PEMBAHASAN
2
diskriminasi. Pemilik waralaba (franchisor) dalam menyeleksi calon mitra
usahanya berpedoman pada keuntungan bersama, tidak berdasarkan SARA.
Kategori waralaba berbeda-beda antara lain : franchise dalam bentuk
makanan, pendidikan dan lain-lain. salah satu bentuk nya adalah dan masih
banyak lagi franchise yang berkembang di Indonesia ini.
2.1.2. Sejarah Waralaba di Indonesia
Di Indonesia sistem waralaba mulai dikenal pada tahun 1950-an, yaitu
dengan munculnya dealer kendaraan bermotor melalui pembelian lisensi.
Perkembangan kedua dimulai pada tahun 1970-an, yaitu dengan
dimulainya sistem pembelian lisensi plus, yaitu franchisee tidak sekedar
menjadi penyalur, namun juga memiliki hak untuk memproduksi
produknya . Agar waralaba dapat berkembang dengan pesat, maka
persyaratan utama yang harus dimiliki satu teritori adalah kepastian hukum
yang mengikat baik bagi franchisor maupun franchisee. Karenanya, kita
dapat melihat bahwa di negara yang memiliki kepastian hukum yang jelas.
Waralaba berkembang pesat, misalnya di AS dan Jepang Tonggak
kepastian hukum akan format waralaba di Indonesia dimulai pada tanggal
18 Juni1997, yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah(PP) RI
No. 16 Tahun 1997 tentang Waralaba. PP No. 16 tahun 1997 tentang
waralaba ini telah dicabut dan diganti dengan PP no 42 tahun 2007 tentang
Waralaba. Selanjutnya ketentuan-ketentuan lain yang mendukung
kepastian hukum dalam format bisnis waralaba adalah sebagai berikut :
1. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No.
259/MPP/KEP/7/1997 Tanggal 30 Juli 1997 tentang Ketentuan Tata
Cara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba.
2. Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 31/M-
DAG/PER/8/2008 tentang Penyelenggaraan Waralaba
3. Undang-undang No. 14 Tahun 2001 tentang Paten.
4. Undang-undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek.
5. Undang-undang No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang.
3
1997. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya payung hukum yang dapat
melindungi bisnis waralaba tersebut. Perkembangan waralaba di Indonesia,
khususnya di bidang rumah makan siap saji sangat pesat. Hal ini ini
dimungkinkan karena para pengusaha kita yang berkedudukan sebagai
penerima waralaba (franchisee) diwajibkan mengembangkan bisnisnya
melalui master franchise yang diterimanya dengan cara mencari atau
menunjuk penerima waralaba lanjutan. Dengan mempergunakan Sistem
Pemerintah atau sistem sel, suatu jaringan format bisnis waralaba akan
terus berekspansi.
Ada beberapa asosiasi waralaba di Indonesia antara lain APWINDO
(Asosiasi Pengusaha Waralaba Indonesia), WALI (Waralaba & License
Indonesia), AFI (Asosiasi Franchise Indonesia). Ada beberapa konsultan
waralaba di Indonesia antara lain IFBM, The Bridge, Hans Consulting, FT
Consulting, Ben WarG Consulting, JSI dan lain-lain. Ada beberapa
pameran Waralaba di Indonesia yang secara berkala mengadakan roadshow
diberbagai daerah dan jangkauannya nasional antara lain International
Franchise and Business Concept Expo (Dyandra),Franchise License Expo
Indonesia ( Panorama convex), Info Franchise Expo ( Neo dan Majalah
Franchise Indonesia).
4
cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi
area tertentu.
Franchisor atau pemberi waralaba, adalah badan usaha atau perorangan yang
memberikan hak kepada pihak lain untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak
atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimilikinya.
Adapula Pengertian Franchise Menurut Para Pakar, sebagai berikut :
1. Menurut David J. Kaufmaan
Franchise (Waralaba) adalah sistem pemasaran dan distribusi yang
dijalankan oleh suatu institusi bisnis kecil yang memiliki jaminan dengan
membayar sejumlah uang, memperoleh hak terhadap akses pasar yang
dijalankan dengan standar operasi yang mapan di dalam pengawasan asistensi
franchisor.
3. Menurut Winarto
Ia mengemukakan Franchise merupakan hubungan kemitraan yang
usahanya kuat dan sukses dengan usahawan yang relatif baru dalam usaha yang
tergolong baru dalam usaha tersebut, yang bertujuan untuk saling menguntungan
di dalam bidang penyediaan jasa dan produk kepada konsumen.
5. Menurut Queen
Franchise (waralaba) ialah pemberian lisensi dari pihak pemegang usaha
kepada pihak pembeli merek usaha guna untuk berusaha di bwah nama dangan
5
dari pihak pemegang usaha, yang berdasarkan pada kontrak dan royalti yang
disepakati.
6
terhadap franchisee, maka sebagai imbalannya yaitu franchisee membayar
sejumlah uang berupa initial fee dan royalty .
Menurut David Hess, Franchise (waralaba) dapat dibedakan dalam dua
bentuk yaitu produk dan perdagangan Franchise (waralaba), dan format bisnis
franchise (waralaba).
a. Produk dan Perdagangan Franchise (Waralaba)
Dalam bentuk yang pertama ini franchisor memberikan lisensi kepada
franchisee untuk menjual produk-produk franchisor. Contoh dari bentuk
yang pertama ini adalah dealer mobil dan stasiun pompa bensin.
b. Format Bisnis Franchise (waralaba)
Dalam bentuk yang kedua ini franchisor memberikan seluruh konsep bisnis
yang meliputi strategi pemasaran, pedoman dan standar pengoperasian usaha
dan bantuan dalam mengoperasikan franchise. Franchisee dalam hal ini
mempunyai identitas yang tidak terpisahkan dari franchisor.
7
2.4. Ciri- ciri Waralaba yang Prosfektif
Ciri-ciri dari Waralaba Yang Prospektif diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Memiliki sistem kuat dan bermodal besar.
Sistem yang kuat mampu teruji secara bertahun-tahun sesuai dengan
tujuan dan kultur kerja. Modal besar adalah penting mengingat BEP (break
event point) atau balik modal setiap usaha berbeda-beda. Pada beberapa bulan
pertama sejak openning biasanya nggak ambil untung. Dan ini tentu saja butuh
modal berlipat. Kalau nggak ada modal kuat, siap-siap saja dikejar-kejar invoice
supplier.
2. Memiliki laporan keuangan yang akuntable.
Laporan keuangan hendaknya disusun secara rapi, mudah dibaca dan
dibuat berdasarkan kondisi fakta. Akan lebih baik bila dibuat oleh akuntan
publik. Yang sering terjadi adalah menyerahkan laporan keuangan kepada staff
dari dalam. Hal ini sangat berpeluang terjadi manipulasi data, terutama saat
perusahaan membutuhkan kucuran dana dari kreditor.
3. Tak sekedar menjual bisnis.
Franchisor hendaknya tak pelit berbagi ilmu dan pengalaman seputar
sistem kerja waralaba. Ini bukan sekedar ajang membeli nama, namun juga
sarana transfer ilmu dari franchisor ke franchisee. Hubungan keduanya
hendaknya bersifat mutualisme atau saling menguntungkan. Franchisee
mendapatkan keuntungan optimal, sedangkan franchisor mendapat royalty fee
yang sepadan.
4. Menyediakan pelatihan karyawan sampai mahir.
Transfer ilmu dan pengalaman bukan hanya terjadi dalam posisi vital
manajemen, namun juga kepada praktisi di lapangan yang berhubungan
langsung dengan konsumen. Pelatihan hendaknya memiliki standard yang baku
sehingga kemampuan teknik karyawan memiliki kesamaan parameter. Pelatihan
yang buru-buru dan tidak sempurna bisa menimbulkan kekacauan manajemen
yang berujung kepada kerugian finansial usaha.
5. Menyediakan peralatan yang dibutuhkan.
Peralatan memang tersedia di pasaran dan bisa dibeli sesuai kemampuan
franchisee. Namun alangkah baiknya kalau pihak franchisor bersedia
membantu menyediakan peralatan kerja. Ini bukan saja akan memangkas biaya
8
yang tidak perlu, namun juga proses pembelajaran yang baik tentang peralatan.
Banyak kejadian karyawan dibelikan peralatan canggih tapi nggak bisa
dimanfaatkan karena nggak tahu cara mengoperasikannya.
6. Menyuplai bahan makanan sehingga kualitas terjaga.
Adanya Standard Operation Procedure (SOP) adalah untuk menciptakan
kesamaan standard kualitas rasa, warna, tampilan, penyajian dan pelayanan.
Sistem order yang baik bisa mencegah kerusakan bahan makanan dan menjaga
konsistensi jumlah pelanggan sehingga keuntungan usaha bisa di optimalkan.
9
d. Dukungan dan keamanan yang lebih kuat
Pemilik waralaba biasanya akan memberikan pelatihan seperti manajemen
finansial, pemasaran, periklanan dan lain lain. Hal – hal seperti ini biasanya
sudah termasuk dalam paket pembelian waralaba.
10
Salah satu kekurangan terbesar dari waralaba adalah tergantungnya
reputasi waralaba terhadap waralaba yang lain. Jika waralaba yang lain
melakukan kesalahan yang mengakibatkan rusaknya reputasi, maka hal ini
juga akan mempengaruhi waralaba yang anda kelola.
d. Biaya waralaba
Pihak pemilik waralaba akan mengajukan biaya awal untuk membeli
perjanjian waralaba. Kemudian biaya lanjutan untuk pelatihan dan
dukungan bagi para pembeli waralaba.
e. Pemotongan keuntungan
Pembeli waralaba di haruskan untuk membayar royalti dari sejumlah
keuntungan yang didapatkan. Jika keuntungan yang didapatkan sedikit,
berarti keuntungan tersebut akan dipotong untuk menutupi biaya ini.
2. Franchise komersial
Franchise komersial ini, terdiri dari beberapa franchise diantaranya
sebagai berikut:
11
a. Franchise distribusi produk adalah franchise yang bertujuan
mengkomersialisasi satu atau beberapa produk, yang biasanya diproduksi
oleh franchisor atau didistribusikan oleh franchisor secara eksklusif
b. Franchise distribusi jasa adalah obyek perusahaan terdiri dari satu atau
kesatuan dari jasa, yang dikomersialisasikan oleh franchisee, berdasarkan
metodologi yang dia terima dari franchisor. Jenis franchise ini
membutuhkan kontrol yang cukup ketat dari franchisor supaya kualitas
servis yang memuaskan tercapai.
12
3) Jenis Usaha Waralaba Sektor Jasa
Sepintas, sektor jasa terlihat sepele. Namun, justru karena
sederhana, sektor ini bisa menjadi peluang yang sangat menarik di
tahun 2010. Peluang usaha yang menarik di sektor ini misalnya bisnis
jasa pencucian mobil dan motor, termasuk di antaranya jasa cuci helm.
Banyak pihak meyakini, pemulihan ekonomi Indonesia akan
mendongkrak pertumbuhan otomotif di Indonesia tahun depan. Ini
menjadi berita baik bagi mereka yang ingin berusaha di sektor jasa
otomotif.
13
1. Perencanaan strategi merupakan tipe perencanaan yang terpenting
2. Melakukan perencanaan strategi berarti menetapkan misi organisasi secara jelas
3. Perencanaan strategi memungkinkan manajer mempersiapkan diri.
14
modal kerja ini dapat digunakan untuk membiayai operasional usaha termasuk
kebutuhan untuk pengadaan bahan baku, proses produksi, piutang dan persediaan.
Berikut ini fasilitas untuk pengajuan permohonan pinjaman kredit modal
kerja, antara lain :
1. Permohonan pinjaman dapat diajukan ke Kantor Cabang BRI dan Kantor
Cabang Pembantu BRI di Seluruh Indonesia.
2. Jangka waktu pinjaman 1 s/d 3 tahun dan dapat diperpanjang lagi sesuai dengan
kebutuhan.
3. Limit Kredit Rp 100 Juta. - sampai dengan Rp 40 Milyar.
4. Kredit dalam bentuk rupiah maupun valas.
5. Dapat diberikan rekening koran atau dengan angsuran.
6. Dapat dipergunakan untuk refinancing.
15
Mendatangi bank, pilihlah bank yang sesuai dengan segmen usaha anda, yang telah
dikenal bereputasi bank dan mempunyai tenaga kerja yang professional di
bidangnya.
16
d. Pola kemitraan kerjasama operasional.
Pola kemitraan ini merupakan pola hubungan bisnis yang dijalankan oleh
kelompok mitra dengan perusahaan mitra. Umumnya kelompok mitra adalah
kelompok yang menyediakan lahan, sarana dan tenaga kerja. Sedangkan
perusahaan mitra menyediakan biaya, modal, manajemen dan pengadaaan sarana
produksi lainnya. Terkadang perusahaan mitra juga berperan sebagai penjamin
pasar dengan meningkatkan nilai tambah produk melalui pengolahan dan
pengemasan. Pola ini sering diterapkan pada usaha perkebunan tebu,tembakau,
sayuran dan pertambakan.
17