Oleh :
Dwi Hartanti NIM. 145050100111020
Florida Marcheluna NIM. 145050100111021
Irma Hanifah NIM. 145050100111047
Muhamad Muhtar Jamil NIM. 145050101111283
Ahmad Hanyf Anni’amy NIM. 145050101111285
i
TATA LAKSANA PEMELIHARAAN PARENT STOCK BROILER FASE
LAYER DI POULTRY BREEDING DIVISION PT. JAPFA COMFEED
INDONESIA Tbk. UNIT 03 PURWOSARI DESA PUCANGSARI
PURWOSARI-PASURUAN
Oleh :
Dwi Hartanti NIM. 145050100111020
Florida Marcheluna NIM. 145050100111021
Irma Hanifah NIM. 145050100111047
Muhamad Muhtar Jamil NIM. 145050101111283
Ahmad Hanyf Anni’amy NIM. 145050101111285
ii
TATA LAKSANA PEMELIHARAAN PARENT STOCK BROILER FASE
LAYER DI POULTRY BREEDING DIVISION PT. JAPFA COMFEED
INDONESIA Tbk. UNIT 03 PURWOSARI DESA PUCANGSARI
PURWOSARI-PASURUAN
Oleh :
Dwi Hartanti NIM. 145050100111020
Florida Marcheluna NIM. 145050100111021
Irma Hanifah NIM. 145050100111047
Muhamad Muhtar Jamil NIM. 145050101111283
Ahmad Hanyf Anni’amy NIM. 145050101111285
Mengetahui : Menyetujui :
Universitas Brawijaya Dosen Pembimbing :
Fakultas Peternakan
Program Studi Peternakan
Ketua,
iii
TATA LAKSANA PEMELIHARAAN PARENT STOCK BROILER FASE
LAYER DI POULTRY BREEDING DIVISION PT. JAPFA COMFEED
INDONESIA Tbk. UNIT 03 PURWOSARI DESA PUCANGSARI
PURWOSARI-PASURUAN
Oleh :
Dwi Hartanti NIM. 145050100111020
Florida Marcheluna NIM. 145050100111021
Irma Hanifah NIM. 145050100111047
Muhamad Muhtar Jamil NIM. 145050101111283
Ahmad Hanyf Anni’amy NIM. 145050101111285
( Dr.Ir.Edhy Sudjarwo,MS) ()
NIP. 195706291984031001 NIP.
Tanggal……………………. Tanggal……………………….
Megetahui:
Universitas Brawijaya
Fakultas Peternakan
Dekan
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
yang serius karena berdampak terhadap mortalitas dan produksi. Karena, menurut
Murtidjo (1988) dalam Ali dan Febrianti (2009) menyatakan bahwa kepadatan
kandang yang melebihi kebutuhan optimal dapat menurunkan konsumsi ransum
dan meningkatkan konversi ransum yang menyebabkan terlambatnya
pertumbuhan temak dan berkurangnya berat badan temak.
PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk merupakan perusahaan yang bersistem
integrasi berkelanjutan dibidang peternakan unggas. Perusahaan tersebut
memfokuskan usahanya pada kegiatan agribusiness antara lain produksi pakan
ternak berkualitas, pembibitan ayam yang sehat dan cepat tumbuh serta
menghasilkan produk olahan ayam yang berkualitas tinggi. PT Japfa Comfeed
Indonesia Tbk telah memiliki banyak cabang yang tersebar diseluruh wilayah
Indonesia, salah satunya PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk Unit 03 Purwosari
yang berlokasi di Desa Pucangsari, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Pasuruan.
Perusahaan yang berdiri pada tahun .. ini beroperasi dibidang breeding broiler
yang mampu memproduksi bibit unggul final stock broiler.
Beradasarkan pada keadaan tersebut maka perlu dipelajari lebih lanjut
tentang tata laksana pemeliharaan Parent stock broiler fase grower di Poultry
Breeding Division PT Japfa Comfeed Indonesia Unit 03 Purwosari Desa
Pucangsari, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Pasuruan.
1.3. Tujuan
Tujuan dalam pelaksanaan PKL berdasarkan beberapa permasalahan yang
telah dirumuskan diatas adalah :
1. Mengetahui gambaran umum dari PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk Unit
03 Purwosari yang terletak di Desa Pucangsari, Kecamatan Purwosari,
Kabupaten Pasuruan.
2. Mengetahui secara langsung tatalaksana pemeliharaan, mencakup
pembibitan (breeding), pemberian pakan dan minum (feeding),
perkandangan (housing), kesehatan ternak, sanitasi dan biosecurity serta
pengolahan limbah pada parent stock broiler fase grower di Poultry
Breeding Division PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk Unit 03 Purwosari
2
yang terletak di Desa Pucangsari, Kecamatan Purwosari, Kabupaten
Pasuruan.
1.4. Manfaat
1.4.1 Mahasiswa
a. Memperdalam pengertian dan penghayatan mahasiswa tentang cara
berfikir aktual dan logis serta bekerja secara interdisipliner.
b. Mendewasakan alam pikiran mahasiswa untuk melaksanakan setiap
pemecahan dan penelaahan masalah yang ada secara pragmatis ilmiah.
c. Memberi keterampilan kepada mahasiswa sebelum masuk di dunia kerja.
d. Membina mahasiswa untuk menjadi seorang motivator dan problem-
solver.
e. Memberikan pengalaman dan keterampilan kepada mahasiswa sebagai
kader penerus bangsa.
f. Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan yang terjadi pada industri
peternakan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
baru dengan jumlah waktu yang minimum. Struktur garis dan staf akan sulit kita
jumpai pada struktur garis yang murni. Pengalaman sebagai staf merupakan
persiapan menuju posisi garis. Kekurangan struktur garis dan staf adalah konflik
antar karyawan posisi garis dan staf sering menjadi masalah.
2.1.4. Ketenagakerjaan
Manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur
hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu
terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat (Hasibuan, 2007).
Tujuan manajemen sumber daya manusia untuk meningkatkan kontribusi yang
produktif dari karyawan kepada organisasi melalui tanggung jawab, strategi dan
sosial. Sumber daya manusia pada dasarnya berada dalam organisasi untuk
mendukung para manajer dan karyawan dalam melaksanakan strategi organisasi.
Sumber daya Manusia memberikan tiga bantuan kepada manajer pelaksana, yaitu
pelayanan, saran dan keordinasi (Sofyandi, 2008).
Tenaga kerja sangat penting dan dibutuhkan didalam negara sebagai
penunjang berhasilnya suatu usaha atau perusahaan. Faktor
produksi alam dan faktor produksi modal tidak dapat digunakan secara
optimal tanpa adanya tenaga kerja. Perusahaan memiliki kriteria pada masing-
masing tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan. Tenaga kerja merupakan penduduk
yang berada dalam batas usia kerja yang digolongkan produktif dan dapat dibagi
menjadi dua kelompok, yakni kelompok angkatan kerja dan kelompok bukan
angkatan kerja (Widiastuti, 2013). Kualitas sumber daya manusia sangat
berpengaruh penting dalam perusahaan dengan tujuan memajukan serta
memberikan inovasi terkait kemajuan suatu perusahaan.
5
Penilaian kinerja adalah alat yang bermanfaat tidak hanya untuk kerja dari
kariawan, tetapi juga untuk mengembangkan dan memotivikasi karyawan
(Sofyandi, 2008). Menurut (Chrisyanti, 2011) penilaian kinerja adalah penilaian
tentang prestasi kerja karyawan. Kesejahteraan karyawan merupakan salah satu
cara perusahaan dalam mempertahankan karyawan tetap bekerja dan royal pada
perusahaan. Kesejahteraan tersebut merupakan pemenuhan kebutuhan di luar gaji
dan upah. Kesejahteraan dapat berupa tunjangan (benefit) dan pelayanan. Metode
yang dapat digunakan dalam kesejahteraan tenaga kerja, antara lain: metode
komunikasi dan metode pemberian intensif (Wibisono, 2006).
6
1. Grain adalah jenis pakan yang diberikan kepada ayam, terdiri dari murni biji-
bijian. Pemberian jenis pakan ini dilakukan khusus pada sore hari dan
ditujukan untuk merangsang perkawinan pada ayam-ayam bibit serta untuk
memperbaiki kondisi lantai (pada kandang system litter)
2. Meal adalah jenis pakan yang terdiri dari satu macam bahan pakan (bijian
atau bungkil) yang sudah digiling
3. Mash adalah jenis pakan yang terdiri dari campuran beberapa meal
4. Pellet adalah mash yang dibentuk seperti butiran setelah melalui suatu proses
(pelleting). Ukuran/ besar pellet 5-8 mm
5. Crumbs atau Crumble adalah pellet yang dibentuk butiran kecil (±3 mm).
Disebut juga “broken pellet”
Program pembatasan pakan (restricted feeding) dengan cara pemuasaan
merupakan salah satu strategi yang banyak diajukan sebagai metode yang dapat
mengurangi dampak akibat konsumsi pakan yang berlebihan pada saat pemberian
pakan ad libitum (Kartadisastra, 1994 dalam Handayani Irma, 2014). Air
merupakan senyawa penting dalam kehidupan. Dua pertiga dari bagian tubuh
makhluk hidup adalah air dalam berbagai peranan untuk kehidupan (Parakkasi,
1999). Scott et al (2011) menyatakan bahwa air mempunyai fungsi sebagai
berikut (1) zat dasar dari darah, cairan interseluler dan intraseluler yang bekerja
aktif dalam transformasi zat-zat makanan, (2) penting dalam mengatur suhu tubuh
karena air mempunyai sifat menguap dan panas khusus (specific heat), (3)
membantu mempertahankan homeostatis dengan ikut dalam reaksi dan perubahan
fisiologis yang mengontrol pH, osmostis dan kosentrasi elektrolit.
Ayam termasuk hewan homeothermis dengan suhu nyaman 24ºC, akan
berusaha mempertahankan suhu tubuhnya dalam keadaan relatif konstan antara
lain melalui peningkatan frekuensi pernafasan dan jumlah konsumsi air minum
serta penurunan konsumsi pakan (Wijayanti, 2011). Konsumsi air minum
disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang dapat mempengaruhi konsumsi air
minum adalah suhu didalam kandang. Suhu di dalam kandang yang semakin dapat
menyebabkan suhu tubuh ayam meningkat. Peningkatan konsumsi pakan sebesar
1 g mengakibatkan peningkatan konsumsi air minum sebesar 1,5 ml (Ardianto,
2014). Ensminger (1990) dalam Ardianto (2014) menyatakan bahwa pada
umumnya ayam mengonsumsi air minum 2 kali lebih besar dari jumlah pakan
yang dikonsumsi karena air minum berfungsi sebagai pelarut dan alat transportasi
zat-zat makanan untuk disebarkan ke seluruh tubuh sehingga dibutuhkan lebih
banyak air dari pada makanannya. Berdasarkan NRC (1994) konsumsi air minum
bertambah sekitar 7% setiap peningkatan suhu 10C di atas 210C.
2.3.3 Perkandangan
Indarto (1990) menyatakan bahwa kandang merupakan bangunan tempat
tinggal unggas mulai dari sejak awal kehidupan sampai diafkir. Bangunan
kandang harus dirancang dengan baik sehingga nantinya ayam dapat memberi
7
produksi yang optimal. Fungsi kandang ialah sebagai tempat beraktifitas ayam,
berlindung, tempat berproduksi, makan, minum dan tempat berkembang biak.
Rasyaf (2004) menyatakan bahwa perkandangan merupakan kumpulan dari
seluruh kandang yang ada dengan suatu aturan tertentu. Penyusunan kandang
dalam suatu areal peternakan ada aturannya.
Kandang didirikan dalam posisi berjajar sehingga jarak antar kandang
minimal selebar kandang, karena jarak kandang yang berdekatan mengakibatkan
sirkulasi udara tidak lancar dan memudahkan penularan penyakit (Suprijatna,
2005). Fadilah (2007) menyatakan bahwa bangunan kandang satu dengan
kandang lain mempunyai umur ayam yang berbeda harus dibangun dengan jarak
minimal 20 meter, namun untuk kandang yang ditempati ayam yang sama
umurnya boleh saling berdekatan.
Sudarmono (2003) menyatakan bahwa lokasi kandang harus jauh dari
pemukiman, kandang mampu memberikan kemudahan dalam pelaksanaan
aktifitas baik diluar maupun di dalam kandang, dan kandang mampu
memberiakan kenyamanan bagi ternak, oleh karena itu lokasi kandang, kontruksi
kandang dan ukuran kandang harus diberi perhatian yang khusus. Santoso dan
Sudaryani (2009) menyatakan bahwa jarak antara kandang dengan pemukiman
penduduk adalah 500 meter, sedangkan dengan peternakan lain minimal 1000 m.
Lokasi kandang yang jauh dari pemukiman penduduk dimaksudkan agar aktivitas
penduduk tidak mengganggu keberlangsungan budidaya ayam ataupun
sebaliknya, budidaya ayam tidak menimbulkan efek eksternalitas negatif kepada
penduduk.
8
Dua jenis vaksin yaitu vaksin in aktif (kill) dan vaksin aktif (live),
kemampuan vaksin aktif untuk menimbulkan kekebalan tubuh lebih tinggi
dibanding dengan vaksin in aktif karena virus akan berkembang biak didalam
tubuh merangsang terbentuknya kekebalan secara cepat, sementara kekuatan
vaksin in aktif merangsang terbentuknya antibodi tergantung pada tergantung
pada antigenik (sel-sel virus) yang terkandung dalam dosis vaksin. Beberapa jenis
penyakit yang telah ditemukan vaksinnya antara lain: Mareks, Infectious Bursal
Desease (IBD), Newcastel Desease (ND), Infectious Bronchitis (IB), Infectious
Coriza (Snot), fowl Pox, Egg Drop Syndrome (EDS), Coccidiosis (Koksi) dan
Avian Influensa (AI) (Imam, 2009).
9
orang, alat, barang dan hewan lain agar kegiatan lalu lintas yang dilakukannya
tidak menyebabkan masuknya pathogen kedalam farm (Sholikin, 2011).
10
(panjang telur dikalikan 100 %, jika 72 – 74 % berarti telur oval), telur harus
berasal dari pejantan (sex ratio), berat telur, lama penyimpanan, kebersihan telur
(agar pori-pori kulit telur tak tertutup dengan kotoran sehingga respirasi embrio
dapat berjalan dengan lancar), keutuhan telur (telur tidak, retak), warna, seragam
(Sudjarwo, 2012).
2.4.3 Fumigasi
Telur tetas yang telah diterima segera dilakukan fumigasi (single dosis).
Bahan yang digunakan dalam melakukan fumigasi untuk single dengan volume
ruang fumigasi adalah 5,04 m³, dengan penggunaan formalin sebanyak 150 cc dan
forcent 75 gr. Dengan dosis pemakaian untuk formalin sebanyak 151,2 cc
sedangkan forcent sebanyak 75,6 g. Setelah HE dan bahan fumigan dimasukan ke
ruang fumigasi, maka tahap selanjutnya adalah melakukan fumigasi dengan cara
menaburkan forcent kedalam wadah yang telah disiapkan, dan menutup pintu
fumigasi serta menghidupkan kipas angin. Proses fumigasi HE dilakukan selama
20 menit, dan setelah HE difumigasi kemudian dipindahkan ke dalam holding
room, lalu HE disusun berdasarkan nomor kandang, strain, asal farm, grade, dan
tahap akhir adalah memasang label berdasarkan kriteria yang telah ditentukan
(Nopiana 2015).
11
BAB III
METODE PELAKSANAAN
12
vaksinasi, grading, pemberian pakan), dokumentasi luar kandang (distribusi
pakan, post mortem, penampungan air, sterilisasi peralatan vaksin) .
4. Studi kepustakaan
Teknik studi kepustakaan dilakukan dengan bantuan dari bermacam-macam
sumber pustaka. Teknik studi kepustakaan bertujuan untuk membandingkan
hasil yang diperoleh selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapang dengan
pencarian berbagai literatur (jurnal, buku, text book, laporan skripsi, makalah
seminar, dan web) yang berhubungan dengan obyek pembahasan melalui
perpustakaan.
13
Deplesi (%) = x 100 %
14
BAB IV
HASIL DAN EVALUASI KEGIATAN
15
Priyatno (2002) yang menyatakan bahwa arah kandang sebaiknya diusahakan
menghadap ke arah barat-timur sehingga ayam terkena panas matahari secara
langsung baik pagi hari maupun siang hari.
16
jumbo, telur abnormal, telur retak. dan melakukan croscek data dari semua
sumber data untuk validasi data, mempersiapkan dan mengirim laporan harian dan
bulanan ke recording region. Input data dilakukan melalui sistem online. Post
Mortem bertugas membedah ayam yang mati atau culling yang dicurigai memiliki
penyakit dan tidak diketahui penyebabnya dengan kasat mata, maka akan
dilakukan pembedahan. Selain itu, juga bertugas mengambil ayam culling setiap
hari dari kandang 1-20. Depo Unit bertugas memasukan data pembelian telur
abnormal dan melayani penjualan telur abnormal. Operator Vaksin dan Grading
Jantan bertugas melaksanakan vaksin mulai kandang 1-20.
Supervisor Personnel and General Affair (PGA) Bambang Togiri S.Pd.
Supervisor PGA membawahi Administrasi Personnel dan General Affair yang
bertugas atas administrasi kepegawaian umum, menghitung uang makan,
transport dan lembur karyawan, menghitung pemotongan biaya pengobatan, dst.
Supervisor PGA juga membawahi general affair unit. General Affair Unit
bertanggung jawab mengenai Driver, Sanitasi, dan Operator Loundry. Sigap
adalah sistem keamanan yang membantu keamanan di PT Japfa Comfeed
Indonesia Unit 03 Purwosari, Pasuruan dan beroperasi pada pagi, siang dan
malam hari.
b. Sarana Pengairan
Sarana pengairan terdapat 2 sumur bor yang mensuplai air bersih keseluruh
farm, 1 sumur bor dengan kedalaman 70 m digunakan untuk memenuhi kebutuhan
air di area mess dan sekitarnya, 1 sumur bor dengan kedalaman 100 m digunakan
untuk mensuplai air ke seluruh kandang dan disertai dengan penampungan air
sehingga kebutuhan air dapat terpenuhi. Debit air 3-4 liter per detik sehingga
kebutuhan air dalam farm dapat terpenuhi.
c. Sarana Kelistrikan
Sarana kelistrikan yang utama untuk mensuplai keseluruhan sumber listrik
dengan PLN yang menggunakan daya 345 KVA. Sarana kelistrikan dilengkapi
17
dengan 1 unit genset dengan daya motor diesel sebesar 500 KVA. Bahan bakar
yang digunakan adalah solar dan putaran yang dihasilkan 1500 rpm.
d. Sarana Keamanan
Sarana keamanan yang disiapkan pada tiap kandang, tiap ruang, maupun tiap
mess menggunakan pemadam kebakaran yang berbahan dasar Dry Chemical
kapasitas 6 kg. Sarana keamanan terdapat pos kontrol (pantau) yang ditempatkan
disetiap sudut farm sehingga dapat menjamin keamanan area farm. Dry
Chemical kapasitas 6 kg.
4.1.4. Ketenagakerjaan
PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit 03 Purwosari, Pasuruan
memiliki tenaga kerja yang digolongkan menjadi 2, meliputi tenaga kerja dengan
perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT) dan tenaga kerja dengan perjanjian kerja
waktu tidak tetap (PKWTT). Perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT) merupakan
karyawan yang dikontrak maksimal 2 kali pengontrakan dengan catatan kontrak
kedua tidak lebih lama dari waktu kontrak pertama. Masa kontrak yang sudah 2
kali pengontrakan maka di berhentikan selama 1 bulan jika akan melakukan
pengontrakan kembali oleh perusahaan. Perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT)
mencangkup karyawan bulanan dan karyawan harian lepas. Karyawan bulanan
terdiri dari karyawan driver, sanitasi, tehnik dan operator kandang. Karyawan
harian lepas terdiri dari karyawan bagian serut kayu, karyawan bagian pengangkut
pakan, operator vaksin dan grading jantan. Perjanjian kerja waktu tidak tetap
(PKWTT) merupakan karyawan yang dipekerjakan tetap. Karyawan yang
tergolong PKWTT merupakan karyawan yang sudah lama bekerja di perusahaan
sejak perusahaan mulai berdiri yang kebanyakan dari masyarakat sekitar
18
perusahaan. Ketenagakerjaan di Unit Grati 4 Pasuruan dapat dilihat pada Tabel 1.
berikut ini :
Jabatan Jumlah
Manager 1
Supervisor Kandang 3
Operator Kandang 69
Post Mortum 2
Operator Depo 1
Operator HE (Hetchery
Egg) 2
Recording 1
Asisten Tehnik 1
Operator Tehnik 6
Logistik 1
Operator Logistik 1
F&A Unit 1
Supervisor P&GA 1
Administrasi P&GA 1
Driver 2
Laundry 2
Sanitasi 1
Sigap 15
Pekerja Harian Lepas 37
Total 148
Sumber: Data Primer (2017)
19
15.00-23.00 WIB dan sift 3 mulai dari jam 23.00-07.00 WIB. Ketentuan gaji sigap
mengikuti UMR wilayah Pasuruan.
20
kemudian ditetaskan di Hatchery untuk menghasilkan DOC final stock. Pada
praktek kegiatan dari usaha pembibitan ayam umumnya dilakukan 7 kunci pokok
pemeliharaan plus 2. Adapun 7 kunci pokok pemeliharaan plus 2 tersebut, yaitu: 7
kunci pokok (pakan, minum, lighting, suhu dan kelembaban, ventilasi, litter, dan
density); plus 2 (male management dan hatching egg care).
Disamping 7 kunci pokok plus 2 tersebut masih terdapat beberapa program
kegiatan yang dapat menunjang keberhasilan usaha pembibitan ayam. Diantaranya
adalah program biosecurity dan sanitasi lingkungan farm, pemilihan bibit DOC
parent stock yang berkualitas baik, early warning system (EWS), dan monitoring
kesehatan ternak yang sesuai program perusahaan.
21
maksimal 6 % dan 8%. Pakan ayam juga terdapat 2 kategori pakan dengan kode
MED A dan pakan tanpa kode MED A. Pakan dengan kode MED A merupakan
pakan yang di dalamnya terkandung amoxy-s dan pakan tanpa MED A merupakan
pakan tanpa amoxy-s. Fungsi peng-gunaan pakan MED A dan pakan tanpa MED
A adalah untuk mengobati atau mencegah ayam dari Staphylococcus yang
menyebabkan ayam pincang atau athritis. Pakan dengan kode MED A diberikan
selama 2 minggu. Apabila ayam terkena penyakit yang cukup parah maka label
pakan yang digunakan adalah MED B. Bentuk pakan betina coarse crumble dan
pakan jantan fine crumble dapat dilihat dari Gambar 2a dan 2b. berikut ini:
(a) (b)
Gambar 2. Pakan Ayam Betina PAR L II LB Coarse Crumble (a), dan
Pakan Ayam Jantan PAR JANTAN Fine Crumble (b)
22
Through feeder adalah jenis tempat pakan manual untuk ayam jantan.
Total Feed Consumption (FC) per-pen jantan langsung ditaruh manual di
through dan diratakan manual. Pemberian pakan melalui through dengan
menekan tombol pada panel untuk menurunkan through yang telah diisi
pakan hari sebelumnya. Through feeder disajikan pada Gambar 3b.
(a) (b)
Gambar 3. Covinh feeder (a), dan Through feeder (b)
23
Tabel 2. Feeder space Jantan Kandang 15
24
4.4.5 Tempat Minum
Tempat minum yang digunakan di Unit 03 Purwosari di sebut bell
drinker, dengan kapasitas standar 60-80 ekor/bell. Jarak antar bell drinker yaitu 4
meter digantung dengan pola RST dan tinggi bell dengan slat 35 cm. Air pada bell
disalurkan melalui pipa dan selang kecil dari tandon kandang berjumlah 2 buah
dengan kapasitas 1000 liter per buah. Pembersihan dilakukan setiap hari pada pagi
hari dengan menggosok dan membasuh seluruh permukaan bell. Pembersihan
dilakukan demi menjaga kesehatan dan meminimalisir kontaminasi mikroba
melalui air minum. Gambar bell drinker dapat dilihat pada Gambar 5. berikut ini:
25
dapat diketahui dengan menggunakan Test Kit atau melalui Hanna meter yang
dilengkapi dengan pengukuran suhu air.
Cara pengukuran air dengan menggunakan Test Kit:
a. Dimasukkan sampel air ke dalam Test Kit
b. Diteteskan larutan kuning untuk melihat kandungan klorin
c. Dicocokan warna larutan tersebut dengan beberapa warna disampingnya
d. Dicatat kandungan klorin yang berada dalam test kit tersebut
e. Angka ideal kandungan klorin adalah 1,0-1,5 bagian per-triliun
Cara pengukuran air dengan menggunakan Hanna meter:
a. Dibuka alat pengukur
b. Dicelupkan ke dalam air
c. Ditunggu hingga pengukuran konstan dan dicatat
d. Pengukuran menggunakan Hanna meter meliputi: kandungan klorin dengan
satuan mV, pH dan suhu.
e. Angka standar kandungan klorin adalah 700-800 mV, pH netral dan suhu
antara 24,9⁰C.
Pencatatan konsumsi air dilakukan 1x setiap hari dengan melihat meteran
air yang terdapat di saluran dosatron. Filter in out (dosatron klorinasi dan
dosatron obat) disajikan pada Gambar 6.
(a) (b)
26
d. Lama pemberian air minum juga berbeda-beda tergantung penggunaan
obat.
4.5. Perkandangan
4.5.1. Gambaran Umum Kandang
PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Poultry Breeding Division Unit 03
Purwosari Pasuruan mempunyai luas 12 Ha dengan kandang dikelilingi pagar
beton dan sebagian pagar seng dengan ketinggian 3 meter yang akan melindungi
kandang dari gangguan-gangguan yang ada. Flock dan kandang dihubungkan oleh
jalan dengan lebar 2,5 meter. Priyatno (2002) menyatakan bahwa arah kandang
sebaiknya diusahakan menghadap ke arah barat-timur sehingga ayam terkena
panas matahari secara langsung baik pagi hari maupun siang hari. Arah kandang
di Unit 03 Purwosari membujur dari barat ke timur ataupun sebaliknya sehingga
sinar matahari leluasa menyinari kandang yang tentunya dapat menekan
pertumbuhan bakteri-bakteri yang dapat menimbulkan penyakit.
PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Poultry Breeding Division Unit 03
Purwosari Pasuruan terdapat 20 kandang dengan rincian 4 kandang kecil dan 16
kandang besar yang terbagi dalam 3 flock. Ukuran kandang besar 122 meter X 14
meter, sedangkan kandang kecil 50 meter X 14 meter. Ayam dengan umur yang
sama terdapat dalam masing-masing flock, sedang antar flock terdapat perbedaan
umur 7 hari. Kandang dibagi lagi menjadi beberapa pen menggunakan sekat yang
terbuat dari rangkaian besi dan kawat. Fadilah (2007) menyatakan bahwa
bangunan kandang satu dengan kandang lain mempunyai umur ayam yang
berbeda harus dibangun dengan jarak minimal 20 meter, tetapi untuk kandang
yang ditempati ayam yang sama umurnya boleh saling berdekatan.
Setiap kandang besar berisi 6000-8000 ekor ayam. Suprijatna (2008)
menyatakan bahwa kepadatan dalam kandang juga harus diperhatikan dengan
disesuaikan dengan kapasitas kandang. Jumlah ayam yang terlalu padat
mengakibatkan ayam mengalami cekaman atau stress.
27
bervariasi, tergantung dari populasi dan ukuran panjang efektif kandang. Dibagian
ujung masing-masing kandang terdapat small pen atau kandang spiking berukuran
4x3 meter yang digunakan sebagai kandang bagi ayam yang mempunyai ukuran
tubuh ekstra kecil. Ukuran pen kandang dapat dilihat pada Tabel 3. berikut ini:
Ukuran
Pen
28
bertahan lebih lama dibandingkan bahan atap lainnya. Kekurangan dari
penggunaan atap galvalum adalah mengeluarkan biaya yang mahal. Pada bagian
tengah terdapat zelltech yang berfungsi untuk meredam panas. Zelltech disajikan
pada Gambar 7.
Gambar 7. Zelltech
Atap kandang berfungsi untuk melindungi ternak yang ada di dalam
kandang dari panas matahari langsung dan curah hujan. Yaman (2011)
menyatakan bahwa idelanya bahan atap yang digunakan adalah bentuk monitor
karena membantu mengeluarkan debu dan amonia dari dalam kandang. Bahan
atap kandang yang baik adalah mampu menyerap dan meng-hantarkan panas.
29
hewan luar. Rasyaf (2008) menyatakan bahwa penutupan tirai pada dinding
kandang bertujuan untuk melindungi kandang dari pengaruh lingkungan di luar
kandang antara lain hujan, angin yang terlalu kencang dan mencegah masuknya
bibit-bibit penyakit ke dalam kandang. Kekurangan dari sistem close house
apabila pengaturan cahaya tidak tepat akan menyebabkan ayam menjadi stres.
(a) (b)
Gambar 9. Lantai kandang litter (a) dan lantai kandang slat (b)
30
4.5.7. Ventilasi
Ventilasi adalah jalan masuk dan keluarnya udara sehingga udara segar
dari luar dapat masuk untuk menggantikan udara yang kotor di dalam kandang
dan udara kotor dibuang melalui exhaust fan. Kebutuhan exhaust fan yang
digunakan tergantung volume bangunan kandang dan bobot badan ayam dalam
kandang tersebut (Priyatno, 2002). Kondisi suhu dalam kandang yang ada di PT.
Japfa Comfeed Indonesia Tbk, Poultry Breeding Division Unit 03 Purwosari,
Pasuruan rata-rata 23-29 dengan kelembaban berkisar antara 70-80%.
Kecepatan angin dalam kandang dapat dilihat pada Tabel 4. berikut ini:
31
Light trap dalam kandang mempunyai fungsi untuk menghalangi sinar
matahari yang masuk kandang dan menyaring udara akibat adanya tekanan dari
blower.
c. Cooling pad
Cooling pad berukuran 4,2 x 1,5 meter dibagian depan, 14,4 x 1,5 meter
dibagian samping kanan dan kiri kandang yang berfungsi sebagai pendingin
untuk mengalirkan udara segar dari luar kandang. Pembersihan cooling pad
dilakukan satu kali dalam satu minggu agar udara yang masuk dari inlet dapat
masuk tidak terhambat oleh kotoran dan debu yang menggumpal. Cooling pad
tampak luar disajikan pada Gambar 9b.
d. Inlet
Merupakan bukaan udara masuk dari lingkungan luar kandang melalui
celldeck dengan luasan yang ditentukaan berdasarkan ukuran luas kandang dan
umur ayam. Inlet ini terbuat dari bahan kawat yang dirancang seperti jaring
berbentuk rectagonal. Bukaan inlet pada kandang pengamatan yakni 80 cm
dengan kebutuhan kipas blower sebanyak 10 buah sebagai outlet. Gambar inlet
dapat dilihat pada gambar 9c.
e. Celldeck
Udara kotor atau panas dapat disaring oleh celldeck pada cooling pad yang
berfungsi sebagai penyaring dan apabila udara dari luar panas masuk kedalam
kandang maka air pada motor cooling pad akan turun melalui celldeck supaya
udara yang masuk ke dalam kandang akan terasa dingin dan ayam akan merasa
tetap nyaman pada suhu lingkungan dalam kandang.
(a)
32
4.5.8. Pencahayaan
PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Poultry Breeding Division Unit 03
Purwosari Pasuruan menggunakan cahaya lampu pijar tipe LED dan essential
berwarna warm white sebanyak 25-35 buah lampu tiap pen tergantung ukuran
pen, jarak antar lampu 4 meter dan jarak antar line 2 meter dengan ketinggian 1,8
meter dari lantai slat. Daya lampu yang digunakan tergantung dari umur ayam,
untuk ayam berusia 62 minggu menggunakan daya lampu 12,5 watt (LED) dan 23
watt (essential) dengan intensitas cahaya 40-50 lux. Pencahayaan dilakukan
selama 14 jam dimulai pukul 05.00-19.00 WIB. Semua lampu dikendalikan secara
otomatis dengan menggunakan kontrol panel
Peranan cahaya adalah merangsang syaraf-syaraf yang bertugas memberi
perintah kelenjar hypofisis agar membentuk hormon LH (Lueteunizing Hormone)
dan FSH (Follicel Stimulating Hormone). Hormon FSH berfungsi merangsang
kantong benih untuk pembentukan kuning telur. Hormon LH berfungsi memecah
selaput pembungkus sehingga kuning telur dapat keluar dan jatuh tepat pada
mulut kandungan dan proses selanjutnya terjadi pembentukan telur (Scanes, Brant
dan Ensminger, 2004).
Lampu penerang berfungsi sebagai pencahayaan di dalam kandang untuk
membantu aktifitas metabolisme ayam dan juga mempermudah kegiatan operator
kandang. Jumlah lampu pada setiap kandangnya berkisar antara 140-153 buah,
tergantung dengan ukuran masing-masing kandang. Umur ayam berpengaruh
terhadap lama nyala lampu dan juga intensitas cahaya yang digunakan, sehingga
perlu adanya pergantian lampu dan lama nyala lampu pada umur-umur tertentu.
33
dapat memakan pakan pada tempat pakan ayam pejantan hal ini bertujuan untuk
menghindari ayam betina kegemukan sehingga produksi telur terganggu. Tempat
minum yang digunakan yakni tipe bell drinker untuk ayam berumur 62 minggu.
Tempat minum tersebut disuplai dari sumur bor yang dipompa menuju bak
penampungan air, dan dialirkan ke tandon utama. Air dialirkan kesetiap tandon
yang ada di setiap kandang berjumlah 2 buah tandon perkandang dengan kapasitas
1000 liter. Air yang ada di tandon dipompa agar mengalir ke bell drinker melalui
regulator yang fungsinya mengatur tekanan air.
Kontrol panel berfungsi untuk mengatur seluruh peralatan yang ada di
dalam kandang secara otomatis. Rangkaian kontrol panel terdiri dari: saklar
lampu, saklar kipas blower, saklar cooling pad, saklar tempat pakan ayam.
Keseluruhan panel dihubungkan dengan alarm kandang yang bisa menyala secara
otomatis apabila terjadi trouble. Alarm pada kandang berfungsi untuk mengetahui
gangguan alat-alat pada kandang yang tidak berfungsi atau ada yang rusak dan
sebagai pengingat apabila air di dalam tabung penampung tidak mengalir. Alarm
dipasang di depan kandang dan apabila alarm berbunyi maka dapat di lihat pada
lampu alarm yang terletak di depan pintu kandang.
Kandang juga dilengkapi dengan tempat bertelur (nest box) berbentuk
balok dan mempunyai 2 lantai sebagai tempat bertelur ayam betina saat produksi.
Nest box di dalam kandang jumlahnya tergantung populasi dan ukuran kandang.
Dalam satu kandang terdapat 70-80 buah nest box, setiap nest box terdapat 24
buah sarang (hole). Panjang nest box sekitar 160 cm, lebar 120 cm dan tinggi 130
cm dengan tinggi tiap sarang sekitar 25 cm, panjang 35 cm dan lebar 25 cm. Nest
box dan probe disajikan pada Gambar 10.
(a) (b
34
Hal ini bertujuan untuk minimalkan penyebaran penyakit pada ayam yang sehat
serta tidak meningkatkan angka kejadian penyakit. Kemudian ayam tersebut
dibawa ke post mortem untuk dilakukan pembedahan sehingga akan diketahui
mengenai jenis penyakit yang menyerang, setelah itu bangkainya langsung
dibakar agar wabah penyakitnya tidak menyebar di lingkungan farm.
35
kedalam otak agar ayam mati. Pembiusan dilakukan dengan tujuan agar pada saat
ayam di bedah tidak mengeluarkan darah yang berlebihan.
36
Cairan kimia yang digunakan pada body dipping adalah campuran
antara air dan klorin dengan perbandingan 1 tablet klorin untuk 1.500
liter air atau air yang mengandung klorin sebesar 700-850 mv. Body
dipping tersaji pada Gambar 12
2. Sanitasi kendaraan, peralatan dan barang yang dilakukan PT. Japfa Comfeed
Indonesia Tbk. Unit 03 Purwosari, Pucangsari, Pasuruan meliputi:
a. Semua kendaraan yang masuk area bersih-1 farm harus di semprot
dengan larutan desinfektan (BKC dan air) konsentrasi 4cc/lt baik ban
dan badan kendaraan secara keseluruhan di pintu gerbang pertama.
b. Semua kendaraan dari luar farm hanya bisa parkir diarea bersih-1 dan
tidak diperboleh-kan masuk ke area intermediet atau area dalam.
c. Semua kendaraan yang dipakai di farm harus melalui cardip untuk
dipping ban dan spray larutan desinfectan (TH4 dan air) sebelum masuk
ke area intermediet dan hanya boleh untuk kendaraan tertentu, seperti
truk pakan dari divisi pakan dan kendaraan pengangkut telur dari divisi
hatchery. Car dipping tersaji pada Gambar a.
d. Semua kendaraan dari area intermediet tidak boleh masuk ke area
dalam, dan semua kendaraan yang ada didalam tidak boleh keluar.
e. Semua peralatan dan barang dari luar yang akan dimasukkan ke area
intermediet seperti nest box, tempat pakan, tempat minum, dan
sebagainya harus dilakukan dipping. Barang yang tidak bisa
37
dilakukan dipping seperti laptop, handphone, buku, dan kacamata bisa
difumigasi dengan menggunakan larutan parafolmaldehyde 10g/𝑚3
melalui kotak fumigator. Bak dipping tersaji pada Gambar b.
f. Semua peralatan yang akan di bawa masuk ke area dalam harus
difumigasi terlebih dahulu. Fumigasi barang tersaji pada Gambar c.
g. Kendaraan yang digunakan untuk pengangkutan pakan atau
pemindahan ternak di dalam area produksi setelah keluar area
peternakan dilarang masuk kembali area produksi sebelum dilakukan
desinfeksi ulang
38
d. Dikeluarkan segera ayam yang mati dan sakit dari dalam kandang.
(a) (b)
Gambar 13. Pemotongan rumput liar (a) dan pemasangan perangkap
tikus dan serangga (b)
39
Jenis Tempat Bahan Kimia Dosis
40
4.7.2. Biosecurity
Biosecurity merupakan suatu usaha untuk melindungi atau mencegah
agar tidak ada agen makhluk hidup pembawa bibit penyakit yang masuk atau
menyebar ke lingkungan. ke dalam area farm dengan cara menjauhkan ternak dari
agen penyebab penyakit dan menjauhkan agen penyebab penyakit dari ternak,
sehingga mampu menjaga kondisi dalam lingkungan kandang sesuai standar yang
ditetapkan. Biosecurity merupakan program yang dijalankan di suatu kawasan
peternakan atau farm yang bertujuan untuk menjaga terjadinya perpindahan
penyakit menular (Fadilah, 2013). Sistem biosekuritas yang diterapkan adalah
mmelakukan pemeliharaan dengan sistem all in all out dalam suatu flock guna
mencegah penularan penyakit dari ayam tua ke ayam muda karena dalam sistem
tersebut pengadaan ayam DOC dan pengafkiran dilakukan secara menyeluruh
sehingga umur ayam yang dipelihara sama.
Kerugian yang akan dialami oleh perusahaan jika tidak menjalankan
biosekuritas di area farm adalah, agen penyakit akan masuk, menular dan
menyebarkan penyakit hingga mengakibatkan gangguan terhadap kesehatan
unggas, sehingga akan menurunkan performa unggas. Kerugian akibat penyakit
adalah: 1) rendahnya performa ayam (deplesi tinggi, angka pertumbuhan rendah,
dan FCR tinggi); 2) pengeluaran biaya untuk pengobatan unggas yang sakit; 3)
pengeluaran biaya untuk revaksinasi; 4) stamping out.
Biosecurity yang dilakukan di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit 03
Purwosari, Pucangsari, Pasuruan, meliputi 3 elemen penting yaitu:
a. Isolasi atau pemisahan
Sarana isolasi yang dimiliki perusahan meliputi pagar keliling, pintu
gerbang utama (one way system), jarak minimal dengan peternakan atau farm lain
minimal 1 km dan terdapat fasilitas sanitasi untuk orang, kendaraan, peralatan dan
barang yang memadai.
Pagar keliling sudah dibuat sejak farm didirikan dengan ketinggian sekitar
3 meter dengan dilengkapi kawat berduri yang ada di bagian atas dinding
pagar. Pembuatan pagar keliling juga memperhitungkan dan
menyesuaikan dengan keadaan sekitar farm, yakni mengenai tinggi
minimal yang harus dibuat maupun penambahan kawat berduri untuk
menghalau hewan liar maupun manusia.
Penyesuaian dengan lingkungan sekitar terutama terhadap ancaman dari
bidang sejenis (unggas), jika terdapat perusahaan sejenis yang melakukan
afkir tidak boleh melintasi area farm yang masih dalam fase pertumbuhan
terutama fase produksi, karena dikhawatirkan dapat menyebarkan agen
penyakit yang dapat mempengaruhi produkasi.
Jarak antara farm dengan pemukiman penduduk adalah 1 km sehingga
seluruh aktivitas di farm tidak mengganggu masyarakat sekitar baik dari
limbah, bau maupun gangguan lainnya.
41
Zonasi di area farm untuk mencegah masuknya agen penyakit dari luar
kedalam farm dengan melokasikan kandang berada di bagian paling dalam
dari farm. Zonasi dilakukan dengan mem-bagi area menjadi 4 yaitu area
kotor, luar, intermediet, dan area dalam (kandang).
b. Pengendalian vector
Pengendalian vector merupakan tindakan menjauhkan vector atau agen
pembawa penyakit dari ternak sehingga terhindar dari penyebaran penyakit.
Vector yang sering menyerang meliputi ular, tikus, burung liar, kucing, lalat dan
serangga. Pemasangan jebakan tikus diletakkan pada sekeliling dinding kandang
untuk mencegah masuknya vector tersebut ke dalam kandang, Kebersihan
lingkungan sekitar kandang harus selalu terjaga dari bangkai-bangkai vector,
maka dilakukan pengecekan setiap hari pada jebakan tikus sehingga berdampak
kebersihan kandang.
Vector lalat, ulat dan serangga lainnya dilakukan penanganan seperlunya
jika dibutuhkan dengan melakukan penyemprotan insektisida berupa betachid bila
tidak terkendali. Penyebaran lalat yang sudah mulai mengganggu dipasang
jebakkan lalat berupa lem lalat yang dioleskan pada sapu lidi. Penanganan kucing
hanya dikontrol agar tidak sampai masuk pada area intermediet dan area dalam.
Penanganan burung liar langsung diburu dengan menggunakan senapan dan
memotong pohon-pohon yang bisa mengundang datangnya burung liar ke area
farm.
42
Limbah cair berupa bekas dipping kendaraan dan manusia dimulai dari
sanitasi awal hingga area kandang memiliki kandungan bahan kimia berupa BKC
(Benzalkonium Chloride) dengan konsentrasi 4cc/lt. Kandungan bahan kimia
tersebut tidak berbahaya bagi lingkungan karena konsentrasi yang rendah dan
mudah menguap dengan pembuktian tidak ada komplain negatif dari pihak
masyarakat sekitar. Area bersih-1 dan bersih-2 meng-hasilkan limbah berupa air
sisa mandi dan sisa spray dengan kandungan BKC (Benzalkonium Chloride)
2cc/lt serta air sisa laundry baik area bersih-1 dan area dalam yang ditampung
pada dan disalurkan pada sungai didepan perusahaan dan limbah air dipping tidak
berbahaya ataupun mengganggu bagi lingkungan ataupun kesehatan masyarakat.
Limbah air yang dihasilkan dari masing-masing kandang berupa air sisa
dipping alas kaki, washtafel dan toilet kemudian ditampung pada selokan yang
disalurkan pada pembuangan akhir berupa sungai diluar perusahaan dengan
masing-masing selokan terdapat penyaring untuk benda-benda yang tajam
ataupun benda-benda besar sehingga hanya air yang mengalir pada sungai. Aliran
selokan tersebut sudah diatur pada samping kandang dan kemudian dialirkan ke
sungai.
43
4.9.1. Koleksi Telur
Koleksi telur merupakan kegiatan rutin pengambilan telur 1 jam setelah
pemberian pakan pada ayam, dilakukan 5 kali pengambilan telur dalam sehari
dimulai pukul 08.00 WIB, pengambilan telur ke-2 dilakukan pada pukul 09.00
WIB, pengambilan telur ke-3 pada pukul 10.30 WIB, pengambilan telur ke-4 pada
pukul 13.00 WIB dan pengambilan telur ke-5 pada pukul 14.30 WIB.
Pengambilan telur dilakukan menggunakan egg tray dengan kapasitas 54 butir
telur.Penumpukan egg tray dilakukan tujuh tumpuk untuk menghindari adanya
keretakan telur dibagian bawah.
Pengambilan telur dilakukan secara hati-hati untuk menghindari telur yang
retak dan pecah. Berdasarkan penelitian Iraining (2014) Kualitas fisik telur
meliputi hal -hal berikut yaitu bentuk telur harus normal, berat atau besar telur dan
warna kulit telur harus seragam sesuai strain atau bangsa, telur yang terlalu tipis
atau terlalu porous akan mengakibatkan penguapan isi telur terlalu tinggi sehingga
akan menurunkan daya tetas, telur tetas yang baik permukaan kulitnya harus
halus, tidak kotor, dan tidak retak. Agar telur tetas memberikan peranan besar
dalam penetasan maka telur yang akan ditetaskan harus diseleksi, adapun hal -
hal yang perlu diseleksi adalah antara lain : bentuk telur harus oval (panjang telur
dikalikan 100 %, jika 72 – 74 % berarti telur oval), telur harus berasal dari
pejantan (sex ratio), berat telur, lama penyimpanan, kebersihan telur (agar pori-
pori kulit telur tak tertutup dengan kotoran sehingga respirasi embrio dapat
berjalan dengan lancar), keutuhan telur (telur tidak, retak), warna, seragam
(Sudjarwo, 2012).
Telur tetas yang baik untuk ditetaskan harus memenuhi persyaratan antara
lain telur tetas harus berasal dari induk yang sehat, dengan sex ratio yang baik
sesuai dengan strain atau jenis ayam, umur telur tidak lebih dari satu minggu, dan
kualitas telur fisik (bentuk telur normal, berat telur dan warna kulit telur harus
seragam, tidak kotor, dan tidak retak) (Irianing, 2014).
Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam koleksi telur, yaitu :
1. Persiapan alat terdiri dari kereta dorong dan egg tray yang sudah di sanitasi.
2. Persiapan operator kandang sebelum melakukan koleksi telur menggunakan
masker, cattle pack, sepatu boot, mencuci tangan dengan sabun dan semprot
tangan dengan alcohol 70%.
3. Koleksi telur dilakukan oleh 2 orang operator kandang, dengan pembagian
pengambilan, operator pertama dimulai dari pen 1 sampai pen 3 dan operator
kedua dari pen 5 ke pen 4. Cara pengambilan telur dengan mengambil telur
dalam nest box dan diletakkan pada egg tray dengan kapasitas 54 butir. Telur
yang telah diambil ditumpuk diatas egg tray yang sudah terisi penuh sampai
tumpukan ke tujuh. Setelah semua telur terambil dilanjutkan dengan grading
telur.
Adapun pengambilan telur tetas yang baik berdasarkan (Sartika, T, Heti, Sofjan,
Maijon, Desmayati dan Astu, 2014) meliputi :
44
1. Alas sangkar harus selalu ada, tebal dan bersih dari kotoran.
2. Koleksi telur 3-4 kali dalam sehari, untuk mengurangi telur lantai atau telur
kotor dan juga mengurangi telur pecah.
3. Cuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah mengambil telur.
4. Telur tidak boleh dicuci.
5. Pisahkan antara telur tetas dan telur afkir (kotor, pecah, jumbo, kecil, tipis dan
abnormal).
6. Beda kode tiap tray sesuai kandangnya.
7. Simpan telur tetas di lemari fumigasi dan kemudian difumigasi Selama 15
menit dengan dosis yang benar.
8. Pada saat memindahkan telur ke mobil telur, harus ditutup dengan karung
supaya tidak terkena sinar matahari atau kepanasan.
9. Telur afkir dikirim ke hatchery pada sore hari.
45
dan tidak abnormal. Telur abnormal atau Telur Non BTGA (Berat Telur Grade A)
di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit 3 Purwosari memiliki kriteria C :Kecil
(<48 gr), D: Jumbo (>75 gr), F: Tipis dan G: Retak.
C D F G
Telur yang telah terseleksi dimasukkan kedalam egg tray dengan posisi telur
yang tumpul berada dibagian atas agar isi telur tetap dalam keadaan seimbang dan
keutuhan rongga udara terjaga. Adapun langkah-langkah grading telur sebagai
berikut :
1. Sebelum melakukan grading telur, siapkan tray yang sudah di sanitasi
dengan BKC (Benzalkonium Chloride).
2. Pengumpulan telur hanya berasal dari nest box.
3. Telur yang jatuh di litter atau slat (floor egg) harus dipisahkan dari telur yang
diambil dari nest box.
4. Disiapkan alat grading : meja grading, lampu , hand spray alcohol 70%, egg
tray untuk HE (kapasitas butir) , egg tray untuk telur abnormal, alat tulis,
kapas, tali raffia, cutter.
5. Cuci tangan dengan sabun dan semprot dengan alkohol 70%. Gosok kedua
tangan sampai alkohol menguap 10-15 detik.
6. Lakukan grading dengan cara memilih telur sesuai HE dengan memisahkan
antara telur normal dan abnormal. Sebelum diletakkan ke egg tray telur
terlebih dahulu di bersihkan dengan kapas menggunakan alkohol 70%.
Sudaryani dan Santosa (2003) menyatakan bahwa ciri-ciri telur yang layak
ditetaskan adalah berat telur normal, betuk telur normal yaitu berbentuk oval
dengan perbandingan 2:3, warna kerabang telur seragam, kerabang telur tidak
tipis dan kulit tidak kasar dan tidak berbintik-bintik.
7. Setelah telur terkoleksi keseluruhan dilakukan grading telur selanjutnya
dilakukan fumigasi.
4.9.3 Fumigasi
Fumigasi merupakan proses membersihkan dan mensterilkan telur dari
bakteri yang terdapat pada kerabang telur. Sebelum dilakukan fumigasi telur yang
sudah dilkukan grading terlebih dahulu disusun dalam egg tray yang ditumpuk
menjadi 5 susunan egg tray kemudian dimasukkan kedalam keranjang telur (box)
46
dan ditulis tanggal dan kandang dengan pensil, selanjutnya keranjang box yang
berisi tumpukan egg tray di tumpuk dan dimasukkan kedalam ruang fumigasi.
Pelaksanaan fumigasi dimulai setelah ditutup pintu ruang fumigasi
dimasukkan reaktor dan formalin. Adapun dosis formalin dan reaktor sebagai
berikut :
1. Mengukur volume ruang fumigasi (Kandang 15)
• V. Kotak Besar = PxLxT = 0,95x0,95x1,1 = 0,992 m³
• V. Kotak kecil = PxLxT = 0,3x0,21x0,29 = 0,018 m³ ₊
V.total = 1,01
2. Dosis Reaktor = Volume x Standar = 1,01 x 6 = 6,06 gr
Dosis Formalin = Volume x Standar = 1,01 x 15 = 15,15 ml
Selanjutnya ditekan tombol pada panel dan ditunggu sampai waktu fumigasi
selesai selama 15-20 menit. Sementara telur Non-BTGA di simpan dan ditulis
dalam form Non-BTGA ditulis jumlahnya kemudian akan diambil oleh petugas
depo. Menurut Nopiana (2015) Telur tetas yang telah diterima segera dilakukan
fumigasi (single dosis). Bahan yang digunakan dalam melakukan fumigasi untuk
single dengan volume ruang fumigasi adalah 5,04 m³, dengan penggunaan
formalin sebanyak 150 cc dan forcent 75 gr. Dengan dosis pemakaian untuk
formalin sebanyak 151,2 cc sedangkan forcent sebanyak 75,6 g. Setelah HE dan
bahan fumigan dimasukan ke ruang fumigasi, maka tahap selanjutnya adalah
melakukan fumigasi dengan cara menaburkan forcent kedalam wadah yang telah
disiapkan, dan menutup pintu fumigasi serta menghidupkan kipas angin. Proses
fumigasi HE dilakukan selama 20 menit, dan setelah HE difumigasi kemudian
dipindahkan ke dalam holding room, lalu HE disusun berdasarkan nomor
kandang, strain, asal farm, grade, dan tahap akhir adalah memasang label
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.
47
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Tata laksana pemeliharaan parent stock broiler periode Laying di PT.
Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit 3 Desa Pucangsari Kecamatan Purwosari
Kabupaten Pasuruan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pemeliharaan parent stock fase grower menggunakan sistem kandang close
house yang dilengkapi 7 buah kipas blower, tipe atap monitor, sistem lantai
kombinasi slat dan litter, dengan perlengkapan kandang yang memadai
seperti nest box, kereta gantung, bak celup kaki, tandon air, alat sanitasi,
jebakan tikus, dan lain sebagainya. Jumlah kandang yang terdapat di
breeding farm ini sebanyak 20 kandang dengan kapasitas per kandang
mencapai 9.800 ekor dan kepadatan kandang 5-6 ekor/meter2.
2. Bibit DOC yang digunakan berasal dari USA yaitu strain Indian River yang
memiliki performa bagus pada iklim tropis, mudah beradaptasi dengan
lingkungan tropis dan cepat dalam merubah pakan menjadi daging. Bibit ini
telah melewati program seleksi dan culling ayam yang dilaksanakan secara
optimal.
3. Pemberian pakan dilakukan satu kali dengan jumlah pemberian berdasarkan
dengan standart protein yang dibutuhkan yaitu sekitar 13-15%. Pemberian
air minum dilakukan secara ad libitum dengan konsumsi sebanyak 2-3 kali
FC setiap harinya.
4. Keseragaman (uniformity) parent stock broiler di farm ini mencapai 80-90
% Pertambahan bobot badan dan konsumsi pakan memberikan hasil optimal
yang telah memenuhi standar yaiyi 140-147 gram/minggu.
5. Manajemen kesehatan ternak meliputi sanitasi, biosecurity, vaksinasi, post
mortem, pemberian vitamin dan obat yang dilakukan secara optimal.
6. Penanganan limbah air hasil sanitasi dan pembersihan kandang dilakukan
dengan baik dan tidak meng-ganggu lingkungan sekitar.
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil pelaksanaan praktek kerja lapang di PT.
Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit 3 Desa Pucangsari Kecamatan Purwosari
Kabupaten Pasuruan terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan
manajemen pemeliharaan Parent Stock Broiler periode Grower seperti:
1. Perlu adanya kedisiplinan penerapan SOP yang telah ada, seperti
penggunaan masker, dan sepatu boot pada seluruh pegawai khususnya
operator kandang. Pengawasan pada saat vaksin perlu diperhatikan karena
akan mempengaruhi kesehatan ayam dan tingkat deplesi.
2. Perlu adanya penambahan dan perbaikan alarm system pada kamar ganti
(shower dan body diving), sehingga kondisi nyaman dan privasi saat
melakukan sanitasi dapat terjamin.
48
DAFTAR PUSTAKA
Ali, A., & Febrianti, N. 2009. Performans Itik Pedaging (Lokal X Peking) Fase
Starter Pada Tingkat Kepadatan Kandang Yang Berbeda Di Desa Laboi
Jaya Kabupaten Kampar. Jurnal Peternakan, 6(1).
Ardianto, Elvinaro, dkk. 2014. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Simbiosa
Rekatama Media.Bandung
Djuriono. 2015. Pengaruh Pemberian Manure Ayam Petelur Terfermentasi Dalam
Pakan Yang Ditambah Organic Deodorant Terhadap Performa Itik
Jantan Umur 7-12 Minggu. Buletin Peternakan. Vol. 39 (1): 24-30
Handayani, Irma. 2014. Efisiensi Ekonomi Frekuensi Pemberian Pakan Pada
Pemeliharaan Ayam Broiler. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas
Hasanuddin. Makassar
Herjanto, E. 2008. Manajemen Operasi Edisi Ketiga. Grasindo. Jakarta.
Indarto, P. 1990. Beternak Unggas Berhasil. Armico. Bandung
Kartadisastra, H. R. 1994. Pengelolaan Pakan Ayam. Kanisius.Yogyakarta.
49
Kusuma, M. E. 2012. Pengaruh Beberapa Jenis Pupuk Kandang Terhadap
Kualitas Bokashi. Jurnal Ilmu Hewani Tropika. Vol.1 (2).
Manurung, E. J. 2011. Performa Ayam Broiler pada Frekuensi dan Waktu
Pemberian Pakan yang Berbeda. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi Dan
Teknologi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor
Parakkasi, A. 1999. Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Universitas Indonesia
Press. Jakarta.
Prasetya, H. dan Fitri L. 2009. Manajemen Operasi. Media Presindo. Yogyakarta.
Purwanggono, B. dan Andre S. 2006. Pembentukan Sel-Sel Mesin untuk
Mendapatkan Pengurangan Jarak dan Biaya Material Handling dengan
Metode Heuristik di PT Bengkel Cokro Bersaudara. Jurnal Teknik
Industri, 2 (1): 43-53.
Putri, I. A. 2014. Kajian Kelayakan Usaha Pembibitan Ayam Ras Pedaging
(Broiler). http://journal.unsil.ac.id/jurnal/20141/5009/2141105009014.pdf.
Diakses tanggal 14 Maret 2017.
Rachmawati,Sri. 2000. Upaya Pengelolaan Lingkungan Usaha Peternakan Ayam .
Wartazoa. Vol. 9 (2).
Rasyaf, M. 2004. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta.
Santoso, H., & Sudaryani, T. 2009. Pembesaran Ayam Pedanging di Kandang
Panggung Terbuka. Cetakan Pertama. Penebar Swadaya, Jakarta.
Scott, M. L., M. C. Nesheim & R. J. Young. 1982. Nutrition of the Chicken. 3rd
Ed. ML. Scott and ASS, Ithaca.
Sholikin, H. 2011. Manajemen Pemeliharaan Broiler di Peternakan UD Hadi PS
Kecamatan Ngunter Kabupaten Sukoharjo, Tugas Akhir. Program
Diploma III Agribisnis Peternakan. Fakultas Pertanian. Universitas
Sebelas Maret. Surakarta.
Subagyo, A. 2007. Studi Kelayakan. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Sucoko, B.M. 2007. Managemen Administrasi Perkantoran Modern. Erlangga.
Jakarta.
Sudarmono. 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Sudaryani, T. dan H. Santosa. 2002. Pembibitan Ayam Ras. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Suprijatna, E., Umiyati A. dan Ruhyat K. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas.
Cetakan I. Penebar Swadaya, Jakarta.
Tabbu, C. R., dan B. Hariono. 1993. Pencemaran Lingkungan oleh Limbah
Peternakan dan Cara Mengatasinya. Jurnal Ayam Sehat. 18 (0) : 7-9
Wibowo, S. 2008. Petunjuk Mendirikan Perusahaan Kecil Edisi Revisi. Penebar
Swadaya. Depok.
Widiastuti, A. 2013. Problematika Ketenagakerjaan di Indonesia. Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas
Negeri Yogyakarta.
50
Wijayanti, Reny Puspa, Woro Busono and Rositawati Indrati. 2014. Effect Of
House Temperature On Performance Of Broiler In Starter Periode.
51