SKRIPSI
Oleh :
SKRIPSI
Oleh :
i
ii
KATA PENGANTAR
Penulis
iii
iv
EFFECT OF TAPIOCA FLOUR SUBSTITUTION WITH
MOCAF FLOUR TO CHEMICAL QUALITIES
AND GROSS ENERGY OF
BEEF MEATBALLS
ABSTRACT
v
vi
PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG TAPIOKA
DENGAN TEPUNG MOCAF TERHADAP
KUALITAS KIMIA DAN GROSS ENERGY
BAKSO DAGING SAPI
RINGKASAN
vii
gross energy. Data hasil pengamatan dianalisis metode analisis
ragam (ANOVA).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa substitusi tepung
mocaf pada pembuatan bakso memberikan pengaruh nyata
(P<0,05) terhadap kadar karbohidrat dan tidak memberikan
pengaruh nyata (P>0,05) terhadap kadar air, kadar abu, kadar
protein, kadar lemak dan gross energy. Rataan nilai kadar air P0
(67.63±1.41); P1 (67.45±0.56); P2 (68.40±1,03); P3
(68,83±0,38) dan P4 (69,08±00,34). Rataan nilai kadar abu P0
(1.87±0.14); P1 (1,73±0,15); P2 (1.65±0.23); P3 (1,89±0,27);
P4 (1,95±0,15). Rataan nilai kadar protein P0 (9,01±0,35); P1
(9,50±074); P2 (9.76±0.35); P3 (10,14±0,91) dan P4
(9.72±0.08). Rataan nilai kadar lemak P0 (0,07±0,03), P1
(0,11±0.03); P2 (0,10±0,04); P3 (0.09±0.02) dan P4
(0,12±0,04). Rataan nilai kadar karbohidrat P0 (21.42±1.75);
P1 (21.21±0.94); P2 (20.09±1.17); P3 (19.05±0.94) dan P4
(18.71±0.74). Rataan nilai gross energy P0 (4010.77±193.46);
P1 (4339.79±312.14); P2 (3990.40±98.93); P3
(4197.28±101.95) dan P4 (3972.06±67.09). penggunaan tepung
mocaf sebagai substitusi tepung tapioka pada bakso daging sapi
didapat perlakuan terbaik pada P2 (substitusi tepung mocaf
50%) berdasarkan kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar
lemak, kadar karbohidrat dan gross energy.
viii
DAFTAR ISI
Isi Halaman
Tabel Halaman
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Prosedur Uji Kadar Air ......................................... 51
2. Prosedur Uji Kadar Abu ........................................ 52
3. Prosedur Uji Kadar Protein ................................... 53
4. Prosedur Uji Kadar Lemak.................................... 54
5. Prosedur Uji Kadar Karbohidrat ........................... 55
6. Prosedur Uji Gross Energy.................................... 56
7. Data Analisis Kadar Air ........................................ 57
8. Data Analisis Kadar Abu ...................................... 59
Data Analisis Kadar Protein .................................. 61
9. Data Analisis Kadar Lemak .................................. 63
10. Data Analisis Kadar Karbohidrat .......................... 65
11. Data Analisis Gross Energy .................................. 68
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Tepung tapioka memiliki tingkat elastisitas yang tinggi dan
dapat mencegah agar bakso tidak berkeriput dan berlubang
seperti pori-pori, tetapi tidak bisa cepat masak pada suhu
rendah. Lama waktu yang digunakan untuk memasak bakso
perlu diperhatikan agar seluruh permukaan hingga bagian
tengah bakso bisa matang ketika digoreng atau direbus ulang.
Penggunaan tepung tapioka untuk adonan bakso bisa
dikombinasikan dengan jenis tepung lainnya (Yuyun, 2008).
Mocaf (modified cassava flour) adalah produk tepung dari
ubi kayu yang diproses menggunakan prinsip memodifikasi sel
ubi kayu secara fermentasi. Mikroba yang tumbuh
menyebabkan perubahan karakteristik dari tepung yang
dihasilkan berupa naiknya viskositas, kemampuan gelasi, daya
rehidrasi, dan kemudahan melarut. Secara umum proses
pembuatan mocaf meliputi tahap-tahap penimbangan,
pengupasan, pemotongan, perendaman (Fermentasi), dan
pengeringan. Karakteristik mocaf diduga dipengaruhi oleh jenis
kultur yang ditambahkan saat fermentasi, penambahan kultur
juga berpengaruh terhadap lama waktu fermentasi ubi kayu
(Amanu dan Susanto, 2014).
Tepung mocaf merupakan komoditas tepung cassava
dengan teknik fermentasi sehingga produk yang dihasilkan
memiliki karakteristik mirip seperti terigu, yaitu putih, lembut,
dan tidak berbau singkong. Dengan karakterisrik yang mirip
dengan terigu, tepung mocaf dapat menjadi komoditas subtitusi
tepung terigu. Indonesia memiliki tingkat permintaan yang
tinggi terhadap tepung terigu, baik oleh industri atau rumah
tangga. Kapasitas produksi tepung terigu di Indonesia masih
rendah, tingginya permintaan tepung terigu menyebabkan harga
tepung terigu yang tinggi (Kurniati dkk, 2012).
Tepung mocaf dapat digunakan sebagai pengganti dari
tepung tapioka. Tepung mocaf dapat dijadikan bahan baku
berbagai jenis bahan makanan salah satunya adalah bahan
pembuatan bakso. Komposisi kimia tepung mocaf tidak jauh
berbeda dengan tepung tapioka, tepung mocaf mempunyai
karakteristik fisik dan organoleptik yang spesifik jika
dibandingkan dengan tepung singkong pada umumnya.
2
Kandungan protein tepung mocaf lebih rendah dibandingkan
tepung singkong, dimana senyawa ini dapat menyebabkan
warna coklat ketika pengeringan atau pemanasan. Dampaknya
adalah warna tepung mocaf yang dihasilkan lebih putih jika
dibandingkan dengan warna tepung singkong biasa.
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh substitusi tepung mocaf
terhadap kualitas kimia dan gross energy bakso sapi.
1.4 Manfaat
Manfaat penelitian ini adalah mengetahui alternatif bahan
lain yang dapat digunakan sebagai pengganti tepung tapioka
dalam pembuatan bakso ditinjau dari segi kandungan kimia dan
gross energy dari bakso sapi. Diharapkan hasil penelitian ini
mampu memberikan informasi dan pertimbangan dalam
penggunaan tepung mocaf sebagai bahan pembuatan bakso.
4
perkembangan produk pangan lokal Indonesia (Hanifa, R. , A.
Hintono dan Y.B. Pramono, 2013).
1.6 Hipotesis
Substitusi tepung tapioka dengan tepung mocaf tidak
berpengaruh terhadap kualitas kimia dan gross energy bakso
daging sapi.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bakso
Bakso merupakan salah satu makanan yang sering
dikonsumsi oleh kebanyakan masyarakat Indonesia. Bakso
merupakan makanan yang biasanya berbentuk bulat dan dibuat
dari campuran daging sapi atau ikan, tepung, putih telur,
bumbu-bumbu seperti bawang putih, bawang merah, merica
yang digiling dan kemudian direbus dengan air mendidih (Sirat
dan Sukesi, 2012). Bakso yang dipasarkan di Indonesia
seharusnya memenuhi syarat kualitas Standart Nasional
Indonesia (SNI), seperti yang terlihat pada Tabel 1.
7
tekstur dan stabilisasi antara lemak dan air dalam produk olahan
daging (Lan et al., 1995).
Proses pembuatan bakso terdiri atas empat tahap, yaitu: (1)
penghancuran daging; (2) pembuatan adonan; (3) pencetakan
bakso dan (4) pemasakan. Pada proses penggilingan daging,
suhu akan meningkat akibat panas saat penggilingan. Suhu yang
diperlukan untuk mempertahankan stabilitas emulsi adalah
kurang dari 20°C (Sutaryo dan Mulyani, 2004). Pembuatan
bakso daging, kesegaran dan jenis daging sangat mempengaruhi
mutu dari bakso tersebut, oleh karena itu, digunakan jenis
daging yang baik dan bermutu tinggi. Sebaiknya dipilih jenis
daging yang masih segar, berdaging tebal dan tidak banyak
lemak sehingga rendemennya tinggi. Cara pengolahan bakso
juga sangat mempengaruhi mutu bakso yang dihasilkan
(Wibowo, 2009).
Bakso merupakan salah satu produk emulsi dari daging
yang sangat terkait dengan kemampuannya untuk mengikat air
dan lemak untuk menstabilkan emulsi selama pengolahan dan
penyimpanan. Daya ikat air dipengaruhi oleh tinggi rendah nilai
pH (Hatta dan Murpiningrum, 2012).
8
terhadap kontaminasi mikroba. Hal ini disebabkan karena
daging mempunyai pH dan kelembaban yang sesuai untuk
pertumbuhan mikroba (Dewi, 2012).
Daging sebagai bahan utama pembuat bakso dapat berasal
dari berbagai jenis ternak. Hampir semua bagian daging dapat
digunakan untuk membuat bakso. Jenis daging yang sering
digunakan antara lain daging penutup, pendasar gandik,
lamusir, paha depan, dan iga. Umumnya daging yang digunakan
untuk membuat bakso adalah daging segar, yaitu yang diperoleh
segera setelah pemotongan hewan tanpa mengalami proses
penyimpanan (Koswara, 2009). Daging sapi merupakan bahan
utama dalam pembuatan bakso. Bakso dengan rasa daging sapi
paling banyak digemari diantara jenis bakso lainnya. Rasa
bakso sapi dipengaruhi oleh kualitas daging sapi yang
digunakan. Daging sapi selain mempengaruhi rasa tentu juga
mempengaruhi harga jual (Padmaningrum dan Purwaningsih,
2007). Kandungan nutrisi dalam daging sapi dapat dilihat pada
Tabel 2.
9
2.3 Tepung Mocaf
Tepung mocaf (modified cassava flour) merupakan sejenis
tepung yang dibuat dari ubi kayu, prinsip pembuatannya adalah
dengan memodifikasi ubi kayu dengan mikrobia. Mikrobia
yang tumbuh menghasilkan enzim yang dapat menghancurkan
dinding sel singkong, sehingga terjadi perubahan granula pati.
Mikrobia tersebut juga menghasilkan enzim- enzim yang
menghidrolisis pati menjadi gula dan selanjutnya mengubahnya
menjadi asam-asam organik, terutama asam laktat. Hal ini
menyebabkan karakteristik dari tepung yang dihasilkan berupa
naiknya viskositas, daya rehidrasi, dan kemudahan melarut.
Demikian pula cita rasa mocaf menjadi netral dengan menutupi
cita rasa singkong sampai 70% (Nusa, Suarti dan Alfiah, 2012).
Biomassa hasil pertanian dalam bentuk tepung selain
memiliki sifat-sifat yang baik seperti kadar air rendah, nilai gizi
memadai, mudah di kemas, diangkat dan didistribusikan juga
sangat fleksibel dan luwes untuk diolah menjadi beraneka
ragam produk olahan berbasis tepung. Selama ini singkong
hanya diolah menjadi tepung gaplek yang mempunyai nilai
ekonomi yang masih rendah, namun kini singkong dapat diolah
dengan mutu lebih baik yaitu dengan pembuatan tepung mocaf
(Sunarsi, Sugeng, Wahyuni dan Ratnaningsih, 2011).
Komposisi kimia pada tepung mocaf bisa dilihat pada Tabel 3.
10
Prinsip pembuatan tepung mocaf adalah memodifikasi sel
ubi kayu secara fermentasi dengan memanfaatkan mikroba
BAL (Bakteri Asam Laktat) yang mampu menghasilkan enzim
pektinolitik dan selulolitik serta asam laktat, sehingga tepung
yang dihasilkan memiliki karakteristik dan kualitas hampir
menyerupai terigu (Hersoelistyorinil, Dewi dan Kumoro,
2015). Mocaf juga mempunyai karakteristik yang
menguntungkan dibanding tepung atau bahan lain seperti
beraroma dan bercitarasa khas, warna mocaf lebih putih
dibanding tepung gaplek, kandungan serat terlarut pada mocaf
lebih tinggi dari tepung gaplek, dan kandungan mineral pada
mocaf lebih tinggi dibanding gandum dan padi. Karakteristik
tersebut membawa dampak yang sangat baik bagi pemanfaatan
mocaf, karena mocaf mempunyai daya kembang setara dengan
tepung terigu protein sedang (Handayani, 2014).
Mocaf memiliki keunggulan dibandingkan dengan tepung
ubi kayu biasa yaitu, warna tepung lebih putih, viskositas lebih
tinggi, daya rehidrasi lebih baik, dan cita rasa ubi kayu dapat
tertutupi, sehingga mocaf memiliki aplikasi yang lebih luas
dibandingkan dengan tepung ubi kayu biasa dan sangat
berpotensi untuk mensubtitusi terigu dalam pembuatan
berbagai makanan (Efendi, 2010).
11
membentuk gel dan fraksi tidak terlarut (amilopektin) (Usmiati,
2009). Tapioka memiliki kadar amilosa 17% dan amilopektin
83%. Proporsi kandungan amilosa dan amilopektin dalam pati
menentukan sifat produk olahan; makin sedikit kandungan
amilosa, makin lekat produk olahannya (Herawati, 2010).
Komposisi kimia tapioka dapat dilihat pada Tabel 4.
12
Tabel 5. Kandungan gizi bawang putih per 100 gram
Kandungan Gizi Bawang Putih
kalori 122 Kal
protein 7g
lemak 0,30 g
Besi 1,20 mg
Air 66,20-71 g
Serat 1,10 g
Sumber: Direktorat Gizi, 1979
13
2.4.4 Garam
Garam merupakan unsur penting dan umum dalam
makanan olahan. Penggunaan garam dalam makanan olahan
memerlukan standar khusus, sehingga dikenal standar garam
industry dan garam konsumsi. Garam merupakan komuditas
yang tidak bisa tidak harus selalu tersedia di pasar (Nur dkk.,
2013). Penggunaan garam dapur pada pengolahan makanan
khususnya dalam pembuatan bakso sangat diperlukan, selain
sebagai pemberi rasa awet dapat juga sebagai perbaikan mutu
bakso agar menjadi lebih kenyal (Faradila, Alioes, Elmatris,
2014). Garam berbeda-beda dalam komposisinya. Tergantung
pada lokasi, namun biasanya mengandung lebih dari 95% NaCl
(Rositawati, Taslim, Soetrisnanto, 2013). Umumnya
pemanfaatan garam adalah untuk memperbaiki cita rasa,
penampilan, dan sifat fungsional produk yang dihasilkan.
Secara umum, garam berfungsi sebagai pengawet, penambah
cita rasa maupun untuk memperbaiki penampilan tekstur
(Assadad dan Utomo, 2011). Komposisi garam dapur dapat
dilihat pada Tabel 6.
14
2.4.5 Lada
Lada hitam/merica hitam (Piperis nigri fructus) berasal
dari tanaman Piper nigrum L (Piperaceae) digunakan oleh
masyarakat sebagai bumbu dapur untuk menambah cita rasa
masakan. Bau khas aromatik, rasa pedas, hangat dan sedikit
pahit dari lada hitam bermanfaat sebagai penyegar, penghangat
badan, merangsang semangat dan meningkatkan sekresi
keringat (Sumarny, Rahayu, Sandhiutami, Mory, 2013). Lada
(Piper ningrum Linn) merupakan salah satu jenis tanaman
rempah penting, baik dari segi kegunaannya yang khas, tidak
bisa digantikan dengan tanaman rempah lain maupun sebagai
komoditas penghasil devisa negara (Nurasa dan Supriatna,
2002).
Lada atau merica (Peper ningrum Linn) merupakan jenis
rempah berupa bijian berwarna keputih-putihan. Dalam
industry makanan lada dipergunakan untuk pengawet daging
dan bumbu penyedap masakan. Penambahan lada dalam
masakan menghasilkan rasa dan aroma cukup tajam, biasanya
disebut pedas (Yustina, Nurvia dan Aniswatul, 2012).
Lada mengandung sejumlah mineral seperti kalium,
kalsium, seng, mangan, besi, dan magnesium. Kalium
merupakan komponen penting dari sel dan cairan tubuh yang
membantu mengontrol detak jantung dan tekanan darah.
Mangan digunakan oleh tubuh sebagai faktor rekan untuk
enzim antioksidan, superoksida dismutase. Besi sangat penting
untuk respirasi sel dan produksi sel darah. Buah lada
mengandung beberapa sumber vitamin yang berkhasiat sebagai
antioksidan seperti vitamin A dan vitamin C (Risfaheri, 2012).
2.4.6 Es Batu
Es batu dikenal sebagai air yang dibekukan. Pembekuan ini
terjadi bila air didinginkan di bawah 0ºC. Air yang digunakan
dalam pembuatan es batu haruslah air yang higienis dan
memenuhi standar sanitasi (Hadi, Bahar dan Semiarti, 2014).
15
Es atau air es ini sangat penting dalam pembentukan tekstur
bakso. Dengan adanya es ini, suhu dapat dipertahankan tetap
rendah sehingga protein daging tidak terdenaturasi akibat
gerakan mesin penggiling dan ekstraksi protein berjalan dengan
baik. Penggunaan es juga berfungsi menambahkan air ke
adonan sehingga adonan tidak kering selama pembentukan
adonan maupun selama perebusan, penambahan es juga dapat
meningkatkan rendemennya, untuk itu dapat digunakan es
sebanyak 10-15% dari berat daging atau bahkan 30% dari berat
daging (Sudarwati, 2007).
16
terdiri dari unsur-unsur mineral. Unsur mineral juga dikenal
sebagai zat organik atau kadar abu (Riansyah, Supriadi dan
Nopianti, 2013). Bahan organik akan hilang dengan
pembakaran suhu tinggi dan menyisakan bahan an-organik
yang disebut abu. Kandungan abu perlu diketahui dari setiap
bahan, karena kandungan abu dapat menentukan kualitas bahan
dan kemurnian bahan (Nugraha, 1997).
17
sebagai sesuatu yang larut dalam pelarut organik seperti eter,
benzene dan kloroform serta tidak larut dalam air. Makanan
yang tidak dimodifikasi seperti daging, susu dan ikan, lemaknya
berupa campuran yang terdiri dari banyak senyawa dengan
trigliserida sebagai bagian utama (De man, 1997).
Lemak adalah salah satu komponen makanan multifungsi
yang sangat penting untuk kehidupan. Selain memiliki sisi
positif, lemak juga mempunyai sisi negatif terhadap kesehatan.
Fungsi lemak dalam tubuh antara lain sebagai sumber energi,
bagian dari membran sel, mediator aktivitas biologis antar sel,
isolator dalam menjaga keseimbangan suhu tubuh, pelindung
organ-organ tubuh serta pelarut vitamin A, D, E, dan K.
Penambahan lemak dalam makanan memberikan efek rasa lezat
dan tekstur makanan menjadi lembut serta gurih. Dalam tubuh,
lemak menghasilkan energi dua kali lebih banyak dibandingkan
dengan protein dan karbohidrat (Sartika, 2008).
18
adalah semua bahan pangan pokok pada umumnya; misalnya:
beras, ketela, jagung, gandum, sagu dll (Huwae, 2014).
Karbohidrat memiliki rumus umum Cn(H2O)n atau (CH2O)n
dan masih dibagi lagi ke dalam empat kelompok yaitu
monosakarida, disakarida, oligosakarida dan polisakarida.
Monosakarida berasa manis, larut dalam air, dapat dikristalkan
dan disebut dengan gula reduksi. Monosakarida yang banyak
terdapat di dalam tumbuhan ialah glukosa dan fruktosa yang
keduanya isomer satu dengan yang lain, sedangkan disakarida
yang banyak terdapat di dalam tumbuhan adalah sukrosa,
maltosa dan selobiosa (Fitriningrum, Sugiyarto dan Susilowati,
2013).
19
20
BAB III
METODE PENELITIAN
3.2.1 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain :
1. Tepung Tapioka
2. Tepung Mocaf
3. Bawang Putih
4. Bawang Merah Goreng
5. Lada
6. Garam
7. Es Batu
3.2.2 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain :
1. Meat Grinder
2. Pisau
3. Sarung Tangan Plastik
4. Kompor
5. Panci
6. Peniris
7. Sendok
21
3.3 Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian adalah
percobaan dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK).
Pemilihan metode RAK karena sumber pengelompokan
berdasarkan dari pembelian daging di hari yang berbeda. Rasio
penggunaan tepung mocaf (TM) dan tepung tapioka (TP)
dengan 5 perlakuan 4 kelompok, meliputi:
P0 : TM 0% TP 100% (dari 20% berat daging)
P1 : TM 25% TP 75% (dari 20% berat daging)
P2 : TM 50% TP 50% (dari 20% berat daging)
P3 : TM 75% TP 25% (dari 20% berat daging)
P4: TM 100% TP 0% (dari 20% berat daging)
22
3.3.1 Pembuatan Bakso
Cara pembuatan bakso daging sapi dalam penelitian ini,
yaitu:
- Daging dipotong kecil-kecil.
- Digiling menggunakan meat grinder.
- Dicampur dengan bahan lain (tepung, bawang putih,
bawang merah goreng, gula, garam, merica bubuk, putih
telur dan es batu).
- Digiling dengan mixer sampai halus dan homogen.
- Adonan dicetak bulat-bulat dengan tangan dan
dimasukkan dalam air mendidih sampai mengapung.
- Dipertahankan selama 10 menit.
- Bakso diangkat menggunakan peniris bakso lalu
didinginkan.
- Diagram alir pembuatan bakso daging sapi dapat dilihat
pada Gambar 2.
23
Daging Sapi
Dicetak bulat-bulat
Bakso
25
Kualitas Kimia : Penilaian kualitas bakso
berdasarkan kadar air, kadar abu,
kadar protein, kadar lemak, dan
kadar karbohidrat.
26
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
27
Hasil analisis didapatkan bahwa perlakuan substitusi
tepung mocaf tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap kadar
air bakso daging sapi. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan
tepung mocaf sebagai substitusi tepung tapioka sebagai filler
dalam pembuatan bakso daging sapi dapat mempertahankan
kadar air pada bakso. Pada Tabel 8 dapat dilihat nilai rata-rata
analisis kimia kadar air berkisar antara 67.45% sampai dengan
69,08%. Nilai rata-rata kadar air terendah diperoleh dari
perlakuan bakso daging sapi dengan substitusi tepung mocaf
25% (P1), sedangkan nilai rata-rata kadar air tertinggi diperoleh
dari substitusi tepung mocaf sebesar 100% (P4). SNI 01-3818-
1995 tentang bakso daging mensyaratkan kadar air maksimal
pada bakso adalah 70%, dalam penelitian ini hasil kadar air dari
P0, P1, P2, P3 dan P4 pada bakso yang dibuat semua memenuhi
standar yang telah ditentukan.
Hasil rata-rata kadar air cenderung meningkat seiring
semakin banyak substitusi tepung mocaf yang diberikan pada
bakso. Tepung tapioka memiliki kandungan amilopektin yang
lebih tinggi dan amilosa lebih rendah dari tepung mocaf.
Amilosa memiliki sifat mudah menyerap air, sedangkan
amilopektin bersifat lekat dan cenderung membentuk gel bila
disuspensikan dengan air.
Pati terdiri dari dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air
panas. Fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi yang tidak
terlarut disebut amilopektin. Pada umumnya pati mengandung
amilopektin lebih banyak daripada amilosa. Perbandingan
amilosa dan amilopektin ini mempengaruhi sifat kelarutan dan
derajat gelatinisasi pati (Rohmah, 2013). Amilosa memiliki
kemampuan mengikat air yang tinggi sehingga akan
mempengaruhi kestabilan viskositasnya dan konsistensi gel
yang cenderung lunak. Kadar amilosa yang lebih banyak akan
berpengaruh terhadap proses hidrasi menjadi lebih cepat yang
cenderung meningkatkan viskositasnya, akan tetapi diperlukan
suhu yang tinggi dan waktu yang lama untuk mencapai proses
gelatinasi. Amilopektin memiliki kemampuan menahan air
yang lebih rendah dibanding amilosa sehingga berpengaruh
terhadap viskositas maupun konsistensi gel. Tinggi rendahnya
28
kedua komponen pembentuk pati berpengaruh terhadap
viskositas yang akan membentuk daya lengket (Suarni, 2005).
Widyastuti (1999) menyatakan bahwa penurunan kadar air
dikarenakan semakin banyak tepung tapioka yang di substitusi
akan mengurangi daya ikat air. Penurunan kadar air bakso
disebabkan oleh bahan pengisi yang ditambahkan berupa
karbohidrat (pati/amilopektin) yang mengakibatkan
meningkatkan ikatan butiran pati dan protein. Meningkatnya
ikatan butiran pati dan protein mengakibatkan air tidak dapat
terserap secara maksimal. Musita (2009) menambahkan,
tingginya daya serap air berkaitan dengan kadar amilosa dalam
tepung. Semakin tinggi kadar amilosanya maka daya serapnya
semakin tinggi.
31
Sumber protein yang terdapat pada ubi kayu adalah asam amino
metionin.
Kadar protein dalam tepung mocaf lebih tinggi tetapi tidak
jauh berbeda dengan tepung tapioka karena saat proses
fermentasi terjadi degradasi yang disebabkan oleh aktifitas
mikroba. Mumba, Maria dan Sifera (2013) menyatakan, selama
proses fermentasi mocaf terjadi kehilangan komponen
penimbul warna, dan protein yang ada pada tepung mocaf dapat
menyebabkan warna coklat ketika pemanasan.
33
(substitusi tepung mocaf 100%) dan tertinggi adalah perlakuan
P0 (substitusi tepung mocaf 0%).. Hasil analisis keragaman
menunjukkan bahwa perlakuan penambahan tepung mocaf
dengan konsentrasi berbeda berbeda nyata (p<0,05) terhadap
kadar karbohidrat bakso sapi. Nilai rata-rata perlakuan
penambahan konsentrasi tepung mocaf terhadap kadar
karbohidrat bakso sapi dapat dilihat pada Tabel 12.
34
memiliki granula berbentuk oval, berukuran 5-35 mikron, kadar
amilosa 17%, kadar amilopektin 83%.
36
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa dengan penggunaan tepung mocaf sebagai
substitusi tepung tapioka pada bakso daging sapi untuk kadar
air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, kadar karbohidrat
dan gross energy didapat perlakuan terbaik pada substitusi
tepung mocaf sebanyak 50%.
5.2 Saran
Disarankan untuk meneliti lebih lanjut tentang kadar serat
kasar dari bakso daging sapi menggunakan tepung mocaf
sebagai substitusi tepung tapioka untuk mengetahui
keseluruhan kualitas kimia bakso daging sapi dengan substitusi
tepung mocaf.
37
38
DAFTAR PUSTAKA
39
____. 2000. Garam Dapur. SNI 01-3556-2000. Badan
Standarisasi Nasional. Jakarta.
40
Hadi, B., E. Bahar, R. Semiarti. 2014. Uji Bakteriologis Es Batu
Rumah Tangga yang digunakan Penjual Minuman di
Pasar Lubuk Buaya Kota Padang. Jurnal Kesehatan
Andalas. 3 (2).
41
Teknologi Pertanian Universitas Gajah Mada dengan PT.
Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills.
42
Media. Jurnal Pusat Penelitian Bioteknologi-LIPI.
Makara, Kesehatan. 6 (3).
43
Nugraha, E. 1997. Modifikasi Faktor Suhu dan Waktu pada
Metoda Penetapan Kadar Abu. Lokakarya Fungsional
Non Peneliti.
44
Purbowati, E., C.I. Sutrisno, E. Baliarti, S.P.S. Budhi dan W.
Lestariana. 2008. Pemanfaatan Energi Pakan Komplit
Berkadar Protein-Energi Berbeda Pada Domba Lokal
Jantan yang Digemukkan Secara Feedlot. J.
Indon.Trop.Anim.Agric. 33 (1).
45
Riansyah, A., A. Supriadi dan R. Nopianti. 2013. Pengaruh
Perbedaan Suhu dan Waktu Pengeringan Terhadap
Karakteristik Ikan Asin Sepat Siam (Trichogaster
pectoralis) dengan Menggunakan Oven. Fakultas
Pertanian Universitas Sriwijaya. Indralaya Ogan Ilir. 2
(1).
46
dan Tapioka) Terhadap Sifat Fisik, Kimia dan
Organoleptik. Skripsi. Jurusan THP-FTP. Universitas
Brawijaya. Malang.
47
Sumarny, R., L. Rahayu, N. M. D. Sandhiutami dan L. Mory.
2013. Efek Stimulansia Infus Lada Hitam (Piperis nigri
fructus) Pada Mencit. Jurnal Ilmu Kefarmasian
Indonesia. 11 (2): 142-146.
48
Widyastuti, E. S. 1999. Studi Tentang Penggunaan Tapioka,
Pati Kentang Dan Pati Modifikasi Dalam Pembuatan
Bakso Daging Sapi. Tesis. Program Studi Teknologi
Hasil Ternak. Pascasarjana. Universitas Brawijaya.
Malang.
49
50