Anda di halaman 1dari 67

PERSENTASE KOMPONEN KARKAS PADA AYAM

KAMPUNG SUPER YANG DIBERI PAKAN MENGANDUNG


KULIT SINGKONG FERMENTASI

SKRIPSI

IRMA
L1A117138

JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN


UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
PERSENTASE KOMPONEN KARKAS PADA AYAM
KAMPUNG SUPER YANG DIBERI PAKAN KULIT
SINGKONG FERMENTASI

SKRIPSI

IRMA
L1A1 17 138

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana


Peternakan Pada Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo

JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN


UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021

ii
PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Irma

Nim : L1A117138

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa :

a. Skripsi yang saya tulis adalah benar-benar hasil karya sendiri dan belum

pernah diajukan sebagai skripsi atau karya ilmiah pada perguruan tinggi

manapun.

b. Apabila dikemudian hari sebagian atau seluruh dari karya skripsi ini terbukti

atau dapat dibuktikan sebagai hasil plagiasi, maka saya bersedia menerima

sanksi akademik yang berlaku.

Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat digunakan sebagaimana

mestinya.

Kendari, Agustus 2021

Irma
NIM. L1A1 17 138

iii
iv
ABSTRAK

Irma (L1A117138), Persentase Komponen Karkas Pada Ayam Kampung


Super yang Diberi Pakan Kulit Singkong Fermentasi. Dibimbing oleh Hamdan
Has, S.Pt., M.Si selaku pembimbing I dan Dr. Ir. Andi Murlina Tasse, M. Si.
selaku pembimbing II

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh penggunaan tepung


kulit singkong fermentasi terhadap persentase komponen karkas ayam kampung
super. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan penerapan
pemberian ransum yang mengandung 0 %, 5 %, 10 % dan 15 % tepung kulit
singkong fermentasi terhadap ayam kampung super. Parameter yang diamati
adalah (a) berat karkas,(b) persentase kulit, (c) persentase daging, (d) persentase
tulang. Desain penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola
searah, dengan jumlah perlakuan sebanyak 4 perlakuan dan 4 ulangan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pemberian tepung kulit singkong fermentasi
dalam ransum ayam kampung super tidak memberikan pengaruh yang nyata
(P>0,05) terhadap persentase kulit, persentase daging dan persentase tulang tetapi
memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap berat karkas. Pemberian
tepung kulit singkong fermentasi pada level 10% menunjukkan level optimal yang
dapat direspon baik oleh ayam kampung super sementara pemberian TKSF 15%
justru menunjukkan penurunan pada berat karkas ayam kampung super umur 60
hari.

Kata Kunci : Kulit singkong fermentasi, ayam kampung super, berat karkas,
persentase kulit,daging, tulang.

v
ABSTRAK

Irma (L1A117138), Percentage of Carcass Components in Super Village


Chickens that were fed with Fermented Cassava Skin. Supervised by Hamdan
Has, S.Pt., M.Si as supervisor I and Dr. Ir. Andi Murlina Tasse, M. Si. as
advisor II

This study aimed to evaluate the effect of using fermented cassava peel
flour on the percentage of carcass components of super kampung chicken. The
method used is an experimental method with the application of rations containing
0%, 5%, 10% and 15% fermented cassava peel flour to super kampung chicken.
Parameters observed were (a) carcass weight, (b) skin percentage, (c) meat
percentage, (d) bone percentage. The research design used a completely
randomized design (CRD) with a unidirectional pattern, with a total of 4
treatments and 4 replications. The results showed that the application of fermented
cassava peel flour in the super kampung chicken ration did not have a significant
effect (P>0.05) on the percentage of skin, meat and bone percentage but had a
significant effect (P<0.05) on carcass weight. . The administration of fermented
cassava peel flour at a level of 10% showed an optimal level that could be
responded to well by super free-range chickens, while the administration of 15%
TKSF actually showed a decrease in the carcass weight of super free-range
chickens aged 60 days.

Keywords : Fermented cassava peel, super free-range chicken, carcass


weight, percentage of skin, meat, bone.

vi
UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamndulilah, segala puji hanya milik Allah SWT. Atas segala curahan

rahmat dan hidayah-Nya serta taufiq-Nya, Rob semesta alam, pencipta, pemilik

dan pengatur jagad raya yang Maha pengasih lagi Maha penyayang yang mana

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Persentase Komponen Karkas

Pada Ayam Kampung Super yang diberi Pakan Kulit Singkong Fermentasi”.

Penelitian ini disusun untuk memenuhi syarat akademis dalam menyelesaikan

studi program sarjana (S1) Jurusan Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas

Halu Oleo, Kendari.

Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi

Muhammad Saw yang telah membimbing kita dari kegelapan menuju jalan

kebaikan yakni Din al-Islam.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih banyak terdapat

kekurangan dan kelemahan baik dari segi tehnik penulis maupun materi

pembahasan. Oleh karena itu, kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki penulis

berharap denga segala kerendahan hati penulis meminta saran dan kritik yang

konstruktif dari berbagai pihak. Dengan menyadari tanpa bantuan dari berbagaai

pihak, baik secara moril maupun materil maka penulis mungkin tidak dapat

menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terima

kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda La Mande dan

Ibunda tercinta Wa Mina, yang telah membesarkan serta mendidik penulis dengan

vii
penuh kasih sayang, pengorbanan, serta dukungan moral maupun materil demi

berhasilnya penulis dalam menyelesaikan pendidikan.

Teriring rasa terima kasih juga penulis ucapkan kepada yang saya hormati

dan banggakan bapak Hamdan Has, S.Pt., M.Si selaku pembimbing I dan ibu

Dr. Ir. Andi Murlina Tasse, M. Si. selaku pembimbing II yang telah banyak

meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini. Dengan ketulusan hati mereka selama ini yang

senantiasa mendidik penulis dengan kasih sayang, memberikan motivasi yang

begitu sangat besar dan begitu banyak memberikan nasihat dan masukan yang

dapat membangun potensi diri penulis, semua itu akan saya jadikan pegangan

dalam menempuh dan meraih cita-cita penulis dimasa yang akan datang.

Dalam proses penelitian ini penulis memperoleh banyak bimbingan,

arahan, dukungan baik secara moril maupun materil, serta doa dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang

tulus kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhammad Zamrun F, S.Si, M.Si. M.Sc. selaku Rektor

Universitas Halu Oleo

2. Bapak Dr. Ir. Ali Bain, M.Si. selaku Dekan Fakultas Peternakan dan Bapak

Dr. La Ode Arsad Sani, S.Pt, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Peternakan yang

telah memberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan di Universitas Halu

Oleo.

viii
3. Dr. La Malesi , Fitrianingsih, M.Sc. dan Rahim Aka, M.P. selaku tim penguji

yang telah banyak memberikan ide dan saran bagi penulis dalam

menyelesaikan tugas akhir.

4. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Peternakan yang telah memberikan ilmu dan

pengalaman yang sangat bermanfaat serta seluruh staf yang telah memberikan

fasilitas dan memudahkan dalam pengurusan admisnitrasi selama masa kuliah.

5. Adik dan kakaku tersayang Rita dan Nisa serta keluarga yang tidak bisa saya

sebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan motivasi dan mendoakan

penulis agar dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

6. Kakak senior saya Andarias Julias Wijaya, Risyan Dwi Susanto dan Irfan serta

teman-teman seperjuangan angkataan 2017 yang telah banyak membantu

dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

7. Teman-teman kelas D Ostaf, Irong, Wati, Fita, Irma, Aga, Lois, Hepy, Malik,

Firman, Hendra, Jurait, Indra, Randi, Kasmirandi, Astrid, Ifan, Ilman,

Maulana, Herman, Gede, Jumran, Jasman, Ikbal, Ibal, dan Muliadi yang

banyak memberikan motivasi doa dukungan dan semangat.

8. Ucapan terima kasih kepada sahabat special saya “La Ode Abdul Rajab” yang

banyak membantu, memberi semangat, motivasi dan mendoakan penulis agar

dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

9. Ucapan terima kasih kepada sahabat-sahabat saya “sewe syantik” Siti

Kholifah, Iska Fariska dan Hasriani yang dari awal kuliah sampai sekarang

selalu bersama dan saling memotivasi dalam menjalani kuliah hingga sampai

pada titik sekarang ini menyelesaikan skripsi.

ix
Akhir kata penulis menyadari bahwa penulisan hasil penelitian ini masih

jauh dari kesempurnaan baik dari materi maupun tehnik penulisannya. Untuk itu

penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif dari para

pembaca dalam rangka perbaikan skripsi ini. terlepas dari kekurangan yang ada

semoga karya ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Amin Yaa Rabbal Alamin.

Kendari, Agustus 2021

IRMA
NIM. L1A1 17 138

x
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i


HALAMAN JUDUL .................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN....................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................... v
ABSTRAK ................................................................................................... vi
UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................ vii
DAFTAR ISI ................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv
I. PENDAHULUAN
1.1 . Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 . Rumusan Masalah ......................................................................... 1
1.3 . Tujuan dan kegunaan..................................................................... 3
1.4 . Kerangka Pikir .............................................................................. 3
1.5 . Hipotesis ....................................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 . Ayam Kampung Super .................................................................. 5
2.2 . Komponen Karkas Ayam Kapung Super ....................................... 6
2.3 . Tanaman Singkong ........................................................................ 8
2.4 .Tepung Kulit Singkong Fermentasi ................................................ 9
2.5 . Penelitian Terdahulu...................................................................... 10
III. METODE PENELITIAN
3.1 . Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 12
3.2 . Materi Penelitian ........................................................................... 12
3.3 . Prosedur Penelitian ........................................................................ 13
3.4 . Rancangan Penelitian .................................................................... 16
3.5 . Variabel Penelitian ........................................................................ 17
3.6 Analisis Data .................................................................................. 18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Berat Karkas ................................................................................... 19
4.2. Persentase Kulit............................................................................... 21
4.3. Persentase Daging ........................................................................... 22
4.4. Persentase Tulang............................................................................ 24
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ..................................................................................... 26
5.2. Saran .............................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 27
LAMPIRAN .................................................................................................

xi
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
1. Kebutuhan Nutrisi Ayam Kampung Super Pada Berbagai Umur ............... 6
2. Komposisi Nutrien Bahan Ransum Penelitian ........................................... 15
3. Komposisi Pakan dan Nutrien Ransum Perlakuan ..................................... 16
4. Rataan Berat Karkas Ayam Kampung Super ............................................. 21
5. Rataan Persentase Kulit Ayam Kampung Super ........................................ 23
6. Rataan Persentase Daging Ayam Kampung Super ..................................... 25
7. Rataan Persentase Tulang Ayam Kampung Super ..................................... 26

xii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Bagan Kerangaka Pemikiran Penelitian ..................................................... 4


1. Tata Letak Kandang .................................................................................. 13
1. Bagan Proses Pembuatan Tepung Kulit Singkong Fermentasi ................... 14

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Analisis Data............................................................................................. 33
2. Dokumentasi Penelitian............................................................................. 46

xiv
1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ayam kampung super merupakan salah satu produk penyilangan ayam

kampung jantan dengan ayam ras petelur betina. Ayam kampung super banyak

diminati masyarakat, karena pertumbuhannya lebih baik dari ayam kampung biasa

dan rasa dagingnya hampir sama dengan ayam kampung. Ayam kampung super

mempunyai berbagai keunggulan dibandingkan ayam ras, seperti laju

pertumbuhan dan masa pemeliharaan yang lebih cepat dari pada ayam kampung.

Ayam kampung super dalam pemeliharaannya membutuhkan pakan yang

berkualitas untuk pemenuhan nutrisinya, sebab pakan yang sempurna dengan

kandungan zat nutrisi yang seimbang akan memberikan hasil yang optimal.

Kenyataan yang dihadapi saat ini bahwa harga pakan komersial di pasaran

relatif mahal sehingga sangat penting untuk mencari pakan alternatif lain untuk

ayam. Alternatif untuk menekan biaya pakan yang tinggi dalam pemeliharaan

ayam kampung super yakni dengan pemanfaatan bahan pakan lokal, salah

satunya dengan memanfaatkan limbah tanaman pangan berupa limbah dari kulit

singkong.

Kulit singkong merupakan bagian dari hasil sisa pertanian yang

ketersediaannya melimpah dan memiliki potensi sebagai bahan baku pakan. Kulit

singkong mengandung protein yang rendah namun memiliki kandungan

karbohidrat sekitar 50% dari kandungan karbohidrat bagian umbinya (Akhardiato

2010). Meskipun demikian penggunaan kulit singkong sebagai bahan pakan masih
2

sangat terbatas hal ini disebabkan kulit singkong memiliki kandungan protein

yang rendah dan serat kasar yang tinggi serta memiliki kandungan hidrogen

sianida (HCN) (juga dikenal sebagai asam/racun sianida) didalamnya, dimana

HCN ini berfungsi sebagai zat anti nutrisi yang merugikan terhadap ternak

Salah satu proses pengolahan yang dapat menurunkan kandungan sianida

dalam kulit singkong adalah proses fermentasi. Fermentasi dapat meningkatkan

kandungan protein dan menurunkan kadar serat kasar dan HCN kulit singkong

karena proses fermentasi terjadi perubahan kimiawi senyawa-senyawa organik

(karbohidrat, lemak, protein, serat kasar dan bahan organik lain) baik dalam

keadaan aerob maupun anaerob, melalui kerja enzim yang dihasilkan mikroba

(Ali et al. 2019).

Performa ayam kampung super sangat menentukan komponen-komponen

karkas. Untuk mendapatkan komponen karkas yang baik maka diperlukan pakan

yang berkualitas untuk pemenuhan nutrisinya. Pemberian tepung kulit singkong

fermentasi diharapkan mampu memberikan respon yang baik terhadap

pertumbuhan ayam kampung super. Pertumbuhan yang baik terhadap ayam

kampung super diharapkan akan berdampak positif terhadap komponen karkas

ayam kampung super. Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka perlu

dilakukan penelitian dengan judul persentase komponen karkas pada ayam

kampung super yang diberi pakan mengandung kulit singkong fermentasi.


3

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana persentase

komponen karkas pada ayam kampung super yang diberi pakan mengandung kulit

singkong fermentasi.

1.3. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi pengaruh penggunaan tepung

kulit singkong fermentasi terhadap persentase komponen karkas ayam kampung

super. Melalui penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang

pengaruh tepung kulit singkong terhadap persentase komponen karkas ayam

kampung super.

1.4. Kerangka Pikir

Ayam kampung super adalah ayam kampung yang berasal dari persilangan

antara ayam ras petelur dan ayam kampung yang dalam pemeliharaannya

membutuhkan pakan yang berkualitas untuk pemenuhan nutrisinya. Harga pakan

komersial di pasaran saat ini relatif mahal karena sebagian besar bahan diimpor

dari luar. sehingga sangatlah penting untuk mencari alternatif lain dalam

ketersediaan bahan pakan untuk ransum. Bahan pakan yang berasal dari

pengolahan singkong berupa tepung kulit singkong fermentasi (TKSF) sangat

potensial untuk dimanfaatkan untuk pakan ayam kampung super karena selain

tidak bersaing dengan kebutuhan manusia, tepung kulit singkong fermentasi juga

memiliki komposisi nutrien yang baik setelah melalui proses fermentasi. Oleh

karena itu, pemberian tepung kulit singkong fermentasi pada ransum ayam
4

kampung super dapat memberikan hasil yang optimal terhadap komponen karkas

ayam kampung super. Kerangka pikir pada penelitian ini dapat dilihat pada

gambar 1.1

Ayam kampung super

Pakan berkualitas

Pakan komersial mahal

. Tepung kulit singkong


fermentasi

Persentase komponen karkas

Berat karkas (%) Daging


(%) Kulit
(%) Tulang
Gambar 1.1. kerangka pikir

1.5. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini diduga bahwa penggunaan tepung kulit

singkong fermentasi berpengaruh nyata terhadap persentase komponen karkas

pada ayam kampung super.


5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ayam Kampung Super

Ayam kampung super adalah hasil persilangan ayam kampung pejantan

yang mempunyai postur besar dengan ayam ras petelur betina (Salim 2013).

Ayam persilangan bertujuan untuk perbaikan genetik sehingga dihasilkan ayam

dengan produktivitas yang lebih baik. Keuntungan penyediaan bibit dengan

menyilangkan ayam lokal dengan ayam ras petelur adalah prolifikasi yang tinggi,

sehingga dalam waktu relatif singkat jumlah DOC yang diproduksi lebih banyak,

dibandingkan silangan dengan ayam lokal lainnya (Jacob et al. 2019)

Ayam kampung super memiliki keunggulan diantaranya dapat diproduksi

dalam jumlah banyak dengan bobot yang seragam, tingkat pertumbuhan lebih

cepat dibandingkan dengan ayam kampung biasa, memiliki tingkat mortalitas

yang rendah, mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan serta memiliki cita

rasa yang gurih (Kaleka 2015). Budidaya ayam kampung super lebih

menguntungkan karena dapat dipanen dalam waktu yang lebih singkat, dapat

dipanen pada umur 2 bulan bila dibandingkan dengan ayam kampung pada

umumnya yang dapat dipanen pada umur 4 sampai 5 bulan (Ashar et al. 2016).

Pertumbuhan ayam kampung super lebih cepat dibandingkan ayam

kampung biasa karena sudah mengalami perbaikan genetik yang terus dilakukan

oleh ilmuan yang bergerak dibidang peternakan, dengan didapatkannya strain

yang baru maka diharapkan bisa memenuhi kebutuhan swasembada daging dalam

negeri sehingga peternak ayam kampung super bisa mencapai kesejahteraan.


6

Performa ayam kampung super sangat ditunjang oleh ransum yang berkualitas,

dimana semua kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan olah ternak dapat disediakan

sehingga dapat menghasilkan produktivitas yang tinggi tetapi kita perlu juga

pertimbangkan masalah ekonomi pakan karena pakan komersial cukup mahal

sehingga sangat mempengaruhi keberhasilan peternak. (Rusli et al. 2019)

Kebutuhan nutrisi ayam kampung super disajikan pada tabel 2.1 dibawah

ini.

Tabel 2.1. Kebutuhan nutrisi ayam kampung super pada berbagai umur
(Zainuddin 2006).
Umur (minggu)
Nutrisi Pakan
0-8 8-12 12-18 18-70
ME (kkal/kg) 2.900 2.900 2.900 2.750
Protein (%) 18-19 16-17 12-14 15
Lemak Kasar ( %) 4-5 4-7 4-7 5-7
Serat Kasar (%) 4-5 4-5 7-9 7-9
Kalsium (%) 0,90 1-1,20 1-1,20 2,75
Fosfor (%) 0,40 0,35 0,30 0,25
Lisin (%) 0,85 0,60 0,45 0,70

2.2. Komponen Karkas Ayam Kampung Super

Karkas ayam adalah bobot tubuh ayam setelah dipotong dikurangi kepala,

kaki, darah dan bulu serta organ dalam. Kualitas serta bobot karkas dipengaruhi

oleh faktor sebelum pemotongan, umur, jenis kelamin dan ransum serta proses

setelah pemotongan. Antarani et al. (2020). Karkas adalah bagian utama dari

ternak yang telah disembelih, bersih dari bulu, kaki, kepala sampai leher dan isi

dalam atau jeroan. Pada ternak ayam, karkas terdiri dari daging, tulang, kulit, dan
7

lemak. Karkas yang diharapkan adalah karkas dengan kandungan daging yang

banyak dan tulang sedikit (Patriani 2019).

Komponen karkas yang terdiri atas otot, lemak, kulit dan tulang memiliki

kecepatan tumbuh yang berbeda-beda. Pertumbuhan komponen karkas diawali

dengan pertumbuhan tulang, lalu pertumbuhan otot yang akan menurun setelah

mencapai masa pubertas selanjutnya diikuti pertumbuhan lemak yang meningkat

(Saptonugroho 2010)

Selama proses pertumbuhan terjadi perubahan komponen-komponen

tubuh seperti jaringan otot, lemak, tulang dan organ, serta komponen-komponen

kimia seperti air, protein dan lemak tubuh. Widharto dan Marsud (2017)

menyatakan bahwa selama pertumbuhan proporsi tulang, daging dan lemak akan

mengalami perubahan. Pada awal proses pertumbuhan, proporsi tulang akan

mengalami pertambahan lebih cepat dibandingkan dengan daging dan lemak

dikarenakan tulang merupakan struktur utama dari tubuh.

Bagian-bagian karkas adalah bagian dari karkas utuh yang telah dipotong-

potong terdiri atas bagian paha, sayap, dada dan punggung. Massolo et al. (2017)

bagian dada merupakan potongan yang menjadi tolak ukur kualitas karkas ayam

pedaging karena sebagian besar otot sebagai komponen karkas terdapat pada

bagian ini. Pemotongan bagian-bagian karkas dapat meningkatkan daya jual,

karena konsumen dapat dengan bebas memilih bagian mana yang disukai. Selain

itu potongan bagian bagian karkas (ready to cook) juga dipilih karena lebih praktis

dan siap untuk diolah.


8

2.3. Tanaman Singkong

Singkong adalah tanaman rakyat yang telah dikenal diseluruh pelosok

Indonesia. Saat ini produksi singkong di Indonesia telah mencapai kurang lebih 20

juta ton per tahun (BPS 2008). Singkong merupakan hasil pertanian yang

jumlahnya berlimpah dan perlu alternatif lain dalam pemanfaatannya untuk

menunjang program ketahanan pangan sesuai dengan PP Nomor 68 Tahun 2002

tentang ketahanan pangan yang mengatur ketersediaan pangan, cadangan pangan,

penganekaragaman pangan, pencegahan, dan penanggulangan masalah pangan.

(Putri 2012)

Singkong merupakan salah satu jenis tanaman yang tumbuh subur di

daerah tropis seperti Indonesia. Singkong dapat tumbuh dengan baik sepanjang

tahun dan memiliki daya tahan yang tinggi terhadap berbagai jenis kondisi tanah.

Jika dibandingkan dengan jenis tanaman umbi lainnya singkong mempunyai arti

penting bagi pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat selain beras. Umbi yang

dihasilkan dari tanaman singkong dapat dimasak untuk dijadikan sebagai bahan

makanan karena mengandung banyak karbohidrat. Selain umbi, daun singkong

juga dapat dimanfaatkan sebagai sayuran. (Ntelok 2017)

Limbah ikutan tanaman singkong terutama daun dan kulit singkong dapat

dimanfaatkan sebagai pakan, dengan potensi limbah yang sangat besar dan

kebutuhan akan pakan unggas yang juga sangat besar, maka dipandang perlu

untuk mengolah bahan tersebut menjadi bahan pokok atau bahan campuran pakan

ternak khususnya unggas. Dalam proses kegiatan budidaya ternak unggas, pakan
9

menghabiskan biaya sekitar 60-70% dari biaya operasional sehingga perlu

pengelolaan yang efektif dan efisien (Handajani 2011)

Kulit singkong merupakan bagian dari hasil sisa pertanian yang

ketersediaannya melimpah dan memiliki potensi sebagai bahan baku pakan.

Limbah kulit singkong mengandung nutrisi antara lain bahan kering 17,45%,

protein 8,11%, serat kasar 15,20%, lemak kasar 1,29%, kalsium 0,63% dan fosfor

0,22%. (Nurlaili et al. 2013)

2.4. Tepung Kulit Singkong Fermentasi (TKSF)

Tepung kulit singkong fermentasi merupakan salah satu bahan pakan

ternak yang terbuat dari hasil fermentasi kulit singkong menggunakan ragi tempe

yang kemudian dibuat dalam bentuk tepung sebagai pakan alternatif untuk

menekan biaya pakan. Selama fermentasi berlangsung, terjadi perubahan sifat

fisik dan kimia pada kulit singkong. Perubahan fisik yang terjadi yaitu substrat

menjadi lembek, berair dan mengeluarkan aroma harum. Terjadinya perubahan

fisik karena mikroba (kapang) yang melakukan degradasi pada kulit singkong

untuk melakukan proses metabolisme yang kemudian menghasilkan karbohidrat,

air dan sejumlah besar energi (ATP). Selain itu fermentasi dapat meningkatkan

kualitas nutrient bahan pakan melalui kerja enzim yang dihasilkan mikroba

selama proses fermentasi berlangsung (Ali et al. 2019). Terjadinya perubahan

nutrient kulit singkong akibat fermentasi memperbesar kemungkinan bahwa

tepung kulit singkong yang dihasilkan melalui fermentasi kulit singkong dapat

optimal menunjang performa produksi ayam kampung super.


10

Perlakuan fermentasi pada kulit singkong dapat meningkatkan kandungan

protein kasar menurunkan serat kasar serta menurunkan senyawa sianogenik

seperti asam sianida yang terkandung dalam kulit singkong. Fermentasi dapat

menurunkan senyawa sianogenik pada kulit singkong sebesar 86,1%. Hal ini

disebabkan oleh mikroorganisme yang digunakan dalam proses fermentasi

mampu mensekresikan enzim linamarase ekstraseluler sehingga senyawa

sianogenik yang didegradasi pun menjadi lebih banyak (Stephanie dan Purwadaria

2013).

Badan Pusat Statistik Sulawesi Tenggara melaporkan bahwa produksi

singkong pada tahun 2018 sekitar 209.159 ton. Produksi singkong tersebut akan

menghasilkan kulit singkong sebanyak 10%-15% dari berat umbi singkong

sehingga dapat dipastikan sebanyak 20.915,9 ton kulit singkong akan senantiasa

tersedia dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak unggas. Kulit

singkong yang merupakan bagian kulit luar umbi singkong tidak digunakan waktu

penggunaan umbi, akan menjadi alternative sebagai bahan pakan. Kulit singkong

pada awalnya tidak dapat dikonsumsi, karena secara alami kulit singkong

mengandung kadar serat yang tinggi, protein rendah dan kadar toksik, glukosida

dan sianida tinggi (Tijani et al. 2012).

2.5. Penelitian Terdahulu

Hermanto (2019) melakukan penelitian pemanfaatan kulit dan daun

singkong sebagai campuran bahan pakan ternak unggas. Ujicoba pakan unggas

dilakukan dengan memelihara ayam ras broiler yang sudah berumur 20 hari dan

memberi makan ayam dengan pakan berbasis limbah ikutan tanaman singkong
11

dengan formulasi campuran kulit dan daun singkong sebanyak 80% dan bassal

feed 20%, dan pembanding juga di pelihara ayam ras brolier berumur 20 hari dan

diberi makan dengan pakan ayam yang beredar di pasaran (komersil). Rata-rata

kenaikan bobot berat ayam yang diberi makan pakan ayam berbasis limbah ikutan

tanaman singkong selama 15 hari adalah sebesar 40,89% sedang rata-rata

kenaikan bobot berat ayam yang diberi makan pakan ayam komersil adalah

sebesar 49,49%.

Nisak (2016) melakukan penelitian tentang kombinasi tepung kulit pisang

dan kulit ubi dalam ransum terhadap lemak abdomen dan persentase karkas ayam

broiler dengan perlakuan kombinasi TKP dan TKU 0%, 7% , 10% dan

kombinasi TKP dan TKU 13%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian

kombinasi tepung kulit pisang dan kulit ubi dalam ransum ayam broiler sampai

dengan taraf 13% belum mampu meningkatkan persentase karkas dan penurunan

lemak abdomen.

Penelitian yang dilakukan oleh Kila et al. (2017) tentang pengaruh

pemberian limbah kulit ubi kayu dan ampas tahu terfermentasi terhadap berat

karkas dan persentase karkas pada ayam pedaging selama 15 sampai 30 hari

dengan level pemberian 0%, 5%, 10%, 15% dan 20%. Hasil penelitian

menunjukan bahwa penggunaan limbah kulit ubi kayu dan ampas tahu

terfermentasi memberikan hasil yang sangat nyata terhadap berat karkas dan

sangat nyata terhadap persentase karkas. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan

bahwa penggunaan limbah kulit ubi kayu dan ampas tahu terfermentasi sebesar
12

5% memberikan berat karkas tertinggi dan persentase karkas tertinggi yaitu 1400

gram dan 73,7%


13

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 8 minggu Juli-September bertempat

dikandang ayam kampung super usaha mandiri maju terus Desa Matabondu

Kecamatan Tirawuta Kabupaten Kolaka Timur dan Laboratorium Unit Analisis

Pakan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo. Kendari.

3.2. Materi Penelitian

3.2.1. Alat dan bahan

Alat yang digunakan dalam pembuatan tepung kulit singkong fermentasi

terdiri atas parang, gunting, terpal, silo, lakban, baskom, timbangan digital,

penghalus pakan dan kamera.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit singkong kuning

umur 8-12 bulan yang diperoleh dari industri rumahan tape singkong di Desa

Morome Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan, adapun bahan lain ragi

tape, molases dan air.

Kandang yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas kandang ayam

16 petak yang berukuran 1 m x 1 m x 1,5 m yang masing-masing dilengkapi

dengan tempat pakan dan minum dan lampu pijar 60 watt sebagai penghangat dan

penerang.

Tepung kulit singkong fermentasi akan diaplikasikan pada ayam kampung

super umur 14 hari sampai 60 hari (fase pertumbuhan) yang terdiri dari 64 ekor
14

dengan pakan perlakuan terdiri dari kulit singkong fermentasi, RK24, jagung dan

dedak padi.

3.3. Prosedur Penelitian

3.3.1. Penyiapan Kandang dan Peralatan

Kandang penelitian terdiri atas 16 petak kandang dengan ukuran panjang

85 cm, lebar 65 cm dan tinggi 55 cm yang terbuat dari kayu. Setiap petak kandang

diisi dengan 4 ekor ayam. Tempat pakan dan air minum ditempatkan didalam

setiap kandang. Sebelum digunakan, kandang dibersihkan telebih dahulu

menggunakan desinfektan merek glutacap yang disemprotkan pada seluruh sisi

kandang.

P1U1 P3U1 P4U1 P2U1

P3U2 P1U2 P2U2 P4U2

P4U3 P2U3 P1U3 P3U3

P2U4 P4U4 P3U4 P1U4

Gambar 3.1. Tata Letak Kandang

3.3.2. Pembuatan Ransum

a. Pembuatan Tepung Kulit Singkong Fermentasi (TKSF)

Menimbang kulit singkong sebanyak 5 kg kemudian menaburkan ragi

tape sebanyak 8% dari berat bahan, melakukan pencampuran bahan bahan

tersebut hingga homogen setelah itu memasukkan kedalam silo berupa plastik

hitam yang kemudian difermentasi selama 21 hari dengan kondisi terhindar dari

cahaya dan kedap udara. (Susilawati 2012). Setelah 21 hari dilakukan pengeringan
15

dibawa sinar matahari kemudian dihaluskan menjadi tepung menggunakan mesin

penggilingan FFC 23. Proses pembuatan tepung kullit singkong fermentasi dapat

dilihat pada gambar 3.2

Limbah padat industri pengolahan tape singkong

Kulit singkong dikering anginkan

Fermentasi selama 21 hari

Dijemur dibawa sinar matahari

Digiling menggunakan mesin disk milk ffc 23

Siap digunakan untuk ransum ayam kampung super

Gambar 3.2. Proses pembuatan tepung kulit singkong fermentasi

b. Penyusunan Ransum

Ransum yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas bahan pakan

berupa RK24, jagung, dedak padi dan tepung kulit singkong fermentasi (TKSF).

Bahan bahan tersebut dicampur secara manual hingga homogen. Kandungan

bahan pakan, komposisi bahan ransum dan kandungan nutrien ransum dalam

setiap perlakuan yang digunakan pada penelitian ini disajikan pada Tabel 3.1 dan

Tabel 3.2.
16

Tabel 3.1. Komposisi nutrien pakan

Bahan pakan Kadar Protein Serat Lemak Abu EM


Air Kasar Kasar Kasar (kcal/kg)
RK24 12,00a 34,00a 8,00a 3,00a 30,00a 2334,43
Dedak Padi 13,24b 11,92b 7,21b 9,14b 5,63b 2185,7
b b b b
Jagung kuning 15,23 9,49 0,94 4,05 1,98b 3430,00
c c c d
TKSF 7,04 5,68 8,92 1,08 5,69c 2931,75
Sumber a. Label kemasan RK24
b. Hasil analisis laboratorium kimia makanan ternak Fakultas
Peternakan UNHAS (2018)
c. Hasil analsis laboratorium unit analisis pakan ternak Fakultas
Peternakan UHO (2020)
d. Siburian (2019)

Tabel 3.2. Komposisi pakan dan nutrien ransum

Pakan/Nutrisi P1 P2 P3 P4
Pakan
RK24 41,25 42,00 41,53 41,25
Dedak Padi 14,75 14,00 23,64 18,3
Jagung kuning 44,00 39,00 24,83 25,45
TKSF 0 5 10 15
Total 100 100 100 100
Komposisi nutrisi
Protein kasar (%) 19,96 19,93 19,86 19,47
Serat kasar (%) 4,78 5,18 6,15 6,20
Lemak kasar (%) 4,37 4,17 4,52 4,10
EM (Kkal/kg) 2794,54 2770,75 2631,03 2675,63
Keterangan : TKSF (Tepung Kulit Singkong Fermentasi).
P1(Ransum Mengandung 0% TKSF). P2 (Ransum
Mengandung 5% TKSF). P3 (Ransum Mengandung 10%
TKSF). P4 (Ransum Mengandung 15% TKSF)

3.3.3. Pelaksanaan Penelitian

a. Adaptasi Ayam Kampung Super Percobaan

Adaptasi kandang dilakukan selama 7 hari untuk membiasakan ternak

ayam kampung percobaan terhadap ransum dan kondisi perkandangan petakan


17

yang ditunjukkan dengan jumlah ransum yang konstan atau sampai jatah ransum

yang diberikan habis terkonsumsi.

b. Aplikasi Ransum Penelitian

Aplikasi ransum penelitian terhadap ayam kampung super fase grower

dilakukan selama 60 hari. Sebelum perlakuan ransum diberikan, ransum diberikan

kepada ayam percobaan secara adlibitum 2 sampai 3 kali setiap hari pada pukul

07: 00 dan 16 : 00 WITA dimana sebelumnya menimbang pakan sesuai kebutuhan

4 ekor ayam pada setiap perlakuan. Penimbangan sisa pakan dilakukan setiap jam

07 : 00 pagi WITA pada hari berikutnya.

c. Prosedur Pemotongan dan Pengkarkasan

Ayam dipotong pada hari ke 61 dimana sebelum pemotongan ayam

dipuasakan selama 8 jam untuk menghindari bias akibat isi saluran pencernaan.

Kemudian menimbang ayam untuk mengetahui bobot hidup. Pemotongan ayam

dilakukan pada bagian arteri karotis, vena jugularis, tenggorokan dan esophagus.

\Setelah pemotongan, ayam digantung dengan tujuan untuk mempercepat proses

pengeluaran darah. Setelah itu mencelupkan ayam ke dalam air panas dengan

suhu 60-70 ͦ C selama 10-20 detik lalu dikering anginkan selama 3 menit.

Pencabutan bulu dilakukan dengan mencabut semua bulu yang melekat pada

ayam. Selanjutnya dilakukan pengeluaran jeroan, pemotongan kepala, leher dan

kaki ayam hingga yang tersisa hanya bagian karkas. Setelah itu menimbang

karkas dengan timbangan digital dan bagian-bagian karkas dipisahkan antara

tulang, kulit dan daging kemudian ditimbang (Antarani et al. 2020)


18

3.4. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)

dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang digunakan pada penelitian ini

adalah

P1 = Ransum mengandung 0 % TKSF (Tepung Kulit Singkong Fermentasi)


P2 = Ransum mengandung 5 % TKSF (Tepung Kulit Singkong Fermentasi)
P3 = Ransum mengandung 10 % TKS (Tepung Kulit Singkong Fermentasi)
P4 = Ransum mengandung 15 % TKSF (Tepung Kulit Singkong Fermentasi)

Model matematis yang digunakan untuk penelitian ini yaitu:

Yij = µ + αi + 𝜀ij
Keterangan :

Y = Nilai pengamatan pada perlakuan dan ulangan


µ = Nilai rata-rata umum pengaruh perlakuan.
αi = Pengaruh perlakuan ke- i (i = 1. 2. 3 dan 4.)
𝜀ij = Pengaruh galat perlakuan ke-I pada ulangan ke-j (i=1. 2. 3 dan4)
i = Perlakuan ke 1. 2.3. dan 4
j = Ulangan ke 1. 2. 3 dan 4.

3.5. Variabel penelitian

Varibael yang diamati pada penelitian ini adalah persentase komponen

karkas meliputi daging, tulang dan kulit.

a. Berat karkas, diperoleh dengan cara memisahkan bagian darah, bulu,

kepala, kaki, organ dalam, dan saluran tubuh dari tubuh ayam, kemudian

ditimbang (Anggaraeni et al. 2020)

b. Persentase daging (%), diperoleh setelah dilakukan pemisahan antara

tulang dan kulit. Menurut Anggaraeni et al. (2020) persentase daging

dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut


19

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑑𝑎𝑔𝑖𝑛𝑔
Daging (%) = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑟𝑘𝑎𝑠 x 100%

c. Persentase tulang (%), diperoleh setelah pemisahan daging dengan kulit,

sehingga diperoleh tulang karkas. Menurut Anggaraeni et al. (2020)

persentase tulang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut


𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔
Tulang (%) =𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑟𝑘𝑎𝑠 x 100%

d. Persentase kulit (%), diperoleh setelah pemisahan daging dengan tulang,

sehingga diperoleh kulit. Anggaraeni et al. (2020), persentase kulit dapat

dihitung dengan rumus sebagai berikut


𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑢𝑙𝑖𝑡
Kulit (%) =𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑟𝑘𝑎𝑠 x 100%

3.6. Analisis Data

Data dianalisis berdasarkan analisis ragam Rancangan Acak Lengkap

(RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Jika perlakuan menunjukkan pengaruh

nyata maka dilanjutkan dengan uji beda antar perlakuan menggunakan uji lanjut

Duncan Multiple Range Test (DMRT)menggunakan perangkat SPSS


20

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Berat Karkas

Berat karkas diperoleh dengan menimbang karkas yang sudah dipisahkan

dengan bulu, leher, kepala dan organ dalam. Berat karkas merupakan gambaran

dari produksi daging dari seekor ternak dan pengukuran bobot karkas merupakan

suatu faktor yang penting dalam mengevaluasi hasil produksi ternak (Widiyawati

et al. 2020)

Tabel 4.1. Rataan berat karkas (g) ayam kampung super yang diberi pakan
mengandung kulit singkong fermentasi
Perlakuan
Ulangan
P1 P2 P3 P4
1 341 323 425 343
2 314 323 379 276
3 291 338 404 352
4 338 311 388 365
Rataan 321,00± 23,37b 323,75±11,06b 399,00 ±20,18a 334,00±39,71b
Keterangan: Angka yang diikuti superskrip berbeda menunjukkan adanya perbedaan nyata
(P<0,05). P1 = Ransum mengandung 0% tepung kulit singkong fermentasi, P2 =
Ransum mengandung 5% tepung kulit singkong fermentasi, P3 = Ransum
mengandung 10% tepung kulit singkong fermentasi P4 = Ransum mengandung 15%
tepung kulit singkong fermentasi.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian ransum

yang mengandung tepung kulit singkong fermentasi memberikan pengaruh yang

nyata (P<0,05) terhadap berat karkas ayam kampung super. Hasil uji lanjut

menunjukkan bahwa perlakuan P1 berbeda nyata dengan P3 tetapi tidak berbeda

dengan P2 dan P4 sedangkan perlakuan P3 berbeda dengan P1, P2 dan P4.

Tingginya berat karkas pada perlakuan P3 diduga karena pemberian TKSF sampai

10% menjadi level optimal yang dapat direspon baik oleh ayam kampung super.

Hal ini sesuai dengan Shofiyah et al. (2017) bahwa penggunaan tepung kulit
21

singkong terfermentasi dapat dimanfaatkan sebagai pakan alternatif dengan batas

maksimal penggunaan sampai 10%.

Rataan berat karkas dalam penelitian ini lebih rendah dari penelitian

Munira et al. (2016) yang memperoleh berat karkas ayam kampung super yaitu

460 g/ekor – 509,3 g/ekor. Selain itu, penelitian Selviana et al. (2019) bahwa berat

karkas ayam kampung super dengan penambahan kulit singkong dan bakteri asam

laktat sebagai aditif pakan diperoleh dengan kisaran 427,17 g/ekor sampai 480,50

g/ekor. Soeparno (2015) menyatakan bahwa semakin tinggi bobot hidup maka

produksi karkas semakin meningkat. Peningkatan bobot hidup memiliki hubungan

yang erat terhadap berat karkas. Dengan demikian semakin tinggi bobot potong

atau bobot akhir yang dihasilkan selama pemeliharaan maka dapat diperoleh berat

karkas yang tinggi pula begitupun sebaliknya.

4.2. Persentase Kulit Ayam Kampung Super

Kulit unggas berfungsi melindungi permukaan tubuh secara mekanik

terdapat kemungkinan memasukkan zat-zatnya, mengatur temperatur tubuh,

sebagai kelenjar sekresi yaitu keluarnya keringat, tempat berlangsungnya respirasi.

(Rakhmawati 2019)

Table 4.2. Rataan persentase kulit (%) ayam kampung super yang diberi pakan
mengandung kulit singkong fermentasi
Perlakuan
Ulangan
P1 P2 P3 P4
1 9,09 6,81 7,06 6,71
2 8,28 7,43 7,92 6,88
3 9,97 7,1 7,67 8,24
4 7,1 7,72 6,7 7,4
Rataan 8,61±1,22 7,26±0,39 7,34±0,56 7,31±0,68
Keterangan : P1 = Ransum mengandung 0% tepung kulit singkong fermentasi
P2 = Ransum mengandung 5% tepung kulit singkong fermentasi
22

P3 = Ransum mengandung 10% tepung kulit singkong fermentasi


P4 = Ransum mengandung 15% tepung kulit singkong fermentasi

Hasil analisis ragam menunjukan bahwa perlakuan pemberian ransum

yang mengandung tepung kulit singkong fermentasi tidak memberikan pengaruh

nyata (P>0,05) terhadap persentase kulit karkas ayam kampung super. Hasil

penelitian ini tidak menunjukan perbedaan antara keempat perlakuan, hal ini

diduga disebabkan kandungan nutrien pada perlakuan P1, P2, P3 dan P4 sudah

dapat memenuhi kebutuhan ayam untuk pembentukan kulit. Hal ini sesuai

penyataan Nathanael et al. (2015) yang menyatakan bahwa pesentase kulit ayam

yang diberi ransum dengan kandungan nutrisi yang relatif sama akan

menghasilkan persentase kulit cenderung sama.

Jenis kelamin dan umur berpengaruh terhadap bobot karkas, begitu pula

kandungan nutrisi, genetik dan lingkungan mempengaruhi bobot potong, bobot

karkas dan non karkas. Berg (1976) lebih lanjut dinyatakan oleh Pratama (2017)

bahwa bobot kulit dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain bangsa, jenis

kelamin, umur dan kondisi ternak itu sendiri. Kualitas karkas dan kulit ditentukan

oleh penyebaran lemak pada daging, lapisan dalam kulit serta kadar air yang

terdapat pada karkas dan kulit. Siregar (2011) menyatakan bahwa faktor genetik

dan lingkungan mempengaruhi laju pertumbuhan dan komposisi tubuh yang

meliputi distribusi bobot dan komponen karkas.

Rataan persentase bobot kulit karkas ayam kampung super yang diberikan

perlakuan penambahan tepung kulit singkong terfermentasi berkisar 7,26%-

8,61%. Rataan persentase bobot kulit ayam kampung super hasil penelitian ini
23

sesuai dengan penelitian Nathanael et al. (2015) dengan persentase bobot kulit

ayam 8,55% sampai 8,73 %.

4.3. Persentase Daging Ayam Kampung Super.

Daging ayam merupakan bahan makanan bergizi tinggi yang mudah untuk

didapat, rasanya enak, teksturnya empuk, baunya tidak terlalu amis serta harga

yang terjangkau oleh semua kalangan masyarakat sehingga disukai banyak orang

dan sering digunakan sebagai bahan utama dalam pembuatan makanan. Daging

ayam memiliki kandungan nutrisi tinggi karena mengandung karbohidrat, protein,

lemak, mineral dan zat lainnya yang berguna untuk tubuh (Kusumaningrum et al.

2013). Komposisi protein pada daging ayam ini sangat baik karena mengandung

semua asam amino esensial yang mudah dicerna dan diserap oleh tubuh

(Sholaikah 2015).

Table 4.3. Rataan persentase (%) daging ayam kampung super yang diberi pakan
mengandung kulit singkong fermentasi
Pelakuan
Ulangan
P1 P2 P3 P4
1 60,41 60,06 49,65 56,56
2 55,41 59,44 55,67 56,88
3 47,42 57,4 53,96 54,26
4 57,4 60,45 52,58 54,79
Rataan 55,16± 5,55 59,34± 1,36 52,97± 2,55 55,62± 1,29
Keterangan : P1 = Ransum mengandung 0% tepung kulit singkong fermentasi
P2 = Ransum mengandung 5% tepung kulit singkong fermentasi
P3 = Ransum mengandung 10% tepung kulit singkong fermentasi
P4 = Ransum mengandung 15% tepung kulit singkong fermentasi

Hasil analisis ragam menunjukan bahwa perlakuan pemberian ransum

yang mengandung tepung kulit singkong fermentasi tidak memberikan pengaruh

yang nyata (P>0,05) terhadap persentase bobot daging. Perlakuan tidak


24

menunjukan pengaruh yang nyata diduga ada hubungannya dengan kandungan

zat-zat makanan terutama energi dan protein pada keempat perlakuan yang hampir

sama sehingga konsumsi ransumnya juga sama. Konsumsi ransum yang sama

menyebabkan serapan zat zat makanan kedalam tubuh juga sama akibatnya

persentase daging pada keempat perlakuan juga sama. Antarani et al. (2020)

menyatakan bahwa protein berperan penting dalam pertumbuhan otot daging

sehingga ransum dengan kandungan protein yang hampir sama akan

menghasilkan bobot paha yang tidak jauh berbeda.

Suryanah et al. (2016) yang menyatakan bahwa beberapa faktor yang

dapat mempengaruhi persentase boneless ayam diantaranya adalah konsumsi

pakan pada masa pemeliharaan dan penanganan saat pemisahan daging dan

tulang. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Variani et al. (2017) yang

mendapatkan adanya hubungan yang positif antara bobot potong dengan

persentase daging atau boneless ayam.

Persentase daging ayam kampung super pada penelitian ini berkisar antara

52,97 – 59,34%. Hasil yang diperoleh tidak jauh berbeda dengan Sukmawati et al.

(2015) yang menghasilkan persentase daging ayam kampung dengan perlakuan

jus daun pepaya fermentasi pada pakan komersil sebesar 60,10-61,46%.

Persentase daging pada penelitian ini melebihi standar persentase daging ayam

kampung yang ditetapkan oleh Wati et al. (2020) bahwa daging memiliki

persentase sebesar 54% dari bobot karkas


25

4.4. Persentase Bobot Tulang Ayam Kampung Super

Tulang ayam adalah limbah padat yang dalam kehidupan sehari-hari dapat

diasummsikan sebagai sampah atau sisa makanan yang sampai saat ini

pemanfaatannya masih minim. Secara kimia komposisi utamanya adalah garam-

garam terutama kalsium karbonat dan kalsium fosfat serbuk tulang ayam memiliki

potensi sebagai adsorben. Limbah tulang ayam berpeluang untuk dimanfaatkan

sebagai tepung tulang yang kaya akan kalsium dan fosfor karena dalam tulang

ayam terdapat sekitar 28,0-56,3% zat anorganik termasuk di dalamnya kalsium

dan fosfor (Retno 2012).

Table 4.4. Rataan persentase tulang (%) ayam kampung super yang diberi pakan
mengandung kulit singkong fermentasi
Perlakuan
Ulangan
P1 P2 P3 P4
1 30,5 33,13 43,29 36,73
2 36,31 31,27 36,41 36,23
3 42,61 35,5 38,37 37,5
4 35,5 31,83 40,72 37,81
Rataan 36,23±4,97 32,93±1,88 39,70±2,98 37,07±0,72
Keterangan : P1 = Ransum mengandung 0% tepung kulit singkong fermentasi
P2 = Ransum mengandung 5% tepung kulit singkong fermentasi
P3 = Ransum mengandung 10% tepung kulit singkong fermentasi
P4 = Ransum mengandung 15% tepung kulit singkong fermentasi

Hasil analisis ragam menunjukan bahwa perlakuan pemberian ransum

yang mengandung tepung kulit singkong fermentasi tidak memberikan pengaruh

nyata (P>0,05) terhadap persentase bobot tulang. Perlakuan menunjukkan

pengaruh yang tidak nyata diduga karena kandungan kalsium dalam ransum ayam

kampung super pada setiap perlakuan hampir sama dan sesuai standar kebutuhan

ayam kampung, sehingga menyebabkan tidak adanya perbedaan antara keempat


26

perlakuan. Kalsium adalah mineral yang dibutuhkan oleh tubuh untuk berbagai

fungsi fisiologis dalam pemeliharaan jaringan dan pembentukan tulang.

Ngongo et al. (2018) menambahkan bahwa ransum ternak unggas perlu

mengandung kalsium dan fosfor dalam jumlah yang cukup. Kalsium dan fosfor

erat hubungannya dalam pembentukan tulang. Menurut Puspani et al. (2011)

bahwa tulang merupakan komponen fisik karkas yang masak dini, sehingga energi

dan protein serta zat-zat gizi lainnya yang dikonsumsi oleh ayam diprioritaskan

untuk pembentukan komponen tulang. Pertumbuhan dan jaringan tulang

dipengaruhi oleh genetik, pakan, laju pertumbuhan dan bentuk akhir tulang

(Samsudin et al. 2012).

Persentase tulang dalam penelitian ini berkisar antara 32,93%-39,70%.

Hasil yang diperoleh lebih tinggi jika dibandingkan dengan Sukmawati at al.

(2015) yang melaporkan bahwa persentase tulang ayam kampung berkisar antara

21,1 – 23,84%. Lebih lanjut Samsudin et al. (2012) bahwa kisaran persentase

tulang ayam kampung super bervariasi antara 17-25%. Tingginya persentase

tulang ayam kampung super dalam penelitian ini kemungkinan disebabkan oleh

kandungan mineral pakan. Menurut Sari et al. (2014) persentase tulang yang

tinggi akan menghasilkan persentase daging yang rendah.


27

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Pemberian tepung kulit singkong fermentasi dalam ransum ayam kampung

super tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap persentase kulit,

persentase daging dan persentase tulang tetapi memberikan pengaruh yang nyata

(P<0,05) terhadap berat karkas. Pemberian tepung kulit singkong fermentasi pada

level 10% menunjukkan level optimal yang dapat direspon baik oleh ayam

kampung super sementara pemberian TKSF 15% justru menunjukkan penurunan

pada berat karkas ayam kampung super umur 60 hari.

5.2. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan tepung kulit

singkong fermentasi tetapi dengan metode fermentasi berbeda.


28

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiarto S. 2010. Pengaruh pemanfaatan limbah kulit singkong dalam


pembuatan pelet ransum unggas. Jurnal Teknologi Lingkungan. 11(1):
127-138.

Ali N, Agustina dan Dahniar. 2019. Pemberian dedak yang difermentasi dengan
EM4 sebagai pakan ayam broiler. Agrovital. Jurnal Ilmu Pertanian.4 (1)
: 1-4.
Anggraeni PAD, DPMA Candrawati, IGNG Bidura. 2020. Pengaruh pemberian
minyak kalsium dalam ransum komersial terhadap komposisi fisik karkas
ayam broiler. Journal Peternakan Tropika. 8(1) : 202-215.

Antarani I, JT Laihad, Z Poli, dan PRRI Montong. 2020. Penampilan karkas ayam
pedaging dengan pemberian kulit kopi (coffea sp) pengolahan sederhana
substitusi sebagian jagung dengan level yang berbeda. Zootec. 40(1) : 172-
181.

Ashar, MA Pagala, dan T Saili. 2016. Characteristics of qualitative phenotype of


ayam kampung super. Jurnal Ilmiah Peternakan. 1(1) : 1-9

Astuti, I. I. M. Mastika dan G. A. M. K. Dewi. 2016. the effect of diet containing


different dragon fruit peel meal fermentation for productivity of broilers.
Abstrac Proceedings the International Conference on Bioscience (ICON).
Bali.
Bidura, G. 2017. Bahan Ajar Antinutrisi dan Hijauan Pakan Beracun pada
Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Udayana. Denpasar.

Biro Pusat Statistik. 2008. Statistik tanaman pangan. BPS. Jakarta (ID).

Berg, R.T. and R.M. Butterfield. 1976. New Concept Of Cattle Growth. University
Press. Sydney, Australia. (ID)

Handajani. 2011. Optimalisasi substitusi tepung azolla terfermentasi pada pakan


ikan untuk meningkatkan produktivitas ikan nila gift. Jurnal Teknik
Industri. 12(2) : 177-181.

Hermanto F. 2019. Pemanfaatan kulit dan daun singkong sebagai campuran bahan
pakan ternak unggas. Jurnal Riset Teknologi Industri. 13(2) : 284-295.

Jacob CC, JR Leke, CLK Sarajar, dan LMS Tangkau. 2019. Penampilan produksi
ayam kampung super melalui penambahan juice daun gedi (abelmochus
manihot l. medik) dalam air minum. Jurnal Zootec. 39(2) : 362-370.
29

Kaleka N. 2015. Panen Ayam Kampung Super. Solo : Arcita (ID)

Kila LG, ATN Krisnaningsih, dan DLYulianti. 2017. Pengaruh pemberian limbah
kulit ubi kayu dan ampas tahu terfermentasi terhadap berat karkas dan
persentase karkas pada ayam pedaging. Jurnal Sains Peternakan. 5 (2) :
86-91.

Kusumaningrum A, P Widiyaningrum, I Mubarok . 2013. Penurunan total bakteri


daging ayam dengan perlakuan perendaman infusa daun salam (syzygium
polyanthum). Jurnal Mipa. 36(1):14-19.
Massolo R, A Mujnisa, dan L Agustina. 2017. Persentase karkas dan lemak
abdominal broiler yang diberi prebiotik inulin umbi bunga dahlia (dahlia
variabillis). Buletin Nutrisi dan Makanan Ternak. 12(2): 50-58.

Munira S, LO Nafiu, dan AM Tasse. 2016. Performans ayam kampung super


pada pakan yang disubttusi dedak padi fermentasi dengan fermentor
berbeda. Jitro 3 (2) : 21-29.
Nathanael A, D Sunarti dan W Sarengat. 2015. Pengaruh penggunaan tepung
daun katuk (sauropus androgynus) dalam ransum terhadap persentase
potongan komersial karkas, kulit dan meat bone ratio ayam broiler.
Animal Agriculture Journal 5(1): 190-194.

Ngongo DN, NM Yudiastari, And Y Tonga. 2018. Komposisi fisik karkas ayam
broiler yang diberi sorgum (sorghum bicolor L). Gema Agro. 23(2) : 129-
133.

Nisak K. 2017. Kombinasi tepung kulit pisang dan kulit ubi dalam ransum
terhadap lemak abdomen dan persentase karkas ayam broiler. Jurnal
Ilmiah Peternakan. 4(2) : 27-30.

Ntelok ZRE. 2017. Limbah kulit singkong (manihot esculenta l.): alternatif olahan
makanan sehat. Jurnal Inovasi Pendidikan Dasar. 1(1) : 115-121.

Nurlaili F, Suparwi, dan TR Sutardi. 2013. Fermentasi kulit singkong (manihot


utilissima pohl) menggunakan aspergillus niger pengaruhnya terhadap
kecernaan bahan kering (kcbk) dan kecernaan bahan organik (kcbo) secara
in-vitro. Jurnal Ilmiah Peternakan.1(3) : 856-864.

Patriani P. 2019. Persentase boneless, tulang, dan rasio daging-tulang ayam broiler
pada berbagai bobot potong. Jurnal Galung Tropika. 8(3):190 196.
Puspani E, IM Nuriyasa, PMA Candrawati Dsk. 2011. Pengaruh tingkat
penggantian ransum komersial dengan jagung terhadap komposisi fisik
karkas broiler yang dipelihara pada ketinggian tempat (altitude) yang
berbeda. Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar. Ajalah
30

Ilmiah Peternakan. 14(1)

Putri SWA, W Hersoelistyorini. 2012. Kajian kadar protein, serat, hcn, dan sifat
organoleptik prol tape singkong dengan substitusi tape kulit singkong.
Jurnal Pangan dan Gizi. 03(06) : 17-28.

Pratama R. 2017. Hubungan bobot hidup dengan bobot karkas, bobot kepala,
bobot kulit dan bobot jeroan kambing kacang jantan.[Skripsi]. Fakutas
Peternakan Univeritas Jambi.(ID).

Rakhmawati R, M Sulistyoningsih. 2019. Kandungan lemak kulit pada berbagai


jenis ayam konsumsi. Jurnal Biologi dan Pembelajarannya. 6(2): 97-100.

Retno, D Tri. 2012. Pembuatan Gelatin dari Tulang Ayam dengan Proses
hidrolisa. Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi
(SNAST) Periode III, Yogyakarta: Universitas Pembangunan Nasional.

Rusli, MN Hidayat, Rusny, A Suarda, Andi, S, J Syam dan Astati. 2019.


Konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum ayam
kampung super yang diberikan ransum mengandung tepung pistia
stratiotes. Jurnal Ilmu dan Industri Peternakan. 5(2) : 66-76.

Salim E. 2013. Empat Puluh Lima Hari Siap Panen Ayam Kampung Super. Lily
Publisher. Yogyakarta (ID)

Samsudin M, W Sarengat, HN Maulana. 2012. Pengaruh perbedaan lama periode


(starter-finisher) pemberian pakan pada level protein terhadap nisbah
daging tulang dan massa protein daging dada dan paha ayam pelung umur
1 minggu sampai 11 minggu. Animal Agriculture Journal. 1(1): 43-51.
Sari KA, Bambang S, Bambang D. 2014. Efisiensi penggunaan protein pada ayam
broiler dengan pemberian pakan mengandung tepung daun kayambang
(salvinia molesta). Agripet. 14(2): 76-83.

Selviana NM, E Suprijatna, dan LD Mahfudz. 2019. Pengaruh penambahan kulit


singkong fermentasi engan bakteri asam laktat sebagai aditif pakan
terhadap produksi karkas ayam kampung super. Seminar Nasional Dalam
Rangka Dies Natalis UNS ke 43. 3(1).

Shofiyyah S, W Saregat, R Muryani. 2017. pengaruh penggunaan tepung kulit


singkong terfermentasi dalam ransum terhadap performa puyuh jantan.
Jurnal Pengembangan Penyuluhan Pertanian. 14(25) : 100-107.

Sholaikah MI, 2015. Profil protein jaringan otot daging ayam potong pra-
penyembelihan electrical stunning dan non electrical stunning. UIN Syarif
Hidayatullah. Jakarta (ID).
31

Siregar DZ. 2011. Persentase karkas dan pertumbuhan organ dalam ayam broiler
pada frekuensi dan waktu pemberian pakan yang berbeda. [Skripsi].
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor (ID).

Soeparno. 2015. Ilmu dan Teknologi Daging. cetakan ke-6 (edisi revisi). Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta (ID).
Stephanie dan T Purwadaria. 2013. Fermentasi Substrat padat kulit singkong
sebagai bahan pakan ternak unggas. Wartazoa 23(1) : 15-22.
Sukmawati NSM, IP Sampurna, M Wirapartha, NW Siti, IN Ardika. 2015.
Penampilan dan komposisi fisik karkas ayam kampung yang diberi jus
daun pepaya terfermentasi dalam ransum komersial. Majalah Ilmiah
Peternakan. 18(2): 39-43.
Suryanah S, H Nur, dan A Anggraeni. 2017. Pengaruh neraca kation anion
ransum yang berbeda terhadap bobot karkas dan bobot giblet ayam
broiler. Jurnal Peternakan Nusantara. 2(1) : 1-8.

Susilawati E. 2012. Pemanfaatan jerami padi sebagai pakan ternak. Balai


Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi.
Tijani IDR, P Jamal, MZ Alam, and MES Mirghani 2012. Optimazation of
cassava peel medium to an enriched animal feed by the white rot fungi
panus tigrinus M609RQY. Int Food Res19 : 427- 432.
Variani, MA Pagala, dan H Hafid. 2017. Kajian kualitas fisik daging ayam broiler
pada berbagai bobot potong dan pakan komersial yang berbeda. Jurnal
Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis. 4(2) : 40-48

Wati SA, N Zurahman, BL Syaifullah. 2020. Penggunaan fitobiotik


nanoenkapsulasi minyak buah merah untuk meningkatkan persentase
karkas dan meat bone ratio ayam kampung super di Kabupaten
Manokwari. Prosiding Seminar Nasional Pembangunan dan Pendidikan
Vokasi Pertanian. Politeknik Pembangunan Pertanian Manokwari.
Monokwari (ID)
Widharto D, dan W Marsud. 2017. Pengaruh penambahan tepung tulang sotong
(cuttelfish bone) dalam ransum terhadap konsumsi pakan, pertambahan
bobot badan, dan karkas ayam pedaging. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian.
1(2):132-139.
Widiyawati I, O Sjofjan, DN Adli. 2020. Peningkatan kualitas dan persentase
karkas ayam pedaging dengan subtitusi bungkil kedelai menggunakan
tepung biji asam (tamarindus indica L) fermentasi. Jurnal Nutrisi Ternak
Tropis. 3(1) : 35-40
32

Zainuddin D. 2006. Penyusunan ransum dan kebutuhan gizi ayam lokal. materi
pelatihan teknologi budidaya ayam lokal dan itik. Kerjasama Dinas
Peternakan Propinsi Jawa Barat dengan Balai Penelitian Ternak. Jawa
Barat.
33

Lampiran 1.
a. Hasil analisis ragam persentase berat karkas ayam kampung super

Between-Subjects Factors
Value Label N

Perlakuan 1 Ransum mengandung 0% 4


TKSF

2 Ransum mengandung 5% 4
TKSF

3 Ransum mengandung 4
10% TKSF

4 Ransum mengandung 4
15% TKSF

Levene's Test of Equality of Error Variances a

Dependent Variable: Berat karkas

F df1 df2 Sig.

1,902 3 12 ,183

Tests the null hypothesis that the error


variance of the dependent variable is
equal across groups.a

a. Design: Intercept + perlakuan


34

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: berat karkas

Type III Sum Mean


Source of Squares Df Square F Sig.

Corrected 16253,187a 3 5417,729 8,171 ,003


Model

Intercept 1898195,063 1 1898195,063 2862,769 ,000

Perlakuan 16253,187 3 5417,729 8,171 ,003

Error 7956,750 12 663,063

Total 1922405,000 16

Corrected Total 24209,937 15

a. R Squared = ,671 (Adjusted R Squared = ,589)

Estimated Marginal Means

Perlakuan
Dependent Variable: berat karkas
95% Confidence Interval
Perlakuan Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

Ransum mengandung 0% 321,000 12,875 292,948 349,052


TKSF

Ransum mengandung 5% 323,750 12,875 295,698 351,802


TKSF

Ransum mengandung 399,000 12,875 370,948 427,052


10% TKSF

Ransum mengandung 334,000 12,875 305,948 362,052


15% TKSF
35

Homogeneous Subsets

Berat karkas
Duncana,b
Subset
Perlakuan N 1 2

Ransum mengandung 0% TKSF 4 321,0000

Ransum mengandung 5% TKSF 4 323,7500

Ransum mengandung 15% TKSF 4 334,0000

Ransum mengandung 10% TKSF 4 399,0000

Sig. ,510 1,000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 663,063.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.


b. Alpha = ,05.

Profile Plots
36

b. Hasil analisis ragam persentase kulit ayam kampung super

Between-Subjects Factors
Value Label N
Perlakuan 1 Ransum mengandung 4
0% TKSF

2 Ransum mengandung 4
5% TKSF
3 Ransum mengandung 4
10% TKSF
4 Ransum mengandung 4
15% TKSF

Levene's Test of Equality of Error


Variancesa

Dependent Variable: persentase kulit

F df1 df2 Sig.


2,012 3 12 ,166

Tests the null hypothesis that the error


variance of the dependent variable is
equal across groups.a
a. Design: Intercept + perlakuan
37

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable: persentase kulit
Type III Sum Mean
Source of Squares Df Square F Sig.

Corrected 5,132a 3 1,711 2,825 ,084


Model

Intercept 931,328 1 931,328 1537,873 ,000

Perlakuan 5,132 3 1,711 2,825 ,084

Error 7,267 12 ,606

Total 943,727 16

Corrected Total 12,399 15

a. R Squared = ,414 (Adjusted R Squared = ,267)

Estimated Marginal Means

Perlakuan
Dependent Variable: persentase kulit
95% Confidence Interval
Std. Lower Upper
Perlakuan Mean Error Bound Bound

Ransum mengandung 8,609 ,389 7,762 9,457


0% TKSF

Ransum mengandung 7,265 ,389 6,417 8,113


5% TKSF

Ransum mengandung 7,337 ,389 6,489 8,185


10% TKSF

Ransum mengandung 7,306 ,389 6,459 8,154


15% TKSF
38

Homogeneous Subsets

Persentase kulit
Duncana,b
Subset
Perlakuan N 1 2

Ransum mengandung 5% TKSF 4 7,2648

Ransum mengandung 15% TKSF 4 7,3064

Ransum mengandung 10% TKSF 4 7,3372

Ransum mengandubng 0% TKSF 4 8,6093

Sig. ,903 1,000

Means for groups in homogeneous subsets are


displayed.
Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = ,606.


a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.
b. Alpha = ,05.

Profile Plots
39

c. Hasil analisis ragam persentase daging ayam kampung super

Between-Subjects Factors

Value Label N

Perlakuan 1 Ransum mengandung 0% 4


TKSF

2 Ransum mengandung 5% 4
TKSF

3 Ransum mengandung 4
10% TKSF

4 Ransum mengandung 4
15% TKSF

Levene's Test of Equality of Error


Variancesa

Dependent Variable: persentase daging


F df1 df2 Sig.

2,133 3 12 ,149

Tests the null hypothesis that the error


variance of the dependent variable is
equal across groups.a

a. Design: Intercept + perlakuan


40

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable: persentase daging
Type III Sum Mean
Source of Squares df Square F Sig.

Corrected 83,971a 3 27,990 2,741 ,089


Model

Intercept 49768,285 1 49768,285 4873,963 ,000

perlakuan 83,971 3 27,990 2,741 ,089

Error 122,533 12 10,211

Total 49974,788 16

Corrected Total 206,503 15

a. R Squared = ,407 (Adjusted R Squared = ,258)

Estimated Marginal Means

Perlakuan
Dependent Variable: persentase daging
95% Confidence Interval
Std. Lower Upper
Perlakuan Mean Error Bound Bound

Ransum mengandung 55,161 1,598 51,680 58,642


0% TKSF

Ransum mengandung 59,338 1,598 55,857 62,819


5% TKSF

Ransum mengandung 52,964 1,598 49,483 56,446


10% TKSF

Ransum mengandung 55,625 1,598 52,144 59,106


15% TKSF
41

Homogeneous Subsets

Persentase daging
Duncana,b

Subset
Perlakuan N 1 2

Ransum mengandung 10% TKSF 4 52,9644

Ransum mengandung 0% TKSF 4 55,1609 55,1609

Ransum mengandung 15% TKSF 4 55,6249 55,6249

Ransum mengandung 5% TKSF 4 59,3378

Sig. ,284 ,103

Means for groups in homogeneous subsets are


displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 10,211.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.
b. Alpha = ,05.

Profile Plots
42

d. Hasil analisis ragam persentase tulang ayam kampung super

Between-Subjects Factors
Value Label N

Perlakuan 1 Ransum mengandung 0% 4


TKSF

2 Ransum mengandung 5% 4
TKSF

3 Ransum mengandung 4
10% TKSF

4 Ransum mengandung 4
15% TKSF

Levene's Test of Equality of Error


Variancesa
Dependent Variable: persentase tulang
F df1 df2 Sig.

1,541 3 12 ,255

Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is
equal across groups.a

a. Design: Intercept + perlakuan

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable: persentasetulang
Type III Sum Mean
Source of Squares df Square F Sig.

Corrected 93,394a 3 31,131 3,311 ,057


Model

Intercept 21295,525 1 21295,525 2264,905 ,000

perlakuan 93,394 3 31,131 3,311 ,057


43

Error 112,829 12 9,402

Total 21501,749 16

Corrected Total 206,223 15

a. R Squared = ,453 (Adjusted R Squared = ,316)

Estimated Marginal Means

Perlakuan

Dependent Variable: persentase tulang


95% Confidence Interval
Std. Lower Upper
perlakuan Mean Error Bound Bound

Ransum mengandung 36,230 1,533 32,889 39,570


0% TKSF

Ransum mengandung 32,933 1,533 29,593 36,273


5% TKSF

Ransum mengandung 39,698 1,533 36,358 43,039


10% TKSF

Ransum mengandung 37,069 1,533 33,728 40,409


15% TKSF

Homogeneous Subsets

Persentase tulang
Duncana,b

Subset
Perlakuan N 1 2

Ransum mengandung 5% TKSF 4 32,9330

Ransum mengandung 0% TKSF 4 36,2297 36,2297


44

Ransum mengandung 15% TKSF 4 37,0687 37,0687

Ransum mengandung 10% TKSF 4 39,6984

Sig. ,094 ,153

Means for groups in homogeneous subsets are


displayed.
Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 9,402.


a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.
b. Alpha = ,05.

Profile Plots
45

Lampiran 2. Dokumentasi penelitian

PERSIAPAN KULIT SINGKONG


46

PEMBERSIHAN DAN PENGGILINGAN KULIT SINGKONG


47

PENCAMPURAN PAKAN DAN PEMBERIAN AIR MINUM


48

PEMBERIAN VAKSIN TETAS MATA (ND IB ) PADA DOC


AYAM KAMPUNG SUPER
49

PENCAMPURAN RAGI TEMPE DAN KULIT SINGKONG UNTUK


DIFERMENTASI
50

PENIMBANGAN PAKAN AYAM KAMPUNG SUPER


51

PENJEMURAN DAN MENGGILING KULIT SINGKONG

n
52

PENIMBANGAN AYAM KAMPUNG SUPER


53

Anda mungkin juga menyukai