Anda di halaman 1dari 55

TATA LAKSANA PEMELIHARAAN PARENT STOCK BROILER FASE

LAYER DI POULTRY BREEDING DIVISION PT. JAPFA COMFEED


INDONESIA Tbk. UNIT 03 PURWOSARI DESA PUCANGSARI
PURWOSARI-PASURUAN

Laporan Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang

Oleh :
Dwi Hartanti NIM. 145050100111020
Florida Marcheluna NIM. 145050100111021
Irma Hanifah NIM. 145050100111047
Muhamad Muhtar Jamil NIM. 145050101111283
Ahmad Hanyf Anni’amy NIM. 145050101111285

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017

i
TATA LAKSANA PEMELIHARAAN PARENT STOCK BROILER FASE
LAYER DI POULTRY BREEDING DIVISION PT. JAPFA COMFEED
INDONESIA Tbk. UNIT 03 PURWOSARI DESA PUCANGSARI
PURWOSARI-PASURUAN

Laporan Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang

Oleh :
Dwi Hartanti NIM. 145050100111020
Florida Marcheluna NIM. 145050100111021
Irma Hanifah NIM. 145050100111047
Muhamad Muhtar Jamil NIM. 145050101111283
Ahmad Hanyf Anni’amy NIM. 145050101111285

Praktek Kerja Lapang ini merupakan salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017

ii
TATA LAKSANA PEMELIHARAAN PARENT STOCK BROILER FASE
LAYER DI POULTRY BREEDING DIVISION PT. JAPFA COMFEED
INDONESIA Tbk. UNIT 03 PURWOSARI DESA PUCANGSARI
PURWOSARI-PASURUAN

Laporan Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang

Oleh :
Dwi Hartanti NIM. 145050100111020
Florida Marcheluna NIM. 145050100111021
Irma Hanifah NIM. 145050100111047
Muhamad Muhtar Jamil NIM. 145050101111283
Ahmad Hanyf Anni’amy NIM. 145050101111285

Mengetahui : Menyetujui :
Universitas Brawijaya Dosen Pembimbing :
Fakultas Peternakan
Program Studi Peternakan
Ketua,

(Agus Susilo, S.Pt,MP) (Dr.Ir.EdhySudjarwo,MS)


NIP. 197308201998021 NIP. 195706291984031001
Tanggal ……………….. Tanggal…………….

iii
TATA LAKSANA PEMELIHARAAN PARENT STOCK BROILER FASE
LAYER DI POULTRY BREEDING DIVISION PT. JAPFA COMFEED
INDONESIA Tbk. UNIT 03 PURWOSARI DESA PUCANGSARI
PURWOSARI-PASURUAN

Laporan Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang

Oleh :
Dwi Hartanti NIM. 145050100111020
Florida Marcheluna NIM. 145050100111021
Irma Hanifah NIM. 145050100111047
Muhamad Muhtar Jamil NIM. 145050101111283
Ahmad Hanyf Anni’amy NIM. 145050101111285

Menyetujui: Dosen Penguji


Dosen Pembimbing

( Dr.Ir.Edhy Sudjarwo,MS) ()
NIP. 195706291984031001 NIP.
Tanggal……………………. Tanggal……………………….

Mengetahui : PT. Japfa ComfeedIndonesia Tbk


Universitas Brawijaya Unit 03 Purwosari, Pasuruan
Fakultas Peternakan Manager
Program Studi Peternakan
Ketua,

(Agus Susilo, S.Pt,MP) (Hajar Puji Laksana S,Pt.)


NIP. 197308201998021 NIP.
Tanggal ……………….. Tanggal………………………….

Megetahui:
Universitas Brawijaya
Fakultas Peternakan
Dekan

(Prof. Dr.Agr.Sc. Ir. Suyadi, MS)


NIP. 196204031987011001
Tangggal……………………

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Analisis Situasi


Industri peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang
berkembang pesat seiring dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk.
Peternakan ayam memiliki peranan dan pengaruh yang besar dalam meningkatkan
perekonomian dan sumberdaya manusia, karena kesadaran masyarakat akan
pentingnya megkonsumsi makanan bergizi berdampak pada meningkatnya
kebutuhan pangan asal protein hewani berupa daging dan telur yang penting bagi
pertumbuhan manusia mengingat harga daging ayam lebih terjangkau daripada
pangan sumber protein hewani lainnya seperti daging sapi. Berdasarkan
pengamatan tersebut menjadikan peluang usaha peternakan ayam ras pedaging
sangat berpotensi untuk dikembangkan.
Perkembangan usaha pembibitan (breeding farm) terus meningkat karena
permintaan bibit ayam broiler komersial Day Old Chick (DOC) setiap tahun
semakin meningkat. Pemeliharaan ayam bibit merupakan pemeliharaan ayam
induk (parent stock) yang dipelihara bersama dengan pejantan untuk menyediakan
telur tetas yang berkualitas sehingga dapat menghasilkan bibit ayam yang baik
dari kualitas dan kuantitasnya tinggi untuk memenuhi permintaan masyarakat.
Pembibitan (breeding) dalam usaha peternakan ayam pedaging komersial sangat
penting dan perlu mendapat perhatian yang khusus. Hal ini dilakukan untuk
menjaga dan mendapatkan kualitas DOC final stock yang bagus serta menghindari
terjadinya inbreeding dalam suatu usaha peternakan.
Manajemen pemeliharaan ayam parent stock berbeda dengan manajemen
pemeliharaan final stock. Hal ini dikarenakan manajemen pemeliharaan ayam
parent stock bertujuan untuk menghasilkan telur tetas dengan fertilitas tinggi dan
daya tetas yang tinggi dengan proses seleksi yang ketat. Sedangkan manajemen
pemeliharaan ayam final stock bertujuan untuk menghasilkan ayam yang mampu
berproduksi tinggi (produksi daging) tanpa adanya seleksi yang ketat untuk
menghasilkan keuntungan yang besar. Bibit yang unggul akan menampilkan
produktivitas yang tinggi apabila memperhatikan tiga faktor yaitu tiga faktor yaitu
pemilihan bibit (breeding), pemberian pakan (feeding) dan tata laksana
pemeliharaan (management).
Pakan (feeding) merupakan bagian terpenting dalam suatu usaha peternakan
khususnya peternakan ayam broiler (Manurung, 2011). Faktor pakan memegang
peranan penting dalam mendukung keberhasilan usaha karena 60 persen dari
biaya produksi adalah untuk makanan (Sari dkk, 2004). Aspek kandang serta
pengelolaannya juga sangat penting terutama agar pertumbuhan ayam optimal
serta mekanisme hidup berjalan dengan normal serta efisien, seperti makan dan
bertelur. Aspek manajemen kandang dan lingkungan kandang maupun tata
laksana pengelolaannya merupakan aspek yang harus mendapatkan perhatian

1
yang serius karena berdampak terhadap mortalitas dan produksi. Karena, menurut
Murtidjo (1988) dalam Ali dan Febrianti (2009) menyatakan bahwa kepadatan
kandang yang melebihi kebutuhan optimal dapat menurunkan konsumsi ransum
dan meningkatkan konversi ransum yang menyebabkan terlambatnya
pertumbuhan temak dan berkurangnya berat badan temak.
PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk merupakan perusahaan yang bersistem
integrasi berkelanjutan dibidang peternakan unggas. Perusahaan tersebut
memfokuskan usahanya pada kegiatan agribusiness antara lain produksi pakan
ternak berkualitas, pembibitan ayam yang sehat dan cepat tumbuh serta
menghasilkan produk olahan ayam yang berkualitas tinggi. PT Japfa Comfeed
Indonesia Tbk telah memiliki banyak cabang yang tersebar diseluruh wilayah
Indonesia, salah satunya PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk Unit 03 Purwosari
yang berlokasi di Desa Pucangsari, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Pasuruan.
Perusahaan yang berdiri pada tahun .. ini beroperasi dibidang breeding broiler
yang mampu memproduksi bibit unggul final stock broiler.
Beradasarkan pada keadaan tersebut maka perlu dipelajari lebih lanjut
tentang tata laksana pemeliharaan Parent stock broiler fase grower di Poultry
Breeding Division PT Japfa Comfeed Indonesia Unit 03 Purwosari Desa
Pucangsari, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Pasuruan.

1.2. Rumusan Masalah


Permasalahan pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah :
1. Bagaimana gambaran umum PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk Unit 03
Purwosari yang terletak di Desa Pucangsari, Kecamatan Purwosari,
Kabupaten Pasuruan?
2. Bagaimana tatalaksana pemeliharaan (mencakup pembibitan, pakan dan
minum, perkandangan, kesehatan ternak, sanitasi dan biosecurity serta
pengolahan limbah) parent stock broiler fase grower di Poultry Breeding
Division PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk Unit 03 Purwosari yang
terletak di Desa Pucangsari, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Pasuruan?

1.3. Tujuan
Tujuan dalam pelaksanaan PKL berdasarkan beberapa permasalahan yang
telah dirumuskan diatas adalah :
1. Mengetahui gambaran umum dari PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk Unit
03 Purwosari yang terletak di Desa Pucangsari, Kecamatan Purwosari,
Kabupaten Pasuruan.
2. Mengetahui secara langsung tatalaksana pemeliharaan, mencakup
pembibitan (breeding), pemberian pakan dan minum (feeding),
perkandangan (housing), kesehatan ternak, sanitasi dan biosecurity serta
pengolahan limbah pada parent stock broiler fase grower di Poultry
Breeding Division PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk Unit 03 Purwosari

2
yang terletak di Desa Pucangsari, Kecamatan Purwosari, Kabupaten
Pasuruan.

1.4. Manfaat
1.4.1 Mahasiswa
a. Memperdalam pengertian dan penghayatan mahasiswa tentang cara
berfikir aktual dan logis serta bekerja secara interdisipliner.
b. Mendewasakan alam pikiran mahasiswa untuk melaksanakan setiap
pemecahan dan penelaahan masalah yang ada secara pragmatis ilmiah.
c. Memberi keterampilan kepada mahasiswa sebelum masuk di dunia kerja.
d. Membina mahasiswa untuk menjadi seorang motivator dan problem-
solver.
e. Memberikan pengalaman dan keterampilan kepada mahasiswa sebagai
kader penerus bangsa.
f. Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan yang terjadi pada industri
peternakan.

1.4.2 Perguruan Tinggi


a. Perguruan Tinggi akan mantap dalam pengisian ilmu atau pendidikan
kepada mahasiswa, dengan adanya umpan balik sebagai hasil integrasi
mahasiswa dengan masyarakat, sehingga kurikulum perguruan tinggi
dapat disesuaikan dengan tuntutan pembangunan.
b. Dosen memperoleh berbagai kasus yang berharga, yang dapat digunakan
sebagai contoh dalam proses pendidikan.
c. Mempercepat dan meningkatkan kerjasama antara perguruan tinggi
sebagai pusat ilmu dan teknologi dengan instansi atau departemen lainnya
dengan instansi pemerintah dan swasta.

1.4.3 Instansi Swasta


a. Sebagai sarana up-grading pembelajaran dan wawasan kepada mahasiswa
yang akan masuk ke dunia kerja.
b. Memperoleh tenaga kerja yang siap pakai.
c. Sebagai bentuk Corporate Social Responsbility yang memang sudah
selayaknya dilakukan oleh Instansi Swasta kepada masyarakat.
d. Memperkuat jalinan kerjasama antara Perguruan Tinggi dengan Instansi
Swasta, karena dua elemen ini tidak bisa terpisahkan dan harus saling
mendukung demi tercapainya masyarakat Indonesia yang adil dan
makmur.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Perusahaan


2.1.1. Lokasi Perusahaan
Lokasi merupakan salah satu faktor penting bagi perusahaan, karena
lokasi dapat mempengaruhi perkembangan dan kelangsungan hidup perusahaan
(Herjanto, 2008). Wibowo (2008) menyatakan bahwa ada tiga faktor bahan
pertimbangan untuk memilih lokasi. Faktor-faktor tersebut adalah bahan baku,
pasar, ongkos transportasi, lingkungan dan faktor penunjang lainnya. Menurut
Dahlan (2011) lokasi peternakan ayam broiler sabaiknya jauh dari keramaian, jauh
dari pemukiman warga, atau memilih lokasi yang sunyi dari masyarakat agar
ayam terhidar dari stress.

2.1.2. Struktur Organisasi


Pengorganisasian merupakan salah satu dari lima fungsi manajemen
yang sangat berperan dalam pencapaian operasi perusahaan secara efektif dan
efisien, menentukan apakah organisasi bisa mengoptimalkan efisiensi penggunaan
sumber dayanya, baik Sumber Daya Manusia maupun sumber daya yang lain.
Robbins (2003) dalam Sukoco (2007) menyatakan bahwa pengorganisasian
aktivitas yang menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang
melaksanakannya, bagaimana tugas tersebut dikelompokkan dan didistri-busikan,
kepada siapa akan dilaporkan hasilnya, dan dimana keputusan mengenai hal
tersebut akan dibuat. Aktivitas pengorganisasian termasuk salah satu tanggung
jawab manajer administrasi dalam mendesain struktur organisasi sebuah
perusahaan.
Struktur organisasi terdiri dari 6 macam yaitu struktur garis, struktur garis
dan staf, struktur fungsional, struktur produk, struktur komite, dan struktur matrik.
Sukoco (2007) menyatakan bahwa struktur garis dan staf hampir sama dengan
struktur garis, dengan satu dimensi tambahan berupa aktivitas staf ahli yang
mendukung aktivitas struktur garis dengan memfasilitasi pencapaian tujuan utama
organisasi. Karakteristik wewenang langsung maupun aktivitas yang secara
langsung berhubungan dengan pencapaian tujuan utama perusahaan dari struktur
garis masih ada. Perbedaan utamanya bahwa aktivitas garis berperan langsung,
sementara aktivitas staf tidak dapat berperan langsung dalam pengambilan
keputusan. Keberadaan staf ahli dibutuhkan sebagai supporting staff bagi manajer
yang bertanggung jawab mengelola departemen yang dipimpinnya. Kelebihan
utama struktur garis dan staf adalah posisi garis terbebas dari aktivitas khusus
yang dapat diberikan kepada karyawan staf, sehingga manajer pada posisi garis
mempunyai waktu lebih untuk melakukan aktivitas yang berperan secara langsung
pada pencapaian tujuan utama perusahaan, selain itu fleksibilitas dari personel
staff dapat memudahkan staf ahli untuk melaksanakan dan menyelesaikan proyek

4
baru dengan jumlah waktu yang minimum. Struktur garis dan staf akan sulit kita
jumpai pada struktur garis yang murni. Pengalaman sebagai staf merupakan
persiapan menuju posisi garis. Kekurangan struktur garis dan staf adalah konflik
antar karyawan posisi garis dan staf sering menjadi masalah.

2.1.3. Sarana Prasarana


Sarana prasarana merupakan aspek penting dalam membangun suatu
usaha peternakan, yang salah satunya mesin dan peralatan produksi yang
merupakan hal penting dalam kegiatan produksi. Pemilihan mesin dan peralatan
harus disesuaikan dengan kapasitas produksi yang dihasilkan (Subagyo, 2007).
Perawatan terhadap mesin dan peralatan juga diperlukan untuk menjamin
kelancaran proses produksi serta urutannya juga harus sesuai dengan urutan
proses dan tata ruang yang diatur sedemikian rupa sehingga proses produksi
efektif dan efisien (Wibowo, 2008).
Tata letak pabrik merupakan tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas pabrik
dengan memanfaatkan luas area seoptimal mungkin untuk menunjang kelancaran
proses produksi. Tipe tata letak memiliki empat tipe dasar yaitu meliputi fixed
layout, product layout, process layout, dan group/cell layout (Purwanggono,
2006). Tujuan pengaturan layout fasilitas yang baik dapat dilakukan dengan
memaksimumkan pemanfaatan peralatan pabrik dan meminimumkan kebutuhan
tenaga kerja (Prasetya dan Fitri, 2009).

2.1.4. Ketenagakerjaan
Manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur
hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu
terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat (Hasibuan, 2007).
Tujuan manajemen sumber daya manusia untuk meningkatkan kontribusi yang
produktif dari karyawan kepada organisasi melalui tanggung jawab, strategi dan
sosial. Sumber daya manusia pada dasarnya berada dalam organisasi untuk
mendukung para manajer dan karyawan dalam melaksanakan strategi organisasi.
Sumber daya Manusia memberikan tiga bantuan kepada manajer pelaksana, yaitu
pelayanan, saran dan keordinasi (Sofyandi, 2008).
Tenaga kerja sangat penting dan dibutuhkan didalam negara sebagai
penunjang berhasilnya suatu usaha atau perusahaan. Faktor
produksi alam dan faktor produksi modal tidak dapat digunakan secara
optimal tanpa adanya tenaga kerja. Perusahaan memiliki kriteria pada masing-
masing tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan. Tenaga kerja merupakan penduduk
yang berada dalam batas usia kerja yang digolongkan produktif dan dapat dibagi
menjadi dua kelompok, yakni kelompok angkatan kerja dan kelompok bukan
angkatan kerja (Widiastuti, 2013). Kualitas sumber daya manusia sangat
berpengaruh penting dalam perusahaan dengan tujuan memajukan serta
memberikan inovasi terkait kemajuan suatu perusahaan.

5
Penilaian kinerja adalah alat yang bermanfaat tidak hanya untuk kerja dari
kariawan, tetapi juga untuk mengembangkan dan memotivikasi karyawan
(Sofyandi, 2008). Menurut (Chrisyanti, 2011) penilaian kinerja adalah penilaian
tentang prestasi kerja karyawan. Kesejahteraan karyawan merupakan salah satu
cara perusahaan dalam mempertahankan karyawan tetap bekerja dan royal pada
perusahaan. Kesejahteraan tersebut merupakan pemenuhan kebutuhan di luar gaji
dan upah. Kesejahteraan dapat berupa tunjangan (benefit) dan pelayanan. Metode
yang dapat digunakan dalam kesejahteraan tenaga kerja, antara lain: metode
komunikasi dan metode pemberian intensif (Wibisono, 2006).

2.3. Manajemen Pemeliharaan


2.3.1. Manajemen Breeding Parent Stock Broiler
Parent stock broiler adalah galur ayam hasil rekayasa genetik yang
memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai bibit
broiler penghasil daging (Sholikin, 2011). Metode untuk mempertahankan
populasi ayam yaitu dengan pembibitan. Usaha pembibitan adalah usaha di bidang
peternakan yang menghasilkan ternak untuk dipelihara, bukan untuk dikonsumsi.
Perkembangan usaha pembibitan ini berkembang seiring dengan perkembangan
usaha ayam ras di Indonesia. Usaha pembibitan ayam ras terdapat empat usaha
(Bambang, 2012 dalam Putri, 2014), yaitu:
1. Pembibitan untuk menghasilkan pure line (PL) atau ayam berdarah
murni.
2. Pembibitan untuk menghasilkan great grand parent stock (GGPS).
3. Pembibitan untuk menghasilkan grand parent stock (GPS).
4. Pembibitan untuk menghasilkan parent stock (PS).

2.3.2. Manajemen Pakan dan Minum


Pakan adalah campuran berbagai macam bahan organik dan anorganik
yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang
diperlukan bagi pertumbuhan, perkembangan, dan reproduksi. Jumlah pakan yang
diberikan sangat bergantung dari jenis ayam yang dipelihara, sistem pemeliharaan
dan tujuan produksi (Handayani, 2014).
Ketepatan waktu pemberian pakan perlu dipertahankan, karena pemberian
pakan pada waktu yang tidak tepat setiap hari dapat menurunkan produksi. Pakan
juga dapat diberikan dengan cara terbatas pada waktu tertentu dan disesuaikan
dengan kebutuhan ayam, misalnya pagi dan sore. Waktu pemberian pakan dipilih
pada saat yang tepat dan nyaman sehingga ayam dapat makan dengan baik dan
tidak banyak pakan yang terbuang (Sudaro dan Siriwa, 2007 dalam Handayani
Irma, 2014).
Kartadisastra (2012) menyatakan bahwa jenis, pakan ayam dibedakan
menjadi lima jenis, yaitu :

6
1. Grain adalah jenis pakan yang diberikan kepada ayam, terdiri dari murni biji-
bijian. Pemberian jenis pakan ini dilakukan khusus pada sore hari dan
ditujukan untuk merangsang perkawinan pada ayam-ayam bibit serta untuk
memperbaiki kondisi lantai (pada kandang system litter)
2. Meal adalah jenis pakan yang terdiri dari satu macam bahan pakan (bijian
atau bungkil) yang sudah digiling
3. Mash adalah jenis pakan yang terdiri dari campuran beberapa meal
4. Pellet adalah mash yang dibentuk seperti butiran setelah melalui suatu proses
(pelleting). Ukuran/ besar pellet 5-8 mm
5. Crumbs atau Crumble adalah pellet yang dibentuk butiran kecil (±3 mm).
Disebut juga “broken pellet”
Program pembatasan pakan (restricted feeding) dengan cara pemuasaan
merupakan salah satu strategi yang banyak diajukan sebagai metode yang dapat
mengurangi dampak akibat konsumsi pakan yang berlebihan pada saat pemberian
pakan ad libitum (Kartadisastra, 1994 dalam Handayani Irma, 2014). Air
merupakan senyawa penting dalam kehidupan. Dua pertiga dari bagian tubuh
makhluk hidup adalah air dalam berbagai peranan untuk kehidupan (Parakkasi,
1999). Scott et al (2011) menyatakan bahwa air mempunyai fungsi sebagai
berikut (1) zat dasar dari darah, cairan interseluler dan intraseluler yang bekerja
aktif dalam transformasi zat-zat makanan, (2) penting dalam mengatur suhu tubuh
karena air mempunyai sifat menguap dan panas khusus (specific heat), (3)
membantu mempertahankan homeostatis dengan ikut dalam reaksi dan perubahan
fisiologis yang mengontrol pH, osmostis dan kosentrasi elektrolit.
Ayam termasuk hewan homeothermis dengan suhu nyaman 24ºC, akan
berusaha mempertahankan suhu tubuhnya dalam keadaan relatif konstan antara
lain melalui peningkatan frekuensi pernafasan dan jumlah konsumsi air minum
serta penurunan konsumsi pakan (Wijayanti, 2011). Konsumsi air minum
disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang dapat mempengaruhi konsumsi air
minum adalah suhu didalam kandang. Suhu di dalam kandang yang semakin dapat
menyebabkan suhu tubuh ayam meningkat. Peningkatan konsumsi pakan sebesar
1 g mengakibatkan peningkatan konsumsi air minum sebesar 1,5 ml (Ardianto,
2014). Ensminger (1990) dalam Ardianto (2014) menyatakan bahwa pada
umumnya ayam mengonsumsi air minum 2 kali lebih besar dari jumlah pakan
yang dikonsumsi karena air minum berfungsi sebagai pelarut dan alat transportasi
zat-zat makanan untuk disebarkan ke seluruh tubuh sehingga dibutuhkan lebih
banyak air dari pada makanannya. Berdasarkan NRC (1994) konsumsi air minum
bertambah sekitar 7% setiap peningkatan suhu 10C di atas 210C.

2.3.3 Perkandangan
Indarto (1990) menyatakan bahwa kandang merupakan bangunan tempat
tinggal unggas mulai dari sejak awal kehidupan sampai diafkir. Bangunan
kandang harus dirancang dengan baik sehingga nantinya ayam dapat memberi

7
produksi yang optimal. Fungsi kandang ialah sebagai tempat beraktifitas ayam,
berlindung, tempat berproduksi, makan, minum dan tempat berkembang biak.
Rasyaf (2004) menyatakan bahwa perkandangan merupakan kumpulan dari
seluruh kandang yang ada dengan suatu aturan tertentu. Penyusunan kandang
dalam suatu areal peternakan ada aturannya.
Kandang didirikan dalam posisi berjajar sehingga jarak antar kandang
minimal selebar kandang, karena jarak kandang yang berdekatan mengakibatkan
sirkulasi udara tidak lancar dan memudahkan penularan penyakit (Suprijatna,
2005). Fadilah (2007) menyatakan bahwa bangunan kandang satu dengan
kandang lain mempunyai umur ayam yang berbeda harus dibangun dengan jarak
minimal 20 meter, namun untuk kandang yang ditempati ayam yang sama
umurnya boleh saling berdekatan.
Sudarmono (2003) menyatakan bahwa lokasi kandang harus jauh dari
pemukiman, kandang mampu memberikan kemudahan dalam pelaksanaan
aktifitas baik diluar maupun di dalam kandang, dan kandang mampu
memberiakan kenyamanan bagi ternak, oleh karena itu lokasi kandang, kontruksi
kandang dan ukuran kandang harus diberi perhatian yang khusus. Santoso dan
Sudaryani (2009) menyatakan bahwa jarak antara kandang dengan pemukiman
penduduk adalah 500 meter, sedangkan dengan peternakan lain minimal 1000 m.
Lokasi kandang yang jauh dari pemukiman penduduk dimaksudkan agar aktivitas
penduduk tidak mengganggu keberlangsungan budidaya ayam ataupun
sebaliknya, budidaya ayam tidak menimbulkan efek eksternalitas negatif kepada
penduduk.

2.3.4 Manajemen Kesehatan Ternak


Penyakit dalam pengertian umum dapat dinyatakan sebagai
penyimpangan dari kondisi normal dari seekor hewan, penyakit juga dapat
dikatakan sebagai perubahan kondisi normal dari seekor hewan yang disebabkan
oleh jasad hidup. Bentuk pengobatan terpenting adalah pencegahan, yaitu suatu
tindakan untuk melindungi individu terhadap serangan penyakit atau menurunkan
keganasannya (Imam, 2009).
Penyakit unggas dapat dengan mudah menyebar secara luas dan sulit
diberantas sehingga harus dilakukan vaksinasi rutin. Vaksin merupakan bahan
biologic yang mengandung mikroorganisme yang telah dilemahkan atau
dimatikan yang diformulasikan sedemikian rupa untuk digunakan sebagai infeksi
buatan. Peranan vaksin ialah merangsang pembentukan antibodi. Vaksin
dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan antigennya, yaitu vaksin viral, bacterial,
dan protozoa. Vaksinasi yang mempunyai fungsi untuk menstimulasi
pembentukan titer antibodi yang berperan mem-blok lalu menghancurkan virus
sebelum masuk kedalam sel. Pemberian obat pada saat serangan penyakit viral
diperlukan guna mencegah atau mengatasi infeksi sekunder oleh bakteri (Ibrahim,
2008).

8
Dua jenis vaksin yaitu vaksin in aktif (kill) dan vaksin aktif (live),
kemampuan vaksin aktif untuk menimbulkan kekebalan tubuh lebih tinggi
dibanding dengan vaksin in aktif karena virus akan berkembang biak didalam
tubuh merangsang terbentuknya kekebalan secara cepat, sementara kekuatan
vaksin in aktif merangsang terbentuknya antibodi tergantung pada tergantung
pada antigenik (sel-sel virus) yang terkandung dalam dosis vaksin. Beberapa jenis
penyakit yang telah ditemukan vaksinnya antara lain: Mareks, Infectious Bursal
Desease (IBD), Newcastel Desease (ND), Infectious Bronchitis (IB), Infectious
Coriza (Snot), fowl Pox, Egg Drop Syndrome (EDS), Coccidiosis (Koksi) dan
Avian Influensa (AI) (Imam, 2009).

2.3.5 Manajemen Sanitasi dan Biosecurity


Sanitasi merupakan usaha pengendalian penyakit melalui kebersihan
agar ternak bebas dari suatu infeksi penyakit baik bakteri, virus dan parasit antara
lain menjaga kebersihan dengan mensuci hamakan peralatan kandang, kebersihan
kulit ternak yang dipelihara, menjaga kebersihan di dalam dan diluar kandang,
mengubur dan membakar bangkai, kebersihan petugas, kebersihan pakan dari
kandungan racun (Ibrahim, 2008). Higienisasi dalam lingkungan peternakan ayam
sangat diperlukan, maka perlu ditentukan sasaran secara tepat, terutama
ditunjukkan pada sanitasi lingkungan, sanitasi petugas, dan juga ayam yang
dikelola (Sudarmono, 2003). Kandang yang telah dikosongkan harus dicuci
dengan desinfektan, namun sebelum melakukan desinfeksi perlu mengenal
macam-macam desinfeksi, sifat, dosis dan cara penggunaannya agar
pelaksanaannya lebih efektif dan efisien (Fadilah, 2007).
Biosekuritas adalah suatu tindakan pencegahan atau pengendalian
mikroorganisme pathogen dari hewan atau manusia. Biosekuritas yang baik pada
dasarnya dapat menjaga ayam terpisah dari agen penyebab penyakit, maka akan
meminimalkan efek penyakit dan pencegah penyebaran penyakit (Fadilah, 2011).
Biosekuritas berarti perlindungan terhadap parent stock ayam pedaging dari
berbagai jenis infeksius seperti virus, bakteri, jamur, maupun parasit (Dwicipto,
2010). Yaman (2011) menambahkan bahwa program biosecurity merupakan
tindakan untuk menghindari kontak antara hewan dan mikroorganisme. Program
ini merupakan pintu pertahanan pertama dalam upaya pengendalian dan
penyebaran suatu penyakit. Penerapan biosecurity dalam system beternak sangat
diperlukan mulai dari awal pemeliharaan di kandang sampai saat pemasaran.
Isolasi merupakan kegiatan menciptakan lingkungan dimana ayam terlindung dari
agen penyebab penyakit.
Isolasi adalah berbagai upaya yang dilakukan untuk memberi barrier bagi
ayam dari serangan kuman pathogen penyebab penyakit. Isolasi berarti
menjauhkan ayam (flock) dari orang, kendaraan, dan benda yang dapt membawa
pathogen. Pengendalian lalu lintas adalah berbagai upaya untuk men-screening

9
orang, alat, barang dan hewan lain agar kegiatan lalu lintas yang dilakukannya
tidak menyebabkan masuknya pathogen kedalam farm (Sholikin, 2011).

2.3.6 Pengolahan Limbah Peternakan


Limbah peternakan bisa berasal dari kotoran ayam yang secara umum
terdiri dari sisa pakan yang tidak tercerna seperti selulosa (karbohidrat), lemak,
protein dan unsur anorganik (Tabbu dan Hariono, 1993). Ransum yang dapat
dicerna dan dimetabolisir di dalam tubuh berkisar 74% sehingga kotoran ayam
kering masih mengandung gross energy yang belum tercerna. kotoran ayam
mempunyai kandungan protein kasar 29,30%. Protein yang terkandung di dalam
kotoran ayam merupakan sumber utama nitrogen (Djuriono, 2015)
Limbah yang dihasilkan dari usaha peternakan ayam terutama berupa
kotoran ayam dan bau yang kurang sedap serta air buangan. Air buangan berasal
dari cucian tempat pakan dan minum ayam serta keperluan domestik lainnya dan
terserap kedalam tanah serta tidak berpengaruh besar terhadap lingkungan sekitar
(Rachmawati, 2000)
Limbah kotoran ayam dapat dimanfaatkan sebagai pupuk sayuran dan
dapat dimakan kembali oleh ayam dan ternak lain. Menurut Kusuma (2012),
limbah ternak atau peternakan adalah semua yang berasal dari ternak atau
petenakan baik bahan padat maupun cair, yang belum dimanfaatkan dengan baik,
yang termasuk dalam limbah ternak adalah feses dan urin. Kotoran ternak
merupakan limbah ternak yang terbanyak dihasilkan dalam pemeliharaan ternak
selain limbah yang berupa sisa pakan. Kotoran ayam sebagai limbah peternakan
masih memiliki kandungan nutrien yang cukup baik, terutama protein. Kotoran
ayam petelur merupakan sumber protein yang baik, karena masih terdapat bagian-
bagian pakan yang terbuang melalui kotoran akibat tidak bisa dicerna. Limbah
tersebut masih bisa digunakan sebagai pupuk bogashi untuk tanaman . Pupuk
bokashi sangat menguntungkan karena dapat memperbaiki produktivitas dan
kesuburan tanah, selain itu juga akan memberikan keuntungan finansial karena
mempunyai daya jual.

2.4. Pasca Panen


2.4.1. Koleksi Telur
Koleksi telur merupakan pengambilan telur yang dilakukan 4 sampai 5
kali sehari. Pengambilan telur dilanjutkan dengan penilaian kualitas fisik telur
meliputi hal -hal berikut yaitu bentuk telur harus normal, berat atau besar telur dan
warna kulit telur harus seragam sesuai strain atau bangsa, telur yang terlalu tipis
atau terlalu porous akan mengakibatkan penguapan isi telur terlalu tinggi sehingga
akan menurunkan daya tetas, telur tetas yang baik permukaan kulitnya harus
halus, tidak kotor, dan tidak retak (Iraining, 2014). Agar telur tetas memberikan
peranan besar dalam penetasan maka telur yang akan ditetaskan harus diseleksi,
adapun hal - hal yang perlu diseleksi adalah antara lain : bentuk telur harus oval

10
(panjang telur dikalikan 100 %, jika 72 – 74 % berarti telur oval), telur harus
berasal dari pejantan (sex ratio), berat telur, lama penyimpanan, kebersihan telur
(agar pori-pori kulit telur tak tertutup dengan kotoran sehingga respirasi embrio
dapat berjalan dengan lancar), keutuhan telur (telur tidak, retak), warna, seragam
(Sudjarwo, 2012).

2.4.2 Grading Telur


Tahap awal dari proses penetasan dimulai dari penyeleksian telur
(grading). Grading adalah proses seleksi telur menjadi dua bagian yaitu, telur
yang layak ditetaskan disebut Heaching Egg (HE) dan telur yang tidak layak
ditetaskan (Grade Out). Tujuan dari seleksi telur tetas menurut Sudaryani dan
Santoso (2003) adalah untuk mendapatkan anak ayam yang sesuai dengan yang
diharapkan. Klasifikasi telur yang tidak ditetaskan atau afkir:
1. Telur Kotor (dirty)
2. Telur cacat (benjol, bulat, lonjong)
3. Telur besar (jumbo)
4. Telur kerabang tipis, warna tidak seragam
5.Telur kerabang bitnik-bintik kasar
6. Telur retak dan hancur (damage)

2.4.3 Fumigasi
Telur tetas yang telah diterima segera dilakukan fumigasi (single dosis).
Bahan yang digunakan dalam melakukan fumigasi untuk single dengan volume
ruang fumigasi adalah 5,04 m³, dengan penggunaan formalin sebanyak 150 cc dan
forcent 75 gr. Dengan dosis pemakaian untuk formalin sebanyak 151,2 cc
sedangkan forcent sebanyak 75,6 g. Setelah HE dan bahan fumigan dimasukan ke
ruang fumigasi, maka tahap selanjutnya adalah melakukan fumigasi dengan cara
menaburkan forcent kedalam wadah yang telah disiapkan, dan menutup pintu
fumigasi serta menghidupkan kipas angin. Proses fumigasi HE dilakukan selama
20 menit, dan setelah HE difumigasi kemudian dipindahkan ke dalam holding
room, lalu HE disusun berdasarkan nomor kandang, strain, asal farm, grade, dan
tahap akhir adalah memasang label berdasarkan kriteria yang telah ditentukan
(Nopiana 2015).

11
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1. Lokasi dan Waktu Kegiatan


Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan selama satu bulan, yaitu pada
tanggal 17 Juli 2017 sampai dengan 17 Agustus 2017 di Poultry Breeding
Division PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk Unit 03 Purwosari Desa Pucangsari,
Kecamatan Purwosari, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.

3.2. Khalayak Sasaran


Khalayak Sasaran dari Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) adalah
usaha breeding farm parent stock broiler di PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk
Unit 03 Purwosari Desa Pucangsari, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Pasuruan,
Jawa Timur.

3.3. Metode Kegiatan


Metode yang digunakan untuk mendapatkan datadata, baik data primer
maupun data sekunder dilakukan dengan cara :
1. Observasi
Teknik observasi dilakukan dengan cara pengamatan dan peninjauan secara
langsung terhadap obyek kegiatan dalam manajemen produksi di lapangan,
serta survey ke lokasi fasilitas produksi. Parameter yang diamati antara lain:
sanitasi karyawan, sanitasi perkandangan, pakan yang meliputi system feeder,
jenis pakan, distribusi pakan dan metode pemberian pakan, grading, timbang
bobot badan, seleksi ayam (sexing error, cacat, unhealthy), mixing ayam jantan
dan betina, hatching egg , Monitoring kesehatan ayam, control malam, post
mortem, klorinasi, pembukaan light trap, lighting, pengecekan kecepatan angin
dalam kandang, pengukuran intensitas cahaya dengan menggunakan alat lux
meter, dan pengukuran kandang.
2. Wawancara
Teknik wawancara dilakukan dengan tanya jawab secara langsung dengan
pembimbing lapang dan para pekerja yang ada di lokasi baik di lokasi produksi
maupun manajemen. Variabel yang ditanyakan antara lain: fasilitas dari
perusahaan, struktur organisasi perusahaan, proses recruitment karyawan,
proses sanitasi karyawan, proses sanitasi perkandangan, sarana dan
prasarana perusahaan, pengambilan data uniformity antar kandang.
3. Dokumentasi
Teknik dokumentasi dilakukan dengan cara pengambilan gambar saat
pengamatan obyek pembahasan. Gambar yang dikumpulkan antara lain
meliputi: Dokumentasi dalam kandang (peralatan, penimbangan body weight,

12
vaksinasi, grading, pemberian pakan), dokumentasi luar kandang (distribusi
pakan, post mortem, penampungan air, sterilisasi peralatan vaksin) .
4. Studi kepustakaan
Teknik studi kepustakaan dilakukan dengan bantuan dari bermacam-macam
sumber pustaka. Teknik studi kepustakaan bertujuan untuk membandingkan
hasil yang diperoleh selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapang dengan
pencarian berbagai literatur (jurnal, buku, text book, laporan skripsi, makalah
seminar, dan web) yang berhubungan dengan obyek pembahasan melalui
perpustakaan.

3.4. Analisis Hasil Kegiatan


Data yang diperoleh dari kegiatan PKL akan dianalisis secara deskriptif
yaitu membandingkan antara teori dengan data dan fakta yang ada di lapang,
sehingga dapat memberikan gambaran nyata mengenai tata laksana pemeliharaan
parent stock broiler di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Grati 4, Pasuruan.
Data yang digunakan meliputi data primer dan sekunder. Data primer diperoleh
dari pengamatan di lapang secara langsung dan dari hasil wawancara dengan staf
karyawan, sedangkan data sekunder diperoleh dari catatan-catatan yang dimiliki
oleh perusahaan tersebut.
Data primer yang diperoleh dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
 Bobot badan rata-rata
Bobot badan rata-rata kandang lebih besar atau sama dengan standar. Jika
bobot badan rata-rata lebih kecil dari standar lakukan beberapa perbaikan
misalnya dalam tata laksana pemberian pakan dan pengaturan kepadatan
kandang. Rumus yang digunakan untuk mengukur berat badan baik saat
kontrol berat badan maupun saat panen. Berikut rumus tersebut :
BB (kg/ekor) =
 Feed Convertion Rasio (FCR)
Nilai FCR yang sama atau lebih kecil dibandingkan standar, menandakan
terjadinya efisiensi pakan yang didukung dengan tata laksana pemeliharaan
yang baik. Namun jika nilai FCR lebih besar dibandingkan standar maka
mengindikasikan terjadi pemborosan pakan sebagai akibat tidak maksimalnya
manfaat pakan terhadap pertambahan bobot badan ayam. Rumus menghitung
FCR ialah:
FCR =
 Tingkat Deplesi
Deplesi populasi atau penyusutan jumlah ayam bisa berasal dari dua hal yaitu
kematian dan afkir ayam (culling). Rumus menghitung tingkat deplesi ialah
sebagai berikut :

13
Deplesi (%) = x 100 %

3.5. Batasan Istilah


a. Parent stock, ayam ras tipe pedaging merupakan ayam ras hasil produksi
pembibitan ayam bibit tetua (grand parent stocks) yang memenuhi
persyaratan yang sesuai ketentuan berlaku menghasilkan bibit niaga ayam
ras tipe pedaging.
b. Strain, adalah istilah yang digunakan untuk sekelompok ternak ayam yang
mempunyai nilai ekonomis produksi tinggi dan turun-temurun.
c. Deplesi, adalah ayam yang dikeluarkan dari kandang sebelum masa afkir
(culling dan mati)
d. Uniformity, adalah keseragaman antar jantan dan sebagai acuan untuk
menentukan jumlah pakan yang akan dikonsumsi selama 1 minggu ke
depan.
e. Nipple, adalah tempat minum untuk ternak yang di gantung memanjang.
f. Chain feeder, adalah jenis tempat pakan otomatis yang didalamnya terdapat
rantai yang nantinya membawa pakan yang ada di hopper.
g. Covinh feeder, adalah jenis tempat pakan otomatis yang hampir sama
dengan dengan chain feeder tetapi perbedaan terletak di atas rantai atau di
dalam lintasan terdapat pipa panjang yang berfungsi untuk menutup pakan
pada saat mesin penggerak rantai di nyalakan.
h. Through, adalah jenis tempat pakan manual untuk ayam jantan.
i. Litter, adalah lantai kandang dengan serutan kayu.
j. Slat, adalah lantai kandang yang biasanya terbuat dari plastik yang
mempunyai lubang.
k. Feeder space, adalah jarak makan antar ayam setiap meternya
l. Flushing yaitu selang yang berisi air bertekanan dimasukkan dalam ujung
lintasan nipple drinker kemudian air dialirkan hingga seluruh kotoran dalam
lintasan keluar dan bersih.
m. Fleshing merupakan salah satu upaya grading dengan mengukur
perdagingan area dada dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari sesuai
dengan ketentuan.

14
BAB IV
HASIL DAN EVALUASI KEGIATAN

4.1. Keadaan Umum Perusahaan Peternakan


4.1.1. Lokasi dan Tata Letak Perusahaan
PT. Japfa Comfeed Tbk. Poultry Breeding Division Unit 03 Purwosari,
Pasuruan berlokasi di jalan Sengon Agung- Bakalan, Desa Pucangsari, Kecamatan
Purwosari, Kabupaten Pasuruan. Usaha dan kegiatan perusahaan ini bergerak
dibidang peternakan pembibitan anak ayam induk dan niaga. Suhu rata-rata
lingkungan ± 31 dengan jarak lokasi peternakan dengan jalan raya sekitar 500
m dan akses menuju perusahaan cukup baik. Lokasi perusahaan cukup dekat dari
pemukiman warga dan wahana wisata , namun sudah memperoleh perizinan dari
warga dan dengan penggunaan kandang closed house, bau yang dihasilkan dari
lokasi peternakan tidak mengganggu warga.
Luas lahan farm Unit 03 Purwosari yaitu 31.950 dimanfaatkan untuk
bangunan kandang seluas 14.544 , bangunan penunjang seluas 2.802 ,
fasilitas jalan seluas 5.000 dan sisa dari lahan tersebut seluas 15.971 atau
sekitar 40,99% dari total luas lahan merupakan lahan ruang terbuka/penghijauan.
Kandang dikelilingi pagar beton dengan ketinggian ± 3 meter yang akan
melindungi kandang dari gangguan-gangguan yang ada. Perusahaan ini sudah
ditunjang oleh tenaga listrik serta tenaga genset yang digunakan sewaktu-waktu
apabila aliran listrik dari PLN padam. Air yang digunakan berasal dari sumur bor
dengan menggunakan pompa air kemudian dialirkan ke tendon penampung utama
dan akhirnya dialirkan ke tandon-tandon kecil yang ada pada masing-masing
kandang.
Lokasi peternakan terhitung dataran tinggi dengan ketinggian 315 meter
dpl dan keadaan wilayah yang relatif dataran tinggi, dari keadaan tersebut maka
lokasi peternakan akan terhindar dari banjir dan drainase akan lebih baik.
Sudaryani dan Santosa (2009) menyatakan bahwa lokasi peternakan sebaiknya
dekat dengan sarana transportasi, serta berada pada lokasi yang tidak ramai agar
ayam tidak mudah stress. Priyatno (2002) menambahkan bahwa hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam memilih lokasi kandang adalah transportasi lancar,
mudah hubungan luar, tempat yang tidak terisolir dan tidak becek. Kandang
sebaiknya didirikan di tempat yang lebih tinggi dari lingkungan sekitarnya,
sehingga drainase dapat dibuat secara baik.
Farm Unit 03 Purwosari didirikan september 1992 dengan bangunan
kandang ada 20 yang masing-masing mempunyai jarak antar kandang 10 m. Batas
wilayah perusahaan yaitu sebelah utara, timur dan barat berbatasan dengan
perkampungan warga, dan sebelah selatan berbatasan langsung dengan
persawahan. Arah hadap kandang membujur dari barat ke timur ataupun
sebaliknya sehingga sinar matahari leluasa menyinari kandang yang tentunya
dapat menekan pertumbuhan bakteri-bakteri yang dapat menimbulkan penyakit.

15
Priyatno (2002) yang menyatakan bahwa arah kandang sebaiknya diusahakan
menghadap ke arah barat-timur sehingga ayam terkena panas matahari secara
langsung baik pagi hari maupun siang hari.

4.1.2. Struktur Organisasi Perusahaan


Bagan Struktur Organisasi di PT Japfa Comfeed Indonesia Unit 03
Purwosari, Pasuruan merupakan bagan organisasi yang berbentuk garis dan staff,
pelimpahan wewenang dilakukan secara vertikal dari pimpinan tertinggi sampai
kepada bagian-bagian di bawahnya. Penggunaan struktur organisasi diharapkan
dapat menciptakan suatu kesatuan perintah dan satu kesatuan komando dalam
menjalankan kegiatan perusahaan. Struktur organisasi terdiri dari 6 macam yaitu
struktur garis, struktur garis dan staf, struktur fungsional, struktur produk, struktur
komite, dan struktur matrik. Sukoco (2007) menyatakan bahwa struktur garis dan
staf struktur hampir sama dengan struktur garis, dengan satu dimensi tambahan
berupa aktivitas staf ahli yang mendukung aktivitas struktur garis dengan
memfasilitasi pencapaian tujuan utama organisasi. Karakteristik wewenang
langsung maupun aktivitas yang secara langsung berhubungan dengan pencapaian
tujuan utama perusahaan dari struktur garis masih ada.
Karyawan di PT. Japfa Comfeed Indonesia Unit 03 Purwosari, Pasuruan
sebagian besar adalah lulusan SMP/SMA dan beberapa adalah lulusan S1. Unit
Grati 4 merupakan unit terbaru multifarm sehingga karyawan banyak yang masih
berusia muda. Manager Farm dari PT. Japfa Comfeed Indonesia Unit 03
Purwosari, Pasuruan adalah Hajar Puji Laksana S.Pt yang bertanggung jawab atas
seluruh manajemen yang ada di Unit 03 Purwosari dengan membawahi
supervisor kandang 4, 5, 6, 7 dan 17, 18, 19, 20 Adi Irawan S.Pt, supervisor
kandang 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16 Rifki S.Pt, dan supervisor kandang 1, 2, 3,
dan 8, 9, 10 Yanwar Hafid Falata. S.Pt. Supervisor kandang bertanggung jawab
atas manajemen per-flock kandang, supervisor kandang membawahi operator
kandang per-flock. Operator kandang bertugas melaksanakan kegiatan yang
berhubungan dengan manajemen kandang yang dipandu oleh supervisor.
Asisten Tehnik bertugas merencanakan dan membuat program perawatan
dan perbaikan secara rutin seluruh peralatan dan instalasi yang ada di area farm.
Mengatasi apabila konslet pada peralatan mesin. Logistik dan Operator Logistik
bertugas untuk mengirim dan mendistribusikan pakan ternak, serutan dan barang-
barang umum ke gudang dan kandang, mengambil dan menghitung ulang karung
bekas pakan dan serutan dari kandang ke gudang. Operator Hatchery Egg (Telur
tetas) bertugas mengambil telur tetas dari kandang 1 sampai kandang 20 kemudian
dimasukkan kedalam truck khusus pengangkut telur dan dibawa keruang
penyimpanan telur (cooling room) kemudian diambil oleh karyawan bagian
hatchery egg (HE) untuk di bawa ke hatchery yang ada di Kediri. Recording Unit
bertugas memasukan laporan harian kandang, deplesi ayam (mati dan culling),
produksi telur, meliputi jumlah telur tetas, telur bronze, telur standar kecil, telur

16
jumbo, telur abnormal, telur retak. dan melakukan croscek data dari semua
sumber data untuk validasi data, mempersiapkan dan mengirim laporan harian dan
bulanan ke recording region. Input data dilakukan melalui sistem online. Post
Mortem bertugas membedah ayam yang mati atau culling yang dicurigai memiliki
penyakit dan tidak diketahui penyebabnya dengan kasat mata, maka akan
dilakukan pembedahan. Selain itu, juga bertugas mengambil ayam culling setiap
hari dari kandang 1-20. Depo Unit bertugas memasukan data pembelian telur
abnormal dan melayani penjualan telur abnormal. Operator Vaksin dan Grading
Jantan bertugas melaksanakan vaksin mulai kandang 1-20.
Supervisor Personnel and General Affair (PGA) Bambang Togiri S.Pd.
Supervisor PGA membawahi Administrasi Personnel dan General Affair yang
bertugas atas administrasi kepegawaian umum, menghitung uang makan,
transport dan lembur karyawan, menghitung pemotongan biaya pengobatan, dst.
Supervisor PGA juga membawahi general affair unit. General Affair Unit
bertanggung jawab mengenai Driver, Sanitasi, dan Operator Loundry. Sigap
adalah sistem keamanan yang membantu keamanan di PT Japfa Comfeed
Indonesia Unit 03 Purwosari, Pasuruan dan beroperasi pada pagi, siang dan
malam hari.

4.1.3. Sarana Dan Prasarana


PT Japfa Comfeed Indonesia Unit 03 Purwosari, Pasuruan memiliki
sarana maupun prasarana yang sangat lengkap guna menunjang manajemen dalam
satu farm, sehingga manajemen yang dilaksanakan dapat berhasil dan sesuai target
yang diingikan. Sarana yang disediakan meliputi:
a. Sarana Transportasi
Sarana transportasi terdiri dari 8 armada kendaraan, meliputi 1 truk untuk
pengambilan barang, serutan, dll., 1 truk untuk pengangkutan makanan ternak, 2
mobil box L300 untuk pengangkutan telur tetas, 1 viar untuk area dalam kandang
(post mortem dan barang-barang kecil), 1 viar untuk transit dari depan ke tengah
(area intermediet), 1 mobil panter untuk kendaraan operasional, dan 1 mobil
strada pick-up untuk mengangkut barang-barang kecil dari luar.

b. Sarana Pengairan
Sarana pengairan terdapat 2 sumur bor yang mensuplai air bersih keseluruh
farm, 1 sumur bor dengan kedalaman 70 m digunakan untuk memenuhi kebutuhan
air di area mess dan sekitarnya, 1 sumur bor dengan kedalaman 100 m digunakan
untuk mensuplai air ke seluruh kandang dan disertai dengan penampungan air
sehingga kebutuhan air dapat terpenuhi. Debit air 3-4 liter per detik sehingga
kebutuhan air dalam farm dapat terpenuhi.

c. Sarana Kelistrikan
Sarana kelistrikan yang utama untuk mensuplai keseluruhan sumber listrik
dengan PLN yang menggunakan daya 345 KVA. Sarana kelistrikan dilengkapi

17
dengan 1 unit genset dengan daya motor diesel sebesar 500 KVA. Bahan bakar
yang digunakan adalah solar dan putaran yang dihasilkan 1500 rpm.

d. Sarana Keamanan
Sarana keamanan yang disiapkan pada tiap kandang, tiap ruang, maupun tiap
mess menggunakan pemadam kebakaran yang berbahan dasar Dry Chemical
kapasitas 6 kg. Sarana keamanan terdapat pos kontrol (pantau) yang ditempatkan
disetiap sudut farm sehingga dapat menjamin keamanan area farm. Dry
Chemical kapasitas 6 kg.

Gambar 1. Dry Chemical kapasitas 6 kg


Sarana dan prasarana yang sangat menunjang diharapkan tujuan dari
perusahaan dapat tercapai dengan maksimal, baik dari sisi kuantitas maupun
kualitas tanpa adanya gangguan saat pelaksanaan. Pemenuhan sarana dan
prasarana sesuai kebutuhan perusahaan dapat membantu kinerja karyawan
sehingga bisa bekerja secara maksimal tanpa adanya kesulitan baik dari sarana
maupun prasarana.

4.1.4. Ketenagakerjaan
PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit 03 Purwosari, Pasuruan
memiliki tenaga kerja yang digolongkan menjadi 2, meliputi tenaga kerja dengan
perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT) dan tenaga kerja dengan perjanjian kerja
waktu tidak tetap (PKWTT). Perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT) merupakan
karyawan yang dikontrak maksimal 2 kali pengontrakan dengan catatan kontrak
kedua tidak lebih lama dari waktu kontrak pertama. Masa kontrak yang sudah 2
kali pengontrakan maka di berhentikan selama 1 bulan jika akan melakukan
pengontrakan kembali oleh perusahaan. Perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT)
mencangkup karyawan bulanan dan karyawan harian lepas. Karyawan bulanan
terdiri dari karyawan driver, sanitasi, tehnik dan operator kandang. Karyawan
harian lepas terdiri dari karyawan bagian serut kayu, karyawan bagian pengangkut
pakan, operator vaksin dan grading jantan. Perjanjian kerja waktu tidak tetap
(PKWTT) merupakan karyawan yang dipekerjakan tetap. Karyawan yang
tergolong PKWTT merupakan karyawan yang sudah lama bekerja di perusahaan
sejak perusahaan mulai berdiri yang kebanyakan dari masyarakat sekitar

18
perusahaan. Ketenagakerjaan di Unit Grati 4 Pasuruan dapat dilihat pada Tabel 1.
berikut ini :

Tabel 1. Ketenagakerjaan di PT Japfa Comfeed Indonesia


Unit 03 Purwosari Pasuruan

Jabatan Jumlah
Manager 1
Supervisor Kandang 3
Operator Kandang 69
Post Mortum 2
Operator Depo 1
Operator HE (Hetchery
Egg) 2
Recording 1
Asisten Tehnik 1
Operator Tehnik 6
Logistik 1
Operator Logistik 1
F&A Unit 1
Supervisor P&GA 1
Administrasi P&GA 1
Driver 2
Laundry 2
Sanitasi 1
Sigap 15
Pekerja Harian Lepas 37
Total 148
Sumber: Data Primer (2017)

Karyawan PKWT dan PKWTT terdaftar badan penyelenggara jaminan


sosial (BPJS) sesuai dengan peraturan pemerintah yang mewajibkan karyawan
terdaftar dalam BPJS sebagai tunjangan kesehatan. Ketentuan gaji karyawan
mengikuti UMR wilayah Pasuruan dan gaji yang diperoleh berdasarkan golongan
yang dibagi menjadi 3 yakni golongan 1, golongan 2 dan golongan 3 dengan
pendapatan gaji yang berbeda-beda yang telah ditetapkan oleh administrasi pusat
dengan menyesuaikan lama ia bekerja, jabatan kerja dan prestasi kerja yang
diperoleh.
Keamanan perusahaan dijaga oleh sigap yang berasal dari wilayah
Pasuruan dengan jam kerja mengikuti peraturan perusahaan yakni maksimal
dalam 1 hari 8 jam dan 40 jam setiap minggunya. Jam kerja sigap yang terbagi
menjadi 3 sift yakni sift 1 mulai dari jam 07.00-15.00 WIB, sift 2 mulai dari jam

19
15.00-23.00 WIB dan sift 3 mulai dari jam 23.00-07.00 WIB. Ketentuan gaji sigap
mengikuti UMR wilayah Pasuruan.

4.2 Parent Stock Broiler


Ayam pembibit atau disebut juga dengan istilah parent stock merupakan
komoditas ternak yang sengaja dibudidayakan guna menghasilkan final stock baik
berupa pedaging maupun petelur. Kualitas bibit merupakan syarat utama dan
penting dalam usaha pembibitan ayam. Rasyaf (1995) dalam Yudha (2012)
menyatakan bahwa ayam yang mempunyai produktivitas tinggi dapat diperoleh
dari bibit yang berkualitas baik. Jenis-jenis bibit anak ayam pedaging umur sehari
(DOC) menurut strain (galur yang telah beredar di indonesia yaitu: Arbor Acres,
Cobb, Goto, Hubbard, Hybro, Lohmann, ISA Vedette, Indian River, Jabro, Ross,
Shaver Starbro, Tatum, dan Tegel. PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk Poultry
Breeding Division Unit 03, Desa Pucangsari, Kecamatan Purwosari, Kabupaten
Pasuran dalam hal ini menggunakan strain New Lohmann Indian River fase
laying.
Usaha pemeliharaan ayam pembibit pedaging atau parent stock broiler yang
umumnya disebut dengan breeding ini memiliki tujuan yakni, menghasilkan telur
tetas yang hatching egg untuk dapat ditetaskan menghasilkan DOC final stock
dengan kualitas yang baik dan menggunakan acuan standart minimal 1 induk
dapat menghasilkan 146 DOC final stock dalam 1 periode pemeliharaan parent
stock. Sudaryani dan Santosa (2003) menyatakan bahwa broiler atau final stock
merupakan generasi kelima dan terakhir dari urutan ayam silsilah pembibitan
ayam pedaging. Urutan pertama adalah pure line (PL) yang merupakan galur
murni ayam jantan dan betina yang memiliki potensi pertumbuhan inbreeding.
Urutan selanjutnya adalah great grand parent stock (GGPS), grand parent stock
(GPS), parent stock (PS) dan yang terakhir adalah final stock (FS).
Menurut Sudaryani dan Santoso (2000) menyatakan bahwa ayam pembibit
mulai bertelur pertama kali pada umur 19 minggu untuk ayam pembibit dwiguna
dan umur 21 minggu untuk ayam pembibit pedaging. Lebih lanjut dijelaskan oleh
Rasyaf (2003) bahwa masa bertelur dihitung sejak ayam mencapai 5% Hen-Day
Production hingga lebih rendah dari 50% Hen-Day Production. Ayam akan
mencapai puncak produksi pada umur 30-40 minggu dimana produksinya mampu
mencapai 89%-92% dan akhirnya secara perlahan-lahan menurun sampai ke
tingkat 50% Hen-Day Production atau ketika telah mencapai umur lebih dari 74
minggu.

4.3 Manajemen Pemeliharaan


4.3.1 Manajemen Breeding Parent Stock Broiler Fase Laying
Upaya mempertahan populasi ayam yakni dapat dilakukan dengan cara
pembibitan atau disebut juga dengan istilah breeding. Usaha pembibitan ayam
adalah suatu usaha di bidang peternakan yang menghasilkan telur tetas yang

20
kemudian ditetaskan di Hatchery untuk menghasilkan DOC final stock. Pada
praktek kegiatan dari usaha pembibitan ayam umumnya dilakukan 7 kunci pokok
pemeliharaan plus 2. Adapun 7 kunci pokok pemeliharaan plus 2 tersebut, yaitu: 7
kunci pokok (pakan, minum, lighting, suhu dan kelembaban, ventilasi, litter, dan
density); plus 2 (male management dan hatching egg care).
Disamping 7 kunci pokok plus 2 tersebut masih terdapat beberapa program
kegiatan yang dapat menunjang keberhasilan usaha pembibitan ayam. Diantaranya
adalah program biosecurity dan sanitasi lingkungan farm, pemilihan bibit DOC
parent stock yang berkualitas baik, early warning system (EWS), dan monitoring
kesehatan ternak yang sesuai program perusahaan.

4.4. Manajemen Pakan Dan Minum


4.4.1 Jenis Pakan
Salah satu faktor penentu keberhasilan suatu usaha peternakan adalah
faktor pakan, disamping faktor genetik dan tatalaksana pemeliharaan, maka faktor
pakan harus mendapat perhatian yang cukup serius, terutama kualitas dan harga
pakan. (Budiansyah, A., 2010). Pakan yang digunakan merupakan pakan yang
berasal dari PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (divisi pakan ternak) yang
bertempat di Sidoarjo. Pakan yang diberikan ke ayam berbeda-beda sesuai dengan
umur ayam.
Pakan untuk ternak ayam jantan berbeda dengan pakan untuk ayam betina.
Pakan jenis Breeder Laying I PAR LI LB adalah pakan yang diberikan pada usia
ayam mencapai 2% egg production sampai 41 minggu dengan bentuk pakan
coarse crumble. Breeder Laying II PAR LII LB coarse crumble pemakaian pakan
dilakukan pada usia 41 minggu sampai afkir. Sedangkan PAR JANTAN adalah
pakan yang diberikan ke ayam jantan pada usia 30 minggu sampai afkir yang
berbentuk fine crumble. PAR JANTAN menggunakan pakan ayam betina jenis
PAR D LB usia 4 minggu-first egg (25 minggu) dan terus digunakan sebagai
pakan hingga ayam jantan afkir. Sementara untuk ternak betina akan mengalami
pergantian pakan berupa PAR LI LB, PAR LII LB dan pergantian pakan tersebut
dilakukan sesuai fase ayam mulai bertelur sampai afkir. Pergantian pakan
dilakukan pada ayam betina untuk menunjang performa ayam betina dalam
bereproduksi berupa menghasilkan telur, sementara ayam jantan tidak mengalami
pergantian pakan karena kandungan pakan dalam PAR LII LB/PAR JANTAN
sudah mencukupi performa ayam jantan dalam bereproduksi dan berproduksi.
Kandungan pakan berbeda-beda dalam setiap jenis pakan, karena tujuan dari
penggunaan pakan tersebut juga berbeda-beda.
Bahan baku yang digunakan pada PAR LII LB adalah Jagung kuning,
SBM, CGM, Wheat bran, Palm Olein, Asam Amino Esensial, Premix, Vitamin.
Bahan-bahan tersebut sudah memenuhi standart kebutuhan ayam fase laying yaitu
kebutuhan kalsium 1,1%, phosphor 0.8%, air maksimal 12%, protein kasar
minimal 13%, serat kasar dan abu masing-masing kebutuhan yang harus dipenuhi

21
maksimal 6 % dan 8%. Pakan ayam juga terdapat 2 kategori pakan dengan kode
MED A dan pakan tanpa kode MED A. Pakan dengan kode MED A merupakan
pakan yang di dalamnya terkandung amoxy-s dan pakan tanpa MED A merupakan
pakan tanpa amoxy-s. Fungsi peng-gunaan pakan MED A dan pakan tanpa MED
A adalah untuk mengobati atau mencegah ayam dari Staphylococcus yang
menyebabkan ayam pincang atau athritis. Pakan dengan kode MED A diberikan
selama 2 minggu. Apabila ayam terkena penyakit yang cukup parah maka label
pakan yang digunakan adalah MED B. Bentuk pakan betina coarse crumble dan
pakan jantan fine crumble dapat dilihat dari Gambar 2a dan 2b. berikut ini:

(a) (b)
Gambar 2. Pakan Ayam Betina PAR L II LB Coarse Crumble (a), dan
Pakan Ayam Jantan PAR JANTAN Fine Crumble (b)

4.4.2 Jenis Tempat Pakan


Jenis tempat pakan ayam betina terdiri dari chain feeder dan covinh
feeder. Jenis tempat pakan ayam jantan adalah through feeder, sementara khusus
untuk pen ekstra kecil menggunakan tempat pakan jenis through feeder yang
digantung.
 Chain feeder adalah jenis tempat pakan otomatis yang didalamnya
terdapat rantai yang nantinya membawa pakan yang ada di hopper dan
ditutup oleh besi yang disebut grill. Hopper adalah tempat untuk mengisi
pakan. Satu kandang terdapat 6 lintasan chain feeder. Hopper pada
lintasan chain feeder 36 buah tergantung panjang efektif tempat pakan.
Kecepatan rantai pakan ditentukan oleh tingkat kecepatan motor/ mesin
penggerak rantai pakan tersebut. Kecepatan dari motor tersebut adalah ±
0.32 m/s dengan membawa pakan minimal 0.8-0.85 kg/m.
 Covinh feeder adalah jenis tempat pakan otomatis yang hampir sama
dengan dengan chain feeder tetapi perbedaan terletak di atas rantai atau
di bawah grill terdapat pipa panjang yang berfungsi untuk menutup
pakan pada saat mesin penggerak rantai di nyalakan. Satu kandang
terdapat 3 lintasan covinh feeder. Hopper pada lintasan covinh feeder
adalah 3 buah dengan masing-masing lintasan terdapat 1 buah hopper.
Kecepatan dari motor tersebut adalah ±1.19 m/s dengan membawa pakan
minimal 0.8-0.85 kg/m. Covinh feeder disajikan pada Gambar 3a.

22
 Through feeder adalah jenis tempat pakan manual untuk ayam jantan.
Total Feed Consumption (FC) per-pen jantan langsung ditaruh manual di
through dan diratakan manual. Pemberian pakan melalui through dengan
menekan tombol pada panel untuk menurunkan through yang telah diisi
pakan hari sebelumnya. Through feeder disajikan pada Gambar 3b.

(a) (b)
Gambar 3. Covinh feeder (a), dan Through feeder (b)

4.4.3. Feeder Space


Feeder Space adalah jarak tempat makan antar broiler. Feeder space di
Unit 03 Purwosari, Pasuruan sangat diperhatikan guna menunjang tercapainya
body weight (BW) standart yang diinginkan. Bakti (2013) menyatakan bahwa
jumlah feeder space yang kurang dapat menyebabkan pertumbuhan yang tidak
baik, dengan komposisi feeder space yang standar dan sesuai rekomendasi dari
perusahan pembibit ayam akan memberikan hasil yang maksimal. Berdasarkan
hasil pengukuran di kandang diperoleh data dari feeder space betina adalah 10-11
ekor/m dan jantan 8-9 ekor/m. Pengukuran tersebut didasarkan pada rumus
perhitungan yakni jumlah populasi (♂/♀) dibagi panjang lintasan pakan. Hasil
pengukuran feeder space dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2. berikut ini:
Tabel 1. Feeder space Betina Kandang 15

No. Populasi Panjang Lintasan Covinch Feeder FS


Betina (♀)
Lintasan Lintasan Lintasan
Total (m) Ditutup (m) Efektif (m)
1. 1502 137,9 2 135,9 11,0
2. 1472 132 - 132 11,1
3. 1451 132 4,5 127,5 11,3
4. 1473 132 - 132 11,1
5. 1479 131,9 2 129,9 11,3
Total 7377 665,8 8,5 657,3

Sumber: Data Primer (2017)

23
Tabel 2. Feeder space Jantan Kandang 15

No. Populasi Panjang FS


Jantan (♂) Trough Feeder (m)
1. 173 20 8,65
2. 172 20 8,6
3. 172 20 8,6
4. 171 20 8,55
5. 175 20 8,75
Total 863 100
Sumber: Data Primer (2017)

4.4.4. Prosedur Pemberian Pakan


Pakan diberikan ke ayam usia laying pada pukul 06.30 WIB. Pemberian
dilakukan dengan menekan tombol pemutar hopper, sehingga pakan terdistribusi
ke seluruh lintasan tempat pakan, pemutaran dilakukan 2 kali untuk tempat pakan
tipe chain dan 1 kali untuk covinh.
Bentuk pakan adalah coarse crumble untuk betina dan fine crumble untuk
jantan yang diberikan ke ayam mulai fase brooding hingga ayam afkir. Jumlah
pemberian pakan tergantung dari body weight dan uniformity. Body weight dan
uniformity merupakan kunci dari pemeliharaan parent stock, oleh karenanya body
weight dan uniformity sangat diperhatikan untuk menentukan feed consumption
(FC) dari setiap kandang. Penentuan FC tiap kandang berbeda-beda karena jenis
tempat pakan yang digunakan juga berbeda-beda dan sebagai strategi metode
pemberian pakan.
Penimbangan body weight mingguan dilakukan pada hari kamis namun
tergantung kebijakan per flock. Body weight mingguan merupakan penimbangan
5-8% untuk ayam jantan per pennya dan 2% untuk ayam betina per pennya. Hasil
dari form penimbangan body weight mingguan akan menentukan jumlah FC yang
digunakan untuk minggu berikutnya sementara hasil perhitungan body weight dan
uniformity merupakan hasil dari pemberian FC minggu sebelumnya. Gambar
penimbangan body weight ayam dapat dilihat pada gambar 4. berikut ini:

Gambar 4. Proses Timbang Body Weight

24
4.4.5 Tempat Minum
Tempat minum yang digunakan di Unit 03 Purwosari di sebut bell
drinker, dengan kapasitas standar 60-80 ekor/bell. Jarak antar bell drinker yaitu 4
meter digantung dengan pola RST dan tinggi bell dengan slat 35 cm. Air pada bell
disalurkan melalui pipa dan selang kecil dari tandon kandang berjumlah 2 buah
dengan kapasitas 1000 liter per buah. Pembersihan dilakukan setiap hari pada pagi
hari dengan menggosok dan membasuh seluruh permukaan bell. Pembersihan
dilakukan demi menjaga kesehatan dan meminimalisir kontaminasi mikroba
melalui air minum. Gambar bell drinker dapat dilihat pada Gambar 5. berikut ini:

Gambar 5. Bell drinker


Air minum diberikan secara adlibitum terkontrol, artinya konsumsi air
minum selama 24 jam dicatat pada laporan harian kerja. Pencatatan berfungsi
sebagai control berdasarkan asumsi bahwa ayam minum 2 kali konsumsi pakan.
Rasyaf (2002) menyatakan bahwa konsumsi air minum dipengaruhi oleh
konsumsi ransum, jenis ayam, aktivitas ayam, dan lingkungan. Konsumsi air
dapat dihitung dari angka yang ada pada meteran, perhitungannya adalah,
Konsumsi hari ini = angka meteran sore hari ini – angka meteran sore hari
kemarin. Konsumsi air minum ayam yang berlebih berindikasi ayam sedang sakit
dan begitupun sebaliknya.

4.4.6. Sistem Instalasi Air Minum


Prosedur distribusi air perkandang menggunakan air yang berasal dari
sumur bor menuju ke tandon air utama kemudian menuju ke tendon-tandon
kandang. Air yang digunakan ayam untuk minum akan menuju ke dosatron
terlebih dahulu sebelum masuk ke tandon air per-kandang. Proses pemurnian air
terjadi dalam dosatron dengan menggunakan 2 tablet klorin setiap minggunya. Air
kemudian menuju ke tandon air dalam kandang dan didistribusikan langsung ke
ayam melalui jenis tempat minum berupa bell drinker.
Klorinasi berguna untuk mematikan mikro-organisme yang terkandung
dalam sumber air. Penambahan klorin dilakukan sebagai sanitasi air minum untuk
ayam, tetapi banyak produk komersial lain menggunakan asam organik untuk
sanitasinya (Ikawikanti, 2012). Standar kandungan klorin dalam air minum di
Unit 03 Purwosari adalah 700-800 mV. Kandungan klorin dalam air minum ayam

25
dapat diketahui dengan menggunakan Test Kit atau melalui Hanna meter yang
dilengkapi dengan pengukuran suhu air.
Cara pengukuran air dengan menggunakan Test Kit:
a. Dimasukkan sampel air ke dalam Test Kit
b. Diteteskan larutan kuning untuk melihat kandungan klorin
c. Dicocokan warna larutan tersebut dengan beberapa warna disampingnya
d. Dicatat kandungan klorin yang berada dalam test kit tersebut
e. Angka ideal kandungan klorin adalah 1,0-1,5 bagian per-triliun
Cara pengukuran air dengan menggunakan Hanna meter:
a. Dibuka alat pengukur
b. Dicelupkan ke dalam air
c. Ditunggu hingga pengukuran konstan dan dicatat
d. Pengukuran menggunakan Hanna meter meliputi: kandungan klorin dengan
satuan mV, pH dan suhu.
e. Angka standar kandungan klorin adalah 700-800 mV, pH netral dan suhu
antara 24,9⁰C.
Pencatatan konsumsi air dilakukan 1x setiap hari dengan melihat meteran
air yang terdapat di saluran dosatron. Filter in out (dosatron klorinasi dan
dosatron obat) disajikan pada Gambar 6.

(a) (b)

Gambar 6. Dosatron klorinasi (a) dan dosatron obat (b)

Cara penambahan obat ke dalam air minum ayam:


a. Dibuka tandon air khusus perkandang
b. Dicampurkan obat ke tandon air dengan hitungan:
 BW ayam jantan x jumlah ayam jantan dan BW ayam betina x jumlah
ayam betina
 Dijumlah
 Dosis obat berbeda-beda tergantung obat yang digunakan
c. Aliran air minum dari tendon air akan langsung menuju ke tempat minum
ayam di kandang

26
d. Lama pemberian air minum juga berbeda-beda tergantung penggunaan
obat.

4.5. Perkandangan
4.5.1. Gambaran Umum Kandang
PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Poultry Breeding Division Unit 03
Purwosari Pasuruan mempunyai luas 12 Ha dengan kandang dikelilingi pagar
beton dan sebagian pagar seng dengan ketinggian 3 meter yang akan melindungi
kandang dari gangguan-gangguan yang ada. Flock dan kandang dihubungkan oleh
jalan dengan lebar 2,5 meter. Priyatno (2002) menyatakan bahwa arah kandang
sebaiknya diusahakan menghadap ke arah barat-timur sehingga ayam terkena
panas matahari secara langsung baik pagi hari maupun siang hari. Arah kandang
di Unit 03 Purwosari membujur dari barat ke timur ataupun sebaliknya sehingga
sinar matahari leluasa menyinari kandang yang tentunya dapat menekan
pertumbuhan bakteri-bakteri yang dapat menimbulkan penyakit.
PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Poultry Breeding Division Unit 03
Purwosari Pasuruan terdapat 20 kandang dengan rincian 4 kandang kecil dan 16
kandang besar yang terbagi dalam 3 flock. Ukuran kandang besar 122 meter X 14
meter, sedangkan kandang kecil 50 meter X 14 meter. Ayam dengan umur yang
sama terdapat dalam masing-masing flock, sedang antar flock terdapat perbedaan
umur 7 hari. Kandang dibagi lagi menjadi beberapa pen menggunakan sekat yang
terbuat dari rangkaian besi dan kawat. Fadilah (2007) menyatakan bahwa
bangunan kandang satu dengan kandang lain mempunyai umur ayam yang
berbeda harus dibangun dengan jarak minimal 20 meter, tetapi untuk kandang
yang ditempati ayam yang sama umurnya boleh saling berdekatan.
Setiap kandang besar berisi 6000-8000 ekor ayam. Suprijatna (2008)
menyatakan bahwa kepadatan dalam kandang juga harus diperhatikan dengan
disesuaikan dengan kapasitas kandang. Jumlah ayam yang terlalu padat
mengakibatkan ayam mengalami cekaman atau stress.

4.5.2. Bentuk dan Ukuran Kandang


Sistem perkandangan yang digunakan pada pemeliharaan Parent Stock
Broiler di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Poultry Breeding Division Unit 03
Purwosari Pasuruan menggunakan sistem kandang close house yang dilengkapi
dengan kipas blower, cooling pad, kontrol panel. Kandang close house yaitu
kandang yang mampu mengeluarkan kelebihan panas dan kelembapan dalam
kandang sehingga kondisi dalam kandang dapat diatur secara otomatis
(Sudarmono, 2003).
Pintu masuk kedalam kandang terbuat dari besi berukuran 2,1 x 1,8 meter,
dan di dalam kandang dibagi menjadi beberapa pen dengan jumlah 4-5 pen per
kandang besar dan 2 pen kandang kecil serta mempunyai panjang pen yang

27
bervariasi, tergantung dari populasi dan ukuran panjang efektif kandang. Dibagian
ujung masing-masing kandang terdapat small pen atau kandang spiking berukuran
4x3 meter yang digunakan sebagai kandang bagi ayam yang mempunyai ukuran
tubuh ekstra kecil. Ukuran pen kandang dapat dilihat pada Tabel 3. berikut ini:

Tabel 3. Ukuran Pen Kandang

Ukuran
Pen

Panjang Lebar Luas Kategori


(m) (m) ( )
1 22 12 264 Besar
2 21 12 252 Normal
Besar
3 21 12 252 Normal
4 22 12 264 Normal
Kecil
5 22 12 264 Kecil
6 4 3 12 -
Sumber: Data Primer (2017)

4.5.3. Kepadatan Kandang


Kepadatan kandang sangat mempengaruhi tingkat kenyamanan ternak.
Kepadatan kandang harus selalu dikontrol, hal ini bertujuan agar ayam tidak
saling berdesakan. Populasi ayam dalam pen juga harus disamakan dengan jumlah
tempat pakan dan tempat minum agar semua ayam mendapat bagian yang sama
sehingga pertumbuhan ayam menjadi seragam. Menurut Rasyaf, (1994) kepadatan
kandang untuk ayam broiler di Indonesia adalah sepuluh ekor per meter persegi.
Kepadatan ini untuk ayam broiler yang dipelihara dengan sistem lantai alas litter.
Kepadatan kandang juga berpengaruh terhadap persen deplesi (culling dan
mati). Menurut Fadilah (2013) persentase kematian adalah jumlah ayam yang mati
dan diafkir (culling) dibagi dengan jumlah total ayam yang dipelihara dengan
jumlah ayam yang dijual. Culling adalah pengeluaran ternak ayam yang tidak
produktif lagi, atau tidak memiliki sifat-sifat yang dikehendaki. Ukuran dan
kepadatan kandang akan mempengaruhi kondisi ayam tersebut.

4.5.4. Atap Kandang


PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Poultry Breeding Division Unit 03
Purwosari Pasuruan menggunakan atap kandang tipe monitor dengan kemiringan
atap . Atap kandang yang ada dilapang menggunakan rangka baja dan bahan
dasar atap yakni seng bergelombang dan yang pada bagian bawahnya dilapisi
dengan galvalum untuk menjaga temperatur ruangan. Kelebihan bahan galvalum
adalah tidak mudah rusak, tidak berkarat, tidak menyerap panas dan dapat

28
bertahan lebih lama dibandingkan bahan atap lainnya. Kekurangan dari
penggunaan atap galvalum adalah mengeluarkan biaya yang mahal. Pada bagian
tengah terdapat zelltech yang berfungsi untuk meredam panas. Zelltech disajikan
pada Gambar 7.

Gambar 7. Zelltech
Atap kandang berfungsi untuk melindungi ternak yang ada di dalam
kandang dari panas matahari langsung dan curah hujan. Yaman (2011)
menyatakan bahwa idelanya bahan atap yang digunakan adalah bentuk monitor
karena membantu mengeluarkan debu dan amonia dari dalam kandang. Bahan
atap kandang yang baik adalah mampu menyerap dan meng-hantarkan panas.

4.5.5. Dinding Kandang


Dinding kandang PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Poultry Breeding
Division Unit 03 Purwosari Pasuruan suruan dibuat dari bahan beton dengan
kawat harmonika dengan ketinggian dinding kandang yaitu ± 3 m dengan
ketebalan dinding beton 15 cm. Dinding beton mempunyai ketinggian 80 cm
sedangkan dinding terpal mempunyai ketinggian 2 m dari dinding beton, sisanya
terdapat celah rongga udara. Luar kandang dilapisi tirai dari terpal berwarna hitam
pada bagian luar kandang dan terpal berwarna putih di bagian dalam kandang.
Dinding bagian luar dilapisi terpal disajikan pada Gambar 8.

Gambar 8. Dinding bagian luar dilapisi terpal

Penggunaan dinding terpal berfungsi untuk melindungi ternak dari


pengaruh lingkungan dan sebagai penghalang agar ternak terhindar dari hewan-

29
hewan luar. Rasyaf (2008) menyatakan bahwa penutupan tirai pada dinding
kandang bertujuan untuk melindungi kandang dari pengaruh lingkungan di luar
kandang antara lain hujan, angin yang terlalu kencang dan mencegah masuknya
bibit-bibit penyakit ke dalam kandang. Kekurangan dari sistem close house
apabila pengaturan cahaya tidak tepat akan menyebabkan ayam menjadi stres.

4.5.6. Lantai Kandang


Lantai kandang di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Poultry Breeding
Division Unit 03 Purwosari Pasuruan menggunakan sistem slat dan litter dimana
slat berukuran 2/3 bagian dari lebar kandang dan terletak di bagian tepi kanan
dan kiri yang terbuat dari bahan plastik. Kandang pada bagian tengah
menggunakan litter dengan lebar 1/3 bagian dari lebar kandang yang berasal dari
serutan kayu sengon dengan ketebalan minimal dari lantai kandang adalah 25 cm.
Penggunaan lantai slat memungkinkan kotoran dapat jatuh ke bawah sehingga
apabila ayam yang bertelur di slat maka telur tidak terkontaminasioleh kotoran.
Achmanu dan Muharlien (2011) menyatakan bahwa bahan litter yang baik adalah
mudah menyerap air, tak berdebu dan mudah didapat seperti sekam, potongan
jerami, ampas tebu dan lain-lain. Keuntungannya yakni tidak perlu banyak tenaga,
pemeliharaan praktis, suhu kandang merata dan hangat serta mampu menyerap
air. Kekurangannya yaitu mudah terjadi penularan penyakit lewat kotoran dan
litter yang basah.
Kombinasi lantai kandang antara slat dan litter merupakan sistem lantai
yang banyak digunakan dalam pembibitan ayam pedaging. Sistem lantai slat dan
litter dapat menghasilkan telur dengan fertilitas yang tinggi tetapi sistem lantai
slat dan litter juga mempunyai beberapa kekurangan. Kandang yang
menggunakan sistem lantai sering timbul masalah yaitu terdapat beberapa ekor
ayam yang bertelur pada lantai slat dan secara continue bertelur pada tempat
tersebut sehingga sulit menghindari telur dari kotoran. Telur yang berada di atas
slat biasanya pecah atau retak, bahkan dimakan induk lain. Menurut Kartasudiana
(2006) untuk mengantisipasi masalah ayam bertelur pada slat dengan
menyediakan sarang dalam jumlah yang cukup. Lantai kandang litter dan slat
disajikan pada Gambar 9.

(a) (b)

Gambar 9. Lantai kandang litter (a) dan lantai kandang slat (b)

30
4.5.7. Ventilasi
Ventilasi adalah jalan masuk dan keluarnya udara sehingga udara segar
dari luar dapat masuk untuk menggantikan udara yang kotor di dalam kandang
dan udara kotor dibuang melalui exhaust fan. Kebutuhan exhaust fan yang
digunakan tergantung volume bangunan kandang dan bobot badan ayam dalam
kandang tersebut (Priyatno, 2002). Kondisi suhu dalam kandang yang ada di PT.
Japfa Comfeed Indonesia Tbk, Poultry Breeding Division Unit 03 Purwosari,
Pasuruan rata-rata 23-29 dengan kelembaban berkisar antara 70-80%.
Kecepatan angin dalam kandang dapat dilihat pada Tabel 4. berikut ini:

Tabel 4. Kecepatan Angin Dalam Kandang

Jalur Kanan Tengah Kiri


10 m dari inlet 2,7 m/s 3,2 m/s 2,6 m/s
Tengah 3,2 m/s 3 m/s 2,9 m/s
10 m dari outlet 3,6 m/s 2,5 m/s 3.5 m/s
Sumber: Data Primer (2016)

Berdasarkan hasil pengukuran kecepatan angin di dalam kandang


menggunakan alat wind meter merk KASTREL ini menunjukan rata-rata
kecepatan angin sebesar 3,02 m/s. Pengaturan tinggi rendahnya kecepatan
anginanginaebut disesuaikan dengan usia dari ayam yang dipelihara di dalam
kandang. Pada PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk, Poultry Breeding Division
Unit 03 Purwosari ayam yang dipelihara telah mencapai umur 62 minggu. Dari
hasil tersebut diketahui kebutuhan kecepatan angin di dalam kandang
berdasarkan standart velocity yang dapat dilihat pada Tabel 5. berikut ini:

Tabel 5. Standart Velociy Dalam Kandang Berdasarkan Umur Ayam

Umur Kecepatan Angin (m/s)


1-7 hari 0,1-0,4
8-14 hari 0,5-0,7
15-21 hari 0,8-1,2
22-28 hari 1,3-1,8
29 hari-21 minggu 1,8-2,2
22-68 minggu 2,3-3,2
Sumber: Japfa (2017)

Beberapa prasarana penunjang dalam komponen ventilasi kandang dapat


diuraikan sebagai
berikut:
a. Light trap

31
Light trap dalam kandang mempunyai fungsi untuk menghalangi sinar
matahari yang masuk kandang dan menyaring udara akibat adanya tekanan dari
blower.

b. Blower atau Exhaust fan


Kipas blower dengan ukuran 1,5 x 1,5 meter merk Pericolli berbentuk
Cone dan Box di bagian belakang kandang dan berjumlah 10 buah. Kipas
blower berfungsi untuk mengeluarkan gas dan bau amonia ke luar
kandang. Blower disajikan pada Gambar 9a.

c. Cooling pad
Cooling pad berukuran 4,2 x 1,5 meter dibagian depan, 14,4 x 1,5 meter
dibagian samping kanan dan kiri kandang yang berfungsi sebagai pendingin
untuk mengalirkan udara segar dari luar kandang. Pembersihan cooling pad
dilakukan satu kali dalam satu minggu agar udara yang masuk dari inlet dapat
masuk tidak terhambat oleh kotoran dan debu yang menggumpal. Cooling pad
tampak luar disajikan pada Gambar 9b.

d. Inlet
Merupakan bukaan udara masuk dari lingkungan luar kandang melalui
celldeck dengan luasan yang ditentukaan berdasarkan ukuran luas kandang dan
umur ayam. Inlet ini terbuat dari bahan kawat yang dirancang seperti jaring
berbentuk rectagonal. Bukaan inlet pada kandang pengamatan yakni 80 cm
dengan kebutuhan kipas blower sebanyak 10 buah sebagai outlet. Gambar inlet
dapat dilihat pada gambar 9c.

e. Celldeck
Udara kotor atau panas dapat disaring oleh celldeck pada cooling pad yang
berfungsi sebagai penyaring dan apabila udara dari luar panas masuk kedalam
kandang maka air pada motor cooling pad akan turun melalui celldeck supaya
udara yang masuk ke dalam kandang akan terasa dingin dan ayam akan merasa
tetap nyaman pada suhu lingkungan dalam kandang.

(a)

(a) (b) (c)

Gambar 9. Blower (a), Cooling pad (b), dan Inlet (c)

32
4.5.8. Pencahayaan
PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Poultry Breeding Division Unit 03
Purwosari Pasuruan menggunakan cahaya lampu pijar tipe LED dan essential
berwarna warm white sebanyak 25-35 buah lampu tiap pen tergantung ukuran
pen, jarak antar lampu 4 meter dan jarak antar line 2 meter dengan ketinggian 1,8
meter dari lantai slat. Daya lampu yang digunakan tergantung dari umur ayam,
untuk ayam berusia 62 minggu menggunakan daya lampu 12,5 watt (LED) dan 23
watt (essential) dengan intensitas cahaya 40-50 lux. Pencahayaan dilakukan
selama 14 jam dimulai pukul 05.00-19.00 WIB. Semua lampu dikendalikan secara
otomatis dengan menggunakan kontrol panel
Peranan cahaya adalah merangsang syaraf-syaraf yang bertugas memberi
perintah kelenjar hypofisis agar membentuk hormon LH (Lueteunizing Hormone)
dan FSH (Follicel Stimulating Hormone). Hormon FSH berfungsi merangsang
kantong benih untuk pembentukan kuning telur. Hormon LH berfungsi memecah
selaput pembungkus sehingga kuning telur dapat keluar dan jatuh tepat pada
mulut kandungan dan proses selanjutnya terjadi pembentukan telur (Scanes, Brant
dan Ensminger, 2004).
Lampu penerang berfungsi sebagai pencahayaan di dalam kandang untuk
membantu aktifitas metabolisme ayam dan juga mempermudah kegiatan operator
kandang. Jumlah lampu pada setiap kandangnya berkisar antara 140-153 buah,
tergantung dengan ukuran masing-masing kandang. Umur ayam berpengaruh
terhadap lama nyala lampu dan juga intensitas cahaya yang digunakan, sehingga
perlu adanya pergantian lampu dan lama nyala lampu pada umur-umur tertentu.

4.5.9. Perlengkapan Kandang


Perlengkapan kandang yang digunakan PT. Japfa Comfeed Indonesia
Tbk. Poultry Breeding Division Unit 03 Purwosari Pasuruan untuk setiap
kandang antara lain tempat pakan, tempat air minum (bell drinker), tendon air,
alas kandang (slat), tempat bertelur (nest box), kontrol panel, kipas blower, meja
grading telur, alat grading telur, egg tray, box egg tray, kereta gantung, lemari
fumigasi telur, bak celup kaki, bak celup tangan, sepatu dalam kandang, tempat
penyimpanan pakan (pallet), shocker, jebakan tikus, jebakan lalat, termometer
suhu dan lampu, probe, cooling pad, washtafel, toilet, dan feed room. Pada Unit
03 Purwosari ini memiliki 2 tipe tempat pakan yang digunakan untuk ayam betina
yakni chain feeder dan covinh feeder. Ayam jantan menggunakan tempat pakan
tipe through feeder. Tempat pakan jantan dan betina dibedakan untuk
memudahkan dalam pengontrolan bobot badan. Tempat pakan ayam jantan
didesain sejajar dengan kepala ayam jantan sehingga ayam betina tidak dapat
memakan pakan ayam jantan, hal ini bertujuan agar ayam jantan tidak kekurangan
pakan yang dapat mengakibatkan pejantan kurus, moulting, sakit dan fertilitas
spermatozoa menurun serta menurunkan daya kawin pejantan yang dapat
mempengaruhi kualitas telur yang dihasilkan oleh ayam betina. Ayam betina tidak

33
dapat memakan pakan pada tempat pakan ayam pejantan hal ini bertujuan untuk
menghindari ayam betina kegemukan sehingga produksi telur terganggu. Tempat
minum yang digunakan yakni tipe bell drinker untuk ayam berumur 62 minggu.
Tempat minum tersebut disuplai dari sumur bor yang dipompa menuju bak
penampungan air, dan dialirkan ke tandon utama. Air dialirkan kesetiap tandon
yang ada di setiap kandang berjumlah 2 buah tandon perkandang dengan kapasitas
1000 liter. Air yang ada di tandon dipompa agar mengalir ke bell drinker melalui
regulator yang fungsinya mengatur tekanan air.
Kontrol panel berfungsi untuk mengatur seluruh peralatan yang ada di
dalam kandang secara otomatis. Rangkaian kontrol panel terdiri dari: saklar
lampu, saklar kipas blower, saklar cooling pad, saklar tempat pakan ayam.
Keseluruhan panel dihubungkan dengan alarm kandang yang bisa menyala secara
otomatis apabila terjadi trouble. Alarm pada kandang berfungsi untuk mengetahui
gangguan alat-alat pada kandang yang tidak berfungsi atau ada yang rusak dan
sebagai pengingat apabila air di dalam tabung penampung tidak mengalir. Alarm
dipasang di depan kandang dan apabila alarm berbunyi maka dapat di lihat pada
lampu alarm yang terletak di depan pintu kandang.
Kandang juga dilengkapi dengan tempat bertelur (nest box) berbentuk
balok dan mempunyai 2 lantai sebagai tempat bertelur ayam betina saat produksi.
Nest box di dalam kandang jumlahnya tergantung populasi dan ukuran kandang.
Dalam satu kandang terdapat 70-80 buah nest box, setiap nest box terdapat 24
buah sarang (hole). Panjang nest box sekitar 160 cm, lebar 120 cm dan tinggi 130
cm dengan tinggi tiap sarang sekitar 25 cm, panjang 35 cm dan lebar 25 cm. Nest
box dan probe disajikan pada Gambar 10.

(a) (b

Gambar 10. Nest box (a) dan probe (b)

4.6 Manajemen Kesehatan Ternak


4.6.1 Manajemen Penanganan Ayam Sakit dan Mati
Program penanganan ayam yang terindikasi maupun terserang penyakit
di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit 03 Purwosari, Pucangsari, Pasuruan
secara sistematis langsung disingkirkan atau dilakukan culling dari populasi ayam.

34
Hal ini bertujuan untuk minimalkan penyebaran penyakit pada ayam yang sehat
serta tidak meningkatkan angka kejadian penyakit. Kemudian ayam tersebut
dibawa ke post mortem untuk dilakukan pembedahan sehingga akan diketahui
mengenai jenis penyakit yang menyerang, setelah itu bangkainya langsung
dibakar agar wabah penyakitnya tidak menyebar di lingkungan farm.

Penanganan ayam mati di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit 03


Purwosari, Pucangsari, Pasuruan dengan cara langsung dibawa ke tempat
pembakaran bangkai untuk dibakar. Fadilah (2005) menyatakan bahwa
manajemen penanganan ayam mati dalam pemeliharaan ayam pedaging sering
terlupakan oleh peternak. Ayam mati sering dibuang begitu saja, padahal
merupakan sumber penyakit dan pencemaran bibit penyakit yang 78
terkontaminasi. Penanganan ayam mati dilakukan dengan cara dibakar karena
merupakan cara yang paling disarankan agar penyebaran penyakit bisa dihindari
dan dikubur di dalam tanah. Pembakaran ayam yang sakit/mati disajikan pada
Gambar 11.

Gambar 11. Pembakaran ayam yang sakit/mati

4.6.2 Post Mortem


Post mortem merupakan suatu kegiatan pengamatan kesehatan ayam
dengan cara mengamati organ tubuh ayam baik organ luar maupun organ dalam
pada setiap ayam yang mati atau ayam culling. Pelaksanaan post mortem
dilakukan untuk menentu-kan langkah preventif dan tindakan yang harus diambil
perusahaan dalam menanggulangi penyakit, merupakan bagian dari upaya
pencegahan penyakit pada ayam. Pelaksanaan post mortem di PT. Japfa Comfeed
Indonesia Tbk. Unit 03 Purwosari, Pucangsari, Pasuruan dimulai dengan
pengontrolan rutin tiap hari disetiap kandang untuk mengetahui kondisi kesehatan
ayam, pengeluaran ayam mati dan ayam culling. Ayam dibawa ke post mortem
untuk dilakukan pengamatan klinis dan bedah bangkai. Ayam pada saat sampai di
post mortem terlebih dahulu diamati penyebab penyakitnya yaitu dengan cara
visual maupun pembedahan. Pembedahan dilakukan menggunakan peralatan dan
bahan khusus seperti spluit, gunting bedah, sarung tangan dan alkohol. Visual
dengan cara diamati pada tubuh ayam mulai kepala sampai kaki. Pembedahan
dilakukan dengan cara dibius atau dimatikan dengan menyuntikkan alkohol

35
kedalam otak agar ayam mati. Pembiusan dilakukan dengan tujuan agar pada saat
ayam di bedah tidak mengeluarkan darah yang berlebihan.

4.7. Manajemen Sanitasi dan Biosecurity


4.7.1. Sanitasi
Sanitasi merupakan program yang dijalankan disuatu kawasan
peternakan atau farm yang bertujuan untuk menjaga terjadinya perpindahan
penyebab penyakit menular. Sanitasi yang dilakukan di perusahaan multibreeder
PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit 03 Purwosari, Pucangsari, Pasuruan
meliputi sanitasi terhadap karyawan atau pengunjung dan perusahaan, sanitasi
terhadap ternak, sanitasi peralatan atau barang dan sanitasi lingkungan kandang.
Ibrahim (2008) menyatakan bahwa sanitasi merupakan usaha pengendalian
penyakit melalui kebersihan agar ternak bebas dari suatu infeksi penyakit baik
bakteri, virus dan parasit antara lain menjaga kebersihan dengan mensuci
hamakan peralatan kandang, kebersihan kulit ternak yang dipelihara, menjaga
kebersihan di dalam dan diluar kandang, mengubur dan membakar bangkai,
kebersihan petugas, kebersihan pakan dari kandungan racun.
Manajemen sanitasi di area farm PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit 03
Purwosari, Pucangsari, Pasuruan yaitu :
1. Proses sanitasi karyawan atau pengunjung yang akan masuk area farm
meliputi:
a. Semua karyawan atau pengunjung yang masuk kedalam farm area
bersih-1 (area luar) harus melalui foot dipping, yaitu dengan berjalan
dengan alas kaki melewati cairan yang mengandung TH4 4cc/lt. Foot
dipping tersaji pada Gambar a.
b. Semua karyawan atau pengunjung yang akan masuk ke area
intermediet harus melalui
c. shower pertama. Semua pakaian dari luar termasuk pakaian dalam dan
alas kaki dari luar ditanggalkan di shower pertama. Masuk melalui
lorong spray, kemudian mandi dengan menggunakan shampo dan
sabun keseluruh tubuh hingga bersih. Gunakan pakaian area bersih-2
(intermediet) dan sandal yang telah disediakan. Cairan kimia yang
digunakan pada shower adalah campuran antara TH4 dan air dengan
konsentrasi 4 cc/lt. Shower tersaji pada Gambar b.
d. Semua karyawan atau pengunjung yang akan masuk area dalam harus
melalui ruang shower kedua. Semua pakaian dan sandal dari shower
pertama (intermediet) ditanggalkan, kemudian menyelam di bak
dipping (body dipping) selanjutnya mandi dan keramas menggunakan
sabun dan shampo secukupnya. Bersihkan semua bagian tubuh,
terutama tangan, kaki, kepala, dan rambut termasuk lubang hidung dan
telinga, kemudian bilas sampai bersih dan memakai pakaian area
dalam (cattle pack) dan sepatu boot warna putih yang sudah disiapkan.

36
Cairan kimia yang digunakan pada body dipping adalah campuran
antara air dan klorin dengan perbandingan 1 tablet klorin untuk 1.500
liter air atau air yang mengandung klorin sebesar 700-850 mv. Body
dipping tersaji pada Gambar 12

(a) (b) (c)


Gambar 12. Foot dipping (a), shower (b), dan body dipping (c)

e. Semua karyawan atau pengunjung sebelum masuk kandang harus


mengganti sepatu boot yang digunakan dari tempat body dipping dengan
sepatu boot khusus untuk didalam kandang. Tahap selanjutnya adalah
mencuci tangan dengan sabun serta disemprot dengan alkohol, setelah
itu melakukan foot dipping pada bak dipping didepan pintu kandang.
Cairan kimia yang digunakan pada bak dipping adalah campuran TH4
dan air dengan perbandingan 4 cc/lt.

2. Sanitasi kendaraan, peralatan dan barang yang dilakukan PT. Japfa Comfeed
Indonesia Tbk. Unit 03 Purwosari, Pucangsari, Pasuruan meliputi:
a. Semua kendaraan yang masuk area bersih-1 farm harus di semprot
dengan larutan desinfektan (BKC dan air) konsentrasi 4cc/lt baik ban
dan badan kendaraan secara keseluruhan di pintu gerbang pertama.
b. Semua kendaraan dari luar farm hanya bisa parkir diarea bersih-1 dan
tidak diperboleh-kan masuk ke area intermediet atau area dalam.
c. Semua kendaraan yang dipakai di farm harus melalui cardip untuk
dipping ban dan spray larutan desinfectan (TH4 dan air) sebelum masuk
ke area intermediet dan hanya boleh untuk kendaraan tertentu, seperti
truk pakan dari divisi pakan dan kendaraan pengangkut telur dari divisi
hatchery. Car dipping tersaji pada Gambar a.
d. Semua kendaraan dari area intermediet tidak boleh masuk ke area
dalam, dan semua kendaraan yang ada didalam tidak boleh keluar.
e. Semua peralatan dan barang dari luar yang akan dimasukkan ke area
intermediet seperti nest box, tempat pakan, tempat minum, dan
sebagainya harus dilakukan dipping. Barang yang tidak bisa

37
dilakukan dipping seperti laptop, handphone, buku, dan kacamata bisa
difumigasi dengan menggunakan larutan parafolmaldehyde 10g/𝑚3
melalui kotak fumigator. Bak dipping tersaji pada Gambar b.
f. Semua peralatan yang akan di bawa masuk ke area dalam harus
difumigasi terlebih dahulu. Fumigasi barang tersaji pada Gambar c.
g. Kendaraan yang digunakan untuk pengangkutan pakan atau
pemindahan ternak di dalam area produksi setelah keluar area
peternakan dilarang masuk kembali area produksi sebelum dilakukan
desinfeksi ulang

(a) (b) (c)


Gambar 12. Car dipping (a), bak dipping (b), dan fumigasi barang (c)

1. Sanitasi terhadap ternak di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit 03


Purwosari, Pucangsari, Pasuruan meliputi:
a. Pengambilan bangkai dua kali sehari.
b. Pengontrolan ayam non aktif dan ayam sakit dilakukan setiap hari.
c. Pembakaran bangkai ayam yang mati dilakukan setiap hari.
2. Sanitasi pakan ternak di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit 03
Purwosari, Pucangsari, Pasuruan meliputi:
a. Sistem yang digunakan adalah first in first out yaitu pakan yang dikirim
lebih awal digunakan lebih awal dan pakan yang dikirim terakhir
digunakan terakhir.
b. Lama simpan pakan dalam gudang maksimal 2 minggu.
c. Dilakukan fumigasi secara berkala pada gudang pakan dengan
menggunakan larutan formalin.
3. Sanitasi di dalam kandang, meliputi:
a. Pembersihan area dalam kandang khususnya nest, sekat pembatas
(pen), lampu, blower, dinding kandang dan debu yang menempel
minimal 2 kali dalam 1 minggu.
b. Pembersihan dan pengecekkan kebocoran drinker dilakukan setiap
hari, apabila terjadi kebocoran area yang tergenang air segera
diberikan kapur.
c. Pembersihan tandon air minimal 2 kali dalam 1 minggu

38
d. Dikeluarkan segera ayam yang mati dan sakit dari dalam kandang.

4. Sanitasi lingkungan kandang, meliputi:


a. Pemotongan rumput disekitar lingkungan kandang dan pembersihan
parit saluran pembuangan air secara berkala. Pemotongan rumput liar
tersaji pada Gambar a.
b. Pencegahan masuknya hewan liar. Pemasangan jebakan tikus dan
serangga disajikan pada Gambar b.

(a) (b)
Gambar 13. Pemotongan rumput liar (a) dan pemasangan perangkap
tikus dan serangga (b)

Pengelolaan sistem sanitasi PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. 3


Pucangsari, Purwosari, Pasuruan:
1. Pengelolaan sistem sanitasi area luar:
a. Sanitasi gerbang utama atau pos pertama tidak dilakukan penggantian cairan
sanitasi karena langsung menggunakan selang dan disemprot-kan, yang
dilakukan adalah menambah cairan kimia ketika habis.
b. Car dipping dilakukan penggantian secara ber-kala setiap hari karena ketika
jam kerja sudah selesai cairan yang tergenang akan langsung dikuras.
c. Sanitasi pada pos ke dua di area luar, dilakukan penggantian cairan sanitasi
secara berkala setiap satu minggu sebanyak 2 kali pada foot dipping dan bak
dipping tergantung intensitas pemakaian, jika sudah kotor dan kadar klorin
menurun maka dilakukan penggantiandan.
b. Perawatan fumigasi dilakukan jika cairan kimia yang digunakan sudah mulai
habis, yaitu dengan menambahkan cairan kimia paraformaldehyde kedalam
wadah kompor yang digunakan. Beberapa bahan kimia yang digunakan
untuk sanitasi dapat dilihat pada Tabel 6. berikut ini:

Tabel 6. Beberapa bahan kimia yang digunakan untuk sanitasi.

39
Jenis Tempat Bahan Kimia Dosis

Spray mobil TH4 4 cc/lt air

Spray karyawan dan dipping BKC 4 cc/lt air


kaki

Sanitasi air Klorin

Celup barang dan TH4 4 cc/lt air


perlengkapan
Car dipping TH4 4 cc/lt air

Dipping baju/ sepatu /sandal TH4 4 cc/lt air


Fumigasi barang dan Paraformaldehida 10 g/m3
perlengkapan
Fumigasi telur Reaktor 6 gr/m3
Formalin 15 ml/m3
Fumigasi gudang pakan Formalin 10 g (20 cc)/m3
Sumber: Data Primer (2016)

2. Pengelolaan sistem sanitasi area intermediet:


a. Shower-1 yang digunakan untuk sanitasi pengunjung atau karyawan
sebelum masuk area intermediet dilakukan penggantian setiap satu minggu
sekali tergantung intensitas pemakaian.
b. Bak dipping yang digunakan untuk merendam alat-alat kandang diganti
satu minggu dua kali jika intensitas pemakaian tinggi seperti pada saat
chick-in, yakni alat-alat kandang banyak yang masuk serta pada saat
produksi, yakni untuk merendam perlengkapan kandang.
c. Bak dipping yang digunakan untuk merendam kayu-kayu serutan
dilakukan penggantian setiap satu minggu sekali.

3. Pengelolaan sistem sanitasi area dalam:


a. Bak dipping yang digunakan untuk sanitasi sepatu karyawan atau
pengunjung yang akan masuk kedalam kandang dilakukan penggantian
setiap hari.
b. Kotak fumigasi dilakukan pengisian larutan kimia paraformaldehyde
setiap kali cairan yang ada dalam penampungan bahan kimia pada kompor
sudah mulai habis dan diusahakan tidak sampai habis.

40
4.7.2. Biosecurity
Biosecurity merupakan suatu usaha untuk melindungi atau mencegah
agar tidak ada agen makhluk hidup pembawa bibit penyakit yang masuk atau
menyebar ke lingkungan. ke dalam area farm dengan cara menjauhkan ternak dari
agen penyebab penyakit dan menjauhkan agen penyebab penyakit dari ternak,
sehingga mampu menjaga kondisi dalam lingkungan kandang sesuai standar yang
ditetapkan. Biosecurity merupakan program yang dijalankan di suatu kawasan
peternakan atau farm yang bertujuan untuk menjaga terjadinya perpindahan
penyakit menular (Fadilah, 2013). Sistem biosekuritas yang diterapkan adalah
mmelakukan pemeliharaan dengan sistem all in all out dalam suatu flock guna
mencegah penularan penyakit dari ayam tua ke ayam muda karena dalam sistem
tersebut pengadaan ayam DOC dan pengafkiran dilakukan secara menyeluruh
sehingga umur ayam yang dipelihara sama.
Kerugian yang akan dialami oleh perusahaan jika tidak menjalankan
biosekuritas di area farm adalah, agen penyakit akan masuk, menular dan
menyebarkan penyakit hingga mengakibatkan gangguan terhadap kesehatan
unggas, sehingga akan menurunkan performa unggas. Kerugian akibat penyakit
adalah: 1) rendahnya performa ayam (deplesi tinggi, angka pertumbuhan rendah,
dan FCR tinggi); 2) pengeluaran biaya untuk pengobatan unggas yang sakit; 3)
pengeluaran biaya untuk revaksinasi; 4) stamping out.
Biosecurity yang dilakukan di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit 03
Purwosari, Pucangsari, Pasuruan, meliputi 3 elemen penting yaitu:
a. Isolasi atau pemisahan
Sarana isolasi yang dimiliki perusahan meliputi pagar keliling, pintu
gerbang utama (one way system), jarak minimal dengan peternakan atau farm lain
minimal 1 km dan terdapat fasilitas sanitasi untuk orang, kendaraan, peralatan dan
barang yang memadai.
 Pagar keliling sudah dibuat sejak farm didirikan dengan ketinggian sekitar
3 meter dengan dilengkapi kawat berduri yang ada di bagian atas dinding
pagar. Pembuatan pagar keliling juga memperhitungkan dan
menyesuaikan dengan keadaan sekitar farm, yakni mengenai tinggi
minimal yang harus dibuat maupun penambahan kawat berduri untuk
menghalau hewan liar maupun manusia.
 Penyesuaian dengan lingkungan sekitar terutama terhadap ancaman dari
bidang sejenis (unggas), jika terdapat perusahaan sejenis yang melakukan
afkir tidak boleh melintasi area farm yang masih dalam fase pertumbuhan
terutama fase produksi, karena dikhawatirkan dapat menyebarkan agen
penyakit yang dapat mempengaruhi produkasi.
 Jarak antara farm dengan pemukiman penduduk adalah 1 km sehingga
seluruh aktivitas di farm tidak mengganggu masyarakat sekitar baik dari
limbah, bau maupun gangguan lainnya.

41
 Zonasi di area farm untuk mencegah masuknya agen penyakit dari luar
kedalam farm dengan melokasikan kandang berada di bagian paling dalam
dari farm. Zonasi dilakukan dengan mem-bagi area menjadi 4 yaitu area
kotor, luar, intermediet, dan area dalam (kandang).

b. Pengendalian vector
Pengendalian vector merupakan tindakan menjauhkan vector atau agen
pembawa penyakit dari ternak sehingga terhindar dari penyebaran penyakit.
Vector yang sering menyerang meliputi ular, tikus, burung liar, kucing, lalat dan
serangga. Pemasangan jebakan tikus diletakkan pada sekeliling dinding kandang
untuk mencegah masuknya vector tersebut ke dalam kandang, Kebersihan
lingkungan sekitar kandang harus selalu terjaga dari bangkai-bangkai vector,
maka dilakukan pengecekan setiap hari pada jebakan tikus sehingga berdampak
kebersihan kandang.
Vector lalat, ulat dan serangga lainnya dilakukan penanganan seperlunya
jika dibutuhkan dengan melakukan penyemprotan insektisida berupa betachid bila
tidak terkendali. Penyebaran lalat yang sudah mulai mengganggu dipasang
jebakkan lalat berupa lem lalat yang dioleskan pada sapu lidi. Penanganan kucing
hanya dikontrol agar tidak sampai masuk pada area intermediet dan area dalam.
Penanganan burung liar langsung diburu dengan menggunakan senapan dan
memotong pohon-pohon yang bisa mengundang datangnya burung liar ke area
farm.

c. Pengendalian lalu lintas


Pengendalian lalu lintas adalah berbagai upaya untuk men-screening orang,
alat, barang dan hewan lain agar kegiatan lalu lintas yang dilakukannya tidak
menyebabkan masuknya pathogen kedalam farm (Sholikin, 2011). Pengendalian
lalu lintas tamu atau karyawan, lalu lintas barang dan kendaraan secara
keseluruhan telah memiliki prosedur dan syarat-syarat tersendiri sesuai dengan
program sanitasi yang telah ditetapkan perusahaan.

4.8 Pengolahan Limbah Peternakan


PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit 03 Purwosari, Pasuruan menghasilkan
beberapa macam limbah, yang pertama berupa air hasil buangan seperti air sisa
loundry, air sisa dipping baik dipping kendaraan, body dipping dan air dari
pencucian kandang saat pengosongan. Limbah lain yang dihasilkan berupa limbah
kotoran ayam beserta litter dan yang terakhir limbah yang dihasilkan pada area
post mortem sepeti darah sisa penyembelihan ayam culling, abu dan asap sisa
pembakaran ayam culling , ayam mati dan sisa-sisa botol vaksin beserta jarum
suntik pada pengambilan sampel darah.
4.8.1. Limbah Cair

42
Limbah cair berupa bekas dipping kendaraan dan manusia dimulai dari
sanitasi awal hingga area kandang memiliki kandungan bahan kimia berupa BKC
(Benzalkonium Chloride) dengan konsentrasi 4cc/lt. Kandungan bahan kimia
tersebut tidak berbahaya bagi lingkungan karena konsentrasi yang rendah dan
mudah menguap dengan pembuktian tidak ada komplain negatif dari pihak
masyarakat sekitar. Area bersih-1 dan bersih-2 meng-hasilkan limbah berupa air
sisa mandi dan sisa spray dengan kandungan BKC (Benzalkonium Chloride)
2cc/lt serta air sisa laundry baik area bersih-1 dan area dalam yang ditampung
pada dan disalurkan pada sungai didepan perusahaan dan limbah air dipping tidak
berbahaya ataupun mengganggu bagi lingkungan ataupun kesehatan masyarakat.
Limbah air yang dihasilkan dari masing-masing kandang berupa air sisa
dipping alas kaki, washtafel dan toilet kemudian ditampung pada selokan yang
disalurkan pada pembuangan akhir berupa sungai diluar perusahaan dengan
masing-masing selokan terdapat penyaring untuk benda-benda yang tajam
ataupun benda-benda besar sehingga hanya air yang mengalir pada sungai. Aliran
selokan tersebut sudah diatur pada samping kandang dan kemudian dialirkan ke
sungai.

4.8.2. Limbah Kotoran Ayam Beserta Litter


Kotoran ayam dan litter yang bercampur menjadi satu dikeluarkan saat
ayam afkir atau pengosongan kandang dengan ditempatkan pada sak atau karung
bekas pakan. Kotoran ayam bercampur litter didalam sak dijual dengan harga jual
Rp. 2.000,/sak dan harga fluktuatif setiap periodenya tegantung ketentuan dari
pusat administrasi. Sihombing (2002) menyatakan bahwa limbah ternak masih
mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk dimanfaatkan sebagai
makanan ternak, pupuk organik, energi dan media berbagai tujuan.

4.8.3. Limbah Post Mortem


Post mortem menghasilkan limbah berupa abu yang dihasilkan dari sisa
pembakaran dari ayam culling, ayam mati, botol-botol sisa vaksin maupun jarum
suntik sisa pengambilan sampel darah. Abu yang dihasilkan pada area post
mortem dibuang 3-4 kali dalam seminggu, tergantung dari jumlah abu yang
dihasilkan. Lokasi penampungan abu hasil dari pembakaran berupa hamparan
tanah tanpa ruangan ataupun sekat, letaknya cukup jauh jika dijangkau dari
kandang. Lokasi penampungan abu tidak berbahaya bagi ayam, manusia serta
lingkungan. Area pengecekan akhir (post mortem) menghasilkan asap dengan
pemberian cerobong asap yang tinggi dengan tujuan asap tidak terlalu banyak
menyebar di area kandang. Tanaman atau pohon disekitar kandang mampu
memberikan oksigen untuk udara segar, seperti pohon mangga, pohon ceres, dll.

4.9. Pasca Panen

43
4.9.1. Koleksi Telur
Koleksi telur merupakan kegiatan rutin pengambilan telur 1 jam setelah
pemberian pakan pada ayam, dilakukan 5 kali pengambilan telur dalam sehari
dimulai pukul 08.00 WIB, pengambilan telur ke-2 dilakukan pada pukul 09.00
WIB, pengambilan telur ke-3 pada pukul 10.30 WIB, pengambilan telur ke-4 pada
pukul 13.00 WIB dan pengambilan telur ke-5 pada pukul 14.30 WIB.
Pengambilan telur dilakukan menggunakan egg tray dengan kapasitas 54 butir
telur.Penumpukan egg tray dilakukan tujuh tumpuk untuk menghindari adanya
keretakan telur dibagian bawah.
Pengambilan telur dilakukan secara hati-hati untuk menghindari telur yang
retak dan pecah. Berdasarkan penelitian Iraining (2014) Kualitas fisik telur
meliputi hal -hal berikut yaitu bentuk telur harus normal, berat atau besar telur dan
warna kulit telur harus seragam sesuai strain atau bangsa, telur yang terlalu tipis
atau terlalu porous akan mengakibatkan penguapan isi telur terlalu tinggi sehingga
akan menurunkan daya tetas, telur tetas yang baik permukaan kulitnya harus
halus, tidak kotor, dan tidak retak. Agar telur tetas memberikan peranan besar
dalam penetasan maka telur yang akan ditetaskan harus diseleksi, adapun hal -
hal yang perlu diseleksi adalah antara lain : bentuk telur harus oval (panjang telur
dikalikan 100 %, jika 72 – 74 % berarti telur oval), telur harus berasal dari
pejantan (sex ratio), berat telur, lama penyimpanan, kebersihan telur (agar pori-
pori kulit telur tak tertutup dengan kotoran sehingga respirasi embrio dapat
berjalan dengan lancar), keutuhan telur (telur tidak, retak), warna, seragam
(Sudjarwo, 2012).
Telur tetas yang baik untuk ditetaskan harus memenuhi persyaratan antara
lain telur tetas harus berasal dari induk yang sehat, dengan sex ratio yang baik
sesuai dengan strain atau jenis ayam, umur telur tidak lebih dari satu minggu, dan
kualitas telur fisik (bentuk telur normal, berat telur dan warna kulit telur harus
seragam, tidak kotor, dan tidak retak) (Irianing, 2014).
Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam koleksi telur, yaitu :
1. Persiapan alat terdiri dari kereta dorong dan egg tray yang sudah di sanitasi.
2. Persiapan operator kandang sebelum melakukan koleksi telur menggunakan
masker, cattle pack, sepatu boot, mencuci tangan dengan sabun dan semprot
tangan dengan alcohol 70%.
3. Koleksi telur dilakukan oleh 2 orang operator kandang, dengan pembagian
pengambilan, operator pertama dimulai dari pen 1 sampai pen 3 dan operator
kedua dari pen 5 ke pen 4. Cara pengambilan telur dengan mengambil telur
dalam nest box dan diletakkan pada egg tray dengan kapasitas 54 butir. Telur
yang telah diambil ditumpuk diatas egg tray yang sudah terisi penuh sampai
tumpukan ke tujuh. Setelah semua telur terambil dilanjutkan dengan grading
telur.
Adapun pengambilan telur tetas yang baik berdasarkan (Sartika, T, Heti, Sofjan,
Maijon, Desmayati dan Astu, 2014) meliputi :

44
1. Alas sangkar harus selalu ada, tebal dan bersih dari kotoran.
2. Koleksi telur 3-4 kali dalam sehari, untuk mengurangi telur lantai atau telur
kotor dan juga mengurangi telur pecah.
3. Cuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah mengambil telur.
4. Telur tidak boleh dicuci.
5. Pisahkan antara telur tetas dan telur afkir (kotor, pecah, jumbo, kecil, tipis dan
abnormal).
6. Beda kode tiap tray sesuai kandangnya.
7. Simpan telur tetas di lemari fumigasi dan kemudian difumigasi Selama 15
menit dengan dosis yang benar.
8. Pada saat memindahkan telur ke mobil telur, harus ditutup dengan karung
supaya tidak terkena sinar matahari atau kepanasan.
9. Telur afkir dikirim ke hatchery pada sore hari.

4.9.2. Grading Telur


Grading telur merupakan proses seleksi telur yang termasuk dalam
Heaching Egg (HE) . Grading telur dilakukan setelah proses koleksi telur. Tujuan
dari grading telur adalah untuk mendapatkan dan menyeleksi telur yang sesuai
Heaching Egg (HE) agar dapat ditetaskan secara seragam dan mendapatkan daya
tetas yang baik saat di distribusikan ke perusahaan hatchery. Telur tetas harus
mempunyai berat minimal 50 gram dan maksimal 65 gram. Telur yang berukuran
terlalu besar atau kecil dalam kelompoknya, daya tetasnya kurang baik. Bobot
telur sangat penting diperhatikan seperti keseragaman bobot telur agar diperoleh
daya tetas yang tinggi dengan kualitas anak ayam yang baik, dan di samping itu
penggunaan sarana penetasan dan tenaga kerja juga akan lebih efisien (Wardiny
,2002).
Menurut Sudaryani dan Santoso (2003)Tahap awal dari proses penetasan
dimulai dari penyeleksian telur (grading). Grading adalah proses seleksi telur
menjadi dua bagian yaitu, telur yang layak ditetaskan disebut Heaching Egg (HE)
dan telur yang tidak layak ditetaskan (Grade Out). Tujuan dari seleksi telur tetas
adalah untuk mendapatkan anak ayam yang sesuai dengan yang diharapkan.
Klasifikasi telur yang tidak ditetaskan atau afkir:
1. Telur Kotor (dirty)
2. Telur cacat (benjol, bulat, lonjong)
3. Telur besar (jumbo)
4. Telur kerabang tipis, warna tidak seragam
5.Telur kerabang bitnik-bintik kasar
6. Telur retak dan hancur (damage)
Adapun grade telur dibedakan berdasarkan umur ayam parent stock broiler.
Grade silver umur 25-8 minggu, grade gold umur 29-34 minggu dan grade
platinum ≥ 35 minggu. Kriteria telur yang termasuk dalam Heaching Egg (HE)
memiliki bentuk normal telur oval, kerabang telur kuat dan berat minimal 48 gr

45
dan tidak abnormal. Telur abnormal atau Telur Non BTGA (Berat Telur Grade A)
di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit 3 Purwosari memiliki kriteria C :Kecil
(<48 gr), D: Jumbo (>75 gr), F: Tipis dan G: Retak.

C D F G

Gambar 14. Telur Abnormal (Non-BTGA)

Telur yang telah terseleksi dimasukkan kedalam egg tray dengan posisi telur
yang tumpul berada dibagian atas agar isi telur tetap dalam keadaan seimbang dan
keutuhan rongga udara terjaga. Adapun langkah-langkah grading telur sebagai
berikut :
1. Sebelum melakukan grading telur, siapkan tray yang sudah di sanitasi
dengan BKC (Benzalkonium Chloride).
2. Pengumpulan telur hanya berasal dari nest box.
3. Telur yang jatuh di litter atau slat (floor egg) harus dipisahkan dari telur yang
diambil dari nest box.
4. Disiapkan alat grading : meja grading, lampu , hand spray alcohol 70%, egg
tray untuk HE (kapasitas butir) , egg tray untuk telur abnormal, alat tulis,
kapas, tali raffia, cutter.
5. Cuci tangan dengan sabun dan semprot dengan alkohol 70%. Gosok kedua
tangan sampai alkohol menguap 10-15 detik.
6. Lakukan grading dengan cara memilih telur sesuai HE dengan memisahkan
antara telur normal dan abnormal. Sebelum diletakkan ke egg tray telur
terlebih dahulu di bersihkan dengan kapas menggunakan alkohol 70%.
Sudaryani dan Santosa (2003) menyatakan bahwa ciri-ciri telur yang layak
ditetaskan adalah berat telur normal, betuk telur normal yaitu berbentuk oval
dengan perbandingan 2:3, warna kerabang telur seragam, kerabang telur tidak
tipis dan kulit tidak kasar dan tidak berbintik-bintik.
7. Setelah telur terkoleksi keseluruhan dilakukan grading telur selanjutnya
dilakukan fumigasi.

4.9.3 Fumigasi
Fumigasi merupakan proses membersihkan dan mensterilkan telur dari
bakteri yang terdapat pada kerabang telur. Sebelum dilakukan fumigasi telur yang
sudah dilkukan grading terlebih dahulu disusun dalam egg tray yang ditumpuk
menjadi 5 susunan egg tray kemudian dimasukkan kedalam keranjang telur (box)

46
dan ditulis tanggal dan kandang dengan pensil, selanjutnya keranjang box yang
berisi tumpukan egg tray di tumpuk dan dimasukkan kedalam ruang fumigasi.
Pelaksanaan fumigasi dimulai setelah ditutup pintu ruang fumigasi
dimasukkan reaktor dan formalin. Adapun dosis formalin dan reaktor sebagai
berikut :
1. Mengukur volume ruang fumigasi (Kandang 15)
• V. Kotak Besar = PxLxT = 0,95x0,95x1,1 = 0,992 m³
• V. Kotak kecil = PxLxT = 0,3x0,21x0,29 = 0,018 m³ ₊
V.total = 1,01
2. Dosis Reaktor = Volume x Standar = 1,01 x 6 = 6,06 gr
Dosis Formalin = Volume x Standar = 1,01 x 15 = 15,15 ml

Gambar 15. Pemasukan reaktor dan formalin dan menyalakan fumigator

Selanjutnya ditekan tombol pada panel dan ditunggu sampai waktu fumigasi
selesai selama 15-20 menit. Sementara telur Non-BTGA di simpan dan ditulis
dalam form Non-BTGA ditulis jumlahnya kemudian akan diambil oleh petugas
depo. Menurut Nopiana (2015) Telur tetas yang telah diterima segera dilakukan
fumigasi (single dosis). Bahan yang digunakan dalam melakukan fumigasi untuk
single dengan volume ruang fumigasi adalah 5,04 m³, dengan penggunaan
formalin sebanyak 150 cc dan forcent 75 gr. Dengan dosis pemakaian untuk
formalin sebanyak 151,2 cc sedangkan forcent sebanyak 75,6 g. Setelah HE dan
bahan fumigan dimasukan ke ruang fumigasi, maka tahap selanjutnya adalah
melakukan fumigasi dengan cara menaburkan forcent kedalam wadah yang telah
disiapkan, dan menutup pintu fumigasi serta menghidupkan kipas angin. Proses
fumigasi HE dilakukan selama 20 menit, dan setelah HE difumigasi kemudian
dipindahkan ke dalam holding room, lalu HE disusun berdasarkan nomor
kandang, strain, asal farm, grade, dan tahap akhir adalah memasang label
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.

47
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Tata laksana pemeliharaan parent stock broiler periode Laying di PT.
Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit 3 Desa Pucangsari Kecamatan Purwosari
Kabupaten Pasuruan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pemeliharaan parent stock fase grower menggunakan sistem kandang close
house yang dilengkapi 7 buah kipas blower, tipe atap monitor, sistem lantai
kombinasi slat dan litter, dengan perlengkapan kandang yang memadai
seperti nest box, kereta gantung, bak celup kaki, tandon air, alat sanitasi,
jebakan tikus, dan lain sebagainya. Jumlah kandang yang terdapat di
breeding farm ini sebanyak 20 kandang dengan kapasitas per kandang
mencapai 9.800 ekor dan kepadatan kandang 5-6 ekor/meter2.
2. Bibit DOC yang digunakan berasal dari USA yaitu strain Indian River yang
memiliki performa bagus pada iklim tropis, mudah beradaptasi dengan
lingkungan tropis dan cepat dalam merubah pakan menjadi daging. Bibit ini
telah melewati program seleksi dan culling ayam yang dilaksanakan secara
optimal.
3. Pemberian pakan dilakukan satu kali dengan jumlah pemberian berdasarkan
dengan standart protein yang dibutuhkan yaitu sekitar 13-15%. Pemberian
air minum dilakukan secara ad libitum dengan konsumsi sebanyak 2-3 kali
FC setiap harinya.
4. Keseragaman (uniformity) parent stock broiler di farm ini mencapai 80-90
% Pertambahan bobot badan dan konsumsi pakan memberikan hasil optimal
yang telah memenuhi standar yaiyi 140-147 gram/minggu.
5. Manajemen kesehatan ternak meliputi sanitasi, biosecurity, vaksinasi, post
mortem, pemberian vitamin dan obat yang dilakukan secara optimal.
6. Penanganan limbah air hasil sanitasi dan pembersihan kandang dilakukan
dengan baik dan tidak meng-ganggu lingkungan sekitar.

5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil pelaksanaan praktek kerja lapang di PT.
Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit 3 Desa Pucangsari Kecamatan Purwosari
Kabupaten Pasuruan terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan
manajemen pemeliharaan Parent Stock Broiler periode Grower seperti:
1. Perlu adanya kedisiplinan penerapan SOP yang telah ada, seperti
penggunaan masker, dan sepatu boot pada seluruh pegawai khususnya
operator kandang. Pengawasan pada saat vaksin perlu diperhatikan karena
akan mempengaruhi kesehatan ayam dan tingkat deplesi.
2. Perlu adanya penambahan dan perbaikan alarm system pada kamar ganti
(shower dan body diving), sehingga kondisi nyaman dan privasi saat
melakukan sanitasi dapat terjamin.

48
DAFTAR PUSTAKA

Irianing, S. 2014. Manajemen Penanganan Hasil Tetas di Hatchery PT. Panca


Patriot Prima Malang, Jawa Timur. Laporan Kerja Lapangan. Fakultas
Peternakan dan Pertanian. Universitas Diponegoro. Semarang.
Nopiana, F,M. 2015. Pengaruh Grade Telur Terhadap Bobot Doc Broiler Di Pt.
Charoen Pokphand Jaya Farm I Unit Hatchery Medan. Laporan Tugas Akhir.
Sartika, T., Heti, R., Sofjan, I., Maijon, P., Desmayati, Z., dan Astu, U. 2014.
Teknik Formulasi Ransum Ayam KUB Berbasis Bahan Pakan Lokal. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Peternakan, BPPP. Kementrian Pertanian.
Sudaryani, T dan H. Santosa. 2003. Pembibitan Ayam Ras. Penebar Swadaya
Sudjarwo,E. 2012. Pengaruh Lama Penyimpanan Telur Ayam Buras Terhadap
Fertilitas, Daya Tetas Telur Dan Berat Tetas. Jurnal Agrisistem. 6 (2) : 97-
102. Diakses 25 Mei 2015
Wardiny, T,M. 2002. Evaluasi Hubungan antara Indeks Bentuk Telur dengan
Persentase DOC yang Menetas pada Ayam Kampung galur Arab. Lembaga
Penelitian. Universitas Terbuka. Jakarta. Diakses 25 Juni 2015.

Fadilah, R. 2013. Memaksimalkan Produksi Ayam Ras Petelur. PT Agromedia


Pustaka. Jakarta.

Ibrahim. 2008. Memelihara Ayam Buras Berorientasi Agribisnis. Penebar


Swadaya. Jakarta.

Sholikin, H. 2011. Manajemen Pemeliharaan Broiler di Peternakan UD Hadi PS


Kecamatan Ngunter Kabupaten Sukoharjo, Tugas Akhir. Program
Diploma III Agribisnis
Peternakan.Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Ali, A., & Febrianti, N. 2009. Performans Itik Pedaging (Lokal X Peking) Fase
Starter Pada Tingkat Kepadatan Kandang Yang Berbeda Di Desa Laboi
Jaya Kabupaten Kampar. Jurnal Peternakan, 6(1).
Ardianto, Elvinaro, dkk. 2014. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Simbiosa
Rekatama Media.Bandung
Djuriono. 2015. Pengaruh Pemberian Manure Ayam Petelur Terfermentasi Dalam
Pakan Yang Ditambah Organic Deodorant Terhadap Performa Itik
Jantan Umur 7-12 Minggu. Buletin Peternakan. Vol. 39 (1): 24-30
Handayani, Irma. 2014. Efisiensi Ekonomi Frekuensi Pemberian Pakan Pada
Pemeliharaan Ayam Broiler. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas
Hasanuddin. Makassar
Herjanto, E. 2008. Manajemen Operasi Edisi Ketiga. Grasindo. Jakarta.
Indarto, P. 1990. Beternak Unggas Berhasil. Armico. Bandung
Kartadisastra, H. R. 1994. Pengelolaan Pakan Ayam. Kanisius.Yogyakarta.

49
Kusuma, M. E. 2012. Pengaruh Beberapa Jenis Pupuk Kandang Terhadap
Kualitas Bokashi. Jurnal Ilmu Hewani Tropika. Vol.1 (2).
Manurung, E. J. 2011. Performa Ayam Broiler pada Frekuensi dan Waktu
Pemberian Pakan yang Berbeda. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi Dan
Teknologi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor
Parakkasi, A. 1999. Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Universitas Indonesia
Press. Jakarta.
Prasetya, H. dan Fitri L. 2009. Manajemen Operasi. Media Presindo. Yogyakarta.
Purwanggono, B. dan Andre S. 2006. Pembentukan Sel-Sel Mesin untuk
Mendapatkan Pengurangan Jarak dan Biaya Material Handling dengan
Metode Heuristik di PT Bengkel Cokro Bersaudara. Jurnal Teknik
Industri, 2 (1): 43-53.
Putri, I. A. 2014. Kajian Kelayakan Usaha Pembibitan Ayam Ras Pedaging
(Broiler). http://journal.unsil.ac.id/jurnal/20141/5009/2141105009014.pdf.
Diakses tanggal 14 Maret 2017.
Rachmawati,Sri. 2000. Upaya Pengelolaan Lingkungan Usaha Peternakan Ayam .
Wartazoa. Vol. 9 (2).
Rasyaf, M. 2004. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta.
Santoso, H., & Sudaryani, T. 2009. Pembesaran Ayam Pedanging di Kandang
Panggung Terbuka. Cetakan Pertama. Penebar Swadaya, Jakarta.
Scott, M. L., M. C. Nesheim & R. J. Young. 1982. Nutrition of the Chicken. 3rd
Ed. ML. Scott and ASS, Ithaca.
Sholikin, H. 2011. Manajemen Pemeliharaan Broiler di Peternakan UD Hadi PS
Kecamatan Ngunter Kabupaten Sukoharjo, Tugas Akhir. Program
Diploma III Agribisnis Peternakan. Fakultas Pertanian. Universitas
Sebelas Maret. Surakarta.
Subagyo, A. 2007. Studi Kelayakan. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Sucoko, B.M. 2007. Managemen Administrasi Perkantoran Modern. Erlangga.
Jakarta.
Sudarmono. 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Sudaryani, T. dan H. Santosa. 2002. Pembibitan Ayam Ras. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Suprijatna, E., Umiyati A. dan Ruhyat K. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas.
Cetakan I. Penebar Swadaya, Jakarta.
Tabbu, C. R., dan B. Hariono. 1993. Pencemaran Lingkungan oleh Limbah
Peternakan dan Cara Mengatasinya. Jurnal Ayam Sehat. 18 (0) : 7-9
Wibowo, S. 2008. Petunjuk Mendirikan Perusahaan Kecil Edisi Revisi. Penebar
Swadaya. Depok.
Widiastuti, A. 2013. Problematika Ketenagakerjaan di Indonesia. Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas
Negeri Yogyakarta.

50
Wijayanti, Reny Puspa, Woro Busono and Rositawati Indrati. 2014. Effect Of
House Temperature On Performance Of Broiler In Starter Periode.

Chrisyanti, I. 2011. Manajemen Perkantoran. Prestasi Pustaka, Jakarta.

Dahlan, M. dan N. Hudi. 2011. Studi Manajemen Perkandangan Ayam Broiler Di


Dusun Wangket Desa Kaliwates Kecamatan Kembang Bahu Kabupaten
Lamongan. Jurnal Ternak, Vol. 2 (1).

Herjanto, E. 2008. Manajemen Operasi Edisi Ketiga. Grasindo. Jakarta.

Prasetya, H. dan Fitri L. 2009. Manajemen Operasi. Media Presindo. Yogyakarta.

Purwanggono, B. dan Andre S. 2006. Pembentukan Sel-Sel Mesin untuk


Mendapatkan Pengurang-an Jarak dan Biaya Material Handling dengan
Metode Heuristik di PT Bengkel Cokro Bersaudara. Jurnal Teknik
Industri, 2 (1): 43-53.

Sofyandi, H. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan Pertama, Graha


Ilmu, Yogyakarta.

Subagyo, A. 2007. Studi Kelayakan. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Sukoco, Badri M. 2007. Manajemen Administrasi Perkantoran Modern. Jakarta:


Erlangga

Wibisono, D. 2006. Manajemen Kinerja. Erlangga, Jakarta.

Wibowo, S. 2008. Petunjuk Mendirikan Perusahaan Kecil Edisi Revisi. Penebar


Swadaya. Depok.
Widiastuti, A. 2013. Problematika Ketenagakerjaan di Indonesia. Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas
Negeri Yogyakarta.

51

Anda mungkin juga menyukai