Anda di halaman 1dari 13

STRATEGI PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN

MODEL BISNIS KOMODITAS CABAI RAWIT DI DESA


RAJASARI

Disusun oleh:

Nabila Fatin Zulna ( Ketua)


Nurannisa Thaariq (Anggota)
Rosyida A’yun (Anggota)
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Desa Rajasari merupakan desa yang terletak di daerah pegunungan


yang memiliki sumber daya alam yang melimpah. Kondisi geografisnya
yang berada di daerah pegunungan memberikan keuntungan berupa hasil
pertanian yang potensial untuk dikembangkan. Hasil pertanian unggulan
desa ini salah satunya adalah cabai. Namun, produktivitas dari komoditas
cabai sangat tidak menentu dan bergantung pada musim. Saat musim
kemarau, produktivitas cabai menurun yang berakibat pada ketidakpastiaan
penghasilan petani. Sebaliknya pada musim hujan produktivitas cabai
meningkat sehingga supply cabai di pasaran lebih tinggi dibandingkan
dengan demand di pasaran, akibatnya harga cabai menjadi rendah dan petani
mendapat keuntungan yang sedikit.
Masalah yang dihadapi oleh petani tidak hanya berpusat pada
produktivitas cabai, akan tetapi adanya tengkulak yang memonopoli hasil
produksi cabai. Tengkulak-tengkulak ini membeli cabai dari petani dengan
harga yang rendah dan tidak sebanding dengan apa yang telah dikerjakan
oleh petani. Hal tersebut semakin menambah keterpurukan ekonomi para
petani di Desa Rajasari, khususnya Kelompok Tani Pukupu. Selain itu,
ketika membeli cabai dari petani, tengkulak seringkali melakukan sortasi
sehingga meninggalkan cabai dengan kualitas off-grade. Kondisi off-grade
ini sangat merugikan petani karena memiliki nilai jual rendah.
Salah satu solusi yang diterapkan oleh Kelompok Tani Pukupu yaitu
membuat produk olahan dari cabai rawit. Namun, keterbatasan pengetahuan
petani dalam pengolahan cabai, ketidakmampuan memasarkan produk lebih
luas, keberadaan tengkulak, serta ketersediaan bahan baku menjadi
hambatan yang harus diselesaikan dengan strategi perencanaan,
pengembangan, dan model bisnis yang baik sebagai solusi atas
hambatan-hambatan tersebut.
Rumusan masalah

Rumusan masalah yang muncul dari case ini adalah bagaimana


mengatasi keterbatasan pengetahuan SDM di Desa Rajasari, memasarkan
produknya secara luas, mengatasi adanya tengkulak, serta mengatasi
ketersediaan bahan baku yang tidak stabil?
Tujuan

Tujuan dari case ini adalah menambah pengetahuan masyarakat


mengenai pengolahan lebih lanjut komoditas cabai, memasarkan produk
olahan secara luas, mengatasi monopoli harga oleh tengkulak, menciptakan
komoditas cabai yang dapat dipasarkan secara luas.

PEMBAHASAN
Analisa Permasalahan
1. Emphaty Maps
Emphaty maps atau peta empati merupakan alat yang dapat digunakan
untuk mengetahui lebih dalam hal-hal mengenai konsumen berdasarkan apa
yang konsumen lihat (see), rasakan (feel), pikirkan (think), katakan dan
lakukan (say & do), serta apa yang menjadi kerugian (pain) dan keuntungan
(gain) yang didapat oleh konsumen (Osterwalder dan Pigneur 2010).
Informasi yang diperoleh dari peta empati tersebut akan menyajikan
gambaran perilaku dan karakteristik konsumen yang kemudian digunakan
dalam menyusun model bisnis (Utama 2018).
Konsumen yang dimaksud pada strategi perencanaan, pengembangan,
dan model bisnis komoditas cabai di Desa Rajasari ini adalah Kelompok
Petani Pukupu yang secara langsung berpengaruh dan dipengaruhi oleh
adanya permasalahan yang timbul akibat adanya permasalahan pada
komoditas cabai yang telah dijelaskan sebelumnya di bagian Pendahuluan.
Berikut merupakan peta empati yang telah dipetakan berdasarkan case yang
ada pada komoditas cabai di Kelompok Petani Pukupu :
Gambar 1 Peta Empati Kelompok Petani Pukupu

2. Brainstorming
Brainstorming merupakan metode yang dikenal paling efektif untuk
memunculkan berbagai ide tentang suatu masalah dalam waktu yang
terbatas (Harianti dan Margaretha 2014). Brainstorming strategi
perencanaan, pengembangan, dan model bisnis komoditas cabai di Desa
Rajasari ini dilakukan dengan cara tatap muka dan mengemukakan pendapat.
Segala ide yang muncul akan dicatat, kemudian dianalisa kelayakannya
sehingga ide-ide yang tidak sesuai dengan pokok dan tujuan akan
dieliminasi.
Bagaimana kita bisa...
Memberikan penghasilan yang tetap bagi petani, memberikan harga yang layak
terhadap komoditas yang dijual, menjual seluruh komoditas baik secara segar
maupun olahannya serta memasarkannya secara luas.

Tuliskan ide-ide yang muncul dalam brain storming


1. Mendirikan koperasi kelompok tani
2. Mencari mitra dagang sebagai pembeli atau pun partner dalam
memasarkan produk maupun komoditas
3. Melakukan penyuluhan penanaman cabai yang baik
4. Pengolahan lebih lanjut terhadap komoditas
5. Menentukan segmen serta target pasar untuk memperluas penjualan
6. Meningkatkan promosi

Gambar 2 Alur Brainstorming


SOLUSI
Solusi yang diberikan untuk strategi perencanaan, pengembangan dan
model bisnis komoditas cabai di Desa Rajasari yaitu:
Mendirikan Koperasi

Gambar 3 Aliran Material Komoditas Cabai


Mendirikan koperasi kelompok tani dilakukan untuk membuat jalur
baru terhadap penjualan komoditas cabai agar menghindari penyortiran dari
tengkulak yang menyebabkan banyaknya komoditas-komoditas yang
akhirnya tidak terjual atau masuk dalam klasifikasi off grade serta
menghilangkan adanya monopoli harga yang dilakukan oleh tengkulak. Di
dalam unit koperasi dilakukan penyortiran terhadap komoditas-komoditas
cabai oleh beberapa kelompok petani, dimana beberapa komoditas ada yang
dijual langsung ke mitra dagang dan ada juga yang akan diolah menjadi
produk olahan seperti abon cabai dan cabai giling oleh para keluarga petani.
Mitra Dagang
Mitra dagang memiliki peranan penting dalam pemasaran produk
olahan/komoditas cabai. Adanya mitra dagang ini memungkinkan pasar
yang dijangkau dapat lebih luas dan produk olahan/komoditas cabai Desa
Rajasari lebih dikenal. Adapun mitra dagang yang dituju adalah pasar induk
di Bandung dan Jakarta serta pusat oleh-oleh khususnya untuk produk
olahan cabai. Untuk memperoleh mitra dagang tersebut, strategi yang
dilakukan adalah dengan memanfaatkan media massa dan elektronik untuk
target pasar yang berlokasi jauh dari Desa Rajasari.
Penyuluhan
Pelaksaan kegiatan penyuluhan dimaksudkan untuk memberikan
wawasan kepada petani perihal penanaman cabai yang baik sehingga
produktivitasnya dapat ditingkatkan. Berbagai kendala dalam penanaman
cabai dapat diselesaikan oleh petani dengan mendapat pengetahuan baru
melalui penyuluhan. Kegiatan penyuluhan dikoordinir oleh perangkat desa
selaku pemegang kekuasan di daerah tersebut dan dibantu oleh kelompok
tani untuk memberikan ajakan secara langsung kepada petani. Pembicara
yang akan memberikan materi merupakan perwakilan dari dinas pertanian
daerah ataupun pusat yang dihubungi oleh perangkat desa.
Pengolahan lebih lanjut
Pengolahan lebih lanjut terhadap komoditas cabai dilakukan untuk
mengolah cabai yang termasuk klasifikasi off grade yang tidak dijual secara
langsung kepasar dan meningkatkan pendapatan dari para petani agar lebih
sejahtera. Hasil olahan cabai ini dapat berupa produk-produk kemasan yang
akan dijual dipasaran maupun di masyarakat sekitar. Selain itu, pengolahan
lebih lanjut dapat dilakukan dengan mengcoating komoditas sebelum dijual
ke mitra dagang. Menurut Badriyah dan Algafari (2015) teknologi ini
merupakan salah satu pendekatan untuk meningkatkan umur simpan produk
pertanian segar, termasuk komoditas cabai. Salah satu bahan yang mudah
untuk dicari dan berpotensi untuk pembuatan edible coating adalah tepung
pati sagu. Menurut Winarti et al. (2012) edible coating yang dibuat dari
polisakarida (karbohidrat), protein, dan lipid memiliki banyak keunggulan
seperti biodegradable, dapat dimakan, biocompatible, penampilan yang
estetis, dan kemampuannya sebagai penghalang (barrier) terhadap oksigen
dan tekanan fisik selama transportasi dan penyimpanan.
Menentukan Segmen dan Target Pasar
Kriteria dalam mentukan target pasar meliputi respons pasar terhadap
produk, potensi pasar terhadap penjualan dan konsumsi, serta dapat
dijangkau oleh media-media promosi yang diterapkan (Munandar 2011).
Segmen pasar yang mudah dijangkau oleh petani di Rajasari sesuai dengan
letak geografis dalam study case adalah sekitaran Kota Bandung dan Jakarta.
Pasar yang memungkinkan untuk membeli dan mengkonsumsi produk
maupun komoditas dari Desa Rajasari adalah pasar induk, toko sembako,
serta pusat oleh-oleh. Pasar tersebut dimungkinkan memiliki respon yang
baik terhadap produk maupun komoditas dari Desa Rajasari karena produk
cabai rawit merupakan salah satu kebutuhan rumah tangga dalam memasak.
Oleh karena itu, daya beli dan keinginan pasar untuk memiliki produk
tersebut dapat dibilang tinggi sehingga sangat potensial untuk menjadi target
pasar. Letak pasar yang tidak terlalu jauh dari Desa Rajasari juga
memudahkan dalam pelaksanaan promosi offline maupun online.
Meningkatkan Promosi
Menurut Mandey (2013) promosi merupakan berbagai kumpulan
alat-alat insentif yang dirancang untuk merangsang pembelian produk atau
jasa dengan lebih cepat oleh konsumen atau pedagang. Produk olahan cabai
maupun komoditas cabai segar Desa Rajasari kurang diketahui di pasaran
dapat dikarenakan oleh rendahnya aktivitas promosi yang dilakukan.
Sehingga perlu upaya peningkatan promosi pada produk/komoditas tersebut.
Strategi promosi yang dirasa tepat dan dapat dilakukan oleh Kelompok Tani
Pukupu adalah melalui media massa ataupun media social. Media massa
dipilih karena sangat sederhana sehingga dapat dilakukan oleh semua
kalangan. Promosi media massa dapat dilakukan dengan menyebarkan
selebaran berupa brosur dan pamphlet. Sedangkan media massa dapat
dijadikan alat promosi yang lebih modern sehingga promosi dapat dilakukan
lebih luas. Dari kedua cara promosi tersebut, diharapkan produk/komoditas
cabai dari Petani Pukupu dapat dikenal lebih luas sehingga pasarnya dapat
berkembang lebih luas.
BUSINESS MODEL CANVAS (BMC)

Gambar 4 Model Bisnis Kanvas


Model bisnis merupakan suatu metode dalam menentukan suatu bisnis
baru atau untuk melakukan pengembangan suatu usaha yang digunakan
untuk dapat mempertahankan bisnisnya dan dapat menghasilkan pendapatan.
Dalam hal ini model bisnis kanvas dengan prinsip sembilan pilar dapat
digunakan untuk menggambarkan suatu perusahaan (Desa Rajasari) dalam
merancang suatu model bisnis dalam rantai bisnis yang baru.Menurut
Ostewalder dan Pigneur (2010) sembilan pilar yang mempresentasikan
hipotesis model bisnis awal usaha komoditas dan produk olahan cabai
yaitu :
Key Activities
Key activites (aktivitas utama) berisi penjelasan mengenai aktivitas
utama yang dilakukan perusahaan agar model bisnisnya bekerja dengan baik.
Key activities dibutuhkan untuk menciptakan nilai, mencapai pasar,
mempertahankan customer relationship, dan menerima pendapatan. Key
activities pada model bisnis di Desa Rajasari meliputi dua aktivitas penting
berupa produksi (pengolahan) komoditas cabai rawit dan juga pemasaran
produk. Kegiatan produksi meliputi pengolahan pascapanen cabai rawit
menjadi produk kering yang lebih tahan lama, sambal, dan juga cabai segar
yang diberi pelapis atau coating. Pengolahan yang dilakukan oleh petani
dikoordinir oleh Koperasi Kelompok Tani Pukupu menggunakan Standar
Operasional Prosedur (SOP) agar menghasilkan mutu produk yang seragam.
Selanjutnya, produk yang telah jadi akan dipasarkan kepada pemesan yaitu
target pasar yang diharapkan pada model bisnis ini. Pemasaran
dimaksimalkan dengan melakukan promosi secara langsung (mouth to
mouth, door to door) dan tidak langsung (media cetak dan elektronik) oleh
anggota Kelompok Tani Pukupu.
Key Resources
Menurut Osterwalder (2010), key resources berisi penjelasan mengenai
aset-aset perusahaan yang paling penting yang diperlukan agar model bisnis
dapat bekerja. Sumber daya utama dapat dikategorikan menjadi fisik,
intelektual, manusia, dan finansial. Sumber daya fisik yang digunakan pada
model bisnis Desa Rajasari adalah komoditas cabai rawit sebagai target
penjualan serta bahan utama dalam produk olahannya, kemudian bahan
pelapis atau coating berupa pati sagu, bahan kemasan, serta peralatan dan
mesin pada proses produksi. Selain itu sumber daya fisik lainnya seperti
bangunan digunakan untuk gedung koperasi yang akan mendukung aktivitas
bisnis di Desa Rajasari. Sementara itu sumber daya intelektual berupa
pengetahuan dalam pengolahan komoditas cabai rawit didapat oleh
Kelompok Tani Pukupu melalui penyuluhan yang dilakukan oleh dinas
pertanian setempat serta mahasiswa yang biasanya melakukan kerja kuliah
nyata (KKN) di desa-desa. Kemudian sumber daya manusia yang dimiliki
oleh model bisnis Desa Rajasari adalah petani sebagai pemasok bahan baku,
Kelompok Tani Pukupu sebagai pengkoordinir aktivitas pengolahan dan
pemasaran, serta perangkat desa selaku penghubung antara kelompok tani di
desa dengan pemerintah atau dinas pertanian. Selanjutnya sumber daya
finansial pada model bisnis Desa Rajasari yang didapatkan dari dana hibah
atau bantuan dari pemerintah digunakan sebagai modal pembelian alat,
bahan baku pendukung produk serta kebutuhan lainnya.
Key Partners
Key partnership berisi penjelasan mengenai jaringan mitra yang
membuat model bisnis berjalan. Dilakukannya kemitraan bertujuan untuk
mengoptimalkan model bisnis, mengurangi risiko, dan memperoleh sumber
daya. Key partners yang diharapkan ada pada model bisnis Desa Rajasari
adalah Dinas Pertanian, perangkat desa, pengurus koperasi Kelompok Tani
Pukupu, mitra dagang, dan petani. Dinas Pertanian dan perangkat desa
diharapkan akan membantu menyediakan sarana dan prasarana yang
dibutuhkan oleh Kelompok Tani Pukupu dalam menjalankan bisnis dan
pengembangan pengolahan komoditas cabai rawit sehingga aktivitas bisnis
yang mereka lakukan dapat berjalan lancer. Pengurus koperasi diharapkan
akan mampu mengkoordinir aktivitas bisnis yang ada di Desa Rajasari
sehingga kemunculan tengkulak dapat dihindari dan perekonomian petani
setempat dapat meningkat. Mitra dagang merupakan orang yang akan diajak
kerja sama dan ditawarkan untuk mendapat supply produk dari Kelompok
Tani Pukupu. Kemudian petani sendiri merupakan pemasok komoditas
utama yang mereka hasilkan dari bercocok tanam.
Value Propositions
Value propositions merupakan kesatuan atau gabungan dari
manfaat-manfaat yang ditawarkan oleh perusahaan kepada pelanggan. Value
propositions yang ditawarkan oleh Petani Pukupu adalah sambal kemasan
dan produk olahan cabai yang berkualitas, cabai segar yang memiliki umur
simpan lebih lama, tanpa bahan pengawet, dan harga lebih stabil
dibandingkan dengan tengkulak. Produk olahan cabai ini akan berkualitas
karena pada proses produksinya akan diberikan SOP sehingga kualitasnya
tinggi dan seragam sehingga produk gagal (defect) dapat ditekan
seminimum mungkin. Selain itu, pada produksi produk olahan ini tidak ada
penambahan bahan tambahan pangan yang berbahaya (pengawet, pewarna
tekstil, dll). Cabai segar yang ditawarkan memiliki umur simpan lebih lama
karena telah melalui tahap coating. Umr simpan lebih lama ini
memungkinkan konsumen dari jauh tetap dapat menikmati cabai segar tanpa
perlu khawatir sampai dalam keadaan busuk. Harga yang ditawarkan
cenderung lebih rendah dan stabil dibandingkan membeli di tengkulak
karena apabila konsumen membeli melalui koperasi yang merupakan first
hand dan diolah oleh Petani Pukupu sendiri sehingga harganya lebih murah
dan stabil tanpa permainan/monopoli harga oleh tengkulak.
Customer Relatinships
Customer relationship menggambarkan berbagai jenis hubungan yang
dibangun perusahaan bersama customer segment-nya. Customer
relationship pada produk/komoditas cabai Petani Pukupu adalah dengan
memberikan harga lebih murah, potongan harga untuk pembelian dalam
jumlah tertentu, membuat kontrak dagang, dan memberikan system member.
Harga yang lebih murah ditawarkan apabila pelanggan sudah lama
menjadi pelanggan tetap dan memiliki frekuensi pembelian yang stabil.
Potongan harga diberlakukan apabila pelanggan membeli dalam jumlah
tertentu atau dalam jumlah cukup besar. Kontrak dagang dilakukan untuk
menjamin keuntungan dan kenyamanan kedua belah pihak, baik pelanggan
maupun Petani Pukupu. Kontrak dagang ini berisi mengenai jaminan bahwa
cabai yang yang dikirimkan oleh Petani Pukupu adalah cabai yang
berkualitas dan tidak rusak, jika terjadi sebaliknya, segala kesepakatan
tertulis di kontrak dagang. Pelanggan yang tergabung dalam member akan
lebih diprioritaskan dan lebih mudah memperoleh informasi. Sebagai contoh
apabila produk/komoditas cabai sudah tersedia, member akan lebih cepat
mendapat informasi.
Channels
Channels merupakan cara untuk mengenalkan produk/jasa terhadap
customer segment. Channels pada produk/komoditas cabai Petani Kupuku
adalah iklan elektronik, social media, mouth to mouth, door to door,
pamphlet, dan brosur. Iklan elektronik merupakan iklan yang penyebaranya
melalui media elektronik. Media yang dapat digunakan adalah tv, radio, dan
internet. Iklan elektronik cenderung lebih mahal sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai channels ketika usaha ini sudah berjalan baik (bukan
di awal). Social media yang disasar adalah Instagram, line OA, twitter, dan
facebook. Social media dipilih sebagai channels karena saat ini pengguna
social media sangat tinggi dan frekuensinya cukup sering. Selanjutnya
melalui media cetak seperti brosur dan pamphlet. Media ini dapat diberikan
secara langsung melalui system door to door ataupun ditempel di
tempat-tempat strategis. Selanjutnya mouth to mouth memungkinkan
dilakukan lebih sering karena sederhana dan mudah dilakukan.
Customer Segment
Segmen konsumen merupakan pelanggan yang memberikan
keuntungan untuk perusahaan. Dalam hal ini yang bertindak sebagai
perusahaan adalah Desa Rajasari. Segmen konsumen untuk Desa Rajasari
diantaranya yaitu pasar induk, pasar oleh-oleh dan konsumen dengan tingkat
konsumsi cabai tertinggi atau dengan kata lain konsumen yang menyukai
cabai rawit. Pasar induk merupakan salah satu pasar yang akan menjadi
tempat pertama masyarakat sekitar untuk memperoleh kebutuhan
sehari-harinya, salah satunya adalah cabai rawit. Cabai rawit yang akan
dijual pun tentu nya akan lebih murah dari harga biasanya karena kita
melewati sistem tengkulak sebagai pembeli utama dan mengganti dengan
mitra dagang (pasar induk) melalui koperasi desa oleh petani pukupu. Selain
itu segmen konsumen juga akan didapatkan dari penjualan yang akan di
lakukan di pusat oleh-oleh, dengan hasil produk olahan cabe rawit khas
Desa Rajasari. Hasil ini akan membuat segmen konsumen baru untuk
pemasukan Desa Rajasari. Dan segmen konsumen yang terakhir yaitu
orang-orang yang memang memiliki konsumsi tingkat tinggi pada cabai
rawit ataupun produk olahan cabai rawit. Nantinya produk-produk ini akan
dijual di koperasi ataupun beberapa tempat kecil (warung) lainya.
Revenue Stream
Revenue stream merupakan pendapatan yang diterima Desa Rajasari
dari masing-masing segmen pasar atau dengan kata lain pemasukan yang
biasanya diukur dalam bentuk uang yang diterima dari perusahaan dari
konsumen. Pada usaha bisnis pengembangan cabai rawit dan produk
olahannya revenue stream yang diterapkan adalah penjualan langsung di
koperasi dan penjualan ke mitra dagang ( pasar induk ).
Cost Structure
Cost structure adalah komponen-komponen biaya yang digunakan agar
sebuah organisasi atau perusahaan dapat berjalan sesuai dengan model
bisnisnya. Cost structure dalam usaha cabai rawit adalah biaya produksi
produk, biaya distribusi dan biaya promosi. Biaya produksi digunakan untuk
membeli kebutuhan-kebutuhan yang bersangkutan dengan produksi, seperti
bahan-bahan tambahan untuk membuat produk olahan cabai, bahan untuk
mengcoating, listrik, alat-alat produksi, dan balai desa yang akan dibangun
untuk menjadi koperasi. Biaya distribusi yaitu berupa biaya transportasi dari
kebun sampai ke koperasi dan tempat pengolahan. Biaya promosi berupa
membuat media cetak dan biaya bekerja sama dengan media partner.
SIMPULAN
Strategi perencanaan dan pengembangan model bisnis komoditas cabai
di Desa Rajasari dianalisis menggunakan peta empati, bagan brainstorming,
dan divisualisasikan menggunakan business model canvass. Solusi yang
dapat didapat adalah dengan mengadakan sistem koperasi dan
pengembangan produk olahan berbasis cabai rawit berupa cabai bubuk dan
sambal kemasan. Selain itu untuk menambah umur simpan produk juga
dilakukan proses coating menggunakan tepung pati sagu.

DAFTAR PUSTAKA
Harianti A, Margaretha Y. 2014. Pengembangan kreativitas mahasiswa
dengan menggunakan metode brainstorming dalam mata kuliah
kewirausahaan. Jurnal Manajemen. 13(2) : 175-192.
Mandey JB. 2013. Promosi, distribusi, harga pengaruhnya terhadap
keputusan pembeliaan rokok surya promild. Jurnal Riset Ekonomi
Manajemen. 1(4) :95-104.
Munandar D. 2011. Analisis Penentuan Segmen, Target, dan Posisi Pasar
Home Care di Rumah Sakit AL-ISLAM Bandung. Majalah Ilmiah
UNIKOM. 6(2): 233-244.
Osterwalder A, Pigneur Y. 2010. Business Model Generation. Hoboken :
John Wiley & Sons Inc.
Sugiarto DC. 2018. Perlukah innovation speed bagi keberlanjutan bisnis
jangka Panjang pada umkm. Jurnal Ilmiah Ekonomi. Jurnal Riset
Ekonomi Manajemen. 2(1) : 52-68.
Utama BI. 2018. Analisis model bisnis usaha coffe shop melalui kanvas
model bisnis dan peta empati : studi kasus pada coffe shop di
Malang. Jurnal Ilmu Manajemen. 4(1) : 83-93.

Anda mungkin juga menyukai