(Kasus: Kemitraan PT Pupuk Kujang dengan Kelompok Tani Sri Mandiri Desa
Majalaya Kecamatan Majalaya Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat)
Oleh :
ACHMAD ZAELANI
A14204074
kedalam dua kelompok, yaitu perusahaan pertanian besar (agribisnis besar) dan
Milik Negara) yang bergerak di sektor pertanian sebagai industri pupuk nasional.
dengan lokasi PT Pupuk Kujang, salah satunya adalah kelompok tani Sri Mandiri
Barat.
dilakukan antara PT Pupuk Kujang dengan petani mitra, (2) Menganalisis manfaat
menggunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara
dan diskusi dengan pihak-pihak yang terkait dengan usaha kemitraan seperti
Kabupaten Karawang. Data sekunder diperoleh dari berbagai literatur dan data-
data dari dinas dan instansi-instansi terkait serta dari hasil penelitian-penelitian
sebelumnya yang relevan dengan tujuan penelitian ini. Analisis dan pengolahan
Methode. Responden diambil dari daftar nama-nama petani mitra Kelompok Tani
Sri Mandiri Desa Majalaya yang diperoleh dari ketua kelompok tani. Jumlah
dari populasi sebanyak 94 orang. Metode analisis data yang digunakan adalah
analisis deskriptif menggunakan tabulasi silang dan analisis uji regresi linear
Pupuk Kujang dengan petani padi sawah sebagai mitra dengan persyaratan-
bahwa pola kemitraan yang yang terjalin merupakan pola kemitraan (penyertaan)
dilaksanakan dengan disertai pembinaan dan pengembangan pada satu atau lebih
mempengaruhi manfaat kemitraan bagi petani mitra yaitu luas lahan, jarak tempuh
dan proses manajemen kemitraan. Luas lahan petani mitra yang semakin besar
akan menambah manfaat kemitraan bagi petani mitra. Jarak tempuh rumah petani
mitra ke lahan sawah yang jauh akan mengurangi manfaat kemitraan terkait
kemitraan yang jelas dan terperinci akan meningkatkan manfaat kemitraan bagi
petani mitra. Ketersediaan modal kredit secara tepat waktu dan jumlah yang
mitra. Proses manajemen kemitraan yang baik dan sistematis dengan melibatkan
petani mitra di dalamnya akan menambah manfaat kemitraan bagi petani mitra.
Manfaat ekonomi yang diperoleh petani mitra dari pola kemitraan yaitu
produktivitas yang lebih tinggi, pendapatan yang lebih tinggi, harga produk yang
lebih baik dan mudah diterima pasar. Manfaat teknis yang didapatkan oleh petani
mitra melalui pola kemitraan diantaranya mutu produk lebih baik dan
merupakan produk dari perusahaan mitra. Manfaat sosial yang diperoleh petani
mitra dari pola kemitraan yaitu keberlanjutan kerjasama antara perusahaan mitra
dengan petani mitra, dan juga pola kemitraan yang dilaksanakan berhubungan
syarat bahwa untuk bisa mendapatkan kredit pinjaman yaitu petani mitra yang
dari pemerintah.
bimbingan teknis, dan pelatihan teknologi pertanian yang baru kepada petani
mitra. Selain itu penambahan jumlah petugas penyuluh lapang juga diperlukan
terkait dengan jumlah petani yang sangat banyak di wilayah penelitian ini.
MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA
(Kasus: Kemitraan PT Pupuk Kujang dengan Kelompok Tani Sri Mandiri Desa
Majalaya Kecamatan Majalaya Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat)
Oleh :
Achmad Zaelani
A14204074
SKRIPSI
NRP : A14204074
dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Tanggal Kelulusan :
LEMBAR PERNYATAAN
Achmad Zaelani
A14204074
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Karawang, 7 Mei 1985, sebagai anak kedua dari dua
bersaudara dari pasangan Edi Suratman dan Nani Sumarni. Penulis memulai
kemudian pindah ke SDN Sarimulya 4 Cikampek pada tahun 1995 dan lulus tahun
aktif di organisasi dan UKM, penulis juga pernah menjadi Asisten Dosen untuk
Bissmillahirrahmanirrahim,
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala
Skripsi ini merupakan suatu karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk
mencoba untuk mengetahui pola kemitraan yang dilakukan oleh PT Pupuk Kujang
dengan petani mitra, manfaat kemitraan agribisnis bagi petani mitra dan faktor-
faktor yang mempengaruhi manfaat kemitraan agribisnis bagi petani mitra baik
berupa input internal maupun input eksternal. Penulis berharap skripsi ini
bermanfaat bagi siapa saja yang memerlukan skripsi ini terutama bagi pihak yang
Achmad Zaelani
A14204074
UCAPAN TERIMAKASIH
kasih penulis ucapkan kepada Bapak dan Ibu, Mas Ricky dan Mba Erni, Om Usu,
dan Om Toto atas segala kasih sayang, doa, dukungan moral, dan materialnya.
1. Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi yang
2. Martua Sihaloho, SP, M.Si seagai dosen penguji utama yang bersedia
meluangkan waktunya dan terimakasih atas kritik, saran, dan masukan yang
3. Heru Purwandari, SP, M.Si selaku dosen penguji komisi pendidikan yang
4. Terimakasih kepada Bapak Heri yang telah memberikan doa, semangat dan
dorongan.
5. Devi KPM 40 yang telah memberikan referensi buku, dan memberi semangat
6. Teman-teman Cole Group: Yudie, Bayu, Ani, dan Ucie yang telah
7. Petugas Perpustakaan Sosek dan LSI, yang telah membantu dalam pencarian
buku.
12. Penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu penulis dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini, yang
Halaman
DAFTAR TABEL ......................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. vii
No. Halaman
1. Aspek dan Indikator Penilaian Terhadap Hubungan Kemitraan ............. 18
2. Kendala-kendala Kemitraan ..................................................................... 25
3. Jumlah karyawan di PT Pupuk Kujang Berdasarkan
Lokasi Kantor ........................................................................................... 54
4. Jumlah Karyawan di Biro Kemitraan Berdasarkan
Jabatan ...................................................................................................... 55
5. Karakteristik Petani Mitra ......................................................................... 60
6. Gambaran Usahatani Petani Mitra ........................................................... 62
7. Persentase Petani Mitra Berdasarkan Sumber Informasi
yang Digunakan ........................................................................................ 64
8. Persentase Petani Mitra Berdasarkan Tingkat Partisipasi dalam
Kegiatan Kemitraan .................................................................................. 64
9. Persentase Petani Mitra Berdasarkan Ketersediaan Modal
Kredit dari Perusahaan Mitra ................................................................... 65
10. Persentase Petani Mitra Berdasarkan Tambahan Modal Kredit
dari Non-Perusahaan Mitra ...................................................................... 65
11. Persentase Penilaian Petani Mitra Menurut Proses
Manajemen Kemitraan yang Dilaksanakan ............................................. 66
12. Hasil Olahan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Manfaat
Kemitraan Bagi Petani ............................................................................. 76
13. Jumlah Petani Mitra Menurut Umur dan Manfaat Kemitraan
Bagi Petani Mitra ..................................................................................... 77
14. Jumlah Petani Mitra Menurut Tingkat Pendidikan dan
Manfaat Kemitraan Bagi Petani Mitra ...................................................... 78
15. Jumlah Petani Mitra Menurut Pengalaman Usahatani dan
Manfaat Kemitraan Bagi Petani Mitra ..................................................... 79
16. Jumlah Petani Mitra Menurut Luas Lahan dan Manfaat
Kemitraan Bagi Petani Mitra ................................................................... 82
17. Jumlah Petani Mitra Menurut Status Lahan dan Manfaat
Kemitraan Bagi Petani Mitra ................................................................... 83
18. Jumlah Petani Mitra Menurut Jarak Tempuh ke Lahan
dan Manfaat Kemitraan Bagi Petani Mitra .............................................. 84
19. Jumlah Petani Mitra Menurut Sumber Informasi yang
Digunakan dan Manfaat Kemitraan Bagi Petani Mitra ............................ 86
20. Jumlah Petani Mitra Menurut Tingkat Partisipasi dalam Kegiatan
Kemitraan dan Manfaat Kemitraan Bagi Petani Mitra ............................ 88
21. Jumlah Petani Mitra Menurut Ketersediaan Modal Kredit
dan Manfaat Kemitraan Bagi Petani Mitra .............................................. 89
22. Jumlah Petani Mitra Menurut Proses Manajemen
Kemitraan dan Manfaat Kemitraan Bagi Petani Mitra ............................ 91
23. Presentase Penilaian Petani Mitra Berdasarkan Penilaian
Tentang Produktivitas Lahan Setelah Bermitra ....................................... 94
24. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Usahatani ................... 95
25. Presentase Penilaian Petani Mitra Berdasarkan Pendapatan
Usahatani Setelah Bermitra ..................................................................... 95
26. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani ..................... 96
27. Presentase Penilaian Petani Mitra Berdasarkan Harga Produk
Setelah Bermitra ...................................................................................... 96
28. Presentase Penilaian Petani Mitra Berdasarkan Kemudahan
Produk Diterima Oleh Pasar .................................................................... 97
29. Presentase Penilaian Petani Mitra Berdasarkan Risiko Usahatani
Setelah Bermitra ....................................................................................... 97
30. Presentase Penilaian Petani Mitra Berdasarkan Mutu Produk
Setelah Bermitra ...................................................................................... 99
31. Presentase Penilaian Petani Mitra Berdasarkan Penggunaan
Teknologi Setelah Bermitra ..................................................................... 99
32. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Penggunaan
Pupuk NPK Berimbang ........................................................................... 101
33. Persentase Petani Berdasarkan Pernyataan Kelanjutan
Kerjasama dalam Pola Kemitraan ............................................................ 103
34. Aspek dan Indikator Penilaian Faktual Terhadap Tingkat Hubungan
Kemitraan ................................................................................................. 105
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Pola Kemitraan Inti Plasma ................................................................. 27
2. Pola Kemitraan Subkontrak ................................................................ 28
3. Pola Kemitraan Dagang Umum .......................................................... 29
4. Pola Kemitraan Keagenan ................................................................... 29
5. Pola Kemitraan Kerjasama Operasional Agribisnis ............................ 30
6. Kerangka Pemikiran Operasional ....................................................... 39
7. Skema Pelaksanaan Pola Kemitraan PT Pupuk Kujang (Persero) ...... 72
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Kuesioner dan Panduan Pertanyaan ......................................................... 112
2. Hasil Uji Regresi Linear Berganda Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Manfaat Kemitraan Bagi Petani ............................ 122
3. Hasil Uji Regresi Linear Berganda Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Produktivitas Usahatani ......................................... 124
4. Hasil Uji Regresi Linear Berganda Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani ............................................ 125
5. Hasil Uji Regresi Linear Berganda Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Tingkat Penggunaan Pupuk NPK Berimbang ................ 126
6. Struktur Organisasi PT Pupuk Kujang ..................................................... 127
7. Struktur Organisasi Biro Kemitraan PT Pupuk Kujang ........................... 128
8. Rencana Kerja BUMN dalam Mendukung Ketahanan
Pangan Melalui Pelaksanaan PKBL Tahun 2008 .................................... 129
9. Surat Edaran Tentang Bantuan PKBL BUMN Pangan Tahun 2008 ....... 130
10. Brosur Pengenalan Pupuk NPK PT Pupuk Kujang ................................. 131
BAB I
PENDAHULUAN
yang sangat besar yaitu 87,03% terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) nasional,
sedangkan sektor kehutanan dan perikanan hanya 3,02% (BPS, 2007). Oleh sebab
pangan nasional.
skala ekonomi kecil dengan penguasaan lahan yang kecil dan teknologi budidaya
yang sederhana, serta permodalan yang terbatas. Pertanian dengan skala kecil
masih dipengaruhi oleh faktor alam dan dihadapkan pada permasalahan pasar
yang tidak sempurna seperti biaya transaksi yang tinggi dan ketidakjelasan
informasi pasar. Selain itu, pertanian skala kecil menghadapi masalah lain seperti
ketersediaan bahan baku pertanian (saprodi) seperti pupuk, benih, pestisida, dan
obat-obatan.
sektor yang dianggap lebih modern, yaitu sektor industri. Hal tersebut merupakan
basis yang melatarbelakangi munculnya konsep kemitraan (contract
Artinya diperlukan suatu kerjasama yang sinergis antara petani atau usaha kecil
yang memiliki lahan dan tenaga kerja dengan perusahaan besar yang mempunyai
modal dan tenaga ahli, di bawah pengawasan pemerintah dengan tujuan untuk
menggali potensi pertanian dalam arti luas yang merupakan cerminan dari
masyarakat agraris.
penting dilakukan karena dua hal pokok. Pertama, berkaitan dengan keefektifan
pengusaha kecil melakukan proses produksi sesuai dengan petunjuk teknis dari
manajemen modern dengan pihak (petani dan Usaha Kecil Menengah) yang
memiliki bahan baku, tenaga kerja dan lahan dapat menghasilkan tingkat efisiensi
dan produktivitas yang optimal. Tujuan penyusunan kemitraan usaha agribisnis
adalah untuk membantu para pelaku agribisnis (petani dan pengusaha) dan pihak-
usaha akan menghasilkan efisiensi dan energi sumberdaya yang dimiliki oleh
pihak-pihak yang bermitra dan karenanya akan menguntungkan kedua belah pihak
yang bermitra. Selain itu, kemitraan juga memperkuat mekanisme pasar dan
kendala terutama di era “agribisnis bagi hasil” (Purnaningsih, 2006) antara lain:
(1) keberpihakan perusahaan mitra bukan pada petani kecil, (2) tidak semua petani
kerjasama tidak tersebar luas, hanya golongan tertentu saja, (4) pengetahuan
mendesak, dan (5) upah atau harga ditentukan oleh pihak perusahaan mitra.
yang luas, maka penelitian ini mempunyai suatu fokus. Fokus penelitian ini yaitu
petani dalam hubungan kemitraan dengan perusahaan mitra dimana petani sebagai
subyek atau pelaku kemitraan bisa mendapatkan manfaat dari input yang
faktor di dalam input petani terhadap manfaat kemitraan agribisnis bagi petani,
maka penelitian ini mengambil kasus pola kemitraan antara petani padi dengan PT
usaha skala besar. Hubungan ideal dalam kemitraan adalah hubungan timbal balik
modal dan teknologi, sementara itu usaha skala besar memerlukan bahan baku
merupakan kegiatan yang berdiri sendiri, pola pembinaan antara perusahaan dan
petani belum tertata secara terintegrasi, dan tujuan kemitraan sendiri hanya
terbatas pada tataran peningkatan citra positif perusahaan. Pola kemitraan justru
potensial menimbulkan konflik akibat adanya benturan ketika dua sistem ekonomi
yang berbeda dalam corak dan ragam (ekonomi skala kecil yang tradisional dan
ekonomi usaha besar) berintegrasi ke dalam suatu sistem produksi. Usaha skala
kecil (petani) di dalam sistem ini secara langsung atau tidak langsung dihadapkan
kepada suatu persaingan usaha yang timpang dengan usaha skala besar. Hal ini
membuat petani kehilangan kemandirian sehingga membawa petani kepada suatu
padi ini perlu dikaji untuk melihat pengaruhnya terhadap petani mitra. Selain itu
juga perlu diidentifikasi manfaat dan kendala yang dihadapi selama kemitraan
berikut:
agribisnis bagi petani mitra baik berupa input internal maupun input
eksternal.
1.4 Kegunaan Penelitian
1. PT Pupuk Kujang dan petani mitra, sebagai acuan dalam merencanakan pola
kemitraan.
4. Masyarakat dan pembaca, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi
TINJAUAN PUSTAKA
Jawa Barat sebagai lumbung beras nasional pada tahun 2007 memiliki
total luas areal panen mencapai 1.829.546 ha atau 15,03 persen dari luas panen
9.900.660 ton atau 17,35 persen dari produksi nasional (BPS, 2007). Posisi
strategis Jawa Barat sebagai penyangga pangan nasional ini perlu mendapatkan
perhatian karena dari waktu ke waktu menghadapi masalah, antara lain: (1)
di wilayah ini termasuk paling besar sehingga permintaan lahan untuk kegiatan
1982). Bertani adalah suatu mata pencaharian dan suatu cara kehidupan, bukan
suatu kegiatan usaha untuk mencari keuntungan. Pada dasarnya petani khususnya
termasuk golongan elit bukan-petani dan negara. Berdasarkan dua definisi petani
yang dikemukakan oleh Scott dan Redfield maka petani adalah seseorang yang
hidup.
Wolf (1966) dalam Sunito (2007) menyebutkan bahwa terdapat istilah lain
dari individu atau kelompok yang melakukan usahatani (petani) yaitu tribal
masyarakat yang hidup dalam hubungan asimetris dengan kesatuan politik yang
lebih besar, bercocok tanam dengan lahan yang sempit, dan sebagian besar
salah satunya dapat direduksi oleh kemitraan usaha dengan perusahaan (Saptana,
2006). Beberapa masalah teknis budidaya yang dihadapi petani antara lain:
spesifik lokasi;
komoditas pertanian;
1
Nomaden adalah bercocok tanam berpindah dengan cara membuka hutan
e) Sistem panen dan penanganan pasca panen belum prima;
f) SDM petani dan aparat penyuluh yang masih belum menguasai sepenuhnya
b) Adanya indikasi over produksi pada saat panen raya dan kekurangan pada
politik yang menimpa Indonesia pada akhir tahun 1997. Pemerintah, tokoh-tokoh
terkemuka dari masyarakat sipil, dunia usaha dan negara-negara donor berkumpul
Indonesia2.
bulan Juni 1999 dan menghasilkan satu landasan yang ideal untuk menggerakkan
oleh pemerintah dimulai tahun 1970-an dengan model Perusahaan Inti Rakyat
Scheme” (NESS). Konsep dari model PIR-Bun dibangun atas respon dari Bank
kesempatan kerja baru bagi petani yang menetap di sekitar perkebunan dan
perkebunan, tetapi juga diterapkan pada komoditas lain seperti persawahan. Maka
2
www.kemitraan.or.id
model-model kemitraan lain seperti PIR-Susu, PIR-Unggas, Intensifikasi Kapas
Rakyat (IKR), dan Intensifikasi Tembakau Rakyat (ITR) yang tidak terlepas dari
pola inti plasma, pola kemitraan, pola bapak angkat-anak angkat, dan pola
kerjasama. Kesemua istilah tersebut secara garis besar merupakan pola kemitaan.
lahan, sistem bagi hasil usaha tani tanaman semusim dan nelayan, serta
kemitraan petani kecil dianggap memiliki peran aktif khususnya dalam produksi.
teknis produksi model kemitraan dapat menjadi perantara penyaluran kredit dan
melalui hubungan kemitraan atau kontrak. Faktor lain yang mendorong swasta
penyediaan tanah.
Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau
lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan
usaha kecil dengan cara mengangkat usaha kecil yang termarjinalisasi oleh bisnis
atau usaha besar. Definisi dan kebijaksanaan kemitraan usaha resmi telah diatur
dalam Undang-undang No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, yang kemudian
kerjasama usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai
pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan
depan. Penentuan dalam aspek produksi serta penggunaan input produksi antara
lain terkait dengan jenis komoditas, kuantitas dan kualitas komoditas, teknologi
mitra. Selain jaminan dibelinya produk yang dihasilkan, pihak perusahaan mitra
2001):
orang/usaha atau yang sama-sama memiliki sebuah peran dengan tujuan untuk
mencari laba.
3. Kemitraan adalah suatu persekutuan dari dua orang atau lebih sebagai pemilik
perusahaan.
antara lain:
mengerjakan sendiri.
pemasaran.
Pada dasarnya maksud dan tujuan kemitraan yaitu untuk membantu para
jawab. Ciri dari kemitraan usaha terhadap hubungan timbal balik bukan sebagai
Menurut Hafsah (1999), tujuan ideal kemitraan yang ingin dicapai dalam
usaha kecil dan masyarakat, (2) meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku
ekonomi nasional.
baik dan benar bagi pelaku-pelaku agribisnis terkait di lapangan sesuai dengan
hukum dan peraturan yang berlaku di Indonesia. Manfaat yang dapat dicapai dari
a) Produktivitas
Bagi perusahaan yang lebih besar, dengan model kemitraan, perusahaan besar
memiliki lahan dan pekerja lapangan sendiri, karena biaya untuk keperluan
biasanya dicapai secara simultan yaitu dengan cara menambah unsur input
3
Win-win solution (solusi menang-menang): Proses negosiasi yang mendorong prospek
keuntungan bagi kedua belah pihak; dikenal juga sebagai proses integratif (Stoner et al.,
1995).
baik kualitas maupun kuantitasnya dalam jumlah tertentu akan diperoleh
output dalam jumlah dan kualitas yang berlipat. Melalui model kemitraan
b) Efisiensi
menggunakan tenaga kerja yang dimiliki oleh petani. Sebaliknya bagi petani
yang umumnya relatif lemah dalam hal kemampuan teknologi dan sarana
Kualitas, kuantitas dan kontinuitas sangat erat kaitannya dengan efisiensi dan
d) Risiko
dihadapi oleh kedua belah pihak. Kontrak akan mengurangi risiko yang
dihadapi oleh pihak inti jika mengandakan pengadaan bahan baku sepenuhnya
dari pasar terbuka. Perusahaan inti juga akan memperoleh keuntungan lain
karena mereka tidak harus menanamkan investasi atas tanah dan mengelola
pertanian yang sangat luas. Menurut Rustiani et al. (1997), risiko yang
dialihkan perusahaan perusahaan inti ke petani adalah (1) risiko kegagalan
investasi atas tanah, (4) risiko akibat pengelolaan lahan usaha luas, dan (5)
perusahaan inti antara lain: (1) risiko kegagalan pemasaran produk hasil
pertanian, (2) risiko fluktuasi harga produk, dan (3) risiko kesulitan
e) Sosial
tinggi. Ini berarti negara terhindar dari kecemburuan sosial. Kemitraan dapat
2. Teknis a. Mutu 50
b. Penguasaan teknologi 50
3. Sosial a. Keinginan kontinuitas kerjasama 75
b. Pelestarian lingkungan 75
Jumlah Nilai Maksimum Aspek Manfaat 500
Total 1000
Sumber: Direktorat Pengembangan Usaha Deptan (2002)
institusi adalah sistem. Kemitraan sebagai sebuah sistem harus memiliki unsur-
diantaranya dapat dilihat dari luas lahan, status lahan, jarak tempuh ke
2. Output, seperti produk dan pelayanan adalah hasil dari suatu kelompok
dapat dilihat dari tiga manfaaat yaitu manfaat ekonomi, manfaat teknis,
8. Struktur, yaitu hubungan antar individu, kelompok dan unit yang lebih
besar.
usaha skala kecil dan usaha skala besar harus dilakukan dalam kaitan bisnis yang
saling menguntungkan.
prinsip kemitraan yang harus ada agar menjamin suksesnya kemitraan antara lain
sangat baru bagi para pelaku pembangunan, juga pemahaman diri mengenai
harus dapat memahami kondisi dan posisi komponen yang lain, baik pemerintah,
Kesepakatan adalah aspek yang penting sebagai tahap awal dari suatu
hanya dapat diraih dengan adanya saling pengertian seperti yang disebutkan di
atas. Hal ini merupakan dasar-dasar untuk dapat saling mempercayai dan saling
kepedulian lingkungan. Cara yang dilakukan tentu berbeda antara pihak yang satu
dengan pihak yang lain tetapi tujuannya sama yaitu melindungi lingkungan dari
membangun kualitas hidup yang baik dan membina daya dukung alam mampu
yang:
2) Saling memperkuat dalam arti baik kelompok mitra maupun perusahaan mitra
mandiri dan mencapai skala usaha ekonomi. Asas dalam kemitraan adalah adanya
asas kesejajaran kedudukan mitra, asas saling membutuhkan dan asas saling
menguntungkan, selain itu diperlukan juga adanya asas saling mematuhi etika
bisnis kemitraan.
pelaku kemitraan. Kelebihan yang dapat dicapai dengan adanya kemitraan antara
pertanian dengan petani mitra, yaitu (1) terjaminnya ketersediaan bahan baku, (2)
panen, (3) dapat mengontrol kualitas produksi, (4) dapat menjaga kestabilan
khusus, (6) implikasi pengotrolan logistik yang lebih baik, dan (7) hubungan yang
dominasi tengkulak, (3) pengembangan benih baru, (4) penggunaan teknologi dan
teknis disediakan oleh perusahaan mitra, (8) praktek jual beli yang adil, (9) dapat
memperoleh fasilitas kredit, dan (10) skema asuransi alam dapat diterapkan.
Akan tetapi disamping keuntungan yang didapat dari kemitraan, konsep ini
Beberapa permasalahan yang timbul antara lain: (1) petani tidak memenuhi
kualitas produk yang diinginkan perusahaan, (2) petani dapat terjebak kredit
macet, (3) petani melanggar kontrak dengan menjual produk pertanian ke pihak
lain atau perusahaan saingan lain, (4) faktor alam yang dapat mengakibatkan
yang tidak dijabarkan dengan jelas seringkali menjadi potensi bagi kedua belah
pihak untuk melakukan pelanggaran. Apalagi jika perjanjian yang dibuat tidak
ideal antara perusahaan mitra dan kelompok/usaha mitra dapat dipilah ke dalam
mitra dalam menjalankan kemitraan berbeda tergantung dari kasus yang terjadi.
(2) adanya ”jurang” kemampuan baik dalam penguasaan teknis, konsistensi dalam
pemenuhan janji, dan rendahnya kemampuan dengan pengusaha besar, dan (3)
usaha sendiri.
Tabel 2.
Tabel 2. Kendala-kendala Kemitraan
Kendala di Pihak Perusahaan Mitra Kendala di Pihak Kelompok/Usaha Mitra
dan kesadaran yang tinggi dari perusahaan mitra untuk menepati ketentuan
cukup besar untuk bertahan sebelum memperoleh keuntungan. Kalau tidak ada
produksi serta etos kerja kelompok/usaha mitra yang masih tradisional dapat
mereka bersama atau kolektif membentuk suatu kekuatan dalam suatu sarana,
Saling membutuhkan dalam arti para pengusaha memerlukan pasokan bahan baku
etika bisnis, sama-sama mempunyai persamaan hak dan saling membina, sehingga
perusahaan mitra, yang di dalamnya perusahaan mitra bertindak sebagai inti dan
kelompok mitra sebagai plasma. Syarat-syarat untuk kelompok mitra: (1) berperan
sebagai plasma, (2) mengelola seluruh usaha budidaya sampai dengan panen, (3)
perusahan sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati. Di sisi lain Syarat-
syarat perusahaan mitra, yaitu: (1) berperan sebagai perusahaan inti, (2)
menampung hasil produksi, (3) membeli hasil produksi, (4) memberi bimbingan
teknis dan pembinaan manajemen kepada kelompok mitra, (5) memberi pelayanan
menyediakan lahan.
PLASMA
PLASMA
2. Subkontrak
tenaga kerja, (3) membuat kontrak bersama yang mencantumkan volume, harga,
dan waktu. Di sisi lain syarat-syarat perusahaan mitra yaitu: (1) menampung dan
produksi.
PERUSAHAAN MITRA
3. Dagang Umum
Memasarkan produk
KONSUMEN kelompok mitra
/INDUSTRI
4. Keagenan
perusahaan mitra, yang di dalamnya kelompok mitra diberi hak khusus untuk
mitra yaitu mendapatkan hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa usaha
Memasarkan
KONSUMEN/
kelompok mitra pada pola ini yakni menyediakan lahan, sarana dan tenaga kerja,
- LAHAN - BIAYA
- SARANA - MODAL
- TENAGA -TEKNOLOGI
- MANAJEMEN
terjadi perselisihan, serta klausul lainnya yang memberikan kepastian hukum bagi
kedua belah pihak. Hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan menengah dan
salah satu atau lebih bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, permodalan,
3. Mentaati asas kemitraan dan tidak menyalahi isi perjanjian walaupun ada
2. Kelompok mitra tidak dapat memenuhi poin perjanjian seperti kualitas dan
kuantitas produksi.
3. Kelompok mitra tergoda oleh penawaran dari pihak lain untuk membeli
4. Salah satu pihak tidak dapat memenuhi perjanjian kemitraan usaha karena
beberapa sebab, antara lain: (a) Kelompok mitra tidak dapat menjual hasil
kualifikasi yang ditetapkan, hasil panen dijual kepada pihak lain, atau
teknologi dan akses permodalan. Kondisi ini menyebabkan pemodal kuat, yang
subsistem hilir menjadi lebih diuntungkan oleh berbagai kelemahan yang ada pada
tenaga kerja, penyedia bahan baku bagi usaha besar, perolehan devisa,
pelayanan bagi usaha besar, pereduksi tegangan dan kecemburuan sosial atas
kesenjangan usaha kecil-besar. Pada tingkat mikro usaha kecil berperan sebagai:
individu, dan tempat magang atau sosialisasi bagi kelangsungan usaha kecil dan
rumah tangga.
usahanya, sehingga dapat menjadi mitra yang handal untuk meraih keuntungan
bersama.
Keuntungan yang dapat diperoleh dari kemitraan usaha kecil dengan
perusahaan menengah dan besar, dibanding dengan berusaha sendiri, antara lain
dan periodik,
2) Kerjasama dalam bentuk bantuan dana, teknologi atau sarana lain dapat
dan
berkesinambungan.
koperasi) dan pengusaha menengah atau besar antara lain dapat berbentuk
1) Kontak bisnis. Interaksi pasif antara dua unit usaha tanpa harus ada
2) Kontrak bisnis. Hubungan usaha kecil bersifat aktif dan sudah mencirikan
produksi.
kebutuhan pasar,
petani, yang ditempuh dengan pendekatan konvergen antar berbagai pihak yang
menjadi pelaku dalam sistem agribisnis merupakan salah satu cara untuk
pendapatan petani ubi jalar pada masa tanam ketiga tahun 2002 (Puspitasari,
berdasarkan atas biaya total, petani mitra lebih sedikit mengalami kerugian.
Tujuan ideal petani ubi jalar melakukan kemitraan yaitu untuk meningkatkan
pendapatan kelompok tani. Keikutsertaan petani ubi jalar yang bermitra didorong
faktor produksi petani mitra belum optimal karena tenaga kerja terlalu banyak.
peternak mitra lebih rendah jika dibandingkan dengan peternak mandiri, karena
peternak mitra menanggung biaya yang lebih besar dari peternak mandiri. Hasil
dari perusahaan.
kemitraan agribisnis terjadi melalui interaksi antara petugas atau pihak mitra
keluarganya dalam suatu komunitas. Manfaat ekonomi yang diperoleh petani dari
pola kemitraan adalah pendapatan yang lebih tinggi, harga yang lebih pasti,
produktivitas lahan lebih tinggi, penyerapan tenaga kerja dan modal yang lebih
tinggi, dan risiko usaha ditangging bersama. Manfaat teknis yang diperoleh petani
yaitu penggunaan teknologi yang lebih baik sehingga mutu produk menjadi lebih
baik. Manfaat sosial yang diperoleh petani adalah ada kesinambungan kerjasama
antara petani dan perusahaan, koperasi maupun pedagang pengumpul, serta pola
berdasarkan analisis faktor-faktor input dan output yang dihasilkan dari kemitraan
tersebut.
kepada landasan teori Brinkerhoff et al. (1990) dalam Darmono et al. (2004) yang
serta struktur. Fokus subjek penelitian ini yaitu petani di dalam pola kemitraan,
maka input dan output kemitraan dilihat dari sisi petani mitra.
ekonomi dan teknis). Selain itu, penelitian ini juga mencoba menganalisis manfaat
kemitraan yang dijalankan oleh perusahaan dengan petani, dan konsultasi dengan
pakar kemitraan; variabel-variabel input dibagi menjadi dua yaitu internal petani
dan eksternal petani. Input internal petani terdiri dari tenaga kerja dapat diukur
dari umur, tingkat pendidikan dan pengalaman usahatani serta lahan yang diukur
dari luas, status dan jarak rumah ke lahan (Soekartawi, 1985). Input eksternal
petani terdiri dari sumber informasi, ketersediaan modal kredit, proses manajemen
(manfaat ekonomi dan teknis) kemitraan kemitraan agribisnis bagi petani mitra
Output:
Y. Manfaat
[(Manfaat Ekonomi:
pendapatan, produktivitas,
Harga, Risiko Usaha) dan
(Manfaat Teknis: Mutu,
penguasaan teknologi)]
Keterangan: Mempengaruhi
kontinuitas modal, dan tingkat risiko usaha. Manfaat teknis terdiri dari mutu
produk dan penguasaan teknologi pertanian, sedangkan manfaat sosial terdiri dari
usahatani.
yang dijalankan perusahaan mitra dengan petani padi mitra dan menemukan
faktor-faktor input petani untuk bermitra. Selain itu, hasil penelitian ini juga
diharapkan dapat menjadi pembanding bagi kasus lain mengenai kemitraan yang
H0: Manfaat kemitraan agribisnis (ekonomi dan teknis) bagi petani tidak
dipengaruhi oleh input internal dan eksternal petani yang terdiri dari
dipengaruhi oleh input internal dan eksternal petani yang terdiri dari
dari populasi petani. Petani mitra yang dijadikan sampel yaitu anggota
usahatani.
Parameter :
a) Luas lahan yaitu besar bidang tanah (dalam hektar) yang digunakan
oleh petani untuk melakukan usahatani. Luas lahan dihitung total baik
Pengukuran:
2. Luas ≥ 2 Hektar
menanam padi.
Pengukuran:
1. Sewa : Skor = 1
2. Maro : Skor = 2
3. Pemilik : Skor = 3
c) Jarak tempuh ke lahan yaitu seberapa jauh (dalam kilometer) antara
Pengukuran:
4. Tenaga kerja yaitu subjek atau orang yang akan melakukan usahatani
(petani).
Parameter:
Pengukuran:
2. Tua ≥ 39 Tahun
sampingan.
Pengukuran:
2. Lama ≥ 15 Tahun
c) Tingkat pendidikan yaitu jenjang pendidikan formal yang pernah
ditempuh.
Pengukuran:
Pengukuran:
1. Teman : Skor = 1
2. Kerabat: Skor = 2
3. PPL : Skor = 3
atau informal yang diberikan oleh lembaga penyedia modal kredit yaitu
mitra.
efektivitas kerjasama.
Parameter:
mitra.
jarang = 1, tidak = 0
Parameter:
mitra yang dirasakan petani dilihat dari mutu produk dan penguasaan
teknologi.
hulu (off farm agribusiness) khususnya dalam pengadaan pupuk yang bersentuhan
langsung dengan subsistem usahatani (on farm agribusiness) dan telah lama
tani di Desa Majalaya. Pengambilan data sampel petani mitra dilakukan di Desa
penyusunan laporan dalam bentuk skripsi. Pada bulan April-Mei 2008 dilakukan
pengambilan data primer pada petani padi yang melakukan kemitraan dengan PT
kualitatif. Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh dari wawancara dan diskusi dengan pihak-pihak yang
Data sekunder diperoleh dari berbagai literatur dan data-data dari dinas dan
sekunder seperti nama-nama kelompok tani mitra, jumlah kelompok tani mitra,
luas lahan, produktivitas usahatani petani mitra dan lain-lain diperoleh dari
perusahaan mitra, Petugas Penyuluh Lapang, dan Badan Pusat Statistik setempat.
dengan petani diantaranya Bapak Sf dan Bapak Rd. Selain itu, wawancara dengan
yang diberikan kepada responden setelah kuesioner hasil uji coba diperbaiki.
sebanyak 35 orang cukup mewakili, mengingat syarat uji statistik bahwa sampel
Data dan informasi yang telah terkumpul baik dari tingkat individu,
Data-data kuantitatif dari input internal, input eksternal petani, dan output
deskriptif tersebut disusun menjadi suatu narasi terstruktur dan terperinci dalam
mensukseskan program pemerintah ini, maka kebutuhan akan pupuk mutlak harus
tidak akan mencukupi. Hal itu disusul dengan ditemukannya beberapa sumber gas
alam di Jawa Barat, maka muncullah gagasan untuk membangun pabrik urea
selain PUSRI.
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1975 tanggal 2 Juni 1975 tentang penyertaan
industri pupuk.
pemerintah Iran sebanyak 250 juta dolar US yang digunakan untuk membeli
Perjanjian dengan pemerintah Iran ditandangani tanggal 9 Maret 1975 dan mulai
yang mengemban tugas untuk membangun pabrik pupuk urea di desa Dawuan,
Cikampek, Jawa Barat berdasarkan akte notaris yang disahkan oleh Menteri
Kehakiman RI dengan surat keputusan tanggal 9 Juni 1998 No. C2-6150 HT.
sehingga pada tanggal 7 November 1978 pabrik sudah mulai berproduksi dengan
kapasitas 1.000 ton/hari (330.000 ton/tahun) untuk pabrik NH3, 1.725 ton/hari
(570.000 ton/tahun) pembangunan proyek ini dapat diselesaikan lebih awal dari
Pada tanggal 12 Desember 1978, Presiden RI yang waktu itu dijabat oleh
Soeharto meresmikan pembukaan pabrik dan pada 1 April 1979 PT Pupuk Kujang
mulai beroperasi secara komersial dengan produksi utama pupuk urea (46% N)
dan hasil samping berupa amonia dan hidrogen. Sebagian kebutuhan dalam negeri
Visi perusahaan mitra yaitu menjadi produsen pupuk dan petrokimia yang
berwawasan lingkungan.
yaitu selain sebagai agen pembangunan juga merupakan unit penghasil laba untuk
memberikan sumbangan pada penerimaan negara. Secara rinci maksud dan tujuan
Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat dan juga memiliki kantor cabang di
Jakarta. Jarak dari PT Pupuk Kujang Cikampek ke lokasi kelompok tani Sri
dan Direktorat Industri Kimia Dasar dan seluruh modalnya adalah milik
pemerintah. Perusahaan ini mempunyai struktur organisasi berbentuk lini dan staf.
Struktur organisasi perusahaan mitra secara garis besar sesuai dengan Surat
• Dewan direksi
• Kepala Kompartemen
Dewan direksi dipimpin oleh Direktur Utama yang dibantu oleh empat
2. Direktur Komersial
3. Direktur Produksi
membawahi kompartemen terdiri dari unit kerja yang bertugas sebagai pelaksana.
Unit kerja yang menangani tugas operasional disebut divisi, sedangkan unit kerja
pelayanan disebut biro. Keempat direktur tersebut, masing-masing membawahi
Biro kemitraan memiliki dua target program utama4 yaitu program kemitraan dan
Struktur Organisasi di Biro Kemitraan lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 7.
Karawang, Provinsi Jawa Barat dan kantor cabang di DKI Jakarta. Jumlah
Karyawan di kantor pusat dan kantor cabang dapat dilihat pada Tabel 3.
4
Berdasarkan Pasal 88 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 20003 tentang BUMN, ketentuan
mengenai penyisihan dan penggunaan laba BUMN untuk keperluan pembinaan usaha
kecil/koperasi dan pembinaan masyarakat sekitar BUMN, diatur dengan Keputusan Menteri
BUMN Nomor Kep-236/MBU/2003.
Jumlah karyawan di Biro Kemitraan yang melaksanakan program
1.725 Metrik/hari atau 570.000 Metrik/tahun. Amonia dan Urea ini nantinya akan
diproses lagi menjadi pupuk yang siap digunakan, contohnya pupuk NPK yang
yang bermitra dengan perusahaan selain dari perolehan modal pinjaman kredit dan
ketersediaan pupuk NPK, diantaranya: (1) Prosedur perekrutan anggota mitra baru
melalui kelompok tani yang telah bermitra dengan perusahaan, (2) Pengajuan
Beberapa hasil pengembangan tersebut adalah pabrik amonia nitrat, pabrik asam
Cikampek (KIKC).
KIKC adalah anak perusahaan PT Pupuk Kujang yang telah berdiri sejak
dengan luas 140 hektar. KIKC juga menyediakan jasa yang diperlukan untuk
memperoleh semua perijinan pabrik, import bahan baku dan ekspor produk.
dikembangkan oleh tenaga ahli dan berpengalaman dalam bidang operasi dan
memanfaatkan jasa diklat industri ini antara lain Industri Pupuk, Pengelolaan
pabrik Amonia/Urea yang ada dan telah beroperasi sejak akhir tahun 1978.
Kapasitas pabrik sama seperti pabrik yang ada yaitu Amonia 330.000 ton per
tahun dan pabrik Urea 570.000 ton/tahun. Proses yang akan digunakan adalah
sampai dengan 107 derajat 40 menit Bujur Timur dan 5 derajat 56 menit sampai
dataran dengan variasi ketinggian antara 0-5 meter di atas permukaan laut, dan
variasi ketinggian antara 0-50 meter di atas permukaan laut. Kabupaten ini
berbatasan dengan Kabupaten Subang dan Purwakarta dari arah timur, Kota
Bekasi di sebelah barat, Kabupaten Bogor dan Cianjur di sebelah selatan, dan
sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa sepanjang 57 Km. Walaupun berada
pada daratan rendah, namun curah hujannya rata-rata tiap tahun mencapai 1000-
Jawa Barat. Lahan sawah di Kabupaten Karawang umumnya ditanam padi dua
kali setahun. Sejumlah kecil lahan persawahan lainnya ada yang ditanam tiga kali
dalam setahun.
peningkatan mencapai 1200,811 ton dan luas panen sebesar 186,606 hektar
dibandingkan dengan tahun 2005 yaitu 1149, 702 ton untuk produksi padi dan
178,241 hektar untuk luas panen (BPS, 2007). Namun jika dilihat dari
produktivitas padi Kabupaten Karawang tahun 2005 lebih tinggi yaitu 6,45 ton/ha
Kelompok tani yang diambil sebagai petani mitra yaitu kelompok tani
yang cukup lama melakukan kemitraan dengan PT Pupuk Kujang yaitu petani
padi dari Kelompok Tani Sri Mandiri di desa Majalaya Kabupaten Karawang.
Selanjutnya Kelompok Tani Sri Mandiri akan dianalisis posisinya sebagai petani
mitra.
Dari data petani-petani pada Kelompok Tani Sri Mandiri yang tercatat
oleh PT Pupuk Kujang (Persero) sebagai petani mitra, maka dipilih 35 responden
petani yang bermitra dengan PT Pupuk Kujang. Petani yang dijadikan sampel
adalah petani yang pada saat penelitian dilakukan sedang menjalin kemitraan
pada Tabel 5. Petani mitra yang menjadi sampel umumnya memiliki rata-rata
umur 39 – 43 tahun yang merupakan usia produktif. Ini berarti petani-petani yang
tingkat pendidikan sekolah dasar dan SMA. Hal ini sangat beralasan mengingat
kontrak perjanjian yang terdiri dari hak dan kewajiban kerjasama, serta dapat
bidang pertanian yang diberikan oleh perusahaan mitra kepada petani mitra
langsung. Dari hasil penelitian diperoleh fakta bahwa terdapat 29 orang dari
sampel petani mitra atau sekitar 94,29 % menyatakan pernah mengikuti pelatihan
pertanian khususnya pertanian pangan dari perusahaan mitra dan sisanya
melakukan kemitraan dengan PT Pupuk Kujang. Hal ini dapat dilihat bahwa
keorganiasasian yaitu petani yang diwakili oleh seorang ketua kelompok. Ketua
tercantum hak dan kewajiban petani mitra. Selain itu pula ketua kelompok harus
memberikan jaminan berupa sertifikat tanah atau surat berharga (BPKB) atau
perusahaan.
Menurut salah seorang informan dari petani mitra mengatakan bahwa akan
sertifikat tanah atau surat berharga (BPKB) atau minimal senilai dengan jumlah
pinjaman/kredit kepada perusahaan. Hal ini disebabkan seringnya pengembalian
meliputi status lahan, luas lahan, dan jarak lahan, maka akan diperoleh gambaran
yaitu lahan sewa, lahan sakap/maro, dan lahan milik sendiri. Lahan sakap/maro
dalam pemilikannya terdiri dari dua pihak atau lebih yang hasilnya akan dibagi
ditangan pemaro.
Status lahan petani mitra sebagian besar adalah milik sendiri (terdiri dari
30 petani atau 85,71% dari total petani mitra), sedangkan petani yang menyewa
lahan untuk usahatani sebanyak 2 orang atau 5,72% dari total petani mitra dan
petani maro sebanyak 3 orang atau 8,57% dari total petani mitra. Hal tersebut
menunjukkan bahwa untuk menjadi mitra PT Pupuk Kujang tidak harus petani
yang memiliki lahan milik sendiri, namun yang paling penting yaitu petani yang
Dalam hal luas areal pengusahaan tanaman padi pada penelitian ini
dikategorikan menjadi 2, yaitu luasan kurang dari 2 ha dan luasan lebih besar
sama dengan 2 ha. Petani yang mengusahakan lahannya untuk ditanami tanaman
padi dengan luasan 2 hektar lebih yaitu sebanyak 18 orang atau sekitar 51,43 %,
dengan luasan kurang dari 2 hektar sebayak 17 orang atau sekitar 48,57 %. Petani
mitra bahkan ada yang memiliki luas lahan sampai 14 hektar. Hal ini
pengelolaan lahan dalam kontrak kerjasama, namun pihak perusahaan mitra dalam
penyeleksian petani mitra mengutamakan petani dengan luasan lahan yang besar
Jika melihat jarak tempuh dari rumah ke lahan pengusahaan padi sawah,
maka sebagian besar petani menempuh jarak yang tidak terlalu jauh yaitu untuk
jarak tempuh kurang dari 1,5 kilometer terdapat 24 orang atau 68,57 %. Petani
dengan jarak tempuh lebih dari 1,5 kilometer terdapat 11 orang atau 31,43 %.
Sumber informasi yang digunakan oleh petani mitra pada penelitian ini
yaitu kerabat, petugas penyuluh lapang (PPL), dan orang dari perusahaan mitra.
dilihat pada Tabel 7. Sumber informasi yang paling banyak digunakan oleh petani
mitra adalah melalui kerabat. Tidak sedikit pula petani mitra mendapatkan
mengajak petani lain yang belum bermitra. Orang dari perusahaan hanya
kegiatan kemitraan sebanyak 88,57 %, sedangkan petani mitra yang pasif dan
Sumber modal kredit petani mitra diperoleh dari perusahaan mitra dan
perusahaan mitra. Sebanyak 85,71 persen petani mitra menyatakan bahwa modal
kredit dari perusahaan mitra selalu ada, 11,43 persen menyatakan sering ada, dan
sisanya yaitu 2,86 persen menyatakan modal kredit dari perusahan mitra tidak
tentu ada.
mendapatkan tambahan modal kredit dari pihak selain perusahaan mitra. Namun
sebagian besar petani mitra yaitu 71,43 persen hanya menggunakan modal kredit
Tabel 10. Persentase Petani Mitra Berdasarkan Tambahan Modal Kredit dari
Non-Perusahaan Mitra
Tambahan Modal Kredit dari Non-Perusahaan Mitra
Petani Mitra Total
Tidak Ada Ada
Jumlah 25 10 35
Persentase 71,43 28,57 100
Persentase penilaian petani mitra menurut proses manajemen dapat dilihat pada
Tabel 11.
Tabel 11. Persentase Penilaian Petani Mitra Menurut Proses Manajemen
Kemitraan yang Dilaksanakan
Proses Manajemen Kemitraan
Petani Mitra Total
Tinggi Rendah
Jumlah 19 16 35
Persentase 54,29 45,71 100
BAB VII
HUBUNGAN KEMITRAAN ANTARA PT PUPUK KUJANG (PERSERO)
DENGAN KELOMPOK TANI SRI MANDIRI
mewujudkan tanggung jawab sosial yang mengacu kepada KEPMEN BUMN No.
pajak maksimal sebesar 2 persen, dan dana program bina lingkungan bersumber
dari penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar 2 persen. Program ini telah
1980an dan dialokasikan dari Dana Sosial dan Pendidikan. Program Kemitraan
mitra binaan dari berbagai sektor seperti pertanian, industri, perdagangan dan jasa
dengan akumulasi dana yang disalurkan mencapai 48,1 milyar rupiah. Berbeda
petani dan kegiatan industri di Karawang yang merupakan daerah lumbung padi
maka penyaluran program kemitraan difokuskan pada sektor pertanian atau usaha
berciri pertanian. Tujuan utama program ini yaitu membantu kelompok tani di
wilayah Karawang dalam permodalan usaha tani dan mendorong para petani
tinggi.
kelompok yang dihadiri wakil dari PT Pupuk Kujang dan dinas terkait.
5
Performance (kinerja) perusahaan dinilai dari dua aspek yaitu efektivitas penyaluran dan
kolektibilitas. Efektivitas penyaluran yaitu ketepatan/keakuratan pemberian dana pinjaman
kredit kepada petani mitra. Kolektibilitas yaitu pengembalian piutang dari petani mitra.
Efektivitas penyaluran dan kolektibilitas dinilai dengan 3 kategori (Kategori 1 (<60%) =
Rendah, Kategori 2 (60%-90%) = Sedang, Kategori 3 (>90%) = Tinggi).
7.2 Analisis Pola Kemitraan Antara PT Pupuk Kujang dengan Kelompok
Tani Sri Mandiri
dekat lokasi beradanya Unit Penggilingan Padi (UPP). Data yang tercatat oleh PT
Pupuk Kujang sampai bulan Juni tahun 2008 terdapat sekitar 1380 petani anggota
yang tergabung dalam 46 kelompok tani yang sekarang ini masih menjalin
Karawang dan akan diperluas lagi sampai ke wilayah Kabupaten Purwakarta (Biro
pengontrolan ke lokasi atau wilayah kelompok tani mitra, dan 2) Efisiensi biaya
dan waktu, 3) Meningkatkan tanggung jawab sosial terhadap daerah atau wilayah
sejak Tahun 2005. Kelompok tani Sri Mandiri memiliki anggota 94 orang dan
yang bermitra dengan PT Pupuk Kujang 63 petani dengan jumlah luas lahan yang
tani meliputi penyaluran saprodi (terutama pupuk) dan bantuan dana bergulir
kepada kelompok tani yang memiliki kriteria sebagai berikut : (1) Lokasi tidak
rawan banjir dan memiliki irigasi teknis, (2) kelompok tani tidak sedang
atau program kredit dari institusi/badan lain, serta tidak sedang melakukan
dirumuskan oleh Biro Kemitraan PT Pupuk Kujang adalah sebagai berikut (PT
2.500.000/Ha.
b. Jaminan berupa sertifikat tanah atau surat berharga (BPKB) atau minimal
c. Bunga pinjaman/kredit sebesar 3 persen per tahun. Tujuan pinjaman lunak ini
(yarnen).
Pupuk Kujang dengan petani padi sawah sebagai mitra dengan persyaratan-
bahwa pola kemitraan yang yang terjalin merupakan pola kemitraan (penyertaan)
dilaksanakan dengan disertai pembinaan dan pengembangan pada satu atau lebih
bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, permodalan, sumberdaya manusia,
anggota kelompok tani, luas lahan, status lahan, kebutuhan saprodi, dan
biaya garap.
Tanda Penduduk (KTP), foto kopi sertifikat tanah, dan peta denah.
(KMHT).
sawah berisi: objek yang dijanjikan, kewajiban kedua belah pihak, nilai pinjaman
kelompok tani dan wakil dari PT Pupuk Kujang yang khusus menangani
PT Pupuk Kujang
(4) Unit
Biro
Kemitraan Pengolahan
(3) Pupuk
pengawasan atau kontrol kepada kelompok tani mitra setiap musim tanam
berlangsung. Pupuk yang digunakan pada saat musim tanam oleh petani mitra
adalah pupuk bersubsidi yang diproduksi langsung oleh PT Pupuk Kujang. Akan
tetapi petani mitra tidak dapat membeli pupuk langsung dari PT Pupuk Kujang,
namun melalui kios-kios pupuk terdekat yang ditunjuk dan dipercaya oleh PT
perkebunan dan hortikultura kepada petani mitra karena: 1) harganya murah dan
dan 3) kandungan unsur mikro dan makro yang dibutuhkan tanaman cukup
lengkap.
penyemprotan kepada petani mitra secara random (acak) dan diskusi dengan ketua
bunga yang telah disepakati untuk diserahkan kepada Biro Kemitraan melalui
orang yang ditunjuk oleh Biro Kemitraan itu sendiri. Kemudian PT Pupuk
penawaran di pasar.
mitra adalah:
persuratan tanah hanya berupa girik (tanda bebas pajak) atau akta tanah,
Pupuk Kujang adalah model fungsi regresi linear berganda. Model ini dipilih
manfaat kemitraan agribisnis bagi petani dalam penelitian ini terdiri dari 10
variabel bebas yaitu umur, tingkat pendidikan, pengalaman usahatani luas lahan,
status lahan, jarak tempuh ke lahan, sumber informasi, ketersediaan modal kredit,
Masing-masing peubah diuji menggunakan uji regresi linear berganda dengan satu
ketersediaan modal kredit, partisipasi petani dalam kegiatan kemitraan dan proses
nilai R Square 0.915 yang artinya model ini dapat menerangkan variasi
pengamatan dengan tingkat kebenaran 91,5 persen dan sebesar 8,5 persen dapat
Watson sebesar 2.313 yang lebih besar dari D alpha, maka dapat disimpulkan
bahwa diantara variabel-variabel bebas tidak terjadi autokorelasi dan model yang
diperoleh sesuai.
Tabel 13. Jumlah Petani Mitra Menurut Umur dan Manfaat Kemitraan Bagi
Petani Mitra
Manfaat Kemitraan
Umur
Tinggi Rendah
Tua 14 (51,85%) 5 (62,50%)
Muda 13 (48,15%) 3 (37,50%)
Jumlah 27 (100,00%) 8 (100,00%)
petani mitra dengan umur tua dan 48,15 % petani mitra dengan umur muda.
62,5% dirasakan oleh petani mitra dengan umur tua dan 37,5 % petani mitra
Berdasarkan data hasil olahan (Tabel 12), dapat diketahui bahwa variabel
ditunjukkan dengan nilai koefisien (B) yang positif. Semakin tua umur maka
kemitraan bagi petani semakin bermanfaat. Namun pengaruh variabel ini tidak
Kisaran umur petani mitra yaitu mulai dari 25 tahun sampai 76 tahun.
Secara garis besar, manfaat kemitraan sangat dirasakan oleh petani dengan umur
tua yaitu diatas 48 tahun namun ada juga petani umur tua yang kurang merasakan
manfaat kemitraan. Petani muda yaitu dibawah 34 tahun adanya yang kurang
merasakan manfaat kemitraan, namun ada juga petani umur muda yang sangat
merasakan manfaat kemitraan. Oleh sebab itu variabel umur tidak signifikan
ditempuh oleh petani mitra. Tingkat pendidikan memiliki variasi mulai dari tidak
sekolah (0 tahun), sekolah dasar (1-6 tahun), sekolah menengah pertama (7-9
tahun), sekolah menengah atas (10-12 tahun), diploma, dan sarjana. Variabel
Tabel 14. Jumlah Petani Mitra Menurut Tingkat Pendidikan dan Manfaat
Kemitraan Bagi Petani Mitra
Manfaat Kemitraan
Tingkat
Pendidikan Tinggi Rendah
Tinggi 14 (51,85%) 4 (50,00%)
Rendah 13 (48,15%) 4 (50,00%)
Jumlah 27 (100,00%) 8 (100,00%)
51,85% dari petani mitra dengan tingkat pendidikan tinggi dan 48,15 % dari
petani mitra dengan tingkat pendidikan. Petani mitra yang merasakan kemitraan
tinggi dan 50 % dari petani mitra dengan tingkat pendidikan rendah (Tabel 14).
manfaat kemitraan bagi petani yang ditunjukkan oleh nilai koefisien (B) negatif.
Berdasarkan Tabel 12, semakin tinggi tingkat pendidikan maka manfaat
kemitraan bagi petani semakin berkurang. Namun pengaruh variabel ini tidak
Pendidikan petani mitra memiliki kisaran mulai dari tidak sekolah sampai
dengan sarjana satu. Petani mitra yang tidak sekolah sangat merasakan manfaat
kemitraan, akan tetapi ada pula petani yang tidak sekolah kurang merasakan
manfaat kemitraan. Begitu juga petani mitra yang berpendidikan SMA ke atas
kurang merasakan manfaat kemitraan, namun ada juga petani mitra yang
Tabel 15. Jumlah Petani Mitra Menurut Pengalaman Usahatani dan Manfaat
Kemitraan Bagi Petani Mitra
Manfaat Kemitraan
Pengalaman
Usahatani Tinggi Rendah
Lama 13 (48,15%) 3 (37,50%)
Baru 14 (51,85%) 5 (62,50%)
Jumlah 27 (100,00%) 8 (100,00%)
petani mitra dengan pengalaman usahatani lama dan 51,85 % dari petani mitra
dengan pengalaman usahatani baru dan 62,5 % petani mitra dengan pengalaman
usahatani baru.
Berdasarkan data hasil olahan (Tabel 12), dapat diketahui bahwa variabel
bagi petani yang ditunjukkan oleh nilai koefisien (B) positif. Semakin tinggi
signifikansi 0,944.
Petani mitra yang memiliki sudah lama melakukan usahatani padi sawah sangat
merasakan manfaat kemitraan, akan tetapi ada juga petani yang sudah lama
halnya dengan petani mitra yang baru melakukan usahatani padi, ada yang sangat
merasakan manfaat kemitran tetapi ada juga yang kurang merasakan manfaat
kemitraan.
Berikut akan disajikan suatu informasi yang disusun menjadi suatu kasus
berkaitan dengan pengalaman usahatani petani mitra. Kasus ini diperoleh dari
Sejak tahun 2005 awal MW (43 tahun) melakukan kemitraan dengan perusahaan PK.
MW tertarik melakukan kemitraan karena melihat kerabatnya cukup berhasil setelah ikut
kemitraan dengan perusahaan PK. Menurut MW yang mempunyai pendidikan SD, prosedur ikut
kemitraan dengan perusahaan PK cukup mudah baik dari segi syarat maupun pelaksanaan. Selain
itu agunan hanya diberlakukan kepada ketua kelompok tani, sedangkan anggota kelompok tidak
diwajubkan untuk memberikan agunan kepada perusahaan PK.
Menurut MW, produktivitas usahataninya cukup meningkat mencapai 7 ton per hektar.
Ditambah lagi ada bimbingan teknis dari perusahaan PK. MW mengatakan, ”Pelatihan teknologi
pertanian melalui bembingan teknis dari perusahaan PK sangat bermanfaat dan pada dasarnya
penerapan teknologi padi sawah tidak sulit dan tidak jauh berbeda dengan kebiasaan petani”.
MW juga mengatakan, ”Sosialiasi dan pelatihan teknologi pertanian yang diberikan oleh
perusahaan mitra diantaranya pengenalan bibit baru bersertifikat beserta cara penanamannya,
pengenalan pupuk NPK berserta cara penggunaannya, pengenalan racun hama dan peggannggu
tanaman padi, dan lain-lain”. Sosialiasi dan pelatihan teknologi pertanian ini juga didampingi oleh
petugas penyuluh setempat dan kadang-kadang juga turut mengundang ahli dari institusi lain dan
kalangan akademisi dari universitas.
Ditegaskan pula oleh MW bahwa kebanyakan para petani tidak punya penghasilan
sampingan selain dari hasil usahatani padi dan semua kebutuhan mengandalkan hasil panen.
”Hasil panen hanya bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, sehingga untuk memulai
tanam modal tambahan sangat diperlukan,......”. MW sampai saat ini sangat terbantu dengan
adanya kemitraan dengan perusahaan PK dan masih tetap ingin melanjutkan kemitraan dengan
perusahaan PK.
Luas lahan yaitu besar bidang tanah (dalam hektar) yang digunakan oleh
petani untuk melakukan usahatani. Variabel luas lahan petani mitra diduga akan
59,26% dari petani mitra dengan dengan lahan luas dan 40,74 % dari petani mitra
manfaatnya sebanyak 25 % dari petani mitra dengan lahan luas dan 75 % dari
petani mitra dengan lahan sempit yang merasakan kemitraan rendah manfaatnya
(Tabel 16).
kemitraan bagi petani yang ditunjukkan oleh nilai koefisien (B) positif.
Berdasarkan hasil olahan (Tabel 12), semakin besar luas lahan maka kemitraan
Nilai odds rasio (exp (B)) 1,11808 menunjukkan bahwa jika luas lahan naik
1 satuan, maka akan menambah jumlah petani mitra yang sangat merasakan
manfaat kemitraan sebesar 1,11808 kali dari jumlah petani mitra yang sangat
Petani mitra yang memiliki luas lahan yang besar sangat membutuhkan
modal usahatani yang besar, dengan adanya kemitraan petani mitra sangat
terbantu karena modal pinjaman kredit yang diperoleh dari kemitraan dapat
mencukupi kebutuhan untuk membeli pupuk, benih, dan racun pengganggu
tanaman. Selain itu dari modal pinjaman kredit yang diperoleh petani mitra, masih
ada kelebihan yang dipakai sebagai uang garapan. Sehingga petani mitra dengan
luas lahan yang besar lebih merasakan manfaat kemitraan daripada petani mitra
didugakan untuk menanam padi. Variabel status kepemilikan lahan petani mitra
Tabel 17. Jumlah Petani Mitra Menurut Status Lahan dan Manfaat Kemitraan
Bagi Petani Mitra
Manfaat Kemitraan
Status
Lahan Tinggi Rendah
Milik 23 (85,19%) 7 (87,50%)
Maro 3 (11,11%) 0 (0%)
Sewa 1 (3,70%) 1 (12,50%)
Jumlah 27 (100,00%) 8 (100,00%)
petani mitra dengan status lahan milik, 11,11 % dari petani mitra dengan status
lahan maro, dan 3,7 % dari petani dengan status lahan sewa. Petani mitra yang
mitra dengan status lahan milik, 12,5 % dari petani dengan status lahan sewa, dan
tidak ada petani mitra dengan status lahan maro merasakan manfaat kemitraan
yang rendah.
Berdasarkan data hasil olahan (Tabel 12), dapat diketahui bahwa variabel
status lahan berpengaruh positif terhadap manfaat kemitraan bagi petani yang
ditunjukkan oleh nilai koefisien (B) positif. Semakin tinggi status lahan (lahan
milik) maka kemitraan bagi petani semakin bermanfaat. Namun pengaruh variabel
ini tidak signifikan untuk memprediksi model dengan tingkat signifikansi 0,346.
Petani mitra yang mempunyai lahan dengan status lahan milik ada yang
sangat merasakan manfaat kemitraan dan juga ada yang kurang merasakan
manfaat kemitraan. Begitu juga dengan petani mitra yang memiliki status lahan
sewa dan maro yang sangat merasakan manfaat kemitraan dan ada juga yang
Jarak tempuh ke lahan yaitu seberapa jauh (dalam kilometer) antara rumah
ke lahan tempat menanam padi. Variabel status kepemilikan lahan petani mitra
Tabel 18. Jumlah Petani Mitra Menurut Jarak Tempuh ke Lahan dan Manfaat
Kemitraan Bagi Petani Mitra
Manfaat Kemitraan
Jarak
Tempuh Tinggi Rendah
Dekat 18 (66,67%) 6 (75,00%)
Jauh 9 (33,33%) 2 (25,00%)
Jumlah 27 (100,00%) 8 (100,00%)
Hasil Analisis yang dilakukan pada 35 responden dapat diidentifikasi
66,67% dari petani mitra yang rumahnya dekat dengan sawah dan 33,33 % dari
petani mitra yang rumahnya jauh dengan sawah. Petani mitra yang merasakan
dekat dengan sawah dan 25 % dari petani yang rumahnya jauh dari sawah (Tabel
18).
kemitraan bagi petani yang ditunjukkan oleh nilai koefisien (B) negatif.
Berdasarkan hasil olahan (Tabel 12), semakin jauh jarak tempuh ke lahan maka
manfaat kemitraan bagi petani semakin berkurang. Nilai odds rasio (exp (B))
0,0209 menunjukkan bahwa jika jarak lahan naik 1 satuan, maka akan mengurangi
jumlah petani mitra yang sangat merasakan manfaat kemitraan sebesar 0,0209 kali
dari jumlah petani mitra yang sangat merasakan manfaat kemitraan sebelumnya.
signifikansi 0,000.
menyisihkan dari modal pinjaman kredit untuk biaya transport angkut hasil panen
ke tempat penyimpanan gabah dekat rumah. Ditambah lagi benih dan pupuk yang
harus dibawa ke lahan sawah membutuhkan dan waktu pengangkutan yang lebih
banyak daripada petani mitra yang lahannya dekat dengan tempat tinggal.
8.1.2 Pengaruh Input Eksternal Petani Terhadap Manfaat Kemitraan Bagi
Petani
yang yang digunakan oleh petani mitra diantanya penyuluh lapang, orang dari
perusahaan, kerabat. Variabel sumber informasi yang digunakan oleh petani mitra
Tabel 19. Jumlah Petani Mitra Menurut Sumber Informasi yang Digunakan dan
Manfaat Kemitraan Bagi Petani Mitra
Manfaat Kemitraan
Sumber
Informasi Tinggi Rendah
PPL 16 (59,26%) 1 (12,50%)
Kerabat 9 (33,33%) 3 (37,50%)
Teman 2 (7,41%) 4 (50,00%)
Jumlah 27 (100,00%) 8 (100,00%)
lapang, 33,33% dari petani yang mendapatkan informasi kemitraan dari kerabat,
dan 7,41% dari petani mitra yang mendapatkan informasi kemitraan dari teman.
Petani mitra yang merasakan bahwa kemitraan manfaatnya rendah sebanyak 12,5
% dari petani mitra yang mendapatkan informasi kemitraan dari petugas penyuluh
lapang, 37,5 % dari petani mitra yang mendapatkan informasi kemitraan dari
kerabat, dan 50 % dari petani mitra yang mendapatkan informasi kemitraan dari
teman.
terhadap manfaat kemitraan bagi petani yang ditunjukkan oleh nilai koefisien (B)
positif. Berdasarkan hasil olahan (Tabel 12), semakin tinggi sumber informasi
maka kemitraan bagi petani semakin bermanfaat. Nilai odds rasio (exp (B))
1,76468 menunjukkan bahwa jika sumber informasi yang digunakan naik 1 satuan,
maka akan menambah jumlah petani mitra yang sangat merasakan manfaat
kemitraan sebesar 1,76468 kali dari jumlah petani mitra yang sangat merasakan
Sumber informasi yang digunakan oleh petani mitra yaitu teman, kerabat,
penyuluh lapang lebih jelas dan terperinci. Sehingga petani mitra yang
manfaat yang lebih besar daripada petani mitra yang memperoleh informasi
48,15% dari petani mitra yang tinggi partisipasinya dalam kegiatan kemitraan dan
51,85 % dari petani mitra yang rendah tingkat partisipasinya. Petani mitra yang
merasakan kemitraan rendah manfaatnya sebanyak 37,5 % dari petani mitra yang
tinggi tingkat partisipasinya dalam kegiatan kemitraan dan 62,5 % dari petani
pengaruh negatif terhadap manfaat kemitraan bagi petani yang ditunjukkan oleh
nilai koefisien (B) negatif. Berdasarkan hasil olahan (Tabel 12), semakin tinggi
keterlibatan petani dalam kemitraan maka manfaat kemitraan bagi petani semakin
Petani mitra yang sering atau selalu terlibat dalam kegiatan kemitraan ada
yang sangat merasakan manfaat kemitraan dan juga ada yang kurang merasakan
manfaat kemitraan. Petani mitra yang jarang atau tidak pernah berpartisipasi
dalam kegiatan kemitraan juga ada yang sangat merasakan manfaat kemitraan dan
atau informal yang diberikan bank, koperasi, warga komunitas, dan perusahaan
mitra untuk petani mitra. Variabel ketersediaan modal kredit petani mitra dalam
mitra.
Tabel 21. Jumlah Petani Mitra Menurut Ketersediaan Modal Kredit dan Manfaat
Kemitraan Bagi Petani Mitra
Manfaat Kemitraan
Ketersediaan
Modal Kredit Tinggi Rendah
Tinggi 26 (96,30%) 5 (62,50%)
Rendah 1 (3,70%) 3 (37,50%)
Jumlah 27 (100,00%) 8 (100,00%)
yang merasakan bahwa kemitraan manfaatnya tinggi sebanyak 96,3 % dari petani
mitra dengan ketersediaan modal kredit yang tinggi dan 3,7 % petani mitra
dengan ketersediaan modal kredit yang rendah. Petani mitra yang merasakan
bahwa kemitraan manfaatnya rendah sebanyak 62,5 % dirasakan oleh petani mitra
dengan ketersediaan modal kredit yang tinggi dan 37,5 % petani mitra dengan
manfaat kemitraan bagi petani yang ditunjukkan oleh nilai koefisien (B) positif.
Berdasarkan hasil olahan (Tabel 12), semakin tinggi ketersediaan modal kredit
ketersediaan modal kredit naik 1 satuan, maka akan menambah jumlah petani
mitra yang sangat merasakan manfaat kemitraan sebesar 3,36475 kali dari jumlah
0,000.
dengan waktu mulai musim tanam. Petani mitra yang mendapatkan pinjaman
modal kredit tepat waktu dengan jumlah yang tepat merasakan manfaat yang lebih
besar daripada petani mitra yang mendapatkan pinjaman modal kredit yang
terlambat dengan jumlah yang tidak tepat yang menyebabkan masa tanam menjadi
terhambat.
diterima oleh petani mitra. Kasus ini diperoleh dari wawancara kepada salah
RH (28 tahun) petani mitra dengan pendidikan SMA yang memiliki luas lahan 6 hektar
mengakui bahwa ia mendapatkan modal kredit dari institusi lain. Menurut RH hal tersebut
dilakukannya mengingat luas lahan yang dimiliki cukup besar sehingga ia memerlukan modal
kredit usahatani lebih dari 2,5 juta per hektar.
RH mengatakan, ”Modal yang diberikan perusahaan PK kurang
mencukupi....dikarenakan bunga pokok sebesar 6 persen.....”. Menurut RH modal kredit yang
diberikan perusahaan PK belum cukup untuk menutupi biaya garap lahannya. Selain itu, informasi
mengenai kriteria-kriteria petani sebelum bermitra dari perusahaan PK belum tersampaikan
kepadanya dengan jelas. Ditambah lagi, belum ada pemeriksaan atau pengecekan langsung kepada
RH dari pihak perusahaan PK sendiri. RH juga mengatakan, ”Selama ketentuan dari perusahaan
mengenai pinjaman modal kredit mitra masih kurang dari 2,5 juta per hektar dan belum ada
tindakan terhadap petani yang menerima pinjaman modal kredit dari institusi lain, maka tidak
menutup kemungkinan petani mitra akan mencari pinjaman modal kredit kepada institusi lain.
Catatan kasus RH tersebut mengindikasikan bahwa modal kredit yang
diberikan perusahaan mitra belum cukup untuk menutupi semua biaya garap
mitra (syarat kedua yaitu petani tidak sedang menerima pinjaman/kredit dari
Program Kredit Ketahanan Pangan dan atau program kredit dari institusi/badan
lain) belum tersampaikan secara jelas kepada RH, sehingga dia mencari modal
petani mitra.
Tabel 22. Jumlah Petani Mitra Menurut Proses Manajemen Kemitraan dan
Manfaat Kemitraan Bagi Petani Mitra
Manfaat Kemitraan
Proses Manajemen
Kemitraan Tinggi Rendah
Tinggi 17 (62,96%) 2 (25,00%)
Rendah 10 (37,04%) 6 (75,00%)
Jumlah 27 (100,00%) 8 (100,00%)
62,96% dari petani mitra dengan proses manajemen kemitraan yang tinggi dan
37,04 % dari petani mitra dengan proses manajemen kemitraan yang rendah.
terhadap manfaat kemitraan bagi petani yang ditunjukkan oleh nilai koefisien (B)
positif. Berdasarkan hasil olahan (Tabel 12), semakin baik proses manajemen
Nilai odds rasio (exp (B)) 5,042 menunjukkan bahwa jika proses
manajemen kemitraan naik 1 satuan, maka akan menambah jumlah petani mitra
yang sangat merasakan manfaat kemitraan sebesar 5,042 kali dari jumlah petani
manajemen kemitraan ini terkait dengan pemberdayaan petani mitra baik dari segi
Berikut akan disajikan suatu informasi yang disusun menjadi suatu kasus
berkaitan dengan masalah agunan dan modal kredit anggota kelompok. Kasus ini
AK (39 tahun) adalah petani mitra yang memiliki luas areal sawah 1 hektar dan
mempunyai pengalaman usahatani 10 tahun. AK tertarik untuk bermitra karena melihat beberapa
tetangganya yang ikut kemitraan dengan perusahaan PK cukup berhasil, terlebih lagi ia diajak oleh
ketua kelompok tani untuk ikut kemitraan. Lokasi rumah AK tidak jauh dari rumah ketua
kelompok tani dan UPTD Pertanian sehingga informasi mengenai kegiatan seputar kemitraan
dapat ia peroleh dengan cepat.
Menurut AK pada saat memulai kerjasama dengan perusahaan PK, ia tidak perlu
memberikan agunan apa pun baik melalui ketua kelompok tani maupun secara langsung kepada
perusahaan PK. Namun seiring dengan berjalannya kemitraan, terjadi beberapa kendala yaitu
keterlambatan pengembalian pinjaman kredit beserta bunganya. Oleh sebab itu berdasarkan
informasi yang didapatkan oleh AK bahwa ketua kelompok tani sering kali harus menutupi
pengembalian pinjaman kredit dengan dananya sendiri.
Menurut AK, konon terdengar kabar bahwa musim depan ketua kelompok tani akan
mewajibkan setiap anggota kelompok yang bermitra untuk memberikan agunan kepada ketua
kelompok dengan tujuan untuk mengantisipasi pengembalian pinjaman kredit macet. AK
berpendapat, ”Pengembalian pinjaman kredit oleh petani kepada perusahaan mitra sering
mengalami hambatan karena kebutuhan petani yang banyak mulai dari kebutuhan keluarga sampai
kebutuhan untuk persiapan memulai musim tanam kembali, sedangkan pengembalian pinjaman
kredit harus dibayar setelah panen”.
usahahatani.
Manfaat pola kemitraan secara ekonomi dapat dilihat dari 4 aspek yaitu 1)
jumlah produk yang dihasilkan per luas lahan pada tahun 2007, produktivitas
yang berasal dari usahatani padi dalam lingkup kemitraan berkisar antara 4 ton
usahatani, maka produktivitas usahatani akan meningkat. Apabila luas lahan naik
satu satuan, maka produktivitas usahatani akan meningkat sebesar 4,96 kali.
produktivitas usahatani. Semakin tinggi status lahan yang dimiliki petani mitra,
yang dimiliki petani mitra, maka produktivitas usahatani akan meningkat juga.
Tabel 24. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Usahatani
No. Variabel Coefisien SE T Sig.
(B) Coefisien
Konstanta -4,482 2,711 -1,65 0,108
1. Luas Lahan 4,9629 0,01087 45,66 0,000
2. Status Lahan 0,7570 0,4344 1,74 0,091
3. Ketersediaan Modal Kredit 0,3060 0,3544 0,86 0,395
dijalankan petani mitra pada 3 tahun berjalan, petani mitra yang menilai bahwa
sedangkan hanya 5,71 persen yang menilai bahwa pendapatan usahatani setelah
laporan ketua kelompok tani per tahun 2007, pendapatan usahatani dalam lingkup
kemitraan berkisar antara 8,6 juta rupiah sampai 308 juta rupiah ton per tahun.
usahatani, diantaranya luas lahan, status lahan, dan ketersediaan modal kredit.
pendapatan usahatani. Semakin besar luas lahan yang digunakan untuk usahatani,
maka pendapatan usahatani akan meningkat. Apabila luas lahan naik satu satuan,
terhadap pendapatan usahatani. Semakin tinggi status lahan yang dimiliki petani
yang dimiliki petani mitra, maka pendapatan usahatani akan meningkat juga.
3. a) Harga produk. Berdasarkan Tabel 27, petani mitra yang menilai bahwa
harga produk usahatani setelah bermitra lebih baik sebanyak 88,57 persen,
sedangkan hanya 11,43 persen yang menilai bahwa harga produk usahatani
Tabel 27. Presentase Penilaian Petani Mitra Berdasarkan Harga Produk Setelah
Bermitra
Harga Produk Usahatani Setelah Bermitra
Petani Mitra Total
Sama Lebih Baik
Jumlah 4 31 35
Persentase 11,43 88,57 100
b) Kemudahan produk diterima oleh pasar. Berdasarkan Tabel 28, petani
mitra yang menilai bahwa produk usahatani setelah bermitra lebih mudah di
terima pasar sebanyak 91,43 persen, sedangkan hanya 8,57 persen yang menilai
4. Risiko Usahatani. Berdasarkan Tabel 29, petani mitra yang menilai bahwa
57,14 persen yang menilai bahwa risiko usahatani setelah bermitra menjadi tidak
Berikut akan disajikan suatu kasus berkaitan dengan risiko usahatani petani
mitra. Kasus ini diperoleh dari wawancara kepada salah seorang petani mitra.
Kasus 4. Risiko Usahatani Petani Mitra Berkurang
KE (30 tahun) salah seorang petani mitra yang telah melakukan usahatani 9 tahun dengan
luas areal tanaman padi seluas 2 hektar. EM yang berpendidikan sekolah dasar menegaskan bahwa
ia mendapatkan informasi tentang adanya kemitraan dengan perusahaan PK dari kerabatnya.
Menurut KE, kemitraan dengan perusahaan PK banyak manfaatnya. Ketersediaan modal
menjadi lebih pasti dengan waktu pengembalian sesudah panen dan bunganya sangat rendah.
Produktivitas usahatani setelah bermitran cukup meningkat yang tadinya hanya 6 ton per hektar
menjadi 7 ton per hektar.
Walaupun tidak ada pembagian risiko kegagalan usahatani antara petani dengan
perusahaan PK, menurut KE modal pinjaman kredit cukup untuk mengurangi risiko kegagalan
panen. Ditegaskan pula oleh KE bahwa setiap musim tanam dan panen selalu ada pengontrolan
dari pihak perusahaan PK.
Menurut KE, ”Kegagalan panen di tempat ini biasanya diakibatkan oleh serangan hama
seperti wereng coklat, sundep, tungro, tikus, dan burung pemakan bulir padi, sehingga
penyebarannya cukup cepat dan meluas. Hal ini mungkin suatu alasan bagi perusahaan mitra tidak
mau menaggung risiko kegagalan panen”. KE menegaskan juga bahwa biasanya petani mitra
mengalokasikan dana dari modal pinjaman kredit dari perusahaan mitra untuk membeli racun
hama atau pengganggu tanaman. Biasanya petani mitra membeli racun hama dan pengganggu
tanaman padi tersebut kepada ketua kelompok tani, sehingga cukup efisien dari segi waktu dan
menghemat ongkos atau biaya transport.
Manfaat pola kemitraan secara teknis dapat dilihat dari dua aspek yaitu 1)
1. Mutu produk. Berdasarkan pola kemitraan yang dijalankan petani mitra pada
3 tahun berjalan, petani mitra yang menilai bahwa pendapatan usahatani setelah
bermitra lebih tinggi sebanyak 94,29 persen, sedangkan hanya 5,71 persen yang
(Tabel 30).
Tabel 30. Presentase Penilaian Petani Mitra Berdasarkan Mutu Produk Setelah
Bermitra
Mutu Produk Setelah Bermitra
Petani Mitra Total
Lebih Buruk Lebih Baik
Jumlah 2 33 35
Persentase 5,71 94,29 100
penggunaan teknologi tepat guna melalui pembinaan teknis dari perusahaan mitra
baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui perantara misalnya PPL).
Berdasarkan Tabel 31, petani mitra yang menilai bahwa penggunaan teknologi
setelah bermitra lebih baik sebanyak 88,57 persen, sedangkan hanya 11,43 persen
yang menilai bahwa penggunaan teknologi setelah bermitra tidak berubah atau
sama.
penggunaan pupuk tepat guna, diantaranya tingkat pendidikan, luas lahan, status
pendidikan, maka penggunaan pupuk NPK akan semakin tepat guna. Tingkat
pendidikan petani mitra berkisar mulai dari tidak sekolah sampai dengan lulus
perguruan tinggi atau sarjana. Namun secara garis besar kebanyakan dari petani
tingkat penggunaan pupuk NPK berimbang. Semakin besar luas lahan yang
digunakan untuk usahatani, maka penggunaan pupuk NPK akan semakin tepat
guna. Besar luas lahan sangat menentukan efisiensi dalam penggunaan pupuk
NPK yang berimbang. Apabila luas lahan naik satu satuan, maka tingkat
tingkat penggunaan Pupuk NPK berimbang. Semakin tinggi status lahan yang
dimiliki petani mitra, maka penggunaan pupuk NPK akan semakin tepat guna.
Data penelitian menunjukkan bahwa petani mitra yang memiliki status lahan milik
ketersedian modal kredit yang dimiliki petani mitra, maka penggunaan pupuk
NPK akan semakin tepat guna. Berdasarkan data penelitian dari modal kredit yang
diterima petani mitra, sebesar 26 persen digunakan petani mitra untuk membeli
pupuk NPK, sebesar 6 persen untuk membeli benih, sebesar 20 persen untuk
membeli racun pengganggu tanaman padi, sisanya sebesar 48 persen untuk uang
garapan.
Tabel 32. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Penggunaan Pupuk NPK
Berimbang
No. Variabel Coefisien SE t Sig.
(B) Coefisien
Konstanta -1,991 1,881 -1,06 0,298
1. Tingkat Pendidikan 0,00957 0,03821 0,25 0,804
2. Luas Lahan 3,59982 0,07525 47,84 0,000
3. Status Lahan 0,5309 0,3017 1,76 0,089
4. Ketersediaan Modal Kredit 0,1050 0,2504 0,42 0,678
pertanian. Kasus ini diperoleh dari wawancara kepada salah seorang petani mitra.
CC (76 tahun) termasuk petani yang ”kawak” dalam usahatani padi sawah, pengalaman
usataninya sudah 59 tahun dan merupakan usaha pokok. CC yang berpendidikan sekolah dasar,
mulai kemitraan dengan perusahan PK sejak tahun 2005 dengan luas lahan 850 m2.
Alasan mengikuti kemitraan karena ia merasa terbantu dalam permodalan di usianya yang
kian lanjut. Selain itu bunga pinjamannya sangat rendah yaitu hanya 6 persen pertahun dan juga
perusahaan PK memberikan pembimbingan teknis tentang cara-cara budidaya pertanian padi
sawah.
Sebenarnya dengan adanya bantuan benih bersertifikat dari pemerintah pada sekitar tahun
2000an , CC sangat terbantu sekali. Namun saat ini bantuan benih bersertifikat dari pemerintah
sudah tidak ada lagi, sehingga ia harus membeli ke kios benih dengan modal sendiri.
Menurut CC perusahaan PK tidak hanya melakukan pembinaan teknis mengenai pupuk
saja, akan tetapi juga meliputi sosialisasi prosedur baru kemitraan seperti pemberlakuan bunga
pinjaman 3 persen pertahun dan juga pembinaan-pembinaan lain seperti penggunaan pestisida atau
racun pengganggu tanaman yang baru. Sehingga teknik usahatani CC cukup berkembang jika
dibandingkan sebelum bermitra.
CC juga mengatakan, ”Pelatihan dan pembinaan teknologi cara bertani juga tidak hanya
dilakukan oleh perusahaan PK sendiri, namun kadang-kadang perusahaan PK bekerjasama dengan
instansi tertentu atau universitas/institut ternama di Indonesia untuk melakukan pelatihan cara
bertani maupun pengenalan bibit bermutu dan bersertifikat yang cocok ditanam di tempat ini”. CC
menegaskan bahwa pelatihan dan pembinaan teknologi cara bertani tersebut cukup efektif
mengingat lokasi untuk sosialisasi dan praktek teknologi baru biasanya di balai desa, sehingga
cukup bisa dijangkau oleh petani.
Jadi, pelatihan dan pembinaan teknologi cara bertani juga tidak hanya
lokasi untuk sosialisasi dan praktek teknologi baru biasanya di balai desa,
Berikut akan disajikan kasus lain dari catatan lapangan yang berkaitan
EM (32 tahun) salah seorang petani mitra yang telah melakukan usahatani 9 tahun dengan
luas areal tanaman padi seluas 1 hektar. EM yang berpendidikan Diploma III mengaku bahwa ia
mendapatkan informasi tentang adanya kemitraan dengan perusahaan PK dari temannya. Oleh
sebab itu informasi tentang pola kemitraan belum cukup jelas dipahami oleh EM.
Menurut EM pinjaman modal kredit yang diberikan oleh perusahaan PK yaitu sebesar 2,5
juta rupiah per hektar tidak mencukupi untuk usahatani yang dijalankannya, alasannya karena
modal untuk menjalankan usahatani minimal di atas 3,5 juta rupiah per hektar. Setelah EM
melakukan kemitraan dengan perusahaan PK selama 6 musim, ia merasa bahwa perusahaan PK
belum pernah sama sekali memantau usahatani yang dijalankannya. Pendapatan dan produktivitas
usahatani EM setelah bermitra tidak meningkat.
Walaupun harga produk usahatani EM dapat diterima oleh pasar, namun harga produk
usahataninya tidak lebih baik dari sebelum bermitra karena kualitas atau mutu produk juga tidak
meningkat. Terlebih lagi menurut EM selama terlibat kemitraan dengan perusahaan PK, ia tidak
pernah mendapatkan informasi baik dari ketua kelompok, teman, ataupun petugas penyuluh lapang
setempat apabila ada pembinaan teknologi yang dilakukan oleh perusahaan PK.
Menurut pendapat EM, ”Apabila informasi mengenai bimbingan atau pelatihan teknologi
pertanian itu selalu sampai kepada saya baik melalui ketua kelompok, penyuluh lapang, atau
teman maka kemungkinan besar saya pasti akan selalu ikut berpartisipasi”. EM menegaskan juga
bahwa ia harus menanyakan kepada penyuluh lapangan setempat atau langsung ke ketua kelompok
untuk mendapatkan informasi tentang adanya pelatihan atau bimbingan yang terkadang bersifat
insedental. Padahal untuk menanyakan langsung kepada ketua kelompok atau kepada penyuluh
lapang, EM menghadapi hambatan khususnya jarak rumahnya yang cukup jauh.
bimbingan atau pelatihan teknologi pertanian dari perusahaan mitra tidak sampai
kepada EM. Jarak rumah EM yang jauh dari tempat diskusi kelompok tani
Manfaat pola kemitraan agribisnis selain dapat dilihat secara ekonomi dan
teknis, juga dapat dilihat secara sosial . Manfaat pola kemitraan secara sosial
lingkungan.
menunjukkan bahwa sebagian besar petani yang tengah bermitra masih ingin
sedangkan petani mitra yang menyatakan tidak tahu bahwa mereka akan
tidak ada satu pun yang menyatakan ingin berhenti untuk bekerjasama dengan
pinjaman kredit dengan bunga pokok rendah yang diberikan oleh PT Pupuk
Kujang.
jumlah dan jenis hara yang sesuai dengan tingkat kesuburan tanah dan
kemitraan dan aspek manfaat kemitraan. Tabel 34. merupakan bobot penilaian
skor jawaban dari setiap pertanyaan di dalam kuesioner. Aspek manfaat sosial
2. Teknis a. Mutu 18 50
b. Penguasaan teknologi 36 50
3. Sosial a. Keinginan kontinuitas kerjasama - 75
b. Pelestarian lingkungan - 75
Jumlah Nilai Maksimum Aspek Manfaat 162 500
Total 621 1000
BAB IX
KESIMPULAN DAN SARAN
9.1 Kesimpulan
mitra yaitu luas lahan, jarak tempuh rumah ke lahan, sumber informasi yang
3) Luas lahan petani mitra yang semakin besar akan menambah manfaat
kemitraan bagi petani mitra. Petani mitra yang memiliki luas lahan yang
4) Jarak tempuh rumah petani mitra ke lahan sawah yang jauh akan mengurangi
6) Ketersediaan modal kredit secara tepat waktu dan jumlah yang diberikan
mitra.
8) Manfaat ekonomi yang diperoleh petani mitra dari pola kemitraan yaitu
produktivitas yang lebih tinggi, pendapatan yang lebih tinggi, harga produk
yang lebih baik dan mudah diterima pasar. Manfaat teknis yang didapatkan
oleh petani mitra melalui pola kemitraan diantaranya mutu produk lebih baik
antara perusahaan mitra dengan petani mitra, dan juga pola kemitraan yang
9.2 Saran
tani.
mitra. Selain itu penambahan jumlah petugas penyuluh lapang juga diperlukan
terkait dengan jumlah petani yang sangat banyak di wilayah penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Barus, Evi Sarmayanti. 2005. Analisis Pendapatan Petani Mitra Pada Kemitraan
Pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR). Skripsi. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Pratiwi, Yunita Sari. 2003. Kajian Pelaksanaan Kemitraan Antara Petani dengan
Perusahaan dalam Mengembangkan Usahatani dan Strategi Pemasaran
Sayuran Substitusi Impor. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Puspitasari, Indah. 2003. Kajian Pelaksanaan Kemitraan Antara PT. Agro Inti
Pratama dengan Petani Ubi Jalar di Desa Sindangbarang, Kecamatan
Jalaksana, Kabupaten Kuningan, Propinsi Jawa Barat. Skirpsi. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
Stoner, James A.F, dkk. 1996. Manajemen. Jilid I Edisi Indonesia. Jakarta: PT
Prehallindo.
DAFTAR PERTANYAAN
Untuk Mengetahui Kondisi Petani Mitra
(Pada Kemitraan PT Pupuk Kujang (Persero))
Nama :…………………………………………………………..
Alamat :………………………………………………………….
………………………………………………………….
Peneliti:
Achmad Zaelani
A14204074
23. Apakah PT Pupuk Kujang mencari tahu data dan informasi berkaitan dengan
pengalaman usahatani Bapak/Ibu secara langsung/tidak langsung (melalui ketua
kelompok tani atau PPL)?
a. Ya b. Tidak
Penjelasan:.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
24. Apakah PT Pupuk Kujang mencari tahu data dan informasi berkaitan dengan risiko
usahatani yang dijalankan oleh Bapak/Ibu secara langsung/tidak langsung (melalui
ketua kelompok tani atau PPL)? Misalnya: risiko terkena banjir, hama dan penyakit,
dan lain-lain.
a. Ya b. Tidak
Penjelasan:.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
25. Apakah PT Pupuk Kujang menanyakan atau mencari tahu kebutuhan
pertanian/saprodi (pupuk, benih, racun, dan lain-lain) Bapak/Ibu melalui kelompok
tani?
a. Ya b. Tidak
Penjelasan:.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
26. Apakah PT Pupuk Kujang menjelaskan secara sistematik dan terperinci mengenai
kegiatan-kegiatan yang ada dalam kemitraan yang terjalin?
a. Ya b. Tidak
Penjelasan:.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
27. Apakah Bapak/Ibu memahami dan menyadari apa yang akan Bapak/Ibu dapatkan dari
kemitraan dengan PT Pupuk Kujang?
a. Ya b. Tidak
Penjelasan:.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
28. Apakah PT Pupuk Kujang mengadakan pertemuan usaha atau perundingan sebelum
terjadi kontrak kerjasama?
a. Ya b. Tidak
Penjelasan:.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
29. Apakah ada komunikasi awal sebelum bermitra dengan PT Pupuk Kujang mengenai
keuntungan bermitra?
a. Ya b. Tidak
Penjelasan:.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
30. Apakah PT Pupuk Kujang dan kelompok tani Bapak/Ibu bersama-sama menetapkan
tujuan dan target dalam kemitraan yang terjalin?
a. Ya b. Tidak
Penjelasan:.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
31. Apakah PT Pupuk Kujang dan kelompok tani Bapak/Ibu bersama-sama menetapkan
strategi untuk mencapai tujuan dan target kemitraan yang terjalin?
a. Ya b. Tidak
Penjelasan:.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
32. Apakah PT Pupuk Kujang sebagai perusahaan mitra membentuk bagian khusus di
dalam kelompok tani untuk menangani hubungan kemitraan (misalnya: penanggung
jawab umum, pupuk dan bibit)?
a. Ya b. Tidak
Penjelasan:.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
33. Apakah ada perjanjian tertulis dalam kemitraan dengan PT Pupuk Kujang?
a. Ya b. Tidak
Penjelasan:.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
34. Apakah di dalam perjanjian tertulis tersebut terdapat hak dan kewajiban petani dalam
kemitraan dengan PT Pupuk Kujang?
a. Ya b. Tidak
Penjelasan:.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
35. Apakah PT Pupuk Kujang memberikan bimbingan/pembinaan secara langsung
khususnya dalam teknologi pangan (padi sawah)?
a. Ya b. Tidak
Penjelasan:.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
36. Apakah ada pendampingan teknis/non-teknis yang dilakukan oleh PT Pupuk Kujang
pada saat tanam dan panen?
a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak
Penjelasan:.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
37. Apakah PT Pupuk Kujang mengevaluasi kemajuan yang dirasakan oleh kelompok tani
setelah panen?
a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak
Penjelasan:.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
38. Isi dengan tanda (√) pada kolom Ya/Tidak, isi dengan angka berskala 0-100 pada
kolom presentase. Bentuk modal kredit yang diberikan oleh PT Pupuk Kujang?
No. Bentuk Bantuan Pinjaman Ya Tidak Presentase (%)
1. Pupuk
2. Benih
3. Racun pengganggu tanaman padi
4. Alat pertanian
5. Uang
39. Bagaimana pemberian modal kredit dari PT Pupuk Kujang untuk menjalankan
usahatani?
a. Lebih dari cukup b. Cukup c. Cukup d. Tidak Cukup
- Sesuai Kebutuhan - Tidak Sesuai
Kebutuhan
Penjelasan:.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
48. Apakah Bapak/Ibu mampu menerapkan teknologi pangan (padi sawah) yang diberikan
melalui pembinaan teknologi oleh PT Pupuk Kujang baik secara langsung maupun
tidak langsung (melalui pihak atau instansi lain)?
a. Ya b. Tidak
Penjelasan:.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
50. Apakah Bapak/Ibu tetap ingin melakukan kerjasama dengan PT Pupuk Kujang
melalui program kemitraan?Mengapa?
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA
(Kasus: Kemitraan PT Pupuk Kujang dengan Kelompok Tani Sri Mandiri Desa
Majalaya Kecamatan Majalaya Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat)
PANDUAN PERTANYAAN
Untuk Mengetahui Pola Kemitraan
(Pada Kemitraan PT Pupuk Kujang (Persero))
Nama :…………………………………………………………..
Jabatan :………………………………………………………….
………………………………………………………….
Peneliti:
Achmad Zaelani
A14204074
b. Pengorganisasian
17. Divisi/bagian mana yang terkait dengan program kemitraan dengan
petani?
18. Adakah bagian dari perusahaan yang secara khusus menangani pembinaan
kepada petani mitra?
19. Apakah perusahaan membentuk bagian khusus di dalam kelompok tani
untuk menangani hubungan kemitraan (misalnya: penanggung jawab
umum, dan bibit)?
20. Apakah ada perjanjian tertulis yang mencantumkan hak dan kewajiban
petani mitra dalam kemitraan dengan PT Pupuk Kujang?
21. Bagaimana bentuk perjanjian kerjasama kemitraan antara perusahaan
dengan petani?
22. Apa hak dan kewajiban petani mitra?
Model Summaryb
ANOVAb
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 78.329 10 7.833 25.856 .000a
Residual 7.271 24 .303
Total 85.600 34
a. Predictors: (Constant), Manajemen, Luas, Pengalaman, Status, Partisipasi, Modal,
Informasi, Pendidikan, Jarak, Umur
b. Dependent Variable: Manfaat
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -3.401 2.147 -1.585 .126
Umur .001 .017 .008 .063 .950
Pendidikan -.019 .035 -.051 -.539 .595
Pengalaman .001 .014 .008 .071 .944
Luas .112 .048 .174 2.343 .028
Status .181 .189 .061 .961 .346
Jarak -3.868 .508 -.801 -7.608 .000
Informasi .568 .188 .271 3.024 .006
Partisipasi -.023 .031 -.057 -.738 .468
Modal 1.618 .242 .762 6.686 .000
Manajemen .237 .034 .640 7.020 .000
a. Dependent Variable: Manfaat
Residuals Statisticsa
Model Summary
ANOVAb
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 5267.530 3 1755.843 1003.156 .000a
Residual 54.260 31 1.750
Total 5321.790 34
a. Predictors: (Constant), Modal, Status, Luas
b. Dependent Variable: Produktivitas
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -4.482 2.711 -1.653 .108
Luas 4.963 .109 .979 45.659 .000
Status .757 .434 .032 1.742 .091
Modal .306 .354 .018 .863 .395
a. Dependent Variable: Produktivitas
Lampiran 4. Hasil Uji Regresi Linear Berganda Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Pendapatan Usahatani
Model Summary
ANOVAb
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 25397.249 3 8465.750 956.275 .000a
Residual 274.438 31 8.853
Total 25671.687 34
a. Predictors: (Constant), Modal, Status, Luas
b. Dependent Variable: Pendapatan
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -9.052 6.098 -1.485 .148
Luas 10.908 .244 .980 44.623 .000
Status 1.379 .977 .027 1.412 .168
Modal .685 .797 .019 .860 .396
a. Dependent Variable: Pendapatan
Lampiran 5. Hasil Uji Regresi Linear Berganda Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Tingkat Penggunaan Pupuk NPK Berimbang
Model Summary
ANOVAb
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2748.836 4 687.209 827.158 .000a
Residual 24.924 30 .831
Total 2773.761 34
a. Predictors: (Constant), Modal, Status, Pendidikan, Luas
b. Dependent Variable: Pupuk
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -1.991 1.881 -1.058 .298
Pendidikan .010 .038 .005 .251 .804
Luas 3.600 .075 .984 47.840 .000
Status .531 .302 .031 1.760 .089
Modal .105 .250 .009 .419 .678
a. Dependent Variable: Pupuk