Anda di halaman 1dari 3

Aktor Dan Pelaku Pembuat Kebijakan Publik Dan Pendidikan

Aktor dan pelaku pembuat kebijakan publik dan pendidikan


merupakan orang / kelompok orang yang bertugas
menganalisis/merumuskan/menyusun kebijakan. Pejabat pembuat kebijakan
adalah orang yang mempunyai wewenang yang sah untuk ikut serta dalam
formulasi hingga penetapan kebijakan publik, walau dalam kenyataannya
beberapa orang yang mempunyai wewenang sah untuk bertindak dikendalikan
oleh orang lain. Kebijakan pendidikan adalah kebijakan publik di bidang
pendidikan. Sebagaimana dikemukakan oleh Mark Olsen, Jhon Codd, dan
Anne-Mari O’Neil, kebijakan pendidikan merupakan kunci bagi keunggulan,
bahkan eksistensi, bagi Negara-bangsa dalam persaingan global, sehingga
kebijakan perlu mendapatkan prioritas utama dalam ere-globalisasi. Salah satu
argument utamanya adalah bahwa globalisasi membawa nilai demokrasi.
Demokrasi yang memberikan hasil adalah demokrasi yang didukung oleh
pendidikan.
Pejabat pembuat kebijakan terbagi menjadi dua, yaitu pembuat kebijakan
primer dan pembuat kebijakan suplementer/sekunder/pendukung. Pembuat
kebijakan primer adalah aktor-aktor atau stakeholder yang mempunyai
wewenng konstitusional langsung untuk bertindak , misalnya wewenang
bertindak di parlemen yang tidak harus tergantung pada unit pemerintah lainnya.
Sedangkan pembuat kebijakan suplementer/ sekunder/pendukung (tak resmi),
seperti instansi administrasi, harus mendapat wewenang untuk bertindak dari
lembaga yang lainnya(pembuat kebijakan primer) dan karena itu, paling tidak
secara potensial, ia tergantung atau dapat dikendalikan oleh pembuat kebijakan
primer. Dalam pendidikan, Pelaku kebijakan primer (resmi) pendidikan adalah
perorangan atau lembaga yang secara legal memiliki tanggungjawab berkenaan
dengan pendidikan.. pembuat kebijakan suplementer/
sekunder/pendukung pendidikan adalah individu atau organisasi yang terdiri
dari kelompok kepentingan, partai politik, dan media.
Pejabat pembuat kebijakan diantaranya adalah:
a. Legislatif
Legislatif mengerjakan tugas yang berhubungan dengan tugas politik
sentral dalam pembuatan peraturan dan pembentukan kebijakan dalam
suatu sistem politik. Legislatif lebih berperan dalam pembentukan
kebijakan di negara-negara demokratis daripada di negara-negara
otoriter.
b. Eksekutif
Efektifitas pemerintah selaku lembaga eksekutif secara substansial
tergantung pada kepemimpinan eksekutif, baik dalam pembentukan
kebijakan maupun dalam pelaksanaan kebijakan.
c. Instansi Administrasif
Instansi administrasif merupakan sumber utama usulan
perundang-undangan dibuat dalam suatu sistem politik. Instansi
administrasif tidak hanya mampu mengusulkan perundangan yang
dibutuhkan/diinginkan tetapi, secara aktif merekamendekati dan
berusaha untuk mendesakkan penggunaannya.
d. Lembaga Peradilan
Tinjauan hukum merupakan kekuasaan pengadilan untuk untuk
menentukan hukum bagi kegiatan legislatif dan cabang-cabang
eksekutif serta mengumumkan pembatalan dan tidak berlakunya bila
didapati kegiatan tersebut bertentangan dengan undang-undang.
Partisipasi Non-Pemerintah dalam Pembuat Kebijakan
a. Kelompok Kepentingan
Kelompok Kepentingan merupakan sumber utama pemerintah dalam
memroses kebijakan-kebijakan public ke depan. Dari kelompok-kelompok
kepentingan inilah, biasanya pemerintah menggali keinginan-keinginan atau
kebutuhan-kebutuhan warga yang belum dapat diberikn atau disediakan
dengan baik, sehingga dikemudian hari pemerintah dapat membuat kebijakan
yang lebih komperhensif dan mampu menjawab keinginan/tuntutan dan
kebutuhan masyarakatnya.
b. Partai Politik
Di Negara-negara demokratis sekalipun partai politik berperan sentral
manakala kompetisi pada pemilihan umum dalam rangka untuk mengawasi
sekaligus mengisi orang-orang di pemerintahan.
c. Warga Negara Sebagai Individu
Warga negara mempunyai hak untuk di dengarkan dan pejabat
mempunyai kewajiban untuk mendengarkan. Warga Negara sebagai individu
mempunyai peluang untuk berpartisipasi secara langsung dalam pembuatan
keputusan.

Aktor Kebijakan Publik di Indonesia


1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), perannya adalah untuk
menetapkan UUD, Menetapkan Tap MPR, dan Menetapkan Garis-Garis
Besar Haluan Negara (GBHN).
2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), perannya adalah untuk membentuk
Undang- Undang bersama dengan Presiden.
3. Presiden, tugasnya untuk membentuk UU dengan persetujuan DPR, dan
menetapkan Peraturan Presiden pengganti Perpu.
4. Pemerintah, seperti :
a. Presiden sebagai kepala pemerintahan(pemerintah pusat).
b. Menteri, menetapkan Peraturan Menteri atau Kepututusan menteri
sebagai peraturan pelaksanaan.
c. Lembaga Pemerintah Non-Departemen, menetapkan
peraturan-peraturan yang bersifat teknis, yaitu peraturan pelaksanaan
dari perundang-undangan yang lebih tinggi derajatnya.
d. Direktorat Jendral, Menetapkan/mengeluarkan peraturan-peraturan
pelaksanaan yang bersifat teknis dibidangnya masing-masing.
e. Badan-Badan Negara Lainnya (BUMN, Bank Sentral, dan lain-lain),
mengeluarkan/menetapkan peraturan-peraturan pelaksanaan yang
berisi perincian dari ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang
mengatur di bidang tugas dan fungsinya masing-masing.
f. Pemerintah Daerah Provinsi, menetapkan Peraturan Daerah Provinsi
dengan persetujuan DPRD Provinsi.
g. Pemerintah Daerah Kota/Kabupaten, menetapkan Peraturan dengan
persetujuan DPRD Provinsi/Kotan Daerah Kabupaten/Kota.
5. Kepala Desa, menetapkan peraturan dari keputusan desa dengan
persetujuan Badan Perwakilan Desa (BPD).
6. Dewan Perwakilan Daerah Provinsi, menetapkan Peraturan Daerah
Provinsi bersama-sama dengan Pemerintah Daerah Provinsi.
7. Dewan Perwakilan Daerah Kota/Kabupaten, menetapkan Peraturan
Daerah Kota/Kabupaten bersama-sama dengan Pemerintah Daerah
Kota/Kabupaten.
8. Badan Perwakilan Desa (BPD), menetapkan Peraturan Desa atau
Keputusan Desa bersama-sama dengan Kepala Desa.

Anda mungkin juga menyukai