Oleh :
iv
ABSTRACT
v
KATA PENGANTAR
Segala puji sukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
program studi Diploma Tiga di Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung
Pandang dan agar penulis dapat memperoleh gambaran nyata yang selama ini
menyadari bahwa laporan Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan, karena itu
saran dan kritik yang sifatnya membangun akan penulis terima dengan senang
hati. Penulis mengalami hambatan dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini
namun bantuan dari berbagai pihak hal itu dapat teratasi. Sehubungan dengan hal
tersebut maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
2. Bapak Dr. Ir. Hamzah Yusuf, M.Si selaku direktur Politeknik Negeri Ujung
Pandang
3. Bapak Wahyu Budiutomo, HND., M.Sc selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia
vi
4. Bapak Ir. Zulmanwardi, M.Si selaku pembimbing I dan Bapak HR. Fajar,
7. Teman seperjuangan sarjana saya yang tercinta Utari Azzahra Putri, Nurul
8. Teman kelas 3A dan angkatan 2013 khususnya kepada teman TA saya, Putri
Dwi Jayanti juga kepada saudari Nirwana Maharani dan Nirmalawati Sahir
10. Anggota kesebelasan UKM Bahasa PNUP dan demisioner PH UKM Bahasa
Semoga niat baik dan keikhlasan bantuannya mendapat balasan amal dari
Tuhan Yang Maha Kuasa dan semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat
Halaman
ABSTRAK..................…………………………………………………………………...iv
ABSTRACT..….………………………………………………………………………….v
KATA PENGANTAR…….....……………………………………………………..……vi
DAFTAR ISI...........………………………………………………….………………...viii
DAFTAR TABEL.........……………………………………………………………….....x
DAFTAR GAMBAR…......………………………………………………......................xi
DAFTAR LAMPIRAN…...………………………………………………………xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Bioetanol ......................................................................................................4
viii
C. Prosedur Kerja Penelitian...........................................................................21
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................36
B. Saran...........................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Tumbuhan Umbi Uwi (a) dan Buah Umbi Uwi (b) ...............................6
Gambar 3. Struktur Kimia Amilosa (a) dan Amilopektin (b) dalam Pati ..............10
Gambar 7. Diagram Alir Proses Persiapan Bahan Baku (Tepung Umbi Uwi) ......28
Gambar 8. Diagram Alir Proses Produksi Etanol dari Tepung Umbi Uwi ............29
Gambar 10. Grafik Pengaruh Komposisi Ragi dan Waktu Fermentasi Terhadap
Kadar Bioetanol .................................................................................34
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Tabel Penentuan Glukosa, Fruktosa dan Gula Invert dengan Metode
Luff Schrool ......................................................................................37
Lampiran 4. Penentuan Kadar pada Gula Proses Hidrolisis dengan Metode Luff
Schrool ...............................................................................................40
Lampiran 5. Penentuan Kadar pada Gula Proses Liquifikasi dengan Metode Luff
Schrool 42
Lampiran 6. Penentuan Kadar pada Gula Proses Sakarifikasi dengan Metode Luff
Schrool ...............................................................................................43
Lampiran 11. Report Analysis Gas Chromatography Setelah Destilasi 12 Hari ...53
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia saat ini berada dalam era kebangkitan energi II, yaitu era
sebagai sumber energi dan mengurangi penggunaan energi berbasis minyak bumi.
peran bahan bakar minyak (BBM) sebagai sumber energi akan dikurangi dari 52%
hingga kurang dari 20% pada tahun 2025. Pada saat itu, energi alternatif berupa
biofuel dan bahan bakar nabati (BBN) dalam bentuk etanol diharapkan mampu
Pembuatan etanol dilakukan dengan dua metode yaitu hidrasi etilena dan
fermentasi. Kekurangan dari metode hidrasi etilena adalah harga produksi yang
mahal dan etilen yang susah didapatkan. Keuntungan metode fermentasi yaitu
emisi gas buang yang aman dan bahan baku yang aman serta mudah diperoleh
(2) bersih dan efisien, dan (3) mengurangi pemanasan global. Bahan baku untuk
proses produksi bioetanol diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu gula, pati
dan selulosa (Ge, et al., 2011). Salah satu jenis pati-patian yang layak
1
dikembangkan sebagai bahan baku bioetanol adalah pati dari umbi uwi
(Dioscorea alata).
43% berat basah dan 73,27 – 92,37% berat kering (Budiarjo, 2009). Kurang
disenanginya umbi uwi sebagai bahan pangan sehingga dialihkan untuk menjadi
bahan baku pembuatan bioetanol. Dalam jangka waktu 6 hingga 8 bulan, tanaman
tersebut mampu menghasilkan umbi hingga 50 kg. Dengan budidaya yang baik,
hasil uwi akan mencapai 20 hingga 30 ton umbi basah per hektar per musim
tanam. Setelah masa tanam 9-12 bulan, umbinya dapat dipanen (Plantus, 2008).
Tahapan mengubah pati dalam umbi uwi menjadi glukosa ada tiga tahapan
yang paling baik untuk fermentasi glukosa menjadi etanol karena relatif lebih
efisien mengubah gula menjadi etanol dan lebih toleran terhadap etanol bila
berupa suhu dan keasaman dan variabel peubah berupa konsentrasi ragi dan waktu
fermentasi.
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
umbi uwi kuning, sebagai bahan bakar alternatif yang berasal dari
2. Hasil penelitian ini dapat meningkatkan nilai tambah umbi uwi kuning
Ipteks.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bioetanol
komponen pati atau selulosa. Bahan baku bioetanol dapat diperoleh dari berbagai
tanaman yang menghasilkan gula (seperti tebu dan molase), tepung/pati seperti
Secara umum etanol biasa digunakan sebagai bahan baku industri turunan
alkohol, campuran untuk miras, bahan dasar industri farmasi, kosmetika dan kini
etanol yang mempunyai grade konsentrasi 90-99% dapat digunakan pada industri
fermentasi.
BBM untuk motor bensin saat harga BBM semakin mahal. Bioetanol dapat
bahan bakar lebih dikenal dengan sebutan gasohol BE-10. Gasohol BE-10 ini
merupakan campuran 90% bensin dengan 10% alkohol dengan kadar 99%. Di
Indonesia pemakaian gasohol sebagai alternatif bahan bakar baru dimulai sejak 20
Januari 2005 yakni dengan diresmikannya gasohol BE-10 hasil penelitian tim
peneliti di Balai Besar Teknologi Pati (B2TP) BPPT di Lampung oleh Menteri
Riset dan Teknologi di Jakarta. Hal ini sangatlah ironis, mengingat negara
Indonesia memiliki potensi bahan baku yang relatif banyak. Namun salah satu
faktor yang menjadi kendala adalah kurangnya penyediaan bahan baku, sebab
bahan baku yang memiliki potensi tersebut belum dibudidayakan dalam skala
usaha besar. Oleh karena itu pembuatan alkohol dari umbi uwi dapat dijadikan
sebagai salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan alkohol yang semakin
5
B. Umbi uwi (Dioscorea Alata)
potensial sebagai sumber bahan pangan karbohidrat non beras. Selain sebagai
sumber pangan non beras umbi uwi juga bermanfaat untuk kesehatan.
(a) (b)
Gambar 1. Tumbuhan umbi uwi (a) dan buah umbi uwi (b)
Sumber : Wikipedia, 2016.
Uwi
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
Filum: Magnoliophyta
Kelas: Liliopsida
Ordo: Dioscoreales
Famili: Dioscoreaceae
Genus: Dioscorea
Spesies: D. alata
Nama binomial
Dioscorea alata L.
Sumber : Eprilianti Indah, 2000.
Umbi uwi mempunyai umbi yang berwarna putih kekuningan dan ada yang
berwarna biru tua uwi ini biasa disebut uwi ireng (Jawa) kulit umbi bagian dalam
berwarna ungu tua dagingnya berwarna ungu muda, terkadang terdapat bercak-
6
bercak ungu tak beraturan. Terdapat juga uwi dorok (Jawa), uwi merah/uwi abang
(Jawa) yang masih termasuk ke dalam kategori ini. Umbi uwi banyak ditemukan
Panjang uwi sekitar 80 cm. Daging bagian tengah berwarna merah cerah
serta kulit dalamnya berwarna merah atau coklat kekuningan. Kulitnya kasar
diikuti warna coklat kayu. Tanaman ini tumbuh di tanah datar hingga ketinggian
800 m dpi, tetapi dapat juga tumbuh pada ketinggian 2.700 m dpi. Pada musim
kemarau umbinya mengalami masa istirahat. Agar tidak busuk biasanya umbinya
disimpan di tempat kering, atau dibungkus abu. Menjelang musim hujan umbi ini
akan bertunas. Umbi yang telah bertunas digunakan sebagai bibit. Setelah masa
tanam 9-12 bulan, umbinya dapat dipanen (Plantus, 2008). Dalam jangka waktu 6
Dengan budidaya yang baik, hasil uwi akan mencapai 20 hingga 30 ton umbi
Umbi uwi mengandung karbohidrat yang lebih tinggi dibanding ubi kayu
yang saat ini digunakan sebagai bahan baku bioetanol. Umbi uwi mengandung
karbohidrat 43%, sedangkan ubi kayu sekitar 23,70% (Papilaya, et al., 2005).
Umbi uwi kuning memiliki kandungan pati 83,38%, amilosa 14,81 dan
amilopektin 68,57%. Sementara untuk umbi uwi ungu memiliki kandungan pati
86,12%, amilosa 17,59%, dan amilopektin 68,60%. Untuk umbi uwi kuning kulit
7
ungu, kandungan pati sebesar 86,68%, amilosa 17,52%, dan amilopektin 69,36%
Dilihat dari komposisi pati, umbi uwi memiliki potensi untuk dijadikan
umbi uwi sebagai bahan pangan menyebabkan pemanfaatannya untuk industri non
uwi sebagai bahan pangan sehingga dialikan untuk menjadi bahan baku
pembuatan bioetanol.
C. Produksi Bioetanol
yang lebih sederhana. Untuk mengurai pati, digunakan cendawan Aspergillus sp.
Gula adalah nama umum untuk zat makanan dengan rasa manis. Gula
galaktosa, dan fruktosa semua memiliki rumus kimia yang sama (C6H12O6),
8
Gambar 2. Perbedaan glukosa, galaktosa, dan fruktosa
Sumber : Bailey James E, dkk, 1986.
monosakarida. Golongan ini yaitu pati, glikogen dan selulosa. Berikut molekul
9
Secara teoritis dari setiap molekul glukosa akan diperoleh 2 molekul etanol
(1)
(C6H10O5)n nC6H12O6
(glukosa) (etanol)
Sumber : M.L Sristava, 2008.
lebih lanjut mengenai teknologi proses produksi etanol masih perlu dilakukan.
1. Proses hidrolisis
atau asam dan basa. Dalam hal ini molekul air (H2O) menguraikan molekul pati
yang tersusun atas 2 fraksi. Kedua fraksi tersebut dapat dipisahkan dengan air
panas. Fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi tidak terlarut disebut amilopektin.
(a)
10
(b)
Gambar 3. Struktur kimia amilosa (a) dan amilopektin (b) dalam pati
Sumber : Todingbua’ Abigael, 2008.
(2004), terdapat 250 satuan glukosa atau lebih per molekul amilosa. Hidrolisis
1000 satuan glukosa atau lebih per molekul. Hidrolisis lengkap amilopektin hanya
11
Sumber : Bailey James E, dkk, 1986.
Proses hidrolisis pati dalam suasana asam diproduksi secara komersial mulai
tahun 1850. Pada proses ini sejumlah pati diasamkan hingga pH = 2, kemudian
belum maksimal.
pati dibutuhkan suatu katalis. Mekanisme kerja katalis dapat dijelaskan sebagai
asam dan pH yang sesuai. Efektivitas dari kerja katalis juga sangat dipengaruhi
oleh suhu dan konsentrasi pati. Salah satu katalis asam yang dapat digunakan
adalah HCl.
c. Lebih aman jika dibandingkan dengan jenis asam yang lain seperti HNO3
yang dapat membentuk gas NO2 selama proses hidrolisis berlangsung yang
12
Hidrolisis dengan menggunakan asam sudah sejak lama berusaha digantikan
protein yang dihasilkan oleh sel-sel. Enzim ikut terlibat dalam berbagai reaksi
biokimia. Enzim dapat memecah ikatan polimer dari pati. Enzim bekerja secara
yang maksimal. Karena itu pada proses pembuatan glukosa secara asam biasanya
diikuti oleh proses enzim dengan tujuan agar produk yang dihasilkan benar-benar
murni glukosa. Enzim yang banyak digunakan di industri pengolahan pati antara
dalam molekul, baik pada amilosa maupun pada amilopektin. Hasil hidrolisis α-
13
Gambar 5. Struktur kimia ikatan α-1,4
Sumber : Bailey James E, dkk, 1986.
α-amilase yang berasal dari kapang (fungal α-amilase) dapat diperoleh dari
Aspergillus niger dan Aspergillus oryzae. Enzim ini sangat berbeda dari bacterial
α-amilase karena jenis ini memiliki suhu deaktivitasi yang rendah, aksi
sakarifikasi yang tinggi serta nilai pH optimum yang rendah (pH 4-5). α-amilase
yang termolabil dari kapang digunakan dalam proses sakarifikasi. α-amilase stabil
degradasi pati yang diamati dari penurunan kadar pati terlarut, kadar maltosa atau
pullulan. Enzim glukoamilase juga dapat menyerang ikatan α-1,6 pada titik
percabangan, walaupun dengan laju yang lebih rendah. Hal ini berarti bahwa pati
14
Gambar 6. Struktur kimia ikatan α-1,4 dan α-1,6
Sumber : Bailey James E, 1986.
1,4 dan 1,6 dan menghasilkan glukosa. Glukosa yang dihasilkan dapat diukur
dengan cara penentuan gula pereduksi dengan metode Smogy, Elso dan luff
4. Fermentasi
merupakan spesies dari khamir, atau di Indonesia lebih dikenal dengan nama
jamur ragi, telah memiliki sejarah yang luar biasa di industri fermentasi, karena
15
lama digunakan dalam industri alkohol dan minuman beralkohol, sebab memiliki
yaitu cepat berkembangbiak, tahan terhadap kadar alkohol yang tinggi, tahan
terhadap suhu yang tinggi, mempunyai sifat stabil dan cepat beradaptasi.
yaitu unsur C sebagai sumber karbon, unsur N yang diperoleh dari penambahan
urea, ZA, amonium dan pepton, serta mineral dan vitamin. Suhu optimum untuk
mikroorganisme aman (General Regarded as Safe) yang paling komersial saat ini
dan masa depan, terutama karena krisis energi yang semakin sering terjadi, etanol
yang diproduksi oleh fermentasi ragi ini agaknya akan mendapat perhatian khusus
karena potensinya sebagai biofuel. Biofuel dalam bentuk etanol merupakan salah
satu harapan masa depan dari super jamur ini (Kunaepah, U., 2008).
potensi besar untuk menjadi bahan bakar pengganti premium. Penelitian tentang
produksi bioetanol berbahan baku umbi uwi telah dilakukan oleh Harmani k
fermentasi dan dosis ragi terhadap kadar alkohol hasil fermentasi ampas umbi
uwi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu penelitian 18 hari dan dosis ragi
11 gram adalah perlakuan yang paling baik dengan kadar alkohol 17,96%. Hasil
16
penelitian tersebut sangat berguna sebagai dasar penelitian selanjutnya, khususnya
antara lain penelitian yang dilakukan oleh Reith (2007), dalam penelitiannya
Saccharomyces cerevisiae). Dalam fermentasi yang sama dan dalam dosis yang
sama untuk ketiga jenis mokroorganisme dihasilkan yield etanol tertinggi dari
proses sakarifikasi dan fermentasi terjadi secara simultan didalam satu tangki
200 unit enzim/gram tepung yang berlangsung pada suhu 55oC dan proses
industri substrat penghasil glukosa tinggi, diperoleh bahwa etanol yang layak
yaitu pada fermentasi 300 gr/hasil glukosa, dengan kadar etanol 17,4% (v/v).
17
Vaithanomsat, et al., (2009), memproduksi bioetanol dari batang bunga
Hasil yang diperoleh yield maksimum etanol sebesar 0,028 g/100 g batang bunga
matahari.
maksimum tepung umbi uwi serta konsentrasi HCl pada proses hidrolisis, proses
liqiufikasi dengan jumlah maksimum enzim α-amilase dan variasi suhu, serta
didapatkan kadar glukosa tertinggi pada berat tepung uwi 60 gram dan konsentrasi
HCl 5% yaitu sebesar 6,28% (b/v), pada proses liquifikasi diperoleh kadar
glukosa tertinggi pada 80 unit enzim α-amilase dengan suhu 90oC yaitu sebesar
8,49% (b/v) dan pada proses sakarifikasi diperoleh kadar glukosa tertingggi pada
100 unit enzim glukoamilase dengan suhu 70oC yaitu sebesar 12,12% (b/v).
18
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini berlangsung pada bulan Maret hingga Agustus tahun 2016 dan
a. Erlenmeyer 500 mL
c. Pengaduk kaca
d. Termometer
f. Pipet volume 25 mL
k. Heat mantel
l. Buret teflon 50 mL
m. Bola isap
19
n. Labu semprot 250 mL
o. Hot plate
p. Pipet tetes
q. Batu didih
b. NaOH 20%
c. HCl 5%
d. CaCl2 padatan
e. Enzim α-amilase
f. Enzim glukoamilase
g. NPK
h. Urea
i. Gula pasir
l. H2SO4 25%
m. KI 20%
p. Indikator Pati
20
C. Prosedur Kerja Penelitian
destilasi, analisis kadar gula dengan metode luff schrool, analisis gas
b. Umbi uwi kuning diparut dan direndam dengan air selama 24 jam.
halus.
2. Proses hidrolisis
21
b. Larutan HCl 5% ditambahkan ke dalam labu leher dua sebanyak 200
3. Proses liquifikasi
erlenmeyer.
4. Proses sakarifikasi
5. Proses fermentasi
22
1) Variabel tetap :
a) pH : 4-5
2) Variabel peubah :
volume substrat.
1) Variabel tetap :
a) pH : 4-5
2) Variabel peubah :
23
3) Tahap fermentasi etanol dilakukan dengan variasi 3 hari, 6 hari, 9
hari, 12 hari, dan 15 hari pada suhu ruang (28-35oC) dan kondisi
pH 4-5.
6. Proses pemurnian
dengan pemanasan pada suhu 78oC atau setara titik didih etanol,
sehingga etanol akan menguap dan mengalir melalui pipa yang terendam
air sehingga uap etanol akan terkondensasi dan kembali menjadi etanol.
D. Analisis Pengujian
a. Peralatan GC dihidupkan.
analisis) yang memuat data waktu retensi (Rt) dan area untuk etanol
standar.
Cx
Ax
x C std ………………………………………………(1)
A std
Keterangan :
Ax = area sampel
a. Cara kerja
x 100%………………………………........(2)
Keterangan :
Fp = Faktor pengenceran
dihomogenkan.
26
c. Standarisasi natrium tiosulfat
tiosulfat dan indikator pati sebanyak 2-3 tetes sampai biru hilang.
ρ= (gram/mL) ……………………………………….(3)
Keterangan :
27
Umbi Uwi Kuning
Pengupasan
H 2O
Pencucian
Pemarutan
H 2O Perendaman
t1= 24 jam
t2= 3 jam
Pemerasan
Penyaringan Ampas
Filtrat
H2O
Pengendapan
Endapan
Pengeringan
Pengayakan
Gambar 8. Diagram alir proses persiapan bahan baku (tepung umbi uwi kuning)
28
Tepung Umbi Uwi Kuning
(60 gram)
200 mL HCl 5%
Refluks
T= 100 0C, t= 90
menit
Pendinginan
Hasil Hidrolisis
NaOH 20%
Pengaturan pH
belum
pH= 7
Pendinginan
Hasil Liquifikasi
Pendinginan
Hasil Sakarifikasi
Pendinginan
Hasil Inkubasi
Bioetanol
Destilasi
T= 78 0C
Bioetanol
Gambar 9. Diagram alir proses produksi etanol dari tepung umbi uwi
29
BAB IV
Pembuatan bioetanol dari umbi uwi kuning terdiri dari dua tahap yaitu
proses hidrolisis dan proses fermentasi. Pati yang telah kering selanjutnya
tertinggi.
untuk mengubah pati menjadi glukosa, yaitu hidrolisis kimiawi dengan bantuan
katalis HCl 5% pada suhu 100oC selama 90 menit, didapatkan hasil kadar glukosa
Hidrolisis secara enzimatis terbagi menjadi dua tahapan yaitu proses liquifikasi
uwi kuning pada suhu 90oC selama 120 menit pada pH 6 didapatkan hasil kadar
30
dengan proses sakarifikasi dengan menggunakan enzim glukoamilase sebanyak
100 unit enzim/gram tepung umbi uwi kuning pada suhu 70oC selama 240 menit
pada pH 4-5 didapatkan hasil glukosa pada proses sakarifikasi adalah sebesar
pada setiap tahapan proses hidrolisis semakin banyak pati yang diubah menjadi
ikatan-ikatan lemah pada pati, oleh karena itu dilakukan proses liquifikasi dengan
enzim α-amilase yang mengubah pati menjadi dekstrin, lalu hasil dari proses
Analisa kadar gula perlu diketahui untuk menentukan batas kadar glukosa
yang maksimal. Menurut Tatang dalam Syam (2009), pada pembuatan bioetanol
dari bahan baku umbi-umbian diperlukan kadar glukosa maksimal 18% itu adalah
kadar gula yang disukai mikroba Saccharomyces cerevisiae untuk hidup dan dapat
bekerja mengurai gula menjadi alkohol. Kadar gula yang dihasilkan pada proses
sakarifikasi sebesar 12% (b/v) sehingga perlu ditambahkan gula pasir sebanyak
F. Proses fermentasi
suatu produk oleh masa sel mikroba. Produk yang diharapkan dalam fermentasi
adalah produk etanol yang diperoleh melalui konversi dari bentuk gula menjadi
31
etanol (alkohol) dengan menggunakan Saccharomyces cerevisiae yang berasal
12
Komposisi ragi
10 0,5%
Konsentrasi Bioetanol (%)
8
Komposisi ragi
1,0%
6
4 Komposisi ragi
1,5%
Komposisi ragi
0 2,0%
3 6 9 12 15
Waktu Fermentasi (hari)
Gambar 10. Grafik pengaruh waktu fermentasi dan komposisi ragi terhadap
kadar bioetanol
Pada gambar 10 diatas, dapat dilihat bahwa pada 12 hari dengan komposisi
ragi 1,5% menghasilkan kadar bioetanol tertinggi yaitu 9,97% dibanding pada 3,
6, 9 dan 15 hari dengan komposisi ragi yang sama, hal ini disebabkan karena pada
32
mengubah glukosa menjadi etanol. Begitu pula pada hari ke 6 dan 9 dengan
komposisi ragi yang sama. Pada hari ke 15 dengan komposisi ragi yang sama,
kadar etanol yang dihasilkan mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan laju
mendekati fase kematian, keadaan lingkungan yang jelek karena semakin banyak
hasil metabolit yang tidak berguna dan mengganggu pertumbuhan mikroba yang
artinya mikroba tidak bisa mengkonversi glukosa menjadi etanol secara maksimal
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Irvan, dkk., (2015), kadar
diraih pada penelitian tersebut dicapai pada waktu fermentasi selama 4 hari dan
maka semakin banyak pula mikroba yang dibutuhkan dan semakin banyak pula
glukosa yang dikonversi menjadi etanol. Proses ini akan terhenti jika kadar
alkohol sudah meningkat sampai tidak dapat ditolerir lagi oleh mikroba. Pada
kondisi tersebut, mikroba pun tidak lagi menghasilkan etanol sebagai metabolit
kadar etanol.
33
2. Pengaruh komposisi ragi terhadap kadar bioetanol
12,00
10,00
Konsentrasi Bioetanol (%)
8,00
3 Hari
6,00
6 Hari
9 Hari
4,00
12 Hari
15 Hari
2,00
0,5 1 1,5 2
Komposisi ragi
Gambar 11. Grafik pengaruh komposisi ragi dan waktu fermentasi terhadap
kadar bioetanol
terlalu banyak dan tidak sebanding dengan jumlah glukosa serta nutrisi yang
racun bagi mikroba itu sendiri, yang berakibat berkurangnya mikroba yang
35
BAB V
PENUTUP
G. Kesimpulan
tertinggi 9,97%.
H. Saran
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan variasi kondisi pH, suhu
36
DAFTAR PUSTAKA
Azis, Abdul. 2014. Bahan Ajar Kimia Pangan. Makassar : Politeknik Negeri
Ujung Pandang.
Ge, L., dkk 2011. Study on Saccharification Techniques of Seaweed Wastes For
The Transformation Of Ethanol. Renewable Energy 36 : 84-89. (Online)
(http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0960148110002570)
Diakses 12 Januari 2016
Harmani, K. 2007. Pengaruh waktu fermentasi dan dosis ragi terhadap kadar
alkohol hasil fermentasi ampas umbi uwi (Dioscorea alata L). Skripsi.
Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Hartono, dkk. 1999. Pembuatan Glukosa dari Pati Tapioka secara Hidrolisis
Kimiawi. Bandung : Politeknik Negeri Bandung.
Irvan., dkk. 2015. Pembuatan Bioetanol Dari Tepung Ampas Tebu Melalui Proses
Hidrolisis Termal dan Fermentasi: Pengaruh pH, Jenis Ragi dan Waktu
Fermentasi. Medan. : Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 4, No. 2 Edisi Juni
2015.(Online)http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/48521/7/Cove
r.pdf) Diakses pada 02 September 2016
Izzati, Nurul., dkk. 2010. Optimasi Pembuatan Bioetanol dari Ubi Jalar Putih
(Ipomea batatas) Sebagai Sumber Alternatif Bahan Bakar Terbarukan.
Program Kreativitas Mahasiswa. Malang : Universitas Negeri Malang.
1
Karimi, et al. 2006. Ethanol production from dilute-acid pretreated rice straw by
simultaneous saccharification and fermentation with Mucor indicus,
Rhizopus oryzae, and Saccharomyces cerevisiae. Enzyme and Microbial
Technology40(2006)138-144.(Online)
(http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0141022906002985)
Diakses 12 Januari 2016
Kiff et al. 1983. Production of Ethanol from Acetic Acid. United States Patent.
(11) 4, 421, 939.
Lin, Y., Zhang, dkk. 2012. Factors Affecting Ethanol Fermentation Using
Saccharomyces cerevisiae BY4742. J Biomass and Bioenergy 47: 395-401.
(Online)(http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0961953412003
595) Diakses 13 Januari 2016
Melliawati, R., dkk. 2006. Pengkajian Kapang Endofit dari Taman Nasional
Gunung Halimun sebagai Penghasil Glukoamilase. Berkala penelitian
Hayati: 12 (19-25), 2006. (Online) (http://lipi.go.id/publikasi/pengkajian-
kapang-endofit-dari-taman-nasional-gunung-halimun-sebagai-penghasil-
glukoamilase-/5914) Diakses 10 Desember 2016
2
Sari, I.M., dkk . 2008. Pemanfaatan Jerami Padi dan Alang-Alang Dalam
Fermentasi Etanol Menggunakan Kapang Trichoderma viride dan Khamir
Saccharomyces cerevisiae. Vis. Vitalis. 5(2): 55-62. (Online)
(http://biologi.unas.ac.id:8080/publikasi/fermentasi%20etanol.pdf) Diakses
03 Agustus 2016
Saut. Ferdian dan Kurnianto Satya. 2004. Konversi Starch menjadi Sirup Glukosa.
Bandung: Politeknik Negeri Bandung.
Tatang, Anwar Syam. 2009. Pembuatan Bioetanol Dari Pati Sagu. Laporan Tugas
Akhir Teknik Kimia. Makassar : Politeknik Negeri Ujung Pandang
Winarti, Sri., dkk. 2013. Karakteristik Tepung Prebiotik Umbi Uwi (Dioscorea
spp). Jurnal Teknik Kimia Vol. 8 No.1. (Online)
(http://eprints.upnjatim.ac.id/4871/1/4_erwan_(_belum_revisi_).pdf)
Diakses 07 Januari 2016
Zulmanwardi, dkk. 2015. Produksi Bioetanol Dari Umbi Uwi (Dioscorea alata)
Dengan Menggunakan Mikroba Saccharomyces cerevisiae. Laporan
Tahunan Penelitian Hibah Bersaing. Makassar : Politeknik Negeri Ujung
Pandang.
3
LAMPIRAN : PENGOLAHAN DATA DAN GAMBAR
Lampiran 1: Tabel penentuan glukosa, fruktosa, dan gula invert dengan metode
luff schrool
7 17,2 2,6 19 50 3
8 19,8 2,6 20 53 3
12 30,3 2,7 24 - -
37
Lampiran 2 : Standarisasi densitas etanol
10 0,8916
30 0,8823
50 0,8331
70 0,8089
90 0,7562
38
A. Standarisasi Natrium Tiosulfat
Volume = 27,3 mL
1. Sampel awal
Volume sampel = 10 mL
N Tio = 0,0999 N
a. Vtio 0,1 N =
= 0,2997 mL
0,79 mL = mg
1 mL = 2,4 mg
39
(0,2997 x 2,4) = 0,7192 mg
(2,4–0,7192) mg = 1,6807 mg
c. Kadar gula
= 0,42% (b/v)
1. Proses hidrolisis
Volume sampel = 10 mL
N Tio = 0,09346 N
a. Vtio 0,1 N =
= 10,37 mL
10,37 mL = mg
10mL = 25 mg
40
(0,37 x 2,6) = 0,96mg
c. Kadar gula
= 6,49% (b/v)
Jadi kadar gula tertinggi pada proses hidrolisis adalah 6,49% (b/v).
Untuk hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini
Vol. Tio
Berat Konsentrasi Suhu Volume Vol. Tio Selisih mg
o sampel fp % Gula
Sampel (g) HCl (%) ( C) Sampel (mL) blanko(mL) (mL) Glukosa
(mL)
18,7 11,1 25,97 6,49
18,7 11,1 25,97 6,49
18,8 11 25,73 6,43
18,8 11 25,97 6,49
18,9 10,9 25,49 6,37
19 10,8 25,24 6,31
18,7 11,1 25,03 6,26
18,5 11,3 25,34 6,34
18,7 11,1 25,03 6,26
18,8 11 25,28 6,32
60 5 100 10 29,8 25
18,9 10,9 25,53 6,38
18,6 11,2 26,07 6,52
18,8 11 25,73 6,43
18,7 11,1 25,97 6,49
18,8 11 25,73 6,43
18,8 11 25,73 6,43
18,8 11 25,77 6,44
18,7 11,1 25,97 6,49
18,3 11,5 26,94 6,74
18,8 11 25,73 6,43
41
Lampiran 5: Penentuan kadar pada gula proses liquifikasi dengan menggunakan
metode luff schrool
1. Proses liquifikasi
Volume sample = 10 mL
N Tio = 0,09346 N
a. Vtio 0,1 N =
= 13,45 mL
13,45 mL = mg
13 mL = 33 mg
c. Kadar gula
= 8,55% (b/v)
42
Jadi kadar gula tertinggi pada proses liquifikasi adalah 8,55% (b/v).
Untuk hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini :
1. Proses sakarifikasi
Volume sample = 10 mL
N Tio = 0,09346 N
43
a. Vtio 0,1 N =
= 18,59 mL
18,59 mL = mg
18 mL = 47,1 mg
c. Kadar gula
= 12,20% (b/v)
Jadi kadar gula tertinggi pada proses sakarifikasi adalah 12,20% (b/v).
44
Untuk hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini :
D. Menghitung Enzim
1 mg = 37,2 Unit
60 gram = 80 Unit
= x 1 mg
= 2,1505 mg
=0,0022 gram
1 mg = 67,4 Unit
45
X mg = 80 Unit (60 gram)
= x 1 mg
= 1,4837 mg
=0,0015 gram
ρ=
ρ=
ρ = 0,74332 g/mL
Ax = 90700457
Cstd = 100%
46
Dit : Cx = …?
Cx
Peny : Ax
x C std
A std
Cx
= 9,97%
Untuk hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini :
0,5 % 8,34%
1% 8,44%
t = 3 hari
1,5% 8,69%
2% 7,22%
0,5 % 9,15%
1% 9,24%
t = 6 hari
1,5% 9,53%
2% 8,89%
0,5 % 7,42%
1% 8,85%
t = 9 hari
1,5% 9,47%
2% 9,11%
0,5 % 9,30%
1% 9,34%
t = 12 hari
1,5% 9,97%
2% 8,56%
0,5 % 6,32%
1% 7,15%
t = 15 hari
1,5% 9,61%
2% 5,90%
47
Lampiran 7 : Penentuan konsentrasi produk hasil fermentasi
Ax = 90700457
Cstd = 100%
Dit : Cx = …?
Cx
Peny : Ax
x C std
A std
Cx
= 71,58%
Untuk hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel 6 dibawah ini :
48
Berat Jenis (gr/ml)/
Waktu Konsentrasi Volume
Konsentrasi GC (%)
Fermentasi Ragi Sampel (mL)
(%w/w)
0,5% 25,1 0,75631 79,08%
1% 20,3 0,75524 85,12%
t = 3 hari
1,5% 25,4 0,77693 70,34%
2% 20,2 0,77592 71,12%
0,5% 24,6 0,78611 81,22%
1% 25,7 0,76602 72,67%
t = 6 hari
1,5% 28,0 0,75694 67,95%
2% 21,0 0,76433 70,80%
0,5% 18,5 0,75315 86,91%
1% 19,0 0,74332 84,91%
t = 9 hari
1,5% 26,9 0,76197 78,49%
2% 24,4 0,81941 63,59%
0,5% 20,3 0,81992 85,07%
1% 30,0 0,80063 62,32%
t = 12 hari
1,5% 29,6 0,77912 71,58%
2% 27,0 0,85560 64,15%
0,5% 22,6 0,76568 75,17%
1% 22,0 0,79026 77,18%
t = 15 hari
1,5% 29,0 0,76529 67,82%
2% 18,0 0,88257 71,58%
49
F. Menghitung Rendemen Bioetanol
% Rendemen = x 100%
= x 100%
= 50,14%
Untuk hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel 7 dibawah ini :
50
Lampiran 9 : Report analysis gas chromatography etanol absolut
51
Lampiran 10 : Report analysis gas chromatography setelah fermentasi 12 hari
52
Lampiran 11: Report analysis gas chromatography setelah destilasi 12 hari
53
Lampiran 12 : Gambar persiapan bahan baku
Perendaman Pemerasan
54
Pemisahan Pati Pengeringan
55
Lampiran 13 :Gambar proses hidrolisis, liquifikasi, dan sakarifikasi
Pemanasan
56
Lampiran 14 :Gambar analisis kadar gula
Pemanasan Pendinginan
57
Lampiran 15 : Gambar fermentasi dan hasil fermentasi
58
Lampiran 16 : Gambar analisis dengan Gas Chromatography (GC)
59