AMINO L - GLUTAMIN
SKRIPSI
Oleh :
MAKMUR
I111 13 022
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
i
PERFORMA AYAM KAMPUNG FASE LAYER HASIL IN OVO FEEDING ASAM
AMINO L - GLUTAMIN
SKRIPSI
Oleh :
MAKMUR
I111 13 022
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji bagi Allah atas Rahmat dan Hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam tercurahkan
telah membawa ummat manusia dari lembah kehancuran menuju alam yang terang
benderang.
Terima kasih tak terhingga kepada bapak Prof. Dr. Ir. Djoni Prawira
Rahardja, M.Sc. selaku Pembimbing Utama dan kepada bapak Dr. Ir. Wempie
Pakiding, M.Sc. selaku Pembimbing Anggota atas didikan, bimbingan, serta waktu
skripsi ini.
Limpahan rasa hormat, kasih sayang, cinta dan terima kasih tiada tara kepada
Ayahanda Mentong dan Ibunda Hj. Asina yang telah melahirkan, mendidik dan
membesarkan dengan penuh cinta dan kasih sayang yang begitu tulus kepada penulis
sampai saat ini dan senantiasa memanjatkan do’a dalam kehidupannya untuk
dan fitriyani yang selalu mendoakan, menyemangati dan memotivasi. Semoga Allah
v
1. Ibu Rektor UNHAS, Bapak Dekan, Pembantu Dekan I,II dan III dan
Hasanuddin.
2. Ibu Prof. Dr. drh. Hj. Ratmawati Malaka, M.Sc selaku dosen penasehat
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Ambo Ako, M.Sc, Bapak Prof. Dr. Ir. Lellah Rahim,
M.Sc dan Bapak Dr. Muhammad Ichsan A. Dagong, S.Pt., M.Si selaku
dosen penguji.
Azhar S.Pt., M.Si., Urfiana Sara S.Pt., M.Si, yang telah banyak membantu
5. Teman- teman satu tim penelitian Risman S.Pt, Ikram Muing, Abdan
Baso, Kurnia, Nurul Mutmainnah, S.Pt dan Fitri Fadillah Handayani S.Pt,
6. Teman angkatan Larfa 013, teman Ant 014, Solandeven 011, Lion 010,
dukungannya.
vi
dukungan untuk penulis.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu, terima kasih
atas bantuannya
Dengan sangat rendah hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik serta saran pembaca sangat diharapkan
demi perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Semoga makalah skripsi ini
Penulis
vii
ABSTRAK
Makmur I111 13 022. Performa Ayam Kampung Fase Layer Hasil In Ovo
Feeding Asam Amino L-Glutamin. Pembimbing : Djoni Prawira Rahardja dan
Wempie Pakiding
viii
ABSTRACT
ix
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT .................................................................................................. ix
PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
x
Produksi Telur ................................................................................... 25
Berat Telur ......................................................................................... 27
Kesimpulan......................................................................................... 29
Saran ................................................................................................... 29
xi
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
10. Analisis Ragam Berat Telur pada Umur 26-30 Minggu Ayam
Kampung Hasil In Ovo Asam Amino L-glutamin ............................... 46
11. Analisis Ragam Berat Telur pada Umur 31-35 Minggu Ayam
Kampung Hasil In Ovo Asam Amino L-glutamin ................................ 47
12. Analisis Ragam Berat Telur pada Umur 36-40 Minggu Ayam
Kampung Hasil In Ovo Asam Amino L-glutamin ................................ 48
xiv
PENDAHULUAN
maupun telur. Telur dan daging ayam kampung merupakan sumber protein hewani
yang mengandung asam amino esensial yang sangat dibutuhkan oleh tubuh dan
usaha peternakan ayam kampung adalah tingkat pertumbuhan dan produksi serta
pemberian nutrisi tambahan pada periode inkubasi melalui teknik in ovo, yang dapat
kendala pada pertumbuhan awal selama fase embrio dan pertumbuhan setelah
Salah satu zat nutrisi yang dapat digunakan untuk teknik in ovo adalah asam
amino glutamin (Gln). Asam amino glutamin (Gln) berperan sebagai sumber energi
bagi pembelahan sel dan beberapa jalur metabolisme. Mengatur metabolisme nutrisi,
ekspresi gen dan sintesis protein dan merangsang respon imun (Shafey et al.,
untuk arginin (Kumar dkk., 2007; sains, 2005; Jolliet dkk., 1998 dan Zheng, 2006).
glikogen maka kadar glukosa dalam darah akan meningkat dan untuk mengubah
glikogen menjadi glukosa serta menstimulasi konversi asam amino dan asam lemak.
1
Menurut Suprijatna dkk. (2005) bahwa asam lemak dan asam amino (protein) akan
periode inkubasi (Foye dkk., 2006; Zhai dkk., 2011; Salmanzadeh dkk., 2012).
Glukosa yang berlebih akan disimpan dalam bentuk glikogen hati dan otot sebagai
cadangan energi dengan bantuan insulin (Bottje dkk., 2010; Mcgruder dkk., 2011;
dapat meningkatkan produksi IGF-1 (Foye dkk., 2006; Fernandes dkk., 2009; Al-
Daraji dkk., 2012; Fouad dkk., 2012) dan insulin (Foye, 2005; Hazim dkk., 2012).
Adanya insulin dan IGF 1 ini di harapkan akan membantu dalam proses
perbanyakan jumlah sel terutama sel ovarium yang mendukung produksi telur.
Menurut Bobes dkk. (2001) Insulin meningkatkan proliferasi (perbanyakan sel) sel
gonad ayam, steroidogenesis (produksi hormon steroid) dari sel-sel Leydig dan sel
aktifitas sintesis protein, proliferase sel, serta myogenesis jaringan otot secara
bukan hanya dapat meningkatkan performa tetapi juga dapat meningkatkan produksi
telur dan bobot telur. Oleh karena itu dengan pemberian L-glutamin seacara in
yang akan mendukung produksi telur pada fase layer dalam rangka untuk
peningkatan produksi telur dan bobot telur. Berdasarkan uraian tersebut maka
dilakukanlah penelitian mengenai performa ayam kampung fase layer hasil in ovo
2
TINJAUAN PUSTAKA
Aves dengan ordo Galliformes dan spesies Gallus domesticus. Ayam kampung telah
Tarwiyah 2001).
Ayam kampung adalah ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam hutan
merah yang telah berhasil dijinakkan. Akibat dari proses evolusi dan domestikasi,
sekitarnya, sehingga lebih tahan terhadap penyakit dan cuaca dibandingkan dengan
ayam ras (Sarwono, 1991). Hal ini juga diperkuat oleh pendapat Abidin, (2002)
dibanding dengan strain-strain ayam komersil (ayam ras petelur atau pedaging)
antara lain mampu bertahan dan berkembang biak dengan kualitas pakan yang
yang kecil, produktivitas telur yang rendah, dan pertumbuhan tubuh yang lambat.
Suara dan penampilan yang sangat tidak menarik membuat ayam kampung (G.
domesticus) tidak dijadikan ayam hias (Nurcahyo & Widyastuti 2002). Kemampuan
biologi seekor induk ayam kampung untuk memproduksi telur dan mengasuh anak
3
selama satu tahun yang dipelihara dengan cara dibiarkan berkeliaran memperlihatkan
telur perlu waktu ± 21 hari, mengasuh anak perlu waktu 131 hari (± 4 bulan). Dengan
demikian, 1 tahun 3 kali produksi. Lebih lanjut dinyatakan produksi telur 15 butir,
dieramkan dengan induk 10 butir, daya tetas 80% jadi menghasilkan anak 8 ekor,
daya hidup sampai dengan disapih 50% menghasilkan ayam 4 ekor. Jadi dalam satu
Salah satu solusi yang ditawarkan oleh beberapa peneliti untuk menjawab
nutrisi dengan teknik in ovo selam perkembangan embrio. Foye dkk. (2006); Zhai
dkk. (2008) dan Grodzik dkk. (2013) bahwa salah satu nutrisi yang tepat untuk
maupun setelah inkubasi yaitu pemberian protein atau asam amino seperti lisin,
pemberian asam amino L-glutamin yang dilakukan pada hari ke-7 inkubasi
dilakukan pada hari ke-7 inkubasi dengan terget albumin dilakukan karena tingginya
peroses penyerapan albumen pada hari ke-7 ingkubasi tersebut. Sehingga fungsi dari
L-glutamin ini diharapkan dapat berpengaruh baik saat inkubasi mapun pasca
inkubasi.
4
Pemberian Nutrisi Tambahan Melalui Teknik In-ovo
karbohidrat, asam amino, asam lemak, dan vitamin telah banyak digunakan untuk
dan kalkun. Penambahan nutrisi tambahan pada periode inkubasi dilakukan untuk
oleh embrio. Menjelang tahap akhir penetasan, embrio yang sedang diinkubasi
al., 2001). Meskipun glukosa dapat disintesis dari lemak dan protein, tetapi glukosa
juga dihasilkan dari protein melalui proses glukoneogenesis atau glikolisis mengingat
cadangan glikogen menjadi sedikit karena oksigen terbatas selama kuartal terakhir
inkubasi (John et al., 1987). Oleh karena itu salah satu solusi untuk membantu
embrio selama proses inkubasi adalah memberikan nutrisi tambahan melalui in ovo.
Konsentrasi larutan yang diinjeksikan pada telur menjadi salah satu penentu
penambahan saline 0,9% pada seyawa in ovo feeding tanpa menentukan osmolaritas
terdahulu sangatlah bervariasi. 0,7 g/100 ml saline 0,9% pada kalkun (Keralapurath
et al., 2010), 1 g/100 ml saline 0,9% pada broiler (Shafey et al., 2012),
5
Waktu injeksi dan target deposisi pada telur dengan tehnik in ovo yang
dilaporkan sangat bervariasi. Al-Daraji et al. (2012) melakukan injeksi hari ke-0
inkubasi dengan target kantung udara. El-Azeem et al. (2014) melakukan injeksi hari
ke-14 inkubasi dengan target amnion. Hasil penilitian Al-Shamery dan Al-Shuhaib,
dilakukan pada akhir periode inkubasi tidak dapat menstimulasi hyperplasia sel otot.
Pada periode tersebut, penambahan nutrisi dengan tehnikin ovo hanya berfungsi
inkubasi (Stocdale, 1992). Maka dari itu untuk panambahan nutrisi melalui teknik in
ovo dengan tujuan menstimulasih aktifitas hyperplasia sel otot sebaiknya dilakukan
pada periode tersebut. Injeksi pada hari ke-7 merupakan periode inkubasi dengan
target albumin. Pada waktu tersebut, aktifitas absorsi substansi protein albumen
mulai meningkat (Baggott, 2001). Injeksi dengan target albumen lebih efektif
terhadap absorsi nutrisi dengan resiko kerusakan kantong embrio yang rendah
Asam amino adalah unit dasar dari struktur protein. Semua asam amino
mempunyai sekurang-kurangnya satu gugusan amino (-NH2) pada posisi alfa dari
rantai karbon dan satu gugusan karboksil (-COOH. Fungsi asam amino sebagai
komponen struktur tubuh yang merupakan bagian dari enzyme, sebagai precursor
regulasi metabolit dan berperan dalam proses fisiologis. Asam amino diperlukan
untuk sintesis protein jaringan tubuh dan telur (Suprijatna et al., 2005).
6
L-glutamin merupakan asam amino alifatik bersifat polar tidak bermuatan,
merupakan amida dari asam glutamate, bersifat mudah larut dalam air karena
mempunyai dua grup ammonia, satu dari prekursornya yaitu glutamat dan yang
lainnya berasal dari ammonia bebas pada aliran darah (Antonio et al., 1999).
Glutamin merupakan asam amino non essensial dimana dapat berubah fungsi
et al. (2007) melaporkan bahwa glutamin merupakan asam amino yang penting
nutrisi.
protein, sintesis asam amino, purin dan primidin, asam nukleat dan sintesis
nukleotida serta menyediakan sumber karbon untuk oksidasi dalam beberapa sel.
Namun, produk langsung dari metabolisme glutamin pada sebagian besar sel adalah
2003). Glutamine dibentuk dari Glutamic Acid dan amoniak pada reaksi
syntetase).Glutamine memilki konsentrasi pada otot skeletal dan membuat lebih dari
7
Gambar 1. Metabolisme L-glutamin (Newsholme et al., 2003)
glukoneogenesis. Glutamin adalah salah satu substrat non karbohidrat yang paling
efisien karena dapat digunakan sebagai energi. Pada beberapa sel sekitar 30% dari
ketika glukosa menurun, bahkan pada beberapa kondisi sel-sel dapat bertahan dan
tumbuh pada keadaan glukosa rendah dengan penambahan glutamin yang cukup.
Glutamin dapat di metabolisme pada siklus urea, jalur sintesis protein dan siklus
krebs untuk energi serta produksi dari sitrat, laktat dan glukosa (Antonio, 1999).
Asam amino glutamin (Gln) berperan sebagai sumber energi bagi pembelahan
sel dan beberapa jalur metabolisme, mengatur metabolisme nutrisi, ekspresi gen dan
sintesis protein dan merangsang respon imun (Shafey et al., 2013). Kandungan asam
amino glutamin didalam telur ayam ras yaitu sebesar 1,05% (Heny, 2002). Glutamin
memiliki banyak fungsi, maka dari itu penting untuk memastikan jumlah glutamin
dalam telur dapat mencukupi kebutuhan embrio pada masa inkubasi dan setalah masa
8
inkubasi untuk mengetahui perkembangan dan kemampuan usus halus dalam
menyerap zat nutrisi yang akan berdampak pada performa ayam kampung.
menstimulasi hati untuk mensintesa glikogen dan sebagai prekursor untuk arginin
(Kumar dkk., 2007; sains, 2005; Jolliet dkk., 1998 dan Zheng, 2006). Ketika hati
distimulasi untuk mensintesis glikogen maka kadar glukosa dalam darah akan
konversi asam amino dan asam lemak. Menurut Suprijatna dkk. (2005) bahwa asam
lemak dan asam amino (protein) akan bergabung membentuk lipoprotein sebagai
periode inkubasi (Foye dkk., 2006; Zhai dkk., 2011; Salmanzadeh dkk., 2012).
Glukosa yang berlebih akan disimpan dalam bentuk glikogen hati dan otot sebagai
cadangan energi dengan bantuan insulin (Bottje dkk., 2010; Mcgruder dkk., 2011;
produksi IGF-1 (Foye dkk., 2006; Fernandes dkk., 2009; Al-Daraji dkk., 2012;
Fouad dkk., 2012) dan insulin (Foye, 2005; Hazim dkk., 2012). Kemampuan L-
aktifitas sintesis protein, proliferase sel, serta myogenesis jaringan otot secara
mekanisme GH/IGF-1 axis (Fernandes dkk., 2009; Hazim dkk., 2012). Peningkatan
9
level IGF-1 terjadi karena L-Arginine dapat meningkatkan sensitivitas reseptor
hormon pada mekanisme GH/IGF-1 axis (Foye dkk., 2009; Al-Daraji dan Salih,
danPandey dkk., 2013). Sedangkan Fouad dkk. (2012) melaporkan bahwa L-Arginine
Sintesis insulin pada embrio ayam telah terdeteksi sebelum sel beta pankreas
diketahui. Hormon tersebut juga ada pada bahan penyusun telur sebelum fertilisasi.
Insulin meningkatkan pertumbuhan dan diferensiasi pada embrio anak ayam awal.
Reseptor insulin telah ada pada otak embrio anak ayam dan berbagai jaringan
lainnya. Perkembangan sistem saraf dipengaruhi oleh insulin dan IGF 1. Insulin
steroid) dari sel-sel Leydig, Sertoli, fibroblast growth factors, dan tumor necrosis
ayam. Insulin meningkatkan sintesis DNA dan proliferasi sel pada berbagai
jaringan. Sel-sel ovarium sensitif terhadap induksi insulin dalam proses sintesis
reseptor FSH telah terbentuk setelah 18 – 24 jam kultur sehingga siap merespon
meningkatkan jumlah sel ovarium atau konsumsi thymidine karena hCG ini hanya
proliferasi sel. Hormon reproduksi seperti hCG dan FSH juga digunakan sebagai
dkk., 2006).
10
Performa Ayam Kampung Fase Layer
Konsumsi pakan
Pakan merupakan salah satu komponen terbesar dari seluruh biaya yang
dalam usaha ternak unggas yang bisa mencapai 70% (Nawawi dan Nurrohmah,
2011). Selain itu, pakan adalah salah satu faktor penting karena pakan adalah sumber
gizi dan energi sehingga ternak dapat memenuhi kebutuhan pokoknya dan kebutuhan
produksi terkhusu untuk produksi daging dan telur (Rukmana, 2003). Salah satu zat
makanan yang penting bagi pertumbuhan ternak adalah protein, karena bila ternak
tertentu (Wahyu, 1992). Pencatatan konsumsi pakan oleh peternak unggas bertujuan
kesehatan dan produktivitas ternak unggas (Williamson dan Payne, 1993). Konsumsi
pakan dapat dihitung dengan cara mengurangi jumlah pakan yang diberikan dengan
jumlah sisa pakan ternak yang dibuat dalam satuan gram atau kilogram yang dapat
dilakukan per minggu (Rasyaf, 1996). Tujuan ternak mengonsumsi pakan secara
periode petelur dapat diberikan sesuai dengan umur ayam, yaitu ayam 19-35 minggu
membutuhkan ransum dengan protein 19%; energi metabolisme 2.800 kkal/kg; dan
kalsium 4,0-4,4%. Menurut Sakariadi dan Wawo (2004), jumlah konsumsi ransum
11
ayam buras fase layer rata-rata 90 gram/ekor/hari, dengan bobot badan untuk betina
1,5– 1,75 kg dan untuk jantan 2,5 – 3,5 kg. Konsumsi ransum ayam betina fase layer
lebih tinggi bila dibandingkan dengan konsumsi pejantan jika ditinjau dari bobot
badan, karena ayam betina fase layer tidak hanya dimanfaatkan untuk pertumbuhan
daging, tetapi juga digunakan untuk bertelur. Namun hal ini berbeda dengan
pendapat Mulyono (2004) bahwa kebutuhan zat nutrisi ayam kampung umur 18
Konsumsi ransum dapat dipengaruhi oleh besar dan berat badan ternak,
kondisi fisiologis ternak serta laju makanan dalam pencernaan ternak. Laju makanan
cepat aliran makanan dalam alat pencernaan makin banyak pula jumlah makanan
palatabilitas dan selera. Palatabilitas dipengaruhi oleh bau, rasa, tekstur dan suhu
makanan yang diberikan. Selera merupakan faktor internal yang merangsang lapar.
Faktor lain yang mempengaruhi konsumsi ternak adalah lingkungan dan penyakit
(Wahyu, 1992).
Jenis pakan yang biasa digunakan peternak yang beternak ayam kampung
secara intensif dapat berupa dedak atau bekatul, jagung dan konsentrak yang
12
dicampur berdasarkan kebutuhan ternak yang sesuai dengan umur, ada pun
kandungan nutrsi pakan yang digunaka dapat di lihat pada Tabel 2 (Fitasari dkk.
2016) . Menurut Zainuddin dkk. (2000) dan Gunawam dkk. (2003) melaporkan
bahwa jumlah pemberian pakan ayam kampung berdasarkan fase umur ayam yaitu
dan untuk fase layer atau petelur (>18 minggu) membutuhkan pakan berkisar 80-100
kelangsungan hidup, ternak juga membutuhkan air minum. Untuk mengetahui nilai
efesiensi pakan yaitu jumlah pakan yang di konsumsi dengan pertambahan berat
ditinjau dari efisiensi teknis yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti umur ternak,
bangsa, genetik, kandungan gizi pakan, keadaan temperatur dan keadaan unggas
dipengaruhi oleh bentuk fisik pakan, bobot badan, kandungan nutrisi dalam pakan,
ransum dengan unit berat telur yang dihasilkan (Anggorodi, 1985). Sedangkan
menurut Rasyaf (1993) konversi ransum merupakan pembagian antara ransum yang
dihabiskan untuk produksi telur dengan jumlah produksi telur yang diperoleh.
13
kemampuan ayam untuk mengubah sejumlah pakan menjadi setiap kg produksi telur
Konsumsi Air
Air merupakan unsur yang sangat penting untuk kelangsungan hidup ayam
karena air termasuk komponen penyusun tubuh tubuh ternak (Rusdiansyah, 2014).
Djulardi (2006) melaporkan bahwa tubuh ternak ternak unggas tersusun atas 60-70%
air yang berfungsi untuk proses pencernaan, penyerapan zat nutrisi, proses
metabolisme di dalam tubuh dan menjaga kesehatan ternak. Menurut pendapat Sierra
(2011) bahwa Setiap organ dan komponen tubuh sebagian besar terdiri atas air, yaitu
darah 83%, otot 75-80%, otak 75% bahkan di dalam tulang persentase kandungan air
mencapai 20%.
1. Zat dasar dari darah, cairan interseluler dan intraseluler yang bekerja aktif dalam
2. Penting dalam mengatur suhu tubuh karena air mempunyai sifat menguap dan
specific heat.
elektrolit.
Ayam buras fase layer sebaiknya mengonsumsi air dengan kisaran 1,5-2
ml/gram konsumsi pakan (Wahyu, 1992). Konsumsi air ayam buras fase layer juga
sangat bergantung pada suhu lingungan, bila suhu lingkungan panas, maka konsumsi
air akan meningkat, sebaliknya apabila suhu lingkungan dingin maka konsumsi air
14
akan menurun. Namun jika dilihat dari ayam petelur komersil, Konsumsi air minum
rata-rata ayam petelur yang telah berproduksi (5 bulan keatas) sebesar 208
ml/ekor/hari (Sapari,2013). Maka dari hal ini penyediaan air minum yang bersih
Air minum yang diberikan pada ayam harus memenuhi kriteria sesuai
Direktorat Jenderal Peternakan (2006) bahwa air yang digunakan tersedia sepanjang
tahun dalam jumlah yang mencukupi, sumber air mudah dicapai atau mudah
disediakan, dan penggunaan sumber air tanah tidak mengganggu ketersediaan air
bagi masyarakat. Air sebaiknya harus selalu tersedia, karena jika kekurangan air
sebaiknya sama dengan kualitas air yang kita minum (Iskandar, 1998).
Produksi Telur
karena sistem pemeliharaannya yang masih tradisional yaitu diumbar untuk mencari
pakan sendiri di sekitar pekarangan. Deboer dkk. (1986) melaporkan bahwa produksi
ayam lokal hanya 10-12 butir/clutch selama 15-18 hari berturut-turut, kemudian
berhenti bertelur selama sekitar 21 hari, dan siklus ini berulang sebanyak tiga kali
dalam setahun.
Produksi telur harian (hen day egg production) merupakan salah satu ukuran
produktivitas ayam petelur yang diperoleh dengan membagi jumlah telur dengan
jumlah ayam saat itu (Amrullah 2003). HDP pada suhu 18 °C dan 30°C tidak berbeda
15
secara statistik. Menurut Suryana dan Hasbianyanto (2008) ayam kampung dalam
Siregar dan Sabrani (1980) mengemukakan bahwa produksi telur ayam kampung 30-
80 butir per tahun dengan bobot telur rata-rata 37,5 gram. Oleh sebab itu
produktivitas ayam lokal yang dipelihara di wilayah tergolong sangatlah rendah dan
dan intensif. Menurut pendapat Creswell dan Gunawan (1982) Produksi telur ayam
kampung yang mengasuh anaknya sampai lepas sapih, produksi telur hanya
mencapai 115 butir/ekor/tahun. Rata-rata produksi telur dan bobot telur ayam
kampung yang dipelihara secara tradisional dan intensif tercantum pada Tabel 3.
telur maupun pada bobot telur ayam kampung. Dari hasil penelitian Mugiyono dkk.,
16
(1989) yaitu pada perbaikan sistem pemeliharaan dari ekstensif ke semi ekstensif
dapat menaikkan rataan produksi telur dari 11,17 menjadi 12,56 butir atau meningkat
12,44% dan rataan bobot telur dari 42,89 menjadi 46,0 g/butir atau 7,25%. Namun
daya tetas telur sebaliknya mengalami penurunan yaitu dari 93,39 menjadi 85,03%
atau sebesar 8,36%. Menurut Suranjaya (2016) rendahnya daya tetas ini diduga
disebabkab oleh kekurangan mineral mikro karena induk tidak mendapat sumber
mineral yang memadai dari pakannya. Nurapriani (2010) menyatakan bahwa terdapat
bebrapa faktor yang dapat mempengaruhi produksi dan bobot telur ayam
potensi ayam lokal bila dipelihara pada kondisi intensif sebenarnya cukup tinggi.
17
METODE PENELITIAN
Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu timbangan analitik, kandang,
tempat pakan, tempat minum, skop, rak telur, lampu dan timbangan gantung digital.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu ayam kampung hasil in ovo
asam amino l-glutamin, pakan campuran (konsentrat, jagung dan dedak), air minum,
Rancangan Penelitian
Hasil injeksi telur yang ditetaskan atau sampel (DOC) kemudian dipemelihara
hingga mencapai umur produksi telur (18 minggu) yang kemudian ditempatkan pada
5 petak berukuran 3 x 3 meter data yang diperoleh di olah secara deskriptif atau
dengan menghitung nilai rata-rata setiap sampel yang digunakan. Ayam yang
18
digunakan sebanyak 28 ekor hasil dari proses penetasan dan seleksi, yang kemudian
Prosedur Penelitian
Ayam yang digunakan dalam penilitian ini merupakan hasil penetasan yang
ditempatkan pada 5 petak dengan alas (litter) sekam padi yang berukuran panjang x
minum, tempat pakan, sebuah lampu pijar, tempat bertengger dan tempat bertelur.
Sumber air minum yang digunakan adalah air sumur yang telah diklorinasi
terlebih dahulu dan diberikan secara ad libitum dan dilakukan pergantian tiap pagi
dan sore hari.Pakan yang diberikan pada fase starter (umur 1 – 8 minggu) berupa
butiran kecil (crumble) dengan kandungan nutrisi sesuai dengan standar pakan
komersil yaitu protein 21- 23 % dan energi metabolisme (ME) 2600 Kcal, pakan
untuk fase grower sampai fase layer (>12 minggu) berupa pakan campuran terdiri
dari konsentrat, jagung dan dedak dengan kandungan protein 17 – 18 % dan energi
19
Parameter yang diukur
1) Konsumsi Pakan
Rata-rata konsumsi pakan (g/e/hari) dihitung setiap hari dengan cara menimbang
jumlah pakan yang di berikan dalam sehari dikurangi dengan jumlah pakan yang tersisa
dalam tempat pakan tersebut selama ayam berproduksi (bertelur) kemudian hasil yang
diperoleh dibagi dengan jumlah ayam per pen (akumulasi dari jantan betina).
Rata-rata konsumsi air (g/e/hari) dihitung setiap hari dengan cara menimbang
jumlah air yang di berikan dalam sehari dikurangi dengan jumlah air minum yang
tersisa dalam tempat air minum tersebut selama ayam berproduksi (bertelur) kemudian
hasil yang diperoleh dibagi dengan jumlah ayam per penpen (akumulasi dari jantan
betina).
3) Produksi Telur
sampai 40 minggu. Produksi telur dihitung setiap hari dibagi dengan jumlah hari
4) Bobot Telur
Pengambilan data bobot telur dilakukan setiap hari yaitu pada sore hari dengan
Analisa Data
Data konsumsi pakan dan konsumsi air minum yang diperoleh dianalisis
20
Keterangan :
n = jumlah sampel
Data produksi telur dan berat telur yang diperoleh dianalisis menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL). Adapun model matematik yang digunakan adalah
sebgai berikut :
j = 1,2,3,....
Keterangan :
Yij = hasil pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
µ = rata-rata pengamatan
Ɛij = pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
Konsumsi Pakan
untuk kebutuhan energi untuk unggas sebagai dasar utama yang akan menentukan
21
tingkat konsumsi pakan. Energi tersebut digunakan untuk memenuhi fungsi-fungsi
tubuh dan untuk melancarkan reaksi-reaksi sintesis dari tubuh. Ayam akan terus
Hasil penelitian injeksi L-glutamin secara in ovo dengan level yang berbeda
Tabel 4. Rata-rata Konsumsi Pakan (g/e/hari) Ayam Kampung Hasil In Ovo Asam
Amino L-glutamin
Umur (Minggu)
Perlakuan
26 – 30 31 – 35 36 – 40
P0 87,86 ± 22,80 106,20 ± 29,40 152,66 ± 39,28
minggu ke- 26 sampai 30 menunjukkan hasil yang berbeda. Rata-rata konsumsi yang
lebih rendah ditunjukkan oleh P3 sedangkan, rata-rata konsumsi yang lebih tinggi
ditunjukkan oleh P4. Kemudian, minggu ke- 31 sampai 35 rata-rata konsumsi pakan
P4 lebih tinggi, paling rendah P0 dan P3. Sedangkan, minggu 36 sampai 40 rata-rata
konsumsi pakan yang paling tinggi yaitu P2 dam paling rendah yaitu P1.
jika diindikasikan kebutuhan energi metabolisme ayam tidak sama yang di injeksi
dengan glutamin dengan konsentrasi 0,5%, 1,0%, 1,5% maupun perlakuan control
22
negatif dan positif, kemungkinan faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya
kosumsi pakan adalah kebutuhan energi ayam, jika kebutuhan energi metabolisme
terhadap Konsumsi Air Minum ayam kampung dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rata-rata Konsumsi Air Minum (g/e/hari) Ayam Kampung Hasil In Ovo
Asam Amino L-glutamin
Umur (Minggu)
Perlakuan
26 – 30 31 – 35 36 – 40
P0 194,09 ± 55,29 173,35 ± 31,47 197,41 ± 45,14
lebih rendah ditunjukkan oleh P4 dan lebih tinggi oleh P1 (minggu 26-30 dan
minggu 31-35) sedangkan, pada minggu 36-40 rata-rata konsumsi air yang lebih
oleh kondisi lingkungan yang ekstrim seperti kondisi suhu panas ayam akan banyak
mengkonsumsi air dan jika suhu lingkungan dingin maka konsumsi air akan kurang.
23
Faktor yang mempengaruhi konsumsi air minum meliputi suhu lingkungan, suhu air,
tingkat konsumsi pakan, dan bobot badan ayam 22 (Bailey, 1990; Wandoyo, 1997).
Ayam kampung pada periode produksi, konsumsi air minum berkisar 1,5 – 2
penurunan dalam efisiensi pengunaan konsumsi pakan dan pertumbuhan berat badan
menurun. Ternak memerlukan air untuk alat trasportasi zat – zat makanan dalam
24
Produksi Telur
Injeksi L-glutamin secara inovo dengan level yang berbeda terhadap produksi
Tabel 6. Produksi Telur (%/5 minggu) Ayam Kampung Hasil In Ovo Asam Amino
L-glutamin
Umur (Minggu)
Perlakuan
26 – 30 31 – 35 36 – 40
P0 25,00 ± 9,10 32,86 ± 12,73ab 44,52 ± 27,76
P1 28,23 ± 10,60 16,19 ± 3,53a 38,86 ± 8,72
P2 35,00 ± 13,69 44,29 ± 11,61ab 67,14 ± 33,35
P3 31,43 ± 10,83 38,10 ± 18,04ab 40,00 ± 16,70
P4 30,22 ± 12,06 57,14 ± 36,77b 67,14 ± 27,01
Keterangan : P0 (Tanpa injeksi (kontrol negatif)), P1 (Injeksi 0,5 ml NaCl fisiologis (kontrol positif)),
P2 (Injeksi 0,5 ml larutan 0,5% L-glutamin dalam NaCl fisiologis), P3 (Injeksi 0,5 ml
larutan 1% L-glutamin dalam NaCl fisiologis), P4 (Injeksi 0,5 ml larutan 1,5% L-
glutamin dalam NaCl fisiologis).
ab
: Superskrip berbeda mengikuti nilai rataan pada kolom yang sama menunjukkan
perbedaan nyata (P<0,05)
telur pada minggu 31-35 namun, tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap produksi telur
minggu 26-30 dan minggu 36-40. Pada minggu 31-35, rata-rata produksi telur P4
lebih tinggi dibanding P1, namun tidak berbeda dengan P0, P2 dan P3, begitu pun
Hal ini menunjukkan bahwa in ovo asam amino L-Glutamin tidak terlalu
konsumsi pakan rata-rata tidak berbedah jauh dari setiap perlakuan. Konsumsi pakan
pada perlakuan P2 terendah dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya. Hal ini
sesuai dengan pendapat SCA (1983) bahwa tinggi rendahnya konsumsi protein dan
energi secara fisiologis akan berpengaruh pada jumlah telur yang dihasilkan.
25
Faktor lainnya diduga karena penambahan asam amino L-glutamin sebagai
Fernandes dkk., 2009; Al-Daraji dkk., 2012; Fouad dkk., 2012) dan insulin (Foye,
2005; Hazim dkk., 2012). L-Arginine akan menstimulasi produksi IGF-1 melalui
mekanisme GH/IGF-1 axis (Fernandes dkk., 2009; Hazim dkk., 2012). Peningkatan
hormon pada mekanisme GH/IGF-1 axis (Foye dkk., 2009; Al-Daraji dan Salih, dan
Sintesis insulin pada embrio ayam telah terdeteksi sebelum sel beta pankreas
diketahui. Hormon tersebut juga ada pada bahan penyusun telur sebelum fertilisasi.
Insulin meningkatkan pertumbuhan dan diferensiasi pada embrio anak ayam awal.
Reseptor insulin telah ada pada otak embrio anak ayam dan berbagai jaringan
lainnya. Perkembangan sistem saraf dipengaruhi oleh insulin dan IGF 1. Insulin
steroid) dari sel-sel Leydig, Sertoli, fibroblast growth factors, dan tumor necrosis
ayam. Insulin meningkatkan sintesis DNA dan proliferasi sel pada berbagai
jaringan. Sel-sel ovarium sensitif terhadap induksi insulin dalam proses sintesis
reseptor FSH telah terbentuk setelah 18 – 24 jam kultur sehingga siap merespon
meningkatkan jumlah sel ovarium atau konsumsi thymidine karena hCG ini hanya
26
proliferasi sel. Hormon reproduksi seperti hCG dan FSH juga digunakan sebagai
dkk., 2006).
Berat Telur
Hasil injeksi L-glutamin secara in ovo dengan level yang berbeda terhadap
Tabel 7. Rata-rata Berat Telur (gram/butir) Ayam Kampung Hasil In Ovo Asam
Amino L-glutamin
Umur (Minggu)
Perlakuan
26 – 30 31 – 35 36 – 40
b b
P0 39,49 ± 0,52 40,55 ± 0,98 40,48 ± 0,59ab
P1 38,35 ± 1,16ab 37,91 ± 2,95ab 43,10 ± 1,06c
a b
P2 37,09 ± 1,98 38,29 ± 3,29 40,72 ± 2,20ab
P3 36,27 ± 0,56a 34,19 ± 4,33a 39,53 ± 1,25a
ab b
P4 37,59 ± 2,88 40,27 ± 1,41 42,48 ± 1,74bc
Keterangan : P0 (Tanpa injeksi (kontrol negatif)), P1 (Injeksi 0,5 ml NaCl fisiologis (kontrol positif)),
P2 (Injeksi 0,5 ml larutan 0,5% L-glutamin dalam NaCl fisiologis), P3 (Injeksi 0,5 ml
larutan 1% L-glutamin dalam NaCl fisiologis), P4 (Injeksi 0,5 ml larutan 1,5% L-
glutamin dalam NaCl fisiologis).
abc
: Superskrip berbeda mengikuti nilai rataan pada kolom yang sama menunjukkan
perbedaan nyata (P<0,05)
Glutamin memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap berat telur selama
penelitian. Pada minggu 26 sampai 30, rata-rata berat P0 lebih tinggi dibanding P2
dan P3, namun tidak berbeda dengan P1 dan P4. Kemudian, minggu 31-35, rata-rata
berat telur P3 lebih rendah dari P0, P2 dan P4. Sedangkan perlakuan yang lain tidak
menunjukkan perbedaan. Pada minggu 36-40, rata-rata berat telur P1 lebih tinggi dari
P0, P2 dan P3, namun tidak berbeda dengan P4, kemudian P3 menunjukkan berat
penetasan memiliki dampak positif terhadap rata-rata bera telur ayam per butir (P4).
27
Adanya perbedaan berat total telur dan rata-rata berat telur per butir dapat
dipengaruhi oleh jumlah ayam setiap perlakuan. Selain itu, kemungkinan juga
dipengaruhi oleh Konsumsi pakan dan air minum. Pada P4 rata-rata konsumsi pakan
dan konsumsi air minum menunjukkan angka yang tinggi sehingga mendukung
Faktor lain yang mempengaruhi penurunan bobot/berat telur yaitu suhu yang
tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Talukder, (2010). Menyatakan Suhu diatas
27°C memberikan pengaruh negatif terhadap konsumsi pakan dan bobot telur
(Talukder 2010). Suhu lingkungan yang tinggi membutuhkan energi yang lebih
banyak untuk pengaturan suhu tubuh, sehingga mengurangi penyediaan energi untuk
Indeks telur tidak dipengaruhi oleh suhu atau sistem perkandangan. Menurut
Soeparno et al. (2011), bentuk dan berat telur tergantung pada hereditas, umur induk,
musim, dan pakan. Indeks telur pada suhu kandang 18°C tidak berbeda secara
statistik dengan suhu 30°C. Semakin besar nilai indeks telur menunjukkan bentuk
telur yang semakin bulat. Kerabang telur sebagian besar disusun oleh kalsium.
Rataan tebal kerabang pada suhu 18°C dan 30°C tidak berbeda secara statistik
meskipun rataan tebal kerabang pada suhu 18°C lebih tinggi. Sesuai dengan yang
dinyatakan oleh Grieve (2004) bahwa pada lingkungan yang panas, ayam bereaksi
Hal ini menyebabkan penurunan CO2 dalam darah dan pH darah menjadi basa.
Barbosa et al. (2006) menyatakan, semakin tinggi pH darah maka jumlah kalsium
28
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pemberian asam amino L-Glutamin secara in ovo feeding pada hari kr-7 inkubasi
berpengaruh meningkatkan konsumsi pakan dan konsumsi air minum pada umur
26-40 minggu.
Saran
pada peningkatan produksi telur dan bobot telur ayam kampung pada injeksi 0,5
Glutamin terhadap konsumsi pakan dan konsumsi air minum ayam buras pada
fase layer.
29
DAFTAR PUSTAKA
Al-Daraji, H.J. and A.M. Salih. 2012. Effect of dietary L-arginine on productive
performance of broiler chicken. Pakistan Journal of Nutrition 11 (3) : 252-
257.
Asmawati. 2013. The Effect of in Ovo Feeding on Hatching Weight and Small
Intestinal Tissue Developmen of Native Chicken. Disertasi . Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Azhar, M. 2016. Performa ayam kampung pra- dan pasca-tetas hasil in Ovofeeding
L-arginine. (Thesis belum publikasi). Fakultas Ilmu dan Teknologi
Peternakan Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin.
Barbosa JAD, Silva MAN, Silva IJO, Coelho AAD. 2006. Egg quality in layers
housed in different production systems and submitted to two environmental
conditions. Brzil (BR): Departamento de Engenharia Rural. 2: 150-204.
30
of digestive organs in broiler chickens. Asian-Aust. J. Anim. Sci. 18 (4) :
524-531.
Chen, R., W. Wang, S. Liu, J. Pan, T. Li, and Y. Yin. 2013. Dietary arginine
supplementation altered expression of IGFs and IGF receptors in weaning
piglets. Academic Journals 7 (4) : 44-50.
Christensen, V. L., M.J, Wineland,G.M. Fasenko, and W.E. Donaldson. 2001. Egg
storoge effects on plasma glucose and suplay and demand tissue glycogen
concentration of broiler embryos. Poult. Sci. 80:1729-1735.
Creswell, D.C. dan B. Gunawan. 1982.Pertumbuhan badan dan produksi telur dari
5strain ayam sayur pada sistem peternakanintensif. Pros. Seminar Penelitian
Peternakan. Bogor.
Davies. 1982. Growth and Energy In Nutrition and Groweth Manual. The
Australian University International Development Programs. Australia.
Deboer, A. J., Yazman, J., Tilman, A. D., Banks, D., Campbell., R., Thalauw, J.,
Knipscher, H. C., & Rao, B. R. 1986. A Review of the livestock sector in the
Republic of Indonesia. Winrock International Institute for Agriculture
Development, Morrilton, Arkansas 72110, USA.
Fernandes, J.I.M., A.E. Murakami, E.N. Martins, M.I. Sakamoto, and E.R.M. Garcia.
2009. Effect of arginine on the development of the pectoralis muscle and the
diameter and the protein: deoxyribonucleic acid rate of its skeletal myofibers
in broilers.Poultry Science 88 : 1399–1406.
Fitasari, E. K. Reo dan N. Niswi. 2016. Penggunaan kadar protein berbedapada ayam
kampung terhadappenampilan produksi dan kecernaan protein. Jurnal Ilmu-
Ilmu Peternakan 26 (2): 73 – 83.
31
Foad, A. A., H.K. El-senousey, X.J.Yang and J.H. Yau. 2012. Role of dietary i-
arginine in paultry production. International Jurnal of Poultry Science 11
(11):718-729.
,O.T., Z. Uni , J.P. McMurtry, and P.R. Ferket. 2006. The effects of amniotic
nutrient administration, ―in ovo feeding‖ of arginine and/or ß-hydroxy-ß
methyl butyrate (hmb) on insulin-like growth factors, energy metabolism and
growth in turkey poults. International Journal of Poultry Science 5 (4): 309-
317
Gunawan dan M.M.S. Sundari. 2003. Pengaruh penggunaan probiotik dalam ransum
terhadap produktivitas ayam. Wartazoa 13(3):92-98.
Heny. 2002. Perbandingan Kadar Asam Amino dalam Telur Ayam Ras dan Telur
Bebek dengan High Speed Amino Acid Analyzer. Thesis. Fakultas Farmasi
UBAYA, Surabaya.
Hazim, J., Al-Daraji, and Salih, A.M. 2012. The influence of dietary arginine
supplementation on blood traits of broiler chickens. Pakistan Journal of
Nutrition 11 (3): 258-264.
32
Iskandar, S.E., E. Juarini., D. Zainuddin., H. Resnawati., B. Wibowo dan Sumanto,
1991. Teknologi tepat guna ayam buras. BPT-Ciawi, Bogor.Rukmana, R. H.
2003. Ayam Buras Intensifikasi dan Kiat Pengembangan. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
John. T. M., J. C. George and E. T. Moran, Jr. 1987. Pre and postthatch
ultrastructural and metabolic changes in the hatching muscle of turkey
embryos from antibiotic and glucose treated eggs. Cytobios 49:197-210
Latipudin D, Mushawwir A. 2011. Regulasi panas tubuh ayam ras petelur fase
grower dan layer. Jurnal Sains Peternakan Indonesia. 6(2): 77-82.
Li, F., L.M. Zhang, X.H. Wu, C.Y. Li, X.J. Yang, Y. Dong, A. Lemme, J.C. Han,
and J.H. Yao. 2013. Effects of metabolizable energy and balanced protein on
egg production, quality, and components of lohmann brown laying hens. J.
Appl. Poult. Res. 22: 36–46.
McGruder, B.M., W. Zhai, M.M. Keralapurath, P.D. Gerard, and E.D. Peebles. 2011.
Effects of in ovo injection of stimulant solutions on growth and yolk
utilization in broiler embryo. Poultry Science 90 : 1058–1066.
Nawawi, N. T., dan Nurrohmah. 2011. Pakan ayam kampung. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Nurcahyo, E.M. dan Y.E. Widyastuti. 1999. Usaha pembesaran ayam kampung pedaging.
P.T. Penebar Swadaya. Jakarta.
33
Nurapriani. N. M. 2010. Potensi ayam walik dan ayam kampung
di kabupaten sumedang,jawa barat. [Skripsi]. Departemen Ilmu Produksi Dan
Teknologi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Pandey, N.K., R.P. Singh, V.K. Saxena, N. Shit, R. Singh, R.K. Sharma,
andK.V.H. Sastry. 2013. Effect of IGF1 gene polymorphism and expression
levels on growth factors in Indian colored broilers. Livestock Science 155 :
157–164.
Sakariadi, S., dan B. Wawo. 2004. Penyusunan Ransum Ayam Buras Secara
Sederhana. Fakultas Peternaan Unhas, Makassar.
Shafey, T.M., M.A. Alodan, I.M. Al-Ruqaie, and M.A. Abouheif. 2012. In ovo
feeding of carbohydrates and incubated at a high incubation temperature on
hatchability and glycogen status of chicks. South African Journal of Animal
Science 42 (3) : 210-220.
Siahaan NB, Suprijatna E, Mahfudz LE. 2013. Pengaruh penambahan tepung jahe
merah (Zingiber officinale var. Rubrum) Dalam ransum terhadap laju bobot
badan dan produksi telur ayam kampung periode layer. Animal Agricultural
Journal. 2(1): 478-488.
34
Sierra, 2011. Pemberian Air Minum Sehat pada Ayam. http://www.fedcosierra.
com/2011/12/pemberian-air-minum-sehat-pada-ayam.html. Diakses pada
tanggal 7 Agustus 2017.
Siregar, A.P. dan M. Sabrani. 1980. Ayam sayurdi Indonesia. Perbaikan dan
peningkatankualitas performans dan populasinya. Poultry Indonesia
No.10/thn ke2.
Stockdale, F.E. 1992. Myogenic cell lineages. Dev Biol 154 : 284-298.
Sudaryani, T. & Santoso, H. 2002. Pembibitan Ayam Ras. Cetakan ke-VI. Penebar
Swadaya.Jakarta.
35
Velazquez, P.N., Peraltal, R.J. Bobes, dan M.C. Romanof. 2006. lnsulin stimulates
proliferation but not 17p-estradiol production in cultured chick embryo
ovarian cells.
Wahyu, J. 1992. Ilmu Nutrisi Unggas. Gaja Madha University Press. Yogyajakarta.
Zainuddin, D.S. Iskandar dan B. Gunawan. 2000.Pemberian tingkat enersi dan asam
aminoesensial sintetis dalam penggunaan bahanlokal untuk ransum ayam
lokal Lap.Penelitian.Balai Penelitian Ternak. Bogor.
Zhai, W., S. Neuman, M. Latour, dan P. Hester. 2008. The effect of in ovo injection
of l-carnitine on hatchability of White Leghorns. Poult. Sci. 87:569-572.
Zhai, W., P.D. Gerard, R. Pulikanti, and E.D. Peebles. 2011. Effects of in ovo
injection of carbohydrates on embryonic metabolism, hatchability, and
subsequent somatic characteristics of broiler hatchlings.Poultry Science 90 :
2134–2143.
Zheng Y.M, Zhang M.M. and Wu X.T. 2006. Glutamine dipeptide for parenteral
nutrition in abdominal surgery: A meta-analysis of randomized controlled
trials. World Journal of Gastroenterology 2006; 12(46):7537-41.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Konsumsi Pakan Ayam Kampung Umur 26-30 Minggu Hasil In Ovo
Asam Amino L-glutamin
Konsumsi Pakan (g/e/h)
MINGGU TGL
P0 P1 P2 P3 P4
26 10/06/2017 92,00 120,56 139,00 87,00 293,33
36
11/06/2017 88,00 118,89 131,00 109,00 291,67
12/06/2017 111,00 109,44 145,00 90,00 250,00
13/06/2017 125,00 60,00 124,00 57,00 105,00
14/06/2017 84,00 66,67 88,00 65,00 86,67
15/06/2017 64,00 92,78 86,00 58,00 63,33
16/06/2017 98,00 154,44 124,00 61,00 85,00
17/06/2017 68,00 113,89 133,00 61,00 65,00
18/06/2017 89,00 101,67 144,00 96,00 85,00
19/06/2017 72,00 81,25 119,00 105,00 115,00
27 20/06/2017 80,00 84,38 124,00 100,00 71,67
21/06/2017 75,00 144,38 121,00 84,00 90,00
22/06/2017 46,00 74,38 162,00 127,00 73,33
23/06/2017 115,00 131,88 149,00 101,00 108,33
24/06/2017 95,00 183,13 138,00 80,00 76,67
25/06/2017 77,00 177,50 79,00 88,00 105,00
26/06/2017 90,00 55,00 96,00 81,00 101,67
28 27/06/2017 96,00 100,00 94,00 76,00 100,00
28/06/2017 89,00 120,00 38,00 77,00 76,67
29/06/2017 97,00 95,63 98,00 61,00 75,00
30/06/2017 85,00 95,63 202,00 71,00 95,00
01/07/2017 81,00 33,13 150,00 104,00 93,33
02/07/2017 63,00 100,00 93,00 84,00 118,33
03/07/2017 64,00 106,25 117,00 102,00 60,00
29 04/07/2017 74,00 112,86 103,00 92,00 195,00
05/07/2017 39,00 64,29 37,00 68,00 170,00
06/07/2017 86,00 84,29 70,00 83,00 135,00
07/07/2017 129,00 110,00 85,00 99,00 141,67
08/07/2017 142,00 97,86 95,00 93,00 151,67
09/07/2017 78,00 102,00 139,00 93,00 131,67
10/07/2017 119,00 107,14 82,00 90,00 123,33
30 11/07/2017 127,00 111,43 88,00 95,00 160,00
12/07/2017 85,00 119,29 84,00 87,00 85,00
13/07/2017 72,00 64,29 84,00 108,00 138,33
14/07/2017 80,00 130,71 87,00 87,00 96,67
Jumlah 3075,00 3624,98 3848,00 3020,00 4213,33
Rata-rata 87,86 103,57 109,94 86,29 120,38
Standar Deviasi 22,80 32,10 34,30 16,56 58,75
Lampiran 2. Konsumsi Pakan Ayam Kampung Umur 31-35 Minggu Hasil In Ovo
Asam Amino L-glutamin
MINGGU TGL Konsumsi Pakan (g/e/h)
37
P0 P1 P2 P3 P4
15/07/2017 56,00 117,14 158,00 86,00 111,67
16/07/2017 119,00 112,86 62,00 71,00 86,67
17/07/2017 121,00 127,14 73,00 95,00 125,00
31 18/07/2017 84,00 111,43 104,00 86,00 90,00
19/07/2017 104,00 109,29 98,00 95,00 116,67
20/07/2017 94,00 112,14 118,75 108,00 100,00
21/07/2017 88,00 110,71 283,75 91,00 125,00
22/07/2017 67,00 126,43 111,25 89,00 85,00
23/07/2017 58,00 120,00 72,50 87,00 116,67
24/07/2017 108,00 123,57 76,25 90,00 106,67
32 25/07/2017 94,00 120,71 81,25 99,00 108,33
26/07/2017 61,00 103,57 81,25 94,00 78,33
27/07/2017 73,00 98,57 80,00 81,00 75,00
28/07/2017 101,00 126,43 62,50 81,00 66,67
29/07/2017 122,00 84,29 76,25 104,00 88,33
30/07/2017 93,00 101,43 85,00 85,00 96,67
31/07/2017 107,00 81,43 68,75 80,00 90,00
33 01/08/2017 115,00 107,86 71,25 35,00 73,33
02/08/2017 134,00 129,29 77,50 45,00 100,00
03/08/2017 144,00 105,00 110,00 80,00 105,00
04/08/2017 91,00 104,29 143,75 75,00 60,00
05/08/2017 105,00 127,14 125,00 147,50 81,67
06/08/2017 114,00 125,00 148,75 152,50 111,67
07/08/2017 139,00 105,71 135,00 130,00 135,00
34 08/08/2017 156,00 144,29 117,50 132,50 148,33
09/08/2017 166,00 118,57 155,00 153,75 133,33
10/08/2017 154,00 82,14 137,50 178,75 166,67
11/08/2017 110,00 107,14 130,00 152,50 130,00
12/08/2017 71,00 71,43 143,75 103,75 118,33
13/08/2017 111,00 77,14 52,50 120,00 460,00
14/08/2017 163,00 114,29 71,25 116,25 61,67
35 15/08/2017 116,00 132,14 110,00 155,00 136,67
16/08/2017 114,00 125,71 151,25 165,00 71,67
17/08/2017 76,00 127,86 130,00 107,50 21,67
18/08/2017 88,00 100,00 205,00 142,50 138,33
Jumlah 3717,00 3892,14 3907,50 3714,50 3920,00
Rata-rata 106,20 111,20 111,64 106,13 112,00
Standar Deviasi 29,40 16,91 46,50 33,77 67,29
38
Lampiran 3. Konsumsi Pakan Ayam Kampung Umur 36-40 Minggu Hasil In Ovo
Asam Amino L-glutamin
Konsumsi Pakan (g/e/h)
MINGGU TGL
P0 P1 P2 P3 P4
19/08/2017 166,00 126,43 228,33 156,25 116,67
20/08/2017 161,00 133,57 210,00 163,75 168,33
21/08/2017 151,00 124,29 176,67 187,50 146,67
36 22/08/2017 130,00 108,57 156,67 147,50 195,00
23/08/2017 227,00 112,86 203,33 132,50 123,33
24/08/2017 223,00 114,29 173,33 161,25 145,00
25/08/2017 163,00 123,57 330,00 160,00 115,00
26/08/2017 182,00 112,86 178,33 181,25 115,00
27/08/2017 194,00 125,71 116,67 88,75 103,33
28/08/2017 115,00 137,86 141,67 98,75 155,00
37 29/08/2017 134,00 155,71 193,33 162,50 116,67
30/08/2017 206,00 170,00 208,33 251,25 126,67
31/08/2017 63,00 61,43 111,67 108,75 131,67
01/09/2017 125,00 107,14 110,00 147,50 163,33
02/09/2017 121,00 83,57 633,33 106,25 116,67
03/09/2017 144,00 125,00 120,00 117,50 120,00
04/09/2017 170,00 116,43 160,00 141,25 118,33
38 05/09/2017 80,00 75,00 173,33 127,50 85,00
06/09/2017 159,00 103,57 186,67 118,75 71,67
07/09/2017 153,00 131,43 158,33 142,50 58,33
08/09/2017 180,00 100,00 170,00 177,50 70,00
09/09/2017 163,00 128,57 168,33 237,50 75,00
10/09/2017 174,00 128,57 138,33 207,50 68,33
11/09/2017 98,00 145,00 226,67 203,75 81,67
39 12/09/2017 182,50 112,14 168,33 203,75 85,00
13/09/2017 226,25 178,33 165,00 222,50 263,33
14/09/2017 185,00 180,00 270,00 225,00 116,67
15/09/2017 145,00 141,67 230,00 190,00 288,33
16/09/2017 153,75 150,00 270,00 241,25 135,00
17/09/2017 118,75 143,33 217,50 192,50 146,67
18/09/2017 122,50 140,00 187,50 230,00 508,33
40 19/09/2017 177,50 128,33 225,00 198,75 195,00
20/09/2017 107,50 88,33 185,00 128,75 136,67
21/09/2017 125,00 137,50 372,50 143,75 113,33
22/09/2017 117,50 115,83 250,00 152,50 96,67
Jumlah 5343,25 4366,90 7214,17 5856,25 4871,67
Rata-rata 152,66 124,77 206,12 167,32 139,19
39
Standar Deviasi 39,28 26,11 93,59 43,76 81,25
Lampiran 4. Konsumsi Air Minum Ayam Kampung Umur 26-30 Minggu Hasil In
Ovo Asam Amino L-glutamin
Konsumsi Air Minum (g/e/h)
MINGGU TGL
P0 P1 P2 P3 P4
10/06/2017 266,00 185,56 313,00 136,00 133,33
11/06/2017 106,00 255,56 165,00 253,00 280,00
12/06/2017 182,00 151,67 170,00 271,00 261,67
26 13/06/2017 292,00 226,67 362,00 152,00 140,00
14/06/2017 347,00 270,00 223,00 237,00 266,67
15/06/2017 135,00 212,22 206,00 119,00 121,67
16/06/2017 292,00 234,44 237,00 201,00 163,33
17/06/2017 149,00 207,78 251,00 206,00 141,67
18/06/2017 167,00 282,78 203,00 202,00 140,00
19/06/2017 133,00 171,88 229,00 190,00 158,33
27 20/06/2017 137,00 348,75 188,00 175,00 108,33
21/06/2017 142,00 321,25 234,00 227,00 168,33
22/06/2017 178,00 386,88 172,00 163,00 313,33
23/06/2017 176,00 215,63 241,00 157,00 181,67
24/06/2017 132,00 271,25 184,00 127,00 138,33
25/06/2017 254,00 373,75 185,00 172,00 150,00
26/06/2017 304,00 310,63 192,00 176,00 158,33
28 27/06/2017 263,00 179,38 248,00 190,00 176,67
28/06/2017 154,00 198,75 237,00 161,00 145,00
29/06/2017 153,00 180,63 233,00 167,00 186,67
30/06/2017 188,00 258,75 195,00 165,00 150,00
01/07/2017 184,00 233,13 176,00 235,00 143,33
02/07/2017 186,00 271,25 204,00 191,00 165,00
03/07/2017 171,00 206,25 160,00 167,00 168,33
04/07/2017 160,00 259,29 215,00 205,00 238,33
29
05/07/2017 173,00 230,00 270,00 181,00 131,67
06/07/2017 183,00 240,71 208,00 185,00 238,33
07/07/2017 176,00 235,71 180,00 210,00 210,00
08/07/2017 171,00 247,14 220,00 214,00 181,67
09/07/2017 193,00 211,43 157,00 220,00 241,67
10/07/2017 144,00 240,00 161,00 242,00 206,67
30 11/07/2017 189,00 262,14 206,00 191,00 146,67
12/07/2017 163,00 194,29 182,00 242,00 153,33
13/07/2017 210,00 183,57 204,00 178,00 251,67
40
14/07/2017 175,00 222,14 158,00 196,00 196,67
15/07/2017 165,00 218,57 172,00 190,00 231,67
Jumlah 6793,00 8699,79 7541,00 6894,00 6588,33
Rata-rata 194,09 248,57 215,46 196,97 188,24
Standar Deviasi 55,29 54,53 43,71 34,98 50,53
Lampiran 5. Konsumsi Air Minum Ayam Kampung Umur 31-35 Minggu Hasil In
Ovo Asam Amino L-glutamin
Konsumsi Air Minum (g/e/h)
MINGGU TGL
P0 P1 P2 P3 P4
16/07/2017 165,00 146,43 174,00 198,00 225,00
17/07/2017 171,00 161,43 161,00 216,60 198,33
18/07/2017 160,00 219,29 149,00 301,00 216,67
31 19/07/2017 155,00 254,29 207,00 213,00 246,67
20/07/2017 178,00 224,29 230,00 165,00 230,00
21/07/2017 143,00 114,29 246,25 149,00 220,00
22/07/2017 160,00 243,57 180,00 172,00 215,00
23/07/2017 160,00 242,14 226,25 191,00 255,00
24/07/2017 187,00 235,00 235,00 195,00 200,00
25/07/2017 147,00 240,71 176,25 181,00 185,00
32 26/07/2017 145,00 228,57 152,50 190,00 178,33
27/07/2017 190,00 206,43 317,50 145,00 121,67
28/07/2017 183,00 166,43 151,25 173,00 133,33
29/07/2017 189,00 270,00 153,75 192,00 155,00
30/07/2017 172,00 236,43 165,00 155,00 131,67
31/07/2017 175,00 212,86 162,50 148,00 193,33
01/08/2017 173,00 230,71 175,00 200,00 145,00
33 02/08/2017 177,00 245,00 165,00 141,00 161,67
03/08/2017 182,00 228,57 233,75 171,00 135,00
04/08/2017 110,00 270,00 188,75 151,00 208,33
05/08/2017 184,00 322,86 202,50 212,50 160,00
06/08/2017 153,00 209,29 283,75 207,50 136,67
07/08/2017 205,00 267,14 196,25 227,50 180,00
08/08/2017 114,00 210,00 145,00 321,25 208,33
34 09/08/2017 188,00 252,14 171,25 210,00 148,33
10/08/2017 159,00 301,43 261,25 253,75 178,33
11/08/2017 165,00 240,00 150,00 257,50 165,00
12/08/2017 110,00 223,57 138,75 317,50 163,33
13/08/2017 217,00 225,00 136,25 126,25 218,33
35 14/08/2017 180,00 227,14 168,75 247,50 215,00
15/08/2017 169,00 205,00 192,50 245,00 210,00
41
16/08/2017 210,00 302,86 160,00 237,50 220,00
17/08/2017 192,00 226,43 152,00 207,50 216,67
18/08/2017 266,00 243,57 235,00 217,50 223,33
19/08/2017 233,20 177,14 251,67 362,50 188,33
Jumlah 6067,20 8010,00 6694,67 7298,85 6586,67
Rata-rata 173,35 228,86 191,28 208,54 188,19
Standar Deviasi 31,47 42,05 44,79 54,83 35,71
Lampiran 6. Konsumsi Air Minum Ayam Kampung Umur 36-40 Minggu Hasil In
Ovo Asam Amino L-glutamin
Konsumsi Air Minum (g/e/h)
MINGGU TGL
P0 P1 P2 P3 P4
20/08/2017 224,00 269,29 218,33 291,25 163,33
21/08/2017 211,00 285,00 156,67 288,75 248,33
22/08/2017 201,00 297,86 218,33 267,50 171,67
36 23/08/2017 226,00 280,00 208,33 305,00 213,33
24/08/2017 134,00 280,71 286,67 318,75 148,33
25/08/2017 206,00 268,57 268,33 271,25 180,00
26/08/2017 210,00 173,57 261,67 268,75 215,00
27/08/2017 314,00 251,43 236,67 217,50 278,33
28/08/2017 195,00 257,14 170,00 325,00 181,67
29/08/2017 176,00 225,71 228,33 272,50 281,67
37 30/08/2017 223,00 220,00 255,00 212,50 200,00
31/08/2017 131,00 128,57 196,67 177,50 188,33
01/09/2017 202,00 233,57 233,33 336,25 196,67
02/09/2017 195,00 235,00 206,67 272,50 225,00
03/09/2017 234,00 302,14 171,67 305,00 230,00
04/09/2017 291,00 232,14 186,67 323,75 176,67
05/09/2017 274,00 229,29 138,33 191,25 176,67
38 06/09/2017 234,00 223,57 110,00 386,25 118,33
07/09/2017 213,00 240,71 163,33 361,25 126,67
08/09/2017 132,00 244,29 156,67 353,75 158,33
09/09/2017 187,00 281,43 166,67 343,75 191,67
10/09/2017 186,00 267,14 260,00 363,75 151,67
11/09/2017 193,00 263,57 123,33 341,25 113,33
12/09/2017 213,75 229,29 130,00 320,00 221,67
39 13/09/2017 256,25 297,50 218,33 390,00 188,33
14/09/2017 185,00 279,17 285,00 340,00 171,67
15/09/2017 188,75 259,17 337,50 370,00 193,33
16/09/2017 192,50 510,83 267,50 331,25 183,33
42
17/09/2017 167,50 272,50 265,00 308,75 180,00
18/09/2017 147,50 252,50 232,50 353,75 208,33
19/09/2017 188,75 188,33 202,50 371,25 268,33
40 20/09/2017 191,25 173,33 197,50 277,50 238,33
21/09/2017 146,25 174,17 240,00 293,75 235,00
22/09/2017 121,25 166,67 140,00 195,00 173,33
23/09/2017 118,75 165,00 205,00 211,25 210,00
6806,6
Jumlah 6909,50 8659,17 7342,50 10557,50
7
Rata-rata 197,41 247,40 209,79 301,64 194,48
Standar Deviasi 45,14 63,24 53,03 57,88 40,90
Lampiran 7. Analisis Ragam Produksi Telur pada Umur 26-30 Minggu Ayam
Kampung Hasil In Ovo Asam Amino L-glutamin
Descriptive Statistics
Dependent Variable: Produksi Telur
Perlakuan Mean Std. Deviation N
P0 25.0020 9.10567 5
P1 28.2340 10.59951 5
P2 35.0020 13.69254 5
P3 31.4300 17.38505 5
P4 31.4280 10.83098 5
Total 30.2192 12.06580 25
Produksi Telur
Duncan
43
Subset
Perlakuan N 1
P0 5 25.0020
P1 5 28.2340
P4 5 31.4280
P3 5 31.4300
P2 5 35.0020
Sig. .275
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 160,460.
Lampiran 8. Analisis Ragam Produksi Telur pada Umur 31-35 Minggu Ayam
Kampung Hasil In Ovo Asam Amino L-glutamin
Descriptive Statistics
Produksi Telur
44
Duncan
Subset
Perlakuan N
1 2
P1 5 16.1920
P0 5 32.8600 32.8600
P3 5 38.0960 38.0960
P2 5 44.2860 44.2860
P4 5 57.1420
Sig. .053 .091
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 397,334.
Lampiran 9. Analisis Ragam Produksi Telur pada Umur 36-40 Minggu Ayam
Kampung Hasil In Ovo Asam Amino L-glutamin
Descriptive Statistics
45
Type III Sum
Source df Mean Square F Sig.
of Squares
Corrected Model 4150.391a 4 1037.598 1.748 .179
Intercept 66391.768 1 66391.768 111.855 .000
Perlakuan 4150.391 4 1037.598 1.748 .179
Error 11871.058 20 593.553
Total 82413.216 25
a. R Squared = ,259 (Adjusted R Squared = ,111)
Produksi Telur
Duncan
Subset
Perlakuan N
1
P1 5 38.8560
P3 5 40.0020
P0 5 44.5240
P2 5 67.1420
P4 5 67.1420
Sig. .113
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 593,553.
Lampiran 10. Analisis Ragam Berat Telur pada Umur 26-30 Minggu Ayam
Kampung Hasil In Ovo Asam Amino L-glutamin
Descriptive Statistics
46
Type III Sum
Source Df Mean Square F Sig.
of Squares
Corrected Model 30.222a 4 7.555 2.674 .062
Intercept 35639.399 1 35639.399 1.261E4 .000
Perlakuan 30.222 4 7.555 2.674 .062
Error 56.518 20 2.826
Total 35726.138 25
Corrected Total 86.740 24
a. R Squared = ,348 (Adjusted R Squared = ,218)
Berat Telur
Duncan
Subset
Perlakuan N
1 2
P3 5 36.2660
P2 5 37.0880
P4 5 37.5900 37.5900
P1 5 38.3540 38.3540
P0 5 39.4860
Sig. .085 .106
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 2,826.
Lampiran 11. Analisis Ragam Berat Telur pada Umur 31-35 Minggu Ayam
Kampung Hasil In Ovo Asam Amino L-glutamin
Descriptive Statistics
Dependent Variable: Berat Telur
Perlakuan Mean Std. Deviation N
P0 40.5480 .98271 5
P1 37.9060 2.95106 5
P2 38.2880 3.28732 5
P3 34.1900 4.33567 5
P4 40.2680 1.41233 5
Total 38.2400 3.50520 25
47
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Berat Telur
Type III Sum
Source Df Mean Square F Sig.
of Squares
Corrected Model 129.780a 4 32.445 3.930 .016
Intercept 36557.440 1 36557.440 4.429E3 .000
Perlakuan 129.780 4 32.445 3.930 .016
Error 165.095 20 8.255
Total 36852.315 25
Corrected Total 294.875 24
a. R Squared = ,440 (Adjusted R Squared = ,328)
Berat Telur
Duncan
Subset
Perlakuan N
1 2
P3 5 34.1900
P1 5 37.9060 37.9060
P2 5 38.2880
P4 5 40.2680
P0 5 40.5480
Sig. .054 .197
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 8,255.
Lampiran 12. Analisis Ragam Berat Telur pada Umur 36-40 Minggu Ayam
Kampung Hasil In Ovo Asam Amino L-glutamin
Descriptive Statistics
48
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Berat Telur
Type III Sum
Source df Mean Square F Sig.
of Squares
Corrected Model 43.726a 4 10.931 5.001 .006
Intercept 42562.166 1 42562.166 1.947E4 .000
Perlakuan 43.726 4 10.931 5.001 .006
Error 43.717 20 2.186
Total 42649.609 25
Corrected Total 87.443 24
a. R Squared = ,500 (Adjusted R Squared = ,400)
Berat Telur
Duncan
Subset
Perlakuan N
1 2 3
P3 5 39.5300
P0 5 40.4800 40.4800
P2 5 40.7220 40.7220
P4 5 42.4780 42.4780
P1 5 43.0960
Sig. .242 .055 .516
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 2,186.
49
50
51
52