Waralaba
Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena bimbingan dan penyertaan-
Nya, sehingga saya dapat merampung makalah ini guna memenuhi tugas yang diberikan
Dosen pengajar pada Fakultas Ekonomi Bisnis, Jurusan Akuntansi UNMAS.
Makalah ini masih belum sempurna disebabkan karena terbatasnya kemampuan
pengetahuan baik teori maupun praktek. Dengan demikian kelompok ini mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun dari pembaca guna memperbaiki dan menyempurnakan
penulisan makalah ini.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sagat diharapkan
kelompok ini. Guna tercapainya makalah yang baik.
Kiranya Yang Maha Kuasa tetap menyertai kita sekalian, dengan harapan pula agar
karya ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.............................................................................................................................i
Daftar isi........................................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PEMBAHASAN
1.1 Kesimpulan.............................................................................................................................12
Daftar Pustaka
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
memberikan perlindungan hukum terhadap Hak Kekayaan Intelektual. Hal ini
dikarenakan perjanjian tersebut dapat menjadi dasar hukum yang kuat untuk
menegakkan perlindungan hukum bagi para pihak yang terlibat dalam sistem waralaba.
Jika salah satu pihak melanggar isi perjanjian, maka pihak lain dapat menuntut pihak
yang melanggar tersebut sesuai dengan hukum yang berlaku. Perjanjian Waralaba telah
mengatur tentang perlindungan HAKI secara spesifik, yakni dengan memperjanjikan
batasan-batasan tertentu yang harus dipatuhi oleh franchisee, yang secara langsung
maupun tidak langsung ditujukan untuk melindungi hak kekayaan intelektual dari
pemberi waralaba.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Waralaba
Sekarang kita hidup pada era Global Society yang menjadikan batas – batas
negara sudah tidak menjadi hambatan lagi didukung oleh kecepatan informasi yang
mana semua menjadi serba instant. Dampak dari globalisasi ini akan
mempengaruhi kepada seluruh sector termasuk perkonomian dan bisnis, dimana
kompetisi akan semakin terbuka lebar. Dalam menjawab tantangan ini maka pelaku
bisnis mencari pola atau metode yang dinilai effektif, yang sudah mewakili atas
jawaban dari tantangan globalisasi tersebut yaitu salah satunya dengan
WARALABA atau dikenal degan nama FRANCHISING.
Kata Franchise sebetulnya adalah diambil dari Bahasa Perancis kuno yang
berarti “bebas”. Sejarah mencatat kegiatann franchise pertama dilakukan di Eropa
oleh bangsa Jerman pada tahun 1840 dengan kosep yang masih sederhana, dan
berkembang pesat terus hingga ke benua Amerika, dan sejarah mencatat bahwa
pada tahun 1951 merupakan tonggak dimulainya bisnis franchise modern yang
dipelopori oleh SINGER yaitu suatu perusahaan mesin jait di Amerika Serikat.
Konsep bisnis waralaba ini terus mengalami perkembangan sampai ke seluruh
penjuru dunia hingga masuk ke Indonesia.
3
berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak lain tersebut, dalam rangka
penyediaan, dan atu penjualan barang atu jasa tersebut.”
4
dan sebaliknya suatu imbalan tertentu akan dibayarkan kepada franchisor
sehubungan dengan hal tersebut.
Anoraga (2005) Waralaba juga memiliki arti suatu sistem bagi distribusi
selektif bagi barang dan/atau jasa di bawah suatu nama merek melalui tempat
penjualan yang dimiliki oleh pengusaha independen yang disebut “franchisee”,
walaupun pemberi franchise (franchisor) memasok franchisee dengan pengetahuan
atau identifikasi merek secara terus menerus, franchisee menikmati hak atas profit
yang diperoleh dan menanggung risisko kerugian. Berdasarkan dari uraian dan
beberapa pendapat ahli tersebut, maka kesimpulannya waralaba adalah suatu hak
yang diberikan oleh pemberi waralaba kepada penerima waralaba untuk dijalankan
sesuai dengan ketentuan dan aturan yang berlaku yaitu PP No.42 Tahun 2007
tentang Waralaba serta Perjanjian Waralaba itu sendiri, dengan segala sanksi dan
resiko apabila terjadi wanprestasi dalam pelaksanaannya, dalam menjalankan usaha
waralaba tersebut penerima waralaba harus menjalankan semua ketentuan yang
telah ditetapkan oleh pemberi waralaba tanpa menghiraukan PP No.42 Tahun 2007
dan Perjanjian Waralaba yang ada. Karena waralaba merupakan bisnis usaha yang
dijalankan dengan ciri khas tertentu dengan managemen dan sistem pemasarannya
sudah menjadi satu paket yang harus dijalankan sesuai dengan peraturan yang ada
Adapun unsur – unsur yang terdapat dalam waralaba terdiri dari empat unsur,
yaitu:
1. Franchisor, yang mana adalah pemilik/produsen suatu produk barang atau jasa
tertentu yang telah memiliki merek dagang tertentu dan memberikan hak
eksklusif untuk pemasaran dan penjualan atas merek dagang tertentu.
2. Franchise, merupakan pihak yang menrima hak eksklusif dari franchisor, hahk –
hak tersebut meliputi hak milik intelektual, dan hak perindustrian dari franchisor
ke franchise.
3. Pengelolaan unit usaha, adanya pendirian badan usaha tertentu untuk
menjalankan waralaba oleh franchisee termasuk penetapan hak wilayah operasi
bisnis oleh franchisor.
5
4. Initial /royalty fee, fee ini diberikan kepada franchisor oleh franchisee atas imbal
prestasi termasuk fee lain yang telah disepakati bersama
5. Standar mutu, diberikan kepada franchise oleh franchisor untuk menjaga kualitas
yang sesuai standar franchisor sekaligus supervise secara berkesinmbungan agar
mutu tetap terjamin.
6. Pelatihan/training, diperuntukan bagi SDM unit usaha waralaba dibawah
franchisee dengan difatilisasi oleh franchisor secara berkala yang bertujuan
untuk meningkatkan kompetensi, pelayanan, dan ketrampilan yang memadai.
7. Kontrak, adanya suatu perikatan/perjanjian dalam draft kontrak yang mengikat
serta menjelaskan hak dan kewajiban antara franchisor dan franchisee.
Menurut Turf D. Brown dalam buku Handbook of Retailing yang terdapat dalam
buku yang berjudul Franchise Pola Bisnis Spektakuler dalam Perspektif Hukum dan
Ekonomi yang dikemukakan oleh Lindaty P Sewu (2006) bisnis usaha waralaba terbagi
menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:
A. Waralaba Pekerjaan
B. Waralaba Usaha
Bentuk usaha waralaba ini adalah berupa toko eceran yang menyediakan
barang dan jasa, atau restoran fast food. Waralaba ini memerlukan modal yang
besar karena memerlukan tempat dan perlengkapan.
C. Waralaba Investasi
Pembeda waralaba investasi dengan yang lain adalah besarnya usaha,
khususnya besarnya investasi yang dibutuhkan. Bentuk seperti ini biasanya adalah
waralaba yang bergerak di bidang perhotelan. Di Indonesia terdapat beragam jenis
franchise yang dilihat dari sektor usaha. Jenis-jenis tersebut antara lain:
Makanan dan Minutan
6
Ritel (non food & food)
Salon Rambut dan Kecantikan
Binatu/Jasa Perbaikan
Training/Jasa Konsultasi
Fitnes & Perawatan Jasmani (Body Care)
Printing/Photo Furnitur
Real Estate/Car Rental
Dalam menjalankan bisnis waralaba di Indonesia diatur oleh aturan hukum yang
berlaku yang mana ditetapkan sebagai dasar hukum waralaba, ada beberapa dasar
hukum, yaitu:
7
D. Ada prestasi yang akan dilaksanakan;
E. Ada bentuk tertentu, lisan atau tulisan; dan
F. Ada syarat-syarat tertentu sebagai isi perjanjian.
8
tersebut telah memenuhi empat syarat yang telah diuraikan di atas maka
perjanjian tersebut dianggap telah sah menurut hukum, sehingga berlaku bagi
mereka yang membuatnya. Para pihak yang telah sepakat dalam suatu perjanjian
waralaba, selain mempermasalahkan persoalan-persoalan yuridis, juga
mengutamakan hal lain yang lebih penting yaitu adanya jaminan. Franchisor
maupun franchisee adalah pihak-pihak yang secara bisnis dapat diandalkan
dalam hal kerja sama, kemampuan manajerial dan keinginan yang kuat untuk
bersama-sama membangun kerjasama bisnis.
Suatu paket waralaba pada dasarnya merupakan suatu paket yang terdiri dari beberapa
jenis perjanjian. Perjanjian yang dimaksud biasanya terdapat perjanjian lisensi,
perjanjian merek, perjanjian paten, perjanjian bantuan teknis dan mengenai perjanjian
yang menyangkut kerahasian. Setelah syarat-syarat perjanjian terpenuhi oleh pihak
franchisor dan franchisee dan para pihak telah bersepakat, maka perjanjian tersebut
mengikat bagi para pihak tersebut dan berlaku sebagai undangundang bagi mereka.
9
Jangka waktu perjanjian waralaba berlaku sekurangkurangnya adalah selama 5
(lima)tahun. Para pihak dapat membuat waktu masa berlaku perjanjian telah diatur
dalam Pasal 7 Permenperindag No.2 Tahun 2006 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba.
10
baiknya mempertimbang berbagai aspek agar menghasilakan keputusan yang bijaksana,
salah satunya dengan mempertimbangkan kelebihan dan kelamahan suatu konsep bisnis
termasuk waralaba, adapun kelebihan dan kelemahan bisnis waralaba antar lain:
11
BAB III
KESIMPULAN
1.1. Kesimpulan
Waralaba adalah suatu hak yang diberikan oleh pemberi waralaba kepada penerima
waralaba untuk dijalankan sesuai dengan ketentuan dan aturan yang berlaku yaitu PP
No.42 Tahun 2007 tentang Waralaba serta Perjanjian Waralaba itu sendiri, dengan
segala sanksi dan resiko apabila terjadi wanprestasi dalam pelaksanaannya, dalam
menjalankan usaha waralaba tersebut penerima waralaba harus menjalankan semua
ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemberi waralaba tanpa menghiraukan PP No.42
Tahun 2007 dan Perjanjian Waralaba yang ada. Karena waralaba merupakan bisnis
usaha yang dijalankan dengan ciri khas tertentu dengan managemen dan sistem
pemasarannya sudah menjadi satu paket yang harus dijalankan sesuai dengan peraturan
yang ada
Adapun unsur – unsur yang terdapat dalam waralaba terdiri dari empat unsur, yaitu:
1. Franchisor, yang mana adalah pemilik/produsen suatu produk barang atau jasa
tertentu yang telah memiliki merek dagang tertentu dan memberikan hak
eksklusif untuk pemasaran dan penjualan atas merek dagang tertentu.
2. Franchise, merupakan pihak yang menrima hak eksklusif dari franchisor, hahk –
hak tersebut meliputi hak milik intelektual, dan hak perindustrian dari franchisor
ke franchise.
3. Pengelolaan unit usaha, adanya pendirian badan usaha tertentu untuk
menjalankan waralaba oleh franchisee termasuk penetapan hak wilayah operasi
bisnis oleh franchisor.
4. Initial /royalty fee, fee ini diberikan kepada franchisor oleh franchisee atas imbal
prestasi termasuk fee lain yang telah disepakati bersama
5. Standar mutu, diberikan kepada franchise oleh franchisor untuk menjaga kualitas
yang sesuai standar franchisor sekaligus supervise secara berkesinmbungan agar
mutu tetap terjamin.
12
6. Pelatihan/training, diperuntukan bagi SDM unit usaha waralaba dibawah
franchisee dengan difatilisasi oleh franchisor secara berkala yang bertujuan untuk
meningkatkan kompetensi, pelayanan, dan ketrampilan yang memadai.
13
Daftar Pustaka
Zainuddin Ali, Aspek Hukum Penanaman Modal di Indonesia, Yayasan Masyarakat
Indonesia Baru, 2014.
Kaloh, Mencari Bentuk Otonomi Daerah Suatu Solusi Dalam Menjawab Kebutuhan
Lokal dan Tantangan Global, Rineka Cipta, Jakarta.
Mubyarto, Prospek Otonomi Daerah dan Perekonomian Indonesia Pasca Krisis
Ekonomi, BPFE, Yogyakarta, 2001.
Pandji Anoraga, Perusahaan Multi Nasional Penanaman Modal Asing, Pustaka Jaya,
Jakarta.
Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika,
2010.
Iqbal, M. (2017, December). Perkembangan Kejahatan Dalam Upaya Penegakan
Hukum Pidana: Penanggulangan Kejahatan Profesional Perdagangan Organ Tubuh
Manusia. In PROCEEDINGS (Vol. 2, No. 1).
Susanto, S., & Iqbal, M. (2019). Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam Sinergitas
Akademisi Dan TNI Bersama Tangkal Hoax Dan Black Campaign. CARADDE:
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(1), 8-16.
Susanto, S., & Iqbal, M. (2019, January). Efektifitas Peranan Hukum dalam
Pengelolaan Dana Desa Melalui BUMDes Sebagai Perwujudan Kearifan Lokal yang
Berdaya Saing Guna Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat. In PROCEEDINGS (Vol.
1, No. 1).
SUSANTO, S. (2017, December). Harmonisasi Hukum Makna Keuangan Negara
Dan Kekayaan Negara Yang Dipisahkan Pada Badan Usaha Milik Negara (Bumn)
Persero. In Proceedings (Vol. 2, No.1).
14