PENDAHULUAN
diperhatikan pula dalam rangka melakukan aktivitas bisnis. Persaingan yang ketat
menuntut para pelaku bisnis di Indonesia untuk terus berusaha dalam kondisi
perekonomian di negara kita yang belum kembali normal sejak terjadinya krisis
moneter.
yang harus sudah mulai memikirkan nasibnya agar dapat terus bertahan. Salah
satu cara untuk bertahan adalah dengan adanya pola distribusi barang dan jasa
yang baik, sehingga hasil produksi dari pelaku bisnis dapat disalurkan serta
diserap oleh konsumen secara optimal. Oleh karena itu pelaku usaha dituntut
untuk menemukan cara yang efektif dalam rangka memperluas jaringan usaha.
Cara yang dianggap efektif dalam memperluas jaringan usaha saat ini salah
1
P. Lindawaty S. Sewu, Franchise Pola Bisnis Spektakuler Dalam Perspektif
Hukum & Ekono mi, Bandung, Penerbit CV. Utomo, 2004, hlm. 1.
repository.unisba.ac.id
2
Saat ini pengembangan usaha melalui sistem waralaba mulai banyak diterapkan
yang saat ini memiliki lebih dari 40 juta penduduk yang menganggur.
keberhasilan waralaba asing, banyak juga kisah sukses waralaba yang berskala
dalam skala bisnis nasional oleh Es Teler 77, yang mulai menggunakan sistem
waralaba untuk pertama kali di Solo pada tahun 1987, Rudy Hadisuwarno Salon,
Ayam Goreng Mbok Berek, Ayam Bakar Wong Solo dan lain sebagainya yang
diharapkan bisa menjadi pola kemitraan antara usaha kecil dengan usaha
repository.unisba.ac.
3
pertengahan tahun 1990 jumlah waralaba asing yang ada di Indonesia ada 6, di
tahun 1996 telah melonjak lebih dari 141. Sementara waralaba lokal dari angka 21
telah berubah menjadi 26. Total penjualan waralaba asing di Indonesia pada tahun
berjumlah Rp 500 milyar, belum termasuk impor bahan baku, dan upah tenaga
kerja asing.2 Hal ini menunjukkan bahwa betapa perdagangan dengan sistem
melahirkan hak dan kewajiban para pihak. Perjanjian waralaba merupakan suatu
pedoman hukum yang menggariskan tanggung jawab dari pemilik waralaba atau
yang disebut franchisor dan pemegang waralaba atau yang disebut franchisee.
Setiap pemilik waralaba pada umumnya mempunyai suatu standar perjanjian yang
ditawarkan kepada para calon penerima waralaba untuk dapat disepakati, dimana
bentuk perjanjian yang telah dibuat oleh pemberi waralaba ini disusun oleh para
waralaba.
2
AM. Lilik Agung, Strategi Bisnis Marketing Dan Manajemen, Yogyakarta, Andi
Offset, 1997, hlm. 65.
repository.unisba.ac.
4
waralaba menetapkan syarat-syarat dan standar yang harus diikuti oleh penerima
dan penolakan pemberi waralaba untuk memperbaharui perjanjian.3 Hal ini tentu
Melihat kondisi yang seperti ini, sudah saatnya seluruh sektor yang terlibat
dalam bisnis waralaba untuk berbenah diri, termasuk juga di bidang hukum.
Sesungguhnya waralaba hanya memiliki satu aspek yang didambakan baik oleh
menjadi persyaratan utama yang harus dimiliki agar waralaba dapat berkembang
dengan pesat, apalagi bisnis dengan sistem waralaba saat ini sedang mengalami
diharapkan.
3
David Hess, The Iowa Franchise Act : Toward Protecting Reasonable
Expectations of Franchisees and Franchisors, Iowa Law Review, Vol 80 (Januari 1995) hal
342 sebagaimana disadur oleh Suhamoko, dalam Buku Hukum Perjanjian Teori dan Analisa
Kasus, Prenada Media, Jakarta, 2004, hlm. 85.
4
Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Waralaba, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2001, hlm. 5.
repository.unisba.ac.
5
Franchise atau waralaba dalam praktek dunia bisnis telah cukup lama
Tahun 1997 tanggal 18 Juni 1997 Tentang Waralaba, dan Keputusan Menteri
tanggal 30 Juli 1997 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran
istilah waralaba ini. Peluang bisnis ini sendiri sangat terbuka lebar mengingat
waralabanya dengan berbagai cara. Pewaralaba lokal pun bermunculan ikut serta
mengenai Waralaba
repository.unisba.ac.
6
(Franchise) belum lengkap. Indikator hal ini dapat kita cermati dari ketentuan
hukum yang mengatur bisnis waralaba, yang sampai saat ini baru diatur dalam
satu (1) Peraturan Pemerintah dan satu (1) Peraturan Menteri, sebagaimana
namun pengaturan ini sama sekali belum memadai mengingat bisnis melalui
sistem waralaba ini selalu berkembang secara dinamis sesuai perkembangan dunia
usaha, dan membentuk model-model baru dalam prakteknya. Padahal kalau terjadi
pranata hukum yang komperhensif sebagai panduan atau guide lines baik pra
repository.unisba.ac.
7
(10%) – melalui PT. Rezeki Utama – di PT. BNR hak-nya dilanggar seenaknya,
oleh sebab itu langkah yang dilakukannya adalah menggunakan hak-nya yang
Company yang mengalihkan hak PT. BNR membangun restoran siap saji
McDonald's di Indonesia kepada PT. RNF – setelah PT. RNF membeli asset
restoran PT. BNR. Bambang N. Rachmadi hanya diberikan hak untuk mengelola
15 restoran, sedangkan PT. RNF jauh lebih banyak (diperkirakan akan mengelola
5
Akaramoy.blogspot.com, “Kasus Persengketaan Hukum McDonald’s di Indonesia”,
diunggah tanggal 23 November 2013, jam 5.10 WIB.
repository.unisba.ac.
8
telah memutus kontrak dengan Bambang, mengingat pengalihan hak waralaba dan
penjualan aset berupa 97 gerai Mc Donald kepada pengusaha nasional lain dan
Peralihan hak waralaba ini tanpa restu darinya selaku pemegang hak
pemutusan perjanjian (break) harus bersih (clean) atau tidak ada tuntutan
hukum.6
Waralaba Restoran Sea Food Lezat mengenai adanya klausul perjanjian waralaba
yang masih memuat adanya perjanjian yang dapat diputus secara sepihak oleh
6
Ibid.
repository.unisba.ac.
9
Perjanjian waralaba tidak dapat diakhiri oleh salah satu pihak saja. Sesuai
seringkali diputuskan oleh seorang pihak saja, maka penyusun meneliti skripsi
B. Identifikasi Masalah
repository.unisba.ac.
1
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini memiliki kegunaan dari segi teoretis dan praktis, antara
lain:
1. Kegunaan Teoritis
khususnya.
2. Kegunaan Praktis
E. Kerangka Pemikiran
Pada dasarnya suatu waralaba adalah suatu bentuk perjanjian, yang isinya
memberikan hak dan kewenangan khusus kepada pihak penerima waralaba, yang
repository.unisba.ac.
1
1. hak untuk melakukan penjualan atas produk berupa barang dan atau
jasa dengan mempergunakan nama dagang atau merk dagang tertentu;
2. hak untuk melaksanakan kegiatan usaha dengan atau berdasarkan pada
suatu format bisnis yang telah ditentukan oleh pemberi waralaba.7
melakukan usaha pendistribusian barang atau jasa di bawah nama dan identitas
pemberi waralaba dalam wilayah tertentu. Usaha tersebut harus dijalankan sesuai
dengan prosedur dan cara yang ditetapkan oleh pemberi waralaba, dalam hal ini
yang diatur dalam Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Adapun
berikut :
"Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau
lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.”
7
Gunawan Widjaja, Op.Cit. hlm. 75.
repository.unisba.ac.
1
dituangkan dalam suatu perjanjian yang dinamakan perjanjian waralaba. Buku III
yang berisi apa saja asalkan tidak melanggar UU, ketertiban umum dan
baik syarat umum, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1320 KUH Perdata
untuk membuat perjanjian baik yang telah dikenal dalam KUH Perdata maupun
di luar KUH Perdata. Perjanjian-perjanjian yang telah dikenal dalam KUH Perdata
antara lain seperti jual beli, tukar menukar, sewa menyewa, pinjam pakai, pinjam
meminjam, dan sebagainya yang diatur secara khusus dalam Bab V sampai
dengan Bab XVIII KUH Perdata ditambah titel VII A dalam Kitab Undang-
yang tercantum dalam pasal 1338 ayat (1) (2) (3) KUH Perdata.
8
Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Alumni,
Bandung, 2004, hlm. 212.
9
Salim H.S., Perkembangan Hukum Kontrak lnnominat di Indonesia, Sinar Grafika,
2003, hlm. 1.
repository.unisba.ac.
1
"Waralaba adalah suatu perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak
dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan ciri
khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan
persyaratan dan atau penjualan barang dan Jasa."
baik dalam bentuk penggunaan merk dagang, merk jasa, hak cipta atas logo,
desain industri, patent berupa teknologi maupun rahasia dagang. Salah satu pihak
memperoleh imbalan royalty atas penggunaan hak atas kekayaan intelektual dan
sistem kegiatan operasional mereka oleh pihak lain. Pelaksanaan bisnis waralaba
ini dituangkan melalui perjanjian waralaba, di dalam perjanjian ini juga disepakati
bersama mengenai bahan dasar yang akan dipakai untuk membuat produk yang
telah ditentukan oleh pihak pemberi waralaba agar tetap menjamin mutu dari
produk yang dihasilkannya. Seperti dalam perjanjian waralaba asing pada bisnis
waralaba di bidang restoran fast food atau cepat saji terdapat penyesuaian dari
repository.unisba.ac.
1
yaitu :
untuk memproduksi atau memasarkan barang (produk) dan atau jasa (pelayanan)
dalam waktu dan tempat tertentu yang disepakati di bawah pengawasan pemberi
waralaba sementara penerima waralaba membayar sejumlah uang tertentu atas hak
yang diperolehnya.
disebutkan bahwa perjanjian waralaba harus dibuat secara tertulis dalam bahasa
Indonesia. Ketentuan ini menjadi suatu konsekuensi yang logis dari adanya
waralaba.
Perjanjian waralaba tidak dapat diakhiri oleh salah satu pihak saja. Sesuai
repository.unisba.ac.
1
ditentukan oleh salah satu pihak. Biasanya pihak pemberi waralaba, sebagai pihak
kuat yang dapat menentukan isi perjanjian. Peraturan Menteri Nomor 53/M-
pengadilan.
repository.unisba.ac.
1
keuntungan yang diharapkan atau ada mitra kerja lain yang dianggap dapat
pemutusan secara sepihak, dianggap tidak berlaku lagi dalam perjanjian waralaba,
karena tidak boleh ada paksaan dari salah satu pihak dalam pemutusan perjanjian
waralaba.
F. Metode Penelitian
adalah :
1. Spesifikasi Penelitian
repository.unisba.ac.
1
2. Metode Pendekatan
kepustakaan atau yang disebut data sekunder berupa hukum positif dan
3. Tahap Penelitian
10
Soerjono Seokanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986,
hlm. 52.
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Dan Junimetri, Ghalia
11
repository.unisba.ac.
1
kata atau kalimat yang sering dipakai dalam penulisan hukum ini,
penelitian ini.
repository.unisba.ac.
1
b. Studi lapangan
Normatif, karena penelitian bertitik tolak dari peraturan yang ada sebagai norma
hukum positif. Kualitatif merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data
deskriptif, artinya semua data dan informasi yang diperoleh diolah secara
melakukan data
repository.unisba.ac.
2
statistik.
G. Sistematika Penulisan
BAB I Pada bab ini menguraikan tentang latar belakang penelitian, identifikasi
BAB II Dalam bab ini diuraikan mengenai pengertian perjanjian, syarat- syarat
waralaba.
BAB III Bab ini menguraikan risiko bisnis waralaba, keuntungan dan kerugian
sengketa.
repository.unisba.ac.
2
BAB V Dalam bab ini diuraikan mengenai simpulan dan saran mengenai skripsi
repository.unisba.ac.