Bab ll
Pembahasan :
Secara umum Waralaba ( bahasa Inggris : franchising ; bahasa Prancis : franchise yang aslinya berarti
hak atau kebebasan ) adalah hak-hak untuk menjual suatu produk atau jasa maupun layanan.
Menurut Pemerintah Indonesia, waralaba merupakan suatu perikatan yang salah satu pihaknya
diberikan hak dalam memanfaatkan dan/atau menggunakan hak dari kekayaan intelektual (HAKI).
Atau pertemuan dari ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan tertentu
berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak lain tersebut dalam rangka penyediaan dan/
atau penjualan barang dan jasa. Waralaba di Indonesia diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor
42 tahun 2007.
Menurut Asosiasi Franchise Indonesia, Waralaba adalah suatu sistem pendistribusian barang/jasa
kepada pelanggan akhir dengan pelaku waralaba (franchisor) yang memberikan hak kepada individu
atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis dengan merek, nama, sistem, prosedur dan tata cara
yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu, meliputi area tertentu.
Dalam bisnis waralaba ( Franchisee ), akan ada pihak yang disebut sebagai franchisor dan
juga franchise.
menyebutkan bahwa :
Pemberi waralaba ( franchisor ) adalah orang perseorangan atau badan usaha yang memberikan hak
untuk memanfaatkan atau menggunakan waralaba yang dimilikinya kepada penerima waralaba.
Sementara itu penerima waralaba ( franchisee ) adalah orang perseorangan atau badan usaha yang
diberikan hak oleh pemberi waralaba untuk memanfaatkan atau menggunakan waralaba yang
dimiliki pemberi waralaba.2
Dari segi bisnis dewasa ini, istilah waralaba dipahami sebagai suatu bentuk kegiatan pemasaran dan
distribusi. Di dalamnya sebuah perusahaan besar memberikan hak atau privelege untuk menjalankan
bisnis secara tertentu dalam waktu dan tempat tertentu kepada individu atau perusahaan yang
relative lebih kecil. Waralaba merupakan salah satu bentuk metode produksi dan distribusi barang
atau jasa kepada konsumen dengan suatu standard dan system eksploitasi tertentu. Pengertian
1
Gunawan Widjaja, 2002, Lisensi Atau Waralaba: Suatu Panduan Praktis, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
2
AnkiNovairi Dari dan AdityaBayuAji, 2011, Kaya Raya dengan Waralaba, Jakarta: Kata Hati, Hal. 107
standar dan eksploitasi tersebut meliputi kesamaan dan penggunaan nama perusahaan, merek,
serta system produksi, tata cara pengemasan, penyajian, dan pengedarannya
Definisi lain dari waralaba adalah bentuk kerjasama bisnis atau usaha dengan memakai prinsip
kemitraan, sebuah perusahaan yang sudah mapan baik itu dari segi sistem manajemen, keuangan
maupun dari marketingnya serta adanya merek dari produk perusahaan yang sudah dikenal oleh
masyarakat luas, dengan perusahaan ataupun individu yang memakai merek dari produk maupun
sistem tersebut itulah yang disebut dengan waralaba.
Hak yang dimaksud adalah Hak Kekayaan Intelektual atau HKI dalam arti waralaba antara lain
seperti hak paten, hak cipta, rahasia dagang, desain logo dagang, nama dagang dan juga merek
dagang. Kemudian yang lainnya seperti cara penjualan, sistem manajemen, penataan dan cara
pendistribusian produknya yang menjadi karakteristik khusus dari pemilik usaha, itu semua
merupakan penemuan atau ciri khas dari usaha. 3
Hukum akan format waralaba di Indonesia dimulai pada tanggal 18 Juni 1997, yaitu dengan
dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1997 tentang Waralaba.
Kemudian Peraturan Pemerintah Nomor 16 tahun 1997 tentang waralaba ini telah dicabut dan
diganti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2007 tentang Waralaba ditetapkan pada
tanggal 23 Juli 2007.
Selanjutnya ketentuan-ketentuan yang mendukung kepastian hukum dalam format bisnis waralaba
adalah sebagai berikut:
Pengaturan waralaba di Indonesia diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2007
tentang Waralaba, sedangkan pengertian waralaba sudah diuraikan pada bab sebelumnya. Adapun
Aturan-aturan baru yang ada dalam Peraturan Pemerintah baru ini adalah, antara lain : Pemberi
waralaba diwajibkan memperlihatkan prospektus kepada calon penerima waralaba.
Isi prospektus memuat data identitas pemberi waralaba, legalitas usaha pemberi waralaba, sejarah
kegiatan usahanya, struktur organisasi pemberi waralaba, laporan keuangan 2 (dua) tahun terakhir,
jumlah tempat usaha, daftar penerima waralaba, serta hak dan kewajiban pemberi waralaba dan
penerima waralaba.
Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat.
Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata menegaskan mengenai berlakunya asas kebebasan berkontrak yaitu
bahwa para pihak bebas melakukan kontrak apapun sepanjang tidak bertentangan dengan hukum
positif, kepatutan dan ketertiban umum. Lebih lanjut, semua perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Sekalipun perjanjian waralaba tidak
termasuk sebagai perjanjian bernama, namun ketentuan-ketentuan umum mengenai suatu
perjanjian yang diatur dalam Pasal 1233 sampai dengan Pasal 1456 KUH Perdata tetap berlaku
terhadap perjanjian waralaba.
Usaha waralaba selalu berkaitan dengan merek, paten dan hak cipta, karena penerima waralaba
pada intinya menggunakan dengan izin atau lisensi merek dagang, paten ataupun hak cipta dari
pemberi waralaba. Atas penggunaan lisensi tersebut penerima waralaba mempunyai kewajiban
untuk membayar royalti.4 Waralaba di Indonesia diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No 42
tahun 2007 tentang Waralaba.
Beberapa peraturan lain yang mendukung kepastian hukum dalam format bisnis waralaba adalah
sebagai berikut:
2.3 Waralaba merupakan suatu hubungan berdasarkan perjanjian antara Franchisor ( Pemberi
waralaba) dengan Franchise ( Penerima Waralaba).
Pada dasarnya perjanjian waralaba merupakan salah satu aspek perlindungan hukum yang mengatur
segala kegiatan yang berhubungan dengan waralaba baik yang menerangkan hak dan kewajiban
para pihak dan harus berprinsip keadilan, adanya kesepakatan antara para pihak dan berpedoman
4
Suduthukum.com.( 2017,1 april ). Dasar Hukum Waralaba.Diakses pada 27 Oktober 2019, dari
https://suduthukum.com/2017/03/dasar-hukum-waralaba.html
dengan Perundang-Undangan yang berlaku. 5Secara garis besar pada umumnya perjanjian waralaba
memuat sebagai berikut:
b) Kewajiban dari pewaralaba ( franchisee ) sebagai imbalan atas hakyang diterima dan
kegiatan yang ditakukan oleh pengwaralaba ( franchisor ) pada saat pewaralaba
( franchisee) memuiai usahamaupun selama menjadi anggota dari sistim waralaba
( franchise).
c) Hal yang berkaitan dengan kasus penjualan hak pewaralaba ( franchisee) kepada pihak lain.
Bila pewaralaba tidak ingin meneruskan sendiri usaha tersebut dan ingin menjualnya
kepada pihak lain maka suatu tata cara perlu disepakati sebelumnya.
d) Hal yang berkaitan dengan pengakhiran perjanjian kerja sama dari masing-masing pihak.
Perjanjian waralaba atau franchise dibuat secara tertulis dengan bahasaIndonesia sebagaimana yang
diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 /2007 tentang Usaha Waralaba. Dengan demikian,
menurut penulis dapatdisimpulkan, perjanjian waralaba harus dalam bentuk akta notaris. Hal
tersebut bertujuan agar kepastian hukum isi dari perjanjian waralaba lebih terjamin, meskipun para
pihak dapat membuat sendiri - di bawah tangan -dengan mengikuti ketentuan KUHPerdata.
Setiap bisnis pasti ada keuntungan dan kelemahannya, keuntungan waralaba diantaranya sebagi
berikut :
Untuk menjalankan bisnis waralaba, penerima waralaba tidak perlu memikirkan soal manajemen,
karena dalam bisnis ini, penerima waralaba hanya tinggal menjalankan bisnis yang sudah teruji dan
sudah terlatih dengan baik.
5
Lindsey, TIM, 2003, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, Bandung: Alumni, hlm. 131
Bisnis waralaba sudah tersusun dan tersistematis dengan baik, dari mulai menajemen perusahaan,
strategi dalam mencari konsumen, dan menghadapi tantangan. Semua sudah diatur sedemikian
rupa, sehingga penerima waralaba tinggal mengimplementasikan dan menjalankan bisnis tersebut.
Dalam bisnis ini penerima waralaba terbilang mudah dalam mencari pelanggan, , karena merk dan
produk dalam usaha ini sudah dikenal oleh masyarakat luas.
Biaya pemasaran dalam bisnis waralaba termasuk rendah. Hal ini karena penerima waralaba tidak
perlu membuat iklan, brosur, serta perlengkapan atau segala sesuatu yang diperlukan dalam usaha
pengenalan produknya, karena dengan modal yang telah diberikan kepada pemberi waralaba, maka
penerima waralaba sudah mendapatkan semua apa yang diprlukan dalam menjalankan bisnis
tersebut.
Pemberi waralaba akan senantiasa memberikan bantuan dan arahan bagi penerima waralaba.
Mereka akan menyediakan peralatan yang dibutuhkan, selain itu mereka juga membantu dalam
menciptakan kondisi yang baik dan efektif. Selain itu pemiliki usaha juga bisa menjadi jembatan bagi
penerima waralaba dengan pihak lain yang penerima warlaba butuhkan. Selain itu keamanan juga
lebih terjaga, karena dibimbing oleh ahli-ahli yang sudah profesional di bidangnya.
Keuntungan yang dapat diraih oleh penerima waralaba termasuk besar, karena selain produk dan
merk sudah di kenal di masyarakat luas, dan banyak pelanggan, maka penerima waralaba juga akan
mendapatkan pajak dari para pembeli atau konsumen.
Dengan melaksanakan bisnis franchise ini kemungkinan terjadi kegagalan atau kerugian sedikit,
karena sudah ada sistem dan manejemen yang bagus dan teruji. Berbeda dengan memulai bisnis
sendiri pelaku bisnis masih sering mengalami kegagalan karena tidak ada pemandu yang ahli dan
tidak ada bantuan serta pengawasan dari pihak lain.
Keterbukaan menjadi salah satu hal dasar yang harus ada di bisnis franchise ini. Karena pada
dasarnya sistem kerja dari bisnis ini adalah kerjasama antara dua pihak yang saling berikatan dengan
suatu kesepakatan. Jadi palaku usaha selalu membuat laporan keuangan yang digunakan sebagai
bahan laporan kepada pemilik usaha.
Disamping adanya keuntungan, tentunya bisnis ini juga memiliki kelemahan, diantaranya adalah :
Bagi pelaku bisnis yang ingin maju atau berkembang, maka akan menemui kesulitan dan halangan
ketika ikut dalam bisnis franchise. Karena disini ada durasi kontrak minimal 10 tahun. Jadi selama
itulah penerima waralaba harus fokus pada bisnis itu, tidak diperkenankan untuk membuka usaha
baru atau memberikan suatu perubahan dalam bisnis itu. Bisa dibilang penerima waralaba akan
terkekang dengan durasi kontrak tersebut.
3. Kurang Fleksible
Apapun yang ada di bisnis ini sudah paten, mulai dari manajemen, pemasaran, lingkungan kerjanya
semua sudah paten dan tidak bisa dirubah. Dalam hal ini pelaku usaha tidak diperkenankan untuk
memberikan inovasi atau kreatifitas.
4. Tanggungan royalti
Merk dan produk terkenal dari bisnis waralaba yang di jalankan, mengharuskan untuk
menghargainya dengan membayar royalti. Royalti ini dibayarkan setiap tahunnya. Bisa dibilang
penerima waralaba harus selalu menyetorkan apa yang di dapat..
Bisnis waralaba adalah kerjasama antara dua pihak dengan kesepakatanm tertentu, hal ini
cenderung mudah menimbulkan perdebatan atau konflik ketika ada suatu hal yang kurang berkenan
bagi salah satu pihak.
6. Menjaga Reputasi
Bisnis waralaba ini memiliki reputasi yang tinggi, yang menuntut penerima waralaba untuk
menjaganya. Kesalahan sedikit saja akan membawa penerima waralaba dalam sebuah masalah yang
besar, penerima waralaba harus mempertanggung jawabkan reputasi bisnis ini. Penerima waralaba
akan berhadapan dengan banyak orang yang akan mencaci dan mengecamnya. Jadi penerima
waralaba harus benar-benar berhati-hati.6
Profil Perusahaan
Minimarket Indomaret adalah salah satu minimarket yang menjual kebutuhan pokok. Indomaret
didirikan dan dikelola oleh PT. Indomarco Prismatama pada tahun 1988. Pada tahun 1997
perusahaan tersebut mulai mengembangkan bisnis waralaba yang pertama kali ada di Indonesia
dengan bentuk Indomaret. Karena konsepnya yang unik dan dikerjakan secara profesional maka
pada Mei 2010 indomaret telah memiliki 4261 toko. Sebagian dimiliki oleh perorangan dengan total
6
Dosenekonomi.com.( 2016, 5 July ). 12 Keuntungan dan Kerugian Bisnis Franchise. Diakses pada 26 Oktober
2109, dari https://dosenekonomi.com/bisnis/franchise/keuntungan-dan-kerugian-bisnis-franchise
2.444 dan sebagian lagi dimiliki oleh masyarakat dengan total 1.817 toko. Jumlah yang sangat luar
biasa tentunya.
Sedangkan Alfamart adalah swalayan kecil yang didirikan oleh Djoko Sutanto pada tanggal 22
Februari 1989. Pada perkembangannya aset perusahaan Alfamart dimiliki oleh PT. Sampoerna, Tbk
sebanyak 70% dan PT. Sigmantara Alfindo sebesar 30%. Hingga saat ini Alfamart telah memiliki 21
kantor cabang dan lebih dari 6000 toko. Tentu angka yang cukup sebanding dengan indomaret. Hal
ini menunjukkan bahwa pertumbuhan kedua minimarket tersebut sangat cepat dan sukses
mengambil hati masyarakat.
Di antara penyebab pesatnya perkembangan waralaba kedua minimarket tersebut tentu ada resep
rahasia perusahaan yang terus dijaga. Di antara rahasia tersebut adalah jenis barang yang disediakan
keduanya bisa dikatakan hampir sama yaitu memenuhi kebutuhan primer dan skunder masyarakat.
Seperti makanan, minuman, alat tulis, pulsa, produk kecantikan, hingga peralatan dapur, dan lain
sebagainya.
Poin utamanya yaitu tidak ada satu barang pun yang jauh dari kehidupan masyarakat kecil dan
menengah. Selain itu, harga jual produknya pun sangat terjangkau sehingga tidak heran apabila
minimarket tersebut tersebar luas di daerah-daerah kecil hingga besar. Inilah sebagian kunci sukses
waralaba alfamart dan indomaret.
Untuk bisa membeli hak waralaba atau sistim franchise untuk kedua mini market tersebut kurang
lebih memiliki syarat yang hampir sama, diantaranya sebagai berikut :
Memiliki lahan usaha dengan luas kurang lebih 90 m2 hingga 150 m2 ( Bisa milik sendiri
maupun sewa )
Menyelesaikan Anggaran Biaya ( berkisar antara 250 juta hingga 500 juta rupiah )
Dengan melihat anggaran modal yang di perlukan untuk menjalankan waralaba ini maka usaha ini
termasuk kedalam kategori skala menengah keatas karena memutuhkan modal yang cukup besar.
Akan tetapi dengan nama besar yang di sandang kedua minimarket tersebut, modal sebesar itu
tergolong masuk akal.
Sebabnya segala sesuatu mengenai teknis untuk mendirikan sebuah minimarket telah dipersiapkan
secara profesional, bahkan hingga distribusi stok barang dan promosi pun sudah termasuk tanggung
jawab pihak menjual waralaba.7
7
Infopeluangusaha.org. Analisa Waralaba Alfamart dan Indomaret. Diakses pada 24 Oktober 2019, dari
https://infopeluangusaha.org/analisa-waralaba-alfamart-dan-indomaret/
Penutup :
Kesimpulan :
Waralaba adalah bentuk kerjasama bisnis atau usaha dengan memakai prinsip kemitraan, sebuah
perusahaan yang sudah mapan baik itu dari segi sistem manajemennya, keuangannya maupun dari
marketingnya serta adanya merek dari produk perusahaan yang sudah dikenal oleh masyarakat luas,
dengan perusahaan ataupun individu yang memakai merek dari produk maupun sistem tersebut
itulah yang disebut dengan waralaba.
Waralaba merupakan salah satu bentuk perikatan/atau perjanjian dimana kedua belah pihak harus
memenuhi hak dan kewajibannya masing-masing. Perjanjian waralaba adalah perjanjian yang tidak
bertentangan dengan undang-undang, agama, ketertiban umum, dan kesusilaan. Artinya perjanjian
itu menjadi sebuah aturan bagi mereka yang membuatnya, dan mengikat kedua belah pihak.
Perjanjian bisnis waralaba ini merupakan perjanjian baku timbal balik dimana masing-masing pihak
berkewajiban melakukan prestasi sehingga akan saling menguntungkan
Saran :
Dalam pelaksanaan perjanjian waralaba haruslah ada itikad baik dalam melangsungkan perjanjian
tersebut. Substansi dari perjanjian waralaba haruslah dimengerti oleh kedua belah pihak antara
pengwaralaba dan penerima waralaba supaya tidak terjadi kesalah pahaman.
Dalam melaksanakan suatu perjanjian haruslah tunduk pada peraturan yang berlaku supaya tidak
terjadi pelanggaran wanprestasi, walaupun kedua belah pihak telah mempunyai perlindungan
hukum.