Anda di halaman 1dari 9

IDENTIAS PENULIS

- Nurul Askara Putri


- STAI AL-FALAH CICALENGKA
- Kp. Cikopo RT 02, RW 01, Desa Babakan Peuteuy Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung
- nurulaskaraputri65998@gmail.com

PENDAHULUAN
Pada hakikatnya, waralaba merupakan suatu bentuk usaha yang memasarkan barang atau jasa
yang memiliki karakteristik tertentu dalam kegiatannya. Kegiatan waralaba di Indonesia diatur dalam
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Waralaba.
Waralaba sendiri pertama kali muncul di Amerika Serikat, di mana kala itu terdapat sebuah
perusahaan yang memperkenalkan sebuah produk mesin jahit dan sebagai metode atau cara
pendistribusiannya ia melakukan dengan konsep waralaba. Waralaba juga berkembang pesat di
Indonesia, khususnya bisnis ini banyak digunakan oleh beberapa perusahaan cepat saji namun
bagusnya di sini ialah jenis bisnis ini tidak hanya dapat di gunakan oleh perusahaan-perusahaan
besar saja, tetapi juga di gunakan oleh perusahaan lokal. Dalam bisnis waralaba, tentu di perlukan
adanya sebuah perjanjian untuk memulai bisnis tersebut di mana hal itu bertujuan guna mengatur
antara hak dan kewajiban antara pihak yang akan melakukan kerja sama. Perjanjian waralaba
dilakukan oleh para pihak yang membuat perjanjian dalam kontrak bisnis harus dilandasi dengan
itikad baik dan asas proporsionalitas, artinya perjanjian tersebut memberikan rasa keadilan dengan
tujuan memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak dalam menjalankan bisnis waralaba. Suatu
perjanjian kerja berjalan dengan asas perbandingan yang baik, tentunya diawali dengan suatu
perjanjian yang sah menurut hukum sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (KUHPer) yang mengatur syarat-syarat perjanjian dalam Pasal 1320. Beberapa pasal dalam
perjanjian kontrak harus berkaitan dengan konsesi , terutama untuk klausul risiko, Prioritas tinggi,
berkaitan dengan perolehan manfaat dan masa berlaku penggunaan konsesi. Percakapan dan diskusi
adalah awal yang baik dalam proyek desain kontrak konsesi, dan tentunya juga akan menghasilkan
kontrak yang baik. Selain itu, merancang kontrak yang baik dan benar dalam bisnis waralaba
tentunya akan menghindari terjadinya sengketa atau sengketa hukum bagi kedua belah pihak di
kemudian hari.

RINCIAN PEMBAHASAN MATERI


A. Pengertian Waralaba
Bisnis waralaba muncul sekitar 100 tahun yang lalu di Amerika Serikat. Ketika itu, sebuah
perusahaan di amerika serikat memperkenalkan sebuah mesin jahit dengan konsep waralaba
sebagai cara untuk mendistribusikan produknya. Begitu juga dengan sebuah perusahaan bir yang
melisensikan usaha kecil untuk mendistribusikan produknya.(Sri Redjeki, 2011)
Begitu pula, jenis bisnis ini juga berkembang pesat di Indonesia khususnya jenis bisnis ini
banyak digunakan oleh perusahaan restoran cepat saji seperti KFC, Pizza Hut, McDonald’s, hotel dan
jasa sewa mobil. Di tengah kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat, masyarakat melalukan
berbagai jenis pekerjaan demi memenuhi kehidupannya salah satunya yaitu dengan menjadi
seorang wirausaha. Dalam perkembangan zaman yang sudah modern ini, mulailah bermunculan
sistem bisnis modern yang berkembang di masyarakat guna memudahkan masyarakat untuk
memulai bisnis baru, sehingga jenis bisnis ini juga dapat digunakan oleh perusahaan lokal Indonesia
seperti Es Teler.
Dengan perkembangan yang begitu pesat, maka di buatlah suatu perlindungan untuk
memberikan perlindungan dan kepastian hukum. Oleh sebab itu, pemerintah mengeluarkan
Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia No. 16 Tahun 1997 mengenai Pengusahaan dan
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia No. 259/MPP/KEP /7/1997
tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Pengusahaan. Keduanya telah diubah
dengan Peraturan No. 42 Tahun 2007 Tentang Waralaba dan Peraturan Menteri Perdagangan
Republik Indonesia No. 12/M-DAG/PER/3/2006 tentang Syarat dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda
Pendaftaran Waralaba Komersial. Instrumen hukum memberikan definisi hak istimewa mereka
sendiri.
Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Management merupakan lembaga yang pertama kali
memperkenalkan istilah waralaba di Indonesia.(Oktavi, 2013). Waralaba berasal dari dua kata yaitu
Wara dan Laba, di mana Wara di artikan sebagai lebih atau istimewa, sehingga dapat di artikan
waralaba ialah usaha yang dapat memberikan laba lebih atau istimewa.
Dalam bisnis waralaba, tentu di perlukan adanya perjanjian untuk memulai bisnis tersebut hal
itu bertujuan guna mengatur antara hak dan kewajiban pihak yang melakukan kerja sama tersebut.
Waralaba atau bisa juga di sebut franchise (Muci Paryani & Dewa Gde, 2015) merupakan
serangkaian hak-hak untuk menjual suatu produk baik barang maupun jasa di mana waralaba juga
sering diartikan sebagai usaha yang dapat memberikan keuntungan lebih.
Setiap transaksi bisnis, tentu memerlukan sebuah perjanjian yang dapat di jadikan dasar
hukum untuk hak dan kewajiban yang dapat mengatur pihak-pihak yang bertransaksi, dalam hal ini
waralaba juga memiliki perjanjiannya tersendiri. Menurut pasal 1 ayat (1) peraturan pemerintah
nomor 42 tahun 2007 mengenai waralaba, menegaskan bahwa waralaba adalah hak khusus yang di
miliki oleh perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam
rangka memasarkan barang atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan di
gunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba.
Dapat dikatakan, bahwa waralaba adalah sebagai bagian dari kepatuhan mitra usaha terhadap
aturan yang di berikan oleh seorang franchisor, maka dari itu mitra usaha atau franchisor diberikan
hak untuk mendapatkan keuntungan dari hak kekayaan intelektual, desain industri dan paten dalam
bentuk teknis serta rahasia dagang begitu pun sebaliknya, pewaralaba memperoleh hak milik
bertujuan untuk menggunakan hak kekayaan intelektualnya.
Pada dasarnya, waralaba merupakan sebuah kesepakatan mengenai bagaimana barang dan
jasa akan di distribusikan kepada konsumen. Maka, dalam hal ini franchisor akan memberikan hak
kepada franchisee untuk melakukan kegiatan perindustrian barang dan jasa atas nama beserta
identitas dari franchisor. Singkatnya ialah franchisor memberikan bantuan kepada franchisee, dan
sebagai imbalannya maka franchisee akan membayar sejumlah uang dalam bentuk biaya awal dan
royalti. Jadi, bisnis waralaba adalah sebuah jenis bisnis dengan cara membeli usaha orang lain atau
menjual dengan sistem bisnis yang telah ada sebelumnya secara detail dan terdaftar. Maka, orang
yang membangun sistem bisnis dan menjual merek dagangannya secara umum di sebut dengan
waralaba.
Bisnis waralaba memang cukup berkembang pesat di Indonesia, oleh karena itu tentulah
terdapat kelebihan yang menjadikan seseorang memilih untuk melakukan jenis bisnis waralaba.(Arif
dkk., 2021) Berikut merupakan kelebihan waralaba yang menjadikan bisnis ini banyak di pilih oleh
banyak orang antara lain sebagai berikut :
1. Risiko kegagalan dalam usaha dapat di perkecil, hal ini di sebabkan oleh kegagalan usaha
yang biasa dihadapi oleh pengusaha pada umumnya dapat di kurangi dengan memulai bisnis
model franchise selain itu juga usaha yang di lakukan merupakan sebuah produk yang
memang telah ada sebelumnya sehingga masyarakat juga tahu akan kualitas produk
tersebut.
2. Dapat mempersingkat waktu, tenaga, dan dana, dalam hal ini jika kita menggunakan bisnis
waralaba tentu kita sudah menghemat waktu, dana, maupun tenaga yang seharusnya
dikeluarkan jika kita akan membuka sebuah usaha baru.
3. Memberikan kemudahan dalam mengoperasionalkan usaha, hal ini dikarenakan karena
biasanya dalam mengoperasionalkan usaha para pewaralaba juga akan membantu
semaksimal mungkin.
4. Menggunakan merek yang memang sudah di kenal masyarakat, hal ini dikarenakan bisnis
waralaba adalah kegiatan bisnis dengan membeli usaha orang lain maka sudah jelas jika
nama merek waralaba telah di kenal oleh masyarakat banyak.
Dapat disimpulkan, bahwa salah satu yang menjadi alasan utama seseorang memilih bisnis
dengan menggunakan metode waralaba ialah karena kekuatan dari sebuah merek produksi.
Persaingan pasar yang ketat, tentu membutuhkan merek yang kuat yang dapat menunjang dan
memenangkan persaingan di pasar untuk menarik konsumen. Hal ini tentu berbeda apabila kita
memulai usaha baru yang mana tentu membutuhkan upaya yang besar untuk menciptakan,
mengenalkan, maupun membangun merek tersebut sehingga inilah kenapa dalam bisnis franchise
seorang pelaku usaha dapat memperkecil risiko kerugian.
Selain pengertian di atas, terdapat beberapa pengertian waralaba secara umum antara lain
sebagai berikut :
1. Peraturan pemerintah nomor 42 pasal 1 butir 1 tahun 2007 mengenai waralaba,
menyatakan waralaba adalah perjanjian di mana salah satu pihak memberikan hak untuk
menggunakan atau mengeksploitasi hak kekayaan intelektual, penemuan atau kekayaan
industri pihak lain dengan syarat yang ditetapkan oleh pihak lain, untuk mengalihkan atau
menjual barang atau jasa.
2. Dalam segi ekonomi, waralaba memiliki pengertian meliputi beberapa kegiatan yaitu :
a. Waralaba produk dan merek, merupakan bentuk waralaba yang paling sederhana.
Franchisor atau pemilik waralaba memberikan hak kepada pemilik waralaba untuk
menjual produk yang dikembangkan oleh pemilik waralaba dan izin untuk
menggunakan merek dagang atau nama dagang pemilik waralaba. Izin atau lisensi
diberikan untuk penggunaan merek dagang atau nama dagang sehubungan dengan
penjualan produk waralaba. Setelah pemilik waralaba memberikan izin untuk
menggunakan merek dagang dan nama dagang ini, mereka biasanya mendapatkan
semacam royalti di muka, dan kemudian pemilik waralaba mendapatkan
keuntungan, yang sering disebut sebagai royalti berkelanjutan.
b. Bentuk usaha waralaba adalah pemberian lisensi oleh pemberi waralaba kepada
penerima waralaba, lisensi memberikan hak kepada pemberi lisensi untuk
melakukan usaha dengan merek atau nama perusahaan pemberi waralaba dan
menggunakan paket lengkap yang terdiri dari semua Elemen yang diperlukan. untuk
membentuk seseorang yang tidak terlatih dalam dunia bisnis dan menerapkannya
terus-menerus mencari bantuan karena keputusan tersebut. Waralaba dalam
kegiatan koordinasi usaha ini terdiri dari :
1) Konsep Bisnis Franchisor yang Menyeluruh.
2) Menurut konsep pemilik waralaba, ada proses induksi dan pelatihan di
semua bidang manajemen perusahaan.
3) Proses Dukungan dan Bimbingan yang Berkelanjutan dari Franchisor.
3. Definisi waralaba dilihat dari segi hukum, banyak definisi yang diberikan oleh para ahli
hukum namun dari segi hukum, definisi segmen franchise ini berkaitan dengan definisi dari
Henry R. Cheesmen. Bukunya menjelaskan bahwa waralaba adalah suatu bentuk pengaturan
dimana satu pihak (pemberi waralaba atau penerima lisensi) menggunakan nama
perusahaan, merek, merek dagang, paten, hak cipta, dan barang lain dari pemilik waralaba
untuk distribusi dan penjualan. untuk barang dan atau jasa. Ada beberapa definisi masalah
yang terkait dengan waralaba, yaitu:
a. Waralaba adalah hubungan kontraktual antara franchisor dan franchisee, dimana
franchisor mengurus bisnis franchisor dan berjanji untuk selalu memperhatikannya
dengan memberikan informasi dan pelatihan. Franchisor beroperasi di bawah nama
bisnis, bentuk atau proses yang dimiliki dan dikendalikan oleh franchisor dan
franchisor melakukan investasi dalam bisnis yang dimilikinya.
b. Sistem Waralaba adalah cara memasarkan atau mendistribusikan barang dan jasa
perusahaan induk (franchisor) yang memberikan izin kepada perorangan atau badan
usaha lain (franchise) untuk menggunakan sistem usaha tertentu dengan cara dan
waktu tertentu. waktu Dan di tempat-tempat tertentu.
c. Franchisor adalah perusahaan atau orang yang memberikan dalam bentuk lisensi
kepada pihak lain (franchisor) hak untuk menggunakan dan mengeksploitasi hak
kekayaan intelektual, penemuan atau aset komersial, seperti nama perusahaan,
merek, merek dagang, paten dan hak cipta
d. Penerima Waralaba adalah perusahaan atau orang yang diberi hak untuk
menggunakan dan mengeksploitasi hak atas kekayaan intelektual, penemuan atau
kekayaan Pemberi Waralaba. Franchisor harus menggunakan sistem, metode dan
prosedur yang ditetapkan oleh franchisor. Franchisor tidak dapat melanggar atau
mengabaikan hal ini, selain itu franchisor berkewajiban untuk membayar sejumlah
uang (biaya lisensi) kepada franchisor dari waktu ke waktu.

B. Aspek Bisnis
Di dalam bisnis waralaba, terdapat dua pihak utama di mana pihak tersebutlah yang terlibat
dalam sebuah perjanjian bisnis tersebut. Kedua pihak tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Pewaralaba (franchisor), merupakan orang, badan, atau perusahaan yang memiliki sebuah
merek pada produk yang mana produk tersebut dapat memberikan hak kepada penerima
waralaba.
2. Terwaralaba (franchisee), merupakan orang atau badan usaha yang diberikan hak untuk
memanfaatkan waralaba yang sudah diberikan.
Terdapat beberapa aturan mengenai bisnis waralaba, di mana aturan-aturan tersebut
merupakan peraturan yang berkaitan dengan aspek bisnis waralaba itu sendiri. Adapun beberapa
aspek tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Memiliki hubungan dengan hukum perjanjian
Untuk melakukan suatu perjanjian, tentu ada syarat-syarat yang harus di penuhi oleh pihak
yang akan melakukan perjanjian tersebut. Aturan mengenai syarat-syarat tersebut terdapat Pada
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata). Adapun syarat-syarat tersebut telah
ditentukan dalam KUHPerdata pasal 1320 antara lain sebagai berikut(Mathar, 2016) :
a) Adanya kesepakatan dari para pihak yang akan membuat kesepakatan. Artinya, untuk
mencapai kesepakatan, tidak boleh ada paksaan, penipuan. Jika kesepakatan tercapai tanpa
persetujuan, maka kesepakatan dapat dibatalkan.
b) Kedua belah pihak harus memenuhi syarat di mana ia berwenang untuk bertindak menurut
hukum. Artinya pihak yang membuat perjanjian harus cakap (mengerti) untuk membuat
sebuah perjanjian. Artinya adalah orang dewasa, dan orang yang tidak dalam perawatan
(curatele) seperti sakit jiwa, mata hitam, pemabuk, penjudi, dan sebagainya.
c) Sesuatu mengenai hal tertentu. Ini berarti perjanjian itu penting, misalnya jenis perjanjian
waralaba, makanan, restoran, dan sebagainya. Apabila hal ini tidak dapat ditentukan, maka
perjanjian itu batal demi hukum, artinya perjanjian itu tidak sah.
d) Alasan halal. Artinya perjanjian itu tidak bertentangan dengan hukum, agama, ketertiban
umum, dan kesusilaan. Apabila melawan hukum, dalam arti bertentangan dengan hukum,
agama, ketertiban umum, dan kesusilaan, maka perjanjian yang dibuat batal demi hukum.
Keempat syarat ini harus dipenuhi. Jika dipenuhi, maka perjanjian itu disebut perjanjian yang
sah. Apabila perjanjian itu dibuat dengan sah, maka berlaku sebagai undang-undang bagi pihak yang
mengikatnya (Pasal 1338 K.U.H.Perdata).

2. Memiliki hubungan dengan hak milik intelektual


Hak milik di sini ialah hak di mana sesuatu yang telah tercipta itu semua timbul dan lahir dari
sebuah karya kreasi, maupun daya pikir seseorang yang kemudian ia gambarkan baik melalui
ekspresi, lagu, dan sebagainya. Secara umum, hak milik intelektual dapat dibagi sebagai berikut :
a) Hak milik industri, yaitu terdiri dari :
1) hak paten, penetapan hak paten terdapat dalam undang-undang No.6 tahun 1986.
Hak paten diartikan sebagai hak khusus yang di berikan oleh negara kepada penemu
terhadap sesuatu temuannya di bidang teknologi, selama waktu tertentu untuk
melaksanakan temuannya sendiri atau akan memberikan suatu persetujuan agar
orang lain yang dapat melaksanakan temuannya. Pasal 1 angka 2 UUP
menyimpulkan temuan adalah suatu kegiatan guna untuk memecahkan suatu
masalah tertentu dalam bilang teknologi, seperti proses produksi, hasil produksi,
penyempurnaan proses produksi, penyempurnaan hasil produksi, pengembangan
proses produksi dan pengembangan hasil produksi. Suatu paten, baiknya dilakukan
dengan perjanjian menggunakan akta notaris serta wajib untuk didaftarkan kepada
kantor paten dan di catat dalam daftar umum. Jika terjadi pelanggaran terhadap hak
paten, maka dapat di tuntut baik secara perdata maupun secara pidana. Hukuman
pidana ini dapat berupa pidana penjara paling lama tujuh tahun dan pidana denda
sebesar Rp. 100.000.000,00
2) hak merek, hak merek merupakan tanda baik berupa gambar, tulisan, kata, huruf,
maupun angka di mana semua hal tersebut memiliki suatu pembeda terhadap
barang atau jasa lainnya dan akan di jadikan dalam usaha yang akan di jalannya
seperti pemberian nama terhadap usaha apa yang akan dilakukan. Merek akan di
anggap sah apabila merek tersebut telah di daftarkan dalam daftar merek, hal itu
termuat dalam Pasal 1 Nomor 1 Undang-Undang No.19 Tahun 1992 mengenai
Undang-Undang Merek. jika terdapat dalam satu kasus di mana ada pendaftaran
merek dengan nama atau logo yang sama, maka siapa yang lebih dulu mendaftar
dialah yang akan mendapatkan hak merek tersebut dan pihak lain tidak di
perbolehkan untuk memakainya kecuali atas izin pihak pertama (pihak yang
mendapatkan hak merek)
3) hak dari desain produk industri, hak desain industri ini merupakan suatu hak
eksklusif yang diberikan oleh negara kepada pendesain untuk hasil kreasinya untuk
selama waktu tertentu mau melaksanakan sendiri atau memberikan persetujuannya
kepada pihak lain untuk melaksanakan hak tersebut. Hak eksklusif di sini ialah hak
untuk melarang orang lain tanpa persetujuannya baik membuat, menggunakan,
menjual, mengimpor, mengekspor atau mengedarkan produk yang ia miliki.
b) Hak cipta, dimuat dalam undang-undang No.19 tahun 2002 pasal 1 ayat 1 menyatakan hak
cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang hak cipta untuk mengumunkan
atau memperbanyak ciptaannya yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan
dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

3. Memiliki hubungan dengan wajib daftar perusahaan


Daftar perusahaan adalah daftar catatan dinas yang disimpan berdasarkan ketentuan undang-
undang mengenai peraturan pelaksanaannya, serta memuat hal-hal yang harus didaftarkan oleh
masing-masing perusahaan dan disahkan oleh pejabat yang berwenang dari kantor pendaftaran
perusahaan. (Pasal 1 huruf a Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 1982 tentang
Pendaftaran Perusahaan). Ketentuan undang-undang menyebutkan bahwa tujuan pendaftaran
perusahaan adalah untuk menjamin kepastian niaga.
Setiap perusahaan wajib didaftarkan dalam Daftar Perusahaan, kecuali perusahaan negara
berbentuk perusahaan jasa (PERJAN) sebagaimana diatur dalam Undang-undang No. 9 Tahun 1969,
dan perusahaan perorangan kecil yang dijalankan oleh pengusaha swasta sendiri atau hanya
mempekerjakan anggota keluarga terdekatnya.
Perusahaan yang wajib didaftarkan dalam daftar perusahaan adalah setiap perusahaan yang
berkedudukan untuk menjalankan usahanya di wilayah negara Republik Indonesia, meliputi kantor
cabang, kantor cabang, anak perusahaan dan agen serta perwakilan dari perusahaan tersebut yang
mempunyai kewenangan untuk mengadakan perjanjian, beberapa perusahaan tersebut berbentuk
badan hukum. Termasuk koperasi, perkumpulan, perseorangan dan badan usaha lainnya (Pasal 7
dan 8 UU No. 3 Tahun 1982).
Berdasarkan ketentuan di atas maka ini termasuk suatu bisnis waralaba, meskipun dapat
dilakukan oleh perorangan yang bukan badan hukum. Pemberi waralaba atau pengusaha wajib
melakukan pendaftaran ini, atau dapat juga diberi kuasa oleh orang lain untuk mendaftar. Pasal 32
Undang-undang ini mengatur bahwa barang siapa dengan sengaja atau karena kelalaiannya tidak
melaksanakan kewajibannya untuk mendaftarkan perusahaannya, diancam dengan pidana penjara
paling lama tiga bulan atau denda paling banyak Rp. 3.000.000,00.
Selain terdaftar dalam Daftar Perusahaan, perusahaan waralaba juga wajib memiliki Surat Izin
Usaha Komersial (S.I.U.P.), sesuai ketentuan Keputusan Menteri Perdagangan No. 1456/Kp/XII/84.
Surat Izin Usaha Usaha (S.I.U.P.) adalah surat izin untuk dapat melakukan kegiatan niaga. Dan yang
dimaksud dengan jual beli adalah kegiatan jual beli barang atau jasa yang berlangsung terus
menerus dengan tujuan mengalihkan hak atas barang atau jasa disertai dengan imbalan atau
imbalan. Setiap perusahaan yang melakukan bisnis harus memiliki S.I.U.P. (Pasal 3 Kep.Men.Dag.No.:
1458/Kp/XIJ/84). Waralaba sebagai kegiatan usaha wajib mendapatkan Surat Izin Usaha (S.I.U.P.)

C. Keagenan
Waralaba memiliki karakteristik, karakteristik waralaba sebagai perjanjian sering disebut mirip
dengan banyakknya perjanjian lain seperti perjanjian lisensi, distributor, keagenan, dan sebagainya.
Ciri-ciri bisnis waralaba adalah penggunaan merek dagang dan identitas perusahaan oleh
perusahaan lain, disertai pengawasan terus menerus oleh pemilik waralaba dan kewajiban
membayar fee oleh pemilik waralaba. pemberi waralaba sesuai dengan kesepakatan yang telah
disepakati.(Siombo & Raditya, 2017)
Sistem waralaba mensyaratkan eksklusivitas dan dalam banyak kasus mensyaratkan alasan
tidak bersaing bagi pemilik waralaba, bahkan setelah perjanjian waralaba berakhir. Hal ini
menyebabkan pemberi waralaba bersifat eksklusif, artinya tidak ada orang atau pihak penerima
waralaba yang dapat melakukan kegiatan lain yang serupa atau berbeda dalam suatu lingkungan
yang dapat menimbulkan persaingan dengan kegiatan usaha pemberi waralaba.
Franchisor memiliki standar operasi reguler dan harus ditulis dalam apa yang disebut Standar
Operasional Manual (SOP). SOP tersebut akan berisi panduan proses bisnis secara detail, mulai dari
sumber bahan baku, pelatihan manajemen, sumber daya manusia, keuangan, pemasaran dan
promosi, hingga riset pengembangan bisnis. Hal-hal tersebut pada umumnya termasuk dalam butir-
butir kesepakatan di antara mereka. Termasuk pengawasan dimana franchisor melakukan
pengawasan atau kontrol yang ketat terhadap franchisor untuk memastikan bahwa sistem berjalan
dengan baik dan benar. Franchisee harus mengikuti sistem yang ada dan menghasilkan barang dan
jasa atau produk franchisor.
Istilah franchise sudah tidak asing lagi bagi masyarakat, khususnya di Indonesia dan hal itu
menarik banyak perhatian untuk mendalaminya. Istilah waralaba dicoba di Indonesia dengan
menggunakan istilah Waralaba yang juga diperkenalkan pertama kali oleh Lembaga Pengelola
Pendidikan dan Pengembangan (LPPM). Di Indonesia, waralaba semakin dikenal pada tahun 1950-an
dengan munculnya dealer mobil dengan membeli lisensi atau menjadi agen tunggal pemilik merek.
Waralaba ini kemudian akan terus berkembang hingga diperkenalkannya waralaba asing di tahun
1970-an. Brand pertama yang masuk KFC adalah Dick Galil sebagai master franchise.(Ulfiahambas
Syam, 2020)
Kedudukan hukum yang berlaku untuk orang yang melakukan sebuah perjanjian waralaba di
Indonesia itu berdiri sendiri (Independent Contractor atau No Agency),(Trisnadewi & Mahartayasa,
2014) dalam klausul ini menegaskan bahwa legal standing dan hubungan antara franchisor dan
franchisor bukanlah keagenan, joint venture, atau atasan dan bawahan. Franchisor adalah pihak
yang menyediakan bisnis franchise dengan memiliki sistem atau prosedur dalam bisnis franchise,
sedangkan franchisor adalah pihak yang menerima atau mengelola bisnis franchise dengan cara yang
dikembangkan oleh franchisor.
D. Distributor
Baik waralaba maupun distributor, keduanya sama-sama merupakan bisnis atau usaha dengan
investasi risiko kecil di mana untuk mendapatkan keuntungan memiliki peluang yang besar.
(Juristezar P.L.T. dkk., 2006) Waralaba adalah suatu perjanjian di mana salah satu pihak diberikan
hak untuk menggunakan hak atas kekayaan intelektual, penemuan atau kekayaan komersial yang
dimiliki oleh pihak lain untuk suatu imbalan berdasarkan syarat-syarat yang ditentukan oleh pihak
lain tersebut, dalam rangka penyediaan atau menjual baik barang maupun jasa. Sedangkan
distributor adalah perusahaan perdagangan nasional yang bertindak atas namanya sendiri
berdasarkan perjanjian yang membeli, menyimpan, menjual, dan memasarkan barang atau jasa yang
dimiliki atau dikuasai. Dalam distributor pihak kedua yang menjual barang milik pihak pertama, ia
hanya menerima fee atau membayar sejumlah barang yang dibeli, dan harga barang ditentukan oleh
pihak pertama selaku pemilik barang. Tugas pihak kedua adalah menjual saja di mana tidak perlu
melibatkan manajemen, secara tidak langsung perjanjian distributor hanya merupakan
perpanjangan tangan dari pihak pertama. Secara singkat yang didapat pihak kedua sebagai merchant
hanyalah fee yang ditetapkan oleh pihak pertama. Jika dilihat dari segi keuntungan jelas lebih
menguntungkan bagifranchise, karena baik franchisor maupun franchisee dapat ikut serta dalam
pengelolaan, franchisee hanya perlu membayar lisensi yang dimiliki oleh pemilik atau pihak pertama.
Namun, bisnis distributor diyakini juga memiliki keunggulan tersendiri yang berbeda dengan
waralaba.

RANGKUMAN MATERI
Waralaba pertama kali muncul di Amerika Serikat yang di mana kala itu terdapat sebuah
perusahaan yang mengenalkan mesin jahit dengan menggunakan metode waralaba dalam
melakukan produksinya. Waralaba juga berkembang pesat di Indonesia, di mana hal itu dibuktikan
tidak hanya perusahaan-perusahaan besar saja yang menggunakan metode waralaba dalam
memproduksikan produknya tetapi perusahaan kecil dan lokal seperti es teler pun ikut
memproduksikan produknya dengan menggunakan metode bisnis waralaba.
Pada dasarnya, bisnis waralaba merupakan sebuah kesepakatan mengenai bagaimana barang
dan jasa akan di distribusikan kepada konsumen. Maka, dalam hal ini franchisor akan memberikan
hak kepada franchisee untuk melakukan kegiatan perindustrian barang dan jasa atas nama beserta
identitas dari franchisor. Jadi, singkatnya ialah franchisor akan memberikan bantuan kepada
franchisee, dan sebagai imbalannya maka franchisee akan membayar sejumlah uang dalam bentuk
biaya awal dan royalti.
Secara sederhana, waralaba dapat di artikan sebagai bentuk untuk memasarkan suatu usaha
dalam bidang baik barang maupun jasa di mana memiliki karakteristik tersendiri dalam kegiatannya.
Waralaba juga bisa di sebut franchisee yaitu sebagai serangkaian hak-hak untuk menjual maupun
memasarkan suatu produk tertentu baik barang maupun jasa. Dalam waralaba ini, tentu memiliki
sebuah perjanjian guna memulai bisnis tersebut dengan harapan perjanjian tersebut dapat
mengatur antara hak dan kewajiban pihak yang akan melakukan kerja sama.
Kegiatan waralaba Indonesia di atur dalam peraturan menteri perdagangan nomor 71 tahun
2019 mengenai penyelenggaraan waralaba. Penyelenggaraan waralaba harus didasarkan oleh
perjanjian waralaba yang di buat antara para pihak yang memiliki kedudukan hukum yang setara dan
terhadap mereka berlaku hukum Indonesia. Dapat disimpulkan bahwa waralaba adalah hak khusus
yang dimiliki oleh perseorangan maupun badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha
dalam rangka memasarkan barang atau jasa yang telah terbukti berhasil serta dapat dimanfaatkan
atau di gunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba.

TUGAS DAN EVALUASI


Untuk lebih mendalami materi di atas, coba kerjakan beberapa pertanyaan di bawah ini:
1. Dari pengertian di atas, ada yang dapat saudara/i simpulkan mengenai pengertian waralaba?
2. Adakah peraturan yang mengikat mengenai kegiatan waralaba di Indonesia? Sebutkan dan
berikan penjelasannya!
3. Apa yang di tegaskan dalam pasal 1 ayat (1) peraturan pemerintah nomor 42 tahun 2007
mengenai waralaba?
4. Sebutkan aspek-aspek dalam waralaba!
5. Jika waralaba adalah sebuah bentuk kerja sama antara pemilik merek dagang yang akan
mendelegasikan mereknya kepada pihak lain, maka pihak lain ini tentu perlu membeli izin
untuk menggunakan merek milik pihak pertama untuk menjalankan usahanya. Namun,
bagaimana apabila seseorang atau suatu badan usaha memakai merek dari pihak pertama
tanpa seizin pihak pertama? Jelaskan!
6. Perkembangan waralaba, berkembang cukup pesat. Oleh karena itu, tentulah terdapat
beberapa kelebihan dalam bisnis waralaba sehingga orang-orang memilih untuk melakukan
bisnis tersebut. Sebutkan kelebihan-kelebihan tersebut!
7. Jika kalian berkesempatan untuk memulai bisnis waralaba, bisnis apakah yang akan kalian
ambil berikan penjelasan beserta alasannya!

DAFTAR PUSTAKA
Arif, Moh. E., Anggraeni, R., & Ayuni, R. F. (2021). Bisnis Waralaba. UB Press.
https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=80FIEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PP1&dq=aspek+bisnis+waralaba&ots=rNJXTY0GhM
&sig=4w1RXKTeZAOXzUjOyrkYIS-0qyk&redir_esc=y#v=onepage&q=aspek%20bisnis
%20waralaba&f=false

Juristezar P.L.T., Suharnoko, Supervisor, & Akhmad Budi. (2006). Tinjauan Yuridis Terhadap
Perjanjian Waralaba (Franchise Agreement) dan Perbandingannya dengan Perjanjian
Pengangkatan Sebagai Distributor (Distributor Agreement) / Juristezar P.L.T.
https://lontar.ui.ac.id/detail?id=20322463

Mathar, M. (2016). ASPEK HUKUM USAHA WARALABA DI INDONESIA.


https://scholar.googleusercontent.com/scholar?q=cache:8NS-
7WXDtk4J:scholar.google.com/
+ASPEK+HUKUM+USAHA+WARALABA+DI+INDONESIA+mathar&hl=id&as_sdt=0,5

Muci Paryani, L. S., & Dewa Gde, R. (2015). Waprestasi dalam Pelaksanaan Perjanjian Waralaba pada
Lembaga Bimbingan Belajar di Kota Denpasar. Kertha Semaya, 03(02).
https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/1335236

Oktavi, E. (2013). Perlindungan Hukum Bagi Penerima Waralaba dalam Perjanjian Waralaba di
Indonesia. https://scholar.googleusercontent.com/scholar?
q=cache:GtXgNKjh4loJ:scholar.google.com/+perkembangan+waralaba&hl=id&as_sdt=0,5

Siombo, M. R., & Raditya, I. (2017). Perjanjian Bisnis Waralaba Yang Bercirikan Budaya Lokal (Rumah
Makan Sederhana Yang Dikelola Oleh Pt Sederhana Abadan Mitra).
https://scholar.googleusercontent.com/scholar?q=cache:El77bL_Bdh4J:scholar.google.com/
+karakteristik+waralaba&hl=id&as_sdt=0,5&as_ylo=2012&as_yhi=2023

Sri Redjeki, S. (2011). Waralaba (Franchise) di Indonesia. 08(02).


https://scholar.googleusercontent.com/scholar?q=cache:BZlm6cGA8CcJ:scholar.google.com/
+waralaba+menurut+ahli&hl=id&as_sdt=0,5

Trisnadewi, I. A., & Mahartayasa, M. (2014). Kedudukan Hukum Para Pihak dalam Perjanjian
Waralaba di Indonesia. https://scholar.googleusercontent.com/scholar?q=cache:8Ojhu_Zd-
B8J:scholar.google.com/++waralaba+keagenan&hl=id&as_sdt=0,5&as_ylo=2012&as_yhi=2023
Ulfiahambas Syam, A. W. (2020). Dampak Kebijakan Proteksi Indonesia pada Bidang Waralabaasing
(Studi Kasus: Kentucky Fried Chicken). 05(1). http://scholar.googleusercontent.com/scholar?
q=cache:eALfqMbqwxQJ:scholar.google.com/
+agen+waralaba&hl=id&as_sdt=0,5&as_ylo=2012&as_yhi=2023

Anda mungkin juga menyukai