Anda di halaman 1dari 8

HUKUM BISNIS

“Perlindungan Hukum Terhadap Franchisee


dalam Perjanjian Bisnis Waralaba”

 Delia Agustina - 183403


 Maya Siti Maesyaroh -
183403027
 Monik Nursafitri -
183403035
 Nur Putri Khadijah S -
183403
PENGERTIAN FRANCHISE
Menurut Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 42
Tahun 2007 menyatakan bahwa Franchise (Waralaba) adalah hak khusus yang
dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis
dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan / atau jasa yang
telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan / atau digunakan oleh pihak
lain berdasarkan perjanjian Waralaba.

Menurut Pasal 1 ayat (2) dan (3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.
42 Tahun 2007 menyatakan bahwa pemberi waralaba (Franchisor) adalah orang
perseorangan atau badan usaha yang memberikan hak untuk memanfaatkan
dan /atau menggunakan waralaba yang dimilikinya kepada penerima waralaba.
Sedangkan penerima waralaba (Franchisee) adalah orang perseorangan atau
badan usaha yang diberikan hak oleh pemberi waralaba untuk memanfaatkan
dan / atau menggunakan waralaba yang dimiliki pemberi waralaba.
DASAR HUKUM PERATURAN FRANCHISE

• Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)


• Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No.
259/MPP/KEP/7/1997 Tanggal 30 Juli 1997 tentang
Ketentuan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha
Waralaba;
• Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No.
31/M-DAG/PER/8/2008 tentang Penyelenggaraan
Waralaba;
• Undang-Undang No. 14 Tahun 2001 tentang Paten;
• Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek;
• Undang-Undang No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia
Dagang.
Penerima Pemberi
Waralaba Waralaba
(Franchisee) (Franchisor)

Kewaji Kewaji
ban ban

Hak Hak
Syarat sah perjanjian
• Adanya kesepakatan dari para pihak yang
membuat perjanjian
• Para pihak harus cakap (berwenang) bertindak
dalam hukum
• Sesuatu hal tertentu
• Suatu sebab yang halal
Perjanjian Waralaba
Pada Pasal 5 PP No.42 Tahun 2007, menyebutkan bahwa perjanjian Waralaba
paling sedikit memuat:
1) Nama dan alamat para pihak.
2) Jenis hak kekayaan intelektual.
3) Kegiatan usaha.
4) Hak dan kewajiban para pihak.
5) Bantuan, fasilitas, bimbingan operasional, pelatihan, dan pemasaran yang
diberikan pemberi waralaba kepada penerima waralaba.
6) Wilayah usaha.
7) Jangka waktu perjanjian.
8) Tata cara pembayaran imbalan.
9) Kepemilikan, perubahan kepemilikan, dan hak ahli waris.
10) Penyelesaian sengketa.
11) Tata cara perpanjangan, pengakhiran, dan pemutusan perjanjian.
KASUS FRANCHISE
PT. Lingkar Natura Inti (franchisor) vs
Natasha Kasakeyan (franchisee).

Franchisee tertarik Franchisee


diberitahukan syarat- Menandatangani
akan usaha waralaba
syarat secara lisan yang
yang ditawarkan oleh harus dilakukan untuk perjanjian
Franchisor. mendapatkan lisensi.

Penundaan waktu bagi


Franchisor Franchisee untuk Franchisee
membatalkan mengoperasikan counter menyerahkan
perjanjian sesuai dengan waktu beberapa desain
waralaba. yang telah disepakati meja counter
dalam perjanjian.
ANALISIS KASUS FRANCHISE

Atas dasar pembatalan perjanjian tersebut, maka Tergugat I dan


Tergugat II telah melakukan perbuatan melawan hukum yang
menimbulkan kerugian bagi Penggugat berdasarkan Pasal 1365
KUH Perdata dan bentuk perjanjian yang bertentangan dengan
hukum di Indonesia berdasarkan Pasal 2 ayat (2) PP. No. 16
Tahun 1997 tentang Waralaba dan Pasal 2 ayat (2) Kepmen
Perdagangan dan Perindustrian tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba yang sama bunyinya,
"Perjanjian waralaba dibuat dalam bahasa Indonesia dan
terhadapnya berlaku hukum Indonesia“.

Anda mungkin juga menyukai