Anda di halaman 1dari 66

PROGRAM VAKSINASI BROILER PARENT STOCK

FASE STARTER SAMPAI GROWER DI


PT SUPER UNGGAS JAYA FARM SAPON B JOMBANG

DAN

QUALITY CONTROL
DI PT KRATON MAKMUR INDONESIA ABADI

LAPORAN MAGANG

oleh
Zaffida Vahlevia Azza
NIM C41191718

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS UNGGAS


JURUSAN PETERNAKAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2023

i
PROGRAM VAKSINASI BROILER PARENT STOCK
FASE STARTER SAMPAI GROWER DI
PT SUPER UNGGAS JAYA FARM SAPON B JOMBANG

LAPORAN MAGANG

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan Peternakan
(S.Tr.Pt.) di Program Studi Manajemen Bisnis Unggas
Jurusan Peternakan

oleh
Zaffida Vahlevia Azza
NIM C41191718

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS UNGGAS


JURUSAN PETERNAKAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2023

ii
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah serta
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan magang berjudul
Program Vaksinasi Broiler Parent Stock Fase Starter sampai Grower di PT Super
Unggas Jaya Farm Sapon B Jombang dan Quality Control di PT Kraton Makmur
Indonesia Abadi.
Laporan ini disusun sebagai salah satu bentuk terlaksananya kegiatan
magang dan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Politeknik
Negeri Jember, Jurusan Peternakan, Program Studi Manajemen Bisnis Unggas.
Penulis berharap laporan magang ini dapat dijadikan bukti pertanggungjawaban
dari pelaksanaan magang yang sudah dilakukan dan dapat menjadi tambahan
pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Laporan ini disusun penulis tidak terlepas dari bantuan semua pihak, oleh
karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1. Saiful Anwar, S. Tp., MP., selaku Direktur Politeknik Negeri Jember.
2. Dr. Ir. Hariadi Subagja, S.Pt., MP., IPM., selaku Ketua Jurusan
Peternakan.
3. Dr. Ir. Dadik Pantaya, M.Si., IPU., selaku Ketua Program Studi
Manajemen Bisnis Unggas.
4. Ir. Anang Febri Prasetyo, S.Pt., M.Sc., IPM., selaku Koordinator
Magang.
5. Dr. Ir. Ujang Suryadi, M.P., IPM., selaku Dosen Pembimbing Magang.
6. Gayuh Syaikhullah S. Pt., M. Si., selaku Dosen Penguji.
7. Staf Pengajar dan Pegawai Jurusan Peternakan Politeknik Negeri Jember.
8. Nanang Hermawan S Pt., selaku manajer PT Super Unggas Jaya Farm
Sapon B Jombang.
9. Ibu Imelda Gunawan, selaku pemilik PT Kraton Makmur Indonesia
Abadi
10. Semua pihak yang telah membantu memperlancar dalam penyusunan
laporan magang.

iv
Penulis memohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan dan
penyusunan laporan magang ini. Kritik dan saran yang membangun penulis
perlukan dari semua pihak demi peningkatan dan penyempurnaan laporan yang
selanjutnya.

Jember, 30 Desember 2022


Penulis,

Zaffida Vahlevia Azza


C41191718

v
RINGKASAN

Program Vaksinasi Broiler Parent Stock Fase Starter Sampai Grower di PT


Super Unggas Jaya Farm Sapon B Jombang, Zaffida Vahlevia Azza, NIM
C41191718, Tahun 2023, Peternakan, Politeknik Negeri Jember, Dr. Ir. Ujang
Suryadi, M.P., IPM. (Pembimbing).

Latar belakang didirikan PT Super Unggas Jaya adalah pemenuhan pasokan


gula pada masa perang antara Korea Selatan dan Korea Utara dan kemudian
berkembang menjadi perusahaan yang bergerak dibidang peternakan. Struktur
organisasi perusahaan terdiri dari manajer, HRD, admin produksi, HDC,
supervisor, asisten supervisor, operator kandang, THL, mekanik, depo (umum),
laundry, dan keamanan. Tenaga kerja yang ada di perusahaan ini berasal dari
lingkungan sekitar peternakan. Jaminan sosial yang diberikan berupa gaji , BPJS,
mess, tunjangan hari tua, uang lembur, dan THR. Fungsi sosial perusahaan pada
masyarakat sebagai penyedia lapangan pekerjaan dan bagi dunia pendidikan
sebagai salah satu tempat magang. Perusahaan ini memiliki luas 14 ha, terletak
500 m diatas permukaan laut, memiliki kelembaban 60-90% dan curah hujan
1750-2500 mm per tahun.
Struktur populasi PT super Unggas Jaya Farm Sapon B Jombang terdiri dari
ayam broiler parent stock fase starter dan grower strain Cobb, Ross, dan Hubbard
berjumlah 117.244 ekor. Sistem perkandangan menggunakan closed house.
Manajemen pemeliharaan fase starter diawali dari penanganan chick in DOC,
prosedur penerimaan DOC, pemberian pakan menggunakan pakan berbentuk
crumble merk BBS. Tempat pakan berupa baby chick yang bertahap berganti ke
trough untuk betina dan pan feeder untuk jantan. Pemberian minum dari air sumur
menggunakan tempat minum galon lalu bertahap menggunakan nipple.
Pelebaran sekat dilakukan pada umur ke-5, ke-8, dan ke-11. Pemotongan paruh
dilakukan pada ayam jantan berumur 5 hari.
Manajemen pemeliharaan fase grower berisi pemberian pakan sekali sehari
menggunakan pakan berbentuk crumble bermerek BBG. Pemberian minum
menggunakan air berasal dari sumur diberikan melalui nipple. Lama pencahayaan

vi
dilakukan selama 8 jam dari pukul 07.00 sampai 15.00 WIB menggunakan lampu
berwarna biru. Keseragaman ayam diperoleh melalui penimbangan bobot badan,
jika nilai keseragaman rendah maka dilakukan grading.
Manajemen pemeliharaan fase layer berisi pemberian pakan sekali sehari
menggunakan BP3S. Pemberian minum berupa air sumur diberikan menggunakan
nipple. Pencampuran jantan dan betina dilakukan pada umur 20 minggu.
Pemasangan sangkar model sangkar manual dengan ukuran sangkar besar 150 cm
x 70 cm x 90 cm dan ukuran sangkar kecil 35 cm x 30 cm. Frekuensi pengambilan
telur dilakukan 5 kali, ditata ke egg tray kapasitas 30 butir dan diangkut
menggunakan troli. Telur diseleksi sesuai ketentuan perusahaan dan difumigasi
menggunakan double dosis. Telur disimpan di ruangan bersuhu 0-25℃ lalu
didistribusikan ke hatchery internal PT Super Unggas Jaya Farm Sapon B
Jombang.
Manajemen kesehatan terdiri atas biosecurity konseptual berkaitan dengan
pemilihan lokasi perusahaan, biosecurity struktural berupa pembagian lingkungan
peternakan menjadi 3 zona, dan biosecurity operasional yang berkaitan dengan
kegiatan sehari-hari dilingkungan peternakan. Sanitasi area kandang terdiri atas
penyemprotan, pembersihan, dan pengapuran area kandang. Medikasi berisi
pemberian obat dan vitamin sesuai fungsinya. Pengambilan sampel darah untuk
mengetahui tingkat kekebalan ayam. Pengambilan sampel ekskreta untuk
mengetahui siklus koksi. Limbah kotoran dan sekam digunakan sebagai pupuk
organik. Limbah bangkai ayam dan B3 dibakar serta limbah cair langsung
dibuang ke sungai.
Program vaksinasi di PT Super Unggas Jaya Farm Sapon B Jombang
didasarkan pada rekam jejak penyakit yang pernah terjadi di peternakan dan
lingkungan sekitar peternakan. Jenis vaksin yang digunakan berupa vaksin aktif
dan inaktif. Penanganan vaksin menggunakan cold chain management untuk
menjaga suhu vaksin 2-8℃. Metode vaksinasi yang digunakan adalah spray box,
spray pakan, spray malam, oral, tusuk sayap, injek subkutan, injek dada, dan tetes
mata. Kegiatan pasca vaksinasi yaitu pembakaran botol vaksin dan spuit bekas
vaksin.

vii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL ............................................................................ i
HALAMAN JUDUL ................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iii
PRAKATA ................................................................................................ iv
RINGKASAN ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL .................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xiv

BAB 1. PENDAHULUAN ....................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Tujuan dan Manfaat ...................................................................... 2
1.2.1 Tujuan Umum Magang .............................................................. 2
1.2.2 Tujuan Khusus Magang ............................................................. 2
1.2.3 Manfaat Magang ........................................................................ 2
1.3 Lokasi dan Waktu .......................................................................... 2
1.3.1 Lokasi ........................................................................................ 2
1.3.2 Waktu ......................................................................................... 2
1.4 Metode Pelaksanaan....................................................................... 3
1.4.1 Wawancara ................................................................................ 3
1.4.2 Pengamatan Lapang dan Diskusi ............................................... 3

BAB 2. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN ....................................... 4


2.1 Sejarah Perusahaan ....................................................................... 4
2.2 Struktur Organisasi Perusahaan .................................................. 4
2.3 Ketenagakerjaan ............................................................................ 6
2.4 Jaminan Sosial ................................................................................ 6
2.5 Fungsi Sosial ................................................................................... 6

viii
2.6 Kondisi Lingkungan ....................................................................... 7
2.6.1 Kondisi Lingkungan Fisik ......................................................... 7
2.6.2 Kondisi Lingkungan Non Fisik ................................................. 7

BAB 3. KEGIATAN UMUM LOKASI MAGANG ............................. 8


3.1 Struktur Populasi ........................................................................... 8
3.2 Perkandangan ................................................................................. 8
3.3 Manajemen Pemeliharaan Fase Starter ........................................ 11
3.3.1 Penanganan Chick In DOC ........................................................ 11
3.3.2 Prosedur Penerimaan DOC ........................................................ 14
3.3.3 Pemberian Pakan dan Minum .................................................... 16
3.3.4 Pelebaran Sekat .......................................................................... 19
3.3.5 Potong Paruh (Debeaking) ......................................................... 19
3.4 Manajemen Pemeliharaan Fase Grower ....................................... 20
3.4.1 Pemberian Pakan dan Minum .................................................... 20
3.4.2 Pencahayaan .............................................................................. 23
3.4.3 Keseragaman Ayam (Uniformity).............................................. 23
3.5 Manajemen Pemeliharaan Fase Layer ......................................... 25
3.5.1 Pemberian Pakan dan Minum .................................................... 25
3.5.2 Pencampuran jantan (Mixing Jantan)......................................... 26
3.5.3 Pemasangan Sangkar (Nest) ...................................................... 26
3.5.4 Pemanenan dan Produksi Telur ................................................. 26
3.5.5 Penyimpanan dan Distribusi Telur ............................................ 27
3.6 Manajemen Kesehatan ................................................................... 27
3.6.1 Biosecurity ................................................................................. 27
3.6.2 Sanitasi Area Kandang .............................................................. 29
3.6.3 Vaksinasi.................................................................................... 30
3.6.4 Medikasi .................................................................................... 31
3.7 Pengolahan Limbah Peternakan ................................................... 33

BAB 4. KEGIATAN KHUSUS DAN PEMBAHASAN ........................ 34


4.1 Vaksinasi ......................................................................................... 34

ix
4.2 Program Vaksinasi ......................................................................... 35
4.3 Jenis Vaksin .................................................................................... 36
4.3.1 Vaksin Aktif (Active Vaccine, Live Vaccine) ............................ 36
4.3.2 Vaksin Inaktif (Killed Vaccine, Killed Vaccine) ....................... 37
4.4 Penanganan Sebelum Vaksinasi.................................................... 37
4.5 Metode Pelaksanaan Vaksinasi ..................................................... 38
4.5.1 Spray .......................................................................................... 39
4.5.2 Oral ............................................................................................ 43
4.5.3 Tusuk Sayap (Wing Web) .......................................................... 44
4.5.4 Injek Subcutan (Bawah Kulit) ................................................... 45
4.5.5 Injek Intramuskular Dada (Injek Otot Dada) Kanan/Kiri ....... 46
4.5.6 Tetes Mata ................................................................................. 47
4.6 Kegiatan Pasca Vaksinasi .............................................................. 48

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 49


5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 49
5.2 Saran ................................................................................................ 49

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 52


LAMPIRAN .............................................................................................. 53

x
DAFTAR TABEL

Halaman
2.1 Tugas dan Tanggung Jawab Masing-Masing Staf ............................... 5
3.1 Struktur Populasi di PT Super Unggas Jaya Farm Sapon B Jombang . 8
3.2 Kandungan Nutrien Pakan BBS ........................................................... 18
3.3 Kandungan Nutrien BBG ..................................................................... 21
3.4 Kandungan Nutrien Pakan BP3S ......................................................... 25
3.5 Frekuensi Pengambilan Telur .............................................................. 26
3.6 Pengelompokkan Telur ........................................................................ 27
4.1 Program Vaksinasi Fase Starter sampai Grower ................................. 35

xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman
2.1 Struktur Organisasi Perusahaan ........................................................... 5
3.1 Perkandangan ....................................................................................... 10
3.2 Pemasangan Kertas Merang ................................................................. 12
3.3 Pemasangan Infrakonik ........................................................................ 13
3.4 Persiapan Tempat Pakan dan Minum ................................................... 14
3.5 Truk yang Membawa DOC Memasuki Lorong Sanitasi ..................... 14
3.6 Penerimaan DOC di Kandang .............................................................. 15
3.7 Penimbangan DOC Beserta Box dan Pengelompokan ........................ 15
3.8 Aplikasi Vaksin ND IB, VVGA live, dan IB QX pada DOC .............. 16
3.9 Proses Pencelupan (Dipping) ............................................................... 16
3.10 Kondisi Ayam saat Fase Starter ......................................................... 19
3.11 Debeaking .......................................................................................... 20
3.12 Distribusi Pakan Ayam ...................................................................... 22
3.13 Pemberian Minum .............................................................................. 23
3.14 Penimbangan Ayam ........................................................................... 24
3.15 Sangkar (Nest) .................................................................................... 26
3.16 Pembagian 3 Zona .............................................................................. 29
3.17 Biosecurity Operasional ..................................................................... 29
3.18 Program Sanitasi ................................................................................ 30
3.19 Pencampuran Obat ............................................................................. 31
3.20 Bedah Bangkai (Nekropsi) ................................................................. 31
3.21 Pengambilan Darah ............................................................................ 32
3.22 Pengambilan Sampel Ekskreta ........................................................... 33
4.1 Aplikasi Vaksinasi Spray pada DOC ................................................... 40
4.2 Aplikasi Vaksinasi Spray pada Pakan/Feed ......................................... 42
4.3 Vaksinasi Spray pada Malam Hari ....................................................... 43
4.4 Aplikasi Vaksinasi secara Oral ............................................................ 44
4.5 Aplikasi Vaksinasi melalui Tusuk Sayap ............................................. 45

xii
4.6 Aplikasi Vaksinasi Injek Subcutan ...................................................... 46
4.7 Aplikasi Vaksinasi Injek Intramuskular ............................................... 47
4.8 Aplikasi Vaksinasi secara Tetes Mata ................................................. 48

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1. Surat Keterangan Selesai Magang ......................................................... 53
2. Rangkuman Kegiatan Magang (Logbook Kegiatan) .............................. 54
3. Daftar Hadir Magang ............................................................................. 55
4. Dokumentasi Kegiatan Magang ............................................................. 56
5. Peta Lokasi Magang ............................................................................... 57
6. Standar Pakan Dan Berat Badan Menurut Strain ................................... 58

xiv
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan dunia peternakan saat ini khususnya perunggasan di
Indonesia semakin meningkat. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya konsumsi
daging ayam di Indonesia dari 3.219.117 ton pada tahun 2020 menjadi 3.426.042
ton pada tahun 2021. Sehingga konsumsi daging ayam pada tahun 2021 naik
sebesar 6,43% dibandingkan tahun sebelumnya (BPS, 2021). Pemenuhan daging
ayam tersebut tidak terlepas dari peran peternakan ayam bibit.
Peternakan ayam bibit atau breeding farm adalah salah satu usaha
peternakan dengan memelihara ayam indukan (parents stock) untuk menghasilkan
bibit baik yang nantinya dipelihara untuk tujuan tertentu. Parent stock adalah
ayam indukan yang berasal dari grand parent stock dan memproduksi telur untuk
dikembangkan hingga menghasilkan final stock yang memiliki sifat sesuai tujuan
produksinya. Ayam bibit harus memiliki performa yang bagus, sehat dan tidak
memiliki kecacatan pada bibit, telur, dan hasil akhir final stock (Jaelani et al.,
2016). Bibit yang memiliki performa bagus diperoleh dari perusahaan pembibitan
yang memiliki prinsip manajemen pembibitan yang benar. Faktor yang dapat
menentukan tingkat keberhasilan didalam usaha pembibitan ayam adalah
manajemen pemeliharaan, manajemen vaksinasi, manajemen pakan, manajemen
lingkungan dan manajemen perkandangan (Sari dan Herdiyana, 2017).
PT Super Unggas Jaya Farm Sapon B Jombang merupakan perusahaan
peternakan yang bergerak dibidang pembibitan broiler. Perusahaan tersebut
memiliki beberapa aspek yang perlu dikaji meliputi perkandangan, manajemen
pemeliharaan fase starter dan grower serta manajemen kesehatan. Dengan
demikian mahasiswa diharapkan dapat memperoleh pengalaman di bidang
pembibitan melalui kegiatan magang yang dilaksanakan di PT Super Unggas Jaya
Farm Sapon B Jombang.

1
2

1.2 Tujuan dan Manfaat


1.2.1 Tujuan Umum Magang
1. Mengembangkan pengetahuan dan memperbanyak pengalaman mahasiswa
dalam kegiatan umum sebuah perusahaan.
2. Mendapatkan keterampilan kerja secara nyata dan mampu mencetuskan
alternatif pemecahan masalah yang sedang terjadi dalam perusahaan.
3. Melatih mahasiswa agar lebih kritis terhadap perbedaan atau kesenjangan
yang dijumpai di lapangan dan diperoleh dibangku perkuliahan.

1.2.2 Tujuan Khusus Magang


1. Menambah pemahaman tentang penerapan program kesehatan di PT Super
Unggas Jaya Farm Sapon B Jombang.
2. Mengetahui alur proses penerapan program kesehatan yang dilakukan di
PT Super Unggas Jaya Farm Sapon B Jombang.

1.2.3 Manfaat Magang


1. Memahami alur program vaksinasi fase starter hingga grower di PT Super
Unggas Jaya Farm Sapon B Jombang.
2. Meningkatkan pemahaman baru tentang kehidupan sosial kerja di
lingkungan magang.
3. Sebagai sarana pelatihan mengerjakan pekerjaan lapangan dan serangkaian
keterampilan di bidang pembibitan unggas sebelum memasuki dunia kerja.

1.3 Lokasi dan Waktu


1.3.1 Lokasi
Kegiatan magang dilaksanakan di PT Super Unggas Jaya Farm Sapon B
Jombang terletak di desa Sapon, kecamatan Kesamben, kabupaten Jombang, Jawa
Timur.

1.3.2 Waktu
Kegiatan magang dilaksanakan selama 60 hari terhitung dari 1 September
hingga 30 November 2022. Hari aktif kerja di PT Super Unggas Jaya Farm Sapon
3

B Jombang dimulai dari hari Senin hingga Sabtu dari pukul 07.00-15.30 WIB
dengan jeda istirahat 1,5 jam pada pukul 11.30-13.00 WIB.

1.4 Metode Pelaksanaan


1.4.1 Wawancara
Wawancara dilakukan pada operator kandang, kepala kandang, supervisor,
Health Disease Control (HDC), dan foreman mengenai materi yang dibutuhkan
selama magang. Wawancara ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui alur
pelaksanaan kegiatan yang ada di PT Super Unggas Jaya Farm Sapon B Jombang
dari mulai struktur organisasi perusahaan, manajemen pemeliharaan, manajemen
pakan dan minum, manajemen vaksinasi, dan manajemen perkandangan ayam
parent stock broiler dari fase starter hingga grower.

1.4.2 Pengamatan Lapang dan Diskusi


Kegiatan pengamatan dilakukan secara langsung dengan mengikuti
seluruh rangkaian kegiatan yang telah dijadwalkan oleh pihak perusahaan.
Kegiatan yang dilakukan yaitu dari penerimaan DOC, distribusi pakan, kegiatan
vaksinasi, penimbangan body weight (BW), kegiatan seleksi dan culling, serta
kegiatan pengambilan sampel darah dan ekskreta. Kegiatan diskusi dilakukan
dengan pembimbing lapang sekaligus manajer perusahaan setiap 2 minggu sekali
untuk mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya.
BAB 2. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan


PT Cheil Jedang merupakan perusahaan dari Korea Selatan yang didirikan
oleh Byung Chul Lee atau Ho-Am (1910-2010). Latar belakang didirikannya
perusahaan ini dikarenakan peperangan antara Korea Selatan dan Korea Utara
yang membuat Korea Selatan kekurangan pasokan gula. Untuk menanggulangi
hal tersebut didirikan pabrik gula yang digunakan sebagai bahan pakan
ternak.tahun 1995, PT Cheil Jedang Indonesia mulai mendirikan industri di
bidang peternakan untuk memenuhi permintaan pasar yang semakin meningkat.
PT CJ Indonesia mulai mendirikan breeding farm dan hatchery dengan kapasitas
20 juta ekor DOC per tahun di desa Ngembal, kecamatan Tutur, kabupaten
Pasuruan, Jawa Timur dengan nama PT Super Unggas Jaya (SUJA). PT Suja
mulai meluaskan bisnisnya pada tahun 1999 dan mendirikan perusahaan
peternakan di 9 wilayah beberapa provinsi yaitu Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa
Tengah dan Kalimantan dengan total hasil produksi 54 juta DOC per tahun. PT
Cheil Jedang aktif bergerak dibidang penciptaan untuk memenuhi kebutuhan
DOC ayam pedaging di seluruh Indonesia.
PT Super Unggas Jaya Farm Sapon B merupakan bentuk kerja sama
(maklon) antara CJ Indonesia dan PT Dinamika Megatama Citra pada tahun 2021.
Perusahaan ini merupakan perusahaan yang bergerak di bidang peternakan
khususnya perusahaan pembibitan ayam pedaging. Hasil produksi dari perusahaan
ini dijual di berbagai peternakan komersial.

2.2 Struktur Organisasi Perusahaan


Struktur organisasi yang ada di PT Super Unggas Jaya Farm Sapon B
Jombang terdiri atas seorang general manajer yang memimpin manajer, general
admin, HDC, foreman, supervisor, mekanik, asisten supervisor, operator kandang,
bagian depo, bagian laundry, THL, dan security.

4
5

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Perusahaan

Tabel 2.1 Tugas dan Tanggung Jawab Masing-Masing Staf


Jabatan Tugas
Manager Mengatur dan bertanggung jawab penuh atas seluruh
proses pemeliharaan dan kegiatan produksi farm
Human Resources Bertanggung jawab mengenai perekrutan karyawan
Development (HRD)
Foreman Membantu supervisor dalam melaksanakan manajemen
pemeliharaan
Admin Produksi Mengurus pencatatan kegiatan di farm, hasil produksi
dan hal lain yang terkait administrasi didalam dan diluar
farm
Health Disease Bertanggung jawab atas program kesehatan, meliputi
Control (HDC) vaksinasi hingga pengobatan pada ayam
Supervisor  Mengatur dan memastikan perawatan kandang,
memastikan pakan, obat dan vaksin ayam, memastikan
maintenance kandang
Asisten Supervisor  Mengawasi kegiatan di kandang sesuai dengan instruksi
supervisor serta Mengawasi operator kandang dalam
pelaksanaan pemeliharaan

6

Jabatan Tugas
Operator Kandang Menjalankan seluruh kegiatan di kandang, meliputi
pemeliharaan ayam hingga maintenance kandang
Tenaga Kerja Harian Membantu jika kekurangan tenaga kerja pada saat
(THL) pemeliharaan atau saat proses vaksinasi
Mekanik Bertanggung jawab mengecek dan memperbaiki seluruh
alat operasional yang ada di farm
Depo (umum) Membantu dalam pengiriman pakan pada setiap
kendang, pengangkutan alat penunjang hingga telur saat
periode laying
Laundry Mencuci dan menyiapkan pakaian staf farm
Keamanan Bertanggung jawab atas keamanan yang ada di farm
Sumber : PT Super Unggas Jaya Farm Sapon B Jombang (2022)

2.3 Ketenagakerjaan
Tenaga kerja di PT Super Unggas Jaya Farm Sapon B Jombang berjumlah
64 orang dengan latar belakang pendidikan berbeda. Setiap pekerja memiliki tugas
dan tanggung jawab yang sesuai dengan jabatannya. Sebagian besar pegawai di
PT Super Unggas Jaya Farm Sapon B Jombang berasal dari lingkungan sekitar
peternakan yaitu kecamatan Kesamben.

2.4 Jaminan Sosial


Pegawai di PT Super Unggas Jaya Farm Sapon B Jombang diberi jaminan
sosial berupa gaji yang diberikan setiap 2 minggu sekali serta Badan Pelaksana
Jaminan Sosial (BPJS) ketenagakerjaan. Karyawan tetap diberikan jaminan
berupa gaji bulanan dan BPJS ketenagakerjaan serta fasilitas dari perusahaan
berupa mess karyawan dan tunjangan hari tua. Sedangkan karyawan kontrak
diberi uang lembur jika bekerja melebihi jam kerja yang telah disepakati. Uang
lembur tersebut diberikan jika pegawai bekerja melebihi pukul 07.00-15.30,
biasanya uang lembur ini diberikan pada saat ada vaksin spray malam, chick-in
DOC atau kegiatan lainnya. Jaminan sosial lain yang diberikan berupa Tunjangan
Hari Raya (THR).

2.5 Fungsi Sosial


PT Super Unggas Jaya Farm Sapon B Jombang memiliki peran penting bagi
masyarakat sekitar dan bagi dunia pendidikan di Indonesia. Peran bagi masyarakat
adalah perusahaan ini menyediakan lapangan pekerjaan. Bagi dunia pendidikan,
7

PT Super Unggas Jaya Farm Sapon B Jombang memiliki peran sebagai salah satu
perusahaan bidang peternakan yang dapat digunakan sebagai lokasi magang
mahasiswa.

2.6 Kondisi Lingkungan


2.6.1 Kondisi Lingkungan Fisik
PT Super Unggas Jaya Farm Sapon B Jombang terletak di desa Sapon,
kecamatan Kesamben, kabupaten Jombang, Jawa Timur. Lokasi tersebut berjarak
20 km dari pusat kota Jombang. Jarak farm dari rumah penduduk 1 km. Jaringan
jalan ini berfungsi penting untuk kemudahan mobilitas pergerakan dan
aksesibilitas logistik barang dan pergerakan manusia (Nurlaili dan Aulia, 2020).
PT Super Unggas Jaya Farm Sapon B Jombang memiliki luas area 14 ha terletak
di 500 m diatas permukaan laut. Suhu minimum 23 ℃ dan suhu maksimum 32
℃. Kelembapan udara di sekitar area farm mencapai 60-90%. Curah hujan di
lokasi farm sekitar 1750-2500 mm/tahun. Keadaan cuaca yang panas ini juga
menjadi alasan penggunaan kandang sistem tertutup (closed house) pada
peternakan ini. Menurut Ustomo (2016), kandang dengan sistem tertutup mampu
meminimalkan pengaruh buruk di dalam dan di luar lingkungan kandang serta
dapat meningkatkan produktivitas dari ayam itu sendiri.

2.6.2 Kondisi Lingkungan Non Fisik


PT Super Unggas Jaya Farm Sapon B Jombang memiliki peran yang sangat
penting bagi masyarakat sekitar. Dengan adanya PT Super Unggas Jaya Farm
Sapon B Jombang ini dapat membuka dan menyediakan lapangan pekerjaan baru
bagi masyarakat sekitar. Dengan banyaknya pekerja yang tersedia di lingkungan
sekitar farm membuat perusahaan mudah merekrut tenaga kerja dan dengan biaya
yang lebih murah karena tidak membutuhkan biaya transportasi.
BAB 3. KEGIATAN UMUM LOKASI MAGANG

3.1 Struktur Populasi


PT Super Unggas Jaya Farm Sapon B Jombang merupakan perusahaan
peternakan yang bergerak di bidang pembibitan ayam ras pedaging parent stock
strain Cobb, Ross, dan Hubbard. PT Super Unggas Jaya Farm Sapon B Jombang
memiliki 12 bangunan kandang dan terbagi 3 flock (flock B1, B2, B3). Adapun
pembagian flock ini didasarkan sesuai dengan strain yang ada di dalam kandang.
Jumlah populasi total ayam betina 102.747 dan ayam jantan 14.497 dengan rata-
rata setiap kandang yakni 8.562 ekor betina dan 1.208 ekor jantan. Sex ratio
antara jantan dan betina adalah 1:8. Sehingga total keseluruhan populasi yang ada
di PT Super Unggas Jaya Farm Sapon B Jombang adalah 117.244 ekor. Untuk
selengkapnya disajikan pada Tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1 Struktur Populasi di PT Super Unggas Jaya Farm Sapon B Jombang
Populasi Ayam (Ekor)
Kandang Strain Umur (Minggu)
Betina Jantan
1 Hubbard 7 8.662 1.213
2 Ross 7 8.550 1.208
3 Hubbard 6 8.632 1.224
4 Cobb 6 8.447 1.200
5 Ross 5 8.570 1.222
6 Ross 5 8.563 1.223
7 Ross 5 8.545 1.216
8 Ross 5 8.562 1.201
9 Ross 5 8.563 1.202
10 Ross 5 8.548 1.187
11 Hubbard 4 8.672 1.205
12 Cobb 1 8.433 1.196
Sumber: PT Super Unggas Jaya Farm Sapon B Jombang (2022)

3.2 Perkandangan
Kandang merupakan tempat tinggal ayam sekaligus tempat ayam
beraktivitas sehingga kandang dapat mempengaruhi produktivitas ayam. Ayam
merupakan ternak homoiterm, dimana ayam akan berusaha menjaga suhu
tubuhnya tetap stabil dan tidak mengikuti suhu lingkungan (Eka et al., 2016).

8
9

Peternakan pembibitan ayam ras pedaging di PT Super Unggas Jaya Farm Sapon
B Jombang memiliki 12 kandang dengan kapasitas 10.000 ekor ayam dan
menggunakan sistem kandang tertutup (Closed House). Sistem kandang closed
house adalah sistem perkandangan yang menggunakan sistem inlet dan outlet
sebagai ventilasi kandang. Kandang yang digunakan di PT Super Unggas Jaya
Farm Sapon B Jombang memiliki ukuran panjang 120 m, lebar 12 m dan tinggi
3,5 m dengan tambahan service room 5 meter. Seperti yang telah dijelaskan oleh
Woro (2019) bahwa kepadatan kandang yang tinggi dapat menyebabkan ruang
gerak ayam menjadi sempit, pergerakan ternak menjadi terbatas sehingga suhu
ayam menjadi naik sehingga dapat menurunkan terhadap konsumsi pakan.
Kandang di PT Super Unggas Jaya Farm Sapon B Jombang menggunakan
atap bentuk A atau gable. Atap bentuk A atau gable dipilih karena dapat
menghasilkan sirkulasi udara yang baik. Atap ini terbuat dari asbes dan terdapat
tambahan plafon didalamnya. Penambahan plafon ini berfungsi untuk mengurangi
radiasi panas dari atap kandang. Hal ini sesuai dengan informasi dari Infovet
(2020), dengan penambahan plafon akan terjadi perpindahan panas secara
konveksi, sehingga udara panas akan mengalir keluar dari celah plafon karena
perbedaan aliran udara.
Bagian konstruksi kandang lainnya seperti dinding kandang terbuat dari
tembok bata dan semen. Pemilihan tembok bata dan semen dikarenakan bahannya
yang kokoh dan harganya yang cukup terjangkau. Bagian tengah dinding kandang
terbuat dari kawat dan dilapisi dengan tirai berwarna putih. Lantai yang ada di
dalam kandang tersusun dari 1/3 litter berbahan sekam yang terletak dibagian
tengah kandang dan 2/3 lantai slat yang terletak di bagian samping kanan dan kiri
kandang. Pemilihan litter berupa sekam dikarenakan sekam mudah didapatkan
dan murah. Hal ini sesuai dengan yang dicantumkan Medion (2021) bahwa sekam
memiliki partikel sedang dan lebih berat, harganya murah dan mudah didapatkan
serta limbah sekam yang sudah digunakan dapat dijual kembali menjadi pupuk
kompos. Jarak antar kandang 4 meter diukur dari tepi kandang serta jarak tiap 3
kandang 12 meter.
10

Ventilasi yang ada pada kandang di PT Super Unggas Jaya Farm Sapon B
Jombang menggunakan 3 buah ventilasi. Pada bagian inlet kandang menggunakan
cooling pad yang letaknya ada di depan kandang di sisi kanan dan kiri kandang.
Posisi cooling pad ini disesuaikan dengan arah mata angin, sehingga masuknya
udara lebih maksimal. Peletakan cooling pad ini memiliki kekurangan yaitu tidak
ada udara yang mengalir dari arah depan kandang, sehingga bagian depan
kandang tidak mendapatkan udara segar yang mengakibatkan suhu area tersebut
relatif panas. Ventilasi selanjutnya adalah bagian outlet menggunakan exhausted
fan dengan diameter 51 inchi dengan 3 buah baling-baling. Ventilasi berikutnya
menggunakan sistem tirai, tirai ini terletak di sebelah kanan dan kiri kandang yang
terbuat dari kawat. Tirai ini digunakan untuk membatasi cahaya yang masuk ke
dalam kandang selama fase starter dan grower.
Peralatan perkandangan lain yang digunakan di PT Super Unggas Jaya Farm
Sapon B Jombang adalah panel kontrol untuk mengontrol suhu. Troli untuk
mengangkut pakan dan barang lainnya. Water system berisikan tandon air,
regulator dan nipple untuk memenuhi kebutuhan air ayam.

(a) Tampak Depan Kandang (b) Tampak Samping Kandang

(c) Tampak Belakang Kandang


Gambar 3.1 Perkandangan
11

3.3 Manajemen Pemeliharaan Fase Starter


Fase starter adalah fase awal pertumbuhan dan perkembangan anak ayam.
Pada fase ini terjadi pertumbuhan sel-sel dan perkembangan organ tubuh ayam.
Fase ini dimulai dari ayam umur 1 hari hingga ayam umur 28 hari atau 4 minggu
(Jaelani et al., 2016). Masa awal merupakan fase yang sangat penting serta harus
diperhatikan dalam menjamin pertumbuhan seluruh organ vital tubuh ayam
hingga berkembang maksimal, jika terhambat maka pertumbuhan berikutnya akan
terhambat pula. Sehingga perlu dilakukan kontrol yang baik selama masa ini
untuk menghasilkan performan ayam maksimal.

3.3.1 Penanganan Chick In DOC


1) Persiapan brooder sebelum chick in DOC
Masa brooding merupakan periode pemeliharaan yang dilakukan dari DOC
(day old chick) sampai ayam berumur 14 hari. Brooding bertujuan untuk
menyediakan lingkungan yang nyaman dan sehat bagi ayam namun tetap
ekonomis sehingga mampu menunjang pertumbuhan menjadi optimal. Anak ayam
umur 0-14 hari terjadi proses perbanyakan sel (hyperplasia) pada saluran
pencernaan, pernapasan dan perkembangan sistem kekebalan (Fatmaningsih dan
Nova, 2016). Perkembangan yang pesat pada umur ini tidak diimbangi dengan
kemampuan tubuh ayam untuk menghangatkan dirinya sendiri, sehingga
dibentuknya brooder untuk membuat lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan
dan perkembangan.
2) Pemasangan kertas merang
Pemasangan kertas merang dilakukan sebelum chick in DOC. Penggunaan
kertas merang ini bertujuan agar ayam tidak kaget saat menyentuh alas brooder
berupa sekam. Tujuan lain dari penggunaan kertas merang adalah agar tempat
pakan dan minum tetap bersih dan anak ayam tidak mengkonsumsi sekam. Jika
anak ayam mengonsumsi sekam hal tersebut dapat melukai organ pencernaan
anak ayam. Kertas merang ini di pasang di seluruh permukaan alas brooder
dengan rapi dan tanpa ada celah sedikitpun untuk mencegah ayam terperosok ke
bawah slat.
12

Gambar 3.2 Pemasangan Kertas Merang

3) Persiapan pencahayaan
Persiapan lighting (pencahayaan) dilakukan menggunakan lampu LED (light
emitting diode) 5 watt sebanyak 5 buah per brooder. Penggunaan lampu LED
mampu menghemat listrik yang digunakan di kandang. Hal ini sesuai dengan
pendapat Kasiyati (2018) bahwa penggunaan LED sebagai sumber cahaya mampu
memberikan efisiensi energi listrik, pancaran warna lampu lebih stabil, lebih
terang, lebih awet (long life) serta dapat mengurangi kelembaban yang ada di
dalam kandang. Pada hari pertama dan kedua cahaya pada kandang menyala
selama 24 jam dan berkurang secara bertahap per harinya hingga pada hari ke 14
cahaya pada kandang mati dan diganti dengan lampu warna biru sebanyak 19
buah lampu dengan daya 1,5 watt. Pemilihan warna lampu biru ini dikarenakan
biru memiliki panjang gelombang (spectrum) warna yang pendek (450-500 nm),
cahaya dengan panjang gelombang pendek mampu merangsang pertumbuhan
broiler breeder (Yang et al., 2016). Pencahayaan pada umur lebih dari 14 hari
dilakukan selama 8 jam dalam sehari dimulai dari pukul 07.00-15.00 WIB.
4) Persiapan Pemanas
PT Super Unggas Jaya Farm Sapon B Jombang menggunakan infrakonik
sebagai alat pemanas. Persiapan pemanas dilakukan dengan menyalakan
infrakonik 3-4 jam sebelum DOC datang. Hal ini dilakukan agar saat DOC datang
suhu kandang sudah sesuai dengan kebutuhan DOC. Suhu yang digunakan pada
masa brooding di PT Super Unggas Jaya Farm Sapon B Jombang adalah 30-32℃.
Hal ini sesuai dengan pendapat Setiawan dan Sujana (2009), bahwa pada
pemeliharaan masa brooding dilakukan selama 14 hari dengan suhu 30-32℃
13

dengan kelembaban 60-80%. Infrakonik dipasang sebanyak 12 buah untuk 1


kandang. Tiap brooder dipasang 1 buah infrakonik kecuali pen 1. Pada pen 1
dipasang 2 infrakonik pada masing-masing brooder hal ini dikarenakan pen 1
berdekatan dengan cooling pad sehingga suhu pada pen 1 relatif lebih dingin jika
dibandingkan dengan pen lainnya. Infrakonik mampu digunakan untuk 1000-1200
ekor DOC per infrakonik.

Gambar 3.3 Pemasangan Infrakonik

5) Persiapan tempat pakan dan minum

Persiapan tempat pakan dilakukan dengan mempersiapkan baby chick.


Untuk tempat minum dilakukan dengan mempersiapkan galon minum air.
Pemilihan baby chick dilakukan untuk mempermudah ayam mematuk makannya
sehingga pakan terkonsumsi lebih maksimal. Hal ini sesuai dengan penelitian
Prasetyo (2020) bahwa penggunaan tempat pakan baby chick saat masa brooding
dapat memberikan hasil bobot badan dan uniformity terbaik yaitu 298 gr/ekor dan
89% serta FCR dan mortalitas paling rendah yaitu 2,15 dan 0,17% . Penggunaan
baby chick dan galon disesuaikan dengan populasi ayam. Baby chick memiliki
kapasitas 50-63 ekor sedangkan galon minum memiliki kapasitas 80-120 ekor.
Peletakan tempat makan dan minum dilakukan berseling dengan 6 buah tempat
pakan dan 4 buah tempat minum. Dibawah tempat minum diberi kayu berbentuk
persegi selebar tempat minum agar tempat minum tidak tumpah karena
permukaan sekam yang tidak rata.
14

Gambar 3.4 Persiapan Tempat Pakan dan Minum

3.3.2 Prosedur Penerimaan DOC


Prosedur penerimaan DOC diawali dengan truk yang membawa DOC dari
supplier datang ke peternakan. Sopir DOC supplier menunjukkan surat jalan.
Kemudian diperiksa tujuan, jumlah, jenis DOC dan hal lainnya sesuai
kesepakatan. Selanjutnya truk tersebut disanitasi pada bagian dalam dan luar
untuk mengurangi kontaminasi penyakit selama perjalanan. Truk yang digunakan
untuk mengangkut DOC dari dalam farm disanitasi bagian dalamnya. Lalu truk
supplier dan truk farm saling membelakangi untuk mempermudah transfer DOC.
Transfer box DOC dari truk supplier ke truk peternakan dilakukan oleh pegawai
peternakan. Selanjutnya truk peternakan menuju lorong sanitasi. Kemudian truk
peternakan menuju ke kandang.

Gambar 3.5 Truk yang Membawa DOC Memasuki Lorong Sanitasi

Proses penerimaan DOC di kandang diawali dengan transfer DOC dari truk
ke kandang. Box DOC disalurkan oleh pegawai yang bertugas di kandang
penerima DOC. Handling selama proses transfer ini harus dilakukan secara hati-
15

hati agar DOC di dalam box tidak bertambah stress. Box tersebut kemudian
diletakkan sesuai dengan jenis kelamin di dalam service room.

Gambar 3.6 Penerimaan DOC di Kandang

Box dan DOC kemudian ditimbang lalu kelompokkan sesuai berat dan
diberi kode berupa besar, sedang, dan kecil. Box dengan kode besar diletakkan
pada pen 1 sedangkan box dengan kode sedang dan kecil diletakkan pada pen 2-5.
Pen 6 diisi dengan DOC jantan. Perlakuan ini dilakukan untuk mencapai
uniformity yang baik, jika ayam diletakkan dengan berat sama maka persaingan
untuk mencari makan semakin kecil sehingga keseragaman ayam lebih rata.
Sampel DOC ditimbang sebanyak 6 box DOC dan masing-masing box berisi
sekitar 80 DOC. Penimbangan dilakukan untuk mengetahui berat rata-rata DOC.

Gambar 3.7 Penimbangan DOC Beserta Box dan Pengelompokan

Box lalu diletakkan dan dibuka pada masing-masing pen. Hal ini bertujuan
agar sirkulasi udara DOC lancar. Sebelum disebar ke brooder, DOC yang masih
berada di dalam box kemudian di vaksin spray menggunakan vaksin ND IB,
VVGA live, dan IB QX.
16

Gambar 3.8 Aplikasi Vaksin ND IB, VVGA live, dan IB QX pada DOC

DOC diminumkan air (dipping) yang sudah berisi larutan gula, antibiotik
dan vitamin untuk mencegah DOC dehidrasi selama perjalanan. Saat proses
dipping juga dilakukan perhitungan jumlah DOC untuk mempermudah
perhitungan total keseluruhan populasi. DOC disebar pada masing-masing
brooder. Pakan ditebar secara manual sehingga DOC mendengar suara pakan
jatuh dan mulai makan. Ketika DOC makan, dilakukan culling. DOC hasil culling
dapat diambil sampel darahnya untuk mengetahui tingkat kesehatan DOC.
Terakhir, box DOC dibakar untuk memutus penyebaran rantai penyakit yang bisa
terjadi.

Gambar 3.9 Proses Pencelupan (Dipping)

3.3.3 Pemberian Pakan dan Minum


Pemberian pakan pada fase starter diberikan sesuai standar pakan yang telah
ditentukan pihak manajemen. Kebutuhan pakan disesuaikan dengan umur dan
strain ayam. Pakan yang diberikan bertambah setiap minggunya mengikuti umur
ayam dan bobot ayam. Frekuensi pemberian pakan dilakukan 1 kali sehari pada
pukul 07.00 WIB baik untuk ayam jantan maupun betina. Umur 1-8 hari pakan
17

diberikan sesuai dengan point feed atau kebutuhan per ekor menggunakan baby
chick pada ayam jantan dan betina. Umur 9-11 hari ayam diberi pakan sesuai
dengan point feed menggunakan baby chick dan trough jalan 1 jalur pada ayam
betina, sedangkan tempat pakan ayam jantan diganti secara bertahap
menggunakan pan feeder. Hal ini dilakukan untuk membuat postur tubuh ayam
jantan tegak sehingga mempermudah saat proses perkawinan. Hari ke-12 hingga
ke-14 pemberiaan pakan sesuai dengan point feed menggunakan baby chick dan
trough jalan 2 jalur. Hari ke-15 dan seterusnya pemberian pakan disesuaikan
dengan point feed dan diberikan secara keseluruhan menggunakan trough.
Pemberian pakan melalui trought dilakukan dengan memutar tuas sehingga
rantai (chain) yang ada di dalam trough berputar dan menyalurkan pakan ke
seluruh bagian jalur. Alur pemutaran trough dibuat berlawanan, jalur luar dan
dalam berputar ke arah pintu sedangkan jalur tengah berputar ke arah belakang.
Hal ini dilakukan agar ayam tidak menunggu giliran untuk makan sehingga waktu
makan ayam bersamaan dan tidak kehabisan pakan. Pemutaran trough dilakukan
selama kurang lebih 2 menit. Jika trought diputar terlalu lama maka pakan
berubah menjadi bentuk tepung (mash) dan membuat ayam kesulitan untuk
mematuknya. Jika trough diputar terlalu singkat maka pakan tidak menyebar
secara rata sehingga ada ayam yang tidak mendapatkan pakan.
Pakan yang diberikan berbentuk crumble. Pakan bentuk crumble atau
butiran merupakan pakan yang memiliki bentuk awal berupa pellet kemudian
dipecah secara kasar. Pemberian pakan dengan bentuk crumble dilakukan untuk
mempermudah ayam mematuk makanannya sehingga pakan menjadi lebih
optimal dan efisien masuk ke dalam tubuh ayam dan kandungan nutrien yang
terserap semakin maksimal pula. Pakan dengan bentuk crumble lebih disenangi
ayam karena bentuknya yang mirip biji-bijian yang merupakan pakan alami ayam.
Pakan yang diberikan adalah Broiler Breeder Starter (BBS) dan merupakan pakan
milik internal perusahaan PT Super Unggas Jaya dengan kandungan nutrien
disesuaikan kebutuhan pakan ayam fase starter. Data kandungan nutrien pakan
pada fase starter dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut:
18

Tabel 3.2 Kandungan Nutrien Pakan BBS

Kandungan Nutrien Jumlah


Kada air (Maks) 13,0 %
Abu (Maks) 8,0 %
Protein Kasar (Min) 19,0 %
Lemak Kasar (Min) 3,0 %
Serat Kasar (Maks) 5,0 %
Calcium (Ca) 0,9 – 1,2 %
Fosfor (P) 0,6 – 0,8 %
Urea ND
Aflatoksin Total (Maks) 40 µg/kg
Asam Amino
Lisin (Min) 1,05%
Metionin (Min) 0,45%
Metionin + Sistin (Min) 0,77%
Triptofan (Min) 0,20 %
Sumber: PT Super Unggas Jaya Farm Sapon B Jombang (2022)

Pemberian air minum di PT Super Unggas Jaya Farm Sapon B Jombang


fase starter menggunakan 2 jenis tempat minum disesuaikan dengan umur ayam.
Saat chick in DOC ayam diberikan minum menggunakan galon air minum ukuran
1,5 liter. Penggunaan galon ini disesuaikan dengan populasi ayam yang ada di
kandang. Pada hari ke-3 galon air minum dikurangi dan pemberian air minum
melalui nipple mulai dijalankan hingga fase laying. Peralihan dari galon ke nipple
ini dilakukan untuk mengenalkan tempat minum yang akan digunakan ayam pada
fase selanjutnya.
Kebutuhan air minum ayam adalah 1,8-2 kali lebih banyak jika
dibandingkan dengan konsumsi pakannya (Medion, 2017). Pemberian air minum
di PT Super Unggas Jaya Farm Sapon B Jombang dilakukan secara ad libitum.
Hal ini dilakukan agar ayam bisa bebas minum untuk memenuhi kebutuhan air
minum sesuai dengan keadaan tubuhnya sehingga tidak kekurangan air minum.
Air minum yang diberikan pada ayam di PT Super Unggas Jaya Farm Sapon B
Jombang adalah air minum dari sumur yang di alirkan ke tandon dengan kapasitas
1.000 liter dialirkan kedalam kandang menggunakan pompa air. Air yang ada di
dalam tandon ini diberi klorin dengan jumlah 2 gr/10 liter air atau 0,2 ppm. Klorin
berfungsi sebagai desinfektan air minum yang mampu mencegah penyakit
19

kolibasilosis yang disebabkan bakteri E. Coli (Syafitri et al., 2015). Hal ini sesuai
dengan pendapat Risnajati (2017) bahwa air minum yang diberikan pada ayam
harus cukup dan memiliki kualitas yang baik. Kualitas air dipengaruhi oleh
beberapa hal seperti adanya bakteri E. Coli, pH air, kadar magnesium, kadar nitrat
dan nitrit, kadar sodium/klorida, serta mineral lainnya yang terkandung dalam air.
Air minum yang bersih dan dingin baik diberikan pada ayam saat udara panas
karena ayam memerlukan air yang bersih dan dingin secara terus-menerus untuk
pertumbuhan optimum, produksi, dan efisiensi penggunaan ransum (Risnajati,
2017).

Gambar 3.10 Kondisi Ayam saat Fase Starter

3.3.4 Pelebaran Sekat


Pelebaran sekat pada masa brooding dilakukan pada hari ke-5, ke-8, dan
ke-11. Chick guard dilebarkan sebanyak 4 meter setiap pelebaran sekat. Semakin
lebar kandang maka dilakukan penyesuaian terhadap tempat pakan, minum, dan
infrakonik. Pelebaran sekat ini bertujuan agar ayam nyaman dan tidak terlalu
padat seiring pertumbuhan bobot ayam yang semakin besar.

3.3.5 Potong Paruh (Debeaking)


Potong paruh di PT Super Unggas Jaya Farm Sapon B Jombang dilakukan
pada ayam jantan saja. Hal ini dilakukan untuk mencegah ayam jantan melukai
ayam betina saat proses perkawinan. Proses pemotongan paruh dilakukan dengan
pembakaran paruh ayam menggunakan lempengan besi panas hingga paruh
tumpul pada bagian sepertiga atas dan bawah. Setelah proses pemotongan, paruh
diolesi menggunakan cairan antibiotik untuk mencegah infeksi pada paruh.
Pemotongan paruh bertujuan untuk mencegah terjadinya kanibalisme pada ayam
20

dan mencegah ayam mengais pakan sehingga pakan tercecer (Sugiharto dan
Supangat, 2006). Pemotongan paruh dilakukan pada ayam berumur 5 hari.
Pemotongan paruh yang dilakukan di usia muda memiliki keuntungan yaitu ternak
lebih mudah dipegang, mengurangi stress, efisiensi pakan menjadi lebih baik,
mengurangi kebiasaan ayam makan bulu (pick order), daya hidup ayam lebih baik
dan pertumbuhan ayam akan lebih seragam (Sudaryani dan Santoso, 2004).

(a) Sebelum Debeaking (b) Proses Debeaking (c) Setelah Debeaking

Gambar 3.11 Debeaking

3.4 Manajemen Pemeliharaan Fase Grower


Fase grower pada broiler parent stock terjadi pada umur 5 sampai 25
minggu (Jaelani et al., 2016). Ayam fase grower sudah lebih kebal terhadap suhu
lingkungan karena mulai beradaptasi. Pemeliharaan fase grower sangat
berpengaruh terhadap fase laying nantinya. Tujuan dari pemeliharaan fase ini
adalah untuk mempersiapkan tubuh ayam untuk menghadapi fase bertelur.
Sehingga kontrol pertumbuhan dan keseragaman ayam sangat penting pada fase
ini (Gustira et al., 2015). Untuk mencapai tujuan pemeliharaan pada fase tersebut
dilakukan beberapa program khusus. Beberapa program yang dilakukan pada fase
grower di PT Super Unggas Jaya Farm Sapon B Jombang adalah sebagai berikut:

3.4.1 Pemberian Pakan dan Minum


a. Pemberian pakan
Pemberian pakan pada fase grower berbeda dengan pemberian pakan saat
fase starter. Pada fase starter ayam diberi pakan menggunakan wadah pakan
21

berupa baby chick, sedangkan pada fase grower ayam betina diberi pakan
menggunakan trough digerakkan oleh rantai yang digerakkan mesin dan ayam
jantan diberi pakan secara manual menggunakan tempat pakan feeder tray.
Perbedaan penggunaan wadah pakan pada ayam jantan dan betina di fase ini
dilakukan dengan tujuan untuk mempertahankan postur ayam jantan agar tetap
tegak sehingga mempermudah saat proses perkawinan.
Jenis pakan yang adalah pakan berbentuk crumble yang telah disesuaikan
dengan kebutuhan ayam parent stock fase grower. Pakan ini berasal dari
perusahaan pakan internal milik PT Super Unggas Jaya yaitu BBG (Broiler
Breeder Grower). Pakan pada fase ini berbeda dengan pakan fase starter, letak
perbedaan kedua pakan ini ada pada kandungan nutriennya. Adapun kandungan
nutrien berbeda adalah Protein Kasar (PK) dan Serat Kasar (SK). PK yang
diberikan lebih rendah dan SK pakan fase grower lebih tinggi dibandingkan
dengan fase sebelumnya. Penggantian pakan dilakukan secara bertahap dimulai
dari perbandingan BBS dan BBG sebanyak 25% : 75%, 50% : 50%, 25% : 75%
lalu hingga menggunakan 100% BBG. Kandungan nutrien BBG dapat dilihat
pada Tabel 3.3 berikut:

Tabel 3.3 Kandungan Nutrien BBG


Kandungan Nutrien Jumlah
Kada air (Maks) 13,0 %
Abu (Maks) 8,0 %
Protein Kasar (Min) 15,0 %
Lemak Kasar (Min) 3,0 %
Serat Kasar (Maks) 6,0 %
Calcium (Ca) 0,9 – 1,2 %
Fosfor (P) 0,6 – 0,8 %
Sumber: PT Super Unggas Jaya Farm Sapon B Jombang (2022)

Pemberian pakan masa grower dilakukan sehari sekali pada pukul 07.00
WIB. Pemberian pakan dilakukan pada waktu yang sama setiap harinya. Proses
distribusi pakan dilakukan tidak lebih dari 2 menit untuk ayam betina. Pemberian
pakan per ekor berdasarkan target berat badan yang akan dicapai pada minggu
berikutnya serta dibandingkan dengan standar berat badan sesuai strain. Standar
22

pemberian pakan yang dicantumkan dalam management guide masing-masing


strain merupakan petunjuk atas pakan yang akan diberikan. Apabila bobot badan
tidak mencapai target maka pakan akan ditambah. Sedangkan jika bobot badan
jauh melampaui target maka pakan akan ditahan untuk sementara hingga bobot
badan sesuai dengan target.

(a) Distribusi Pakan Betina (b) Distribusi Pakan Jantan

Gambar 3.12 Distribusi Pakan Ayam

b. Pemberian Minum
Pemberian air minum masa grower di PT Super Unggas Jaya Farm Sapon B
Jombang dilakukan menggunakan nipple. Penggunaan nipple ini dilakukan untuk
distribusi air minum pada ayam jantan dan betina. Jumlah air minum diberikan
secara ad libitum. Tujuan pemberian minum secara ad libitum adalah untuk
memenuhi kebutuhan air ternak, mencegah ayam dehidrasi atau kekurangan air
minum, memperlancar pencernaan ayam, dan pengaturan suhu tubuh. Konsumsi
air pada ayam dipengaruhi oleh umur, suhu lingkungan, kondisi ransum, produksi
dan kondisi kesehatan ayam itu sendiri (Hasrullah et al., 2022). Air minum yang
diberikan berasal dari air tanah yang ditampung ke dalam tandon dengan kapasitas
1.000 liter.
23

Gambar 3.13 Pemberian Minum


3.4.2 Pencahayaan
Pencahayaan kandang berperan penting dalam performa ayam, produksi
ayam, dan adaptasi ayam terhadap lingkungan. Pencahayaan fase grower lebih
dibatasi dibandingkan fase starter. Pada masa grower lama pencahayaan pada
tiap kandang dilakukan selama 8 jam yang dimulai dari pukul 07.00 WIB hingga
pukul 15.00 WIB. Pembatasan pencahayaan pada fase ini dimaksudkan untuk
mengontrol perkembangan saluran reproduksi dan pencapaian berat badan optimal
saat memasuki fase laying. Pendapat ini sesuai dengan pendapat Hasrullah (2022)
bahwa pencahayaan pada masa grower digunakan untuk mempermudah ayam
mengkonsumsi pakan, sedangkan ayam dengan bobot dibawah standar diberikan
pencahayaan lebih terang dengan maksud memacu konsumsi ayam tersebut.
Pada fase grower dipasang lampu warna biru pada pen 1 dan bagian tengah
kandang, sedangkan untuk bagian kanan dan kiri pen dipasang tirai warna biru
untuk menyesuaikan warna lampu kandang sehingga cahaya yang didapatkan
ayam dapat diperoleh rata. Alasan mengapa pen 1 dipasang lampu biru adalah
karena bagian sisi luar pen 1 tertutup oleh cooling pad sehingga cahaya matahari
tidak dapat menembus ke dalam kandang. Pen 6 dipasang blackout yang terbuat
dari terpal berwarna hitam untuk membatasi cahaya yang masuk dari celah
exhausted fan. Pemilihan warna lampu biru dikarenakan lampu biru dapat
merangsang produksi testosteron dan protein pada ayam jantan untuk
menginduksi pertumbuhan sel sel otot dan cahaya biru mampu membuat ayam
menjadi tenang (Rozenboim et al., 2004).

3.4.3 Keseragaman Ayam (Uniformity)


Uniformity atau keseragaman pada ayam dapat diartikan kesamaan dalam
ayam 1 populasi.keseragaman berkaitan dengan berat badan, keseragaman ukuran
kerangka tubuh maupun kedewasaan kelamin. Keseragaman ayam di PT Super
Unggas Jaya Farm Sapon B Jombang mencapai 80-90% dan merupakan tingkat
keseragaman yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Gustira (2015) bahwa
keseragaman yang baik lebih dari 80%. Untuk menghitung keseragaman ayam
24

diperlukan penimbangan bobot badan pada ayam. Penimbangan ini dilakukan


seminggu sekali pada masing-masing kandang. Sampel penimbangan yang
diambil adalah 3-5% dari total populasi.
obot ayam kg
Rataan berat ayam (AVG) =
jumlah sampel

Batas atas = AVG + (AVG X 10%)


Batas bawah = AVG – (AVG X 10%)
UNIFORMITY =
umlah Sampel - atas atas atas bawah
x 100%
umlah sampel

Grading merupakan kegiatan mengelompokkan ayam sesuai dengan tingkat


pertumbuhan dan ukuran tubuh ayam. Grading dilakukan apabila keseragaman
ayam tidak tercapai. Pengelompokkan ini akan membatasi persaingan ayam untuk
mendapatkan pakan. Grading yang dilakukan di PT Super Unggas Jaya Farm
Sapon B Jombang ada 2 macam, yaitu grading harian dan grading total. Grading
harian dilakukan setiap hari setelah distribusi pakan sedangkan grading total
dilakukan setelah penimbangan ayam tidak didapatkan keseragaman yang baik.
ayam yang memiliki bobot badan terlalu tinggi ditaruh di pen 1 karena memiliki
area yang lebih luas. Ayam yang memiliki bobot sesuai standar diletakkan di pen
1 sampai 5. Ayam yang memiliki bobot dibawah standar dibuatkan sekat kecil
(small pen) yang terletak di pen 5 agar tidak berebut dengan ayam yang memiliki
bobot lebih besar.

(a) Penyekatan (b) Penimbangan (c) Pencatatan

Gambar 3.14 Penimbangan Ayam


25

3.5 Manajemen Pemeliharaan Fase Layer


Fase layer pada broiler parent stock terjadi pada umur 26 minggu sampai 65
minggu (Jaelani et al., 2016). Untuk mencapai performa maksimal pada fase layer
di PT Super Unggas Jaya Farm Sapon B Jombang dilakukan beberapa program
yaitu:

3.5.1 Pemberian Pakan dan Minum


Pemberian pakan dilakukan sehari sekali pada pukul 07.00 WIB. Pakan
yang digunakan adalah pakan berbentuk crumble yang didistribusikan secara
otomatis menggunakan through dan diputar selama 2 menit pada ayam betina.
Sedangkan pada ayam jantan pemberian pakan menggunakan pan feeder. Jenis
pakan yang diberikan adalah Broiler Production Special (BP3S) milik perusahaan
internal PT Super Unggas Jaya. Komposisi nutrien BP3S disajikan pada Tabel 3.4
berikut:
Tabel 3.4 Kandungan Nutrien Pakan BP3S
Kandungan Nutrisi Jumlah
Kadar Air Maks 13 %
Protein 14 – 16 %
Lemak Kasar Min 3 %
Serat Kasar Maks 6 %
Abu Maks 8 %
Calcium 0.9 – 1.2 %
Phospor 0.6 – 0.8 %
Energi Metabolis Min 2700 kkal/kg
Aflatoksin Maks 40 ppb
Sumber: PT Super Unggas jaya Farm Sapon B Jombang (2022)

Pemberian air minum pada fase ini diberikan menggunakan nipple yang
dialiri air dari tandon yang bersumber dari air sumur. Pada fase ini, penambahan
klorin yang dilakukan adalah 3 ppm. Tujuan pemberian klorin adalah untuk
mencegah timbulnya mikroorganisme seperti E. Coli dan tumbuhan berupa lumut
yang mampu mengganggu kesehatan ayam.
26

3.5.2 Pencampuran jantan (Mixing Jantan)


Percampuran antara ternak betina dan jantan dilakukan pada saat umur
ternak mencapai 20-21 minggu. Saat pencampuran tersebut harus diperhatikan
berat badan ternak. Ayam jantan yang memiliki bobot badan besar harus dicampur
dengan ayam betina berbobot besar pula atau sebaliknya.

3.5.3 Pemasangan Sangkar (Nest)


Tempat bertelur (nest) digunakan ketika ayam mulai bertelur. Hal ini
dilakukan untuk mempermudah pengambilan telur dan mencegah terjadinya telur
terletak di lantai (floor egg) dan mengakibatkan telur pecah, terinjak, telur
dimakan ternak, dan telur kotor. Model sangkar yang digunakan pada perusahaan
ini adalah model sangkar manual dengan ukuran sangkar besar 150 cm x 70 cm x
90 cm dan ukuran sangkar kecil 35 cm X 30 cm.

Gambar 3.15 Sangkar (Nest)

3.5.4 Pemanenan dan Produksi Telur


Frekuensi pengambilan telur dilakukan sebanyak 5 kali sehari. Telur ditata
menggunakan egg tray berkapasitas 30 butir. Pengambilan telur dilakukan dari
pen 6 menuju ke pen 1. Telur yang sudah ditata diangkut menggunakan troli
menuju ke ruang operator. Frekuensi pengambilan telur dapat dilihat di Tabel 3.5:

Tabel 3.5 Frekuensi Pengambilan Telur

No Produksi Harian Pengambilan Waktu


1 1% - 5% 2 kali 10.00, 14.00
2 6% - 40% 3 kali 07.00, 10.00, 14.00
3 40% - 75% 4 kali 07.00, 10.00, 13.00, 14.45
4 75% keatas 5 kali 07.00, 09.00, 10.30, 13.30, 14.45
Sumber: PT Super Unggas Jaya Farm Sapon B Jombang (2022)
27

Pengelompokkan telur atau seleksi telur dilakukan setelah pengambilan


telur untuk mengelompokkan telur dengan kriteria yang telah ditentukan oleh
perusahaan. Sebelum pengelompokkan telur dilakukan pembersihan pada
permukaan cangkang telur dari kotoran yang menempel. Adapun kriteria
pengelompokkan telur didasarkan pada telur jumbo (double yolk egg), telur retak
(crack egg), telur kotor (dirty egg), telur lantai (floor egg), telur abnormal, dan
telur junior. Pengelompokkan telur HE dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut:
Tabel 3.6 Pengelompokkan Telur
Breeder Age HE Weight (g)
(Week) A Super BM B
25 – 29 >52 50 – 52
30 – 34 >55
35 – 65 >55 >56
Sumber: PT Super Unggas jaya Farm Sapon B Jombang (2022)

Sanitasi telur dilakukan dengan cara fumigasi telur tetas dilakukan pada
ruangan khusus yang terletak di ruang operator dengan double dosis dengan
kebutuhan 100 ml formalin dan 50 g fumigan. Fumigasi telur juga dilakukan di
dalam kandang. Fumigasi dilakukan untuk mensterilkan mikroorganisme yang
terdapat di permukaan cangkang telur.

3.5.5 Penyimpanan dan Distribusi Telur


Telur yang sudah difumigasi disimpan di ruangan bersuhu 0-25℃. Telur ini
disusun dengan rapi serta diurutkan sesuai dengan kualitas dan nomor kandang.
Penyimpanan dilakukan tidak lebih dari satu hari untuk menjaga kualitas telur.
Lalu telur tersebut dikirim ke hatchery internal milik PT Super Unggas Jaya.

3.6 Manajemen Kesehatan


3.6.1 Biosecurity
Biosecurity adalah semua tindakan pertahanan pertama pengendalian wabah
dan dilakukan untuk mencegah semua kemungkinan penularan/kontak dengan
ternak tertular sehingga rantai penyebaran penyakit dapat diminimalkan (Sugiono
dan Widyaiswara, 2022). PT Super Unggas Jaya Farm Sapon B Jombang
28

menerapkan 3 macam biosecurity yaitu biosecurity konseptual, biosecurity


struktural dan biosecurity operasional.
Biosecurity konseptual berkaitan dengan pemilihan lokasi perusahaan. PT
Super Unggas Jaya Farm Sapon B Jombang terletak di tengah area persawahan
dan berjarak 1 km dari pemukiman penduduk. Pemilihan lokasi ini diharapkan
mampu meminimalisir kontaminasi penyakit dari lingkungan peternakan ke
masyarakat sekitar. Atau sebaliknya mampu meminimalisir bibit penyakit yang
mungkin terjangkit di area pemukiman menyebar ke lokasi farm.
Biosecurity struktural meliputi pembagian lokasi peternakan menjadi 3
zona, yaitu zona merah, kuning dan hijau. Zona merah merupakan seluruh zona
yang terletak diluar area peternakan atau area kotor. Area ini belum diterapkan
biosecurity sehingga dianggap berpotensi membawa penyakit pada peternakan.
Zona merah yang ada di PT Super Unggas Jaya Farm Sapon B Jombang meliputi
parkiran, pos satpam, mess manajer, ruang listrik dan toilet. Zona kuning atau
zona transisi dari zona merah ke zona hijau. Zona ini merupakan peralihan dari
zona merah sebelum menuju zona hijau. Zona kuning ditandai dengan orang yang
sudah melewati shower dan lorong sanitasi serta menggunakan baju khusus dan
alas kaki khusus transit, kendaraan yang melewati shower yang menyemprotkan
desinfektan dan benda yang sudah dimasukkan ke kotak UV. Zona kuning di PT
Super Unggas Jaya Farm Sapon B Jombang meliputi kantor, gudang pakan, ruang
genset, tangki solar, gudang peralatan, gudang sekam, mess karyawan, dapur,
ruang laundry, dan shower 2. Zona hijau merupakan area bersih dan steril yang
digunakan sebagai area produksi sehingga pada zona ini terdapat bangunan
kandang untuk pemeliharaan. Zona hijau ditandai dengan orang yang sudah
melewati zona kuning masuk ke shower 2 dan lorong sanitasi serta menggunakan
baju khusus dan alas kaki khusus di zona hijau, kendaraan yang melewati shower
yang menyemprotkan desinfektan dan benda yang akan dibawa masuk zona hijau
sudah dimasukkan ke kotak UV. Adapun yang termasuk zona hijau adalah
kandang, ruang OVK dan ruang mekanik.
29

Gambar 3.16 Pembagian 3 Zona

Biosecurity operasional merupakan semua kegiatan yang berhubungan dengan


pencegahan penyebaran penyakit yang dilakukan dalam aktivitas sehari-hari di
dalam lingkungan kandang. Biosecurity manusia dilakukan dengan mandi dan
keramas pada shower sebelum memasuki area farm serta sanitasi menggunakan
desinfektan pada lorong khusus yang terletak setelah shower. Biosecurity
kendaraan dilakukan dengan sanitasi melalui shower khusus kendaraan dan
penyemprotan desinfektan oleh petugas. Terakhir, adalah biosecurity pada
peralatan kandang dilakukan fumigasi pada egg tray, wadah pakan, wadah minum
dan peralatan lainnya.

(a) Biosecurity (b) Biosecurity Peralatan (c) Biosecurity


Pengunjung Kendaraan

Gambar 3.17 Biosecurity Operasional

3.6.2 Sanitasi Area Kandang


Program sanitasi area kandang yang dilakukan di PT Super Unggas Jaya
Farm Sapon B Jombang adalah pembersihan area kandang dan penyemprotan area
serta pengapuran area. Pembersihan area kandang dilakukan rutin seminggu sekali
yaitu meliputi pembersihan nest dan area dalam kandang dari sarang laba-laba dan
benda-benda asing yang rawan terkonsumsi oleh ayam seperti benang sisa karung
30

pakan, tali rafia, dan benda asing lainnya yang mampu membahayakan kesehatan
ayam. Jika ayam mengonsumsi benda asing seperti tali rafia maka dapat
menyebabkan lidah ayam terlilit dan mengakibatkan lidah ayam terluka atau
hingga putus.
Penyemprotan area dilakukan 2 kali sehari pada pagi hari setelah distribusi
pakan dan sore hari sebelum jam kerja berakhir menggunakan obat lalat, formalin
dan bahan lain sesuai kebutuhan. Pengapuran di sekeliling kandang atau
pengapuran area dilakukan 2 minggu sekali menggunakan kapur hidup .
Penyemprotan dan pengapuran area ini dilakukan untuk membunuh telur cacing,
telur lalat, dan mengurangi kontaminasi dari bibit penyakit yang dibawa hewan
yang terbang di udara.

(a) Penyemprotan Area (b) Pengapuran Area

Gambar 3.18 Program Sanitasi

3.6.3 Vaksinasi
Vaksinasi merupakan salah satu pencegahan penyakit yang diakibatkan oleh
virus yang bersifat patogen. Vaksinasi adalah kegiatan memasukkan virus yang
sudah dilemahkan atau dimatikan (vaksin) dengan tujuan merangsang
pembentukan kekebalan tubuh pada ayam. Program vaksinasi yang dilakukan di
PT Super Unggas Jaya Farm Sapon B Jombang sudah di program sedemikian rupa
oleh HDC pusat. Penentuan program vaksin ini berdasarkan pada rekam jejak
penyakit yang pernah terjangkit di daerah sekitar farm dan di dalam farm itu
sendiri.
31

3.6.4 Medikasi
Medikasi berisi pemberian obat dan vitamin serta dilakukan sesuai dengan
jadwal yang telah ditentukan oleh HDC. Jenis vitamin dan obat yang digunakan
dibedakan berdasarkan tujuan dan fungsinya. Contoh, pemberian amoxicillin
untuk mengobati gejala Necrotic Enteritis (NE) yang ada pada ayam, pemberian
vitamin C dan antibiotik untuk menjaga daya tahan tubuh ayam pasca vaksinasi,
mencegah peradangan dan infeksi pada bagian tubuh ayam yang telah disuntik,
serta mengurangi stress ayam pasca vaksinasi, serta pengobatan menggunakan
antibiotik untuk mengobati koksidiosis.

Gambar 3.19 Pencampuran Obat

Diagnosis penyakit pada hewan dapat dilakukan pada ternak yang sudah
mati. Diagnosis suatu penyakit pada ternak yang telah mati (nekropsi) dapat
dilakukan dengan pemeriksaan sistematis dan cermat, sehingga dapat mengetahui
perubahan-perubahan makroskopis yang terjadi pada ayam, dapat mengetahui
jenis penyakit yang diidap ayam dan jenis pengobatan terhadap ayam yang sehat
dengan pengobatan tertentu. (Yuwono, 2015).

Gambar 3.20 Bedah Bangkai (Nekropsi)


32

Pengambilan sampel darah (venesectio) merupakan salah satu hal


terpenting dalam dunia peternakan. Pengambilan darah memiliki tujuan untuk
mengetahui kadar suatu zat yang terkandung dalam darah ternak tersebut untuk
kepentingan pemeriksaan imunologi/kekebalan atau untuk mengidentifikasi suatu
penyakit tertentu (Martoenus dan Djatmikowati, 2015). Pengambilan darah pada
ayam fase grower dilakukan pada vena pectoralis yang merupakan pembuluh
darah terletak di bagian bawah sayap unggas. Sedangkan pada DOC, darah
diambil melalui jantung. Pengambilan sampel darah di PT Super Unggas Jaya
Farm Sapon B Jombang dilakukan pada hari ke-1, hari ke-14, hari ke-28, minggu
ke-5 dan minggu ke-10 pada saat pemeliharaan. Jadwal pengambilan ini dapat
disesuaikan kembali dengan kebutuhan perusahaan.

(a) Pengambilan Darah DOC (b) Pengambilan Darah Fase Grower

Gambar 3.21 Pengambilan Darah

Pengambilan sampel ekskreta di PT Super Unggas Jaya Farm Sapon B


Jombang dilakukan setiap minggu hingga ayam berumur 5 minggu. Adapun
tujuan dari pengambilan sampel ini dilakukan untuk mengetahui siklus koksi pada
ayam. Pengambilan sampel sebanyak 50 gr pada masing-masing kandang. Lalu
sampel ini dimasukkan ke dalam plastik klip. Sampel kemudian diberi kode
berupa nomor kandang dan tanggal pengambilan sampel. Sampel tersebut
kemudian disimpan di kulkas sebelum diuji ke laboratorium.
33

(a) Pengambilan Ekskreta (b) Pengemasan Ekskreta

Gambar 3.22 Pengambilan Sampel Ekskreta

3.7 Pengolahan Limbah Peternakan


Limbah atau hasil sampingan PT Super Unggas Jaya Farm Sapon B
Jombang berupa limbah cair dan padat. Hasil sampingan ini harus dikelola dengan
tepat guna tidak mencemari lingkungan dan tidak menyebarkan bibit penyakit
yang tertinggal pada limbah tersebut. Limbah kotoran dan sekam sisa hasil panen
ayam akan dijual kepada pihak kedua melalui perantara sales khusus. Dimana
limbah kotoran dan sekam tersebut nantinya akan dijadikan pupuk organic.
Penanganan limbah bangkai ayam di PT Super Unggas Jaya Farm Sapon B
Jombang adalah bangkai ayam yang ada di tempat pembuangan sampah diangkut
menggunakan gerobak. Bangkai ayam ini diangkut menuju tempat pembakaran
yang ada di belakang kandang 9 untuk kemudian dibakar. Pembakaran ini
dilakukan untuk memutus bibit penyakit yang dapat timbul. Limbah B3 yang ada
di PT Super Unggas Jaya Farm Sapon B Jombang berupa sisa botol vaksin, spuit,
lampu, bungkus obat dan vaksin. Limbah tersebut memerlukan penanganan
khusus yaitu dibakar. Pengolahan limbah cair di PT Super Unggas Jaya Farm
Sapon B Jombang dilakukan menggunakan sistem irigasi yang terdapat di bagian
depan kandang. Limbah cair yang dihasilkan antara lain air bekas cucian peralatan
kandang, air bekas formalin, air bekas cuci kandang dan lainnya.
BAB 4. KEGIATAN KHUSUS DAN PEMBAHASAN

4.1 Vaksinasi
Ternak unggas terutama ayam merupakan hewan ternak yang sangat rentan
terhadap penyakit yang berasal dari virus. Hal inilah yang mendasari mengapa
ayam perlu divaksin secara tepat. Vaksin dapat berupa galur virus atau bakteri
yang telah dilemahkan sehingga tidak menimbulkan penyakit jika dimasukkan ke
dalam tubuh ayam. Vaksin juga dapat berupa organisme mati atau hasil
pemurniannya (protein, peptide, partikel serupa virus, dsb.). Vaksin akan
mempersiapkan sistem kekebalan manusia atau hewan untuk bertahan terhadap
patogen tertentu, terutama bakteri, virus atau toksin. Vaksinasi adalah kegiatan
memasukkan antigen kedalam tubuh organisme (misal ayam) dengan harapan
muncul antibodi sehingga ayam kebal terhadap suatu penyakit yang sejenis
dengan jenis virus yang terkandung dalam vaksin tersebut. Di bidang peternakan
ayam, vaksinasi sangat penting dilakukan untuk menghindari infeksi atau wabah
penyakit.
Vaksinasi dalam dunia peternakan memiliki arti penting karena dengan
vaksinasi tubuh ayam menghasilkan suatu antibodi yang berguna untuk
menyerang bibit penyakit yang masuk ke dalam tubuh ayam tersebut. Munculnya
antibodi pasca vaksinasi mengakibatkan perubahan-perubahan terhadap
komponen darah, terutama perubahan berkaitan dengan sel darah putih yang
merupakan cikal bakal terbentuknya antibodi. Perubahan ini merupakan hasil
reaksi antara virus yang ada pada vaksin dengan sel B yang berubah menjadi sel
plasma dan sel memori. Proteksi ini akan terjadi hingga minggu ke-3 dan pada
minggu ke-4 akan mengalami penurunan (Agustin dan Ningtyas, 2021).
Manajemen vaksinasi yang baik akan mempengaruhi tingkat, kualitas, dan
lamanya kekebalan dari vaksin. Untuk mendukung manajemen vaksinasi yang
baik diperlukan program vaksinasi yang baik pula. Program vaksinasi adalah
program pencegahan penyakit yang sangat efektif dalam pemeliharaan unggas.
Karena pelaksanaan vaksin yang benar memberikan perlindungan dari dalam

34
35

tubuh unggas secara maksimal terhadap kesehatan unggas (Mahfudz et al., 2021).
Penerapan manajemen vaksinasi ini juga dilakukan oleh PT Super Unggas Jaya
Farm Sapon B Jombang untuk mencegah ternaknya terserang penyakit.

4.2 Program Vaksinasi


Program vaksinasi yang baik mampu mencegah atau meminimalisir
kontaminasi masuknya bibit penyakit pada ayam. Bagian terpenting dalam
program vaksinasi adalah kapan vaksin tersebut dilakukan dan pengulangannya
(Upik Hadi, 2017). Ketepatan jadwal vaksinasi merupakan hal yang menjadi
penunjang keberhasilan vaksinasi. Frekuensi vaksinasi yang terlalu sering
dilakukan pada ayam mengakibatkan stress. Jadwal vaksinasi yang terlambat,
dikhawatirkan ketika ada serangan virus tubuh ayam belum memiliki antibodi
yang mampu menghalangi virus. Penyusunan program vaksinasi berdasarkan
rekam jejak penyakit yang pernah menjangkit di dalam farm dan di lingkungan
sekitar farm tersebut. Program vaksinasi ini ditentukan oleh HDC pusat
berdasarkan rekam jejak tersebut. Berikut program vaksinasi fase starter sampai
grower beserta dosis dan aplikasi vaksin yang dilakukan di PT Super Unggas Jaya
Farm Sapon B Jombang ditampilkan pada Tabel 4.1:
Tabel 4.1 Program Vaksinasi Fase Starter sampai Grower

Umur Jenis Vaksin Tipe Aplikasi


1 hari ND IB+VVGA, IB QX Live Spray box
3 hari Coccidiosis Live Spray Feed
7 hari Ma5 + Clone Live Spray malam
10 hari IBD Live Oral (0.25ml)
14 hari ND IB+VVGA, IB QX Live Spray
18 hari IBD Live Oral (0.5ml)
(Triple) Fowl Pox Live Wing web
ND AI-K Killed Sub cutan (0.5ml)
22 hari Ma5 + Clone Live Spray malam
30 hari ND IB+VVGA, IB QX Live Spray
5 minggu Mycoplasma Live Tetes mata
gallisepticum
6 minggu ND BQ Killed Intra muskular kanan
(0.5ml)
7 minggu Ma5 + clone, IB QX Live Spray malam
AI-K SC Killed Intra muskular kiri (0.3ml)
36

Umur Jenis Vaksin Tipe Aplikasi


9 minggu Coryza Killed Intra Muskular kiri (0.5ml)
(Twiin) AI-K SB Killed Intra muskular kanan
(0.3ml)
11 minggu ILT Live Tetes mata kanan
(Triple) Fowl Pox Live Wing web
CAV Live Oral (0.5ml)
13 minggu ND IB+VVGA, IB QX, Live Spray malam
APV
14 minggu ND+IB+EDS+Coryza Killed Intra Muskular kiri (0.5ml)
(Twiin) AI-K SC Killed Intra muskular kanan
(0.3ml)
19 minggu ND+IB+IBD Killed Intra Muskular kanan
(Twiin) AI-K SB Killed (0.5ml)
Intra muskular kiri (0.3ml)
20 minggu ND IB, APV Live Spray malam
22 minggu AI-K SC Killed Intra Muskular kiri (0,5ml)
25 minggu Ma5+Clone Live Spray malam
Sumber: PT Super Unggas Jaya Farm Sapon B Jombang (2022)

4.3 Jenis Vaksin


Jenis vaksin yang digunakan di PT Super Unggas Jaya Farm Sapon B
Jombang ada 2 macam yaitu vaksin aktif (live) dan vaksin inaktif (killed).

4.3.1 Vaksin Aktif (Active Vaccine, Live Vaccine)


Vaksin aktif yaitu vaksin yang mengandung virus hidup, atau mengandung
virus yang dilemahkan keganasannya. Pemberian vaksin aktif dapat dilakukan
dengan cara semprot, tetes (mata, hidung, mulut), air minum dan suntikan
(Kencana et al., 2017). Vaksin aktif biasanya .berbentuk kering beku. Jadi, jika
ingin digunakan vaksin tersebut harus dilarutkan menggunakan pelarut. Jenis
pelarut yang dapat diaplikasikan pada vaksin aktif dapat berupa larutan dapar dan
air sulingan atau aqua destilata. Vaksin aktif yang sudah dilarutkan hendaknya
segera dimasukkan ke dalam tubuh unggas. Setelah vaksin dimasukkan ke dalam
tubuh unggas maka agen infeksi yang terdapat dalam vaksin tersebut akan menuju
ke organ limfoid untuk menggertak kekebalan pada tubuh ayam. Contoh vaksin
aktif yang digunakan di PT Super Unggas Jaya Farm Sapon B Jombang: ND IB,
Ma5+Clone, Cocci.
37

4.3.2 Vaksin Inaktif (Killed Vaccine, Killed Vaccine)


Vaksin inaktif tidak mempunyai kemampuan untuk berkembang biak di
dalam tubuh hewan yang di vaksinasi, tetapi mampu merangsang pembentukan
antibodi (Kencana et al., 2017). Vaksin inaktif dominan menggertak kekebalan
humoral yang spesifik beredar dalam darah. Vaksin inaktif berisi agen infeksi
yang telah dimatikan namun masih bersifat imunogenik/mampu merangsang
pembentukan antibodi. Vaksin inaktif dapat berbentuk emulsi dan suspensi karena
mengandung adjuvant. Adjuvant merupakan bahan yang bersifat non
antigenik/tidak berkemampuan merangsang terbentuknya antibodi. Adjuvant
tersebut ditambahkan dalam vaksin inaktif untuk menambah daya kerja vaksin
dengan efek depo atau penyerapan sedikit demi sedikit ke dalam sirkulasi tubuh
ayam. Vaksin dengan penambahan adjuvant dapat meningkatkan potensi sistem
imun serta menambah lamanya perlindungan terhadap suatu infeksi penyakit pada
hewan dan manusia (Sari et al., 2013). Jadi, vaksin tersebut setelah masuk ke
dalam tubuh ayam tidak akan mereplikasi tetapi langsung memacu jaringan
limfoid untuk membentuk antibodi. Contoh vaksin inaktif yang digunakan di PT
Super Unggas Jaya Farm Sapon B Jombang: ND AI, ND BQ, AI-K.

4.4 Penanganan Sebelum Vaksinasi


Penanganan sebelum proses vaksinasi yang dilakukan di PT Super Unggas
Jaya Farm Sapon B Jombang adalah mempersiapkan peralatan dan vaksin yang
digunakan saat proses vaksinasi. Vaksin merupakan zat yang mudah rusak oleh
paparan suhu dingin dan panas oleh karena itu untuk menjaga vaksin tidak rusak
dan diterima secara optimal maka dilakukan cold chain management (Helmi et al.,
2019). Cold chain management adalah prosedur yang diterapkan untuk menjaga
vaksin pada suhu yang telah ditentukan 2-8℃, sehingga menjamin kualitas
vaksin (Peraturan Menteri Kesehatan No. 12 Tahun 2017).
a. Prosedur pengambilan vaksin live di PT Super Unggas Jaya Farm Sapon B
Jombang:
1. Vaksin diambil dari kulkas bersuhu 2-8℃
2. Vaksin dimasukkan ke cooler box dan ditambah ice pack untuk menjaga
suhu dalam cooler box tetap 2-8℃
38

3. Lalu suhu dalam cooler box diukur menggunakan termometer


4. Vaksin diantar menuju kandang
5. Vaksin dicampur dengan pelarut sesuai instruksi
6. Vaksin dimasukkan ke cooler box bersuhu 2-8℃ hingga siap digunakan
b. Prosedur pengambilan vaksin killed di PT Super Unggas Jaya Farm Sapon B
Jombang:
1. Vaksin diambil dari kulkas bersuhu 2-8℃
2. Vaksin di thawing minimal 8 jam hingga suhunya sesuai dengan suhu ruang
3. Vaksin dimasukkan ke cooler box
4. Vaksin diantar menuju kandang
5. Socorex dipasang ke botol vaksin lalu disesuaikan dengan dosis

4.5 Metode Pelaksanaan Vaksinasi


Salah satu pendukung keberhasilan vaksinasi adalah metode vaksinasi, yang
mencakup program dan teknik vaksinasi yang dilakukan. Distribusi dan
penyimpanan sementara vaksin yang tidak tepat juga akan membuat efektivitas
vaksin tidak maksimal. Distribusi dan penyimpanan vaksin yang tidak
menggunakan cooler box atau termos es bersuhu 2-8℃ menyebabkan vaksin
rusak. Peralatan vaksinasi rusak atau tidak steril menyebabkan peradangan pada
area bekas penyuntikan di tubuh ayam. Peralatan yang rusak dan tidak steril juga
dapat mempengaruhi ketepatan atau keseragaman dosis vaksin yang diterima
tubuh ayam.
Dosis vaksin aktif maupun inaktif yang tidak tepat per individu ayam
menyebabkan ketidakseragaman pembentukan antibodi. Aplikasi pemberian
vaksin yang tidak sesuai dengan target organ akan menyebabkan vaksin yang
diberikan tidak maksimal dalam merangsang pembentukan antibodi tubuh ayam.
Aplikasi vaksinasi yang tergesa-gesa dan kasar dapat mempengaruhi dosis vaksin
yang diterima oleh ayam sehingga. Aplikasi tergesa dan kasar dapat menyebabkan
ayam menjadi stress, luka pada ayam, dan bahkan kematian pasca penyuntikan
(Medion, 2017). Metode pelaksanaan vaksinasi di PT Super Unggas Jaya Farm
Sapon B Jombang pada periode brooding hingga growing menggunakan metode
39

spray box, spray pakan/feed, spray malam, cekok/oral, tusuk sayap (wing web),
suntuk bawah kulit (subcutan), tetes mata, injek dada (intramuskular dada), dan
injek double/twin pada dada. Berikut adalah standar pelaksanaan vaksinasi di PT
Super Unggas Jaya Farm Sapon B Jombang:

4.5.1 Spray
Vaksinasi menggunakan teknik spray diaplikasikan pada box saat chick in
DOC, pada pakan ayam berumur 3 hari dan pada malam hari sesuai dengan
program vaksin yang dijalankan.
a. Aplikasi vaksinasi spray pada box DOC
Vaksinasi menggunakan teknik spray box dilaksanakan pada saat chick-in
DOC. Proses vaksinasi ini membutuhkan pelarut berupa aquades. Aquades yang
digunakan harus dipastikan steril dan tidak mengandung logam berat. Selain itu,
aquades tersebut harus dipastikan tidak terkontaminasi klorin. PT Super Unggas
Jaya memiliki prosedur perhitungan vaksin spray box yang dibutuhkan saat proses
vaksinasi, berikut adalah perhitungan kebutuhan vaksin:
(Jumlah box jantan + box betina) x 3 detik x 5 ml + 200 ml (additional)
Contoh:
=130 box x 3 detik x 5ml + 200 additional
= 1.950 ml + 200 ml
= 2.150 ml
Catatan: Tekanan saat spray 4 bar dan per detik menyemprotkan 5ml partikel
Tatalaksana vaksinasi spray box:
a. Persiapkan vaksin ND IB, VVGA, dan IB QX, pelarut berupa aquades dan
sprayer. Vaksin dan peralatan yang dibutuhkan untuk proses vaksinasi sudah
disiapkan oleh tim HDC sehingga supervisor bertugas mengambil dan
mengantar ke kandang
b. Hitung kebutuhan vaksin sesuai dengan rumus diatas
c. Larutkan vaksin menggunakan aquades sesuai dengan kebutuhan
d. Masukkan larutan vaksin ke dalam sprayer
e. Selama proses pencampuran vaksin dengan pelarut buka tutup box DOC
40

f. Matikan exhausted fan untuk mencegah partikel vaksin terhirup keluar


kandang
g. Spray vaksin menggunakan tekanan 4 bar selama 3 kali putaran dengan lama
waktu per putaran 3 detik
h. Setelah selesai vaksin sebarkan DOC ke dalam masing-masing brooder
i. Terakhir, hidupkan kembali exhausted fan

Gambar 4.1 Aplikasi Vaksinasi Spray pada DOC

b) Spray Pakan/Feed
Vaksin ini diaplikasikan pada pakan ayam dengan harapan agar vaksin
tersebut langsung menuju ke organ yang menjadi tempat munculnya penyakit
koksidiosis yaitu pada usus ayam. Selain itu, vaksin spray pakan memiliki
kelebihan dalam segi waktu dan biaya. Vaksin spray box juga menggunakan
aquades sebagai pelarut vaksin.
Perhitungan kebutuhan vaksin:
a. Jumlah larutan aquades dan vaksin disesuaikan dengan populasi ayam yang
ada di kandang
b. Pakan yang diberikan adalah 30% dari total Point Feed (PF)
c. Batas toleransi air yang digunakan adalah 200-300ml
d. Tekanan yang digunakan pada sprayer adalah 2 bar
e. Lama spray 8-9 detik per feeder tray
Contoh:
a. Jumlah ayam 1 brooder 800 ekor dan PF 24 gr
jumlah ayam 8 ekor
b. Feeder tray = = = 27 feeder tray
kapasitas feeder tray 3

c. PF = 24 x 30% = 8 g
41

d. Kebutuhan pakan = PF x populasi = 8gr x 800 = 6.400 g


Kebutuhan pakan 6.4 g
e. Pakan per feeder tray = = = 237 g/feeder tray
27

f. Larutan vaksin = 800 ml + 200 ml additional = 1.000 ml

Tatalaksana vaksinasi spray pakan/feed:


a. Ayam dipuasakan selama 2-3 jam sebelum proses vaksinasi agar nanti saat
diberi pakan yang sudah di spray vaksin ayam mau makan
b. Matikan exhausted fan untuk mencegah partikel vaksin terhirup keluar
kandang
c. Siapkan vaksin koksi, pelarut berupa aquades, dan sprayer. Vaksin dan
peralatan yang dibutuhkan untuk proses vaksinasi sudah disiapkan oleh tim
HDC sehingga supervisor bertugas mengambil dan mengantar ke kandang
d. Hitung kebutuhan vaksin, aquades, feeder tray dan pakan menggunakan
rumus diatas
e. Siapkan pakan pada feeder tray lalu letakkan feeder tray berisi pakan di
samping masing-masing brooder
f. Campurkan vaksin dan pelarut lalu masukkan pada sprayer. Perlu diingat
untuk pencampuran ini dilakukan terpisah pada masing-masing brooder. Hal
ini karena vaksin koksidiosis merupakan vaksin live yang harus segera masuk
ke dalam tubuh unggas
g. Spray vaksin ke dalam feeder tray selama 8-9 detik sebanyak 2 putaran.
h. Goyangkan sprayer untuk menghindari vaksin yang mengendap Letakkan
feeder tray yang sudah dispary vaksin ke dalam brooder
42

Gambar 4.2 Aplikasi Vaksinasi Spray pada Pakan/Feed

c) Spray Malam
Vaksinasi spray ini dilakukan malam hari karena pada saat malam hari
pergerakan ayam lebih sedikit dibandingkan saat siang hari. Ketika ayam yang
divaksin tidak banyak melakukan pergerakan diharapkan vaksin yang
diaplikasikan mampu bekerja lebih optimal dan vaksin yang didapatkan oleh tiap
ayam sama dosisnya. Berikut adalah kebutuhan pelarut yang digunakan untuk
vaksin spray malam di PT Super Unggas Jaya Farm Sapon B Jombang:
a. Umur 1-5 minggu 6 liter aquades penyemprotan selama 40 detik/pen
b. Umur 7-10 minggu 7 liter aquades penyemprotan selama 45 detik/pen
c. Umur 10-dst minggu 8 liter aquades penyemprotan selama 50 detik/pen
d. Tekanan yang digunakan 4 bar
Tatalaksana vaksinasi spray malam:
a. Siapkan vaksin, aquades dan sprayer. Vaksin dan peralatan yang dibutuhkan
untuk proses vaksinasi sudah disiapkan oleh tim HDC sehingga supervisor
bertugas mengambil dan mengantar ke kandang
b. Gunakan vaksin sesuai dengan dosis yang tercantum pada botol vaksin. Misal
1 vial vaksin untuk 1.000 dosis, maka untuk 10.000 ayam menggunakan 10
vial vaksin
c. Buka tutup aquades dan vaksin, lalu tuangkan sedikit aquades ke dalam
vaksin. Bilas botol vaksin sebanyak 3 kali dan masukkan air bilasan tersebut
ke dalam botol aquades
d. Larutkan vaksin kedalam aquades lalu kocok hingga homogen
43

e. Masukkan larutan vaksin ke dalam sprayer


f. Atur sprayer bertekanan 4-5 bar
g. Matikan exhausted fan untuk mencegah partikel larutan vaksin terhirup keluar
kandang
h. Sekat ayam menggunakan waring untuk mempermudah proses vaksinasi
i. Mulai spray per pen, spray mala mini dilakukan di luar waring untuk
meminimalkan pergerakan ayam. Lama waktu spray disesuaikan dengan
umur ayam
j. Untuk penerangan gunakan senter lalu arahkan senter ke plafon. Hal ini
dilakukan agar ayam tidak kaget dan membuat pergerakan berlebih sehingga
proses vaksinasi akan sulit dilakukan
k. Selesai vaksin hidupkan kembali exhausted fan

Gambar 4.3 Vaksinasi Spray pada Malam Hari

4.5.2 Oral
Metode vaksinasi oral melalui mulut menggunakan injektor (socorex)
dimana ujung socorex tempat jarum diganti dengan potongan selang injektor.
Kelebihan dari vaksinasi ini dibandingkan dengan vaksin yang dilarutkan ke
dalam tandon air minum adalah vaksinasi ini dilakukan secara individu ke ayam
sehingga dosis yang didapatkan akan sama.
Tatalaksana vaksinasi oral:
a. Siapkan vaksin, pelarut, injektor, selang injektor dan ember. Vaksin dan
peralatan yang dibutuhkan untuk proses vaksinasi sudah disiapkan oleh tim
HDC sehingga supervisor bertugas mengambil dan mengantar ke kandang
b. Buka tutup botol vaksin dan aquades lalu campur vaksin dan aquades sesuai
dengan dosis yang dibutuhkan
44

c. Masukkan larutan vaksin ke dalam galon berukuran 1 liter


d. Pasang selang injektor ke socorex lalu pasang socorex pada galon berisi
larutan vaksin
e. Kalibrasi socorex sesuai dosis yang dibutuhkan
f. Pasang potongan selang pada ujung socorex untuk mempermudah larutan
vaksin masuk ke dalam paruh ayam lalu cek apakah vaksin dapat keluar
dengan baik dengan cara menyemprotkan pada ember
g. Sekat ayam menggunakan waring untuk mempermudah proses vaksinasi
h. Mulai vaksin ayam dengan cara pegang kepala ayam lalu tolehkan kepala
ayam hingga paruhnya terbuka
i. Masukkan vaksin ke dalam paruh ayam

Gambar 4.4 Aplikasi Vaksinasi secara Oral

4.5.3 Tusuk Sayap (Wing Web)


Vaksinasi tusuk sayap diberikan untuk vaksin aktif cacar/fowl pox atau
vaksinasi kombinasi AE dan fowl pox. Vaksinasi dilakukan dari bagian selaput
sayap. Sayap direntangkan dan jarum penusuk ditusukkan pada bagian lipatan
sayap yang tipis. Jangan sampai mengenai pembuluh darah, tulang dan urat
daging sayap. Vaksin tidak boleh menyentuh bagian tubuh lain kecuali tempat
vaksinasi. Vaksinasi dinyatakan berhasil jika terdapat radang berbentuk benjolan
dengan diameter 3-5 mm pada lokasi tusukan. Reaksi ini akan muncul 3-7 hari
setelah vaksinasi dan akan sembuh kembali dalam waktu kurang dari 3 minggu.
Untuk mempermudah pelaksanaannya, vaksinasi ini dilakukan oleh 2 orang.
Tatalaksana vaksinasi tusuk sayap:
45

a. Siapkan vaksin dan jarum khusus tusuk sayap. Vaksin dan peralatan yang
dibutuhkan untuk proses vaksinasi sudah disiapkan oleh tim HDC sehingga
supervisor bertugas mengambil dan mengantar ke kandang
b. Larutkan vaksin dengan pelarut khusus
c. Sekat ayam menggunakan waring untuk mempermudah proses vaksinasi
d. Vaksinasi dilakukan oleh 2 orang, 1 orang bertugas membuka selaput pada
sayap ayam orang kedua bertugas menusukkan jarum yang berisi vaksin
e. Orang pertama membentangkan sayap ayam tapi tidak terlalu lebar
f. Orang kedua menyelupkan jarum suntik ke dalam vaksin lalu menyuntikkan
ke selaput sayap ayam

Gambar 4.5 Aplikasi Vaksinasi melalui Tusuk Sayap

4.5.4 Injek Subcutan (Bawah Kulit)


Vaksinasi menggunakan teknik injek subcutan biasanya dilakukan di bawah
kulit leher belakang ayam yang masih kecil. Vaksinasi injek subcutan dilakukan
dengan vaksin inaktif. Untuk memastikan apakah vaksin tersebut tepat berada
dibawah kulit atau tidak, dapat dengan melihat bekas suntikan, maka vaksin yang
diinjeksikan akan tampak berwarna putih dibawah kulit. Penusukkan jarum jangan
terlalu dalam untuk mencegah ikut tertusuknya jaringan di bawah otot sehingga
dapat mencederai bagian lain.Vaksinasi dengan cara suntikan harus dilakukan
dengan hati-hati. Terutama saat handling ayam, menarik kaki ayam, sudut
kemiringan jarum < 45°, penyuntikan tidak tergesa-gesa, tidak melempar ayam,
tidak ada kerumunan ayam dll.
Tatalaksana vaksinasi injek sub cutan:
a. Siapkan vaksin, socorex, selang injektor, jarum ukuran 0,7 mm x 10 mmn dan
ember. Vaksin dan peralatan yang dibutuhkan untuk proses vaksinasi sudah
46

disiapkan oleh tim HDC sehingga supervisor bertugas mengambil dan


mengantar ke kandang
b. Buka segel tutup botol vaksin
c. Pasang socorex beserta selang injektor pada botol vaksin
d. Kalibrasi socorex sesuai dengan dosis vaksin
e. Cek apakah socorex sudah bekerja dengan baik dengan cara menyemprotkan
vaksin pada ember
f. Pasang jarum pada tutup botol vaksin untuk mencegah jarum meluikai
vaksinator lain ataupun hilang
g. Ayam di sekat untuk mengurangi pergerakan ayam
h. Mulai vaksin ayam dengan cara mengambil ayam lalu jepit kulit belakang
leher ayam menggunakan tangan kiri
i. Tusukkan jarum vaksin ke bawah kulit leher ayam

Gambar 4.6 Aplikasi Vaksinasi Injek Subcutan

4.5.5 Injek Intramuskular Dada (Injek Otot Dada) Kanan/Kiri


Vaksinasi teknik injek otot dada dilakukan menggunakan vaksin inaktif.
Vaksinasi injek dada dilakukan dengan menyuntikkan vaksin pada otot dada
ayam. Jika vaksinasi injek dada dilakukan pada bagian kiri maka untuk bagian
selanjutnya dilakukan di bagian kanan. Hal ini dilakukan untuk mencegah rasa
nyeri pada bagian otot dada yang sama semakin bertambah.
Tatalaksana vaksinasi injek dada:
a. Siapkan vaksin, socorex, selang injektor, jarum ukuran 1,0 mm x 10 mmn dan
ember. Vaksin dan peralatan yang dibutuhkan untuk proses vaksinasi sudah
disiapkan oleh tim HDC sehingga supervisor bertugas mengambil dan
mengantar ke kandang
47

b. Buka segel tutup botol vaksin


c. Pasang socorex beserta selang injektor pada botol vaksin
d. Kalibrasi socorex sesuai dengan dosis vaksin
e. Cek apakah socorex sudah bekerja dengan baik dengan cara menyemprotkan
vaksin pada ember
f. Pasang jarum pada tutup botol vaksin untuk mencegah jarum meluikai
vaksinator lain ataupun hilang
g. Ayam di sekat untuk mengurangi pergerakan ayam
h. Mulai vaksin ayam dengan cara mengambil ayam lalu tusukkan jarum suntuk
dengan kedalaman ¼ bagian dengan posisi sejajar tulang dada

Gambar 4.7 Aplikasi Vaksinasi Injek Intramuskular

4.5.6 Tetes Mata


Vaksinasi tetes mata dilakukan dengan cara meneteskan vaksin ke mata
ayam. Jarak ujung botol vaksin ke mata ayam adalah 2 cm. Vaksinasi dengan
teknik tetes mata biasanya meggunakan pelarut (diluent) berwarna biru. cara
untuk mengecek apakah vaksin yang diberikan sudah masuk atau belum adalah
dengan melihat reaksi kedip pada mata ayam dan melihat apakah ada warna biru
pada lidah ayam.
Tatalaksana vaksinasi tetes mata:
a. Siapkan vaksin, pelarut dan tisu. Vaksin dan peralatan yang dibutuhkan untuk
proses vaksinasi sudah disiapkan oleh tim HDC sehingga supervisor bertugas
mengambil dan mengantar ke kandang
b. Buka tutup vaksin dan pelarut lalu campurkan diluent dan vaksin hingga
homogen
48

c. Tuangkan larutan vaksin ke dalam botol kecil hingga memenuhi 1/3 bagian
botol
d. Taruh sisa larutan vaksin ke dalam cooler box
e. Balut botol yang berisi larutan vaksin menggunakan tisu. Hal ini dilakukan
untuk mencegah kulit vaksinator bersentuhan langsung dengan botol vaksin
untuk menghantarkan panas
f. Selama proses persiapan vaksin, ayam di sekat untuk mempermudah proses
vaksinasi
g. Mulai vaksinasi dengan meneteskan vaksin ke mata ayam

Gambar 4.8 Aplikasi Vaksinasi secara Tetes Mata

4.6 Kegiatan Pasca Vaksinasi


Kegiatan pasca vaksinasi di PT Super Unggas Jaya Farm Sapon B Jombang
adalah pencatatan, sterilisasi peralatan vaksin dan pembakaran botol vaksin.
Pencatatan yang dilakukan pasca kegiatan vaksinasi yaitu mencatat jumlah ayam
yang di vaksin serta mencatat jumlah penggunaaan vaksin serta peralatan yang
telah digunakan selama proses vaksinasi. Lalu semua pencatatan ini akan
dimasukkan ke dalam recording harian yang ada di tiap kandang. Selain disalin di
recording, hasil catatan ini nantinya juga dilaporkan pada pihak kantor untuk
memonitor kegiatan yang sudah berjalan. Proses sterilisasi peralatan vaksinasi
dilakukan dengan cara membilas peralatan vaksin seperti socorex dan selang
injector menggunakan air panas. Kegiatan pasca vaksinasi yang terakhir adalah
dengan membakar sisa botol vaksin. Hal ini dilakukan agar sisa virus yang ada
pada botol vaksin tidak berkembang dan mengkontaminasi lingkungan sekitar.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan magang yang telah dilaksanakan di PT Super Unggas
Jaya Farm Sapon B Jombang dapat disimpulkan bahwa struktur organisasi
perusahaan sudah sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Struktur populasi sudah
baik karena umur ternak yang tidak berbeda jauh memiliki efisiensi pada biaya
penanganan kesehatan. Jaminan sosial yang diberikan sudah mencukupi
kebutuhan karyawan. Penggunaan kandang closed house sudah sesuai dengan
keadaan lingkungan perusahaan. Manajemen pemeliharaan fase starter, grower,
dan layer sudah dilakukan dengan baik dan sesuai standar yang diterapkan
perusahaan. Program vaksinasi sudah dilakukan dengan baik dan sesuai standar
perusahaan.

5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan setelah kegiatan magang yang dilakukan adalah
mempertahankan kinerja yang ada di perusahaan agar hasil produksi perusahaan
mencapai target yang diinginkan

49
52

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, A. L. D. dan N. S. I. Ningtyas. 2021. Titer Antibodi Newcastle Disease


pada Ayam Layer di Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat. Jurnal
Medik Veteriner. 4(1):98.

BPS. 2021. Produksi Daging Ayam Ras Pedaging Menurut Provinsi (Ton), 2019-
2021. Badan Pusat Statistik.

Eka, S. D., D. Mufid, dan A. W. Dyah. 2016. Perbandingan Produktivitas Ayam


Broiler terhadap Sistem Kandang Terbuka (Open House) dan Kandang
Tertutup (Closed House) di UD Sumber Makmur Kecamatan Sumberrejo
Kabupaten Bojonegoro. Jurnal Ternak. 7(1):1–7.

Fatmaningsih, R. dan K. Nova. 2016. Performa Ayam Pedaging pada Sistem


Brooding Konvensional dan Thermos. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu.
4(3):222–229.

Gustira, D. E., Riyanti, dan T. Kurtini. 2015. Pengaruh Kepadatan Kandang


terhadap Performa Produksi Ayam Petelur Fase Awal Grower. Jurnal Ilmiah
Peternakan Terpadu. 3(1):87–92.

Hasrullah, S. Ananda, dan A. Qurniawan. 2022. Manajemen Perkandangan Ayam


Petelur Fase Grower Pada PT Inti Tani Satwa. ANOA (Jurnal of Animal
Husbandary). 1(1):7–13.

Helmi, T. A. R., L. D. Saraswati, N. Kusariana, dan A. Udijono. 2019. Gambaran


Kondisi Rantai Dingin Vaksin Imunisasi Dasar di Puskesmas Kota
Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal). 7(1):228–235.

Jaelani, A., N. Widaningsih, dan Rahmadi. 2016. Pengaruh Umur Induk terhadap
Produksi Telur Ayam Parent Stock. Media Sains. 9(2):198–209.

Kasiyati. 2018. Peran Cahaya Bagi Kehidupan Unggas: Respons Pertumbuhan


Dan Reproduksi. Buletin Anatomi dan Fisiologi. 3(1):116–125.

Kementerian Kesehatan. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun


2017 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.

Kencana, G. A. Y., N. Suartha, M. P. Simbolon, S. O. Arini Nur Handayani,


Syamsidar, dan A. Kusumastuti. 2017. Respons Antibodi terhadap Penyakit
Tetelo pada Ayam Yang Divaksin Tetelo Dan Tetelo-Flu Burung. Jurnal
Veteriner. 16(2):283–290.
53

Mahfudz, L. D., D. Sunarti, S. Kismiati, dan T. A. Sarjana. 2021. Pencegahan


Penyakit Ternak Unggas. UNDIP Press Semarang.

Majalah Infovet. 2020. Berbagai Jenis dan Model Atap Kandang.


http://www.majalahinfovet.com/2020/05/berbagai-model-dan-jenis-bahan-
atap.html?m=1 [30 Desember 2022]

Martoenus, A. dan T. F. Djatmikowati. 2015. Teknik Pengambilan Darah pada


Beberapa Hewan. Kesehatan Masyarakat Veteriner. 14(1):6–12.

Medion. 2017. Menjaga Kualitas Air di Peternakan.


https://www.medion.co.id/menjaga-kualitas-air-di-peternakan/ [30 Desember
2022]

Medion. 2021. Pemilihan Alas Kandang yang Tepat.


https://www.medion.co.id/pemilihan-alas-kandang-yang-tepat/ [30 Desember
2022]

Nurlaili, R. dan B. U. Aulia. 2020. Penentuan Lokasi Sentra Produksi Komoditas


Telur Ayam Ras di Kabupaten Blitar. Jurnal Teknik ITS. 8(2):207–211.

Prasetyo, A. K. 2020. Pengaruh Penggunaan Berbagai Model Tempat Pakan


terhadap Performan Ayam Petelur Selama Masa Brooding. Prosiding
Seminar Nasional Kahuripan. 2020. Universitas Kahuripan Kediri: 121–125.

Risnajati, D. 2017. Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang


Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower.
Sains Peternakan. 9(2):77.

Rozenboim, I., I. Biran, Y. Chaiseha, S. Yahav, A. Rosenstrauch, D. Sklan, dan


O. Halevy. 2004. The Effect of a Green and Blue Monochromatic Light
Combination on Broiler Growth and Development. Poultry Science.
83(5):842–845.

Sari, M. L. dan M. Herdiyana. 2017. Manajemen Perkandangan Ayam Petelur


Afkir Di Breeding Farm PT. Vista Agung Kencana Farm 2 Desa Talang
Taling Kecamatan Gelumbang Muara Enim. Jurnal Peternakan Sriwijaya.
6(2):100–106.

Sari, R., A. Setyawan, dan S. Suparmono. 2013. Peningkatan Imunogenisitas


Vaksin Inaktif Aeromonas Salmonicida dengan Penambahan Adjuvant pada
Ikan Mas (Cyprinus Carpio). E-Jurnal Rekayasa Dan Teknologi Budidaya
Perairan. 1(2):87–94.

Setiawan, I. dan E. Sujana. 2009. Bobot Akhir, Persentase Karkas dan Lemak
Abdominal Ayam Broiler yang Dipanen Pada Umur Yang Berbeda. Seminar
Nasional Fakultas Peternakan Unpad. 563–567.
54

Sudaryani, T. dan H. Santoso. 2004. Pembibitan Ayam Ras. Edisi 8. Jakarta:


Penebar Swadaya.

Sugiharto, R. E. dan S. Supangat. 2006. Pengaruh Tingkat Umur Pemotongan


Paruh terhadap Pertambahan Berat Badan, Konsumsi Pakan, Konversi Pakan
dan Umur Mulai Bertelur Pada Burung Puyuh. Jurnal Penyuluhan
Pertanian. 1(2):186–192.

Sugiono dan Widyaiswara. 2022. Biosekuriti dan Pola Pemeliharaan Ternak Sapi
Potong di Saat Wabah PMK (Penyakit Mulut Dan Kuku).
https://bbppbatu.bppsdmp.pertanian.go.id/2022/06/29/biosekuriti-dan-pola-
pemeliharaan-ternak-sapi-potong-di-saat-wabah-pmk-penyakit-mulut-dan-
kuku/ [30 Desember 2022]

Syafitri, Y. E., V. D. Yunianto, dan N. Suthana. 2015. Pemberian Ekstrak Daun


Beluntas (Pluchea Indica Less) dan Klorin terhadap Massa Kalsium Dan
Massa Protein Daging Pada Ayam Broiler. Animal Agriculture Journal.
4(1):155–164.

Ustomo, E. 2016. 99% Gagal Beternak Ayam Broiler. Edisi 1. Jakarta: Penebar
Swadaya.

Woro, I. D., U. Atmomarsono, dan R. Muryani. 2019. Pengaruh Pemeliharaan


pada Kepadatan Kandang yang Berbeda terhadap Performa Ayam Broiler.
Jurnal Sain Peternakan Indonesia. 14(4):418–423.

Yang, Y. F., J. S. Jiang, J. M. Pan, Y. Bin Ying, X. S. Wang, M. L. Zhang, M. S.


Lu, dan X. H. Chen. 2016. The Relationship of Spectral Sensitivity with
Growth and Reproductive Response in Avian Breeders (Gallus Gallus).
Scientific Reports. 6(December 2015):1–9.

Yuwono, B. 2015. Sistem pakar diagnosa penyakit ayam menggunakan perintah


suara. Telematika. 7(2)

Anda mungkin juga menyukai