Menyatakan bahwa:
Darmawan Sidik
LAPORAN AUDITOR SPI BLU LPMUKP No. ………………..
BLU LPMUKP
Kami telah mengaudit laporan keuangan Badan Pemeriksa terlampir, yang terdiri dari Neraca
tanggal 31 Desember 2018, serta laporan realisasi anggaran, laporan operasional, dan
laporan perubahan ekuitas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, dan suatu
ikhtisar kebijakan akuntansi signifikan dan informasi penjelasan lainnya.
Manajemen bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian wajar laporan keuangan ini sesuai
dengan Standar Akuntansi Pemerintahan di Indonesia, dan atas pengendalian internal yang
dianggap perlu oleh manajemen untuk memungkinkan penyusunan laporan keuangan yang
bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun
kesalahan.
Tanggung jawab kami adalah untuk menyatakan suatu opini atas laporan keuangan tersebut
berdasarkan audit kami. Kami melaksanakan audit berdasarkan Standar Audit yang
ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia dan Standar Pemeriksaan Keuangan
Negara Yang diterbitkan oleh Kementerian Keuangan RI. Standar tersebut mengharuskan
kami untuk mematuhi ketentuan etika serta keyakinan memadai tentang apakah laporan
keuangan tersebut bebas dari kesalahan penyajian material.
untuk audit melibatkan pelaksanaan prosedur untuk memperoleh bukti audit tentang angka-
angka dan pengungkapan daiam Laporan Keuangan. Prosedur yang dipilih sesuai dengan prosedur
standart SPI BLU LPMUKP dengan mempertimbangkan masukan masukan mitra lembaga konsutasi
auditor. termasuk penilaian atas risiko kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan,
baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan. Dalam melakukan penilaian risiko
tersebut, auditor mempertimbangkan pengendalian internal yang relevan dengan pcnyusunan
dan penyajian wajar laporan keuangan entitas untuk merancang prosedur audit yang tepat
sesuai dengan kondisinya, etapi bukan untuk tujuan menyatakan opini atas keefektivitasan
pengendalian internal entitas.
Suatu adit juga mencakup pengevaluasian atas ketepatan kebijakan akuntansi yang
digunakan dan kewajajaran estimasi akuntansi yang dibuat oleh manajemen, serta
pengevaluasian atas penyajian laporan keuangan secara keseluruhan.
Menurut kami, laporan keuangan yang disajikan telah menggambarkan pelaksanaan kegiatan
dan transaksi keuangan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan BLU
LPMYKP tanggal 31 Desember 2019, realisasi anggaran serta kinerja keuangan untuk tahun
yang berakhir pada tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan di
Indonesia.
(Dalam Rupiah)
URAIAN CATATAN 2019 2018
ASET
ASET LANCAR
Kas di Bendahara Pengeluaran D.1 - -
Kas Lainnya dan Setara Kas D.2 - 383.870
Kas pada Badan Layanan Umum D.3 79.080.567.361 27.095.500.565
Piutang Bukan Pajak - -
Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Piutang dari Kegiatan - -
Operasional BLU - -
Pendapatan yang Masih harus Diterima - -
Persediaan D.4 16.840.600 16.052.000
Jumlah Aset Lancar 79.097.407.961 27.111.936.435
INVESTASI JANGKA PANJANG
Dana Bergulir D.5 323.952.927.325 213.739.687.209
Jumlah Investasi Jangka Panjang 323.952.927.325 213.739.687.209
ASET TETAP
Tanah - -
Peralatan dan Mesin D.6 2.785.444.675 2.595.547.425
Gedung dan Bangunan - -
Jalan, Irigasi, dan Jaringan - -
Aset Tetap Lainnya D.7 95.000.000 95.000.000
Konstruksi dalam pengerjaan - -
Akumulasi Penyusutan D.8 (1.824.857.002) (1.329.056.702)
Jumlah Aset Tetap 1.055.587.673 1.361.490.723
ASET LAINNYA
Aset Tidak Berwujud D.9 1.336.756.000 1.336.756.000
Dana Kelolaan Badan Layanan Umum D.10 1.026.047.072.675 1.136.260.312.791
akumulasi penyusutan dan amortisasi aset lainnya D.11 (586.548.500) (464.222.125)
Jumlah Aset Lainnya 1.026.797.280.175 1.137.132.846.666
JUMLAH ASET 1.430.903.203.134 1.379.345.961.033
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Utang Jangka Panjang BLU Kepada BUN D.13 1.350.000.000.000 1.350.000.000.000
JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PANJANG 1.350.000.000.000 1.350.000.000.000
JUMLAH KEWAJIBAN 1.350.000.000.000 1.350.000.000.000
EKUITAS
Ekuitas D.14 80.903.203.134 29.345.961.033
JUMLAH EKUITAS 80.903.203.134 29.345.961.033
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS 1.430.903.203.134 1.379.345.961.033
LEMBAGA PENGELOLA MODAL USAHA
KELAUTAN DAN PERIKANAN
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 Desember 2019 DAN 31 Desember 2018
(Dalam Rupiah)
2019 2018
URAIAN CATATAN % thd Angg
ANGGARAN REALISASI REALISASI
PENDAPATAN
PENERIMAAN NEGARA - - 0,00 -
Penerimaan Perpajakan - - 0,00
Penerimaan Negara Bukan Pajak B.1 71.594.000.000 71.785.649.043 100,27 37.388.226.909
HIBAH - - 0,00
JUMLAH PENDAPATAN 71.594.000.000 71.785.649.043 100,27 37.388.226.909
BELANJA B.2
Belanja Pegawai - - 0,00 -
Belanja Barang B.2.1 82.310.454.000 27.936.300.519 33,94 25.312.854.734
Belanja Modal B.2.2 890.500.000 189.897.250 21,32 1.064.728.000
Belanja Bantuan Sosial - - 0,00 -
JUMLAH BELANJA 83.200.954.000 28.126.197.769 33,81 26.377.582.734
LEMBAGA PENGELOLA MODAL USAHA
KELAUTAN DAN PERIKANAN
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 Desember 2019 DAN 31 Desember 2018
(Dalam Rupiah)
URAIAN Catatan 2019 2018
KEGIATAN OPERASIONAL
PENDAPATAN OPERASIONAL
Pendapatan dari Alokasi APBN E.1 8.325.615.522 12.471.234.440
Pendapatan Jasa Layanan dari Masyarakat E.2 13.112.103.207 6.156.115.647
Pendapatan Jasa Layanan dari Entitas Lain - -
Pendapatan Hibah BLU - -
Pendapatan Hasil Kerja Sama BLU - -
Pendapatan BLU Lainnya E.3 58.673.545.836 31.232.495.132
JUMLAH PENDAPATAN 80.111.264.565 49.859.845.219
BEBAN OPERASIONAL
Beban Pegawai E.4 14.476.416.984 7.483.203.576
Beban Persediaan E.5 246.299.650 349.984.300
Beban Barang dan Jasa E.6 3.786.321.847 8.268.441.575
Beban Pemeliharaan E.7 281.267.500 540.988.898
Beban Perjalanan Dinas E.8 9.146.358.238 8.570.246.685
Beban Barang untuk Diserahkan kepada Masyarakat - -
Beban Penyusutan dan Amortisasi E.9 618.126.675 647.618.029
Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih - -
JUMLAH BEBAN OPERASIONAL 28.554.790.894 25.860.483.063
SURPLUS (DEFISIT) DARI KEGIATAN OPERASIONAL 51.556.473.671 23.999.362.156
KEGIATAN NON OPERASIONAL
Pendapatan Pelepasan Aset Nonlancar - -
Beban pelepasan Aset Non Lancar - -
Jumlah Surplus/(defisit) Pelepasan Aset Non Lancar - -
SURPLUS/(DEFISIT) PENYELESAIAN KEWAJIBAN JANGKA PANJANG - -
Pendapatan Pelepasan Aset Non Lancar - -
Beban penyelesaian kewajiban jangka panjang - -
SURPLUS/(DEFISIT) DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL LAINNYA
Pendapatan dari kegiatan non operasional lainnya 1.215.100 75.000
beban dari kegiatan non operasional lainnya 62.800 862.000
Jumlah Surplus/(defisit) dari kegiatan non operasional lainnya 1.152.300 (787.000)
SURPLUS/DEFISIT dari kegiatan non operasional E.10 1.152.300 (787.000)
POS LUAR BIASA
Beban Luar Biasa - -
SURPLUS/DEFISIT DARI POS LUAR BIASA - -
SURPLUS/(DEFISIT) - LO 51.557.625.971 23.998.575.156
LEMBAGA PENGELOLA MODAL USAHA
KELAUTAN DAN PERIKANAN
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 Desember 2019 DAN 31 Desember 2018
(Dalam Rupiah)
URAIAN CATATAN 2019 2018
EKUITAS AWAL G.1 29.345.961.033 5.345.177.451
SURPLUS/DEFISIT LO G.2 51.557.625.971 23.998.575.156
KOREKSI YANG MENAMBAH/MENGURANGI (383.870) 2.208.426
EKUITAS
Penyesuaian Nilai Aset - -
Koreksi Nilai Persediaan - -
Selisih Revaluasi Aset Tetap - -
Koreksi Nilai Aset Tetap Non Revaluasi G.3 (383.870) 2.208.426
Koreksi Lain-Lain - -
TRANSAKSI ANTAR ENTITAS G.4 - -
KENAIKAN/PENURUNAN EKUITAS G.5 51.557.242.101 24.000.783.582
EKUITAS AKHIR G.6 80.903.203.134 29.345.961.033
LEMBAGA PENGELOLA MODAL USAHA
KELAUTAN DAN PERIKANAN
LAPORAN ARUS KAS
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 Desember 2019 DAN 31 Desember 2018
(Dalam Rupiah)
URAIAN 2019 2018
ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI F.1
Arus Masuk Kas: F.1.1
Pendapatan dari Alokasi APBN F.1.1.1 8.325.615.522 12.471.234.440
Pendapatan dari Jasa Layanan kepada Masyarakat F.1.1.2 13.112.103.207 6.156.115.647
Pendapatan dari Jasa Layanan kepada Entitas Lain - -
Pendapatan dari Hasil Kerja Sama - -
Pendapatan dari Hibah - -
Pendapatan Usaha Lainnya F.1.1.3 58.673.545.836 31.232.495.132
Penerimaan dari Pengembalian Belanja BLU TAYL - -
Pendapatan PNBP Umum - -
Jumlah Arus Masuk Kas 80.111.264.565 49.859.845.219
MENTERI
DEWAN
PENGAWAS
TENAGA
DIREKTUR
AHLI
SATUAN
PEMERIKSAAN INTERN
SUBDIVISI
SUBDIVISI KEMITRAAN DAN SUBDIVISI
UMUM PENDAMPINGAN USAHA PENGELOLAAN RISIKO
Garis Komando
Divisi Operasional dan Kemitraan Usaha terdiri dari 2 (dua) subdivisi, yaitu:
a. Subdivisi Operasional mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
penyusunan rencana operasional penyaluran dana kelolaan, standar
operasional prosedur, pedoman, dan petunjuk teknis pengelolaan dana
kelolaan, pengelolaan dokumen administrasi penyaluran dana kelolaan,
monitoring, evaluasi, dan pelaporan.
b. Subdivisi Kemitraan dan Pendampingan Usaha mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan kerja sama dengan stakeholders,
pelaksanaan kegiatan kemitraan dan pendampingan usaha serta
pelatihan.
Divisi Keuangan dan Pengelolaan Resiko terdiri dari 2 (dua) subdivisi, yaitu:
a. Subdivisi Keuangan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perencanaan, pengembangan, dan pengelolaan anggaran dan keuangan,
transaksi penyaluran dana, penyusunan system akuntansi, laporan
keuangan, serta pengembangan dana kelolaan dan pendapatan.
b. Subdivisi Pengelolaan Risiko mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan penilaian kelayakan proposal pinjaman, pengelolaan risiko,
investasi, dan aset.
1. Visi LPMUKP
Penetapan Visi LPMUKP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari rencana
strategis bisnis, hal ini karena Visi dapat memberikan arahan dan fokus strategi yang
jelas bagi peningkatan layanan LPMUKP kepada masyarakat kelautan dan perikanan.
Upaya penguatan dan pengembangan usaha sektor kelautan dan perikanan dilakukan
oleh LPMUKP degan cara penguatan faktor produksi modal bagi UMKM-KP melalui
pengelolaan dana bergulir. Atas dasar hal tersebut, maka ditetapkan Visi LPMUKP
yaitu:
”Menjadi lembaga pengelola modal usaha produktif yang profesional, akuntabel dan
transparan untuk kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan”
2. Misi LPMUKP
Misi LPMUKP tentunya merupakan penjabaran dari Visi LPMUKP itu sendiri. Dalam
komponen Visi, terdapat sejumlah hal yang menjadi landasan dalam penyusunan Misi
LPMUKP, antara lain:
a) Aspek profesionalitas, melalui profesionalisme pelayanan LPMUKP kepada
masyarakat kelautan dan perikanan yang dituangkan dalam bentuk tata kelola
yang baik (good corporate governance);
b) Aspek keuangan, melalui pengelolaan dana bergulir penguatan modal usaha
kelautan dan perikanan yang akuntabel dan transparan;
c) Aspek kesejahteraan, melalui peningkatan kesejahteraan masyarakat kelautan
dan perikanan yang ditunjukkan dengan peningkatan kemampuan stakeholders
utama LPMUKP yaitu UMKM-KP dan LKM-KP
d) Aspek kerjasama, melalui langkah kerjasama baik internal maupun eksternal
dengan berbagai pihak yang terkait guna penguatan modal serta pengembangan
usaha kelautan dan perikanan.
Berdasarkan penjelasan di atas, dalam rangka mencapai tujuan ideal yang telah
ditetapkan dalam Visi LPMUKP, maka Misi LPMUKP ditetapkan sebagai berikut:
1) Mengimplementasikan tata kelola yang baik dalam pelayanan kepada masyarakat
2) Mengelola dana modal usaha kelautan dan perikanan secara akuntabel dan
transparan
3) Meningkatkan kemampuan UMKM dan LKM Kelautan dan Perikanan dalam
mengelola modal usaha
4) Meningkatkan kerjasama strategis dengan pemangku kepentingan terkait
penguatan modal usaha UMKM dan LKM Kelautan dan Perikanan
1. Stakehoders Perspective
Perspektif ini menjabarkan visi BLU LPMUKP “Mensejahterakan Masyarakat Kelautan
dan Perikanan” serta mencakup sasaran strategis yang ingin diwujudkan untuk
memenuhi harapan sehingga dinilai berhasil dari sudut pandang stakeholder. Adapun
sasaran strategis yang akan dicapai adalah:
Sasaran Strategis 1: Tersedianya permodalan usaha untuk kelompok masyarakat
kelautan dan perikanan dengan indikator kinerja utama persentase modal usaha
yang tersalurkan
2. Customer Perspective
Perspektif ini merupakan leading indicator BLU LPMUKP dalam mewujudkan layanan
pengelolaan dana bergulir kepada UMKM-KP melalui pencapaian sasaran strategis
yang telah ditetapkan. Adapun sasaran strategis yang akan dicapai diantaranya
sebagai berikut:
Sasaran Strategis 2: Penyaluran dana bergulir dengan indikator kinerja utama
persentase realisasi terhadap target penyaluran dana bergulir
Sasaran Strategis 3: Jumlah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Kelautan
Perikanan (UMKM-KP) penerima modal usaha dengan indikator kinerja utama
persentase realisasi UMKM-KP terhadap target penerima modal usaha
5. Financial Perspective
Badan Layanan Umum memiliki karakteristik menarik dalam hal orientasi keuntungan,
dimana dalam ketentuannya pengelolaan BLU tidak didasarkan untuk mencari
keuntungan namun atas dasar prinsip efisiensi dan produktivitas. Oleh karena itu
dalam perspektif ini sasaran strategis yang ditetapkan diantaranya sebagai berikut:
Optimaslisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dengan indikator kinerja
utama persentase realisasi terhadap target PNBP BLU LPMUKP
Strategi umum yang telah ditetapkan tersebut selanjutnya dituangkan ke dalam sasaran
strategis BLU LPMUKP melalui lima perspektif balanced scorecard diantaranya sebagai
berikut:
Tabel. 3.1 Matriks Langkah Strategis BLU LPMUKP
Customer Penyaluran dana bergulir Meningkatkan volume penyaluran dan jumlah pemanfaat dana bergulir Persentase realisasi terhadap
Perspective Jumlah Usaha Mikro, Kecil dan LPMUKP melalui penambahan cakupan wilayah lokasi layanan target penyaluran dana bergulir
Menengah Kelautan Perikanan pendampingan (LLP). Persentase realisasi UMKM-KP
(UMKM-KP) penerima modal Melakukan kegiatan sosialisasi dan koordinasi dalam rangka sinergisitas terhadap target penerima modal
usaha program dana bergulir LPMUKP. usaha
Melakukan kegiatan identifikasi dan pemetaan potensi pelaku usaha
sektor KP agar penyaluran dana kelolaan dapat tepat sasaran.
Melakukan peningkatan kapasitas dan manajemen usaha melalui layanan
pendampingan.
Internal Proposal yang diproses oleh Penyempurnaan sistem dan manajemen mitigasi risiko penyaluran dana Persentase realisasi proposal yang
Process Komite Pinjaman bergulir diproses oleh komite pinjaman
Perspective Piutang bermasalah Penerapan pengendalian intern dan monitoring pelaksanaan dan terhadap target yang ditetapkan
(Nonperforming Loan) kegiatan LPMUKP Rasio putang bermasalah terhadap
Jumlah layanan pengelolaan Melakukan peningkatan kapasitas dan kompetensi SDM LPMUKP dalam outstanding dana bergulir
penyaluran modal usaha rangka penguatan kelembagaan Realisasi layanan pengelolaan
Penyusunan kelengkapan peraturan terkait operasional pengelolaan penyaluran modal usaha
dana bergulir LPMUKP
Learn and Modernisasi pengelolaan BLU Implementasi sitem teknologi informasi yang terintegrasi dalam rangka Persentase penyelesaian
Growth peningkatan akurasi, kecepatan dan kualitas pelayanan penyaluran dana modernisasi pengelolaan BLU.
Perspective bergulir LPMUKP
Financial Optimaslisasi Penerimaan Negara Meningkatkan pendapatan jasa layanan dan pendapatan lainnnya Persentase realisasai terhadap
Perspective Bukan Pajak (PNBP) target PNBP BLU LPMUKP
Gambar 3.2 Peta Strategis BLU LPMUKP Tahun 2015-2019
Target Pencapaian
Sasaran Strategis Uraian Indikator Kinerja
2017 2018 2019
Stakeholder Perspective
1 Tersedianya permodalan 1.1 Persentase modal usaha > 75 % > 75 % > 75 %
usaha untuk kelompok yang tersalurkan
masyarakat kelautan dan
perikanan
Customer Perspective
2 Penyaluran dana bergulir 2.1 Realisasi penyaluran dana 375 975 1.04
bergulir MIliar MIliar Triliun
3 Jumlah Usaha Mikro, Kecil 3.1 Realisasi UMKM-KP 4.197 10.059 10.836
dan Menengah Kelautan penerima modal usaha KUKP KUKP KUKP
Target Pencapaian
Sasaran Strategis Uraian Indikator Kinerja
2017 2018 2019
Perikanan (UMKM-KP)
penerima modal usaha
Internal Process Perspective
4 Proposal yang diproses oleh 4.1 Realisasi proposal yang 500 1.3 1.38
Komite Pinjaman diproses oleh Komite MIliar Triliun Triliun
Pinjaman
5 Piutang bermasalah 5.1 Rasio putang bermasalah Maksimal < 5% < 5%
(Nonperforming Loan) terhadap outstanding dana 5%
bergulir
6 Jumlah layanan pengelolaan 6.1 Realisasi layanan 3 3 3
penyaluran modal usaha pengelolaan penyaluran Layanan Layanan Layanan
modal usaha
Learn And Growth Perspective
7 Modernisasi pengelolaan 7.1 Persentase penyelesaian 100 % 100 % 100 %
BLU modernisasi pengelolaan
BLU
Financial Perspective
8 Optimalisasi Peneriman 8.1 Realisasi PNBP BLU 15 47.5 71.5
Negara Bukan Pajak (PNBP) Miliar Miliar Miliar
2. Program Penyaluran Modal Usaha Kelautan dan perikanan, dan Kemitraan Usaha
Unit organisasi yang bertanggung jawab atas pelaksanaan program ini adalah Divisi
Operasional dan Kemitraan Usaha, yang di dalamnya mencakup tiga (3) sasaran
program, yaitu: (i) Penyaluran dana bergulir LPMUKP; (ii) Jumlah UMKM-KP penerima
modal usaha; dan (iii) Jumlah layanan pengelolaan penyaluran modal usaha. Indikator
Kinerja Kegiatan (IKK) pencapaian sasaran program tersebut diantaranya: (a) Realisasi
penyaluran dana berguir; (b) Realisasi UMKM-KP penerima modal usaha; dan (c)
Realisasi layanan pengelolaan penyaluran modal usaha.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran program tersebut, kegiatan yang akan
dilaksanakan diantaranya adalah:
1) Kegiatan Persiapan, Monitoring dan Evaluasi Penyaluran Modal Usaha Kelautan
dan Perikanan
Unit organisasi yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan ini adalah
Subdivisi Operasional. Kegiatan persiapan, monitoring dan evaluasi penyaluran
modal usaha kelautan dan perikanan terdiri atas beberapa sub kegiatan,
diantaranya sebagai berikut:
a) Layanan operasional penyaluran dana bergulir LPMUKP
b) Identifikasi KUKP dan LKM-KP
c) Sosialisasi program penyaluran dana bergulir
d) Monitoring LKM-KP dan Lembaga Pendamping
e) Layanan informasi dana database pengelolaan dana bergulir
3. Program Pengelolaan Keuangan dan Risiko Modal Usaha Kelautan dan Perikanan
Unit organisasi yang bertanggung jawab atas pelaksanaan program ini adalah Divisi
Keuangan dan Pengelolaan Risiko, yang di dalamnya mencakup tiga (3) sasaran
program, yaitu: (i) Proposal diproses Komite Pinjaman; (ii) Piutang bermasalah; dan
(iii) Optimalisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Indikator Kinerja Kegiatan
(IKK) pencapaian sasaran program tersebut diantaranya: (a) Realisasi proposal yang
diproses Komite Pinjaman; (b) Rasio piutang bermasalah terhadap outstanding dana
bergulir; dan (c) Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak BLU.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran program tersebut, kegiatan yang akan
dilaksanakan diantaranya adalah:
1) Kegiatan Penyusunan Laporan Keuangan dan Kegiatan
Unit organisasi yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan ini adalah
Subdivisi Keuangan. Kegiatan penyusunan laporan keuangan dan kegiatan terdiri
atas beberapa sub kegiatan, diantaranya sebagai berikut:
a) Review dan revisi pedoman pengelolaan keuangan LPMUKP
b) Penyusunan laporan keuangan BLU LPMUKP
c) Layanan kesekretariatan dana bergulir
d) Penyusunan dan pertanggungjawaban rekonsiliasi Satker
e) Layanan jasa audit independen
f) Layanan monitoring dan evaluasi penyaluran
g) Penyusunan kebijakan penyaluran dana bergulir
Secara rinci penjabaran Program, Kegiatan dan Sub Kegiatan BLU LPMUKP Tahun 2015-
2019 dapat dilihat pada Tabel 5.3 sebagai berikut:
Tabel 5.3 Program Kegiatan BLU LPMUKP Tahun 2015-2019
Tahun 2017 merupakan periode awal LPMUKP dalam mengelola dana bergulir sektor
kelautan dan perikanan. Kelolaan dana bergulir LPMUKP dialokasikan sebesar Rp.500
Miliar yang secara efektif digulirkan pada bulan Desember tahun 2017. Penyaluran dana
bergulir LPMUKP dilakukan melalui tiga tipe penyaluran, yaitu melalui UMKM-KP, melalui
LKM-KP, dan melalui Lembaga Keuangan Bank/Bukan Bank (LKBB). Sampai dengan
Desember tahun 2017, LPMUKP telah melakukan realisasi persetujuan penyaluran
pinjaman/pembiayaan dana bergulir sebesar Rp.32,88 Miliar dengan jumlah pemanfaat
sebesar 2.348 orang.
Alokasi tambahan dana bergulir yang akan dikelola LPMUKP pada tahun 2018 adalah
sebesar Rp.850 MIliar. Dengan memperhitungkan sisa dana kelolaan tahun 2017 yang
belum tersalurkan serta asumsi pengembalian pinjaman dana bergulir yang telah
disalurkan, maka total dana kelolaan pada tahun anggaran 2018 adalah sebesar Rp.1,3
Triliun. Pada akhir tahun 2018, dari total dana bergulir yang dikelola ditargetkan dapat
disalurkan sebesar Rp.975 Miliar (atau sebesar 75% dari total dana kelolaan) dengan
rincian target penyaluran kepada Nelayan sebesar Rp.674,18 Juta, Pembudidaya Ikan
sebesar Rp.269,13 Juta, Pengolah dan Pemasar sebesar Rp.215,30 Juta, serta kepada
Usaha Garam Rakyat dan Usaha Masyarakat Pesisir sebesar Rp.187,05 Juta. Penambahan
kelolaan dana bergulir LPMUKP pada tahun 2018 ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh
KUKP sasaran LPMUKP sebanyak 10.268 kelompok.
Jumlah dana bergulir LPMUKP yang ditargetkan dapat disalurkan sampai dengan akhir
tahun 2019 berjumlah Rp.1 Trilun (atau meningkat sebesar 18% dibandingkan dengan
tahun 2018). Dari total dana bergulir yang dikelola pada tahun 2019 sebesar Rp.1,5
Triliun, sebanyak Rp.958.73 Juta disalurkan kepada Nelayan, sebesar Rp.312,42 Juta
kepada Pembudidaya Ikan, sebesar Rp.249,94 kepada Pengolah dan Pemasar, serta
sebesar Rp.217,13 disalurkan kepada Usaha Garam Rakyat dan Usaha Masyarakat Pesisir.
Penambahan kelolaan dana bergulir LPMUKP pada tahun 2018 ini diharapkan dapat
dimanfaatkan oleh KUKP sasaran LPMUKP sebanyak 10.836 kelompok. Secara rinci
rencana penyaluran dana bergulir BLU LPMUKP tahun 2015-2019 dapat dilihat pada
Tabel 5.4 sebagai berikut:
Tabel 5.4 Rencana Penyaluran Dana Bergulir BLU LPMUKP Tahun 2015-2019
Karena kebijakan LPMUKP tidak terlepas dari keterkaitannya dengan cara mencapai
tujuan dan sasaran LPMUKP, maka Tabel berikt ini akan menggambarkan hubungan
antara Tujuan, Sasaran dan Kebijakan LPMUKP dalam pelaksanaan kebijakan strategid
periode 2015-2019.
BLU LPMUKP
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR
31 Desember 2018 dan 2017
(Disajikan dalam Rupiah)
Basis Akuntansi
Dalam menyusun laporan keuangan, BPK menerapkan basis akrual untuk penyusunan dan
penyajian Neraca, LO, dan LPE serta basis kas untuk penyusunan dan penyajian LRA. Basis
akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada
saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima
atau dibayarkan. Sedangkan basis kas adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh
transaksi atau peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. Hal ini
sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang telah ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
Dasar Pengukuran
Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan memasukan setiap pos
dalam laporan keuangan. Dasar pengukuran yang diterapkan oleh BPK dalam penyusunan
dan penyajian Laporan Keuangan adalah dengan menggunakan perolehan nilai historis. Aset
dicatat sebesar pengeluaran/penggunaan sumber daya ekonomi atau sebesar nilai wajar dari
imbalan yang diberikanan untuk memperoleh aset tersebut.
Kewajiban dicatat sebesar nilai wajar sumber daya ekonomi yang digunakan pemerintah
untuk memenuhi kewajiban yang bersangkutan. Pengukuran pos-pos laporan keuangan
menggunakan mata uang rupiah. Transaksi yang menggunakan mata uang asing dikonversi
terlebih dahulu dan dinyatakan dalam mata uang rupiah.
Kebijakan Akuntansi
Penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan BPK Tahun 2018 telah mengacu pada
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Kebijakan akuntansi merupakan prinsip-prinsip,
dasar-dasar, konvensi-konvensi, aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh
suatu entitas pelaporan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Kebijakan
akuntansi yang diterapkan dalam laporan keuangan ini adalah merupakan kebijakan yang
ditetapkan oleh BPK. Disamping itu, dalam penyusunannya telah diterapkan kaidah-kaidah
pengelolaan keuangan yang sehat di lingkungan pemerintahan.
Kebijakan-kebijakan akuntansi yang penting yang digunakan dalam penyusunan Laporan
Keuangan BPK adalah sebagai berikut:
1. Pendapatan-Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum LRA Negara yang
menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan
yang menjadi hak pemerintah dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.
Pendapatan-LRA diakui pada saat kas diterima pada Kas Umum Negara (KUN).
Akuntansi pendapatan-LRA dilaksanakan berdasarkan azas bruto yaitu dengan
membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah nettonya (setelah
dikompensasikan dengan pengeluaran). Pendapatan-LRA disajikan menurut klasifikasi
sumber pendapatan.
3. Belanja
Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara yang mengurangi
Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang tidak
akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. Belanja diakui pada saat terjadi
pengeluaran kas dari KUN. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran,
pengakuan belanja terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut
disahkan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). Belanja disajikan
menurut klasifikasi ekonomi/jenis belanja dan selanjutnya klasifikasi berdasarkan
organisasi dan fungsi akan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
4. Beban
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan
yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau
timbulnya kewajiban. Beban diakui pada saat timbulnya kewajiban; terjadinya konsumsi
aset; terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa. Beban disajikan menurut
klasifikasi ekonomi/jenis belanja dan selanjutnya klasifikasi berdasarkan organisasi dan
fungsi diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
5. Aset
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah
sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial
di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun oleh
masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non-
keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-
sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Dalam pengertian aset
ini tidak termasuk sumber daya alam seperti hutan, kekayaan di dasar laut, dan
kandungan pertambangan. Aset diakui pada saat diterima atau pada saat hak
kepemilikan berpindah. Aset diklasifikasikan menjadi Aset Lancar, Aset Tetap, Piutang
Jangka Panjang, dan Aset Lainnya.
A. Aset Lancar
Aset Lancar mencakup kas dan setara kas yang diharapkan segera untuk
direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan
sejak tanggal pelaporan. Aset lancar ini, meliputi:
1) Kas
Kas disajikan di neraca dengan menggunakan nilai nominal. Kas dalam bentuk
valuta asing disajikan di neraca dengan menggunakan kurs tengah BI pada
tanggal neraca. Kas terdiri atas:
a) Kas di Bendahara Pengeluaran merupakan kas yang dikuasai, dikelola, dan
di bawah tanggung jawab Bendahara Pengeluaran yang berasal dari sisa
Uang Muka dari KPPN yang belum dipertanggungjawabkan atau disetorkan
kembali ke Kas Negara per tanggal neraca. Kas di Bendahara Pengeluaran
mencakup seluruh saldo rekening bendahara pengeluaran, uang logam, uang
kertas, dan lain-lain kas yang sumbernya berasal dari Uang Muka dari KPPN
yang belum disetor kembali ke Kas Negara per tanggal neraca;
b) Kas Lainnya dan Setara Kas mencakup Kas lainnya di Bendahara
Pengeluaran yaitu kas yang berada di bawah tanggung jawab bendahara
pengeluaran yang bukan berasal dari Uang Muka dari KPPN, baik itu saldo
rekening di bank maupun saldo uang tunai.
3) Piutang disajikan dalam Neraca pada nilai yang dapat direalisasikan (net realizable
value). Hal ini diwujudkan dengan membentuk penyisihan piutang tak tertagih.
Penyisihan tersebut didasarkan atas kualitas piutang yang ditentukan berdasarkan
jatuh tempo dan upaya penagihan yang dilakukan pemerintah Perhitungan
penyisihannya adalah sebagai berikut:
Tabel ….
Penyisihan/
Kualitas Piutang/ Uraian/Descriptions
Allowance
Quality of Receivable
Lancar/Current Belum dilakukan pelunasan s.d tenggal jatuh 0.50%
tempo
Kurang Lancar/ Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat 10%
Non Current Tagihan Pertama tidak dilakukan pelunasan
Diragukan/ Doubtful Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat 50%
Tagihan Kedua tidak dilakukan pelunasan
Macet/ Loss 1. Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat 100%
Tagihan Pertama tidak dilakukan
pelunasan
2. Piutang telah diserahkan kepada Panitia
Urusan Piutang Negara/ DJKN
B. Aset Tetap
Aset tetap mencakup seluruh aset berwujud yang dimanfaatkan oleh pemerintah
maupun untuk kepentingan public yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu
tahun. Aset tetap meliputi tanah; peralatan dan mesin; gedung dan bangunan; jalan,
irigasi, dan jaringan; aset tetap lainnya; serta Konstruksi dalam Pengerjaan. Nilai Aset
tetap disajikan berdasarkan harga perolehan atau harga wajar. Sesuai dengan
Peraturan Meneteri Keuangan No.181/PMK.06/2016 tentang Penatausahaan BMN,
pengakuan perolehan aset tetap sejak 2018 didasarkan pada nilai satuan minimum
kapitalisasi sebagai berikut:
- Pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin dan peralatan olahraga yang
nilainya sama dengan atau lebih dari Rp1.000.000 (satu juta rupiah);
- Pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang nilainya sama dengan atau lebih
dari Rp 25.000.000,- (dua puluh juta rupiah):
- Pengeluaran yang tidak tercakup dalam batasan nilai minimum kapitalisasi
tersebut di atas, diperlakukan sebagai biaya kecuali pengeluaran untuk tanah,
jalan/imigrasi/jaringan, dan aset tetap lainnya berupa koleksi perpustakaan dan
barang bercorak kesenian.
Peralatan dan mesin yang diperoleh sebelum 1 Januari 2002, yang diperoleh sejak 1
Januari 2002 s.d. 31 Desember 2017 dengan nilai satuan minimum lebih dari atau
sama dengan Rp.300.000, dan yang diperoleh sejak 1 Januari 2018 dengan nilai
satuan minimum lebih dari atau sama dengan Rp.1.000.000 serta yang diperoleh dari
pengalihan dikapitalisasi sebagai aset tetap. Peralatan dan Mesin dengan kategori ini
dibukukan dan dilaporkan di dalam Daftar BMN dan Laporan BMN Intrakomptabel.
Peralatan dan Mesin yang diperoleh sejak 1 Januari 2002 s.d. 31 Desember 2017
tetapi nilai satuannya kurang dari Rp.300.000 dan yang diperoleh sejak 1 Januari 2018
tetapi nilai satuannya kurang dari Rp.1.000.000 tidak dikapitalisasi sebagai aset tetap.
Peralatan dan mesin dengan kategori ini dibukukan didalam Daftar BMN dan Laporan
BMN Ekstrakomptabel.
Gedung dan Bangunan yang diperoleh sebelum 1 Januari 2002, yang diperoleh sejak
1 Januari 2002 s.d. 31 Desember 2017 dengan nilai satuan minimum lebih dari atau
sama dengan Rp.10.000.000, dan yang diperoleh sejak 1 Jaruari 2018 dengan nilai
satuan minimum lebih dari atau sama dengan Rp.25.000.000 serta yang diperoleh dari
pengalihan dikapitalisasi sebagai aset tetap. Gedung dan Bangunan dengan kategori
ini dibukukan dan dilaporkan didalam Daftar BMN dan Laporan BMN Intrakomptabel.
Gedung dan Bangunan yang diperoleh sejak 1 Januari 2002 s.d. 31 Desember 2017
tetapi nilai satuan nya kurang dari Rp.10.000.000 dan yang diperoleh sejak 1 Januari
2018 tetapi nilai satuannya kurang dari Rp.25.000.000 tidak dikapitalisasi sebagai aset
tetap. Gedung dan Bangunan dengan kategori ini dibukukan didalam Daftar BMN dan
Laporan BMN Ekstrakomptabel.
Aset Tetap Lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan kedalam
kelompok Tanah; Peralatan dan Mesin; Gedung dan Bangunan; Jalan, Irigasi, dan
Jaringan, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah
dan dalam kondisi siap pakai. Aset yang termasuk dalam kategori Aset Tetap Lainnya
adalah koleksi perpustakaan/ buku dan non buku, barang bercorak kesenian/
kebudayaan, hewan, ikan, dan tanaman
Termasuk dalam kategori Aset Tetap Lainnya adalah Aset Tetap Renovasi. Renovasi
dapat dilakukan terhadap semua barang milik dalam kelompok aset tetap. Dalam hal
Aset Tetap yang direnovasi tersebut memenuhi kriteria kapitalisasi dan bukan milik
suatu satker, maka renovasi tersebut dicatat sebagai Aset Tetap Renovasi.
Akun aset tetap Renovasi di BLU LPMUKP terjadi karena 3 hal yaitu:
1) Renovasi aset tetap milik satuan kerja lain dalam suatu K/L (BLU LPMUKP)
Satuan kerja yang melaksanakan renovasi (satker Setjen) tidak mencatatnya
sebagai penambah nilai perolehan aset tetap terkait karena kepemilikan aset tetap
tersebut ada pada satuan kerja lain. (keenterian Keuangan RI).
3) Renovasi aset tetap milik Instansi pemerintah lainnya (Pemda) dan renovasi aset
tetap milik pihak lain selain pemerintah (Swasta, BUMN/ BUMD, Yayasan, dan
lain-lain).
Satuan kerja yang melaksanakan renovasi (Satker BLU LPMUKP) tidak
mencatatnya sebagai penambah nilai perolehan aset tetap terkait karena
kepemilikan aset tetap tersebut ada pada pihak lain.
Apabila renovasi tersebut telah selesai pengerjaannya sebelum tanggal pelaporan
maka akan dibukukan sebagai Aset Tetap Lainnya- Aset Tetap Renovasi dan
disajikan dineraca sebagai kelompok Aset Tetap. Apabila sampai dengan tanggal
pelaporan renovasi tersebut masih dalam proses pengerjaan, atau sudah selesai
pengerjaanya namun belum diserahterimakan (dari kontraktor kepada satker
BPK), maka akan dicatat sebagai Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP).
Aset tetap (termasuk Aset Tetap Renovasi) yang dihentikan dari penggunaan aktif
pemerintah tidak memenuhi definisi aktiva tetap dan harus dipindahkan ke pos
aset lainnya sesuai dengan nilai tercatatnya.
Nilai aset tetap hasil penilaian kembali menjadi nilai perolehan baru dan nilai akumulasi
penyusutannya adalah nol. Dalam hal nilai aset tetap hasil revaluasi lebih tinggi dari
nilai buku sebelumnya maka selisih tersebut diakui sebagai penambah ekuitas pada
Laporan Keuangan. Namun, apabila nilai aset tetap hasil revaluasi lebih rendah dari
nilai buku sebelumnya maka selisih tersebut diakui sebagai pengurang ekuitas pada
Laporan Keuangan.
Aset Tetap yang tidak digunakan dalam kegiatan operasional yang disebabkan antara
lain karena aus, ketinggalan zaman, tidak sesuai dengan kebutuhan organisasi yang
makin berkembang, rusak berat, atau masa kegunaannya telah berakhir direklasifikasi
ke Aset Lain-Lain pada pos Aset Lainnya.
Aset tetap yang secara permanen dihentikan penggunaannya, dikeluarkan dari neraca
pada saat ada usulan penghapusan dari entitas sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan di bidang pengelolaan BMN.
Penyajian hasil revaluasi BMN dalam Laporan Neraca (laporan posisi di BMN di
Neraca) disajikan dengan nilai wajar hasil revaluasi tanpa akumulasi penyusutan.
Secara umum akan terdapat tiga jurnal atas transaksi Penilaian Kembali BMN (kecuali
atas tanah) yaitu:
Perhitungan dan pencatatan Penyusutan Aset Tetap dilakukan setiap akhir semester
tanpa memperhitungkan adanya nilai residu. Penyusutan aset tetap dilakukan dengan
menggunakan metode garis lurus yaitu dengan mengalokasikan nilai yang dapat
disusutkan dari aset tetap secara merata setiap semester selama masa manfaat. Masa
manfaat aset tetap dilakukan dengan berpedoman Keputusan Menteri Keuangan No.
59/KMK.06/2013 tetang Tabel Masa Manfaat Dalam Rangka Penyusutan Barang Milik
Negara berupa Aset Tetap pada Entitas Pemerintah Pusat. Secara umum table masa
manfaat adalah sebagai berikut :
E. Aset Lainnya
Aset Lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar, aset tetap, dan piutang
jangka panjang. Aset lainnya ini meliputi :
1) Aset Tak Berwujud meliputi software, lisensi, serta Aset Tak Berwujud Lainnya.
Aset Tak Berwujud (ATB) merupakan aset yang dapat diidentifikasikan dan tidak
mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan barang
atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya termasuk hak atas kekayaan
intelektual. Aset Tak Berwujud disajikan sebesar nilai tercatat netto yaitu sebesar
harga perolehan setelah dikurangi amortisasi. Pada Aset Lainnya-Aset Tak
Berwujud dilakukan amortisasi mulai Tahun 2016 sesuai dengan Peraturan
Menteri Keuangan No.251/PMK.06/2015 tentang Tata cara Amortisasi Barang
Milik Negara Berupa Aset Tak Berwujud Pada Entitas Pemerintah Pusat.
Amortisasi yang terjadi pada Aset Lainnya-Aset Tak Berwujud yang diperoleh
tahun 2016 menjadi beban amortisasi Aset Lainnya Aset Tak Berwujud yang
bersangkutan. Amortisasi yang terjadi pada Aset Lainnya-Aset Tak Berwujud yang
diperoleh sebelum tahun 2016 dilakukan dengan mengkoreksi nilai Ekuitas tahun
sebelumnya. Amortisasi ATB dengan masa manfaat terbatas dilakukan dengan
metode garis lurus dan nilai sisa nihil. Sedangkan atas ATB dengan masa manfaat
tidak terbatas tidak dilakukan amortisasi. Masa manfaat Aset Tak Berwujud
ditentukan dengan berpedoman pada Keputusan Menteri Keuangan
No.620/KMK.6/2015 tentang Masa Manfaat Dalam Rangka Amortisasi Barang
Milik Negara berupa Aset Tak Berwujud pada Entitas Pemerintah Pusat.Secara
Umum tabel masa manfaat adalah sebagai berikut:
2) Aset Lain-lain berupa aset tetap pemerintah yang dihentikan dari penggunaan
operasional entitas dan disajikan sebesar nilai buku yaitu harga perolehan
dikurangi akumulasi penyusutan.
F. Kewajiban
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah. Kewajiban
pemerintah diklasifikasikan kedalam kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka
panjang.
1) Kewajiban Jangka Pendek
Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika
diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu dua belas bulan setelah
tanggal pelaporan.Kewajiban jangka pendek dalam pengelolaan keuangan BPK
terdiri dari:
a) Utang kepada Pihak Ketiga berasal dari :
- Belanja yang masih harus dibayar yang terdiri dari Belanja Pegawai,
Belanja Barang, dan Belanja Modal.
- Utang Kepada Pihak Ketiga Lainnya yang merupakan kontra akun dari Kas
Lainnya di Bendahara Pengeluaran.
Kewajiban ini timbul akibat hak atas barang/ jasa telah diterima dan dinikmati
dan/ atau perjanjian komitmen telah dilakukan oleh kementerian
negara/Lembaga/pemerintah,namun sampai akhir periode pelaporan belum
dilakukan
pembayaran/pelunasan/realisasiatashak/perjanjian/komitmentersebut.Khusu
s untuk belanja modal yang masih harus dibayar tidak mempengaruhi beban
laporan operasional,tetapi bersamaan dengan pengakuan belanja modal
yang masih harus dibayar harus diakui adanya aset yang diperoleh. Dengan
demikian apabila terdapat aset yang sudah diperoleh yang belum dibayar
diakui sebagai kewajiban. Pada saat pembayaran belanja yang masih harus
dibayar tahun sebelumnya, dilakukan penyesuaian dengan cara mendebet
akun belanja yang masih harus dibayar dan mengkredit akun beban pada
tanggal yang sama. Dalam hal penyesuaian tidak dapat dilakukan pada
tanggal transaksi, maka harus diperhitungkan pada akhir tahun untuk
menentukan besarnya nilai pada jurnal penyesuaian.
b) Pendapatan Diterima Dimuka
Pendapatan diterima di muka adalah pendapatan bukan pajak yang sudah
diterima di rekening kas Negara tetapi belum menjadi hak pemerintah
sepenuhnya karena masih melekat kewajiban pemerintah untuk memberikan
barang/ jasa di kemudian hari kepada pihak ketiga atau adanya kelebihan
pembayaran oleh pihak ketiga tetapi belum dikembalikan.
c) Uang Muka dari KPPN
Akun Uang Muka dari KPPN merupakan jumlah kas di Bendahara
Pengeluaran yang berasal dari Uang Persediaan (UP) dan Tambahan Uang
Persediaan (TUP) yang digunakan untuk membayar belanja pegawai, belanja
barang, dan belanja modal.
d) Utang Jangka Pendek Lainnya
Utang Jangka Pendek Lainnya merupakan kontra akun Kas Lainnya dan
Setara Kas yang berasal dari pajak yang sudah dipotong oleh Bendahara
Pengeluaran namun belum disetor ke Kas Negara sampai dengan tanggal
Neraca.
e) Kewajiban Jangka Panjang
Kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang jika diharapkan
untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu lebih dari dua belas bulan
setelah tanggal pelaporan. Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal, yaitu
sebesar nilai kewajiban pemerintah pada saat pertama kali transaksi
berlangsung. Sampai saat ini BLU LPMUKP tidak mempunyai Kewajiban
Jangka Panjang.
G. Ekuitas
Ekuitas merupakan selisih antara aset dengan kewajiban dalam satu periode. Nilai
Ekuitas Awal merupakan Nilai Ekuitas yang berasal dari nilai Ekuitas Akhir Tahun
yang lalu.
Realisasi pendapatan pada tahun 2019 sebesar Rp71.785.649.043 atau mencapai 100,27%
dari target pendapatan yang diproyeksi sebesar Rp71.594.000.000. Secara rinci dapat
diuraikan pada tabel ……berikut :
Tabel ……
Realisasi
No Uraian pendapatan
pendapatan (Rp)
1. Jasa Giro 22.885.806.147
2. Provisi 2.532.064.500
3. Jasa layanan bunga pinjaman 10.580.038.707
4. Bunga deposito 35.787.739.689
Jumlah 71.785.649.043
Realisasi belanja pada TA 2019 Realisasi sebesar Rp28.126.197.769 atau 33,81% dari pagu
anggaran realisasi belanja mengalami penurunan jika dibandingkan tahun anggaran 2018
yaitu sebesar Rp……….. atau …..% dengan rincian sebagai tabel berikut
Tabel…………
Tahun 2019 Kenaikan/
No Uraian Jenis Belanja Tahun 2018 (Rp)
(RP) penurunan
1. Belaja modal 189.897.250 1.064.728.000
2. Belanja barang dan jasa 3.786.321.847 8.268.441.575
3. Belanja pegawai 14.476.416.984 7.483.203.576
4. Belanja perjalanan 9.146.358.238 8.570.246.685
a. Belanja modal
Realisasi belanja modal tahun 2019 adalah Rp. 199.950.500 ata 21,23% dari
anggaran yang telah dipersiapkan dan ini menurun dibandingkan tahun anggaran
2018 hl ini dikarenakan penyediaan anggaran untuk belanja modal pada tahun 2019
tidak sebesar pada tahun 2018. Belanja modal pada tahun 2019 lebih pada belanja
peratalan dan mesin yang beluam dapat di penuhi pada tahun 2018.
Penurunan realisasi belanja tahun 2019 dibandingkan tahun 2018 antara lain disebabkan:
1. Perubahan kebijakan dalam penyaluran pinjaman dana bergulir dengan mengoptimalkan
peran bank mitra melalui pola penyaluran executing.
2. Revisi kegiatan yang mengarah pada optimalisasi penyaluran dengan pola executing.
3. Revisi kerjasama dengan bank mitra yang masih dalam proses penelaahan