SKRIPSI
NUR HIKMAH
I111 14 341
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
PENGARUH PEMBERIAN LEVEL PROTEIN PAKAN YANG BERBEDA
TERHADAP PERFORMA AYAM BURAS JANTAN HASIL IN OVO
FEEDING L- ARGININ SELAMA DUA GENERASI (F2)
SKRIPSI
NUR HIKMAH
I111 14 341
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
ii
iii
iv
ABSTRAK
Nur Hikmah I111 14 341. Pengaruh Pemberian Level Protein Pakan yang
Berbeda Terhadap Performa Ayam Buras Jantan Hasil In Ovo Feeding L-
Arginin Selama Dua Generasi (F2). Pembimbing : Wempie Pakiding dan
Syahdar Baba
Kata Kunci : Ayam buras jantan, in ovo l-arginin, protein, performa, dimensi
tubuh
v
ABSTRACT
vi
KATA PENGANTAR
Subhanahu Wa Taala Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Kehendak, Rahmat dan
dengan judul “Pengaruh Pemberian Level Protein Pakan yang Berbeda Terhadap
Performa Ayam Buras Jantan Hasil In Ovo Feeding L- Arginin Selama Dua
Generasi (F2). Tak lupa pula salam serta shalawat senantiasa penulis haturkan
ummat manusia.
Limpahkan rasa hormat, kasih sayang, cinta dan terima kasih tiada tara
kepada Ayahanda Irwan dan Ibunda Tahifa yang telah melahirkan, mendidik dan
membesarkan dengan penuh cinta dan kasih sayang yang begitu tulus kepada
penulis sampai saat ini dan senantiasa memanjatkan do’a dalam kehidupannya
penulisan skripsi ini, namun berkat ketabahan, kesabaran dan dukungan dari
berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat kami selesaikan, oleh karena itu dengan
vii
1. Bapak Dr. Ir. Wempie Pakiding, M.Sc sebagai pembimbing dan Dr. Syahdar
Baba, S.Pt., M.Si atas segala waktu, saran, bimbingan, nasihat, semangat, dan
skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Lellah Rahim, M.Sc bapak Prof. Dr. Ir. Ambo Ako, M.sc
dan bapak Rachman Hakim S.Pt., MP. sebagai komisi pembahas/Penguji yang
telah memberikan arahan, petunjuk dan saran yang sangat berharga demi
3. Ibu Rektor UNHAS, Bapak Dekan, Pembantu Dekan I,II dan III dan seluruh
Bapak Ibu Dosen yang telah melimpahkan ilmunya kepada penulis, dan Bapak
4. Ibu Dr. Agr., Renny Fatmyah Utamy, S. Pt., M. Agr. selaku penasehat
akademik semester 5 sampai sekarang dan Dr. Aslina Asnawi, S.Pt., M.Si.
5. Bapak Rachman Hakim S.Pt., MP, Daryatmo, S.Pt., M.P, Muhammad Azhar
S.Pt., M.Si, Saifullah S.Pt yang telah banyak membantu di Laboratorium Ilmu
6. Teman satu tim penelitian Nurkhalisa dan Toban Rante Linggi yang selalu
yazid serta teman teman lain yang tidak disebutkan namanya, terimaksih atas
viii
8. Teman angkatan Ant14, terutama ‘gengs’ age, muna, ruhul dan esy, grup
‘bureng’ mimi dan elisa, ‘penghuni perpus nutrisi’ alfi, lely, fitri, pite, mae,
danes, meygi, serta teman teman ‘c.Spt produksi’ elis, ayhie, icha, devi, pae,
arung, qayyum, bunga, sita, yayu, arfan, iccang, zakiyah, taal, bayu dan
samsul. Terimaksih telah menjadi teman, sahabat dan saudara bagi penulis.
9. Kakanda Solandeven 011, Lion 010, Flock Mentality 012, Larfa 013, serta
11. Teman teman KKN 96 Kecamatan Bungoro, Pangkep, terutama posko Desa
Mangilu; lintang, rahma, arif dan ka Accung yang telah banyak menginspirasi
dan mengukir pengalaman hidup bersama penulis yang tak terlupakan selama
mengabdi di masyarakat.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
dengan kerendahan hati penulis mohon segala kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca demi terwujudnya karya yang lebih baik kedepannya.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .................................................................................................. v
ABSTRACT ................................................................................................ vi
DAFTAR ISI............................................................................................... x
PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
TINJAUAN PUSTAKA
METODE PENELITIAN
x
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kesimpulan ........................................................................................... 34
Saran ..................................................................................................... 34
LAMPIRAN................................................................................................ 42
RIWAYAT HIDUP
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
PENDAHULUAN
hewani nasional. Akan tetapi ayam buras memiliki produktivitas yang rendah
ayam kampung (Fahrudin dkk., 2016). Salah satu teknologi yang saat ini sedang
in ovo feeding. Pemberian nutrisi tambahan pada periode inkubasi dengan tehnik
2012). Embrio secara jelas mengkonsumsi cairan yang ada didalam telur
(terutama air dan protein albumen) sehingga membantu pertumbuhan dan proses
pipping yang sempurna. Oleh karena itu, penambahan nutrisi secara in ovo
berfungsi untuk mengatasi kendala pada pertumbuhan awal selama fase embrio
dan pertumbuhan pasca menetas pada unggas (Uni dan Ferket, 2003).
Ayam buras yang digunakan dalam penelitian ini merupakan ayam buras
yang telah diberi injeksi asam amino l-arginine secara in ovo selama dua generasi
(F2). L- arginin adalah salah satu asam amino dasar, dan diklasifikasikan sebagai
asam amino penting secara kondisional. Salah satu fungsi utamanya adalah
penambahan nutrisi dengan tehnik in ovo yang dilakukan pada akhir periode
inkubasi tidak dapat menstimulasi hiperplasia sel otot. Pada periode tersebut,
ketersedian energi untuk aktifitas penetasan, pematangan sel, dan cadangan energi
ovo dapat meningkatkan berat embrio, berat tetas, pertambahan berat badan, dan
laju pertumbuhan, sehingga ayam yang telah diinjeksi secara in ovo mengalami
tingkat pertumbuhan dan produktivitas yang lebih baik dari ayam buras biasa.
protein ransum terlalu tinggi maka pertumbuhan akan meningkat, namun tidak
sepadan dengan biaya peningkatan protein ransum (Swennen dkk., 2004). Dalam
usaha peternakan unggas, biaya untuk pakan mencapai 65–70% dari total biaya
produksi (Zuprizal, 2006), sehingga harga bahan pakan sangat menentukan biaya
produksi. Oleh karena itu perlu diupayakan penghematan untuk menekan biaya
produksi.
ayam kampung telah banyak dilakukan. Akan tetapi penelitian pemberian tingkat
protein pakan yang berbeda pada ayam kampung hasil injeksi in ovo l-arginine
2
selama dua generasi (F2) belum pernah dilakukan sebelumnya. Perlakuan khusus
pada metode pemberian pakan belum diketahui apakah mampu meningkatkan lagi
performa ayam buras tersebut atau tidak berpengaruh sama sekali. Berdasarkan
performa ayam buras hasil in ovo feeding l-arginin melalui perlakuan perbedaan
level pakan yang berbeda, namun tetap efesien dalam penggunaan pakan.
protein pakan yang berbeda terhadap performa ayam buras jantan hasil in ovo
feeding l-arginin selama dua generasi (F2) serta untuk mengetahui tingkat protein
pakan yang paling baik digunakan untuk peningkatan pertumbuhan pada ayam
buras jantan hasil in ovo feeding l-arginin namun tetap efesien dalam penggunaan
pakan. Kegunaan penelitian ini yaitu sebagai sumber informasi bagi mahasiswa
dan khalayak ramai mengenai pengaruh pemberian level protein pakan yang
berbeda terhadap performa ayam buras jantan hasil in ovo feeding l-arginin
3
TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu sumber protein asal hewani yang sangat mudah didapat, telah
banyak dikenal dan bermasyarakat adalah daging ataupun telur ayam kampung.
Ayam kampung adalah ayam lokal Indonesia berasal dari ayam hutan merah yang
1985). Ayam kampung juga dikenal dengan sebutan ayam buras (bukan ras).
penyebarannya juga sangat luas karena dapat dijumpai di kota maupun di desa
sebagai bagian dari budaya mereka dengan cara tradisional. Indonesia memiliki
2000). Ayam kampung sangat berarti bagi masyarakat karena kontribusinya dalam
meningkatkan pendapatan keluarga dan memenuhi kebutuhan gizi dari daging dan
dibutuhkan oleh masyarakat dalam acara keagamaan, adat istiadat dan hobi
strain-strain ayam komersil (ayam ras petelur atau pedaging) antara lain: mampu
bertahan dan berkembang biak dengan kualitas pakan yang rendah, serta lebih
tahan terhadap penyakit dan perubahan cuaca (Abidin, 2002). Kelebihan ayam
buras yang sering dilaporkan yaitu memiliki kemampuan adaptasi yang sangat
4
baik (Nataamijaya, 2006). Akan tetapi permasalahan dalam pengembangan ayam
kampung di pedesaan antara lain produksi telur rendah (30-40 butir/tahun) dan
2008). Performa yang rendah merupakan masalah utama dari ayam buras. Aspek
berat badan pertambahan, berat badan, konversi pakan (Kususiyah, 2011; Aryanti
dkk., 2013).
peningkatan performa yang baik (Azahan dkk., 2014). Berbagai penelitian telah
2001), namun hasil peneliti tersebut belum optimal dalam upaya meningkatkan
populasi juga dapat dilakukan dengan cara persilangan. Namun persilangan ini
kurang baik (Azahan dkk., 2014; Tamzil dkk., 2015), daya tetas yang rendah
(Prawirodigdo dkk., 2001) dan menurut Azhar (2016), persilangan juga tidak
yang tepat. Berbagai aspek teknis dapat dilakukan seperti perbaikan mutu genetik
dan cara pemeliharaan dari tradisional ke semi intensif dan intensif. Salah satu hal
yang dapat dilakukan yaitu dengan perbaikan nutrisi dan pengembangan teknologi
5
penetasan. Studi Azhar (2016) melaporkan bahwa pemberian nutrisi ayam
kampung pra inkubasi dengan tehnik in ovo feeding dapat meningkatkan performa
ayam kampung. Demikian pula dengan Nasrun (2016) yang melaporkan bahwa
pertumbuhan (berat, panjang dan lingkar dada) embrio ayam kampung umur 18
hari.
telur. Nutrien di masukkan ke dalam cairan amnion dan dilakukan pada saat
embrio mulai mengkonsumsi cairan amnion (Uni dan Ferket, 2003). Pada awal
periode inkubasi embrio memperoleh nutrisi dari albumen, oleh karena itu
Menurut Azhar (2016) prinsip kerja in ovo feeding yaitu untuk meningkatkan
(duodenum, jejenum dan ileum). Selain itu in ovo feeding juga diketahui dapat
meningkatkan total glikogen hati pada embrio dan pada saat penetasan. In ovo
feeding juga diketahui dapat meningkatkan ukuran relatif otot dada (% dari berat
diinjeksikan pada telur menjadi salah satu penentu keberhasilan metode in ovo
feeding. Larutan tersebut, harus memiliki osmolaritas dan pH yang sesuai dengan
injeksi adalah asam amino l-arginin. Arginin adalah asam amino dasar dan
6
diklasifikasikan sebagai unsur penting, dengan fungsi utama sebagai partisipasi
dalam sintesis protein. Fungsi arginin dalam tubuh seperti potensinya untuk
proline, berbagai hormon dan oksida nitrat (Khajali dan Wideman, 2010). Kwak
meningkatkan persentase karkas, otot dada dan otot paha ayam broiler (Al-Daraji
dan Salih, 2012). Penambahan asam amino l-arginin 1% atas rekomendasi NRC
(1994) untuk bebek pekin umur 21-42 hari dapat mengurangi lemak kulit dan
lemak perut (Al-Daraji dkk., 2011). Meningkatkan persentase otot dada dan
kandungan lemak intramuskular di otot dada bebek pekin putih dan burung puyuh
(Al-Daraji dkk., 2011). Pada penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2016)
pemberian l-arginin secara in ovo feeding 1,0 g dan 1,5 g dapat meningkatkan
panjang organ saluran pencernaan (esophagus, duodenum, caeca dan usus besar)
7
dan meningkatkan berat organ saluran pencernaan (ileum dan usus besar). Dan
pada penelitian yang dilakukan Asmawati (2014) injeksi asam amino dapat
meningkatkan bobot embrio, bobot tetas, dan performa anak ayam umur tujuh
hari.
keberhasilan suatu peternakan dan merupakan komponen biaya yang besar. Oleh
karena itu, dilakukan manajemen pakan yaitu dengan melihat kualitas dan
zat makanan dan efisiensi harga. Pengaturan proses-proses dalam tubuh ayam
seperti, hidup pokok, pertumbuhan, produksi daging maka dibutuhkan energi yang
dapat diperoleh dari konsumsi makanan. Zat-zat yang dibutukan ole tubuh dapat
1985). Protein adalah unsur pokok pembentuk alat tubuh dan jaringan lunak tubuh
produksi daging serta merupakan bagian enzim dalam tubuh dan antibodi
dan lengkap proteinnya maka pakan tersebut semakin baik (Sugiyono dkk., 2015).
Protein adalah unsur pokok pembentuk alat tubuh dan jaringan lunak tubuh aneka
daging serta merupakan bagian enzim dalam tubuh dan antibodi (Setiyono dkk.
8
2015). Standar kebutuhan nutrisi protein ayam lokal di Indonesia masih beragam,
dan belum diketahui secara pasti (Varianti, dkk, 2017). Protein merupakan
senyawa biokimia kompleks yang terdiri atas polimer asam-asam amino dengan
dapat disintesis tubuh, sedangkan 10 asam amino lainnya merupakan asam amino
esensial yang harus disediakan dari luar tubuh. Protein diperlukan tubuh untuk
produktivitas, seperti pertumbuhan otot, lemak, tulang, telur, dan semen (Leeson
kapasitas laju pertumbuhan genetis ternak itu sendiri. Kekurangan asupan protein
tumbuh kurang optimal. Sebaliknya, apabila asupan protein dan energi berlebihan,
makan. Kandungan energi yang tinggi dalam pakan akan membuat ayam lebih
(1976) mendapatkan bahwa ransum dengan energi dan protein yang tinggi
9
protein dan energi metabolis ransum. Pertumbuhan dari ayam kampung yang
mendapat energi protein yang lebih tinggi lebih baik dari ayam kampung yang
mendapat ransum energi dan protein yang lebih rendah dan Kebutuhan energi
untuk hidup, pokok pada ayam kampung umur 0-10 minggu adalah 95,88 W0,75
kkal/hari dan kebutuhan protein untuk hidup pokok untuk hidup pokok sebesar
didasarkan kepada rekomendasi dari standar ayam ras menurut Scott dkk. (1982)
dan NRC (1994). Menurut Scott dkk. (1982) kebutuhan energi termetabolis ayam
tipe ringan umur 2-8 minggu antara 2600-3100 K.kal/kg dan protein pakan antara
standar kebutuhan energi dan protein untuk ayam kampung yang dipelihara di
daerah tropis belum ada, oleh sebab itu kebutuhan energi dan protein untuk ayam
protein sekitar 19-20% dengan energi metabolis sebesar 2850 kkal/kg, fase
grower I memerlukan protein sekitar 18-19%, energy 2.900 kkal/kg, dan pada fase
grower II energi metabolis sekitar 3000 kkal/kg dengan protein sebesar 16-18%.
dari setiap ternak umumnya terletak pada konsumsi ransum, pertambahan bobot
badan dan konversi ransum (Rasyaf, 2003). Kecepatan pertumbuhan bobot badan
10
serta ukuran badan ditentukan oleh sifat keturunan tetapi pakan juga memberikan
pertambahan bobot badan pada saat tertentu, terhadap bobot badan pada minggu
dan betina berbeda, salah satu faktor penyebabnya adalah hormon reproduksi.
Menurut Soeparno (1992) pertumbuhan jantan yang lebih cepat dipengaruhi oleh
sel-sel interstitial dan kelenjar adrenal. Salah satu dari steroid androgen adalah
testosteron yang dihasilkan oleh testis. Sekresi testosteron yang tinggi pada jantan
jantan lebih cepat dibandingkan dengan betina terutama setelah pemunculan sifat-
Salah satu hal yang patut diperhatikan dalam performa ayam kampung
dikonsumsi oleh ternak digunakan untuk mencukupi hidup pokok dan untuk
produksi hewan tersebut (Tilman dkk., 1991). Hasil perhitungan konsumsi ransum
yang diukur dengan cara pakan yang diberikan selama satu kali pemeliharaan
dibagi dengan jumlah populasi (Fahrudin dkk., 2016). Candrawati dan Mahardika
kandungan energi 3100 Kkal/kg dan protein kasar 22% berat badannya selama 8
11
minggu adalah 542 g/ekor atau 9,67 g/ekor/hari sedangkan yang mendapat ransum
dengan energi 2823 Kkal/kg dan protein kasar 15,33% adalah 391 g/ekor
1995). Gultom (2014) menyatakan bahwa konsumsi protein yang tinggi akan
protein dipengaruhi oleh jumlah konsumsi ransum. Pakan yang energinya semakin
tinggi semakin sedikit dikonsumsi demikian sebaliknya bila energi pakan rendah
Hal lain yang patut diperhatikan adalah konversi pakan. Konversi pakan
ayam, konversi pakan pun semakin meningkat. Hal ini disebabkan semakin tua
pakan adalah daya cerna ternak, kualitas pakan yang dikonsumsi, dan keserasian
nilai nutrien yang dikandung pakan tersebut. Wahyu (2004) bahwa semakin tinggi
angka konversi pakan kualitasnya semakin jelek karena semakin banyak pakan
12
Menurut Lacy dan Veast (2000) konversi pakan berguna untuk mengukur
produktivitas ternak dan didefinisikan sebagai rasio antara konsumsi pakan dan
pertambahan bobot badan (PBB) yang diperoleh selama kurun waktu tertentu.
Konversi pakan yang semakin rendah menunjukkan penggunaan pakan yang lebih
efisien, konversi pakan dapat digunakan untuk menilai tingkat efisiensi dalam
seuatu pengunaan pakan yang dikonsumsi. Alimin dkk. (2012) melaporkan bahwa
tingkat konversi pakan pada unggas sangat ditentukan oleh performa saluran
mengetahui sifat keturunan, tingkat produksi maupun dalam menaksir berat badan
(Ahmad dkk., 2016). Pengukuran dimensi tubuh diketahui sangat berguna dalam
membedakan ukuran dan bentuk ternak, disamping itu bisa juga digunakan untuk
menentukan morfogenetik dari jenis ternak tertentu yang meluas pada populasi
antara daerah atau negara. Bentuk tubuh ayam lokal Indonesia dipengaruhi oleh
tinggi badan, panjang sayap, panjang femur, dan panjang paha. Selain itu panjang
paha depan juga sangat mempengaruhi ukuran tubuh ayam. Panjang ekor juga
2013).
tubuh ayam dapat dijadikan sebagai informasi awal dalam standarisasi karakter
ayam. Kita dkk., (2002) melaporkan bahwa penambahan protein tinggi seperti
13
anak ayam. IGF-I ini berperan penting dalam proses pertumbuhan, metabolisme,
14
METODE PENELITIAN
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam buras jantan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah kandang penelitian, kawat,
tang, gunting, hanging tube feeder, hanging tube drinker, timbangan, penggaris
Rancangan Penelitian
Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 4 ekor ayam buras jantan sebagai
ulangan. Adapun perlakuan yang diterapkan adalah level protein pakan yang
terdiri atas:
15
Prosedur Penelitian
1. Asal Ayam
Ayam yang diguanakan dalam penelitian ini merupakan ayam buras jantan
umur 10 minggu yang berasal dari CV. Bittara Wanua Kel. Sudiang Raya,
ovo l-arginin selama dua generasi (F2). Injeksi arginin tersebut diberikan
sebanyak 0,5ml/injeksi dari campuran 0,7 gr/ml l-arginin dan 100 ml NaCl.
Injeksi dilakukan pada saat umur inkubasi 7 hari. Berikut merupakan bagan
F1
F2
Janta Ayam
n penelitian
16
2. Persiapan kandang
kandang postal yang dibuat dalam 3 pen yang dirangkai dengan kawat seluas
perlakuan pakan yang diberikan. Pada lantai kandang diberi litter, dan setiap
pen dilengkapi dengan tenggeran beserta tempat pakan dan minum yang
3. Penyusunan Pakan
Pakan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dedak, jagung dan
(1982) kebutuhan energi termetabolis ayam tipe ringan umur 2-8 minggu
antara 2600-3100 k.kal/kg dan protein pakan antara 18%-24%, dan NRC
2900 K.kal/kg dan 18%. Disusun menggunakan metode trial and error untuk
mendapatkan kadar protein pakan 16, 18 dan 20% dengan energi metabolisme
sekitar 3000 kkal/kg pakan. Adapun susunan pakan yang digunakan dapat
Tabel 1. Susunan Bahan dan Kandungan Nutrisi Pakan Ayam Kampung yang
diberikan
Level Protein Pakan (%)
Peubah
16 18 20
Bahan Pakan
Jagung 55,75 48 40
Konsentrat 24,25 32 40
Dedak 20 20 20
Kandungan Nutrisi
Protein (%) 16,0 18,0 20,0
EM (kkal/kg) 3011,0 3007,6 3004,0
17
4. Manajemen Pemeliharaan
Ternak dipelihara pada kandang postal yang dibuat dalam 3 pen, setiap
pen menampung 4 ekor ayam jantan, pada tiap pen terdapat tempat pakan dan
Manajemen pemberian pakan dan air minum dilakukan pada pagi hari secara
1. Pertumbuhan
berat badan yang dilakukan dengan 2 cara yaitu pertambahan berat badan
mutlak (g/e) dan pertambahan berat badan relatif (%). Pertambahan berat
badan mutlak dihitung dengan cara berat badan akhir dikurangi dengan
–
PBB mutlak :
Keterangan:
18
BB (t1) = Bobot badan akhir (g)
akhir dikurangi dengan berat badan awal kemudian dibagi dengan berat
badan awal lalu dikali 100% dan dapat dilihat pada rumus berikut:
PBB relatif =
Keterangan:
(cm), panjang tibia (cm), panjang sayap (cm), lingkar dada (cm), panjang
19
Posisi pengukuran dimensi tubuh yang diamati disajikan pada gambar
berikut ini:
PS
PP
PB
L PT
TB D
DM
T
PMT
1. Panjang badan (PB), dapat diukur menggunakan pita ukur yang dijulurkan
kemudian diukur dari pangkal sayap atau bagian yang menutupi tulang
3. Lingkar dada (LD), diukur dengan cara melingkarkan pita ukur pada
bagian dada/scapula.
20
4. Panjang paruh (PP), diukur menggunakan pita ukur atau jangka sorong
yang dilakukan mulai dari tulang paruh ujung depan sampai kebelakang.
5. Panjang tibia (PT), diukur menggunakan pita ukur yang dilakukan dari
6. Panjang metatarsus (PMT), diukur dari ujung tulang tibia hingga pangkal
sorong.
2. Komsumsi Pakan
jumlah pakan yang diberikan dikurangi dengan jumlah pakan yang tersisa dalam
tempat pakan tersebut. Konsumsi pakan diperoleh dari akumulasi konsumsi pakan
mingguan dibagi dengan jumlah ayam per pen dan lama pemeliharaan.
pertambahan bobot badan yang diperoleh dalam jangka waktu tertentu. Konversi
Konversi Pakan :
21
Analisis Data
pakan (FCR) diolah secara deskriptif. Adapun model analisis ragam yang
Yij = µ + ᴛi + ɛij
i = 1, 2, 3, (jumlah perlakuan)
Keterangan :
µ = Rata-rata pengamatan
ɛij = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j.
Y = a + bX
∑ ∑ ∑
∑ – ∑
∑ ∑ ∑
√ ∑ – ∑ ∑ – ∑
22
Keterangan:
Y = Variabel Dependen
a = Konstanta
b = Koefisien Regresi
r = Koefisien Korelasi
n = Jumlah Sampel
X = Variabel Independen
xi = Dimensi Tubuh
yi = Berat Badan
23
HASIL DAN PEMBAHASAN
Performa Ayam Buras Jantan Hasil In Ovo Feeding L- arginin yang diberi
Level Protein Pakan yang Berbeda
protein yang berbeda dalam ransum tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap
pertambahan berat badan mutlak pada ayam jantan hasil in ovo feeding l-arginin.
ayam buras jantan selama masa pemeliharaan. Hasil analisis ragam terhadap
pertambahan berat badan relatif menunjukkan pengaruh yang sama yaitu tidak
pemeliharaan. Namun dari data yang diperoleh pertambahan berat badan mutlak
paling baik pada penggunaan protein 20% yaitu 75.55 g/e/h, sedangkan pada
pertambahan berat badan relatif paling baik yaitu pada penggunaan protein 18%
yaitu 63.39 % . Adanya perbedaan antara pertambahan berat badan mutlak dan
relatif dipengaruhi oleh besarnya keseragaman berat badan pada ayam buras
jantan sejak masa awal pemeliharaan, dimana walaupun dipelihara pada umur
yang sama berat badan ayam buras cukup variatif yaitu 800-1300 g setiap
individu pada tiga perlakuan. Besarnya tingkat keseragaman ini dapat dilihat dari
standar deviasi yang tinggi pada hasil analisis, walaupun dipengaruhi pula dari
dengan standar deviasi yang lebih tinggi adalah yang lebih beragam.
24
Pertambahan berat badan mutlak pada ayam buras jantan hasil in ovo
feeding l-arginin lebih tinggi pada protein 20%. Selain karena ayam buras jantan
pada perlakuan protein 20% memiliki bobot rata rata lebih besar, hal ini juga
dapat dikarenakan pakan yang mengandung protein yang lebih tinggi akan
semakin mepercepat pertumbuhan pada ayam kampung. Hal ini sesuai dengan
konversi ransum. Ditambahkan oleh Kusnadi dkk. (2014) yang menyatakan pakan
dengan tingkat protein dan energi paling tinggi memberikan kesempatan lebih
menghasilkan berat badan yang lebih tinggi daripada pakan dengan tingkat protein
Pertambahan berat badan relatif yang paling baik pada ayam buras
jantan hasil in ovo feeding l-arginin adalah penggunaan protein 18%. Hal ini
buras jantan paling optimal dengan pemberian pakan dengan protein 18%. Hal ini
dan protein masing-masing pada yam kampung yaitu sekitar 2900 K.kal/kg dan
18%. (Kiarie dkk., 2014; Zulkifli, 2017) melaporkan bahwa partisi nutrisi pakan
tulang, dan pencernaan. Berdasarkan hal tersebut semakin banyak nutrisi yang
terserap kedalam tubuh maka pertambahan berat badan juga meningkat. Oleh
karena itu peningkatan pertambahan berat badan akan mempengaruhi berat badan
akhir.
25
Konsumsi Pakan
parameter konsumsi pakan. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat keseragaman berat
badan pada ayam buras jantan, dimana walaupun pada umur yang sama berat
badannya cukup variatif yaitu 800-1300 g individu pada tiga perlakuan. Perlakuan
dengan berat rata-rata paling besar sejak awal pemeliharaan adalah protein 20%
kemudian 16% dan 18%, hal ini terjadi karena pada individu ternak yang tersedia
dengan umur yang seragam terbatas dan dengan berat yang tidak teralu seragam.
Hal ini kemudian berimbas pada tingkat konsumsi pakan yang lebih tinggi pada
Walaupun konsumsi pakan tidak berpengaruh secara nyata, dari hasil yang
diperoleh diketahui bahwa rata rata konsumsi pakan yang tertinggi yaitu pada
kandungan protein pakan sudah sesuai untuk kebutuhan ayam buras jantan.
Namun secara keseluruhan konsumsi pakan pada penelitian ini tidak berbeda
nyata. Konsumsi pakan yang tinggi berindikasi pada pemenuhan kebutuhan pakan
unggas baik secara kualitas maupun kuantitas (Fitasari dkk., 2014). Kemampuan
Apabila diberikan ransum dengan kandungan nutrisi yang berlebih, tidak akan
level energi dan protein yang terlalu tinggi hanya akan terbuang secara percuma
26
Konversi Pakan
parameter konversi pakan. Namun, jika dilihat pada perlakuan P3, ayam lebih
efisiensi konsumsi ransum sangat dipengaruhi oleh kandungan energi dan protein
rasum yang dikonsumsi. Semakin tinggi kandungan energi dan protein ransum
yang diberikan, maka akan lebih banyak yang dimanfaatkan untuk pertumbuhan,
melaporkan bahwa pakan dengan tingkat protein dan energi lebih tinggi mampu
tinggi dibandingkan pakan dengan tingkat protein dan energi lebih rendah.
Tingkat konversi pakan yang lebih baik pada penggunaan protein ransum
20% dipengaruhi oleh imbangan antara konsumsi pakan yang tinggi dan
protein energi rendah akan menghasilkan konversi pakan yang lebih tinggi
tinggi (Sidadolog dan Yuwanta, 2011; Kusnadi dkk., 2014). Menurut Suryono
(1983), bahwa protein merupakan nutrisi utama yang dibutuhkan ternak unggas
27
hidup pokok dalam menjalankan fungsi-fungsi sel dan produktivitas, seperti
pertumbuhan otot, lemak, tulang, telur, dan semen (Leeson dan Summers, 1991).
dengan level protein berbeda tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap berat
badan akhir ayam buras jantan hasil in ovo feeding l-arginin. Hal ini disebabkan
karena jumlah protein yang diberikan telah mencukupi kebutuhan untuk mencapai
berat badan optimal. Namun dari hasil yang diperoleh ayam buras jantan pada
perlakuan protein pakan 20% memiliki bobot badan akhir yang lebih baik dari
perlakuan protein pakan 18 dan 16%. Hal ini mengindikasikan bahwa pakan
dengan level protein 20% dapat memberikan performa yang lebih baik terhadap
berat badan akhir ayam buras jantan hasil in ovo feeding walau tidak berbeda
secara nyata. Semakin baik tingkat protein ransum maka kan memberikan
performa yang lebih baik. Hasil penelitian Dewi dkk. (2009) melaporkan bahwa
ayam kampung yang diberi ransum mengandung imbangan energi dan protein
lebih tinggi menghasilkan bobot badan lebih tinggi secara nyata dibandingkan
Berdasarkan data pada Tabel 2. diketahui bahwa berat rata rata ayam buras
jantan lebih baik dari ayam buras biasa, hal ini karena ayam yang digunakan
dalam penelitian ini merupakan ayam jantan hasil in ovo feeding l-arginine yang
diketahui memiliki produktivitas yang lebih baik dari ayam kampung biasa.
Gunawan (1998) melaporkan bahwa bobot badan ayam buras jantan 1.014,34 g
pada umur 12 minggu. Asmawati (2014) melaporkan bahwa injeksi asam amino
dapat meningkatkan bobot embrio, bobot tetas, dan performa anak ayam umur
28
tujuh hari, serta Nasrun (2016) melaporkan bahwa pemberian l-arginin pada hari
Pada ayam jantan sendiri memiki tingkat pertumbuhan yang relatif cepat.
Menurut Soeparno (1992) pertumbuhan jantan yang lebih cepat dipengaruhi oleh
sel-sel interstitial dan kelenjar adrenal. Salah satu dari steroid androgen adalah
testosteron yang dihasilkan oleh testis. Sekresi testosteron yang tinggi pada jantan
jantan lebih cepat dibandingkan dengan betina terutama setelah pemunculan sifat-
Dimensi Tubuh Ayam Buras Jantan Hasil In Ovo Feeding L- Arginin yang
diberi Level Protein Pakan yang Berbeda
bahwa berat badan ayam buras jantan yang dipelihara tertinggi pada penggunaan
level protein 20% yaitu 680 g/ekor selama fase pemeliharaan. Hal ini dikarenakan
pada fase awal pemeliharaan ayam jantan pada perlakuan protein pakan 20% sejak
awal memiliki berat rata rata yang sedikit lebih tinggi dari perlakuan lain, yang
dipengaruhi oleh variasi berat badan pada ayam yang digunakan. Namun berat
badan yang lebih tinggi juga dapat didindikasikan bahwa penggunaan level
protein 20% sudah sesuai dengan kebutuhan nutrisi ayam buras jantan, dan sangat
efesien digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan otot pada ayam buras jantan,
dimana tingkat konsumsi pakan dan pertambahan berat badan mutlak juga paling
29
baik pada penggunaan level protein 20%. Hal ini sesuai dengan pendapat Fitasari
perlakuan lain menunjukkan bahwa pakan efisien untuk diubah menjadi daging
konsumsi protein yang tinggi akan mempengaruhi asupan protein pula ke dalam
Dimensi tubuh pada ayam buras jantan tidak menunjukkan perbedaan yang
nyata pada ketiga jenis perlakuan. Hal ini bisa dapat disebabkan karena ayam
jantan yang dipelihara telah berumur 10 minggu dan tingkat pertumbuhan otot
tidak sepesat pertumbuhan pada fase starter dan fase grower awal, sehingga
pemberian level pakan yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang nyata pada
dimensi tubuh ayam buras jantan. Namun diketahui bahwa dimensi tubuh lebih
besar dari rata rata ayam buras jantan pada umumnya karena ayam buras tersebut
telah diinjeksi dengan l-arginine secara in ovo. Kita dkk. (2002) melaporkan
bahwa penambahan protein tinggi seperti arginin, metionin ataupun sistein dapat
Dimensi tubuh merupakan suatu metode untuk menduga berat badan suatu
ternak (Danial, 2017). Dimensi tubuh memiliki korelasi positif dengan berat badan
ternak. Tingkat keakuratan yang didapat dalam menaksir berat badan dengan
menggunakan dimensi tubuh sangat baik (cukup akurat) (Ahmad dkk., 2016;
Danial, 2017). Menurut Haznelly dan Armayanti (2006) bobot badan dan ukuran-
30
ukuran tubuh ayam dapat dijadikan sebagai informasi awal dalam standarisasi
karakter ayam. Berikut adalah hasil korelasi antara berat badan dan dimensi tubuh
Tabel 4. Koefisien Regresi (b), Koefisien Korelasi (r), Nilai Signifikansi (P) dan
Jumlah Sampel (N) Pola Korelasi diantara Beberapa Dimesi Tubuh dan
Berat Badan Ayam Buras Jantan Hasil In Ovo Feeding L-arginin.
Dimensi Tubuh b r P N
Panjang badan -52.150 0.408 0.187 12
Panjang sayap -18.338 0.094 0.769 12
Lingkar dada 73.685 0.621 0.031* 12
Panjang paruh 331.25 0.177 0.580 12
Panjang tibia -54.002 0.198 0.536 12
Panjang metatarsus 137.788 0.376 0.228 12
Diameter metatarsus 317.188 0.383 0.218 12
Tinggi badan 10.144 0.127 0.692 12
Keterangan: *) Berpengaruh nyata (P<0.05)
Dari data yang diperoleh mengenai korelasi antara berat badan dan dimensi
tubuh ayam jantan, korelasi hanya diperlihatkan pada lingkar dada. Dimana nilai
koefision korelasi (r) yaitu 0.621 dengan hasil perhitungan varians (P)
dimensi tubuh yang diamati hanya lingkar dada yang dapat digunakan untuk
menduga berat badan ayam buras jantan. Nilai koefisien regresi (b) pada
dada akan meningkatkan berat badan sebesar 73.685 g pada ayam buras jantan.
Korelasi antara berat badan dan lingkar dada pada ayam buras mungkin disebakan
karena pada ayam bagian otot terbanyak berada pada bagian dada. Hal ini sesuai
dengan pendapat Tama dkk. (2016) yang menyatakan bahwa lingkar dada
berhubungan langsung dengan dada dan ruang abdomen dimana sebagian besar
bobot badan ternak berasal dari bagian dada hingga pinggul, sehingga semakin
besar ukuran lingkar dada maka bobot badan semakin berat. Ditambahkan oleh
31
Soeparno (1992) yang menyatakan bahwa setiap kenaikan ukuran tubuh maka
akan diikuti kenaikan ukuran tubuh lainnya. Sedangkan pada penelitian yang
panjang paruh, lebar dada, panjang tubuh dan lingkar dada merupakan peubah
32
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
disimpulkan bahwa :
1. Penggunaan level protein yang berbeda dalam pakan tidak memberi pergaruh
2. Terdapat korelasi positif antara lingkar dada dan berat badan pada ayam
kadar protein 20% lebih baik pada pada ayam buras jantan dapat dilihat dari
Saran
Disarankan ayam buras jantan hasil in ove feeding l-arginin diberi ransum
dengan level protein 20% karena dapat menghasilkan pertambahan berat badan
mutlak, konsumsi pakan, konversi pakan dan berat badan akhir yang lebih baik
33
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, D. F., Y.S. Endang dan S. Nono. 2016. Hubungan panjang badan dan
panjang kelangkang dengan persentase karkas Sapi Bali. Fakultas
Peternakan Universitas Padjajaran, Bandung.
Al-Daraji, H.J., A. A. Al-Mashadani, W.K. Al-Hayani, A.S. Al- Hassani and H.A.
Mirza, 2011. Influence of in ovo injection of L-arginine on productive
and physiological performance of quails. Res. Opin. Anim. Vet. Sci., 7:
463-467.
Al-Daraji, H.J., A.A. Al-Mashadani, W.K. Al-Hayani, A.S. Al-Hassani, and H.A.
Mirza. 2012. Effect of in ovo injection with l-arginine on productive and
physiological traits of Japanese quail. South African Journal of Animal
Science 42 (2) : 139-145.
Al-Daraji, H.J. and A.M. Salih. 2012. Effect of dietary l-arginine on productive
performance of broiler chicken. Pakistan Journal of Nutrition 11 (3):
252-257.
Alimin, T., E.A.E. Ahmed, I.A.A. Azma, and Y.H. Ahmad. 2012. Effect of
dietary protein level during early brooding phase on subsequent growth
performance and morphological development of digestive system in
crossbred kampung chicken. 7th Proceedings of the Seminar in
Veterinary Sciences
Ariesta, A.H., IG. Mahardika, dan G.A.M.K. Dewi. 2015. Pengaruh level energi
dan protein ransum terhadap penampilan ayam kampung umur 0-10
minggu. Majalah Ilmiah Peternakan 18 (3) : 89-94
Aryanti, F., M.B. Aji, dan N. Budiono. 2013. Pengaruh pemberian air gula merah
terhadap performans ayam kampung pedaging. Jurnal Sain Veteriner 31
(2): 156-165.
34
Asmawati. 2014. Peningkatan kualitas embrio dan pertumbuhan ayam buras
melalui in ovo feeding. [Tesis] Program Pascasarjana, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Azahan, E.A., I.A. Azlina Azma, and M. Noraziah. 2014. Effects of strain, sex
and age on growth performance of Malaysian kampong chickens. Mal. J.
Anim. Sci. 17(1): 27-33
Azhar, M. 2016. Performa ayam kampung pra dan pasca-tetas hasil in ovo feeding
l-arginin. [Tesis]. Sekolah Pasca Sarjana. Universitas Hasanuddin.
Makassar.
Banuardi, I., W. Tanwiriah, dan H. Indrijani. 2017. Bobot badan, karkas, dan
income over feed and chick cost ayam lokal Jimmy’s farm Cipanas
Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran, Bandung.
Danial, M. 2017. Lama inkubasi dan dimensi tubuh day old chick (DOC) ayam
kampung hasil pemberian asam amino l-glutamin secara in ovo.
[Skripsi]. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Dewi, G.A.M.K., I.G. Mahardika, I.K. Sumadi, I.M. Suasta, dan I.M. Wirapartha.
2009. Peningkatan produktifitas ayam kampung melalui kebutuhan
energi dan protein pakan. Laporan penelitian hibah bersaing, Fakultas
Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar.
Fitasari, E., K. Reo, dan N. Niswi. 2014. Penggunaan kadar protein berbeda pada
ayam kampung terhadap penampilan produksi dan kecernaan protein.
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (2): 73 - 83
Gultom,S.M., R.D.H. Supratman, dan Abun. 2014. Pengaruh imbangan energi dan
protein ransum terhadap bobot karkas dan bobot lemak abdominal ayam
broiler umur 3-5 minggu. Jurnal Fakultas Peternakan, Universitas
Padjajaran, Bandung.
35
Haznelly, Z., dan R. Armayanti. 2006. Performans ayam merawang betina dewasa
berdasarkan karakter kualitatif dan ukuran-ukuran tubuh sebagai bibit.
Balai pengkajia teknologi pertanian. Bangka Belitung.
Kiarie, E., L.F. Romero, and V. Ravindran. 2014. Growth performance, nutrient
utilization, and digesta characteristics in broiler chickens fed corn or
wheat diets without or with supplemental xylanase. Poultry Science 93:
1186–1196.
Kurnia, Y. 2011. Morfometrik ayam sentul, kampung dan kedu pada fase
pertumbuhan dari umur 1 - 12 minggu. [Skripsi] Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Kusnadi, H., Jafendi H. P. S., Zuprizal, dan Heru P. W. 2014. Pengaruh tingkat
protein dengan imbangan energi yang sama terhadap pertumbuhan ayam
leher gundul dan normal sampai umur 10 minggu. Buletin Peternakan 38
(3): 163-173,
Kwak, H., R.E. Austic and R.R. Dietert, 1999. Influence of dietary arginine
concentration on lymphoid organ growth in chickens. Poult. Sci., 78:
1536-1541.
Lasley, L.J. 1978. Genetics of Livestock Improvement. 3 rd Ed. Prentice Hall Inc.
Englewood Cliffs. New Jersey
Leeson, S. and J. D. Summers. 1982. Use of single-stage low protein diet for
growing Leghorn pullets. Poultry Sci. 61: 1684-1691.
36
Nasrun. 2016. Pertumbuhan embrio ayam buras umur 18 hari hasil induksi asam
amino l-arginine kedalam telur tetas selama masa ingkuasi (in ovo
feeding). [Skripsi]. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin.
Makassar.
Nataamijaya, A.G. 2000. The Native Chicken of Indonesia. Bulletin Germ Plasm,
Litbang Pertanian. 6 (1):1-6.
Nataamijaya, A.G. 2006. Egg production and quality of kampung chicken fed rice
bran diluted commercial diet and forages supplement. J. Anim. Prod. 8
(3): 206 − 210.
Nawawi, N. T., dan Nurrohmah. 2011. Pakan Ayam Kampung. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Ohta, Y., M.T. Kidd and T. Ishibashi. 2001. Embrio growth in amino acid
concentration profiles of broiler eggs, embryos, and chick after in ovo
administration of amino acid. Poult. Sci., 80: 1430-1436.
Rahmawati. 2016. Histologis saluran pencernaan ayam buras hasil in ovo feeding
asam amino l-arginin. [Skripsi]. Fakultas Peternakan. Universitas
Hasanuddin. Makassar.
Rambe Y.A. 2014. Performa dan ukuran tubuh Ayam F1 persilangan ayam
kampung dengan ayam ras pedaging umur 12-22 minggu. [Skripsi].
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor
Resnawati, H. dan A.K.B. Ida. 2005. Produktivitas ayam lokal yang dipelihara
secara intensif. Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan
Ayam Lokal. Balai Penelitian Ternak, Bogor.
37
Salmanzadeh, M., Y. Ebrahimnezhad, H. A. Shahryar, and , J.G. Kandi. 2016. The
effects of in ovo feeding of glutamine in broiler breeder eggs on
hatchability, development of the gastrointestinal tract, growth
performance and carcaa characteristics of broiler chickens. Arch. Anim.
Breed., 59, 235-242.
Sartika, T. 2005. Peningkatan mutu bibit ayam kampung melalui seleksi dan
pengkajian penggunaan penanda genetik promotor prolaktin dalam
mas/marker assisted selection untuk mempercepat proses seleksi.
[Disertasi]. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor
Scott, M.L, Nesheim M.C., and Young R. J., 1982. Nutrition of the Chickens.
Second Ed. M.L. Scott and Associates Ithaca, New York.
Setiyono E., D Sudrajat, dan Anggraeni. 2015. Penggunaan kadar protein ransum
yang berbeda terhadap performa Ayam Jantan Petelur. Jurnal Pertanian 6
(2): 68‐74.
Soeparno. 1992. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta
38
Tama, W.A., Moch. Nasich dan S. Wahyuningsih. 2016. Hubungan antara lingkar
dada, panjang dan tinggi badan dengan bobot badan kambing Senduro
jantan di Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang. Jurnal Ilmu-Ilmu
Peternakan 26 (1): 37 – 42
Tamzil, M.H., M. Ichsan, N.S. Jaya dan M. Taqiuddin. 2015. Growth rate, carcass
weight and percentage weight of carcass parts of laying ages. Pakistan J.
of Nutrition 14 (7) : 377-382.
Tampubolon., B., P.2012. Pengaruh imbangan energi dan protein ransum terhadap
energi metabolis dan retensi nitrogen ayam broiler. Jurnal Fakultas
Peternakan Universitas Padjajaran, Bandung, 1 (1)
Tong, B.C. and Barbul, A., 2004. Cellular and physiological effects of arginine.
Mini Rev. Med. Chem. 4 (8),823-832.
Uni, Z., and P.R. Ferket. 2004. Methods for early nutrition and their potential.
World’s J. Poult. Sci. 60:101-111.
Varianti I. N, Umiyati A. dan Luthfi D. M. 2017. Pengaruh pemberian pakan
dengan sumber protein berbeda terhadap efisiensi penggunaan protein
ayam lokal persilangan. Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas
Diponegoro, Semarang. 17 (1) : 53-59
Wahju, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Edisi kelima. Gadjah Mada Press,
Yogyakarta.
Walpore, R.E. 1995. Pengantar Statistika Edisi Ketiga. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Wu, G. and Morris, S.M., 1998. Arginine metabolism: nitric oxide and beyond.
Biochem. J. 336: 1-17.
Zakaria, S. 2004. Pengaruh luas kandang terhadap produksi dan kualitas telur
ayam buras yang dipelihara dengan sistem litter. Bulletin Nutrisi dan
Makanan Ternak., 5(1): 1−11.
Zulkifli. 2017. Pengaruh injeksi in ovo glutamin terhadap performa ayam buras
pascatetas. [Skripsi] Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin,
Makassar.
39
Zuprizal. 2006. Nutrisi Unggas. [Handout]. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak,
Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
40
LAMPIRAN
Dependent Variable:pbbmutlak
Total 60905.664 12
41
Lampiran 2. Analisis Ragam Pertambahan Berat Badan Relatif Ayam Buras
Jantan Hasil In Ovo Feeding L-Arginin Selama Dua Generasi (F2)
yang diberi Pakan dengan Level Protein Pakan yang Berbeda
Dependent Variable:pbbrelatif
Total 45407.100 12
42
Lampiran 3. Analisis Ragam Konsumsi Pakan Ayam Buras Jantan Hasil In Ovo
Feeding L-Arginin Selama Dua Generasi (F2) yang diberi Pakan
dengan Level Protein Pakan yang Berbeda
Dependent Variable:konsumsipakan
Corrected a
292.405 2 146.203 .378 .690
Model
Total 340799.857 24
Corrected
8415.051 23
Total
43
Lampiran 4. Analisis Ragam Konversi Pakan Ayam Buras Jantan Hasil In Ovo
Feeding L-Arginin Selama Dua Generasi (F2) yang diberi Pakan
dengan Level Protein Pakan yang Berbeda
Dependent Variable:Konversipakan
Total 167.402 12
44
Lampiran 5. Analisis Ragam Berat Badan Akhir Ayam Buras Jantan Hasil In Ovo
Feeding L-Arginin Selama Dua Generasi (F2) yang diberi Pakan
dengan Level Protein Pakan yang Berbeda
Dependent Variable:beratbadan
Total 3.643E7 12
Regression Statistics
Multiple R 0.408491
R Square 0.166865
Adjusted R
Square 0.083551
Standard
Error 175.9031
Observations 12
ANOVA
Significance
df SS MS F F
Regression 1 61972.04 61972.04 2.002852 0.187382
Residual 10 309418.9 30941.89
Total 11 371390.9
600
Berat Badan
Regression Statistics
Multiple R 0.094599
R Square 0.008949
Adjusted R
Square -0.09016
Standard Error 191.8508
Observations 12
ANOVA
df SS MS F Significance F
Regression 1 3323.532 3323.532 0.090297 0.769954
Residual 10 368067.4 36806.74
Total 11 371390.9
Berat badan
900
y = -18.388x + 691.82
800 R² = 0.0089
700
600
Berat Badan
500
400 Berat badan
300 Linear (Berat badan )
200
100
0
0 2 4 6
Panjang Sayap
c. Lingkar Dada Vs Berat Badan
Regression Statistics
Multiple R 0.621446
R Square 0.386195
Adjusted R
Square 0.324815
Standard
Error 150.9839
Observations 12
ANOVA
Significance
df SS MS F F
Regression 1 143429.4 143429.4 6.291826 0.031
Residual 10 227961.5 22796.15
Total 11 371390.9
Berat badan
900
y = 73.685x + 330.44
800
R² = 0.3862
700
600
Berat Badan
500
400 Berat badan
300
Linear (Berat badan )
200
100
0
0 2 4 6 8
Lingkar Dada
d. Panjang Paruh Vs Berat Badan
Regression Statistics
Multiple R 0.177523
R Square 0.031514
Adjusted R
Square -0.06533
Standard Error 189.6541
Observations 12
ANOVA
df SS MS F Significance F
Regression 1 11704.17 11704.17 0.325399 0.580971
Residual 10 359686.8 35968.68
Total 11 371390.9
Regression Statistics
Multiple R 0.198327
R Square 0.039334
Adjusted R
Square -0.05673
Standard
Error 188.8869
Observations 12
ANOVA
Significance
df SS MS F F
Regression 1 14608.17 14608.17 0.409442 0.536637
Residual 10 356782.7 35678.27
Total 11 371390.9
Berat badan
900
800 y = -54.003x + 787.14
R² = 0.0393
700
600
Berat Badan
500
400 Berat badan
300
Linear (Berat badan )
200
100
0
0 1 2 3 4 5
Panjang Tibia
f. Panjang Metatarsus Vs Berat Badan
Regression Statistics
Multiple R 0.376245
R Square 0.14156
Adjusted R
Square 0.055716
Standard
Error 178.5544
Observations 12
ANOVA
Significance
df SS MS F F
Regression 1 52574.21 52574.21 1.649042 0.228042
Residual 10 318816.7 31881.67
Total 11 371390.9
Berat badan
900
800 y = 137.79x + 466.16
700 R² = 0.1416
600
Berat Badan
500
400 Berat badan
300
Linear (Berat badan )
200
100
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Panjang Metatarsus
g. Diameter Metatarsus Vs Berat Badan
Regression Statistics
Multiple R 0.383356
R Square 0.146962
Adjusted R
Square 0.061658
Standard
Error 177.9917
Observations 12
ANOVA
Significance
df SS MS F F
Regression 1 54580.29 54580.29 1.722805 0.218658
Residual 10 316810.6 31681.06
Total 11 371390.9
Berat badan
900
800 y = 317.19x + 434.2
R² = 0.147
700
600
Berat Badan
500
400 Berat badan
300
Linear (Berat badan )
200
100
0
0 0.5 1 1.5
Diameter Metatarsus
h. Tinggi Badan Vs Berat Badan
Regression Statistics
Multiple R 0.127878
R Square 0.016353
Adjusted R
Square -0.08201
Standard
Error 191.1329
Observations 12
ANOVA
Significance
df SS MS F F
Regression 1 6073.229 6073.229 0.166245 0.692063
Residual 10 365317.7 36531.77
Total 11 371390.9
Berat badan
900
800 y = 10.144x + 562.65
700 R² = 0.0164
600
Berat Badan
500
400 Berat badan
300
Linear (Berat badan )
200
100
0
0 2 4 6 8 10
Tinggi Badan
Lampiran 6. Dokumentasi Kegiatan Penelitian
Pembuatan Kandang