Anda di halaman 1dari 10

BAB

AKUNTANSI AKTIVA TETAP


V

====================================================================
A. KLASIFIKASI
Aktiva tetap merupakan aktiva tidak lancar yang diperoleh untuk digunakan dalam operasi
perusahaan yang memiliki masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta tidak untuk
diperjualbelikan dalam operasi normal perusahaan.

B. PENGELUARAN UNTUK AKTIVA TETAP


Pengeluaran untuk aktiva tidak lancar dapat dikelompokkan menjadi:
1. Pengeluaran pada waktu perolehan;
2. Pengeluaran setelah aktiva tersebut diperoleh yang dapat dirinci menjadi:
a. Pengeluaran pendapatan yang lazim disebut revenue expenditure;
b. Pengeluaran modal yang lazim disebut capital expenditure.

C. JENIS-JENIS AKTIVA TETAP


Menurut S. Munawir (2007) jenis-jenis aktiva tetap adalah sebagai berikut:
1. Tanah yang diatasnya didirikan bangunan atau digunakan operasi, misalnya sebagai
lapangan, halaman, tempat parker dan lain sebagainya.
2. Bangunan, merupakan fasilitas yang digunakan untuk kegiatan operasional
perusahaan, baik bangunan kantor, toko maupun bangunan untuk pabrik.
3. Mesin.
4. Inventaris, atau barang-barang yang menunjang produksi.
5. Kendaran merupakan fasilitas yang digunakan untuk transportasi perusahaan.
6. Perlengkapan atau alat-alat lainnya, mencakup aset yang digunakan dalam kegiatan
operasional seperti furniture kantor, mesin pabrik, dan lain sebagainya.

D. PENCATATAN PEROLEHAN AKTIVA TETAP


Aktiva tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara, antara lain:
1. Diperoleh dengan harga lumpsump (gabungan);
2. Diperoleh dengan pembayaran berkala;
3. Pembelian dengan cara leasing;
4. Perolehan dengan trade-in
5. Perolehan dengan menerbitkan surat berharga;
6. Perolehan dari donasi; dan
7. Dibangun sendiri.

E. KARAKTERISTIK AKTIVA TETAP


Menurut Jerry J. Weygandt (2007), karakteristik aktiva tetap yaitu:
1. Memiliki bentuk fisik (bentuk dan ukuran yang jelas)
2. Digunakan dalam kegiatan operasional
3. Tidak untuk dijual ke konsumen
4. Masa manfaat lebih dari satu tahun.

F. PEROLEHAN SEKELOMPOK AKTIVA DENGAN HARGA


GABUNGAN/LUMPSUMP
Harga gabungan/lumpsump adalah suatu harga untuk beberapa aktiva. Sebagai contoh PT
A membeli tanah, bangunan dan peralatan dengan harga Rp 200.000. Harga ini harus
dialokasikan kepada 3 jenis harta tersebut dengan menggunakan perbandingan harga
taksiran dari tanah, bangunan, dan peralatan. Misalnya harta yang dibeli tersebut memiliki
harga taksiran tanah Rp 35.000, bangunan Rp 70.000, equipment Rp 15.000, alokasi harga
Rp 200.000 tersebut adalah sebagai berikut:

Jenis harta Nilai Taksiran (Rp) Perhitungan Alokasi Jumlah Alokasi


(Rp)
Tanah 35.000 (35/120) x 200.000 58.333
Bangunan 70.000 (70/120) x 200.000 116.667
Peralatan 15.000 (15/120) x 200.000 25.000
Jumlah 120.000
Jurnal yang dibuat untuk mencatat transaksi tersebut adalah:
Tgl. Akun Debet Kredit
2006 Tanah xxxx
Jan 1 Bangunan xxxx
Peralatan xxxx
Kas xxxx

G. PEROLEHAN AKTIVA DENGAN PEMBAYARAN BERKALA


Jika statu harta tetap diperoleh dengan pembayaran secara angsuran, maka aktiva tersebut
dicatat sebesar harga tunai aktiva tersebut bukan jumlah dari pembayaran angsuran dan
downpaymentnya. Ada beberapa variasi yang mungkin timbul, seperti:
a. Harga tunai diketahui;
b. Harga tunai tidak diketahui.

Contoh: perusahaan pada tanggal 2 Januari 2006 membeli sebuah aktiva yang harga
tunainya adalah Rp 100.000. Pada waktu itu dibayar uang muka Rp 35.000 sisanya akan
dibayar dengan angsuran tengah tahunan sebesar Rp 5.000 ditambah bunga 10% dari
hutang yang belum dibayar. Jurnal yang dibuat selama tahun 2006 adalah sebagai berikut:
Tgl. Akun Debet Kredit
2006 Tanah 100.000
Jan 2 Kas 35.000
Hutang 65.000

Tgl. Akun Debet Kredit


2006 Hutang 5.000
Jun 30 Biaya Bunga 3.250
Kas 8.250

Donasi:
Aktiva Tetap
Modal Donasi

H. PENGGUNAAN AKTIVA TETAP


Jika suatu aktiva tetap dapat digunakan lebih dari satu tahun maka aktiva tersebut
bermanfaat untuk memperolah pendapatan selama umurnya. Untuk menghubungkan biaya
aktiva tetap dengan revenue yang diperoleh maka biaya tersebut dicatat dan dilaporkan
sebagai beban pada tahun-tahun manfaatnya. Proses ini disebut depresiasi. Dengan
demikian depresiasi adalah alokasi secara sistematis dan rasional atas biaya dari aktiva
tetap ke tahun-tahun manfaatnya.
Jurnal yang dibuat untuk melakukan depresiasi setiap tahunnya adalah mendebet akun
Beban Depresiasi dan mengkredit akun Akumulasi Penyusutan. Misalkan untuk tahun
2005, perusahaan menyusutkan mesin sebesar Rp 5.000, maka jurnal yang dibuat adalah:

Tgl. Akun Debet Kredit


2005 Beban Penyusutan 5.000
Des 31 Akumulasi Penyusutan 5.000

Karena setiap akhir tahun ada penyusutan, maka perkiraan Akumulasi Penyusutan akan
selalu bertambah sepanjang masa manfaat aktiva.

Depresiasi bukanlah teknik untuk menilai aktiva tetap dan dengan melakukan depresiasi
tidaklah otomatis perusahaan menyisihkan uang untuk membeli aktiva tetap.
Faktor-faktor yang mempengaruhi depresiasi adalah:
a. cost dari aktiva tetap,
b. umur ekonomis aktiva tetap,
c. nilai residu, dan
d. pola penggunaan aktiva tetap.

I. METODE DEPRESIASI
Terdapat beberapa metode depresiasi, yaitu:
 Metode Garis Lurus
 Metode Saldo Menurun
 Metode Jumlah Angka Tahun
 Metode Unit Input
 Metode Unit Output
1. Metode Garis Lurus
Dengan metode ini penyusutan tahunan dapat ditentukan dengan dua cara, yaitu:
1) (cost-nilai residu) : umur
Misalkan nilai sebuah peralatan yang diperoleh tahun 2005 senilai Rp
16.000.000,00 dan masa manfaat ditentukan 5 tahun dengan nilai sisa Rp
1.000.000,00, besarnya penyusutan tahun 2006 dapat dihitung sebagai berikut:
(16.000.000-1.000.000)/5 = Rp 3.000.000,00.
2) Ditentukan % penyusutan, kemudian penyusutan tahunan diperoleh dengan
cara mengalikan % tersebut dengan cost yang disusutkan sebagai berikut:
(a) Prosentase penyusutan tahunan = 100% : umur, jadi = 100% : 5 = 20%.
(b) Dihitung penyusutan = 20% x (16.000.000 – 1.000.000) = Rp
3.000.000,00.

2. Metode Saldo Menurun


Pertama, tentukan prosentase penyusutan, biasanya dua kali prosentase penyusutan
metode garis lurus. Dengan demikian jika ada mesin umurnya 5 tahun, maka
tarif/prosentase penyusutan tahunannya adalah 2 x 100% : 5 = 40%.
Setelah itu ditentukan nilai buku pada awal tahun. Nilai buku adalah saldo rekening
aktiva tetap dikurangi dengan saldo rekening akumulasi penyusutan. Untuk tahun
pembelian, karena akumulasi penyusutannya belum ada, maka nilai bukunya adalah
sebesar harga perolehannya.
Selanjutnya besarnya penyusutan satu tahun dihitung dengan cara mengalikan %
penyusutan dengan nilai buku. Misalkan ada sebuah mesin dibeli tanggal 2 Januari 2001
dengan harga Rp 16.000.000 dan ditaksir dapat digunakan selama 5 tahun. Penyusutan
tahun 2001, 2002, dan 2003 dapat dihitung sebagai berikut:
Tarif (%) penyusutan = 2 x (100% : 5) = 40%
Penyusutan tahun 2001 = 40% x Nilai Buku
= 40% x Rp 16.000.000
= Rp 6.400.000
Penyusutan tahun 2002 = 40% x Nilai buku awal tahun 2002
= 40% x (Rp 16.000.000 – Rp 6.400.000)
= Rp 3.840.000
Penyusutan tahun 2003 = 40% x Nilai buku awal tahun 2003
= 40% x (16.000.000 –6.400.000 – 3.840.000)
= Rp 2.304.000
Penyusutan tahunan dapat dicari dengan rumus lain yaitu menentukan Nilai Buku
pada akhir tahun ke-n = cost x (1 – tarip)n
= Rp 16.000.000 x (1 – 0,4) n
Nilai buku akhir tahun ke-3 = Rp 16.000.000 x (1 – 0,4) 3
= Rp 16.000.000 x 0,216
= Rp 3.456.000,00.
Penyusutan tahun 2004 adalah 40% x Rp 3.456.000 = Rp 1.282.600,00.

3. Metode Jumlah Angka-angka Tahun


Alokasi cost aktiva tetap dilakukan berdasarkan angka tahun penggunaan. Jika umur
aktiva tetap adalah 5 tahun, maka tahun penggunaannya adalah tahun ke 1,2,3,4,5.
Jumlah dari angka-angka tersebut akan dijadikan penyebut. Sementara itu pembilangnya
adalah sisa umur dari masing awal tahun penggunaan. Pada awal penggunaan sisa
umurnya masih lima tahun, oleh karenanya pembilangnya adalah 5. Setelah digunakan 1
tahun, maka pada awal tahun kedua sisa umurnya adalah empat tahun sehingga
pembilangnya adalah 4. Demikian seterusnya untuk tahun ketiga, keempat, dan
seterusnya.

Misalkan ada sebuah mesin dibeli tanggal 2 Januari 2001 dengan harga Rp 16.000.000
ditaksir masa manfaat 5 tahun dengan nilai residu Rp 1.000.000. Penyusutan tahun 2001,
2002, 2003, 2004, dan 2005 dapat dihitung sebagai berikut:

Tahun ke Perhitungan Jumlah


1 5/15 (16.000.000 – 1.000.000) 5.000.000
2 4/15 (16.000.000 – 1.000.000) 4.000.000
3 3/15 (16.000.000 – 1.000.000) 3.000.000
4 2/15 (16.000.000 – 1.000.000) 2.000.000
5 1/15 (16.000.000 – 1.000.000) 1.000.000
4. Metode Unit Input
Alokasi cost aktiva tetap ke beban penyusutan tahunan digunakan jumlah input yang
dikeluarkan (misalnya jam mesin) dalam suatu tahun dibandingkan dengan taksiran input
(jam mesin) yang harus dikeluarkan sampai aktiva tetap tersebut diafkir. Misalkan sebuah
mesin dibeli pada tanggal 2 Januari 2001 dengan harga Rp 16.000.000 dan ditaksir dapat
digunakan selama 100.000 jam dengan nilai residu Rp 1.000.000. Selama tahun 2001
digunakan selama 5.000 jam, maka penyusutan tahun 2001 adalah:
(5.000/100.000) x (Rp 16.000.000 – Rp 1.000.000) = Rp 750.000

5. Metode Unit Output (Hasil)


Alokasi cost aktiva ke beban penyusutan tahunan menggunakan jumlah produk yang
dihasilkan dalam suatu tahun dibandingkan dengan taksiran output (jumlah produk) yang
akan dihasilkan sampai aktiva tetap tersebut diafkir. Misalkan sebuah mesin dibeli pada
tanggal 2 Januari 2001 dengan harga Rp 16.000.000 dan ditaksir dapat digunakan untuk
membuat produk sebanyak 200.000 unit dengan nilai residu Rp 1.000.000. Selama tahun
2001 digunakan selama 20.000 unit maka penyusutan tahun 2001 adalah:
(20.000/200.000) x (Rp 16.000.000 – Rp 1.000.000) = Rp 1.500.000

J. PELEPASAN AKTIVA TETAP


Aktiva kadangkala dibuang karena sudah tidak digunakan lagi, misalkan sebuah mesin
yang harga belinya Rp 6.000.000,00 sampai tanggal 1 Januari 2000 sudah disusutkan
sebesar Rp 4.750.000,00. Penyusutan tahunannya Rp 600.000,00. Pada tanggal 24 Maret
2001 dibuang. Jurnal yang dibuat adalah:
1. Menyusutkan untuk tahun 2001
Tgl. Akun Debet Kredit
2001 Beban Penyusutan Mesin 150.000
Mar 24 Akumulasi Penyusutan Mesin 150.000
2. Membuang aktiva tetap
Tgl. Akun Debet Kredit
2001 Akumulasi Penyusutan Mesin 4.900.000
Mar 24 Kerugian Penghentian Mesin 1.100.000
Aktiva Tetap 6.000.000
K. PENJUALAN AKTIVA TETAP
Sebuah mesin yang costnya Rp 10.000.000 dan sampai dengan tanggal 31 Desember 2000
telah disusutkan sebesar Rp 7.750.000, pada tanggal 2 Januari 2001 dijual. Buat jurnal jika
harga jualnya adalah:
a. Rp 2.250.000,00
b. Rp 1.000.000,00
c. Rp 3.000.000,00
Dijual dengan harga
No. Keterangan 2.250.000 1.000.000 3.000.000
1 Cost aktiva tetap 10.000.000 10.000.000 10.000.000
2 Akumulasi penyusutan 7.750.000 7.750.000 7.750.000
s.d saat penjualan
3 Nilai buku saat 2.250.000 2.250.000 2.250.000
penjualan
4 Harga jual 2.250.000 1.000.000 3.000.000
5 Laba (rugi) (4 – 3) 0 (1.250.000) 750.000

Jurnal:
1. Dijual dengan harga Rp 2.250.000,00
Tgl. Akun Debet Kredit
2000 Kas 2.250.000
Jan 2 Akumulasi Penyusutan 7.750.000
Aktiva Tetap 10.000.000

2. Dijual dengan harga Rp 1.000.000


Tgl. Akun Debet Kredit
2000 Kas 2.250.000
Jan 2 Akumulasi Penyusutan 7.750.000
Kerugian Penjualan Aktiva Tetap 1.250.000
Aktiva Tetap 10.000.000
3. Dijual dengan harga Rp 3.000.000
Tgl. Akun Debet Kredit
2000 Kas 3.000.000
Jan 2 Akumulasi Penyusutan 7.750.000
Laba Penjualan Aktiva Tetap 750.000
Aktiva Tetap 10.000.000

L. PERTUKARAN AKTIVA TETAP


Menurut paragraf 20 PSAK No. 16 suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam pertukaran
atau pertukaran sebagian untuk suatu aktiva tetap yang tidak serupa atau aktiva lain. Biaya
dari pos semacam ini diukur pada nilai wajar aktiva yang dilepaskan atau yang diperoleh
yang mana yang lebih andal, equivalent dengan nilai wajar aktiva yang dilepaskan setelah
disesuaikan dengan jumlah setiap kas atau setara kas yang ditransfer. Dengan demikian
pertukaran aktiva tidak sejenis dapat mengakibatkan adanya laba atau rugi.
Menurut paragraf 21 PSAK No. 16 suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam pertukaran
atas suatu aktiva yang serupa yang memiliki manfaat yang serupa dalam bidang usaha yang
sama dan memiliki nilai wajar yang serupa. Jika aktiva lain seperti kas sebagai bagian dari
transaksi pertukaran, ini dapat mengindikasikan bahwa pos yang dipertukarkan tidak
memiliki suatu nilai yang serupa. Berdasarkan paragraf 46 PSAK No. 16, pertukaran aktiva
tetap seperti disebutkan pada paragraf 21, biaya aktiva yang diperoleh sama dengan jumlah
tercatat aktiva yang dilepaskan dan tidak ada keuntungan atau kerugian yang dihasilkan.

1. Pertukaran Aktiva Tak Sejenis


Sebuah mesin dengan cost Rp 4.000.000,00 yang telah disusutkan Rp 3.200.000,00
ditukar dengan mesin baru tidak sejenis yang harga pasarnya adalah Rp 5.000.000,00.
Perusahaan harus membayar uang Rp 3,900.000,00. Jurnalnya:
Tgl. Akun Debet Kredit
Mesin (baru) 5.000.000
Akumulasi Penyusutan 3.200.000
Mesin (lama) 4.000.000
Kas 3.900.000
Laba Penukaran Aktiva Tetap 300.000

2. Pertukaran Aktiva Sejenis


Sebuah mesin dengan cost Rp 7.000.000 yang telah disusutkan Rp 4.600.000 ditukar
dengan mesin baru sejenis yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang bergerak pada
usaha yang sama. Jurnalnya:
Tgl. Akun Debet Kredit
Mesin (baru) 2.400.000
Akumulasi Penyusutan 4.600.000
Mesin (lama) 7.000.000

Jumlah sebesar Rp 2.400.000,00 yang dicatat sebagai harga mesin baru merupakan
nilai buku mesin yang diserahkan yaitu harga beli Rp 7.000.000,00 dikurangi dengan
akumulasi penyusutan Rp 4.600.000,00.

Anda mungkin juga menyukai