MAKALAH SEMINAR
Disusun Oleh :
SYAIFUL NUHA
NIM: 14021090
FAKULTAS AGROINDUSTRI
2018
i
PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG JAGUNG TERHADAP
KUALITAS KIMIA SILASE RUMPUT GAJAH
MAKALAH SEMINAR
Disusun Oleh :
SYAIFUL NUHA
NIM: 14021090
Dilaksanakan pada :
Disetuj oleh :
FAKULTAS AGROINDUSTRI
2018
ii
HALAMAN PENGESAHAN
MAKALAH SEMINAR
SYAIFUL NUHA
NIM : 14021090
Disetuj oleh :
iii
PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG JAGUNG TERHADAP
KUALITAS KIMIA SILASE RUMPUT GAJAH
SYAIFUL NUHA
NIM : 14021090
INTISARI*)
*)
Intisari Skripsi Sarjana Peternakan, Program Studi Peternakan, Fakultas
Agroindustri, Universitas Mercu Buana Yogyakarta, 2018.
iv
THE EFFECT OF CORN MEAL BY CHEMISTRY CONTENT OF
ELEPHANT GRASS SILAGE
SYAIFUL NUHA
14021090
ABSTRACT*)
This study aims to determine the effect of adding corn meal to the
chemical quality of silage of elephant grass. The research was conducted from
February 17, 2018 to May 14, 2018 in the livestock laboratory and chemistry
faculty of the university's agro-industry at Mercu Buana Yogyakarta. This study
uses a unidirectional randomized design (RAL) pattern, the treatment used
consisted of 4 levels of corn flour (P1 0%, P2 3%, P3 6% and P4 9%), each
treatment was repeated 3 times. Data were analyzed using Analysis of Varience
(ANOVA), if there were significant differences followed by Duncan's New
Multiple Range Test (DMRT) test. The variables observed were water content,
crude protein content, crude fat content, crude fiber content, ash content. The
results showed the level of addition of corn meal significantly affected the protein
content of fat content, fiber content, ash content. Average crude protein P1: 9,00;
P2: 13,00; P3: 18,02; P4: 14,83, crude fat P1: 5,41; P2: 10,10; P3: 12,57; P4:
13,55, crude fiber, P1: 22,35; P2: 18,63; P3: 12,09; P4: 6,50 , ash P1: 15,20; P2:
16,22; P3: 14,42; P4: 10,57, but it has no significant effect (P> 0.05) on water
content. Average water content P1: 7,60; P2: 7,45; P3: 7,30; P4: 7,59. Based on
the results and discussion it can be concluded that the treatment of addition of
corn flour with the best chemical quality is by adding 6% corn flour with crude
protein average content of 18.02%.
v
PENDAHULUAN
panjang, maka dalam hal ini akan berpengaruh terhadap produktivitas ternak yang
dapat terlihat pada pertambahan berat badan atau terjadi gangguan reproduksi
dengan demikian maka pakan harus tersedia cukup sepanjang tahun (Widyastuti,
2008).
hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari hijauan dengan konsumsi segar
perhari 10 - 15% dari berat badan, sedangkan sisanya adalah konsentrat dan pakan
mendapatkan pakan berupa hijauan atau rumput dan pakan penguat. Pada
umumnya pakan hijauan diberikan dalam jumlah 10% dari berat badannya dan
berkelanjutan adalah lahan subur atau produktif untuk penanaman pakan hijauan
bernilai ekonomis tinggi. Salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut
vi
pemberian unsur hara yang diperlukan tanaman dengan cara pemupukan yang
memerlukan inovasi cara penyimpanan bahan pakan segar atau bahan pakan
simpan dalam kurun waktu tertentu. Inovasi dapat dilakukan dengan pengawetan
kesulitan mencari bahan pakan saat musim kemarau sudah tidak lagi menjadi
Salah satu rumput yang berpotensi ditinjau dari sudut zat gizinya
sebagai bahan pakan ternak adalah rumput gajah. Rumput gajah mengandung
protein kasar yaitu 9,66%, namun rumput gajah mengandung serat kasar
yang tinggi yaitu 30,86 %. Produksi rumput gajah yang berlebih, dapat
pakan hijauan yang baik untuk dibuat silase (Sutardi cit. Syariffudin, 2006).
Tujuan Penelitian
vii
Manfaat Penelitian
10, Sedayu, Bantul, Yogyakarta. Waktu pelaksanaan penelitian yaitu pada bulan
Materi Penelitian
Alat
penambahan tepung jagung dan analisis proksimat antara lain : plastik atau silo;
rafiah; sarung tangan, timbangan digital, erlenmeyer; labu destilasi; gelas beaker;
corong gelas; buret; corong pisah; labu ukur leher panjang; gelas ukur; kondensor;
filler (karet penghisap); pipet ukur; pipet volume; pipet tetes; pengaduk; tabung
reaksi; spatula plastik dan kawat nikrom; pipa kapiler atau kaca kapiler; desikator;
indikator universal; gelas arloji; hot hands; kertas saring; kaki tiga; kawat kasa;
rak tabung reaksi; penjepit dan stirer; mortal dan pastel ; krusibel; evaporating
viii
dish; klem dan statif; ring; clay triangle; kacamata pengaman; pemanas sepiritus;
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian pakan antara lain: tepung jagung ;
rumput gajah; pakan fermentasi; EM4; asam klorida (HCL); aquadest; petroleum
ether atau pelarut heksan; kalium sulfat anhidrus (K2SO4); merkuri oksida (HgO);
H2SO4 pekat; asam borat (H3BO3) 3%; indikator phenolphthalein (pp) 1%;
natrium hidroksida (NaOH) 60%; asam sulfat (H2SO4) 1,25%; natrium hidroksida
(NaOH) 1,25%; ethanol; kertas lakmus; kertas saring; paper thimbel; kertas
Metode Penelitian
Rancangan penelitian
Pelaksanaan penelitian
ix
2. Cacah rumput gajah 5 kg dengan panjang cacahan sekiar 3-5 cm
4. Taburkan tepung jagung pada rumput gajah yang sudah dicacah dan
5. Setelah diaduk sampai homogen lalu bahan disiram dengan air yang sudah
Kadar Air. Air ditetapkan berdasarkan penguapan yang dipanaskan dalam oven
100-105oC sampai mencapai berat yang tetap. Berat yang hilang adalah
kandungan air dalam sampel. Menurut Dewi et al. (1990) cit. Khamdani (2015)
1. Tahap pertama pada analisa kadar air adalah mengeringkan botol timbang
3. Timbang sampel seberat 2 gram dan dimasukkan dalam botol timbang. (B)
x
menggunakan timbangan analitik kepekaan 0,1 mg hingga diperoleh berat
B−C
Kadar air : = B−A 𝑥 100%
Keterangan :
C = berat botol timbang yang diisi sampel yang telah dikeringkan (gram).
Kadar protein (Metode Kjeldahl). Sampel didestruksi dengan asam sulfat dan
merkuri oksida sebagai katalisator. Nitrogen organik yang terdapat dalam sampel
3. Sampel didestruksi dalam ruang asam dengan panas yang rendah sampai
xi
5. Setelah dingin, kemudian larutan destruat dengan 50 ml akuades dan
menjadi coklat).
10. Lalu destilat dititrasi dengan HCL 0,02 N (catatan ml HCL sampel).
Keterangan:
protein bahan baku pakan. Analisis kadar protein digunakan untuk menguji kadar
diperoleh dikalikan dengan faktor 6,25 = (100 : 16). Faktor tersebut digunakan
xii
sebab nitrogen mewakili sekitar 16 % dari protein (Martidjo, 1987 cit. Khamdani,
2015).
Kadar lemak kasar. Sampel dihidrolisa dengan asam klorida untuk melepaskan
lemak yang terikat. Kemudian lemak diestrak dengan dietileter dalam alat
ekstraksi Soxhlet. Destilat diuapkan dan residu lemak dalam labu soxhlet
ditimabang. Menurut Dewi et al. (1990) cit. Khamdani (2015) cara kerjanya
5. Cuci residu dengan air suling sampai bebas asam (uji menggunakan kertas
lakmus).
6. Keringkan kertas saring bersama residu dalam oven 100 – 105 oC.
8. Tampung ekstrak dalam labu yang telah diketahui berat kosongnya. (B)
xiii
Perhitungan kadar lemak :
C−B
Kadar lemak = 𝑥 100%
A
Keterangan :
A = berat sampel
Kadar Serat Kasar. Menurut (sudarmadji, 1984 cit. Nur hadiyanto, 2014 cit.
2. Timbang 2 gram sampel dengan neraca analitik kepekaan 0,01 gram. (B2)
3. Sampel dimasukkan kedalam gelas beaker ukuran 600 ml, dan tambahkan
5. Cuci sampel dengan air suling panas sampai bebas dari asam (cek dengan
kertas lakmus).
xiv
7. Saring kembali melalui corong pengisap buncher cuci dengan air suling
panas sampai bebas alkali (cek dengan kertas lakmus) kemudian dicuci
8. Masukkan residu dan kertas saring ke dalam cawan yang sudah diketahui
beratya.
ditimbang. (B0)
10. Kemudian residunya masukkan ke dalam tanur dan abukan pada suhu 500
B2−B1
Kadar serat kasar (gram/100 g) = 𝑥 100%
B0
Keterangan :
B1 = berat abu
B2 = berat sampel
Kadar Abu. Sampel diabukan sampai bebas dari karbon dan sisa pengabuan
adalah abu dari sampel tersebut. Menurut Dewi et al. (1990) cit. Khamdani,
xv
2. Cawan abu porselen tersebut di masukkan kedalam desikator kemudian
ditimbang. (A)
selama 7 jam.
C−A
Kadar abu (%) = B − A 𝑥 100 %
Keterangan:
Analisis Data
xvi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar Air
Hasil penelitian rerata kadar air menunjukkan bahwa dari setiap perlakuan
dalam pakan silase rumput gajah. Kadar air dari yang tertinggi hingga yang
terendah P3 (7,30) P2 (7,45) P4 (7,59) P1 (7,60) untuk yang lebih jelasnya dapat
kadar air silase rumput gajah. Dari data tersebut diperoleh bahwa semakin banyak
penambahan tepung jagung pada silase rumput gajah tidak berpengaruh terhadap
air pada silase rumput gajah hal ini diduga proses pembentukan dan pemanfaatan
(2013). Karbohidrat sebagai sumber energi yang dapat menghasilkan molekul air
dan CO2 sebagian besar air akan tertinggal dalam produk dan sebagian akan
xvii
keluar dari produk. Air yang tertinggal dalam produk akan menyebabkan kadar air
kadar air hijauan dan bahan. Kualitas silase yang dihasilkan dipengaruhi oleh tiga
faktor antara lain: hijauan yang digunakan, zat aditif (aditif digunakan untuk
meningkatkan kadar protein dan karbohidrat pada material pakan) dan kadar air.
Kadar air yang tinggi menghasilkan asam butirat, mendorong pertumbuhan jamur
dan mengahsilkan silase berkadar air tinggi. Sedangkan kadar air yang rendah
mengahsilkan kadar air silase rendah dan menyebabkan suhu di dalam silo lebih
dalam menghasilkan kadar protein dalam pembuatan silase rumput gajah, dari
(8,31) untuk yang lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut.
xviii
Berdasarkan analisis variansi (lampiran 2) menunjukkan bahwa
protein kasar silase rumput gajah, dengan protein tertinggi pada perlakuan
penambahan tepung jagung sebesar 6% dengan kadar protein kasar yang terdapat
tidak berbeda nyata terhadap perlakuan P2. P3, P4 tidak berpengaruh nyata
terhadap P2. Terjadi peningkatan kadar protein kasar pada silase rumput gajah.
tunggal (PST) yang mana bimassa sel mengandung 40-65% protein. Hal ini sesuai
kadar protein kasar pada silase. Peningkatan kadar protein ini diduga karena
biomassa sel yang mengandung sekitar 40-65% protein (krisnan, 2005). Penyebab
Hasil penelitian rerata kadar lemak kasar menunjukkan bahwa dari setiap
dalam mengurangi jumlah serat kasar pada pakan silase rumput gajah. Kadar
xix
lemak kasar dari yang tertinggi hingga yang terendah P4 (12,81) P3 (12,51) P2
(12,27) P1(5,42) untuk yang lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4 sebagai
berikut.
terhadap perlakuan P2, p3, P4 dan pada perlakuan P3 berbeda nyata terhadap
perlakuan p1, p2 akan tetapi tak beda nyata terhadap perlakuan P4. Bertambahnya
kadar lemak ini diduga karena adanya penambahan tepung jagung yang
didalamnya memiliki kadar lemak. Hal ini sesuai pendapat Amrullah (2015)
bahwa berbagai jenis akselator berpengaruh terhadap kadar lemak pada silase.
Amrullah dalam Makmur (2006), menyatakan bahwa kandungan lemak kasar dari
bahan pakan terdiri dari ester gliserol, asam-asam lemak dan vitamin-vitamin
yang larut dalam lemak mudah menguap. Menurut umam (2014) lemak dalam
xx
Hasil penelitian rerata kadar serat kasar menunjukkan bahwa dari setiap
pada pakan silase rumput gajah. Kadar serat dari yang tertinggi hingga yang
Dari hasil analisis variansi dan Duncan’s Multiple Range Test (Lampiran
penambahan tepung jagung 6% pada silase rumput gajah terjadi penurunan kadar
serat kasar 12,09%, pada perlakuan penambahan tepung jagung 9% pada silase
rumput gajah terjadi penurunan kadar serat kasar sebesar 6,50%, sedangkan serat
kasar silase rumput gajah tanpa penambahan tepung jagung sebesar 20,65%. Hal
tepung jagung. Selama ensilase berlangsung terjadi proses hidrolisis fraksi serat,
antara lain pada kandungan NDF dan hemiselulosa (Huhtanen dan Jaakkola,
1993). Penurunan kadar SK akan berpengaruh baik pada kualitas silase karena SK
xxi
yang terlalu tinggi dapat menurunkan kecernaan bahan pakan akibat terganggunya
proses pencernaan zatzat lain di dalam pakan. Hal ini disebabkan karena untuk
mencerna serat kasar diperlukan banyak energi (Lubis, 1992). Hal ini sesuai
dengan pendapat Anjalani dkk (2017) bahwa tingkat penambahan aditif pada
menghasilkan sejumlah besar enzim mencerna serat kasar seperti selulase dan
mananase. Dalam mencerna serat kasar bakteri tidak menghasilkan serat kasar
dalam aktivitasnya, sehingga lebih efektif dalam menurunkan serat kasar dari pada
ragi dan jamur (Noviadi et al., 2011). Riswandi (2014) berpendapat bahwa
banyak jumlah mikroba yang dapat berkembang sehingga produksi asam laktat
Kadar Abu
kadar abu pada pakan silase rumput gajah. Kadar abu dari yang tertinggi hingga
xxii
Ulangan Perlakuan penambahan tepung jagung (%)
P1 0% P2 3% P3 6% P4 9%
1 14,37 15,77 15,28 11,51
2 15,79 16,44 13,91 9,95
3 15,46 16,45 14,09 10,26
Rerata* 15,20 16,22 14,42 10,57
*Keterangan: Nilai rerata dengan superskrip yang berbeda pada baris yang sama
menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05).
(DMRT) (lampiran 5) menunjukkan bahwa jumlah kadar abu antar perlakuan P1,
dengan P1, P2 dan P3. Hal ini merujuk pada pernyataan Winarno (1992) bahwa
semakin rendah kadar abu yang dihasilkan maka mutu dan tingkat kemurnian
akan semakin tinggi. Peneurunan kadar abu ini diduga karena mikroba pada silase
Yuvitaro (2012) berpendapat bahwa kadar abu yang rendah juga diduga karena
untuk tubuh.
Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan yang erat
kaitannya dengan kandungan mineral bahan yang ada di dalam abu saat dibakar
(Legowo dan Nurwantoro 2004). Mineral merupakan zat anorganik yang bersifat
yang berfungsi dalam metabolisme sel dan berperan penting dalam osmoregulasi
xxiii
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
protein kasar serat kasar lemak kasar serat kasar abu dalam silase rumput gajah
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah, F. A., Liman, dan Erwanto. 2015. Pengaruh penambahan berbagai jenis
sumber karbohidrat pada silase limbah sayuran terhadap kadar lemak
kasar, serat kasar, protein kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen. Jurnal
Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 3(4): 221-227.
Anjalani, R., L. Silitonga, M.H Astututi. 2017. Kualitas silase rumput gajah yang
diberi tepung umbi talas sebagai aditif silase. Skripsi. Program studi
peternakan universitas palangkaraya.
xxiv
Fanindi, A. S. Yuhaini dan A. Wahyu. 2005. Pertumbuhan dan produkstivitas
tanaman sorgum (sorghum bicolor L) moench dan sorghum sudanse (piper
stafp) yang mendapatkan kombinasi pemupukan N, P, K dan Ca.
Prosiding seminar nasional Peternakan dan Veteriner, 12 - 13 September
di Bogor, Buku 2 : 872 – 885
Kung, Jr. L., Taylor, C. C., Lynch, M. P. and Neylon, J.M., 2003. The effect of
treating alfalfa with Lactobacillus buchneri 40788 on silage fermentation,
aerobic stability, and nutritive value for lactating dairy cows. J. Dairy Sci.
86: 336–343.
xxv
Sirait, J., N. D. Purwantari dan K. Simanihuruk. 2005. Produksi dan Serapan
Nitrogen Rumput pada Naungan dan Pemupukan yang Berbeda. Jurnal
Ilmu Ternak dan Veteriner, 10 (3) : 175 - 181.
Sudarmono, A.S. dan Y.B. Sugeng. 2008. Sapi Potong .Edisi Revisi. Semarang:
Penebar Swadaya.
Umam, S., N.P. Indriani dan A. Budiman. 2014. Pengaruh tingkat penggunaan
tepung jagung sebagai aditif pada silase rumput gajah (Pennisetum
purpureum) terhadap asam laktat, NH3 dan pH. Jurnal. Fakultas
Peternakan Universitas Padjajaran. Bandung.
Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta
xxvi
xxvii