Anda di halaman 1dari 10

PELAYANAN PUBLIK

Pelayanan Publik
1. Pengertian Menurut Undang Undang No 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik,
pengertian Pelayanan publik adalah segala bentuk kegiatan dalam rangka pengaturan,
pembinaan, bimbingan, penyediaan fasilitas, jasa dan lainnya yang dilaksanakan oleh
aparatur pemerintah sebagai upaya pemenuhan kebutuhan kepada masyarakat sesuai
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Arti lain dari pelayanan publik adalah pelayanan yang dilakukan oleh birokrasi lembaga
lain yang tidak termasuk badan usaha swasta, yang tidak berorientasi pada laba atau
profit. Dalam Undang Undang No 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
menyebutkan pelayanan publik adalah segala kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan dasar sesuai dengan hak-hak dasar setiap warga negara dan penduduk atas
suatu barang, jasa dan atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan yang terkait dengan kepentingan publik. Asas-asas dalam
penyelenggaraan pelayanan publik meliputi:(1) Asas kepastian hukum; (2) Asas
keterbukaan; (3) Asas partisipatif; (4) Asas akuntabilitas; (5) Asas kepentingan umum;
(6) Asas profesionalisme; (7) Asas kesamaan hak; (8) Asas keseimbangan hak dan
kewajiban; (9) Asas efisiensi; (10) Asas efektifitas; (11) Asas imparsial Pelayanan
dalam administrasi adalah pelayanan dalam arti kegiatan, apapun isinya. Oleh sebab itu
administrasi terdapat dalam bentuk atau corak negara apa saja. Dalam kybernologi,
kebutuhan istimewa manusia disebut jasa publik dan layanan civil, keduanya dapat
disebut layanan. Layanan adalah proses output, produk, hasil dan manfaat. Proses
produksi, distribusi dan seterusnya sampai konsumen mendapat manfaat yang
diharapkannya disebut pelayanan. Jadi pelayanan dalam kybernologi adalah pelayanan
publik dan pelayanan civil dalam arti proses, produksi dan outcome yang bersifat
istimewa yang dibutuhkan oleh manusia dan diproses sesuai aspirasi masyarakat.
Merupakan kewajiban pemerintah, tidak terkecuali pemerintah daerah sebagai
penyelenggara utama pelayanan publik untuk melayani kebutuhan publik yang lebih
baik sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik. Penyelenggara
Pelayanan Publik adalah Instansi Pemerintah. Instansi Pemerintah adalah sebutan
kolektif meliputi satuan kerja/satuan organisasi Kementerian, Departemen, Lembaga
Pemerintah Non Departemen, Kesekretariatan Lembaga Tertinggi dan Tinggi Negara,
dan Instansi Pemerintah lainnya, baik Pusat maupun Daerah termasuk Badan Usaha
Milik Negara, Badan Hukum Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah.
2. Jenis Pelayanan Menurut Undang-undang No 25 tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik, pelayanan publik dikelompokkan dalam beberapa jenis yang didasarkan pada
ciri-ciri dan sifat-sifat kegiatan dalam proses pelayanan serta produk pelayanan yang
dihasilkan. Jenis-jenis pelayanan itu adalah sebagai berikut :
Pertama adalah jenis pelayanan administratif, yaitu jenis pelayanan yang diberikan oleh
unit pelayanan berupa kegiatan pencatatan, penelitian, pengambilan keputusan,
dokumentasi dan kegiatan tata usaha lainnya yang secara keseluruhan menghasilkan
produk akhir berupa dokumen, misalnya sertifikat, ijin-ijin, rekomendasi, keterangan
tertulis, pembayaran pajak dan lain-lainnya. Contoh jenis pelayanan ini adalah
pelayanan sertifikat tanah, pelayanan IMB, pelayanan administrasi kependudukan
(KTP, akta kelahiran/ kematian). Kedua, jenis pelayanan barang, yaitu jenis pelayanan
yang diberikan oleh unit pelayanan berupa kegiatan penyediaan dan atau pengolahan
bahan berwujud fisik termasuk distribusi dan penyampaiannya kepada konsumen
langsung sebagai unit atau sebagai individual dalam satu sistem. Secara keseluruhan
kegiatan tersebut menghasilkan produk akhir berwujud benda (berwujud fisik) atau yang
dianggap benda yang memberikan nilai tambah secara langsung bagi penerimanya.
Contoh jenis pelayanan ini adalah pelayanan listrik, pelayanan air bersih, pelayanan
telepon.
Ketiga adalah jenis pelayanan jasa, yaitu jenis pelayanan yang diberikan oleh unit
pelayanan berupa penyediaan sarana dan prasarana serta penunjangnya.
Pengoperasiannya berdasarkan suatu sistem pengoperasian tertentu dan pasti, produk
akhirnya berupa jasa yang mendatangkan manfaat bagi penerimanya secara langsung
dan habis terpakai dalam jangka waktu tertentu. Contoh jenis pelayanan ini adalah
pelayanan angkutan darat, laut dan udara, pelayanan kesehatan, pelayanan
perbankan, pelayanan pos dan pelayanan pemadaman kebakaran.
Pelayanan publik sebagaimana disebutkan tadi diberikan kepada masyarakat manakala
memenuhi persyaratan tertentu. Persyaratan itu biasanya berbentuk dokumen-
dokumen, formulir-formulir, biaya. Pelayanan publik di Indonesia sebagian besar
dilakukan melalui mekanisme tatap muka langsung. Operasionalisasi pelayanan publik
pada umumnya dilaksanakan oleh jajaran birokrasi paling depan yang berhadapan
langsung dengan masyarakat. Jumlah jajaran unit pelayanan ini dipastikan cukup
banyak dan tersebar di berbagai lokasi. Dalam hal ini standarisasi pelayanan menjadi
aspek penting agar pelayanan di satu tempat dengan tempat layanan lainnya tidak
terlalu berbeda.

3. Indikator Pelayanan Amy YS Rahayu berpendapat ada 5 indikator kualitas pelayanan


menurut konsumen, yaitu
1) Tangibles, yaitu fasilitas yang disiapkan pemerintah dalam bentuk sarana fisik kantor,
komputerisasi administrasi, ruang tunggu, tempat informasi dan sebagainya yang
menunjang kelancaran proses pelayanan dan kenyamanan bagi masyarakat yang
dilayani.
2) Realibility, yaitu kemampuan dan keandalan dalam menyediakan pelayanan yang
terpercaya.
3) Responsivness, yaitu kesanggupan pihak pemerintah untuk membantu dan
menyediakan pelayanan secara cepat dan tepat serta tanggap terhadap keinginan
konsumen.
4) Assurance yaitu kualitas pelayanan yang dilihat dari kemampuan petugas
menyakinkan kepercayaan konsumen
5) Emphaty: sikap tegas tetapi ramah dalam memberikan pelayanan kepada konsumen.
Sementara itu standar pelayanan publik yang ditetapkan oleh Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara lebih banyak. Standar itu adalah :
1. Prosedur pelayanan, yang mencakup variabel prosedur tetap/standart operasional
pelayanan (SOP) secara terbuka, konsistensi pelaksanaan prosedur dan tingkat
kemudahan serta kelancaran pelayanan;
2. Keterbukaan informasi pelayanan, terutama keterbukaan informasi mengenai
prosedur, persyaratan dan biaya pelayanan dengan jelas dapat diketahui oleh
masyarakat, ketersediaan media informasi termasuk petugas yang menangani untuk
menunjang kelancaran pelayanan;
3. Kepastian pelaksanaan pelayanan, yang meliputi waktu pelaksanaan dan biayanya,
termasuk konsistensi pelaksanaan;
4. Mutu produk pelayanan, yaitu kualitas pelayanan meliputi aspek cara kerja
pelayanannya, apakah cepat/tepat, apakah hasil kerjanya baik/rapi/ benar/layak;
5. Tingkat profesional petugas, ialah tingkat kemampuan ketrampilan kerja petugas
mengenai, sikap, perilaku dan kedisiplinan dalam memberikan pelayanan, apakah ada
kebijakan untuk memotivasi semangat kerja para petugas;
6. Tertib pengelolaan administrasi dan manajemen pelayanan, ialah bagaimana
kegiatan pencatatan administrasi pelayanan, pengelolaan berkas apakah dilakukan
dengan baik/tertib, motto kerja, dan apakah pembagian tugas dilaksanakan dengan
baik serta kebijakan setempat yang mendorong motivasi semangat kerja para petugas;
7. Sarana dan fasilitas pelayanan, yaitu keberadaan sarana dan fasilitas pelayanan
sesuai dengan fungsinya, Sarana itu tidak hanya dilihat dari aspek penampilannya
tetapi sejauhmana fungsi dan dayaguna dari sarana/fasilitas tersebut dalam menunjang
kemudahan, kelancaran proses pelayanan dan memberikan kenyamanan pada
pengguna pelayanan;
8. Prestasi lain yang dapat mendorong peningkatan kinerja pelayanan, yang
memberikan kemanfaatan pada masyarakat.
Menurut Prijono untuk memberikan pelayanan publik yang baik dalam rangka
mewujudkan pemerintahan yang baik (Good Governance) paling tidak terdapat lima
prasyarat yang perlu dipenuhi, yaitu :
1. Partisipasi yang berarti mendorong masyarakat untuk ikut ambil bagian dari proses
pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun tidak
2. Mengupayakan adanya saling percaya diantara masyarakat dan pemerintah. Untuk
ini birokrasi pemerintah harus mengusahakan adanya kemudahan bagi masyarakat
luas untuk mendapatkan informasi yang lengkap dan faktual. Prinsip ini yang disebut
dengan sebutan transparansi.
3. Kemampuan untuk mensikapi setiap masalah yang timbul, menampung aspirasi dan
keluhan masyarakat secara tepat tanpa ada perbedaan.
4. Profesionalisme yang terlihat dari kemauan, kemampuan dan keahlian birokrasi
pemerintah sehingga mereka mampu melayani publik secara mudah, cepat, akurat dan
sesuai dengan permintaan.
5. Akuntabilitas dari setiap kebijakan publik, terutama yang menyangkut kepentingan
politik, perpajakan maupun anggaran pemerintah
Dari konsep-konsep tersebut maka dapat disimpulkan ada tiga indikator dalam
pelayanan publik, yaitu 1) Fasilitasi kebutuhan fisik kantor yang mampu menciptakan
kenyamanan dan kelancaran proses pelayanan;
2) Komunikatif terhadap masyarakat yang dilayani, dalam memberi informasi prosedur
pelayanan yang dibarengi dengan sikap perilaku dan ketrampilan yang cukup; 3)
Konsistensi proses pelayanan sesuai dengan ketentuan-ketentuan, prosedur dan
norma-norma etika birokrasi.

4. Pelayanan Kepada masyarakat Hakekat pelayan publik adalah pemberian pelayanan


prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah
sebagai abdi masyarakat.
Tujuan dari pelayanan publik adalah :
1. Mewujudkan kepastian tentang hak, tanggung jawab, kewajiban, dan kewenangan
seluruh pihak yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan publik;
1. Mewujudkan sistem penyelenggaraan pelayanan yang baik sesuai dengan asas-asas
umum penyelenggaraan pemerintahan yang baik;
2. Terpenuhinya hak-hak masyarakat dalam memperoleh pelayanan publik secara
maksimal;
3. Mewujudkan partisipasi dan ketaatan masyarakat dalam meningkatkan kualitas
pelayanan publik sesuai dengan mekanisme yang berlaku;
Ruang lingkup pelayanan publik meliputi semua bentuk pelayanan yang berkaitan
dengan kepentingan publik yang diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan
publik.
Dalam UU No 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik hak penerima layanan publik
adalah sebagai berikut :
1. Mendapatkan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan asas-asas dan tujuan
pelayanan publik serta sesuai standar pelayanan publik yang telah ditentukan;
2. Mendapatkan kemudahan untuk memperoleh informasi selengkap-lengkapnya
tentang sistem, mekanisme dan prosedur dalam pelayanan publik;
3. Memberikan saran untuk perbaikan pelayanan publik;
4. Mendapatkan pelayanan yang tidak diskriminatif, santun, bersahabat dan ramah;
5. Memperoleh konpensasi apabila tidak mendapatkan pelayanan sesuai standar
pelayanan publik yang telah ditetapkan;
6. Menyampaikan pengaduan kepada penyelenggara pelayanan publik atau Komisi
Pelayanan Publik untuk mendapatkan penyelesaian;
7. Mendapatkan penyelesaian atas pengaduan yang diajukan sesuai mekanisme yang
berlaku;
8. Mendapatkan pembelaan, perlindungan dalam upaya penyelesaian sengketa
pelayanan publik. Sedangkan kewajiban penerima layanan publik adalah :
1) Mentaati mekanisme, prosedur dan persyaratan dalam penyelenggaraan pelayanan
publik;
2) Memelihara dan menjaga berbagai sarana dan prasarana pelayanan publik;
3) Mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik dan penyelesaian sengketa
pelayanan publik. Masyarakat juga mempunyai kesempatan yang sama dan seluas-
luasnya untuk berperan serta dalam penyelenggaraan pelayanan publik, yang dilakukan
dengan cara :
a) Berperan serta dalam merumuskan standar pelayanan publik;
b) Meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat dan kemitraan dalam
penyelenggaraan pelayanan publik;
c) Menumbuhkembangkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat dalam
penyelenggaraan pelayanan publik;
d) Menumbuhkan ketanggapsegeraan masyarakat untuk melakukan pengawasan
dalam penyelenggaraan pelayanan publik;
e) Memberikan saran atau pendapat dalam rangka penyelenggaraan publik;
f) Menyampaikan informasi dan atau memperoleh informasi di bidang penyelenggaraan
pelayanan publik.
Agar penyelenggaraan administrasi negara benar-benar untuk kepentingan rakyat,
maka diperlukan :
1. Social participation (ikut serta rakyat dalam administrasi)
2. Social Responsibility (pertanggungjawaban administrator)
3. Social Support (dukungan dari rakyat pada administrasi negara)
4. Social control (pengawasan dari rakyat kepada kegiatan administrasi negara).

MATERI KEBIJAKAN PUBLIK

Kebijakan Publik (Inggris:Public Policy) adalah keputusan-keputusan yang mengikat


bagi orang banyak pada tataran strategis atau bersifat garis besar yang dibuat oleh
pemegang otoritas publik. Sebagai keputusan yang mengikat publik maka kebijakan
publik haruslah dibuat oleh otoritas politik, yakni mereka yang menerima mandat dari
publik atau orang banyak, umumnya melalui suatu proses pemilihan untuk bertindak
atas nama rakyat banyak. Selanjutnya, kebijakan publik akan dilaksanakan oleh
administrasi negara yang di jalankan oleh birokrasi pemerintah. Fokus utama kebijakan
publik dalam negara modern adalah pelayanan publik, yang merupakan segala sesuatu
yang bisa dilakukan oleh negara untuk mempertahankan atau meningkatkan kualitas
kehidupan orang banyak. Menyeimbangkan peran negara yang mempunyai kewajiban
menyediakan pelayan publik dengan hak untuk menarik pajak dan retribusi; dan pada
sisi lain menyeimbangkan berbagai kelompok dalam masyarakat dengan berbagai
kepentingan serta mencapai amanat konstitusi.

Setiap sistem politik pada dasarnya memproduksi kebijakan publik. Dan sistem politik
itu bisa berupa negara, propinsi, kabupaten/kota, desa, bahkan RT dan RW. “Institusi”
seperti ASEN, EU, PBB dan WTO adalah sistem politik juga, yang dapat disebut supra-
negara.
Kebijakan publik tidak selalu dilakukan oleh birokrasi (saja), melainkan dapat pula
dilaksanakan oleh perusahaan swasta, LSM ataupun masyarakat langsung. Misalnya,
suatu sistem politik dapat memutuskan untuk memberantas nyamuk. Sistem politik itu
dapat memerintah –tentu saja disertai kompensasi– sebuah perusahaan swasta untuk
melakukan penyemprotan nyamuk.

Terminologi
Terminologi kebijakan publik menunjuk pada serangkaian peralatan pelaksanaan yang
lebih luas dari peraturan perundang-undangan, mencakup juga aspek anggaran dan
struktur pelaksana. Siklus kebijakan publik sendiri bisa dikaitkan dengan pembuatan
kebijakan, pelaksanaan kebijakan, dan evaluasi kebijakan. Bagaimana keterlibatan
publik dalam setiap tahapan kebijakan bisa menjadi ukuran tentang tingkat kepatuhan
negara kepada amanat rakyat yang berdaulat atasnya. Dapatkah publik mengetahui
apa yang menjadi agenda kebijakan, yakni serangkaian persoalan yang ingin
diselesaikan dan prioritasnya, dapatkah publik memberi masukan yang berpengaruh
terhadap isi kebijakan publik yang akan dilahirkan. Begitu juga pada tahap
pelaksanaan, dapatkah publik mengawasi penyimpangan pelaksanaan, juga apakah
tersedia mekanisme kontrol publik, yakni proses yang memungkinkan keberatan publik
atas suatu kebijakan dibicarakan dan berpengaruh secara signifikan. Kebijakan publik
menunjuk pada keinginan penguasa atau pemerintah yang idealnya dalam masyarakat
demokratis merupakan cerminan pendapat umum (opini publik). Untuk mewujudkan
keinginan tersebut dan menjadikan kebijakan tersebut efektif, maka diperlukan
sejumlah hal: pertama, adanya perangkat hukum berupa peraturan perundang-
undangan sehingga dapat diketahui publik apa yang telah diputuskan; kedua, kebijakan
ini juga harus jelas struktur pelaksana dan pembiayaannya; ketiga, diperlukan adanya
kontrol publik, yakni mekanisme yang memungkinkan publik mengetahui apakah
kebijakan ini dalam pelaksanaannya mengalami penyimpangan atau tidak. Dalam
masyarakat autoriter kebijakan publik adalah keinginan penguasa semata, sehingga
penjabaran di atas tidak berjalan. Tetapi dalam masyarakat demokratis, yang kerap
menjadi persoalan adalah bagaimana menyerap opini publik dan membangun suatu
kebijakan yang mendapat dukungan publik. Kemampuan para pemimpin politik untuk
berkomunikasi dengan masyarakat untuk menampung keinginan mereka adalah satu
hal, tetapi sama pentingnya adalah kemampuan para pemimpin untuk menjelaskan
pada masyarakat kenapa suatu keinginan tidak bisa dipenuhi. Adalah naif untuk
mengharapkan bahwa ada pemerintahan yang bisa memuaskan seluruh masyarakat
setiap saat, tetapi adalah otoriter suatu pemerintahan yang tidak memperhatikan
dengan sungguh-sungguh aspirasi dan berusaha mengkomunikasikan kebijakan yang
berjalan maupun yang akan dijalankannya. dalam pendekatan yang lain kebijakan
publik dapat dipahami dengan cara memilah dua konsepsi besarnya yakni kebijakan
dan publik. terminologi kebijakan dapat diartikan sebagai pilihan tindakan diantara
sejumlah alternatif yang tersedia. artinya kebijakan merupakan hasil menimbang untuk
selanjutnya memilih yang terbaik dari pilihan-pilihan yang ada. dalam konteks makro hal
ini kemudian diangkat dalam porsi pengambilan keputusan. Charles Lindblom adalah
akademisi yang menyatakan bahwa kebijakan berkaitan erat dengan pengambilan
keputusan. Karena pada hakikatnya sama-sama memilih diantara opsi yang tersedia.
Sedangkan terminologi publik memperlihatkan keluasan yang luar biasa untuk
didefinisikan. akan tetapi dalam hal ini setidaknya kita bisa mengatakan bahwa publik
berkaitan erat dengan state, market dan civil society. merekalah yang kemudian
menjadi aktor dalam arena publik. sehingga publik dapat dipahami sebagai sebuah
ruang dimensi yang menampakan interaksi antar ketiga aktor tersebut.
Tahap-Tahap Kebijakan Publik
Kebijakan Publik secara keilmuan dapat dilaksanakan bertahap, yaitu:
1. identifikasi permasalahan
2. skala prioritas
3. rancangan kebijakan
4. pengesahan
5. pelaksanaan/implementasi
6. evaluasi / penilaian
Pelaksanaan Kebijakan Publik
Dalam pelaksanaannya, kebijakan publik ini harus diturunkan dalam serangkaian
petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang berlaku internal dalam birokrasi.
Sedangkan dari sisi masyarakat, yang penting adalah adanya suatu standar pelayanan
publik, yang menjabarkan pada masyarakat apa pelayanan yang menjadi haknya, siapa
yang bisa mendapatkannya, apa persyaratannnya, juga bagaimana bentuk layanan itu.
Hal ini akan mengikat pemerintah (negara) sebagai pemberi layanan dan masyarakat
sebagai penerima layanan. Fokus politik pada kebijakan publik mendekatkan kajian
politik pada administrasi negara, karena satuan analisisnya adalah proses pengambilan
keputusan sampai dengan evaluasi dan pengawasan termasuk pelaksanaannya.
Dengan mengambil fokus ini tidak menutup kemungkinan untuk menjadikan kekuatan
politik atau budaya politik sebagai variabel bebas dalam upaya menjelaskan kebijakan
publik tertentu sebagai variabel terikat.

1. Pengertian Kebijakan Publik Menurut Para Ahli

Thomas R. Dye
Thomas R. Dye, Mengatakan bahwa pengertian kebijakan publik Merupakan segala
sesuatu yang dikerjakan pemerintah, mengapa mereka melakukan, dan hasil yang
membuat sebuah kehidupan bersama tampil berbeda
Carl Frederich
Carl Frederich, Mengatakan bahwa pengertian kebijakan publik Merupakan
serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam
suatu lingkungan tertentu, dengan ancaman dan peluang yang ada
David Easton
David Easton, Mengatakan bahwa pengertian kebijakan publik merupakan pengaruh
dan aktivitas pemerintah.

2. Macam-Macam Kebijakan Publik

a. Kebijakan Umum Ekstraktif


Kebijakan umum ekstraktif merupakan penyerapan sumber-sumber materiil dan sumber
daya manusia yang ada di masyarakat. Seperti pemungutan pajak dan tarif, iuran dan
retribusi dari masyarakat, dan pengolahan sumber alam yang terkandung dalam
wilayah negara
b. Kebijakan Umum Distributif
Kebijakan umum distributif merupakan pelaksanaan distrubusi dan alokasi sumber-
sumber kepada masyarakat. Distribusi berarti pembagian secara relatif merata kepada
semua anggota masyarkat, sedangkan alokasi berarti yang mendapat bagian
cenderung kelompok atau sektor masyarakat tertentu sesuai dengan skala prioritas
yang ditetapkan atau sesuai dengan situasi yang dihadapi pada waktu itu.
c. Kebijakan Umum Regulatif
Kebijakan umum regulatif merupakan pengaturan perilaku anggota masyarakat.
Kebijakan umum yang bersifat regulatif merupakan peraturan dan kewajiban yang
harus dipatuhi oleh warga masyarakat dan para penyelenggara pemerintahan negara.

3. Fungsi Kebijakan Publik

Tentu saja sebuah sistem kebijakan di ciptakan memiliki Fungsi-fungsi, Nah fungsi dari
kebijakan tersebut adalah sebagai berikut ini.

Menciptakan ketertiban dalam masyarakat demi kelancaran pelakanan kebijaksanaan


ekstraktif dan distributif
Menjamin hak asasi warga masyarakat dari penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan
oleh penyelenggara pemerintahan ataupun kelompok dominan di masyarakat.

4. Perumusan Kebijakan Publik

Pembuatan kebijakan publik dilakukan memalui proses yang mana proses itu
dinamakan perumusan kebijakan publik, dan alur perumusan kebijakan publik secara
umum adalah sebagai berikut ini.

Proses Input
Proses input adalah proses masukan yang terdiri atas tuntutan, kritikan ataupun
dukungan yang berasal dari masyarakat.
Pengolahan Input
Tuntuan, kritikan, ataupun dukungan yang ada akan diklasifikasikan satu per satu
menjadi rekomendasi. Setelah itu input akan dibahas oleh pembuat kebijakan seperti
peemrintah, DPR, DPRD provinsi, DPRD kabupaten/kota, tokoh masyarakat, atau tokoh
agama. Hasil pembahasan oleh pembuata kebijakan tersebut akan menghasilkan suatu
keputusan yang akan menjadi suatu kebijakan.
Proses Output
Hasil keputusan yang telah menjadi kebijakan publik yang jika diimplementasikan atau
dilaksanakan oleh seluruh masyarakat. Hasil pelaksanaan kebijakan tersebut akan
dievaluasi kembali untuk perbaikan atau penyempurnaan kebijakan selanjutnya.

Teman-teman sekarang sudah mengertikan apa itu kebijakan publik, saya rasa dengan
adanya pembahasan ini teman-teman tentu akan semakin mengerti tentang kebijakan
publik, buat yang sedang mengerjakan tugas, selamat mengerjakan tugas ya, Rajin-
rajin belajar agar nantinya bisa mendapatkan hasil yang maksimal, terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai