salep digunakan secara topikal untuk beberapa tujuan, misalnya sebagai
protestan, antiseptik, emolien, antipruritus, keratolitik dan astringen[4],[7].

Karakteristik salep yang ideal


1. Harus stabil secara fisik dan kimia.
2. Basis salep tidak boleh memiliki tindakan terapeutik.
3. Dalam basis salep, bahan aktif yang dihaluskan harus didistribusikan secara merata.
4. Salep harus lembut dan bebas dari butiran-butiran partikel[10].
Kelebihan salep
1. Salep menyediakan sarana aplikasi obat yang lokasinya spesifik yaitu pada area yang
terkena dan yang paparan obat tidak diperlukan, sehingga menghindari efek samping.
2. Salep menghindari metabolisme lintas pertama obat.
3. Nyaman untuk pasien tidak sadar yang mengalami kesulitan dalam pemberian oral.
4. Secara komparatif, salep secara kimiawi lebih stabil dan mudah ditangani daripada
bentuk sediaan cair.
5. Merupakan bentuk sediaan yang cocok untuk obat rasa pahit[6].

Kekurangan salep
1. Preparat semipadat berminyak ini menimbulkan noda dan secara kosmetik kurang estetis.
2. Aplikasi dengan ujung jari dapat mencemari formulasi atau menyebabkan iritasi saat
diaplikasikan.
3. Dibandingkan dengan bentuk sediaan padat, sediaan semipadat lebih sulit untuk
ditangani.
4. Meskipun semipadat memungkinkan lebih banyak fleksibilitas dalam dosis, akurasi dosis
ditentukan oleh keseragaman kuantitas yang akan diaplikasikan.
5. Secara fisiko-kimiawi, salep kurang stabil dibandingkan bentuk sediaan padat[6].

Basis salep
Basis salep bersifat anhidrat dan umumnya mengandung obat satu atau lebih dalam suspensi atau
larutan atau dispersi[3],[5].

Kelebihan basis salep


 Dapat dicuci dan tidak berminyak jika diformulasikan minyak dalam air (o/w).
 Kompatibilitas.
 Tidak tengik atau mendukung pertumbuhan mikroba.
 Tidak menyebabkan iritasi.
 Melekat dengan baik pada kulit.
 Mudah dicuci.
 Tingkat insiden sensitisasi rendah.
 Memiliki indeks iritasi yang rendah pada penyimpanan.
 Mudah digabungkan dan tetap stabil pada penyimpanan.
 Ekonomis dan mudah dibawa.
 Memiliki kualitas penyimpaan yang baik.

Kekurangan basis salep


 Dapat kehilangan air jika diformulasikan o/w.
 Berminyak dan tidak dapat dicuci jika diformulasikan air dalam minyak (w/o).
 Kecuali pengawet ditambahkan, basis emulsi dapat ditumbuhi jamur, kadang-kadang
mengalami perubahan warna secara bertahap dengan obat-obatan tertentu.
 Kecuali asetil alkohol ditambahkan, larutan berair dapat ditambahkan hanya sampai
tingkat 5%[6].

Basis salep hampir selalu anhidrat dan umumnya mengandung satu atau lebih obat dalam
suspensi atau larutan atau dispersi[3],[5].

Karakteristik
a. Tidak larut dalam air.
b. Tidak bisa dicuci dengan air.
c. Mengandung air (terbatas).
d. Emolien.
e. Oklusif.
f. Berminyak.
Contoh: Lanolin dan cold cream; obat yang larut dalam air: Gentamisin sulfat.

Karakteristik
a. Tidak mudah dihilangkan dari kulit dengan pencucian air.
b. Memungkinkan untuk memiliki beberapa kekuatan penetrasi ke lapisan terdalam kulit.
c. Digunakan untuk salep “endodermik”.

Kegunaan:
a. Sebagai emolien tetapi tidak memberikan tingkat oklusi.
b. Menggabungkan larutan berair ke dalam basis berminyak.

Contoh basis absorpsi:


a. Hydrophilic Petrolatum, USP- terdiri dari kolesterol, stearyl alcohol, white wax dan
white petrolatum.
Contoh: Aquafora
b. Lanolin anhidrat, USP- dapat mengandung NMT 0,25% air.
Karakteristik: Tidak larut dalam air tetapi bercampur tanpa pemisahan dengan sekitar 2x
beratnya dalam air. Penggabungan air menghasilkan pembentukan emulsi W/O
c. Lanolin, USP- adalah zat seperti lemak semipadat yang diperoleh dari wol domba.
Karakteristik: Merupakan Emulsi W/O yang mengandung antara 25 hingga 30% air. Air
tambahan dapat dimasukkan ke dalam lanolin dengan pencampuran. Sinonim: Lemak
Wol Hidrous.
d. Cold Cream, USP - adalah emulsi W/O putih semi padat yang dibuat dengan lilin setil
ester, lilin putih, minyak mineral, natrium borat, dan air murni. Contoh: Krim Eucerin -
adalah emulsi W/O dari petrolatum, minyak mineral, lilin mineral, lilin wol, alkohol dan
bronopol. Krim dingin - emolien dan basis.

Basis yang dapat dilepas dengan air


Salep ini adalah emulsi minyak dalam air yang basisnya dapat dicuci dari kulit atau pakaian
dengan air. Untuk alasan ini, salep ini sering disebut sebagai basis salep yang “water-washable”.

Karakteristik
a. Menyerupai krim dalam penampilannya.
b. Dapat diencerkan dengan air atau dengan larutan berair.
c. Dari sudut pandang terapeutik, tidak bisa menyerap cairan serosa dalam kondisi
dermatologis.
d. Agen obat tertentu mungkin lebih baik diserap di kulit.
e. Tidak larut dalam air.
f. Dapat dicuci dengan air.
g. Mengandung air.
h. Dapat menyerap air.
i. Non-oklusif.
j. Tidak berminyak.
Contoh:
Salep Hidrofilik, USP - Salep ini mengandung natrium lauril sulfat sebagai zat pengemulsi,
dengan alkohol stearil dan petrolatum putih mewakili fase minyak dari emulsi, sedangkan
propilen glikol dan air mewakili fase air. Metil dan Propil paraben digunakan sebagai
pengawet.

Contoh lainnya:
a. Salep Hidrofilik
b. Krim Penghilang
c. Basis kulit
d. Velvakol
e. Penggunaan Unibase: digunakan sebagai pembawa zat obat yang dapat dipindahkan
dalam air[19].

Basis yang larut dalam air


Tidak seperti basis water-removable, yang mana mengandung komponen yang larut dalam air
dan tidak larut dalam air. Seperti basis water-removable, basis yang larut dalam air dapat dicuci
dengan air dan biasanya disebut sebagai "tanpa lemak" karena tidak adanya bahan berminyak.

Karakteristik
a. Karena salep ini menjadi sangat lunak dengan penambahan air, larutan berair tidak secara
efektif dimasukkan ke dalam basis ini. Sebaliknya, salep ini lebih baik digunakan untuk
penggabungan zat tidak berair atau padat.
b. Salep ini menembus kulit dan lebih baik digunakan untuk penyerapan obat dan karena itu
digunakan untuk "salep diadermik".
c. Larut dalam air.
d. Dapat dicuci dengan air.
e. Dapat mengandung air.
f. Dapat menyerap air (terbatas).
g. Non-oklusif.
h. Tidak berminyak.
i. Bebas lipid.
Contoh: salep polietilen glikol.

Pemilihan bahan basis yang sesuai


1. Tingkat pelepasan yang diinginkan dari zat aktif obat tertentu terhadap basis salep.
2. Peningkatan dasar penyerapan obat perkutan.
3. Kelayakan oklusi kelembaban pada kulit oleh basis.
4. Stabilitas jangka pendek dan jangka panjang obat dalam basis salep.
5. Pengaruh, jika ada, terhadapa obat pada konsistensi atau ciri lain dari basis salep[9] .

Aditif lain dalam salep


Selain basis dan obat-obatan, salep mengandung satu atau lebih kelompok aditif berikut:
a. Pengawet:
Senyawa mikroba dan jumlahnya harus diputuskan dengan hati-hati jika digunakan untuk
mencegah kontaminasi, kerusakan atau pembusukan basis salep oleh bakteri dan jamur.
Pertimbangan pertama dalam pemilihan adalah iritasi atau toksisitas senyawa pada
jaringan yang akan diolesi salep. Misalnya, metil dan propil paraben mengiritasi saluran
hidung. Asam borat mungkin beracun. Senyawa amonium kuarterner atau fenil merkuri
nitrat lebih baik ditoleransi oleh jaringan hidung. Terkadang wadah plastik atau penutup
karet dapat 'mengambil' sejumlah pengawet sehingga mengurangi ketersediaannya untuk
tindakan antimikroba. Kadang-kadang bahan pengawet menjadi kompleks oleh bahan
lain dan dengan demikian tidak tersedia dalam konsentrasi yang cukup untuk aksi
mikroba. Dengan adanya tween 80, metil paraben, benzalkonium chlorie, asam benzoat,
dll menjadi tidak aktif sampai batas yang cukup besar. Aktivitas bakteri juga tergantung
pada koefisien partisi senyawa antimikroba antara fase berair dan fase minyak. Jika
kedua fase akan dilindungi, jumlah tambahan mungkin diperlukan.

b. Antioksidan:
Antioksidan harus disertakan setiap kali ada kemungkinan degradasi oksidatif basis.
Mungkin lebih memungkinkan untuk memilih dua antioksidan daripada satu. Konsentrasi
antioksidan tergantung pada koefisien partisi mereka antara fase air dan minyak dari
kedua fase yang ada dalam basis. Contoh—butilasi hidroksil anisol, propil galat
digunakan dalam basis salep.
c. Agen pengkelat:
Setiap kali diantisipasi bahwa jejak ion logam cenderung mengkatalisis degradasi
oksidatif, sejumlah kecil zat seperti asam sitrat, asam maleat, asam fosfat, dll. dapat
ditambahkan untuk mengkelat ion logam.

d. Parfum:
Sebagian besar basis salep saat ini memiliki bau yang menyenangkan yang dihasilkan
dari campuran campuran tertentu. Pemilihan campuran parfum adalah bisnis yang sangat
rumit dan setiap produsen ingin memberikan kualitas bau yang khas untuk produk ini.

Preparasi salep
Salep dapat dibuat baik dengan metode penggabungan atau dengan metode fusi. Terlepas dari
metode yang digunakan, salep harus halus dan bebas dari partikel granular.
Dalam pembuatan salep, aspek umum yang harus dipertimbangkan sebagai berikut.
(i) Jika zat yang tidak larut akan dimasukkan ke dalam basis salep, maka zat harus dalam
bentuk serbuk.
(ii) Untuk penggabungan yang efisien dari zat-zat yang tidak larut, pertama-tama salep harus
dilarutkan dengan sedikit basis untuk membentuk krim halus dan kemudian dimasukkan
ke dalam sisa basis.
(iii) Garam yang larut dalam air paling baik digabungkan dengan melarutkannya dalam
sedikit air dan kemudian dimasukkan ke dalam basis.
(iv) Obat-obatan yang larut dalam basis salep juga dapat digabungkan dengan metode fusi
(mencairkan bahan dasar dengan titik leleh tertinggi dan mencampurkan zat aktif obat ke
dalamnya). Bahan-bahan yang tersisa kemudian ditambahkan dan dicampur dengan cara
diaduk.

Preparasi salep dengan metode penggabungan mekanik


Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan:
(i) Mortir dan alu,
(ii) Lempengan salep dan spatula, dan
(iii) Pabrik salep.
Metode penggabungan mekanis khususnya menguntungkan jika zat yang akan dimasukkan ke
dalam basis salep berada dalam keadaan subdivisi yang halus.

(i) Mortir dan alu:

Gambar 1: Mortir dan alu [30]

Metode ini digunakan sampai batas tertentu dalam praktek peracikan terutama bila
sejumlah besar cairan akan digabungkan dalam suatu basis atau bila salep dalam jumlah
yang sangat besar akan dibuat. Peracikan salep homogen dalam lesung dan alu tidak
sesederhana peracikan bubuk [17].

(ii) Lempengan salep (slab) salep dan spatula:

Gambar 2: Lempengan (slab) salep[30]

Dalam hal ini pencampuran dan pengurangan ukuran obat yang tidak larut lebih baik
daripada metode sebelumnya. Serbuk pertama-tama digosok dengan sedikit basis untuk
membentuk basis salep pekat yang mengandung bubuk halus yang terdistribusi merata di
dalamnya.
Salep pekat kemudian secara bertahap diencerkan dengan sisa basis dengan menggosok
dengan menggunakan spatula. Sejumlah kecil (sekitar 5%) minyak atau zat yang larut
dalam minyak dapat digunakan sebagai levigating agent (agen pembasah). Sejumlah
besar levigating agent dapat menyebabkan penggabungan serbuk yang telah terbasahi
dengan pada akhir preparasi[17].
Spatula harus terbuat dari baja tahan karat dengan bilah fleksibel yang panjang dan lebar.
Spatula baja tidak dapat digunakan karena alasan dapat bereaksi dengan obat-obatan
tertentu seperti yodium, asam salisilat, dan garam merkuri, dll., spatula karet keras atau
penekan dengan lidah kayu dapat digunakan.

(iii) Mesing penggiling salep


Mesin penggiling salep sangat cocok untuk pembuatan salep skala besar meskipun jjuga
skala kecil tersedia untuk preparasi salep skala laboratorium.

Gambar 3: Mesin penggiling rol rangkap tiga (G.M.P.MODEL)[29]


Salep yang mengandung butiran partikel juga dilewatkan melalui mesin penggiling salep
untuk memastikan keseragaman dan kehalusan lebih lanjut.
Masalah stabilitas salep sebagian besar berkaitan dengan kontaminasi mikroba awal dan
selama penggunaan. Banyak salep mata ditemukan terkontaminasi dengan
mikroorganisme patogen. Sumber utama kontaminasi mikroba dalam salep adalah air
yang mendukung pertumbuhan mikroorganisme.
Untuk menjaga stabilitas produk yang dikemas, poin-poin berikut harus diingat.
(i) Secara umum, apoteker atau produsen harus mengikuti Good Manufacturing
Practice (GMP).
(ii) Penggunaan bahan pengawet melindungi terhadap kontaminasi, kerusakan atau
pembusukan basis salep oleh bakteri dan jamur.
(iii) Penggunaan antioksidan dianjurkan bila ada kemungkinan degradasi oksidatif
dari basis.
(iv) Penggunaan bahan pengkhelat dianjurkan bila kehadiran ion logam
diantisipasi. Jejak ion logam, jika ada, dapat mengkatalisis degradasi oksidatif.
Jika ion logam dikhelat, efek katalitiknya dihilangkan.
(v) Wadah langsung tidak boleh memungkinkan penguapan air dari salep yang
dikemas jika tidak, basis emulsi dapat kehilangan fase air dan lainnya dapat
menjadi kering dan keras.
(vi) Wadah harus memastikan tidak hanya sterilitas salep mata pada awalnya tetapi
juga sampai waktu tertentu sampai seluruh sediaan dikonsumsi.
(vii) Karena variasi yang luas dalam kondisi iklim di berbagai daerah di negara
tropis, pemeliharaan konsistensi salep yang diinginkan juga merupakan
pertimbangan penting.
(viii) Sebagian besar masalah yang berkaitan dengan stabilitas salep kemasan dapat
diselesaikan dengan mengeluarkannya sebagai kapsul aplikasi tunggal
meskipun harganya lebih mahal. Hal ini terutama direkomendasikan dalam
kasus salep mata di mana sterilitas dan tidak adanya partikel adalah
pertimbangan utama.

Metode penggabungan
Komponen salep dicampur dengan berbagai metode sampai diperoleh persiapan yang seragam.
Dalam skala kecil atau dalam peracikan Rx (resep) tanpa persiapan, apoteker dapat
menggunakan dua cara:
i. Mencampur bahan dalam lesung dengan alu sampai salep halus dihasilkan.
ii. Gunakan spatula dan lempengan salep (gelas besar atau piring porselen) untuk
menggosok bahan bersama-sama (spatulasi).
Penggabungan padat
Dalam pembuatan salep dengan spatula, apoteker menggunakan spatula stainless steel tetapi jika
komponen bereaksi dengan logam (seperti yodium, tanin, garam merkuri), maka digunakan karet
keras.
1. Basis salep ditempatkan di satu sisi permukaan kerja.
2. Komponen bubuk (sebelumnya direduksi menjadi bubuk halus) ditempatkan di sisi lain.
3. Kemudian sebagian bubuk dicampur dengan sebagian bahan dasar sampai homogenitas
tercapai.
4. Ulangi sampai semua bagian produk dan bahan dasar digabungkan.
5. Bagian salep yang telah disiapkan kemudian digabungkan dan dicampur secara
menyeluruh dengan gerakan terus menerus dari spatula[17] .

Formulasi: beberapa formulasi penting pada salep


1) Salep Sederhana I.P, 1966
Bahan (100)
Minyak wol………………………….......……5,0 g
Parafin keras…………………….……………5.0 g
Cetostearyl Alkohol…………........…………..5.0 g
Parafin lunak putih atau parafin lunak kuning………….85.0 g

Metode persiapan: Semua komponen dilebur menjadi satu dan diaduk hingga dingin.

Keterangan: Kecuali diarahkan lain, salep sederhana yang dibuat dengan parafin lunak
putih harus digunakan salep putih. Salep sederhana yang dibuat dengan parafin lunak
berwarna kuning harus digunakan dalam salep berwarna.

Penggunaan:
Salep ini digunakan terutama sebagai bantuan farmasi dan bentuk basis salep.
Minyak wol memberikan tindakan emolien. Dengan sendirinya akan tidak mudah diserap
tetapi ketika dicampur dengan parafin lembut atau minyak nabati yang sesuai, salep akan
membentuk krim yang menembus kulit dan memfasilitasi penyerapan bahan aktif
terapeutik.
Parafin keras bekerja sebagai bahan pengeras.
Cetosteryl alcohol meningkatkan sifat emolien dari salep sederhana.
Parafin lunak putih atau kuning dari basis salep menjadi pelindung untuk aksi permukaan.
Parafin ini juga berguna sebagai emolien [19] [25].

2) Salep Amoniak Merkuri I.P.1966 (yaitu Salep Putih)


Bahan (untuk 100 gm)
Merkurius Amoniak,
Bubuk halus…………………………..2.5 gm
Salep sederhana………………………97,5 gm

Metode persiapan: Amoniak Mercury ditriturasi dengan proporsi salep sederhana


sampai halus. Kemudian sisa salep sederhana ditambahkan secara bertahap dan dicampur
secara menyeluruh.

Keterangan: Secara eksternal digunakan sebagai anti infeksi. Salep ini umumnya
diaplikasikan pada daerah perineum untuk menghancurkan cacing kremi dan mencegah
reinfestasi.

Pencegahan: Salep ini harus diaplikasikan dengan hati-hati pada bayi dan anak-anak
karena dapat menyebabkan ocrodynia (penyakit merah muda). Salep ini juga tidak boleh
diaplikasikan pada area yang mengalami ekskoriasi ekstensif untuk waktu yang lama.

3) Salep Chrysarobin I.P.1966


Bahan (100 gm)
Krisarobin………………………….6.0 gm
Kloroform………………..…………7.0 gm
Salep sederhana………….………….87.0 gm
Metode persiapan: Pertama, chrysarobin ditriturasi dengan kloroform. Kemudian
Simple Ointment (lihat nomor seri 1) dicairkan dan dimasukkan secara bertahap ke dalam
campuran chrysarobin chloroform. Seluruhnya kemudian diaduk sampai mengental.

Keterangan:
(a) Kegunaan: terutama digunakan dalam pengobatan infeksi kulit parasit.
(b) Tindakan pencegahan: Karena dampak iritasi dari salep karena chrysarobin, maka
tidak boleh digunakan pada wajah, alat kelamin, dan kulit kepala dan di atas
sebagian besar kulit.
(c) Salep dapat menodai kulit dan pakaian berwarna ungu kecoklatan. Warna ini dapat
dihilangkan dengan larutan kapur yang diklorinasi.

4) Salep Belerang I.P.1966


Bahan (untuk 100 gm)
Sulfur sublim, diayak halus………….90 gm
Salep Sederhana dibuat dengan parafin putih lembut……….90 gm

Metode persiapan: Sulfur yang disublimasikan ditriturasi dengan sebagian dari salep
sederhana (lihat nomor seri (1) sampai halus. Kemudian sisa salep sederhana
ditambahkan secara bertahap dan dicampur secara menyeluruh.

Keterangan:
(a) Kegunaan: Salep ini utamanya digunakan sebagai skabisida. Salep ini diaplikasikan
ke area kulit yang terkena setelah dicuci dengan sabun lembut. Salep ini juga
digunakan sebagai antiseptik ringan.
(b) Tindakan pencegahan: Salep ini tidak boleh diaplikasikan lebih dari tiga hari jika
tidak, dapat menyebabkan dermatitis[18].

5) Salep Seng Oksida I.P. 1996 (Salep Sinonim-Seng) (untuk 100 gram)
Seng oksida, diayak halus………….15 gm
Salep Sederhana………………………..85 gm
Metode persiapan: Seng oksida ditriturasi dengan sebagian Salep sederhana sampai
halus. Kemudian sisa salep sederhana ditambahkan secara bertahap dan dicampur secara
menyeluruh.

Keterangan:
(a) Kegunaan: Digunakan sebagai zat (ringan) untuk kulit dan sebagai aplikasi yang
menenangkan dan protektif pada eksim. Salep ini juga digunakan sebagai pelindung
untuk ekskoriasi ringan[19].

6) Salep Alkohol Wol I.P 1966


Bahan (untuk 100 gm)
Alkohol wol……………….6.0 gm
Parafin keras……………….24.0 gm
Parafin lunak berwarna kuning………..10.0 gm
Parafin cair……………..60.0 gm

Metode persiapan: Semua bahan dicairkan menjadi satu dan diaduk hingga dingin.

Keterangan:
(a) Untuk pembuatan salep alkohol wol dengan konsistensi dan sifat yang diinginkan,
proporsi parafin keras, parafin lunak dan parafin cair dapat bervariasi. Selanjutnya,
parafin cair dapat diganti seluruhnya atau sebagian dengan parafin cair ringan.
(b) Bila salep ini digunakan dalam salep putih, salep yang sama dapat dibuat dengan
parafin lunak putih; dan bila digunakan dalam salep berwarna harus disiapkan
dengan parafin lunak berwarna kuning.
(c) Kegunaan: Salep ini terutama digunakan sebagai emolien. Salep ini juga
membentuk basis salep untuk banyak bahan aktif terapeutik. Selanjutnya, alkohol
wol dari salep ini juga dapat bekerja sebagai emulsi yang baik untuk emulsi tipe W\
O jika salep alkohol wol digunakan sebagai basis salep. Kehadiran alkohol wol
mencegah penggelapan salep di permukaan dan dalam cuaca panas salep tidak
memberikan bau yang tidak menyenangkan.
(d) Untuk alasan di balik penambahan parafin keras dan parafin lunak, lihat komentar,
nomor seri 1.
(e) Parafin cair, hadir dalam salep ini, bekerja sebagai emolien untuk menghilangkan
kerak[19].

7) Hydrous-Salep I.P. 1966 (Krim Sinonim-Oleat)


Bahan (untuk 100 gm)
Salep alkohol wol………………..50 gm
Air murni…………………..50 gm

Metode persiapan: Salep alkohol wol (lihat nomor seri 6) dilebur dan air murni yang
dihangatkan ditambahkan secara bertahap dengan pengadukan konstan. Kemudian
seluruh konten dicampur dengan kuat sampai diperoleh krim yang halus. Pencampuran
dilanjutkan sampai suhu kamar tercapai.

Keterangan: Salep ini digunakan sebagai basis salep untuk banyak zat aktif terapeutik.
Salep ini juga digunakan sebagai emolien[19].

8) Salep Seng Oksida Hidrous Bahan I.P 1966 (untuk 100 gm)
Seng oksida, diayak halus………………15.0 gm
Salep hidro……………………….85.0 gm

Metode persiapan: Seng oksida ditriturasi dengan sebagian salep hidro sampai halus.
Kemudian sisa salep hydrous ditambahkan sedikit demi sedikit dan akhirnya tercampur
rata[18].

9) Minyak Wol Hidrous I.P 1966 (sinonim-lanolin)


Bahan (untuk 100 gram)
Lemak wol (Lanolin Anhidrat)…………70 gm
Air murni……………………………..30 gm
Metode persiapan: Lemak wol dilelehkan dan air murni ditambahkan ke dalamnya
secara bertahap dengan pengadukan konstan sampai massa homogen.

Keterangan:
(a) Penggunaan: Lemak wol hidrat terutama digunakan sebagai komponen basis salep.
(b) Salep Lemak Wol Hidrous adalah basis salep emulsi tipe W/O[19].

10) Salep Parafin I.P. 1966


Bahan (untuk 100 gram)
Lilin Lebah Putih………………..2 gm
Parafin Keras……………….…..3 gm
setostearil alkohol…………….5 gm
Parafin Lembut Putih atau Parafin Lembut Kuning…… …….90 gm

Metode persiapan: Semua bahan ini dilelehkan dan diaduk. Kemudian sumber panas
dihilangkan dan pengadukan dilanjutkan sampai massa mencapai suhu kamar.

Keterangan:
(a) Bila salep parafin digunakan dalam salep putih, maka harus dibuat dengan parafin
lunak putih dan bila digunakan dalam salep berwarna maka harus dibuat dengan
parafin lunak kuning.
(b) Penggunaan: Salep ini terutama digunakan sebagai basis salep untuk zat aktif
terapeutik.
(c) Cetostearyl alcohol meningkatkan sifat emolien[18].

11) Salep Myrobalan Kecil I.P. 1966


Bahan (untuk 100 gram)
Myrobalan kecil, dalam bubuk halus…………………..20 gm
Salep parafin ..................80 gm

Metode persiapan: Kedua bahan dicampur secara menyeluruh dengan triturasi.

Keterangan: (a) Digunakan sebagai zat[19].


12) Salep Asam Salisilat (I.P.1966)
Bahan (untuk 100 gram)
Asam salisilat, diayak halus…………….2 gm
Salep alkohol wol………………98 gm

Metode persiapan: Salep alkohol wol (lihat nomor seri 6) dicairkan dan kemudian
ditambahkan asam salisilat ke dalamnya dengan pengadukan konstan sampai dingin.
Keterangan:
(a) Kegunaan: Sediaan ini terutama digunakan sebagai bakteriostatik dan fungisida.
Salep ini umumnya diterapkan untuk pengobatan bisul kronis, ketombe, eksim,
psoriasis, hiperhidrosis dan penyakit kulit parasit.
(b) Tindakan Pencegahan: Penerapannya pada area tubuh yang luas harus dihindari.
Juga telah dilaporkan bahwa aplikasi secara terus menerus dari salep asam salisilat
terkadang menyebabkan dermatitis[18].

13) Lilin Pengemulsi I.P.


Bahan (untuk 100 gram)
Setostearil alkohol…………………..90.0 gm
Natrium lauril sulfat……………...10.0 gm
Air murni………………………4.0 gm

Metode persiapan: Cetostearil alkohol dilelehkan dan dipanaskan hingga sekitar 950C.
Natrium lauril sulfat ditambahkan dan dicampur. Kemudian air murni ditambahkan dan
dipanaskan sampai 1150C dengan pengadukan yang kuat, pemanasan dilanjutkan pada
1150C sampai buih berhenti dan produk tembus. Produk didinginkan dengan cepat
membentuk produk akhir, 100 gm dapat dibagikan dalam botol bermulut lebar.

Keterangan:
(a) I.P. natrium lauril sulfat dapat diganti dengan garam natrium serupa dari alkohol
alifatik primer sulfat yang lebih tinggi.
(b) Salep ini utamanya digunakan sebagai bahan dasar lemak atau berminyak yang
memfasilitasi pembuatan basis emulsi tipe O/W. Basis jenis ini melindungi kulit
dari kotoran dan lemak[18].

Evaluasi Salep[7]
Metode yang berbeda dari evaluasi salep adalah:
(1) Metode Fisik
 Uji kecepatan absorpsi
 Uji non-iritasi
 Uji kecepatan penetrasi
 Uji kecepatan pelepasan obat
 Uji sifat reologi
 Uji keseragaman kandungan

(2) Metode mikrobiologis


 Uji mikroba
 Uji efikasi pengawet

(1) Metode Fisik


a. Uji kecepatan absorpsi
Salep diadermik adalah salep yang berasal dari obat yang bergerak ke jaringan kulit
yang lebih dalam dan akhirnya ke sirkulasi sistemik. Salep tersebut harus dievaluasi
untuk tingkat penyerapan obat. Salep harus dioleskan di area kulit tertentu dengan
cara digosok. Pada interval waktu yang teratur, sampel serum dan urin harus
dianalisis untuk jumlah obat yang diserap. Laju absorpsi yaitu jumlah obat yang
diserap per satuan waktu harus lebih banyak.

b. Uji non-iritasi
Basis yang digunakan dalam formulasi salep dapat menyebabkan iritasi atau reaksi
alergi. Tidak mengiritasi sediaan dievaluasi dengan uji tempel. Dalam tes ini 24
sukarelawan manusia dipilih. Jumlah tertentu salep diterapkan di bawah oklusi setiap
hari di punggung atau lengan bawah selama 21 hari. Setiap hari jenis tindakan
farmakologis yang diamati dicatat. Tidak ada reaksi yang terlihat atau eritema atau
eritema intens dengan edema dan erosi vesikular yang harus terjadi. Basis salep yang
baik tidak menunjukkan reaksi yang terlihat.

c. Uji kecepatan penetrasi


Tingkat penetrasi bentuk sediaan semipadat sangat penting dalam onset dan durasi
kerja obat. Jumlah sediaan yang ditimbang harus diterapkan pada area kulit yang
dipilih untuk jangka waktu tertentu. Kemudian preparat yang tersisa dikumpulkan dan
ditimbang. Perbedaan antara berat awal dan berat akhir dari sediaan memberikan
jumlah sediaan yang ditembus melalui kulit dan ini bila dibagi dengan area dan
periode waktu aplikasi memberikan laju penetrasi sediaan. Tes harus diulang dua atau
tiga kali. Prosedur ini membosankan dan tidak diikuti lagi.
Menggunakan sel difusi flow-through atau metode mikrodialisis; tingkat penetrasi
preparasi dapat diperkirakan. Kulit hewan atau manusia dengan area tertentu harus
dikumpulkan dan diikat ke penahan yang ada dalam sel difusi. Sel difusi ditempatkan
dalam penangas cairan. Jumlah sediaan yang diukur dioleskan pada kulit dan jumlah
obat yang dilewatkan ke dalam cairan diukur secara berkala dengan menganalisis
alikuot cairan menggunakan spektrofotometer.

d. Uji kecepatan pelepasan Obat


Tabung reaksi yang bersih diambil dan permukaan bagian dalam dilapisi dengan
preparat sebagai lapisan tipis. Saline atau serum dituangkan ke dalam tabung reaksi.
Setelah jangka waktu tertentu salin dianalisis untuk jumlah obat. Jumlah obat bila
dibagi dengan periode waktu memberikan tingkat pelepasan obat.

e. Uji sifat reologi


Viskositas sediaan harus sedemikian rupa sehingga produk dapat dengan mudah
dikeluarkan dari wadah dan mudah dioleskan ke kulit. Menggunakan viskometer
kerucut dan pelat, viskositas sediaan ditentukan.

f. Uji keseragaman kandungan


Berat bersih isi sepuluh wadah salep yang diisi ditentukan. Hasilnya harus cocok satu
sama lain dan dengan jumlah yang tertera pada label. Tes ini juga disebut tes
pengisian minimum.

(2) Metode mikrobiologis


a. Uji mikroba
Mikroorganisme seperti Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus dapat
mencemari sediaan dan akhirnya menginfeksi kulit. Jadi salep harus diuji untuk tidak
adanya mikroorganisme tersebut. Solusi dari sampel yang berbeda dari persiapan dibuat.
Setiap sampel diinokulasi ke dalam volume terpisah 0,5 ml plasma kelinci dalam
kondisi aseptik dan diinkubasi pada suhu 37oC selama 1-4 jam. Tidak ada pembentukan
bekuan dalam massa yang diinkubasi menunjukkan tidak adanya mikroorganisme.

b. Uji efikasi pengawet


Dengan menggunakan teknik pelat tuang, jumlah mikroorganisme yang awalnya ada
dalam sediaan ditentukan. Larutan dari sampel yang berbeda dari sediaan dibuat dan
dicampur dengan kaldu Tryptone Azolecti (TAT) secara terpisah. Semua kultur
mikroorganisme ditambahkan ke dalam setiap campuran; dalam kondisi aseptik. Semua
campuran diinkubasi. Kemudian jumlah mikroorganisme pada setiap sampel dihitung
pada hari ke 7, 14, 21 dan 28 inokulasi.

Batas mikroba
Pada hari ke-14, jumlah sel vegetatif tidak boleh lebih dari 0,1% dari konsentrasi awal.
Pada hari ke-28, jumlah organisme harus di bawah atau sama dengan konsentrasi awal.

Uji tertentu untuk evaluasi salep


Evaluasi suatu obat berarti melakukan pengujian untuk pemeliharaan kualitas dan kuantitas
sesuai spesifikasi. Setelah pembuatan obat atau selama produksi, tes khusus dilakukan untuk
produk tertentu untuk mengevaluasinya[14].

Uji berikut ditentukan untuk evaluasi salep:


 Uji variasi bobot.
 Konsistensi.
 Identifikasi konten aktif.
 Uji kandungan aktif.
 Titik leleh.
 Kelarutan.

1) Uji variasi bobot (USP)


Pilih sampel dari 10 wadah yang diisi dan hapus label yang dapat mengubah berat
selama pengeluaran isi dari wadah.
Bersihkan dan keringkan bagian luar wadah dengan cara yang sesuai dan timbang
satu per satu.
Keluarkan isi dari setiap wadah dengan memotong bukaan dan cuci dengan pelarut
yang sesuai, berhati-hatilah untuk mempertahankan penutup dan bagian lain dari
setiap wadah. Keringkan dan timbang kembali setiap wadah kosong bersama dengan
bagian-bagiannya yang sesuai. Selisih berat adalah berat bersih isi masing-masing
wadah. Berat bersih rata-rata isi 10 wadah tidak kurang dari jumlah yang tertera pada
etiket dan berat bersih isi setiap wadah tidak kurang dari 90% dari jumlah yang tertera
pada etiket, bila jumlah pada etiket lebih dari 60 gram tetapi tidak lebih dari 150
gram. Jika persyaratan tidak terpenuhi, tentukan berat bersih isi 20 wadah tambahan.
Berat rata-rata isi 30 wadah tidak kurang dari jumlah yang tertera pada etiket dan
berat bersih isi tidak lebih dari satu wadah dari 30 wadah tidak kurang dari 90% dari
jumlah etiket, dimana jumlah etiket adalah 60 gram atau kurang dan tidak kurang dari
95% dari jumlah yang tertera pada etiket, dimana jumlah yang tertera pada etiket
lebih dari 60 gram tetapi tidak lebih dari 150 gram.

2) Konsistensi
Harus halus, tidak ada partikel padat.

3) Identifikasi kandungan aktif


Hangatkan larutan jenuh dalam air dengan larutan Silver Amonium Nitrat dalam
tabung reaksi. Metalik Perak disimpan sebagai cermin di sisi tabung.

4) Uji kandungan aktif


Misalnya: salep salisilat.
Larutkan 10 gram dalam campuran 20 ml alkohol (95%) yang sebelumnya
dinetralkan menjadi larutan merah fenol dan 20 ml eter dan dititrasi dengan NaOH
0,1N menggunakan larutan merah fenol sebagai indikator. 1 ml 0,1 N NaOH =
0,01381 gram asam salisilat.

5) Titik leleh
Tidak kurang dari 11oC.

6) Kelarutan
Harus larut dalam 9 bagian air dan 17 bagian air mendidih, dapat bercampur dengan
alkohol, dengan pelarut seperti eter, kloroform atau dengan minyak atsiri.

Standar lainnya
Selain persyaratan USP, pabrikan sering memeriksa sediaan semipadat untuk viskositas dan
pelepasan obat in-vitro untuk memastikan keseragaman gumpalan dan lot ke lot[3][4].
Uji pelepasan obat in vitro meliputi studi sel difusi untuk menentukan profil pelepasan obat dari
produk semipadat[10].

Anda mungkin juga menyukai