Nazar (1994342014)
Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Negeri
Makassar, Jl. AP. Pettarani Makassar Indonesia
PEMBAHASAN
lmu ekonomi tidak diciptakan secara mendadak tetapi berkembang melalui suatu proses
yang panjang. Ilmu ekonomi dianggap sebagai suatu disiplin ilmu baru mulai tahun 1776,
yaitu sejak ditulis dan diterbitkannya buku yang terkenal yang berjudul : The Wealth of
Nation tahun 1776 karya Adam Smith. Sejak saat itu ekonomi sebagai ilmu mengalami
perkembangan yang begitu pesat dari waktu ke waktu. Tahun tersebut sering dianggap
sebagai tahun kelahiran ilmu ekonomi dan Adam Smith sebagai bapak ilmu ekonomi. Jadi,
perhatikan bahwa bapak ilmu ekonomi adalah Adam Smith karena beliaulah yang
memberikan dasar dan konsep yang jelas serta utuh.
Sebenarnya penelaan ekonomi sudah mulai dipelajari orang sejak Aristoteles (350
Sebelum Masehi). Namun penelaahan ekonomi pada waktu itu baru dipelajari pada tingkat
yang sangat mendasar, lebih bersifat filosofis. Kemudian tahun 1270, penelaahan ekonomi
tersebut diusahakan untuk lebih dikembangkan lagi oleh Thomas Aquinas dengan beberapa
tambahan pemikiran yang bersumber pada kitab Injil. Pada tahun 1758, Francois Quesnay
mencoba untuk menjelaskan lebih jauh, namun meskipun demikian sampai tahap ini
perkembangan penelaahan belum sampai membentuk satu disiplin ilmu sendiri. Sampai
tahapan ini ekonomi sering disebut dengan Fisiokrat. Pada tahun 1776 muncul tokoh baru,
yaitu Adam Smith, yang berhasil mengangkat penelaahan ekonomi menjadi disiplin baru
yang disebut ilmu ekonomi. Sejak saat itu, ilmu ekonomi sangat banyak dirasa manfaatnya
oleh manusia di dalam usaha mereka untuk meningkatkan kualitas hidup.
Ilmu ekonomi terus berkembang. Gagasan Adam Smith tersebut menjadi dasar bagi ahli
ekonomi lainnya, yaitu Thomas Malthus, David Ricardo dan John Stuart Mill. Ahli ekonomi
yang disebut belakangan ini dikelompokkan sebagai ahli ekonomi klasik. Tradisi klasik ini
seterusnya dikembangkan oleh Mazhab Austria dan diteruskan oleh Leon Walras, Alfred
Marshall, dan lainlain pada tahun 1890-an. Tradisi klasik ini menelorkan perkembangan
bagian teori ekonomi yang dikenal sebagai teori ekonomi mikro.
Konsep Dasar Ilmu Ekonomi menjadi sebuah fundamental penting dalam ilmu ekonomi
dan bisa menjadi ahli. Tanpa disadari, kehidupan manusia sangat dekat dengan Ilmu
Ekonomi. Dalam kegiatan sehari-hari kita kerap melakukan kegiatan ekonomi seperti
menghasilkan produk atau jasa, mengkonsumsi barang atau jasa, atau mendistribusikan
barang atau jasa. Semua kegiatan itu berhubungan dengan Ilmu Ekonomi. Dalam dunia
pendidikan, Ilmu Ekonomi menjadi studi yang dipelajari. Setidaknya mulai dari kita sekolah
menengah dan perguruan tinggi.
Apalagi kalau kita mengambil kulia studih Jurusan Ilmu Ekonomi atau rumpun studi
yang masih berkaitan dengan Ilmu Ekonomi. Mau tidak mau kita harus mempelajarinya.
Bahkan kita harus mampu memahami konsep dasarnya. Untuk memudahkan dalam
memahami konsep dasar Ilmu Ekonomi.
Sejak ditulis dan diterbitkannya buku berjudul “The Wealth of Nation” pada tahun 1776
oleh Smith, Ilmu ekonomi mengalami perkembangan yang pesat. Tahun 1776 itu sering
dianggap sebagai tahun kelahiran ilmu ekonomi. Smith pun disebut sebagai bapak ilmu
ekonomi.
Ilmu ekonomi semakin berkembang dan gagasan Smith menjadi dasar bagi ahli
ekonomi lainnya, yaitu Malthus, Ricardo, dan John Stuart Mill. Para ahli ekonomi yang
disebut belakangan ini dikelompokkan sebagai ahli ekonomi klasik.
Ahli ekonomi klasik ini kemudian dikembangkan oleh Mazhab Austria lalu dilanjutkan
oleh Leon Walras, Alfred Marshall, dan lain-lain pada tahun 1890-an, kemudian melahirkan
perkembangan bagian teori ekonomi yang dikenal sebagai teori ekonomi mikro.
Keadaan ekonomi yang terjadi pada tahun 1930-an memunculkan ahli ekonomi baru.
Pada tahun 1936, lahir sebuah buku “The General Theory of Employment, Interest and
Money” yang diterbitkan oleh John Maynard Keynes seorang ekonom besar berhasil
melahirkan karya lain di bidang ekonomi.
Karya tersebut meyakinkan para ahli ekonomi maupun para stakeholder dalam
mengatasi krisis-krisis ekonomi yang dialami pada masa itu. Kedua karya besar tersebut
dalam dunia ilmu pengetahuan khususnya ilmu ekonomi terus berkembang baik di negara
maju maupun negara berkembang.
Pengertian Ilmu Ekonomi
Kata ekonomi berasal dari bahasa bahasa Yunani yaitu “oikonomia”, yang berarti
manajemen rumah tangga. Asal kata “oikos” yang berarti keluarga atau rumah tangga, dan
“nomos” yang berarti peraturan, aturan, atau hukum. “Oikonomia” diartikan sebagai aturan
masyarakat sebagai hukum kodrat yang menetapkan rumah tangga yang baik. Sedangkan
ilmu, dalam Kamus Besar Indonesia adalah suatu bidang yang disusun secara bersistem
menurut metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang
pengetahuan itu.
Jadi, ilmu ekonomi seperti dikemukakan oleh Bapak ilmu ekonomi, Adam Smith
mendefinisikan ilmu ekonomi secara sistematis mempelajari tingkah laku manusia dalam
usahanya untuk mengalokasikan sumber-sumber daya yang terbatas guna mencapai tujuan.
Sadono Sukirno (2016) dalam bukunya Mikroekonomi mendefinisikan ilmu ekonomi untuk
menganalisis biaya dan keuntungan serta memperbaiki corak penggunaan sumber daya baik
sumber daya alam maupun sumber daya manusia.
Dalam buku yang berjudul “Economic” karya Paul Samuelson disebutkan bahwa ilmu
ekonomi merupakan suatu studi tentang perilaku orang dan masyarakat dalam memilih
menggunakan sumber daya yang langka dan memiliki alternatif-alternatif penggunaan dalam
rangka memproduksi berbagai komoditas untuk dilanjutkan menyalurkannya baik saat ini
maupun di masa mendatang kepada berbagai individu maupun kelompok yang ada pada suatu
masyarakat.
Menurut Bangun (2007), ilmu ekonomi berawal dari adanya kesenjangan “gap” antara
sumber daya “resources” yang tersedia dengan keinginan manusia. Seperti yang telah
diketahui bahwa sumber daya dengan keinginan manusia memiliki sifat yang berbeda.
Sumber daya memiliki sifat terbatas sedangkan keinginan manusia tidak terbatas. Maka
timbullah kesenjangan di antara keduanya yang mengakibatkan problem yang berkaitan
dengan penggunaan sumber daya.
Robert B Ekelund Jr dan Robert D Tollison menerangkan, economics is that the study of
how individual and societies, experiencing virtually limitless wants, prefer to allocate scarce
resources to best satisfy their wants.
Yang berarti ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari cara seseorang dan
masyarakat yang mempunyai keinginan tidak terbatas memilih untuk mengalokasikan sumber
daya yang terbatas demi memenuhi keinginan mereka.
Berdasarkan beberapa pengertian mengenai ilmu ekonomi yang dikemukakan oleh para
pakar, jelas bahwa ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari usaha-usaha manusia dalam
memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas dengan sumber daya yang terbatas. Dalam
memahami ilmu ekonomi mulai dari pengertian hingga hal lainnya, Grameds dapat membaca
buku Pengantar Ilmu Ekonomi yang ada dibawah ini.
Ilmu ekonomi digolongkan menjadi tiga kelompok dasar yaitu kelompok ekonomi
deskriptif, kelompok teori ekonomi, dan kelompok ekonomi terapan.
Teori ekonomi (economic theory) merupakan ilmu yang mempelajari secara teoritis dan
konsep dasar perilaku individu dan masyarakat dalam menentukan alokasi atas sumber daya
yang langka dalam upaya memenuhi dan meningkatkan kualitas hidupnya. Ini berarti analisis
ekonomi yang menjelaskan, mencari pengertian, hubungan sebab akibat, dan cara kerja
sistem ekonomi. Teori ekonomi ini merupakan kerangka konsep yang berasal dari beberapa
data nyata yang disusun, diolah, serta diuji coba sehingga membentuk asumsi yang bersifat
umum. Teori ekonomi ini dibagi menjadi dua yaitu ekonomi makro dan ekonomi mikro.
Ekonomi makro. Bagian dari ilmu ekonomi yang khusus mempelajari mekanisme kerja
perekonomian secara keseluruhan. Ekonomi makro meliputi fenomena ekonomi yang luas
seperti tingkat pengangguran, tingkat pertumbuhan ekonomi, inflasi, pendapatan nasional,
dan tingkat harga. Tujuan ekonomi makro ini adalah untuk memahami berbagai peristiwa
ekonomi dan merumuskan serta memperbaiki kebijakan ekonomi. Terdapat konsep-konsep
dasar dalam Teori Ekonomi Makro dan hal tersebut dapat Grameds pelajari pada buku
Pengantar Ekonomi Makro.
Ekonomi mikro. Ekonomi mikro merupakan bagian ilmu ekonomi yang mempelajari
perilaku individu serta rumah tangga produksi atau perusahaan dalam membuat keputusan
untuk mengalokasikan sumber daya yang terbatas. Contohnya adalah perilaku konsumen atau
produsen, permintaan, penawaran, biaya produksi, dan lain-lain. Ekonomi juga mempelajari
mengenai analisis matematis yang dibahas pada buku Teori Ekonomi Mikro yang ada di
bawah ini.
Ekonomi terapan (applied economics) artinya ilmu ekonomi yang mengkaji ekonomi
teori untuk diterapkan dalam kehidupan nyata di mana bersifat praktis dan dapat diterapkan
di berbagai bidang. Ekonomi terapan ini merupakan analisis ekonomi teori untuk
merumuskan kebijakan dan pedoman yang tepat untuk menangani masalah ekonomi pada
masalah tertentu seperti ekonomi di perusahaan, ekonomi perbankan, dan lain-lain. Seperti
salah satunya adalah dalam mengambil keputusan bisnis di dalam sebuah perusahaan yang
sesuai dengan harapan dan hal ini dibahas pada buku Ekonomi Managerial oleh Iman
Supriadi, ST., MM.
Secara etimologis, ekonomi berasal dari Bahasa Yunani yakni oikonomia. Kata ini
terdiri dari dua kata yaitu oikos dan nemein. Aikos adalah rumah tangga,
sedangkan nemein adalah mengelola. Maka secara singkat dan sederhana, Ilmu Ekonomi
adalah ilmu yang mempelajari tentang caranya mengelola rumah tangga.
Ada pula pendapat yang menyebutkan, kata ekonomi berasal dari Bahasa
Yunani: oikos dan nomos. Oikos adalah keluarga. Sementara itu nomos adalah aturan atau
hukum. Jadi Ilmu Ekonomi merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara manusia
menentukan pilihan saat melakukan proses produksi dengan sumber daya yang terbatas.
KONSEP DASAR ILMU EKONOMI PERSPEKTIF PARA AHLI
Menurut para ahli ilmu ekonomi muncul karena adanya kesenjangan antara sumber
daya yang tersedia dan keinginan manusia. Sumber daya yang ada di bumi bersifat terbatas,
sementara keinginan bersifat tidak terbatas. Sehingga hal ini menciptakan kesenjangan dan
menimbulkan masalah dalam penggunaan sumber daya. Makanya ilmu ekonomi ada karena
berupaya untuk mengatur agar tidak terjadi kelangkaan akibat kesenjangan tersebut. Untuk
menambah wawasan, berikut ini adalah rangkuman pengertian ilmu ekonomi menurut para
ahli.
Mari kita perhatikan dengan definisinya. Pertama Menurut Alfred Marshall, Ilmu
Ekonomi merupakan ilmu atau studi yang mempelajari kehidupan manusia sehari-hari.
Kedua JB Say mengatakan Ilmu ekonomi adalah suatu kajian tentang peraturan yang
menentukan kekayaan . ketiga Kemudian David Ricardo menjelaskan Ilmu ekonomi adalah
suatu kajian tentang hukum berbagai jenis golongan masyarakat. Keempat Paul
Samuelson menerangkan Ilmu ekonomi adalah studi tentang individu-individu dan
masyarakat yang membuat pilihan, dengan atau tanpa penggunaan uang, dengan
menggunakan sumberdaya terbatas – tetapi dapat digunakan dalam berbagai cara untuk
menghasilkan berbagai jenis barang dan jasa serta mendistribusikannya untuk kebutuhan
konsumsi, sekarang dan di masa datang, kepada berbagai individu dan golongan masyarakat.
Kelima Sadono Sukirno berpendapat Ilmu Ekonomi tentang menganalisis biaya dan
keuntungan dan memperbaiki corak penggunaan sumber daya. Dan Terakhir, pengertian Ilmu
Ekonomi menurut Mankiw. Ilmu Ekonomi adalah studi tentang bagaimana masyarakat
mengelola sumber daya yang selalu terbatas dan langka.
A. Para Pelaku
Hal yang akan diuraikan di sini adalah para 'aktor' di dalam seluruh kegiatan ekonomi.
Inilah yang kita sebut sebagai subjek ekonomi pada Bab 2 di depan. Memang banyak sekali
jumlah 'aktor' di dalam seluruh kegiatan ekonomi ini. Setiap orang yang berpikiran normal
bisa dan pasti menjadi subjek ekonomi, demikianpun dengan badan-badan serta organisasi-
organisasi yang ada di dalam masyarakat, semuanya itu adalah subjek-subjek ekonomi.
Namun, sekalipun jumlah subjek-subjek ekonomi itu sedemikian banyaknya sehingga tidak
mungkin terhitung lagi, pada hakikatnya mereka itu hanya terbagi menjadi dua kelompok saja
dan dengan dua cara pembagian pula.
Pembagian yang pertama adalah bahwa para pelaku di dalam kegiatan ekonomi itu
seluruhnya dibagi menjadi kaum produsen dan kaum konsumen. Kaum produsen adalah
mereka yang di dalam suatu kegiatan ekonomi berfungsi sebagai pihak yang
mengorganisasikan input dan menyediakan barang dan jasa, untuk nantinya dinikmati oleh
kaum konsumen. Jadi, kaum konsumen adalah para pemakai barang dan jasa yang dihasilkan
oleh kaum produsen. Seperti sudah disebutkan di bagian depan, kedua pihak ini adalah dua
pihak yang senantiasa harus ada di dalam setiap perekonomian, tidak mungkin yang satu ada
dengan tiadanya yang lain. Bayangkanlah suatu keadaan di mana semua anggota masyarakat
menjadi produsen, dan tidak seorang pun menjadi konsumen. Jelas ini tidak mungkin, bahkan
tidak bisa dibayangkan. Demikianpun dengan hal yang sebaliknya, jika suatu masyarakat
hanya terdiri dari konsumen dan tiada produsen sama sekali. Demikianlah, eduanya, yakni
produsen dan konsumen harus senantiasa ada bersama-sama dalam uatu perekonomian.
Akan tetapi, lalu timbul pertanyaan: apakah tidak mungkin timbul jabatan rangkap?
Artinya, apakah tidak mungkin terjadi seseorang yang menjadi produsen dan konsumen
sekaligus? Jawabannya adalah mungkin saja, dan bahkan mungkin sekali. Seseorang pembuat
sepatu adalah seorang produsen, tetapi iapun juga seorang konsumen, sebab ia perlu makan,
pakaian, dan sebagainya, sedangkan makan, pakaian, dan sebagainya itu adalah bentuk-
bentuk konsumsi. Seorang pegawai negeri adalah seorang produsen (bukan produsen barang,
tetapi produsen jasa, akan diterangkan hal ini di belakang nanti), tetapi juga ia adalah seorang
konsumen.
Satu-satunya pihak yang tidak bisa melakukan konsumsi adalah business¹ (bisnis).
Setiap bisnis, apapun bentuknya, dapat dan pasti melakukan produksi, tetapi tidak dapat
melakukan konsumsi. Hal yang dapat dilakukan di samping berproduksi adalah melakukan
investasi (investment). Memang direktur business itu dapat mengonsumsi untuk keperluan
hidupnya sehari-hari, dan begitu juga para manajer, mandor, serta para karyawannya. Akan
tetapi, yang mengonsumsi itu adalah individu-individu, dan bukan bisnisnya. Mereka
melakukan konsumsi untuk kepentingan mereka sendiri, bukan untuk kepentingan bisnisnya,
sekalipun uang yang didapat untuk konsumsinya diperoleh di dalam bisnis itu.
Demikianlah, telah kita dapati dua pihak yang merupakan 'aktor-aktor' atau para
pelaku di dalam seluruh dan setiap kegiatan perekonomian, menurut pembagian yang
pertama. Pembagian yang kedua adalah pembagian pelaku-pelaku kegiatan ekonomi ke
dalam dua pihak yang lain, yaitu pemerintah di satu pihak dan swasta pada yang lain. Adalah
sudah jelas sekali bahwa tidak ada pihak ketiga sesudah pemerintah dan swasta. Memang,
ada yang mengatakan pihak luar negeri (sebagai trading partner-mitra berdagang) sebagai
pihak ketiga. Akan tetapi, pihak luar negeri inipun sebenarnya adalah pihak swasta juga,
dilihat dan kacamata dalam negeri kita.
Pemerintah itu sendiri, sebenarnyalah bukan hanya merupakan salah-satu pihak di
lapangan perekonomian saja. Iapun merupakan pihak tersendiri pula di lapangan politik,
budaya, keamanan, dan sebangsanya. Akan tetapi, yang kita maksudkan di sini adalah
peranan pemerintah sebagai 'agen' ekonomi. Di dalam perekonomian, pemerintah bertugas
untuk mengatur, mengendalikan, serta mengadakan kontrol atas jalannya roda perekonomian,
agar negara bisa maju serta rakyat dapat hidup dengan layak dan damai. Itulah sebenarnya
tugas pemerintah, sekalipun hal ini amat tidak disetujui oleh Adam Smith dan kawan-
kawannya sesama penganut mazhab Klasik.
1. Efisiensi
Secara teoretik, efisiensi akan terbentuk dengan sendirinya (artinya seluruh kegiatan di
dalam perekonomian akan berjalan dengan efisien) jika perekonomian dijalankan oleh tangan
gaib. Namun, ternyata tidak selalu demikian. Hal itu terlihat dalam hal sebagai berikut:
a. Konsentrasi Pasar.
Jika terjadi persaingan yang baik di pasar, maka persaingan itu akan menjaga kepastian
dipasar. Setiap pedagang dan produsen tidak akan mungkin mempermainkan harga semaunya
saja, karena 'takut' kepada pesaingnya. Akan tetapi, jika pasar terkonsentrasi, yakni output di
pasar dikuasai oleh sedikit produsen saja suatu keadaan yang disebut oligopoliatau oleh
seorang produsen saja yakni monopoli-maka ceritanya jadi lain. Bisnis semacam itu akan
malang- melintang menggunakan posisinya untuk mempermainkan harga dan output, dalam
rangka mencapai laba maksimal dengan cara mengeruk kantong konsumen. Ini bukan perkara
pasar lagi, melainkan urusan akhlak para produsen. Mereka dapat mewujudkan keinginannya
itu, misalnya, dengan cara menimbun barang atau sengaja memproduksi sedikit, agar harga
meningkat tinggi. Inilah yang dinyatakan oleh Nabi Muhammad Saw. tatkala beliau
bersabda: "Hanya pendosa sajalah yang menimbun barang." Kekuatan pasar tidak akan
mampu mengendalikan akhlak yang tidak terpuji seperti ini. Harus ada pengaturan tegas, dan
di sinilah pemerintah harus turun tangan mengendalikannya.
b. Eksternalitas
Beberapa macam transaksi ekonomi ternyata terjadi di luar pasar. Akibatnya ada
orang yang mendapat keuntungan maupun kerugian padahal dengan cara yang tidak
seharusnya. Perusahaan kimia A yang membuang limbahnya ke sungai jelas merugikan
pemakai sungai di bagian hilir. Perusahaan itu telah memanfaatkan air bersih tanpa
membayar kepada pihak-pihak yang dirugikannya (yakni penduduk hilir sungai). Sebaliknya,
perusahaan B telah memberikan suntikan imunisasi cacar kepada semua pegawainya.
Akibatnya, penduduk di sekitar perusahaan itu akan mendapat keuntungan berupa terbebas
dari tertular cacar, tanpa harus membayar apa-apa. Gejala seperti ini disebut eksternalitas;
contoh yang pertama menunjukkan eksternalitas negatif, sedangkan yang kedua eksternalitas
positif. Menurut Parkin, "Eksternalitas adalah biaya atau keuntungan yang muncul dari suatu
transaksi ekonomi, yang menimpa orang lain yang tidak ikut serta dalam transaksi tersebut.""
Adapun menurut Samuelson dan Nordhaus, "eksternalitas (atau efek tumpahan) terjadi jika
perusahaan atau orang membebankan biaya ataupun keuntungan terhadap pihak lain, di luar
pasar."Dengan terjadinya eksternalitas, sudah pasti telah terjadi inefisiensi di dalam
perekonomian, karena adanya transaksi yang tak jelas dan terjadi di luar pasar.
c. Barang publik
Ada beberapa jenis barang atau jasa yang mungkin dikonsumsi dan mungkin pula
tidak dikonsumsi sama sekali. Contohnya adalah pertahanan dan sebagainya. Semua orang
negara, sistem hukum, mercusuar, jaringan jalan akan mendapatkan semua pelayanan
tersebut, menginginkan maupun tidak, suka maupun tidak. Barang-barang seperti itu disebut
barang publik. Para pembayar pajak membiayai pengadaan semua barang publik seperti itu.
Namun, mereka yang tidak mau membayar pajak juga akan menikmatinya, sebagai free rider
(penumpang gelap). Sistem pasar bebas tidak dapat dipakai untuk menetapkan jumlah barang
publik yang efisien yang harus diadakan, karena adanya masalah free rider itu. Setiap orang
akan berusaha untuk menjadi free rider karena fasilitas itu tersedia baik bagi orang yang
membayar maupun yang tidak. Pemerintahlah yang bertugas menetapkan jumlah barang
publik yang harus disediakan itu, dengan memerhatikan semua kepentingan terkait.
2. Keadilan
Perbedaan yang mencolok antara golongan kaya dan golongan miskin dapat menjadi
pemicu keresahan masyarakat. Masih mending (walau tetap saja tidak baik) jika ketimpangan
distribusi pendapatan nasional tersebut terjadi melalui transaksi di pasar. Jika tidak, maka
inilah gejala terjadinya kegagalan pasar dan inefisiensi di dalam perekonomian. Hal itu dapat
terjadi karena beberapa jenis pendapatan ditentukan oleh campur aduknya faktor-faktor jelas
dan tidak jelas seperti warisan, kemalangan, lotere, kerja keras, harga faktor produksi, dan
sebagainya. Artinya, ada pendapatan yang diperoleh secara tidak seimbang dengan usaha
yang dikeluarkan untuk memperolehnya.
3. Stabilitas dan Pertumbuhan Ekonomi
Perekonomian selalu diganggu oleh dua penyakit utamanya, yakni inflasi (gejala
naiknya harga) dan depresi (tingkat pengangguran tinggi). Pengalaman menunjukkan bahwa
semata-mata tangan gaib tidak dapat menyelesaikan masalah ini. Bahkan depresi besar yang
menimpa Amerika Serikat di tahun 1930-an menjadi bukti bahwa teori tangan gaib tidak
berdaya sama sekali, seperti yang telah disampaikan di Bab 1. Jadi. Untuk keperluan ini,
pemerintah mempunyai dua alat yang hebat, yakni kebijakan fiskal dalam kapasitas
pemerintah sebagai fiscal authority dan kebijakan moneter dalam kapasitas pemerintah
sebagai monetary authority. Inilah dua dari empat bentuk kekuasaan pemerintah yang telah
diutarakan di atas.
B. Barang dan Jasa
Di dalam ilmu alam, benda di seluruh alam raya ini dikelompokkan menjadi tiga
macam saja (yang sering disebut sebagai tiga tingkat wujud benda), yaitu benda padat, benda
cair, dan benda gas. Benda-benda inilah yang dipakai oleh manusia untuk memenuhi
kebutuhannya yang berbagai-bagai itu. Di dalam teori ekonomi, benda-benda yang dapat
dipakai untuk memenuhi kebutuhan manusia disebut barang. Inilah satu-satunya syarat yang
harus dipenuhi oleh sesuatu benda untuk dapat disebut sebagai barang. Dengan demikian,
dapatlah dikatakan bahwa barang adalah setiap benda yang dibutuhkan oleh manusia karena
berguna atau bermanfaat (useful). Masalah guna (utility) sesuatu barang ini memerlukan
penjelasan pula. Barang itu berguna bagi manusia karena berbagai sebab. Kegunaan
(usefulness) sesuatu barang itu dapat dirinci sebagai berikut:
1. Form utility (berguna karena bentuknya).
Maksudnya di sini adalah bahwa sesuatu barang itu menjadi berguna bagi manusia
sebab bentuknya memenuhi syarat, atau sesuatu benda menjadi berguna bagi manusia setelah
bentuknya diubah untuk disesuaikan dengan keadaan. Misalnya, pohon bambu berguna untuk
pembuatan jembatan atau tiang rumah sebab bentuknya yang bulat memanjang. Contoh lain,
tanah yang setelah dicetak dan dibakar menjadi batu merah lalu bermanfaat untuk pembuatan
tembok, sedangkan sebelum dibentuk menjadi batu merah tanah itu tidak dapat dimanfaatkan
untuk tembok.
2. Time utility (berguna karena waktu)
Dimaksudkan di sini bahwa sesuatu barang itu menjadi bermanfaat bagi manusia
karena segera digunakan atau karena disimpan dahulu untuk nanti digunakan pada saat yang
tepat. Misalnya, buah mangga masak. Buah itu harus segera dimakan, sebab akan segera
menjadi busuk jika tidak segera dimakan. Ini adalah benar untuk setiap barang yang tidak
tahan lama (perishable). Misalnya lagi, payung yang hanya bermanfaat pada waktu terik
panas dan/atau pada waktu hujan.
3. Place utility (berguna karena tempatnya)
Artinya, sesuatu barang menjadi bermanfaat bagi manusia karena tempatnya atau
karena sudah dipindahkan tempatnya. Misalnya palu dan godam yang tentu saja lebih
bermanfaat kalau ditempatkan di bengkel-bengkel daripada apabila ditempatkan di kantor
kejaksaan. Atau kain-kain wol yang amat tebal, yang sedikit sekali gunanya di negeri-negeri
tropis, tetapi akan segera dirasakan manfaatnya yang besar sesudah dipindahkan ke daerah
kutub.
4. Own utility (berguna karena pemilikan)
Maksudnya adalah bahwa sesuatu barang itu menjadi berguna bagi manusia karena
barang tersebut dimiliki, dan tidak lagi (atau kurang) berguna jika tidak dimiliki. Pada
umumnya, barang-barang semacam ini adalah barang-barang yang mempunyai nilai subjektif
yang tinggi untuk orang-orang tertentu. Misalnya, cincin kawin atau cincin warisan. Bagi
pemiliknya, barang-barang seperti itu dipandang terlampau berguna oleh pemiliknya
sehingga akan dipertahankannya mati-matian. Akan tetapi, bagi orang lain, kedua cincin itu
tidak lebih daripada sekadar cincin biasa saja, yang boleh saja dijual, dilebur, atau bahkan
dibuang sekalipun.
5. Element utility (berguna karena unsurnya)
Misalnya saja, tanah di Kalimantan Barat yang amat besar kadar humusnya, sehingga
tanah di sana menjadi sedemikian suburnya, dan berguna sekali untuk pertanian. Atau tanah
di Saudi Arabia yang mengandung emas hitam atau emas cair atau minyak bumi. Sesudah
diketahui, apakah barang itu, maka sekarang kita akan mulai mempelajari hal-hal yang
bersangkut paut dengannya. Adapun barang itu, di antara sebegitu banyak jenis dan
macamnya, dapatlah dibagi ke dalam tiga cara pembagian. Cara pembagian itu adalah
menurut penyediaannya, menurut daya tahannya, dan menurut penggunanya. Marilah kita
lihat ketiga cara pembagian itu satu demi satu.
• Pembagian Barang Menurut Penyediaannya
Allah menciptakan manusia, begitu manusia tercipta dan mulai melihat bumi, maka
saat itu pula telah tersedia segala keperluannya di sekelilingnya. Udara yang dihirupnya
setiap saat, padi yang tumbuh subur untuk makanannya, sapi yang dapat dimakan
dagingnya, diminum susunya serta dipakai sepatu kulitnya, dan sebagainya.
Sesungguhnya Allah Maha Besar, yang telah menyediakan untuk manusia apapun yang
dibutuhkannya. Akan tetapi, tidaklah semua barang itu bisa diperoleh begitu saja. Ada
barang-barang yang tersedia secara berlimpah ruah, di samping ada pula yang disediakan
secara terbatas sehingga untuk mendapatkannya diperlukan pengorbanan dan perjuangan.
Dalam hal inilah barang dibagi menjadi dua, yaitu barang-barang bebas (free goods) dan
barang-barang ekonomi (economic goods).
Barang-barang bebas adalah barang-barang yang tersedia berlimpah-limpah, dan
setiap orang dapat memperolehnya dengan bebas dengan cara yang mudah. Contoh untuk
barang-barang bebas ini adalah udara, air dan-untuk sebagian besar tempat di bumi sinar
matahari. Barang-barang ekonomi adalah barang-barang yang penyediaannya relatif
jarang atau langka (scarce). Untuk memperoleh barang-barang ekonomi itu, orang
terlebih dahulu berkorban dan atau berjuang, atau berdaya upaya, sedangkan yang
dikorbankan itu, pada umumnya, barang ekonomi pula. Misalnya, pakaian, roti, sepeda,
batu merah, dan sebagainya. Semua barang itu, dan begitu juga sekian ribu barang
lainnya, tentu saja tidak bisa kita dapatkan dan ambil dengan begitu saja.
Apabila semua barang di dunia adalah barang-barang bebas, maka tidak akan ada
problem of choice, dan begitu pula ketiga pertanyaan What, How, dan For Whom, yang
merupakan tiga masalah terpokok dalam setiap masyarakat seperti yang sudah kita
bicarakan di atas, tidak akan jadi soal. Dengan perkataan lain, apabila semua barang
adalah barang-barang bebas, maka ilmu ekonomi tidak akan pernah ada, dan Fakultas
Ekonomi pun tidak pula diperlukan.
Akan tetapi, sayang bahwa kebanyakan barang yang ada di sekitar kita justru adalah
barang-barang ekonomi yang langka itu, sehingga untuk memperolehnya kita harus
berjuang terlebih dahulu, dan untuk menggunakannya kita harus berhati-hati dan dengan
demikian timbullah problem of choice yang merupakan central problem di dalam ilmu
ekonomi itu.
Demikianlah, kenyataan-kenyataan seperti yang diutarakan di atas itu memaksa setiap
orang untuk tunduk kepada The law of scarcity (hukum kelangkaan). Terkait dengan hal
itu, karena sebagian besar barang yang ada di sekitar kita adalah barang-barang ekonomi,
dan karena adanya barang-barang ekonomi itulah ilmu ekonomi ada dan diperlukan, maka
dalam uraian-uraian selanjutnya akan kita tinggalkan saja barang-barang bebas (free
goods) itu, sehingga apabila disebutkan kata 'barang' maka yang dimaksudkan adalah
barang ekonomi (economic goods), kecuali kalau secara tegas disebutkan barang bebas.
• Pembagian Barang Menurut Daya Tahannya
Menurut daya tahannya, barang itu dibagi pula menjadi dua, yaitu barang-barang
tahan lama (durable goods) dan barang-barang tidak tahan lama (perishable goods atau
nondurable goods). Persoalan daya tahan barang ini juga menimbulkan masalah yang
tidak kalah rumitnya, sebab di dalam mengambil keputusan, orang harus mengetahui
dengan tepat daya tahan sesuatu barang. Apabila sampai salah tafsir, durable goods
disangkaperishable goods atau sebaliknya, maka keputusan yang diambil bisa keliru dan
bahkan membahayakan.
Hal yang sulit adalah menentukan kriteria apakah yang dipakai untuk membedakan
keduanya. Memang, tiada kaidah tertentu akan memperbedakan keduanya, tetapi
biasanya, barang-barang seperti telur (mentah maupun masak), buah-buahan, masakan
sayur-mayur, kertas, dan sebagainya dimasukkan ke dalam bilangan barang-barang cepat
rusak atau tidak tahan lama, sedangkan barang-barang seperti meja, sepatu, kurungan
burung, traktor, dan sebagainya dimasukkan ke dalam bilangan barang tahan lama. Akan
tetapi, sekadar sebagai batasan, maka durable goods adalah barang-barang yang bisa
dipakai lebih dari sekali, sedangkan perishable goods adalah barang-barang yang akan
segera lenyap atau habis dengan sekali pakai saja.
• Pembagian Barang Menurut Penggunaannya
Menurut penggunaannya atau menurut cara bagaimanakah sesuatu barang
dipergunakan orang, barang dibagi pula menjadi dua, yaitu barang konsumsi dan barang
investasi (atau barang modal atau barang produksi). Barang konsumsi (consumption
goods) adalah barang yang langsung dapat dipakai atau dinikmati, sedangkan barang
investasi (investment goods) adalah barang-barang yang hanya dapat dinikmati hasilnya;
jadi bukan barang itu sendirilah yang dinikmati, melainkan hasilnya. Contoh-contoh
untuk barang-barang konsumsi adalah baju, pulpen, rokok, minyak rambut, dan
sebagainya. Sedangkan contoh-contoh untuk barang-barang investasi adalah mesin jahit,
bulldozer, gudang penyimpan, peralatan kantor, toko, dan sebagainya.
Semuanya itu membingungkan kita, sebab terasa mereka seperti barang konsumsi,
tetapi kadangkala terasa mereka itu seperti barang-barang investasi. Untuk dapat melihat
hal ini, maka sesuai dengan cara pembagian yang ketiga yaitu pembagian barang menurut
penggunaannya, maka selidikilah untuk apakah barang-barang tersebut dipergunakan.
Terkait dengan hal itu, apabila kita perhatikan benar-benar, maka kita mengetahui
bahwa barang bukanlah satu-satunya I yang dapat memenuhi kebutuhan manusia. Di
samping manusia memerlukan roti, sabit, rokok, celana, pesawat terbang, dan sebagainya,
manusia juga membutuhkan nasihat dokter, pelajaran dan petuah guru, bioskop, siaran
radio, konser musik, dan lain-lainnya.
Demikianlah, ternyata ada juga hal-hal di samping barang yang juga dibutuhkan dan
berguna bagi manusia. Lalu apabila kita perhatikan lebih lanjut pula, maka akan kita
dapati bahwa hal-hal tersebut tidak dapat dinyatakan dalam bentuk fisik, tetapi bisa
dirasakan adanya. Hal-hal seperti itu, di dalam ilmu ekonomi, disebut dengan sebutan jasa
(service). Jadi, jasa adalah tindakan-tindakan ekonomis, yang dilakukan oleh individu
maupun oleh bisnis serta mampu memenuhi kebutuhan manusia. Dari contoh-contoh di
atas, dapatlah dimengenti bahwa nasihat dokter (nasihatnya, bukan dokternya), petuah
guru (petuahnya, bukan gurunya), bioskop (cerita dan gambarnya, bukan gedung.
C. Kebutuhan Manusia
Di dalam hidup dan kehidupannya, orang memiliki banyak sekali kebutuhan,
keinginan, dan keperluan yang kesemuanya itu menghendaki pemenuhan. Mereka
membutuhkan makan, pakaian, ilmu, pelayanan, kehormatan, dan sekian juta kebutuhan lagi.
Secara garis besar, maka kebutuhan manusia itu dikelompokkan ke dalam dua kelompok
besar, yaitu kebutuhan fisik atau kebutuhan badaniah, dan kebutuhan psikis atau kebutuhan
kejiwaan.
Ingin kenyang, ingin punya motor, ingin sehat, adalah contoh-contoh untuk kebutuhan
badaniah atau kebutuhan fisik. Sementara itu ingin terhormat, ingin punya anak, ingin rumah
tangga bahagia, merupakan contoh-contoh untuk kebutuhan psikis atau kebutuhan kejiwaan.
Semua kebutuhan itu membutuhkan pemenuhan, dan pemenuhnya itu tidak lain adalah
barang dan jasa. Memang adakalanya kita jumpai hal-hal yang agak membingungkan, seperti
seseorang yang ingin berpakaian stelan jas dan dasi; ini keinginan fisikkah atau keinginan
psikis? Hal ini dikarenakan dengan berjas dan berdasi, ia ingin berpakaian bagus dan rapi dan
dalam hal ini berarti ia memenuhi kebutuhan fisiknya, sedangkan dengan berpakaian bagus
dan rapi itu ia ingin pula disegani orang, dan dengan demikian terpenuhilah kebutuhan
psikisnya. Memang keinginan seperti itu agak membingungkan, dan membingungkan begitu
bukan hanya satu seperti contoh itu saja, melainkan banyak pula. Namun demikian, yang
penting bagi kita adalah, janganlah kita menyangka bahwa barang hanya dapat dipakai untuk
memenuhi kebutuhan fisik, sedangkan jasa hanya mampu memenuhi kebutuhan psikis. Tidak
sebab di suatu saat kita jumpai adanya barang-barang yang memenuhi kebutuhan psikis,
sedang di saat yang lain kita jumpai jasa-jasa yang memenuhi kebutuhan fisik.
Terkait dengan hal itu, seperti sudah diutarakan di atas, kebutuhan manusia itu luar
biasa banyaknya baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikis, baik keinginan yang baik
maupun keinginan yang jahat. Sedemikian banyaknya sehingga para ahli ekonomi
mengatakan bahwa kebutuhan manusia itu tiada terbatas. Andaikata Lampu Aladdin atau
cincin Sabu diberikan kepada seseorang sekalipun, ia masih akan menginginkan yang lain
pula. Akan tetapi, benarkah kebutuhan dan keinginan manusia itu tiada terbatas? Seseorang
bisa saja dengan mudah mencapai batas keinginan akan makan bila ia sudah kenyang. Jadi,
sebenarnyalah kebutuhan manusia itu ada pula batasnya. Hanya saja untuk sebagian terbesar
penduduk setiap negara, bahkan penduduk dunia sebagai suatu keseluruhan, keinginan dan
kebutuhan itu adalah sedemikian banyaknya sehingga jauh melampaui jumlah barang dan
jasa yang dengan keduanya itulah keinginan dan kebutuhan mereka terpenuhi.
Ilmu ekonomi bertugas untuk mempertemukan kedua hal yang saling bertentangan itu,
yaitu antara keinginan dan kebutuhan manusia yang tiada berbatas dengan barang dan jasa
yang langka untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan tersebut. Adapun kebutuhan manusia
itu, bertingkat-tingkat adanya. Pada tingkat pertama primary needs atau kebutuhan primer-
orang membutuhkan sandang (pakaian), pangan (makanan dan minuman), dan papan (tempat
tinggal). Apabila kebutuhan primer ini sudah tercapai, maka muncullah di dalam pikiran
manusia untuk memenuhi secondary needs atau kebutuhan tingkat kedua yang merupakan
kebutuhan akan barang-barang perlu, yang antara lain berisi kebutuhan akan sepatu, sepeda,
pendidikan, dan sebagainya. Jika keadaan memungkinkan (bertambah kaya, misalnya),
muncul keinginan untuk memenuhi kebutuhan tingkat ketiga (tertiary needs) yang berisi
kebutuhan akan barang mewah, kebutuhan tingkat keempat (quartíary needs) yang berisi
kebutuhan akan barang yang benar-benar mubadzir (yang sebenarnya tidak diperlukan sama
sekali), dan seterusnya. Orang atau masyarakat akan sampai pada suatu tingkat kebutuhan
tertentu hanya sesudah tingkat kebutuhan sebelumnya terpenuhi. Bagi masyarakat kaya
(affluent society), uang tersedia dengan relatif amat mudah. Bagi masyarakat seperti itu,
kebutuhan tersier atau bahkan kuarter sudah mereka penuhi. Akan tetapi, uang masih ada;
lalu buat apa? Maka, muncullah kebutuhan yang macam-macam, seperti kebutuhan untuk
berbuat maksiyat. Sudah kita lihat di dalam kehidupan sehari-hari bahwa sebagian besar
maksiyat itu dijadikan bisnis atau dibisniskan adalah untuk memenuhi keinginan para orang
superkaya tersebut. Apabila sudah begini, maka jadilah kemakmuran hidup materiil atau
duniawiyah itu menjadi akar bencana bagi umat manusia.
D. Masalah Ekonomi
Seiring dengan semakin banyaknya penduduk bumi dari masa ke masa, peradaban dan
kebudayaan manusiapun semakin maju pula. Demikian juga dengan ilmu, kebutuhan,
kesibukan, cara hidup, dan teknologinya, manusia semakin mencapai tingkat yang lebih
tinggi daripada yang telah dicapainya sebelumnya. Selama masa perjalanan sejarah yang
teramat panjang dan lama itu, ilmu ekonomi telah dengan amat baiknya membuktikan kepada
manusia betapa penting dirinya bagi manusia untuk membantu memecahkan masalah-
masalahnya. Ilmu ekonomi berkembang seiring dengan perkembangan manusia.
Secepat perkembangannya, secepat itu pula manusia menghadapi perkembangan
masalah yang harus dihadapinya, yang semakin hari semakin kompleks. Hal yang terpenting
di antara sekalian masalah hidup manusia itu adalah masalah ekonomi (economic problems).
Masalah ekonomi itu sendiripun mengalami perkembangan pula. Masalah ekonomi di zaman
yang terdahulu lebih sempit daripada masalah-masalah ekonomi pada zaman-zaman
sesudahnya sebab kebutuhan manusiapun bergerak dengan pola dan cara seperti itu pula.
Sebelum zaman Merkantilisme, masalah ekonomi yang timbul hanyalah: bagaimana
mencukupi kebutuhan hidup berumah tangga. Pada zaman Merkantilisme, masalah ekonomi
menjadi lebih luas lagi, yaitu bagaimana caranya dapat diciptakan neraca dagang (balance of
trade) yang positif. Pada zamannya kaum Klasik, Adam Smith merumuskan masalah
ekonomi sebagai "setiap usaha manusia untuk menaklukkan alam dalam usahanya
menghasilkan kekayaan materiil." Sepeninggal Adam Smith makin lama orang pun semakin
meninggalkan buah pikiran itu. Kini, di zaman kita sekarang ini masalah ekonomi yang
dihadapi oleh manusia sudah sedemikian luas dan kompleknya, yaitu alokasi sumber-sumber
yang langka di antara sekian banyak kemungkinan penggunaannya yang berbeda-beda,
sedemikian rupa sehingga dapat dicapai kepuasan konsumen secara maksimal, serta untuk
mencapai suatu keadaan tanpa adanya pengangguran (keadaan full employment) dan
pertumbuhan ekonomi yang stabil tanpa adanya gangguan inflasi.
Demikianlah perkembangan masalah ekonomi dari masa ke masa, menyertai
perkembangan peradaban manusia. Untuk memecahkan masalah-masalah ekonomi yang
dihadapinya sehari-hari, manusia haruslah bertindak, harus berbuat. Perbuatan manusia
dengan tujuan memecahkan masalah-masalah ekonomi, apapun perbuatan itu, baik untuk
mencukupi kebutuhan pribadinya maupun untuk meraih keuntungan dalam usahanya, disebut
sebagai Perbuatan Ekonomi.
KELANGKAAN DAN BIAYA PELUANG DALAM KONSEP DASAR EKONOMI
Kelangkaan Ekonomi
Kelangkaan ekonomi timbul karena adanya ketidak seimbangan antara kebutuhan
(needs) dan sumber daya (resources), kebutuhan manusia akan barang dan jasa tidak terbatas
sedangkan disisi lainsumber daya yang dimiliki untuk menghasilkan barang dan jasa tersebut
sangat terbatas, akibat dari ketidak seimbangan tersebut akan mengakibatkan masalah
kelangkaan dan kekurangan (scarcity). Dari uraian tersebut di atas, maka dapat diartikan
bahwa kelangkaan adalah suatu kondisi ketidakseimbangan antara sumber daya yang bersifat
terbatas dengan kebutuhan manusia yang tidak terbatas. Kelangkaan (scarcity) dapat terjadi
disebabkan oleh dual hal, yakni sumbersumber daya ekonomi (alat pemuas kebutuhan) yang
terbatas jumlahnya dan kebutuhan manusia yang meningkat lebih cepat daripada ketersedian
sumbersumber daya ekonomi (alat pemuas kebutuhan).
Penyebab Kelangkaan Berdasarkan pengertian nya ada beberapa penyebab
kelangkaan, yaitu, Pertumbuhan Penduduk,Sifat Konsumtif Manusia,Keterbatasan
Produksi,Bencana Alam,Letak Geografis. Agar lebih jelas bagi anda ikutilah uraian tentang
penyebab kelangkaan berikut ini.
1. Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan Penduduk, jumlah penduduk adalah salah satu faktor terjadinya
penyebeb kelangkaan, karena jika pertumbuhan penduduk meningkat maka jumlah kebutuhan
juga pasti akan meningkat. Sedangkan seperti yang telah dijelaskan di atas, dimana jumlah
alat pemuas kebutuhan hanya terbatas untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tidak
terbatas.
2. Sifat Konsumtif Manusia
Sifat Konsumtif Manusia, seperti dikatakan oleh pemimpin India Mahatma Ghandi,
“Sumber daya alam yang ada cukup untuk kebutuhan setiap orang, tetapi tidak cukup untuk
kerakusan setiap orang.”Itulah mengapa manusia dapat dibilang tak ada puasnya dalam
memenuhi setiap keinginannya. Karena sifat keserakahan ini menyebabkan terja dinya
adanya eksploitasi besar-besaran dimana untuk mendapatkan keuntungan yang besar.
3. Keterbatasan Produksi
Keterbatasan Produksi, produksi adalah kegiatan mengkombinasikan faktor produksi
untuk menciptakan atau menambah nilai guna barang. Dalam hal ini, perkembangan
teknologi menjadi faktor yang mempengaruhi faktor produksi. Perkembangan teknologi di
negara maju berlangsung cepat, semntara perkembangan teknologi di negara berkembang
lebih lambat daripada perkembangan kebutuhan barang dan jasa.
4. Bencana Alam
Bencana Alam, bencana alam merupakan faktor alam yang berpengaruh terhadap
pemenuhan kebutuhan hidup. Kerusakan yang ditimbulakn bencana alam berpengaruh
terhadapkelangsungan hidup manusia. Sebagai contoh : bencana banjir yang mengganggu
distribusi barang dan jasa, akibatnya masyarakat tidak segera mengkonsumsi barang dan jasa.
5. Letak Geografis
Letak Geografis, persebaran sumber daya penjuru dunia dunia tidak merata. Ada yang
daerah tanahnya subur dan ada yang yang akan tambang. Namun sebaliknya ada daerahnya
tandus dan kekurangan air. Perbedaan ini menyebabkan kelangkaan.
Biaya Peluang (opportunity cost)
Biaya adalah pengorbanan untuk mendapatkan suatu tujuan. Di suatu perusahaan,
biaya merupakan pengorbanan untuk memproduksi suatu barang, memasarkan suatu barang,
atau kegiatan lainnya.Jika pengorbanan itu untuk memproduksi suatu barang, maka biaya
atau pengorbanan tersebut dinamakan biaya produksi. Jika biaya tersebut untuk memasarkan
suatu barang, maka biaya tersebut dinamakan biaya pemasaran. Biaya sehari-hari adalah
pengorbanan yang harus dilakukan untuk melakukan suatu kegiatan (kegiatan ekonomi),
tanpa memperhitungkan kerugian karena dikorbankannya kegiatan lain.
Sedangkan biaya peluang adalah biaya yang muncul secara implisit karena melakukan
suatu kegiatan dan mengorbankan kegiatan lainnya. Biaya sehari-hari muncul dari kegiatan
apa yang dilakukan. Biaya peluang muncul dari kegiatan lain yang tidak bisa dilakukan.
Biaya Peluang, biaya yang dikeluarkan ketika memilih suatu kegiatan. Berbeda dengan biaya
sehari-hari, biaya peluang muncul dari kegiatan yang tidak bisa kita lakukan.
MOTIF DAN PRINSIP EKONOMI
1. Motif Ekonomi
Motif Ekonomi, kata motif berasal dari kata motive yang berarti alasan atau
penggerak, sehingga dapat dipahami, motif ekonomi adalah setiap alasan, dorongan, dan
kegiatan yang dilakukan seseorang atau badan untuk melakukan kegiatan ekonomi. Dari
pengertian tersebut dapat dibedakan menjadi dua motif yaitu motif instrinsik dan motif
ekstrinsik. Sebagaimana diketahui motif instrinsik adalah keinginan memperoleh barang atau
jasa karena dorongan dari diri sendiri. Sedangkan motif ekstrinsik adalah keinginan
memperoleh barang atau jasa yang dipengaruhi oleh pihak luar seperti lingkungan, keadaan
dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, dorongan yang berhubungan dengan tindakan seseorang
atau pihak tertentu dalam kegiatan ekonomi disebut dengan pengertian motif ekonomi.
Di sisi lain ada suatu kegiatan yang hanya didorong oleh suatu kebiasaan atau adat
berarti bukan suatu dorongan untuk mendapatkan keuntungan disebut dengan motif non
ekonomi. Namun dalam suatu kegiatan juga ada yang didorong oleh kedua jenis motif, baik
motif ekonomi maupun motif non ekonomi. Seseorang melakukan sesuatu kegiatan tentu
karena mempunyai alasan atau sebab yang mendorong ia melakukan kegiatan tersebut. Ada
yang hanya ikut-ikutan teman, ada yang karena disuruh oleh kedua orang tuanya, ada yang
karena takut sama guru dan lain sebagainya. Orang yang bekerja sampai lembur juga karena
didorong oleh sesuatu, seperti ingin mencukupi kebutuhan keluarganya, ingin tabungannya
banyak dan mungkin juga secara finansial ingin melebihi orang lain disekitarnya.
Beberapa motif tersebut dapat kita kelompokkan menjadi motif ekonomi dan motif
non ekonomi. Jadi, dalam satu kegiatan tidak hanya karena dorongan satu motif ekonomi atau
motif non ekonomi saja, namun satu kegiatan dapat didorong oleh beberapa motif sekaligus,
baik motif ekonomi dan motif non ekonomi.
2. Prinsip Ekonomi
Yang dimaksud dengan prinsip dasar ekonomi adalah : patokan perilaku pelaku
ekonomi dalam perekonomian yang mengarahkannya bertindak dan berkesesuaian dengan
apa yang di harapkan oleh pelaku ekonomi tersebut dalam mengambil keputusan.
Adapun pinsip ekonomi berbunyi “dengan pengorbanan tertentu diperoleh hasil yang
maksimal atau dengan hasil tertentu diupayakan dengan pengorbanan yang sekecil-
kedcilnya”. Misalnya jika kita hendak membeli suatu barang pasti kita akan membandingkan
harga barang tersebut dari toko yang satu dengan toko yang lainnya. Selanjutnya mencari
barang yang harganya diskon atau ada potongan harga, dan belajar hidup hemat. Itulah
beberapa contoh penerapan prinsip ekonomi.
Prinsip ini jelas akan mengarah pada tindakan para pelaku ekonomi yang
membolehkan semua cara untuk memenuhi kebutuhannya, padahal dalam memenuhi
kebutuhan ekonominya pelaku ekonomi harus tunduk pada etika dalam perekonomian.
(Putong 2008). Empat prinsip yang melandasi keputusan tingkat individu yaitu :
• Setiap individu harus selalu melakukan tradeoffs yaitu melakukan konsumsi/produksi
yang didasarkan pada pengurangan secara berarti konsumsi/produksi suatu barang untuk
menambah konsumsi/produksi barang lainnya (dengan daya beli/biaya yang sama).
• Biaya adalah apa yang dikorbankan untuk mendapatkan sesuatu. Dalam ilmu ekonomi
identifikasi pengeluaran/ pengorbanan harus dilakukan sejelas mungkin karena
menyangkut apa yang harus diterima atau tidak dikemudian hari sehubungan dengan
pengeluaran atau pengorbanan tersebut.
• Orang rasional berpikir secara bertahap. Salah satu pengajaran ekonomi yangcukup
penting adalah ajakan untuk bersikap rasional baik dalam hal konsumsi maupun produksi
yang didasarkan pada cara berpikirnya.
• Setiap pelaku ekonomi bereaksi terhadap insentif. Pada kenyataannya yang selalu
menjadi patokan pelaku ekonomi dalam memenuhi kebutuhannya adalah dengan
membandingkan besarnya biaya yang dikeluarkan dan manfaatyang didapatkan. Reaksi
terhadap kenaikkan harga suatu barang akan menyebabkan konsumen mengurangi
konsumsi barang tersebut tapi dipihak lain produsen akan memperbesar produksinya.
lmu ekonomi tidak diciptakan secara mendadak tetapi berkembang melalui suatu proses yang
panjang. Ilmu ekonomi dianggap sebagai suatu disiplin ilmu baru mulai tahun 1776, yaitu
sejak ditulis dan diterbitkannya buku yang terkenal yang berjudul : The Wealth of Nation
tahun 1776 karya Adam Smith. Sejak saat itu ekonomi sebagai ilmu mengalami
perkembangan yang begitu pesat dari waktu ke waktu. Gagasan Adam Smith tersebut
menjadi dasar bagi ahli ekonomi lainnya, yaitu Thomas Malthus, David Ricardo dan John
Stuart Mill. Ahli ekonomi yang disebut belakangan ini dikelompokkan sebagai ahli ekonomi
klasik.
Konsep Dasar Ilmu Ekonomi menjadi sebuah fundamental penting dalam ilmu ekonomi
dan bisa menjadi ahli. Tanpa disadari, kehidupan manusia sangat dekat dengan Ilmu
Ekonomi. Dalam kegiatan sehari-hari kita kerap melakukan kegiatan ekonomi seperti
menghasilkan produk atau jasa, mengkonsumsi barang atau jasa, atau mendistribusikan
barang atau jasa. Semua kegiatan itu berhubungan dengan Ilmu Ekonomi. Dalam dunia
pendidikan, Ilmu Ekonomi menjadi studi yang dipelajari. Setidaknya mulai dari kita sekolah
menengah dan perguruan tinggi.
Kata ekonomi berasal dari bahasa bahasa Yunani yaitu “oikonomia”, yang berarti
manajemen rumah tangga. Asal kata “oikos” yang berarti keluarga atau rumah tangga, dan
“nomos” yang berarti peraturan, aturan, atau hukum. “Oikonomia” diartikan sebagai aturan
masyarakat sebagai hukum kodrat yang menetapkan rumah tangga yang baik. Sedangkan
ilmu, dalam Kamus Besar Indonesia adalah suatu bidang yang disusun secara bersistem
menurut metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang
pengetahuan itu.
Jadi, ilmu ekonomi seperti dikemukakan oleh Bapak ilmu ekonomi, Adam Smith
mendefinisikan ilmu ekonomi secara sistematis mempelajari tingkah laku manusia dalam
usahanya untuk mengalokasikan sumber-sumber daya yang terbatas guna mencapai tujuan.
Sadono Sukirno (2016) dalam bukunya Mikroekonomi mendefinisikan ilmu ekonomi untuk
menganalisis biaya dan keuntungan serta memperbaiki corak penggunaan sumber daya baik
sumber daya alam maupun sumber daya manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Sonny Harry B.Harmadi (n.d.). Modul 1 Konsep Dasar Ilmu Ekonomi.
Rosyidi, S. (2017). Buku Penantar Teori Ekonomi Dalam Pendekatan Kepada Teori Ekonomi
Mikro & Makro. Surabaya.
FOTO KTP