Anda di halaman 1dari 4

KEMITRAAN DAN KREDIT & ASURANSI

Disusun oleh:
RUTH ELIZABETH
145040201111295

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2017
Carilah sebuah skripsi / hasil penelitian lain / artikel yang membahas tentang
pelaksanaan kemitraan suatu kegiatan usahatani. Pelajari dan pahami pola
kemitraan yang dilaksanakan dalam topik tersebut. Berilah komentar dan
pembahasan terhadap topik tersebut dalam bentuk bahan diskusi dan presentasi.
Persepsi Petani Terhadap Kemitraan Sayuran dengan Asosiasi Aspakusa Makmur
Kabupaten Boyolali
Oleh:
Kiki Priyo Prasetyo, Mohd. Harisudin, Emi Widiyanti
Penelitian ini membahas mengenai kemitraan antara Aspakusa Makmur Kabupaten
Boyolali dan petani sayuran (asparagus, bunga kucai, sayur-sayuran dataran sedang serta
dataran tinggi) di wilayah Boyolali. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola
kemitraan yang terjadi di Aspakusa Makmur Boyolali, mengetahui faktor-faktor yang
membentuk persepsi petani mitra terhadap kemitraan dengan Aspakusa Makmur
Kabupaten Boyolali, mengetahui persepsi petani mitra terhadap kemitraan dengan
Aspakusa Makmur Kabupaten Boyolali, dan mengetahui hubungan antara faktor-faktor
pembentuk persepsi petani mitra terhadap kemitraan dengan Aspakusa Makmur
Kabupaten Boyolali.
Subjek penelitian ini adalah petani sayuran di Kabupaten Boyolali yang menjalin
kemitraan sayuran dengan Aspakusa Makmur yang berjumlah 112 petani. Penelitian ini
mengambil responden sebanyak 30 petani yang menjalin kemitraan dengan Aspakusa
Makmur tersebut dan pemilihan responden dilakukan dengan metode Cluster proportional
random sampling. Cara pengambilan sampel dilakukan dengan cara acak dengan
pengembalian.
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan
memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada saat penelitian dilakukan dan
teknik yang digunakan adalah teknik survey melalui pengumpulan data dari sejumlah
petani mitra dalam waktu yang bersamaan dengan menggunakan beberapa daftar
pertanyaan berbentuk kuisioner.
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Selo, Ampel, Teras, dan Boyolali Kota
dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan lokasi petani mitra Aspakusa
Makmur Kabupaten Boyolali. Aspakusa Makmur sendiri adalah Kelompok Agribisnis
yang dibina Taiwan Technical Mission dalam hal budidaya, serta pasca panen sampai
pemasarannya sehingga dapat berkembang baik dan produk sayurannya dapat menembus
supermarket.
Faktor-faktor pembentuk persepsi petani mitra dalam penelitian ini adalah umur,
pendidikan formal, pendidikan nonformal, pendapatan, pengalaman, lingkungan sosial,
dan lingkungan ekonomi. Dari hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas umur
responden tergolong tua yaitu lebih dari 56 tahun, mayoritas pendidikan formal
responden adalah lulusan SMA sederajat, mayoritas pendidikan nonformal responden
dilihat dari frekuensi mengikuti penyuluhan dan pelatihan dalam satu musim tanam
adalah datang dua kali penyuluhan atau pelatihan, mayoritas responden belum memiliki
pengalaman menjalin kemitraan sebelum bermitra dengan Aspakusa Makmur, mayoritas
pendapatan responden dalam mengusahakan usahatani sayuran untuk satu musim tanam
adalah antara Rp. 3.000.000 - Rp. 4.000.000, lingkungan sosial di sekitar petani mitra
mendukung mereka untuk menjalin kemitraan dengan Aspakusa Makmur, lingkungan
ekonomi di sekitar petani mitra cukup mendukung untuk mengusahakan usahatani
sayurannya dari ketersediaan, waktu mendapatkan saprodi dan ketersediaan pasar.
Persepsi petani mitra terhadap kemitraan dengan Aspakusa Makmur adalah
mayoritas persepsi petani terhadap tujuan kemitraan yaitu cukup baik karena petani mitra
cukup percaya bahwa Aspakusa Makmur akan dapat mewujudkan tujuan kemitraan ini.
Kemudian mayoritas persepsi petani terhadap pelaksanaan kemitraan adalah cukup baik
karena petani mitra beranggapan bahwa jalannya kemitraan selama ini seperti pelatihan,
penentuan harga, pemasaran, dan penjualan langsung ke konsumen yang dilakukan oleh
Aspakusa Makmur sudah berjalan baik, namun beberapa petani menilai masih
mengalami kesulitan dalam meningkatkan kualitas sayuran dan dalam menembus sortasi.
Selanjutnya untuk mayoritas persepsi petani terhadap manfaat kemitraan adalah baik
karena petani merasa sudah menerima manfaat dari kemitraan dengan Aspakusa Makmur
yang mereka jalani selama ini seperti peningkatan pendapatan, pengetahuan dan kualitas
hasil panen sayuran mereka, walaupun manfaat yang mereka rasakan belum terlalu besar.
Hubungan antara faktor pembentuk persepsi petani dengan persepsi petani
terhadap kemitraan sayuran dengan Aspakusa Makmur Kabupaten Boyolali adalah umur
yang berhubungan signifikan terhadap manfaat kemitraan, pendidikan formal tidak
berhubungan signifikan terhadap kemitraan, pendidikan nonformal tidak berhubungan
signifikan terhadap kemitraan, pengalaman berhubungan signifikan terhadap
pelaksanaan kemitraan, pendapatan tidak berhubungan signifikan terhadap kemitraan,
lingkungan sosial tidak berhubungan signifikan terhadap kemitraan, lingkungan ekonomi
berhubungan signifikan terhadap tujuan kemitraan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pola kemitraan yang terjadi antara petani mitra
dan Aspakusa Makmur adalah pola kemitraan dagang umum, namun tidak secara murni
karena disertai dengan pengembangan petani. Keunggulan dalam sistem dagang umum
adalah kelompok mitra berperan sebagai pemasok kebutuhan yang diperlukan
perusahaan mitra, sedangkan perusahaan mitra memasarkan produk kelompok mitra ke
konsumen. Pola kemitraan yang terjadi disini yaitu petani sayuran sebagai kelompok
mitra dan Aspakusa Makmur adalah perusahaan mitranya. Petani mitra bertugas
memasok hasil panennya ke Aspakusa Makmur sebagai bahan baku, kemudian Aspakusa
Makmur yang bertugas mengolah dan memasarkan dengan mengirimkan sayuran ke
berbagai supermarket. Selain itu Aspakusa Makmur juga memberikan penyuluhan atau
pendampingan untuk pengembangan petani.
Dapat dikatakan bahwa dengan adanya pola kemitraan dagang umum yang terjadi
antara Aspakusa Makmur Kabupaten Boyolali dan petani mitra saling memberikan
manfaat satu sama lainnya. Hubungan kemitraan yang terjalin diantara keduanya ini
dikatakan berjalan dengan baik dalam prakteknya karena petani mendapatkan manfaat
dari berjalannya kemitraan seperti peningkatan pendapatan dan pengetahuan. Hal
tersebut dikarenakan bantuan dari Aspakusa makmur dalam pelatihan, penentuan harga,
pemasaran, maupun penjualan langsung ke konsumen. Kemudian Aspakusa makmur
mendapatkan manfaat pasokan bahan baku dari petani.
Guna meningkatkan manfaat dari adanya jalinan kemitraan antara petani mitra dan
Aspakusa Makmur disarankan agar Aspakusa Makmur dapat bekerja sama dengan
pemerintah Kabupaten Boyolali untuk memberikan penyuluhan atau pelatihan kepada
petani mitra secara lebih intensif agar petani dapat meningkatkan kualitas sayurannya,
sehingga hasil panen yang lolos sortasi semakin banyak dan pada akhirnya akan
berdampak terhadap peningkatan pendapatan petani sayuran serta menambah kerjasama
dengan banyak supermarket lagi supaya jumlah sayuran yang dibeli dari petani mitra
meningkat atau dapat menambah jumlah petani mitra.

Anda mungkin juga menyukai